Sekolah merupakan institusi formal dan strategis dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang sehat secara fisik, mental,social,dan produktif. Salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah adalah status kesehatan
dan kondisi lingkungan sekolah.
Masalah kesehatan di sekolah menjadi kompleks dan bervariasi terkait dengan
kesehatan peserta didik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi
lingkungan sekolah dan perilaku hidup bersih.Sekolah dapat menjadi salah satu tempat
penyebaran penyakit seperti demam berdarah. Menurut Rois (2012), 3 sampai 4 anak
dalam setiap 1000 anak berusia 7—12 tahun berisiko menderita demam berdarah. Dari
penderita itu, 33,8% adalah kelompok usia sekolah. Duapertiga penderita tertular di luar
lingkungan tempat tinggalnya, salah satunya di sekolah.Hal tersebut membuktikan bahwa
kebersihan lingkungan sekolah merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2010),diketahui bahwa masalah gizi
usia sekolah 6—12tahun masih besar, yaitu terdapat 35,6% anak pendek, 12,2% anak
kurus, dan 9,2% anak gemuk. Masalah lain yang ditemukan adalah 44,6% anak usia
sekolah mengonsumsi sarapan berkualitas rendah. Dilaporkan juga bahwa 1,7% anak mulai
merokok pada anak usia 5—9 tahundan 17,5% pada usia 10—14tahun.Selain itu,
persentase menyikat gigi setiap hari pada kelompok umur 10—14tahunadalahsebesar
95,7%, namun yang berperilaku benar menyikat gigi hanya 1,7% (Riskesdas, 2013).
Guna mencegah dan mengurangi berbagai permasalahan di atas diperlukan perilaku
hidup bersih dan sehat melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat di sekolah.
Upaya tersebut tidak hanya mengandalkan proses belajar mengajar pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan, tetapi perlu didukung oleh kebijakan, sarana dan prasarana, serta
program yang tepat sehingga perilaku hidup bersih dan sehat akanmenjadi budaya
dikalangan warga sekolah.
Tujuan Panduan Sekolah Dasar Bersih dan Sehatini adalah memberikan informasi
dan solusi untuk menjawab berbagai permasalahan dan hambatan yang muncul. Dengan
begitu, sekolah dapat menumbuhkan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada
setiap warga sekolah.
A. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH).
3. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1/U/SKB/2003, Nomor:
1067/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor: MA/230A/2003, Nomor: 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli
2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.
6. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 2/P/SKB/2003, Nomor: 1068/
Menkes/SKB/VII/2003, Nomor: MA/230B/2003, Nomor: 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23
Juli 2003 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1429/ Menkes/SK/XH/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Higiene dan sanitasi sekolah adalah perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan guna terwujudnya lingkungan
sekolah yang sehat yang bersih dan nyaman dan terbebas dari ancaman penyakit.
Sekolah adalah suatu lembaga yang mempunyai peran strategis terutama mendidik
dan menyiapkan sumber daya manusia. Keberadaan sekolah sebagai suatu sub sistem
tatanan kehidupan sosial, menempatkan sekolah sebagai bagian dari sistem sosial.Sekolah
dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai lembaga untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa yang optimal dan mengamankan dari pengaruh negatif dari ingkungan sekitar.
Sekolah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan tidak saja bangun fisik tetapi
masyarakat sekolah terrutama peserta didik. Salah satu bagian yang memegang peran
penting dalam mencipkatakan kesehatan peserta didik adalah lingkungan sekolah yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
Pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan melalui tiga program pokok yang
meliputi :
a. Pendidikan Kesehatan
b. Pelayanan Kesehatan
Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan
warga sekolah. Kondisi dari komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan
timbulnya masalah kesehatan. Faktor resiko lingkungan sekolah tersebut antara lain kondisi
atap, dinding, lantai, dan aspek lainnya sebagai berikut :
1. Kondisi atap dan talang : Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini mendukung
terjadinya penyebaran dan penularan penyakit demam berdarah dan leptospirosis.
2. Kondisi dinding : Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain mengurangi estetika
juga berpotensi merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti asthma atau
penyakit saluran pernafasan.
3. Kondisi lantai : Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan, sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi kenyamanan dan
estetika. Lantai yang tidak kedap air dapat menyebabkan kelembaban. Kondisi ini
mengakibatkan dapat berkembang biaknya bakteri dan jamur yang dapat
meningkatkan resiko penularan penyakit seperti TBC, ISPA dan lainnya.
