Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 1412-5722

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KARAKTER BERBASIS SOFT


SKILLS DI PERGURUAN TINGGI 1

Abdullah Aly
Dosen Prodi PAI FAI dan Magister Hukum Islam Sekolah Pascasarjana UMS
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta
e-mail: aa130@ums.ac.id

Abstrak: Perhatian tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa pembelajaran di perguruan


tinggi Indonesia dalam pengamatan mereka lebih banyak menekankan pada dimensi hard
skills dari pada soft skills. Kajian ini menghasilkan dua simpulan penting. Pertama, para
dosen dapat menggunakan soft skills untuk mengembangkan karakter lulusan perguruan
tinggi lewat kegiatan kemahasiswaan, dengan dua alternatif teori, yaitu: (1) teori nilai
pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Thomas Lickona atau Pusat Kurikulum
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI; serta (2) teori jenis soft skills dan bentuk-
bentuknya yang dikemukakan oleh Illah Sailah, baik yang bersifat personal, intra personal
atau gabungan dari keduanya

Kata Kunci: Pembelajaran Karakter, Soft Skill, Perguruan Tinggi

Pendahuluan ideal dan yang riil. Adapun fakta riilnya


Pembelajaran karakter di perguruan adalah bahwa praktik pembelajaran karakter
tinggi belakangan ini telah menjadi di perguruan tinggi di Indonesia selama
perhatian penting dari para pengamat dan ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini
pakar pendidikan di Indonesia. Perhatian disebabkan oleh adanya kecenderungan
tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa dari para dosen yang mengelola proses
pembelajaran di perguruan tinggi Indonesia perkuliahannya kurang memperhatikan
dalam pengamatan mereka lebih banyak dimensi soft skills para mahasiswanya.
menekankan pada dimensi hard skills dari Sebagai salah satu contoh adalah bahwa para
pada soft skills. Dalam pandangan mereka, dosen pada saat mengelola perkuliahan di
praktik pembelajaran di perguruan tinggi di kelas mereka cenderung menekankan pada
Indonesia yang ideal itu perlu memadukan pemberian keterampilan teknis dan akademis
antara dimensi hards skills dan soft skills. para mahasiswa. Sementara itu, dimensi
Jika dimensi hards skills menekankan soft skillsnya yang lebih mengutamakan
pada pemberian keterampilan teknis dan keterampilan intra dan inter personal kurang
akademis para mahasiswa terkait dengan memperoleh perhatian dari para dosen. Fakta
bidang ilmu yang dipelajari, maka dimensi ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan
soft skills lebih mengutamakan keterampilan hasil dari fakta lain yang ada di dunia kerja.
intra dan inter personal para mahasiswanya. Pada saat proses perekrutan karyawan
Ringkasnya, kedua dimensi tersebut baru, misalnya, dunia kerja cenderung
idealnya harus menjadi praktik dalam menuntut persyaratan yang terkait dengan
kegiatan kemahasiswaan dan dalam proses keterampilan teknis seperti daftar riwayat
perkuliahan sehari-hari di perguruan tinggi hidup, indeks prestasi, pengalaman kerja
di Indonesia. dan berbagai keterampilan yang dikuasai.
Namun demikian, fakta yang terjadi Dengan demikian, pembelajaran karakter di
adalah adanya kesenjangan antara yang perguruan tinggi di Indonesia masih sangat
1 Disampaikan pada Diskusi “Seton” dosen PAI UMS pada tanggal 17 Desember 2016

40 ishraqi, Volume 1 No. 1 Januari 2017 ... (40-51)


