Anda di halaman 1dari 2

Keharmonisan hubungan antara masyarakat normal dan kolok adalah keistimewaan yang bisa

dibanggakan dari Desa Bengkala. Namun, mengenal lebih dalam Desa Bengkala, di antara lahan-lahan
berundak, pohon-pohon jambu mete, pohon pisang, pohon mangga, sampai tanaman kunyit yang
banyak tumbuh, kita bisa melihat betapa keringnya lingkungan desa, terutama jika kemarau panjang
melanda.

Masyarakat normal di Bengkala memiliki pilihan pekerjaan yang beragam. Sementara, karena
keterbatasan fisik yang memengaruhi rendahnya kualitas pendidikan (sebagian besar tidak bisa menulis
dan membaca), masyarakat kolok memiliki opsi terbatas dalam hal pekerjaan. Di Bengkala, rata-rata
masyarakat kolok bekerja tidak tetap alias serabutan. Mulai dari penggali kubur, buruh tani, berladang,
beternak, sampai pemasang pipa air desa. Faktor inilah yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan
ekonomi orang kolok rendah. Tercatat, penghasilan masyarakat kolok dari profesi penggali kubur dan
buruh tani hanya Rp450.000/bulan. Penghasilan ini masih jauh dibawah UMK Buleleng, yaitu Rp
2.164.991 (per tahun 2018).

Semua seperti mata rantai yang berkaitan. Pembangunan di bidang pendidikan dan ekonomi akhirnya
menjadi penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama kolok, di Desa Bengkala. PT
Pertamina (Persero) bekerja sama dengan FlipMas (Forum Layanan Iptek Masyarakat) Indonesia dan
FlipMas Ngayah Bali merencanakan program CSR di Desa Bengkala melalui program Kawasan Ekonomi
Masyarakat (KEM). Bahkan sejak awal perencanaan KEM ini, PT Pertamina (Persero) dan FlipMas
berupaya untuk melibatkan masyarakat Desa Bengkala secara intens dengan cara berdiskusi dan
melakukan pemetaan sosial. Hal ini agar program implemetasi dapat sesuai dengan potensi dan
kebutuhan masyarakat yang ada di Bengkala.

Di atas lahan seluas sekitar 3 hektare milik Bapak I Wayan Sandi, pada 2015, mulailah dibangun KEM
Kolok Bengkala di Dusun Kelodan, Desa Bengkala. KEM ini sering juga disebut dengan KEM I Kelodan. Di
area tersebut, terdapat bale bengong (gazebo), wantilan (gazebo utama), bale tenun, dapur, rumah adat
Kolok, rumah pemilik lahan, kamar mandi, sumur penampung air, kandang-kandang untuk hewan ternak
(babi, sapi, ayam), dan lahan untuk menanam sayur di musim penghujan.

Pada tahun 2017, PT Pertamina (Persero) menyerahkan pengelolaan KEM Kolok Bengkala kepada PT
Pertamina (Persero) DPPU Ngurah Rai, Bali. Menurut Ajar Darmawan, Spv. HSSE DPPU Ngurah Rai, hal ini
dilakukan karena lokasi Desa Bengkala masuk dalam wilayah ring tiga PT Pertamina (Persero) DPPU
Ngurah Rai. Setelah ini, perhatian terhadap KEM Kolok Bengkala pun menjadi semakin besar.

Baru pada 8 Juli 2017, program Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Kolok Bengkala mulai berjalan dan
diresmikan oleh Vice President CSR SME PT Pertamina (Persero), Agus Mashud S. Asngari, Prof. Dr.rer.nat.
Sundani Nurono Soewandhi, Apt. (Ketua FlipMAS Indonesia), dan I Ketut Widnyana (Ketua FlipMAS
Ngayah Bali).

