Chapter1 PDF
Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada
di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak
dalam darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung
besi, berperan dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh
karena itu eritrosit sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh.
Dengan mengetahui keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga
keadaan organ tubuh seseorang (Brown, 1993; Hoffbrand, Petit; 1996; Gaspard,
1998; Uthman, 2000; Perkins, 2003).
Beberapa pemeriksaan yang dapat menggambarkan parameter penting dari
fungsi dan struktur eritrosit di dalam tubuh antara lain hitung eritrosit, hemoglobin
dan hematokrit. Hitung eritrosit atau red blood cell count (RBC) adalah
menghitung jumlah total eritrosit dalam darah. Nilai rujukan normal eritrosit
adalah 4-5 juta/mm3. Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam eritrosit yang
bertugas mengangkut oksigen. Hematokrit (Ht) adalah jumlah eritrosit dalam 100
ml darah (Perkins, 2003). Ketiga parameter di atas biasa digunakan untuk
menegakkan adanya anemia (Glader, 2003).
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan massa eritrosit
dengan akibat oksigenasi jaringan tidak dapat terpenuhi (Evatt et al, 1992;
Gaspard, 1998; Glader, 2003; Perkins, 2003; Syafrizal Syafei, 2004). Secara
praktis ada 3 parameter untuk menegakkan adanya anemia yaitu: kadar
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit. Dari perhitungan ketiga parameter
tersebut dapat diperoleh nilai rata-rata eritrosit. Nilai rata-rata eritrosit terdiri dari
Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Evatt et al, 1992; Desai,
Isa-Pratt, 2000; Davey & Elghetany, 2001; Glader, 2003; Perkins, 2003;
Rachmawati dkk., 2003).
lainnya. Pada SADT dapat diketahui morfologi sel-sel darah yaitu ukuran, bentuk,
kesan jumlah, apakah ada sel-sel muda dan sebagainya. SADT dapat digunakan
sebagai kontrol terhadap pemeriksaan hematologi lain seperti nilai rata-rata
eritrosit, Hb, dan lain-lain (Kearns & LaMonica, 2001; Wyrick-Glatzel, Hughes,
2001).
Hasil pemeriksaan nilai rata-rata eritrosit dengan flow cytometer apakah sama
atau tidak dengan gambaran populasi eritrosit pada SADT belum diketahui
dengan pasti. Maka dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana
kesesuaian hasil pemeriksaan nilai rata-rata eritrosit dengan flow cytometer
dengan gambaran populasi eritrosit pada SADT. Berbagai jenis anemia juga dapat
diketahui lebih pasti melalui kedua pemeriksaan tersebut.
Penelitian ini bermaksud ingin mengetahui apakah nilai rata-rata eritrosit hasil
pengukuran flow cytometer sesuai dengan gambaran populasi eritrosit pada
SADT.
1.6 Metodologi
Bentuk penelitian ini adalah uji diagnostik dengan membandingkan nilai rata-
rata eritrosit hasil pemeriksaan flow cytometer dengan morfologi eritrosit pada
sediaan apus darah tepi.