ISSN: 1412-5722

memprihatinkan, karena penekanannya lebih di perguruan tinggi. Bentuk kajian ini


pada dimensi hard skills saja. dipilih dengan alasan utama bahwa studi
Terkait dengan adanya kesenjangan kasus merupakan bentuk kajian yang sangat
antara yang ideal dan yang riil dalam konteks
cocok untuk mengkaji sesuatu peristiwa
pembelajaran karakter di atas, Pemerintah atau situasi dengan lebih mendalam, dan
RI di bidang pendidikan tinggi telah untuk mendapatkan pemahaman yang
mencanangkan tiga strategi pengembangan lebih komprehensif tentang aspek individu,
perguruan tinggi di Indonesia. Ketiga strategi
peristiwa, atau situasi (Creswell, 2008:
tersebut adalah Nation Competitivness, 19). Menurut Lisa M. Given (2008:
Autonomy, dan Organization Health (Ditjen 68), studi kasus cocok digunakan untuk
Dikti, 2004: 5-6). Sebagai salah satu strategi
mendeskripsikan tentang pandangan,
pemerintah, strategi nation competitivenesspenemuan, dan penafsiran terhadap sesuatu
merupakan salah satu strategi yang sangat situasi, peristiwa, program, atau fenomena.
relevan untuk memperpendek jarak Selanjutnya, studi kasus dapat memberikan
kesenjangan antara yang ideal dan yang riildata yang kaya dan informasi yang
dalam konteks pembelajaran karakter di mendalam, lengkap, menyeluruh, dan dapat
perguruan tinggi di Indonesia dewasa ini. memberi gambaran yang lebih terperinci
Memperhatikan uraian di atas, maka tentang fenomena yang dikaji.
rumusan masalah yang ingin dijawab dalam Kajian ini dilakukan dengan
tulisan ini meliputi dua masalah. Pertama, menggunakan studi kepustakaan, yaitu
bagaimana para dosen dapat menggunakan kajian teoritis, referensi serta literatur
soft skills untuk mengembangkan karakter ilmiah lainnya yang berkaitan dengan
lulusan perguruan tinggi lewat kegiatan budaya, nilai dan norma yang berkembang
kemahasiswaan? Kedua, bagaimana para pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono,
dosen dapat menjadikan soft skills sebagai 2012). Dari buku-buku referensi diperoleh
basis pembelajaran karakter di perguruan cara pemecahan masalah berdasarkan teori-
tinggi? Terkait dengan kedua rumusan teori dan rumus-rumus yang telah diuji
masalah tersebut, maka tulisan ini bertujuan
kebenarannya dan diakui secara umum.
untuk menguji kemungkinan soft skills Juga dapat ditelaah penelitian-penelitian
digunakan oleh para dosen sebagai basis sebelumnya yang berkaitan dengan objek
pengembangan karakter para mahasiswa yang sedang diteliti melalui jurnal ilmiah
di perguruan tinggi. Selain itu, tulisan yang sangat mudah diakses.
ini juga bertujuan untuk menjadikan soft Dari segi pengumpulan data, kajian
skills sebagai basis pembelajaran karakter ini menggunakan metode telaah dokumen,
di perguruan tinggi oleh para dosen. yaitu “telaah terhadap catatan peristiwa
Berdasarkan pada rumusan masalah dan yang sudah berlalu yang  berbentuk tulisan,
tujuan di atas, maka nilai manfaat dari tulisan
gambar, atau karya-karya monumental dari
ini adalah bahwa pembelajaran karakter di seseorang” (Sugiyono, 2012: 329). Metode
perguruan tinggi di Indonesia ke depan dapat
ini dipilih karena studi dokumen pada masa
dicapai dengan memadukan antara dimensi kini menjadi salah satu bagian yang penting
hard skills dan soft skills dalam satu paket
dan tak terpisahkan dalam metodologi
yang terintegrasi—baik dalam kegiatan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan oleh
kemahasiswaan maupun dalam proses adanya kesadaran dan pemahaman baru yang
perkuliahan sehari-hari. berkembang di para peneliti, bahwa banyak
sekali data-data yang tersimpan dalam
Metode Kajian bentuk dokumen dan artefak. Sehingga
Bentuk kajian yang digunakan penggalian sumber data lewat studi dokumen
dalam studi ini adalah studi kasus, yaitu menjadi pelengkap bagi proses penelitian
pembelajaran karakter berbasis soft skills kualitatif. Bahkan tingkat kredibilitas suatu

Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter 41


ISSN: 1412-5722

hasil penelitian kualitatif sedikit banyaknya pelajaran kepada peserta didik tentang


ditentukan pula oleh penggunaan dan pengetahuan moral dasar untuk mencegah
pemanfaatan dokumen yang ada. mereka melakukan perilaku tidak bermoral
Analisis data dalam kajian ini atau membahayakan bagi diri sendiri
menggunakan analisis isi (content analysis maupun  orang lain”. Thomas Lickona
document), yaitu: “teknik yang digunakan menawarkan definisi lain, “pendidikan
untuk menarik kesimpulan melalui usaha karakter merupakan suatu usaha yang
menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan dengan sengaja untuk membantu
dilakukan secara objektif, dan sistematis” seseorang sehingga ia dapat memahami,
(Moleong, 2007: 220). Tahapannya terdiri memperhatikan dan melakukan nilai-nilai
atas empat langkah, yaitu: (1) melakukan etika yang pokok” (Lickona, 1991: 51).
coding terhadap istilah-istilah atau kalimat Sementara itu, menurut Suyanto (2010),
yang relevan; (2) mengklasifikasi coding “pendidikan karakter sebagai cara berpikir
dengan melihat satuan makna yang dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
berhubungan dengan tujuan penelitian dalam individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
rangka membuat kategori; (3) satuan makna dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,
dan kategori dianalisis dan dicari hubungan maupun negara”. Lebih lanjut, T. Ramli (2003)
satu dengan lainnya untuk menemukan arti, berpendapat bahwa “pendidikan karakter
makna dan tujuan isi dari teks; serta (4) hasil memiliki esensi dan makna yang sama
analisis dideskripsikan dalam bentuk draf dengan pendidikan moral dan pendidikan
laporan penelitian. akhlak”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas
Kajian Teori ditemukan 4 (empat) hal penting dalam
1. Definisi Pendidikan Karakter dan pendidikan karakter. Pertama, pendidikan
Nilai-nilainya karakter itu sama dengan pendidikan moral
Pentingnya pendidikan karakter di dan pendidikan akhlak. Kedua, pendidikan
perguruan tinggi di Indonesia mengacu karakter itu bertujuan untuk membentuk
kepada UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003. pribadi peserta didik supaya menjadi
Dalam UU ini dinyatakan bahwa tujuan manusia yang baik, warga masyarakat dan
pendidikan nasional adalah mengembangkan warga negara yang baik. Ketiga, pendidikan
potensi peserta didik untuk memiliki karakter itu mengandung tiga unsur pokok,
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. yaitu mengetahui kebaikan, mencintai
Lalu, apa pendidikan karakter itu? kebaikan, dan melakukan kebaikan. Keempat,
Pendidikan karakter didefinisikan oleh karakter peserta didik dapat dipengauhi oleh
para pakar pendidikan secara beragam. guru lewat keteladanannya, seperti cara guru
Sebagai contoh John W. Santrock (2007: berbicara atau menyampaikan materi, cara
121), mengatakan bahwa “pendidikan guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
karakter merupakan pendekatan langsung lainnya.
untuk pendidikan moral dengan memberi
Matrik 1. Perbandingan Nilai Pendidikan Karakter Menurut Lickona dan Puskur Kemendikbud RI
Pendapat Nilai Pendidikan Karakter
1. Ketulusan hati atau kejujuran,
2. Belas kasih,
3. Kegagahberanian,
Thomas Lickona 4. Kasih sayang,
5. Kontrol diri,
6. Kerja sama,
7. Kerja keras.