4. Kondisi tangga :Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kemiringan,
lebar anak tangga, pegangan tangga berpotensi menimbulkan kecelakaan bagi
peserta didik. Tangga yang memenuhi syarat adalah lebar injakan > 30 cm, tinggi
anak tangga maksimal 20 cm, lebar tangga > 150 cm serta mempunyai pegangan
tangan.
7. Kepadatan Kelas :Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang
tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurunnya prosentase
ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini akan menimbulkan
rasa kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan resiko penularan penyakit.
Perbandingan ideal adalah 1 orang menempati luas ruangan 1,75 M2.
8. Jarak Papan tulis : Jarak papan tulis dengan murid terdepan < 2,5 meter akan
mengakibatkan debu kapur atau spidol beterbangan dan terhirup ketika menghapus
papan tulis, sehingga untuk jangka waktu lama akan berpengaruh terhadap fungsi
paru-paru. Bila jarak papan tulis dengan murid paling belakang > 9 meter akan
menyebabkan gangguan konsentrasi belajar.
10. Kebisingan : Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar
sekolah maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara bising dapat
menimbulkan gangguan komunikasi sehingga mengurangi konsentrasi belajar dan
dapat menimbulkan stress.
11. Air bersih : Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak
diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun lingkungan.
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain diare, kholera,
hepatitis, penyakit kulit, mata dan lainnya. Idealnya ketersediaan air adalah 15
liter/orang/hari.
12. Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). Kamar mandi : Bak penampungan air dapat
menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, demikian juga kamar mandi yang
pencahayaannya kurang memenuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat
bersarang dan beristirahatnya nyamuk. WC dan urinoir : Tinja dan urine merupakan
sumber penularan penyakit perut (diare, cacingan, hepatitis ). Penyakit ini ditularkan
melalui air, tangan, makanan dan lalat. Untuk perlu diperhatikan ketersediaan WC
dalam hal jumlahnya. Perbandingannya adalah : 1 WC untuk 25 siswi dan 1 WC
untuk 40 siswa.
13. Pengelolaan sampah : Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus,
kecoak. Selain itu dapat juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan
gangguan kenyamanan dan estetika. Untuk itu disetiap ruang kelas harus terdapat 1
buah tempat sampah dan di sekolah tersebut harus tersedia tempat pembuangan
sampah sementara (TPS).
14. Sarana pembuangan air limbah : Sarana pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan ataupun tidak dipelihara akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan dan bersarangnya tikus.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan dan menularkan penyakit seperti leptospirosis
dan filariasis (kaki gajah).
15. Pengendalian vector : Termasuk dalam pengertian vektor ini, terutama adalah tikus
dan nyamuk : Tikus :Tikus merupakan vektor penyakit pes, leptospirosis, selain
sebagai vektor penyakit, tikus juga dapat merusak bangunan dan instalasi listrik. Hal
ini meningkatkan resiko penularan penyakit dan juga menimbulkan terjadinya arus
pendek pada aliran listrik. Nyamuk : Nyamuk merupakan vektor penyakit, jenis
nyamuk tertentu menularkan jenis penyakit yang berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti
dapat menyebabkan demam berdarah. Anak-anak usia sekolah merupakan
kelompok resiko tinggi terjangkit penyakit demam berdarah. Nyamuk demam
berdarah senang berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air maupun
non penampungan air. Beberapa tempat perindukan yang harus diwaspadai antara
lain bak air, saluran air, talang, barang-barang bekas dan lainnya.
17. Kondisi halaman sekolah : Halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu,
sehingga menyebabkan penyakit ISPA dan pada musim hujan akan menimbulkan
becek sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan. Halaman sekolah
Salah satu pembinaan dan pengembangan sekolah sehat adalah melalui pembinaan
dan penilaian pada keadaan lingkungan fisik sekolah, peserta didik dan tenaga pendidikan,
serta pada berbagai kegiatan, manajemen/organisasi serta pengaruh timbal balik antara
sekolah dan masyarakat sekitarnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara
optimal.
Berikut adalah komponen dan kriteria nilai pada aspek kesehatan lingkungan sekolah.
