Anda di halaman 1dari 2

Fenomena Dokter Ira Simatupang

Ira Simatupang, seorang dokter spesialis Obstertri Ginokologi harus menelan pil pahit
ketika ia tidak berhasil menyelesaikan studi supra-spesialisnya dibidang kanker kandungan. Bukan
karena ketidakmampuan dalam menyelesaikan studinya, namun diakibatkan studinya
diberhentikan secara tragis dikarenakan dicabutnya Surat Ijin Praktek (SIP) oleh mantan
atasannya.

Bermula pada tahun 2006, ketika dr Ira Simatupang mengalami pelecehan seksual dan
percobaan pemerkosaan oleh oknum dokter berinisial JT saat sedang menjalankan masa studinya
di RSUD Tangerang. Tak tinggal diam, dr Ira pun melaporkan perbuatan tersebut kepada Direktur
Umum RSUD Tangerang. Namun harapannya sirna ketika RSUD Tangerang terkesan tertutup dan
tidak mengindahkan laporannya, bahkan RSUD Tangerang tidak menunjukan rasa simpati
sedikitpun terhadap kasus yang menimpa dr Ira. geram dengan respon dari RSUD Tangerang,
akhirnya dr Ira pun melaporkan kasus ini ke kepolisian. Lagi-lagi bukan untung yang ia dapat,
pada saat bersamaan, RSUD Tangerang memutuskan hubungan kerja dengan dr Ira, yang secara
otomatis menjadikan dr Ira gugur dalam studi S3 nya. Hal ini diperparah dengan ditutupnya kasus
ini oleh kepolisian tidak lama setelah ia melaporkan kasusnya tersebut, dengan alasan tidak adanya
bukti yang kuat.

Kecewa dengan keputusan tersebut, dr Ira meminta dukungan dan bantuan kepada Bupati
Tangerang, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan Kementerian Kesehatan. Pil pahit pun
kembali ia dapat, tak ada satupun pihak yang menanggapi ataupun membela dirinya. Tak putus
asa, dr Ira menulis email dan menjelaskan apa yang ia alami pada saat praktek di RSUD Tangerang
kepada rekan-rekan dokter di RSUD Tangerang, ia berharap rekan-rekannya dapat membantu dan
menjadi bukti yang kuat serta tak dapat dibantah. Namun siapa sangka bahwa perjuangan dalam
mencari keadilan yang dilakukan dr Ira membuat beberapa oknum merasa tidak terima dan
membantah semua apa yang Ira tuduhkan. Salah satunya yaitu Direktur Umum RSUD Tangerang
dan juga mantan atasan Ira, Bambang Gunawan. Ia melaporkan dr Ira ke pihak kepolisian dengan
UU ITE Pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama baik, dikarenakan dr Ira mencatutkan namanya
dalam surat pengaduan yang ia kirimkan kepada rekan-rekannya. Hingga akhirnya, kasus
pencemaran nama baik tersebut sampai ke pengadilan pada 17 Juli 2012. Hasilnya, Pengadilan
Negeri Tangerang Menghukum dr Ira 5 bulan penjara dengan masa percobaan 10 bulan. Alih-alih
mendapat pengurangan hukuman, dr Ira bak disambar petir ketika Pengadilan Tinggi Banten pada
29 november 2012 menambah hukuman dr Ira menjadi 8 bulan penjara dengan masa percobaan 2
tahun.

Anda mungkin juga menyukai