42 ishraqi, Volume 1 No. 1 Januari 2017 ... (40-51)


ISSN: 1412-5722

Pendapat Nilai Pendidikan Karakter

1. Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan,


bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik; 
2. Cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi
Ipteks, dan reflektif; 
Pusat Kurikulum 3. Bersih, sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat,
Kemendikbud RI kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih; serta 
4. Kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan,
ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia),
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis),
bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja.

Sumber: Diadopsi oleh penulis dari berbagai sumber.

Lebih lanjut, pendidikan karakter itu soft skills didefinisikan sebagai “personal
memiliki nilai-nilai etika inti (core ethical
and interpersonal behaviour that develop
values) yang dapat ditanamkan kepada and maximize human performance (e.g.
peserta didik. Matrik 1 memberikan confidence, flexibility, honesty, and
gambaran secara rinci tentang nilai-nilai inti
integrity)” yang maksudnya adalah bahwa
dari pendidikan karakter. Dalam pandangan soft skills merupakan “Perilaku personal dan
Lickona (Lickona, 1991: 51), ada tujuh nilaiinterpersonal yang mengembangkan dan
karakter esensial yang dapat ditanamkan memaksimalkan kinerja seseorang terkait
kepada peserta didik. Di pihak lain, Pusat kepercayaan diri, fleksibilitas, kejujuran dan
Kurikulum Kementerian Pendidikan Dasar integritas diri”. Senada dengan definisi di atas,
dan Menengah menyebutkan ada 4 (empat) Elfindri dkk (2011: 67), mendefinisikan soft
kelompok nilai inti dalam pendidikan skills sebagai “keterampilan dan kecakapan
karakter (Pemerintah RI, 2010: 21), yaitu: hidup, baik untuk diri sendiri, berkelompok,
(1) karakter yang bersumber dari olah atau bermasyarakat, serta dengan Sang
hati,  (2) karakter yang bersumber dari olahPencipta”. Selanjutnya, Illah Sailah (2008:
pikir, (3) karakter yang bersumber dari olah19) berpendapat bahwa soft skills adalah
raga/kinestetika, serta (4) karakter yang “keterampilan seseorang dalam berhubungan
bersumber dari olah rasa dan karsa. dengan orang lain (inter-personal skills)
dan keterampilan dalam mengatur dirinya
2. Definisi Soft Skills dan Jenis-jenisnya sendiri (intra-personal skills) yang mampu
Dalam berbagai referensi ditemukan mengembangkan secara maksimal unjuk
beragam definisi tentang soft skills. kerja (performans) seseorang”.
Menurut LaFrance (2016: 4), misalnya,
Matrik 2. Jenis-jenis Soft Skills dan Bentuknya
Jenis Soft Skills Bentuknya
Manajemen waktu
Manajemen stress
Manajemen perubahan
Personal
Karakter transformasi
Berpikir kreatif
Memiliki acuan tujuan positif

Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter 43


ISSN: 1412-5722

Jenis Soft Skills Bentuknya


Kemampuan memotivasi
Kemampuan memimpin
Kemampuan negosiasi
Intra-personal Kemampuan presentasi
Kemampuan komunikasi
Kemampuan membuat relasi
Kemampuan bicara di muka umum
Kejujuran,
Tanggung jawab,
Berlaku adil,
Kemampuan bekerja sama,
Gabungan antara Personal dan Kemampuan beradaptasi,
Intra-personal Kemampuan berkomunikasi,
Toleran,
Hormat terhadap sesama,
Kemampuan mengambil keputusan,
dan Kemampuan memecahkan masalah
Sumber: Diadopsi oleh penulis dari berbagai sumber.