INSPEKSI SANITASI SEKOLAH
1. NAMA SEKOLAH :
2. ALAMAT SEKOLAH :
3. TINGKATAN SEKOLAH :
4. TANGGAL PEMERIKSAAN :
NO. VARIABEL BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SCORE
I LOKASI
4 a. Tidak berdekatan 8
dgn sum-ber pencemaran (≥
500 m) 2
b. Tidak pd wil.
rawan banjir
II KONTRUKSI
1. Bangunan a. Kuat tidak mudah roboh 5
b. Dinding tidak lembab
c. Lantai kedap air
d. Kerangka atap kuat
e. Ventilasi memadahi dan
dapat mencegah masuk nya
serangga dan tikus
2. Atap a. Terbuat dari bahan yg
kuat
b. Bebas serangga dan tikus
c. Tidak bocor
d. Berwarna terang
e. Mudah dibersihkan
3. Dinding a. Terbuat dari bahan yg kuat
b. Rata dan tidak lembab
c. Bersih
d. Berwarna terang
e. Mudah dibersihkan
4. Lantai a. Kuat/Utuh/kedap air
b. Bersih
c. Rata
d. Tidak licin
e. Mudah dibersihkan
5. Langit-langit a. Tinggi langit2 min 2,75 m dari
lantai
b. Kuat
c. Berwarna terang
d. Mudah dibersihkan
6. Pintu dan Jendela a. Terbuat dari bahan yg kuat
b. Dapat mencegah masuk nya
serangga dan tikus
c. Dapat dibuka dan ditutup
d. Dapat dikunci dengan baik
7. Ventilasi a. Minimal 5 % dari
luas lantai
b. Aman dari
masuknya se-rangga dan tikus
NO. VARIABEL UPAYA KESLING BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKOR
1 2 3 4 5 6
8. Pencahayaan 2 a. Terang untuk baca dan
tulis
b. Tidak menyilaukan
9. Pagar 1 a. Terbuat dari bahan yg kuat
b. Aman
c. Pintu pagar dapat dibuka/di
tutup/dikunci dgn baik
III. RUANG DAN BANGUNAN 30
1. Ruang Kelas
A. Konstruksi 5 a. Lantai kedap air,
ruang kelas rata dan tidak licin
b. Bersih
c. Ruangan tidak
Lembab
d. Pencahayaan
terang tidak menyilaukan
e. Meja/Kursi
terbuat dari ba-han yang kuat
tidak mudah patah dan
5 ergonomis
B. Kepadatan
ruang kelas a. Jarak papan tulis dgn kursi
terdepan
a. ≥ 2.5 m - 3 m
b. < 2.5 m
b. Kepadatan ruang kelas
a. 1.5 - 1.75 m²/murid
b. 1.25 - 1.15 m²/murid
c. 1.0 - 1.24 m²/murid
d. < 0.95 m²/murid
2. Ruang Perpustakaan 5 a. Pencahayaan
terang
b. Lantai kedap air,
rata dan tidak licin
c. Bersih
d. Terdapat rak buku
yang me madahi
e. Ruangan tidak
Lembab
f. Buku tertata rapi
sesuai ketentuan (katalog)
g. Terdapat meja/kursi
untuk baca
3. Ruang Guru 5 a. Pencahayaan
terang
b. Lantai kedap air,
rata dan tidak licin
c. Ruangan tidak
Lembab
d. Bersih
e. Terdapat meja/kursi
baca
NO. VARIABEL UPAYA KESLING BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKOR
1 2 3 4 5 6
4. Ruang Kantor 5 a. Pencahayaan
terang
b. Lantai kedap air,
rata dan tidak licin
c. Ruangan tidak
Lembab
d. Bersih
e. Terdapat meja/kursi
baca
5. Kmar Mandi/WC/Paturasan 5 a. Rasio 1 : 25 Orang
siswa
b. Lantai kedap air dan tidak
licin √
c. Dinding dilapisi porselin/ke
ramik setinggi 2 m.