PT Pertamina (Persero) DPPU Ngurah Rai membuat program-program yang beragam di KEM Kolok
Bengkala. Program-program ini berfokus pada tujuan utama, yakni untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat kolok di Bengkala pada khususnya. Kedua pilar
tersebut saling memengaruhi satu sama lainnya untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat Bengkala.
Beberapa kegiatan berbasis ekonomi di KEM Kolok Bengkala, antara lain pelatihan kesenian tarian (Tari
Jalak Anguci, Tari Baris Bebek Bengkala); pelatihan yoga dan tarian yang terinspirasi dari gerakan yoga,
Tari Yogi Nandini; pelatihan pembuatan kain tenun Bengkala; pelatihan produksi jamu Sari Kunyit
Bengkala (Sakuntala); pelatihan batik lukis Bengkala; pelatihan memasak; peternakan dan pertanian
Bengkala; dan di masa depan, akan dilakukan pelatihan pembuatan dupa, pembuatan penginapan, serta
wisata jungle trekking.

Hasil olahan kunyit dengan kualitas terbaik masyarakat Desa Bengkala menghasilkan jamu terbaik yang
baik dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Dikatakan, hasil panen perkebunan kunyit ini tidak hanya
dijual di sejumlah pasar di Buleleng juga ke luar Buleleng, karena kunyit yang dibudidayakan oleh
sejumlah masyarakat di Desa Bengkala memiliki kelebihan dimana sari kunyit yang ada pada Kunyit
Bengkala lebih kuat khasiatnya dari kunyit yang ada.

Bahkan Desa Bengkala yang merupakan kawasan dari pengembangan kawasan ekonomi masyarakat
(KEM) khususnya bagi penyandang tuli bisu kini memanfaatkan kunyit tidak hanya sebagai rempah juga
menjadi olahan minuman berupa jamu sehat yang peminatnya sampai saat ini cenderung meningkat.

Dikatakannya, kunyit dari Desa Bengkala memiliki keunggulan dimana umbi Kunyit Bengkala lebih besar
dibandingkan kunyit yang ada, selain itu dari segi rasa karena sari kunyit yang ada pada Kunyit Bengkala
lebih kuat sehingga sangat cocok untuk diolah menjadi minuman seperti jamu kunyit. Pada saat
pembuatan jamu, mereka memakai kunyit yang paling dewasa (inan kunyit-red) sehingga rasa kunyit
yang dihasilkan dari jamu kunyit itu lebih kuat dan manfaatnya tentu baik untuk kesehatan karena kita
mengolahnya secara tradisional dan tanpa bahan pengawet. Sementara itu bahan baku jamu kunyit
yang ia beri nama Sari Kunyit Bengkala ini ialah dari kunyit yang sudah cukup umur dan yang baru di
panen langsung dari kebun kunyit.

Proses pembuatan jamu ini berawal dari alat yang sangat sederhana. Dulu menggunakan lumpang untuk
menghaluskan kunyit serta rempah rempah lain sebagai bahan tambahan pembuatan jamu. Jamu ini
kemudian dikenal sebagai jamu sakuntala. Jamu ini semakin terkenal karena mengandung kualitas yang
bagus. Program pembuatan jamu ini sebenarnya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyrakat
yang memiliki keterbatasan dalam hal bisu-tuli. Akan tetapi program tersebut dijalankan bersama-sama
dengan masyarakat yang tidak menyadang bisu-tuli.

Pembuatan jamu sakuntala ini dibuat di KEM Desa Bengkala. Karena proses pembuatan jamu ini tidak
hanya membutuhkan kulit saja, maka PT.Persero memberikan dana sebagai modal awal usaha. Usaha ini
dinaungi oleh pembina Desa Bengkala. Banyak hal menguntungkan dalam proses pembuatan jamu.
Selain menghaslikan produk yang mempunyai kualitas bagus, program tersebut bisa menambah
kerjasama dan kekompokan antar perseorangan. Dalam proses pembuatan jamu, disitu sudah dibagikan
bagian kerja atau jobdes masing-masing orang. Komunikasi antar seseorang menggunakan bahasa isyarat
yaitu yang dikenal bahasa kolok atau bahasa ibu (bahasa tuli-bisu khas bengkala).

Anda mungkin juga menyukai