Berdasarkan definisi di atas diperoleh (enam) bentuk, maka soft skills yang bersifat
tiga catatan penting. Pertama, bahwa pada intra personal memiliki 7 (tujuh) bentuk.
dasarnya soft skills merupakan kemampuan Sementara itu, kedua bentuk soft skills
yang sudah melekat pada diri seseorang, tersebut selanjutnya digabungkan menjadi
tetapi dapat dikembangkan dengan maksimal 10 (sepuluh) bentuk (Illah Sailah: 2008: 19-
dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan 20).
sebagai pelengkap dari kemampuan hard
skills. Kedua, soft skills dibedakan menjadi 3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
dua macam, yaitu: soft skills yang terkait Pendekatan pembelajaran di perguruan
dengan personal dan soft skills yang terakait tinggi yang paling muttakhir adalah
dengan intra personal. Condoh soft skills pendekatan SCL (student centered
personal adalah kemampuan mengendalikan learning). Pendekatan SCL ini menurut
emosi dalam diri,   dapat menerima nasehat Rogers (1983: 183), “merupakan hasil dari
orang lain, mampu memanajemen waktu, dan transisi perpindahan kekuatan dalam proses
selalu berpikir positif. Sementara itu, contoh pembelajaran, dari kekuatan dosen sebagai
soft skills intra personal adalah kemampuan pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai
berhubungan atau berinteraksi dengan pembelajar”. Dengan redaksi yang berbeda,
orang lain, bekerja sama dengan kelompok Kember (1997: 255) mengatakan “bahwa
lain, dan lain lain. Ketiga, bahwa soft skills SCL merupakan sebuah kutub proses
merupakan komplemen dari hard skills. pembelajaran yang menekankan mahasiswa
Jika hard skills berkaitan dengan IQ, otak sebagai pembangun pengetahuan sedangkan
kiri serta kemampuan teknis dan akademis kutub yang lain adalah dosen sebagai agen
seseorang yang diperlukan dalam dunia yang memberikan pengetahuan”. Dari dua
kerja; maka soft skills berkaitan dengan EQ, definisi tersebut dapat dipahami bahwa
otak kanan serta kemampuan non-teknis dan SCL adalah suatu model pembelajaran yang
non-akademis seseorang yang diperlukan menempatkan peserta didik sebagai pusat
dalam kehidupan sehari-hari. dari proses belajar. Model pembelajaran ini
Lebih lanjut, soft skills itu memiliki jenis berbeda dari model belajar konvensional
dan bentuk yang berbeda-beda sebagaimana yang menekankan pada transfer pengetahuan
yang tergambar dalam Matrik 2. Jika soft dari dosen ke mahasiswa yang relatif
skills yang bersifat personal memiliki 6 bersikap pasif.

44 ishraqi, Volume 1 No. 1 Januari 2017 ... (40-51)


ISSN: 1412-5722

Dalam kajian ini SCL dipilih sebagai Hasil Dan Pembahasan


pendekatan dalam perkuliahan dengan alasan 1. Soft Skills dan Pengembangan
bahwa SCL sangat cocok untuk perkuliahan Karakter Mahasiswa
berbasis soft skills. Pendekatan SCL telah Beberapa data yang diperoleh dalam
menekankan pada minat, kebutuhan dan kajian ini menunjukkan bahwa karakter
kemampuan individu, menjanjikan model mahasiswa dapat dikembangkan melalui
belajar yang menggali motivasi intrinsik kegiatan kemahasiswaan berbasis soft
untuk membangun masyarakat yang suka skills. Adapun jenis data yang disajikan
dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dalam pembahasan ini adalah kegiatan
dapat mengembangkan kualitas sumber daya kemahasiswaan di UGM, UNAIR, ITS,
manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti dan IPB yang dijadikan sarana untuk
kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya pengembangan karakter mahasiswa berbasis
diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan soft skills.
dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi Kegiatan kemahasiswaan di UGM yang
dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, dijadikan sarana untuk pengembangan soft
serta wawasan global untuk dapat selalu skills sejak tahun 2005 diarahkan:
beradaptasi terhadap perubahan dan
perkembangan. “Untuk meningkatkan thinking skills,
Sebagai konsekuensi dari penerapan learning skills dan living skills.  Program
pendekatan SCL dalam perkuliahan, ada ini diberikan kepada mahasiswa
beberapa metode yang dapat digunakan baru pada masa orientasi kampus.
dalam pendekatan SCL, yaitu: (1) Small Learning Skills adalah keterampilan
Group Discussion, (2) Role-Play & yang digunakan agar mahasiswa selalu
Simulation, (3) Case Study, (4) Discovery dapat mengembangkan diri melalui
Learning, (5) Self-Directed Learning, (6) proses belajar yang berkelanjutan.
Cooperative Learning, (7) Collaborative Thinking Skills adalah keterampilan
Learning, (8) Contextual Instruction, (9) yang dibutuhkan pada saat mahasiswa
Project Based Learning, dan (10) Problem berpikir untuk memecahkan masalah
Based Learning and Inquiry (Illah Sailah: di kehidupan sehari-hari. Living skills
2008: 36). Semua metode di atas menuntut adalah keterampilan yang dibutuhkan
partisipasi aktif dari mahasiswa di satu untuk beradaptasi dalam kehidupan
sisi, dan pada sisi yang lain dosen dituntut sehari-hari” (Ilah Sailah, dkk. 2008: 44).
untuk berperan sebagai fasilitator dan mitra
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan kemahasiswaan di Universitas
Harus diakui bahwa semua metode di atas Airlangga dan Institut Teknologi Surabaya
sangat relevan dengan kondisi ekstemal masa (ITS), keduanya berada di Surabaya, juga
kini yang menjadi tantangan bagi mahasiswa dijadikan sarana untuk mengembangkan
untuk mampu mengambil keputusan karakter mahasiswa berbasis soft skills.
secara efektif terhadap problematika yang
dihadapinya. Melalui penerapan metode “Universitas Airlangga beberapa
tersebut mahasiswa harus berpartisipasi tahun terakhir ini memiliki program
secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki Mahasiswa Unggulan. Mahasiswa yang
daya kritis, mampu menganalisis dan dapat menjadi peserta adalah mahasiswa
memecahkan masalah-masalahnya sendiri. pilihan dari berbagai fakultas yang

Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter 45


ISSN: 1412-5722

dinyatakan berprestasi. Program ini durasi, capaian dan keberlanjutan.


