MAKALAH Hidrokel
MAKALAH Hidrokel
HIDROKEL
Disusun Oleh:
Dwi Restarina
Fitri Farhani
Novia Putri
Nur Nafidah
Puspita Eka
2013
KASUS
Tn D 30 tahun datang ke RS dengan keluhan adanya penumpukan cairan pada selaput
yang melindungi testis. Daerah sekitar testis tampak bengkak namun tidak menyakitkan.
Pada pemeriksaan transillumination terlihat adanya cairan disekitar testis.
Diagnosa : HIDROKEL
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hidrokel adalah pengumpulan cairan, umumnya pada tunika vaginalis testis, meskipun
dapat juga terkumpul di dalam korda spermatikus. (Brunner&Suddart,2002)
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis, yang dalam keadaan normal cairan ini berada dalam
keseimbangan antara produksi dan resorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
B. ETIOLOGI
1. Penyebab umum:
Pada bayi, biasanya karena sebagai berikut:
- Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis dari peritoneum sehingga terjadi
aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis.
- Cairan peritoneal sisa yang belum diserap kembali setelah proses penutupan (prosesus
vaginalis paten menyertai testis selama keturunan normal dan biasanya terjadi spontan
setelah testis mencapai skrotum
- Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan
28 minggu ,testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis
ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairanyangmengelilingitestistersebut.
- Pada anak laki-laki yang lebih tua dan dewasa dapat terjadi secara idiopatik (primer)
dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena kelainan pada testis atau epididimis
yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau resorbsi cairan di kantong
hidrokel. Kelainan pada testis ini mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada
testis atau epididimidis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang
berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena didalam funikulus
spermatikus.
2. Penyebab langka:
Bayi kadang-kadang mungkin terlahir dengan hidrokel sekunder sebagai adanya
kelainan di intrascrotal atau intra-abdomen . Bayi perempuan mungkin memiliki
hidrokel dari kanal Nuck atau mekonium hidrokel dari labia. Filariasis dapat menjadi
penyebab terjadinya hidrokel anak laki-laki dan dewasa yang terinfeksi Hidrokel
dapat dilihat setelah transplantasi ginjal ipsilateral
3. Penyebab serius:
Hidrokel mungkin menjadi sekunder untuk torsi testis / strangulated hernia
Hidrokel mungkin menjadi sekunder untuk kanker testis
C. KLASIFIKASI
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
hidrokel primer dan hidrokel sekunder (didapat).
1. Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan
terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika
akan diabsorpsi.
2. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu
masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan
oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena
suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah
yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam
hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba.
Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis,
sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada
anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikan
Merupakan hidrokel yang terjadi karena adanya faktor / penyebab lain, bukan dari
daerah tunika vaginalis itu sendiri. Ada hubungan dengan rongga perut, bisa
membesar dan biasanya lebih cepat dan harus di operasi. Jenis ini biasanya terjadi
kongenital dimana terjadi akibat adanya kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir
melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga
skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya
dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir. Apabila setelah anak berumur 1 tahun
cairan hidrokel ini tetap ada maka dapat dilakukan tindakan operatif.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
2. Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya benjolan dikantong skrotum
tidak berubah sepanjang hari, sedangkan pada hidrokel komunikan besarnya dapat
berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis.
3. Pada pemeriksaan fisik menunjukkan adanya transiluminasi
4. Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun.
Bila timbunan cairan sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan
teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak
tegang.
E. FAKTOR RESIKO
- Bayi premature dan bayi berat lahir rendah
- Berusia lebih dari 40 tahun
- Hernia inguinalis indirect
- Trauma
- Cedera testis
- Pembedahan
- Penekanan tekanan intra abdomen
- Obstruksi limpatik
- Pemasangan ventriculoperitoneal shunt
- Peritoneal dialysis
- Syndrome ehlers danlos
- Ekstropi bladder
- Pernah menjalani terapi radiasi pada daerah skrotum
Menderita penyakit menular seksual
F. PATOFISIOLOGI
TERLAMPIR
G. KOMPLIKASI
1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor.
2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan
fungsi seksualnya.
3. Infeksi testis.
4. Ruptur, namun jarang terjadi.
5. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bias menekan pembuluh darah yang menuju ke stis sehingga menimbulkan
atrofi testis.
6. Kompresi pada peredaran darah testis.
7. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi
H. PENATALAKSANAAN
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika
penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika hidrokelnya
sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan sebuah jarum
atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan
berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat
sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea untuk menyumbat/menutup
lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel yang
berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan sesegera
mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi
jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan
koreksi.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali disertai hernia
inguinalis sehingga pada saat koreksi sekaligus melakukan herniorafi.
Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi dan
marsupialisasi, sedang pada hidrokel funikuli dilakukan ekstirpasi hidrokel secara intoto.
Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel
ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan
melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau
plikasi kantonghidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi
hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena
cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang sebelum umur 1 tahun.