d. Dinding berwarna terang
e. Bak air kedap air dan tidak
bocor, tidak berlumut dan
bebas jentik
f. Ventilasi harus berhubung an
langsung dng udara luar
g. Pencahayaan terang
h. Kebersihan terawat baik
IV. PENYEDIAAN AIR BERSIH 20
1. Kuantitas Air bersih 10 a. Tersedia air bersih dalam
jumlah yang cukup
b. Distribusi air bersih meng-
gunakan sistem perpipaan
2. Kualitas 5 a. Kualitas air
bersih meme-nuhi syarat
fisika, kimia, mikrobiologi
dan radio aktif
b. Dilakukan √
pengambilan sampel air
bersih minimal 2 x setahun
3. Sarana 5 a. Sumber PDAM,
air tanah √
b. Distribusinya
bebas pence maran fisik,
kimia, dan bakteriologis
c. Pipa distribusi
tidak bocor
d. Penampungan
tertutup
V PENGELOLAAN LIMBAH 10
1. Limbah Padat 7 a. Terdapat Kotak sampah di
masing-masing ruangan
b. Sampah padat dikumpulkan
dan dibuang ke TPA
2. Limbah Cair 13 a. Saluran
limbah cair harus kedap air,
tertutup, limbah cair dapat
mengalir dengan lancar dan
tidak menimbul kan bau
NO. VARIABEL UPAYA KESLING BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI SKOR
1 2 3 4 6
b. Semua limbah cair harus
dilakukan pengolahan fisik,
sesuai kebutuhan
VI KANTIN SEKOLAH 5
1. Konstruksi Bangunan a. Perman
en
b. Semi
Permanen
c. Tidak
permanen
2. Ruang Kantin Sekolah a. Tersedia
etalase tempat ma kanan siap
saji dan makan an dalam
kemasan/bung kus/sachet
b. Tersedia
tutup makanan untuk
makanan siap santap di meja
makan.
c. Tersedia
meja/kursi/bangku untuk
makan
d. Bersih
e. Tersedia
kotak sampah yang tertutup
3. Makanan dan Minuman a. Makana
n dan minuman olahan yg
tersedia tidak basi (baru)
b. Makana
n dan minuman yg dijual
bebas dari serangga
c. Tidak
menjual makanan
kadaluwarsa
d. Peralata
n makan serba bersih.
e. Tersedia
sabun dan air bersih untuk
cuci tangan
f. Tersedia
tissue/serbet untuk keringkan
tangan
4. Pramusaji a. Pernah dikursus
penjamah makanan
b. Tidak
berpenyakit menular
c. Rambut tersisir
dengan rapi/rambut diikat.
d. Tak ada kuku
tangan yg panjang
e. Tidak
menggunakan cat kuku
f. Pakain bersih
g. Mengunakan
celemek
1 2 3 4 5 6
VII HALAMAN DAN PARKIR 5
MENGETAHUI PETUGAS
Kepala Sekolah/Guru Sekolah................ PEMERIKSA
-……………………………..........- -.........................................................-
A. Pengertian Masjid
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Masjid-masjid besar di
Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah berbentuk setengah
bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik tidak boleh
dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima pendengar
diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering dilakukan di
dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara, seperti
sholat berjamaah dan ceramah agama.Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid
adalah Kep. Menkes288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum.
Persyaratan sanitasi tempat ibadah (masjid) berdasarkanKep.Menkes288/Menkes
/SK/III/2003 tentang penyehatan lingkungan masjid .
a. Persyaratanlingkunganfisik,meliputi :
1. Letak
- Sesuai dengan rencana tata kota
- Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan
cemaran lainnya)
- Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan
cemaran lainnya
2. Kontruksi
3. Persyaratan kesehatan tempat ibadah, seperti :
a. Alat shalat
- Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic,
bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang
kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud.
- Bangunan
- Kuat, kokoh dan permanen
- Rapat serangga dan tikus
4. Lantai
- Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan mudah dibersihkan.
- Ventilasi
- Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tdk pengap dan tdk panas)
- Dinding
- Dinding bersih, berwarna terang, kedap air dan mudah dibersihkan
- Atap
- Menutup bangunan,kuat, bersih, cukup landai dan tidak bocor
- Pencahayaan
- Pencahayaan terang, tersebar merata dan tidak menyilau ( min. 10 fc)
5. Pintu
- Rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka ke arah luar
- Terbuat dari bahan yang kuat danmudahdibersihkan
6. Langit – langit
- Tinggi minimal 2,4 m dr lantai
- Kuatdantidakterdapat lubang
- Berwarna terang dan mudah dibersihkan
7. Pagar
- Kuat, aman dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk
8. . Halaman
- Bersih, tdk berdebu dan becek, tdk terdapat genangan air, terdapat tempat sampah
yang cukup. Dan terdapat tempat parkir yang cukup
9. Jaringan instalasi
- Aman (bebas cross conection)
- Terlindung
10. Saluran air limbah
- Tertutup
- Mengalir dengan lancar
Dikatakan baik karena setiap variabel pada form penilaian sudah mencapai nilai
yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan diantaranya :
1. Lokasi dan Bangunan
a. Lokasi
Lokasi tidak terletak didaerah banjir dan sesuai dengan rencana tata kota serta memiliki
surat ijin bangunan, tetapi masjid ini berada pada jarak < 100 m dari sumber pencemar dan
terletak pada tepi jalan raya sehingga masjid ini berpotensi terkena debu, asap, bau dan
memiliki kebisingan yang tinggi dari kendaraan beroda.