diisi dengan caring and sharing antara Apakah pelatihan akan diarahkan
pakar/praktisi dengan mahasiswa pada transformasi keyakinan, motivasi,
seputar isu-isu aktual. Keuntungan karakter, impian. Lantas tidak hanya
program ini adalah dapat menjaring berhenti di pelatihan tanpa adanya
future leader dan membinanya dari sejak coaching oleh para coach yang tangguh,
awal sebelum mereka lulus. Kemampuan sampai akhirnya dalam durasi tertentu
yang ingin ditingkatkan adalah wawasan akan terjadi transformasi diri yang
yang luas, saling menghormati satu seutuhnya” (Ilah Sailah, dkk. 2008: 46).
sama lain, berjiwa entrepreneur, berfikir
kreatif dan kemampuan belajar yang Memperhatikan jenis data di atas di satu
lebih baik” (Ilah Sailah, dkk. 2008: 45). sisi dan kajian teori di atas pada sisi yang
lain, dapat ditegaskan bahwa para dosen
Sementara itu, di ITS telah dilakukan dapat mengembangkan karakter mahasiswa
kegiatan yang secara tidak langsung akan di perguruan tinggi melalui kegiatan
meningkatkan soft skills mahasiswa melalui kemahasiswaan, dengan dua alternatif
center for entrepreneurship development, teori, yaitu: (1) teori nilai pendidikan
atau kegiatan business gathering. karakter yang dikemukakan oleh Thomas
Lickona atau Pusat Kurikulum Kementerian
“Kegiatan ini dimaksudkan untuk Pendidikan dan Kebudayaan RI; serta (2)
meningkatkan jiwa entrepreneurial, teori jenis soft skills dan bentuk-bentuknya
diantaranya berani mengambil resiko, yang dikemukakan oleh Illah Sailah, baik
berani bermimpi, pantang menyerah yang bersifat personal, intra personal atau
dan selalu bersemangat. Sebenarnya gabungan dari keduanya.
kegiatan pengembangan soft skills tidak Jika teori Lickona yang dipilih, maka
akan optimal bila hanya dilakukan pengembangan karakter mahasiswa
melalui pelatihan, seminar dan dapat dilakukan dengan 7 (tujuh) nilai
workshop. Pengembangan soft skills pendidikan karakter, yaitu: (1) ketulusan
harus dipraktekkan berulang-ulang dan hati atau kejujuran, (2) belas kasih, (3)
didampingi oleh mentor” (Ilah Sailah, kegagahberanian, (4) kasih sayang, (5)
dkk. 2008: 45). kontrol diri, (6) kerja sama, dan (7) kerja
keras. Sementara itu, jika yang dipilih teori
Terakhir, berbagai kegiatan Unit Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan
Kegiatan Mahasiswa yang diselenggarakan Dasar dan Menengah, maka pengembangan
di IPB, telah banyak memuat materi soft karakter mahasiswa dapat dilakukan
skills yang dapat dikembangkan oleh dengan 4 (empat) kelompok nilai inti dalam
mahasiswa. Hal ini akan berhasil guna jika pendidikan karakter, yaitu: (1) karakter
program yang digulirkan lebih terarah untuk yang bersumber dari olah hati: beriman
mengembangkan atribut tertentu sesuai dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib,
dengan kebutuhan populasinya. taat aturan, bertanggung jawab, berempati,
berani mengambil resiko, pantang menyerah,
“Unit kegiatan karate saja, apabila rela berkorban, dan berjiwa patriotik;  (2)
dihayati dan benar-benar ditujukan untuk karakter yang bersumber dari olah pikir:
pengembangan soft skills mahasiswa, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu,
dapat diarahkan untuk memperkuat produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif;
atribut komitmen, bersemangat, mandiri, (3) karakter yang bersumber dari olah raga/
dan ketangguhan. Kegiatan pelatihan kinestetika: bersih, sehat, sportif, tangguh,
harus terprogram dengan baik, ada andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,

46 ishraqi, Volume 1 No. 1 Januari 2017 ... (40-51)


ISSN: 1412-5722

determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih; Nicole Fallon (2015: 3)—seorang