Teknik Operasi
Secara singkat tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dengan pembiusan regional atau umum.
b. Posisi pasien terlentang (supinasi).
c. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
d. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
e. Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis demilapis
sampai tampak tunika vaginalis.
f. Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya besar sekali
dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu.
g. Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan:
h. Teknik Jaboulay: tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila diperlukan
diplikasi dengan benang chromic cat gut.
i. Teknik Lord: tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan benang
chromic cat gut.
j. Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut.
Komplikasi pasca bedah adalah perdarahan dan infeksi luka operasi.
I. DIAGNOSIS
a. ANAMNESA
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong skortum
yang tidak nyeri.Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan besar di daerah
skortum. Benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada pagi hari dan
membesar serta tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel
biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-
ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis.Pada riwayat penyakit dahulu,
hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma
pada testis.
b. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Diagnostis ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik, biasanya dengan memakai teknik
pencintraan yang diperkuat termasuk ultrasonografi.
Pada inspeksi skrotum akan tampak lebih besar dari
yang lain. Palpasi pada skrotum yang hidrokel terasa
ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak
tergantung pada tegangan di dalam hidrokel,
permukaan biasanya halus. Palpasi hidrokel seperti
balon yang berisi air. Bila jumlah cairan minimum,
testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila cairan
minimum, testis relatif mudah diraba. Juga penting
dilakukan palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis. Pembengkakan
kistik karena hernia atau hidrokel serta padat karena tumor. Normalnya korda
spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya dengan hernia skrotalis
yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada Auskultasi dilakukan untuk
mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan adanya hernia.
2. Inspeksi visual menggunakan cahaya yang disorotkan pada testis dapat
mengidentifikasi cairan.
3. Transiluminasi. Langkah diagnostik yang paling
penting adalah transiluminasi massa hidrokel
dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber
cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum.
Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia,
penebalan tunika vaginalis dan testis normal
tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya
sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel. Hidrokel berisi cairan jernih, straw-
colored dan mentransiluminasi (meneruskan)
berkas cahaya.
4. Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena abnormal
(varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.
5. Pemeriksaan Urin. Kadang-kadang terdapat nanah dalam urin dan kemungkinan juga
terdapat bakteri. Juga perlu diperiksa cairan prostat untuk mengetahui adanya
penjalaran ke prostat.
J. PENCEGAHAN
Sangat sulit untuk mencegah berkembangnya hidrokel, tapi beberapa faktor resiko dapat
dimodifikasi.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
Analisa data
Inspeksi adanya
pembengkakan pada
testis klien
Palpasi
pembengkakan testis
sehingga testis tidak
dapat teraba
Gangguan citra tubuh Penyakit DS:
Klien mengatakan
malu untuk
bersosialisasi
DO:
Klien tampak
menutupi bagian
tubuhnya
Ketidakefektifan pola Kurang keterampilan DS:
seksualitas tentang alternatif
respons terhadap Klien mengatakan
kesulitan dalam
transisi terkait
aktivitas seksual
kesehatan, perubahan Klien mengatakan
struktur atau fungsi perubahan dalam
tubuh, penyakit, atau aktivitas seksual
terapi medis Klein mengatakan
perubahan dalam
perilaku seksual
Intervensi keperawatan
tentukan kenyamanan
klien terhadap
peryataannya
dorong klein untuk
mengidentifikasi
kekuatan
Dorong klien untuk
mengidentifikasi
respon positif dari
orang lain
Tahan diri dari
kritikan negatif
Dorong pada tujuan
yang realistis untun
pencapaian harga diri
yang lebih tinggi
Dorong klien untuk
mengkaji kembali
persepsi negatif diri
sendiri
Dorong peningkatan
tanggung jawab untuk
diri sendiri
Fasililtasi lingkungan
yang dapat
meningkatan harga
diri klien
Ketidakefektifan pola Tujuan: Behavior
seksualitas Setelah dilakukan management: sexual
berhubungan dengan tindakan keperawatan
kurang keterampilan selama 1x24 jam Identifikasi perilaku
masalah berkurang seksual yang tidak
tentang alternatif
Kriteria hasil: dapat diterima
respons terhadap Spesifikasikan
Role performance
transisi terkait harapan yang
kesehatan, perubahan Klien berhubungan dengan
struktur atau fungsi mendeskripsikan perilaku seksual
tubuh, penyakit, atau perubahan peran Diskusikan dengan
terapi medis dengan penyakit atau klien konsekuensi dari
kecacatan penolakan sosial
Klien melaporkan terhadap perilaku
strategi untuk seksual
perubahan peran Diskusikan dampak
negatif terhadap
penolakan sosial
terhadap perilaku
seksual
Tetapkan klien pada
ruangan private jika
pada pengkajian
berisiko tinggi untuk
penolakan sosial
terhadap perilaku
seksual
Batasi mobilitas fisik
klien
Diskusikan dengan
klien mengapa
perilaku seksual tidak
diterima
Fasilitasi pelajaran
mengenai seks
Diskusikan dengan
klien penerimaan
untuk menunjang
kebutuhan seksual
secara pribadi
Fasilitasi konseling
jika dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, dr Saiful. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Urologi Laboratorium Ilmu
Bedah. FK Universitas Brawijaya-Malang.
Kuncara, dr. H.Y , dkk. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddarth
vol.2 ed.8. EGC-Jakarta.
Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186