serta (4) karakter yang bersumber dari trainer soft skills di New York, misalnya,
olah rasa dan karsa: kemanusiaan, saling berpendapat:
menghargai, gotong royong, kebersamaan,
ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, “Bahwa soft skills mahasiswa itu bukan
kosmopolit (mendunia), mengutamakan hanya dapat dikembangkan melainkan
kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), juga dapat diajarkan oleh para dosen
bangga menggunakan bahasa dan produk di perguruan tinggi”. Senada dengan
Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos pendapat ini, Felix Day menyatakan
kerja. “bahwa mahasiswa itu memerlukan soft
Di pihak lain, jika teori jenis soft skills skills untuk keberhasilannya pada karir
dan bentuk-bentuknya yang dikemukakan dan dunia kerja, oleh karena itu materi
oleh Illah Sailah di pilih, baik yang bersifat soft skills perlu diajarkan kepada para
personal, intra personal atau gabungan dari mahasiswa di perguruan tinggi” (Felix
keduanya, maka pengembangan karakter Day, 2012: 5).
mahasiswa dapat dilakukan dengan 10
(sepuluh) jenis soft skills dan bentuk- Data lain yang menegaskan bahwa
bentuknya, yaitu: (1) kejujuran, (2) tanggung soft skills itu dapat dijadikan materi
jawab, (3) berlaku adil, (4) kemampuan untuk pengembangan karakter mahasiswa
bekerja sama, (5) kemampuan beradaptasi, di perguruan tinggi adalah pendapat
(6) kemampuan berkomunikasi, (7) toleran, Prijosaksono dan Christoph Hanssert.
(8) hormat terhadap sesama, (9) kemampuan Prijosaksono dalam buku terbaru yang
mengambil keputusan, dan (10) kemampuan berjudul The Power of Transformation
memecahkan masalah. Kesepuluh jenis (2005: 170) menuliskan bahwa:
soft skills di atas merupakan gabungan dari
keterampilan mahasiswa dalam mengatur “Transformasi diri 90 hari akan mampu
dirinya sendiri dan keterampilan dalam membangun kebiasaan-kebiasaan
berhubungan dengan orang lain. Lebih baru yang lebih baik. Dalam buku itu
lanjut dinyatakan bahwa kesepuluh jenis soft juga diuraikan bahwa ada 5 prinsip
skills inilah yang berkontribusi sekitar 80% transformasi yaitu: (1) meyakini dan
terhadap keberhasilan mahasiswa dalam mendayagunakan kekuatan dan anugrah
berbagai jenis profesi dan pekerjaan. Tuhan dalam diri, (2) membuat pilihan
dan keputusan dalam diri, (3) melakukan
2. Soft Skills sebagai Basis Pembelajaran kebiasaan-kebiasaan baik secara terus-
Karakter di Perguruan Tinggi menerus dalam kehidupan ini, (4)
Beberapa data yang diperoleh dalam mampu membangun interaksi dengan
kajian ini menunjukkan bahwa soft skills orang lain, dan (5) mampu bekerja
dapat dijadikan materi untuk pengembangan secara sinergis dan kreatif dengan orang
karakter mahasiswa di perguruan tinggi. lain dalam organisasi”.
Adapun jenis data yang disajikan dalam
pembahasan ini berupa pendapat para pakar Di pihak lain, Christoph Hansert,
yang menegaskan bahwa karakter mahasiswa seorang pakar dalam bidang pengembangan
dapat dikembangkan oleh para dosen melalui pendidikan dari Jerman (dalam Illah Sailah,
kegiatan perkuliahan berbasis soft skills. 2008: 46), menyarankan:
Jenis data yang disajikan dalam pembahasan
ini adalah pendapat Nicole Fallon, Felix Day, “Agar pengembangan soft skills
Prijosaksono, dan Christoph Hansert. untuk mahasiswa Indonesia dilakukan

Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter 47


ISSN: 1412-5722

dengan cara menjalin jejaring kerja kehidupan nyata mahasiswa, melainkan


(networking) dosen Indonesia dengan juga memfokuskan pada kepribadian para
dosen luar negeri yang melibatkan mahasiswa, terutama terkait penumbuhan
mahasiswa, misalnya dalam bidang rasa percaya diri sehingga menjadi manusia
penelitian. Dengan jejaring ini, mau utuh yang memiliki kemantapan emosional
tidak mau mahasiswa akan terpaksa dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang
berkomunikasi tulisan dengan mengendalikan dirinya dengan konsisten
menggunakan bahasa asing. Suatu saat dan memiliki rasa empati.
mahasiswa ini difasilitasi untuk bertemu Lebih lanjut, pada aspek materi, para
bertukar pikiran, saling menghargai dosen dapat menjadikan jenis-jenis soft skills
pendapat, mempelajari budaya orang sebagaimana yang dikemukakan oleh Illah
lain dan belajar bekerjasama dalam Sailah di atas sebagai topik pembahasan
tim”. inti dalam perkuliahannya secara berurutan.
Pada setiap waktu tatap muka dosen dapat
Memperhatikan jenis data di atas di satu menyampaikan satu atau dua materi soft
sisi dan kajian teori di atas pada sisi yang lain, skills dengan memperkaya pesan moral di
dapat ditegaskan bahwa karakter mahasiswa dalamnya, baik pada saat awal membuka
di perguruan tinggi dapat dikembangkan oleh perkuliahan atau menutup pertemuan. Cara
dosen melalui kegiatan perkuliahan berbasis ini disebut Message of the week (MOW).
soft skills. Kegiatan perkuliahan ini terdiri Pesan yang disampaikan dapat berupa kata-
atas tiga alternatif cara, yaitu: (1) lewat kata mutiara dari berbagai sumber dengan
kegiatan pembelajaran mata kuliah yang pemaknaannya dalam berkehidupan. Jika
berdiri sendiri, (2) lewat penggunaan metode satu semester ada 14 kali pertemuan, dan
perkuliahan dengan mengintegrasikannya setiap mahasiswa minimal mengambil 6
ke dalam mata kuliah tertentu, dan (3) lewat mata kuliah, maka paling tidak dalam satu
menjadikan dosen sebagai role model bagi semester mereka akan diinspirasi dengan 84
para mahasiswa. Ketiga cara tersebut akan kata-kata dan cerita yang membangun moral.
dibahas pada uraian-uraian berikut. Jika hal ini dilakukan secara konsisten
Pertama, pembelajaran soft skills dapat oleh para dosen, maka diyakini dapat
dilakukan melalui mata kuliah yang berdiri memperbaiki pola pikir, sikap dan perilaku
sendiri. Jika cara ini yang dipilih, maka mahasiswa yang berbasis soft skills.
sang dosen harus memastikan bahwa dalam Kedua, pembelajaran soft skills
struktur kurikulumnya ada mata kuliah soft lewat metode perkuliahan dan
skills. Pada bagian ini, proses pembelajaran mengintegrasikannya ke dalam mata kuliah
perlu diarahkan pada 2 aspek pembelajaran, tertentu. Jika cara ini yang dipilih, para
yaitu: tujuan dan materi yang berbasis dosen perlu menekankan pada dua aspek,
soft skills. Pada aspek tujuan, dosen harus yaitu: aspek pendekatan dan aspek metode
memastikan bahwa tujuan perkuliahan yang perkuliahan. Pada aspek pendekatan,
harus dicapai oleh para mahasiswa adalah dosen perlu menggunakan pendekatan
gabungan dari tiga ranah pembelajaran, SCL sebagai pilihan utama dalam proses
yaitu: ranah kognitif, ranah psikomotorik, perkuliahan. Pendekatan ini berkonsekuensi
dan ranah afektif. Oleh karena sifatnya pada perubahan cara pandang dalam proses
gabungan, maka tujuan perkuliahan bukan pembelajaran di perguruan tinggi. Ada tiga
hanya menekankan pada hafalan dan perubahan cara pandang dalam perkuliahan,
penguasaan jenis soft skills dan bentuk- yaitu: (1) dari sisi pengetahuan, dulu
bentuknya, juga bukan hanya menekankan pengetahuan dipandang sebagai sesuatu
pada keterampilan mempraktikkan jenis yang sudah jadi, tinggal dipindahkan dari
soft skills dan bentuk-bentuknya dalam dosen ke mahasiswa. Namun sekarang

48 ishraqi, Volume 1 No. 1 Januari 2017 ... (40-51)


ISSN: 1412-5722

pengetahuan adalah hasil konstruksi atau Ketiga, melalui dosen role model bagi
hasil transformasi seseorang yang belajar; (2) mahasiswanya. Yang dimaksud dosen role
dulu belajar adalah menerima pengetahuan model di sini adalah “Seorang dosen yang
(pasif-reseptif), sekarang belajar adalah berfungsi sebagai contoh, yang perilakunya
mencari dan mengkonstruksi (membentuk) ditiru orang lain” (Kamus Online Wikipedia,
pengetahuan aktif dan spesifik; serta (3) 2016). Mahasiswa akan mudah mengikuti
dulu mengajar adalah menjalankan sebuah kata-kata dosennya, jika ada contoh
instruksi yang telah dirancang, namun riil darinya. Jika seorang dosen berkata
kini menjalankan berbagai strategi yang pentingnya dialog dalam memecahkan
membantu mahasiswa untuk dapat belajar. permasalahan tertentu, misalnya, namun sang
Adapun pada aspek metode, para dosen dosen tidak pernah sedikitpun melakukan
harus menggunakan berbagai metode langkah tersebut. maka otomatis mahasiswa
dalam proses perkuliahan. Lewat beragam akan mengabaikan pernyataannya tersebut.
metode, dosen dapat menginternalisasikan Jika cara ini yang dipilih, para dosen
dan mengimplementasikan soft skills dalam harus siap menjadi teladan dalam penerapan
proses perkuliahan. Berbagai metode telah soft skills dalam kehidupan nyata di
banyak ditemukan oleh peneliti pendidikan lingkungan perguruan tinggi. Harus diakui
sebagaimana yang dijelaskan dalam kajian bahwa pengembangan soft skills akan efektif
teori di atas, dosen tinggal memilih mana jika para dosen siap menjadi role model
yang cocok dan relevan untuk diterapkan bagi mahasiswanya. Misalnya jika akan
pada mata kuliah yang diampu. menegakkan disiplin mahasiswa, maka
contoh baik dapat didemonstrasikan kepada
Dalam satu mata kuliah dapat diterapkan
mahasiswa oleh dosennya. Apabila dosen
pengembangan soft skills lebih dari dua atribut
menginginkan mahasiswa datang tepat
sekaligus. Misalnya melatih berpikir analitis,
waktu, maka dosen harus duluan datang ke
kreatif, berfikir kritis dan manajemen waktu
kelas. Apabila mahasiswa diminta untuk
dapat dilakukan pendekatan SCL dengan
selalu menjaga kebersihan kelas, maka dosen
menggunakan Problem based Learning atau
harus mampu menghapus papan tulis setelah
studi kasus. Sementara itu, penerapan atribut
selesai kuliah. Apabila dosen berjanji akan
soft skills di ruang kelas dapat dilakukan mengembalikan tugas dalam tiga minggu,
dengan memperbanyak tugas presentasi, maka jangan sampai mengembalikan 5
diskusi kelompok, sampai role play. Lebih minggu kemudian.
jauh, jika mata kuliah tersebut mengharapkan Role model dosen dapat diperlihatkan
peningkatan atribut soft skills komunikasi, dengan saling menghargai dengan teman
kerjasama kelompok, dan berfikir analitis dan sejawat di depan mahasiswa. Sebaliknya,
kritis, maka diskusi kelompok diikuti dengan saling menjelekkan antar dosen di depan
penyajian lisan akan menjadi pilihan untuk mahasiswa patut dihindari. Jika dosen
diterapkan. Dengan demikian pendekatan kalah dalam satu kompetisi, jangan sampai
pembelajaran SCL belum tentu cocok antara mahasiswa menjadi tumpahan keluhan rasa
satu mata kuliah dengan mata kuliah lainnya. kekesalan dosen dengan menyalahkan orang
Berbagai metode di atas meniscayakan lain. Sering-seringlah memberikan pujian
perlunya dapat membuat proses pembelajaran kepada mahasiswa di depan mahasiswa
lebih menarik minat dan menyenangkan. lainnya jika mahasiswa mampu mencapai
Peran dosen dalam hal ini adalah: (1) prestasi, baik prestasi akademik mupun
membangun proses dialog, (2) menangani prestasi non-akademik.
dinamika kelompok, (3) terlibat dengan
motivasi mahasiswa, (4) mengintroduksikan Simpulan
berpikir kritis, dan (5) memberdayakan Kajian ini menghasilkan dua
kurikulum tersembunyi. simpulan penting. Pertama, para dosen

Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter 49


ISSN: 1412-5722

dapat menggunakan soft skills untuk karakter di perguruan tinggi, yang terdiri
mengembangkan karakter lulusan perguruan atas tiga alternatif cara, yaitu: (1) lewat
tinggi lewat kegiatan kemahasiswaan, kegiatan pembelajaran mata kuliah yang
dengan dua alternatif teori, yaitu: (1) teori berdiri sendiri, (2) lewat penggunaan metode
nilai pendidikan karakter yang dikemukakan perkuliahan dengan mengintegrasikannya
oleh Thomas Lickona atau Pusat Kurikulum ke dalam mata kuliah tertentu, dan (3) lewat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadikan dosen sebagai role model bagi
RI; serta (2) teori jenis soft skills dan bentuk- para mahasiswa. Jika yang dipilih cara
bentuknya yang dikemukakan oleh Illah pertama, maka para dosen harus memastikan
Sailah, baik yang bersifat personal, intra bahwa dalam struktur kurikulumnya ada mata
personal atau gabungan dari keduanya. Jika kuliah soft skills. Proses pembelajarannya
teori Lickona yang dipilih, maka kegiatan perlu diarahkan pada 2 aspek pembelajaran,
kemahasiswaan perlu diarahkan pada 7 yaitu: tujuan dan materi yang berbasis
(tujuh) nilai pendidikan karakter. Jika teori soft skills. Jika yang dipilih cara kedua,
Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan maka para dosen perlu menekankan pada
dan Kebudayaan RI yang dipilih, maka dua aspek, yaitu: aspek pendekatan dan
kegiatan kemahasiswaan perlu diarahkan aspek metode perkuliahan. Pendekatan
pada 4 (empat) kelompok nilai inti dalam yang digunakan dalam perkuliahan adalah
pendidikan karakter. Sementara itu, jika pendekatan SCL (student centered learning),
yang dipilih adalah teori jenis soft skills dan sedangkan metode perkuliahannya adalah:
bentuk-bentuknya yang dikemukakan oleh (1) Small Group Discussion, (2) Role-Play
Illah Sailah, baik yang bersifat personal, & Simulation, (3) Case Study, (4) Discovery
intra personal atau gabungan dari keduanya; Learning, (5) Self-Directed Learning, (6)
maka kegiatan kemahasiswaan perlu Cooperative Learning, (7) Collaborative
diarahkan pada 10 (sepuluh) jenis soft skills Learning, (8) Contextual Instruction, (9)
dan bentuk-bentuknya. Project Based Learning, dan (10) Problem
Kedua, para dosen dapat menjadikan Based Learning and Inquiry.
soft skills sebagai basis pembelajaran
Daftar Rujukan
Creswell, John W. 2008. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,
Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Day, Flex. 2012. Our Students Need Soft Skills. Mali: Delta College Press.
Ditjen Dikti RI. 2004. Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003-2010.
Elfindri, dkk., 2010. Soft Skills untuk Pendidik. T.k.: Baduose Media.
Fallon, Nicole. 2015. Soft Skills Matter: Can They Be Taught? New York: Business News
Daily Assistant Editor.
Given, Lisa M. 2008. The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods, Singapore:
Sage Publications.
https://en.wikipedia.org/wiki/Role_model
Kember, D. 1997. “A reconceptualisation of the research into university academics
conceptions of teaching”. Learning and Instruction 7(3), 255–275.
LaFrance, Aricia E. Helping Students Cultivate Soft Skills. Diakses pada 15 Desember 2016,
dari http://www.ncda.org/aws/NCDA/pt/sd/news_article/7010/_PARENT/layout_
details_cc/false

50 ishraqi, Volume 1 No. 1 Januari 2017 ... (40-51)


ISSN: 1412-5722

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.  Bandung: Remaja Rosda Karya.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Prijosaksono, A. M. Marlan. 2005. The Power of Transformation. Penerbit Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Ramli, T. 2003. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bestari Muara Murni.
Rogers, C. R. 1983. “The politics of education”. In Freedom to Learn for the 80’s. Ohio:
Charles E. Merrill Publishing Company.
Sailah, Ilah dkk. 2008. Pengembangan Soft Skills dalam Proses Pembelajaran di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Direktorat Akademik, Direktorak Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Ed. Kedua. Jakarta: Kencana Press.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.  Bandung: ALFABETA.
Suyanto, Ph.D. 2010. Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah.
Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian
Pendidikan Nasional.

Abdullah Aly, Pengembangan Pembelajaran Karakter 51

Anda mungkin juga menyukai