b. Bangunan
Bangunan pada masjid ini permanen, rapat serangga dan rapat tikus. Bangunan ini terbuat
dari beton yang kokoh.
c. Lantai
Lantai pada masjid ini bersih, kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan. Terbuat dari
keramik / porslen.
d. Dinding
Dinding pada masjid ini bersih dan kedap air, namun padan lantai 2 kami menemukan ada
sebagian dinding yang sedikit rusak mungkin dikarenakan bangunan nya sudah lama dan
tidak direnovasi. Jika pada didnding tersebut tidak direnovasi maka bisa menjadi tempat
lumut dan tempat berkembang biaknya suatu bakteri.
e. Atap
Kuat, tidak bocor, menutup bangunan dan tidak menjadi berkembang biak serangga dan
tikus. Namun pada atap bagian bangunan belakang sedikit rendah tidak setara dengan atap
pada bangunan utama tetapi tidak mengganggu aktivitas jama’ah.
f. Langit-langit
Pada langit-langit masjid ini tingginya melebihi 2,5 m dari lantai, tidak terdapat lubang-
lubang dan bewarna putih dan hijau terang serta mudah dibersihkan.
g. Pintu
Pintu pada masjid ini terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan yaitu kayu
belian, rapat serangga dan rapat tikus, menutup dengan baik dan membuka kearah luar.
Dikatakan rapat serangga dan rapat tikus karena pada pintu ini hanya memiliki jarak 2cm
dari lantai dan kemungkinan besar tidak menjadi tempat hinggap serangga dan tikus.
2. Konstruksi
Konstruksi pada bangunan masjid ini kuat dan aman karena masjid ini terbuat dari beton
dan dalam kondisi baik.
3. Bagian Luar
a. Halamann
Pada halaman masjid ini bersih, tidak terdapat sampah berserakan dan tidak ditemukan
genangan air.
b. Tempat sampah
Pada tempat sampah masjid ini kedap air, mempunyai tutup, dan terbuat dari fiber bewarna
abu-abu. Tempat sampah pada masjid ini berjumlah 7 buah , pada halaman ada 4 buah
tempat sampah yang terletak disetiap sudut masjid dan 3 buah nya ada didalam masjid.
Sehingga dapat dikatakan cukup karena pengunjung masjid atau jam’ah nya ramai pada
saat hari-hari besar agama Islam. Tempat sampah ini pun terangkat pada 1 orang dan
setiap harinya dibuang ke TPS.
c. Tempat wudhu
Tempat wudhu pada masjid ini bersih, terpisah dari toilet, peturasan dan ruang masjid.
Air wudhu keluar dari kran khusus dan jumlahnya mencukupi dan terdapat kolam air wudhu
yang tertutup rapat serangga dan tidak terdapat jentik nyamuk.
d. Tempat sandal dan sepatu
Pada tempat sandal dan sepatu memiliki tempat yang khusus dan bersih.
e. Air bersih
Pada air yang ada dimasjid ini jumlah mencukupi/tersedia selalu setiap saat dan tidak
berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Namun dalam pratek inspeksi ini kami tidak
mengukur atau memeriksa angka kuman dan kadar bahan kimia pada air yang digunakan
di masjid ini.
f. Pembuangan air limbah
Pada pembuangan limbah wudhu dimasjid ini menngalir dengan lancar teapi tidak
bersambung dengan saluran pembuangan air kotor umum yang kedap air, namun air
limbah ini langsung mengalir ke parit.
g. Toilet
Toilet pada masjid ini bersih, letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan
utama, memiliki lubang penghawaan yang berhnunggan langsung dengan udara luar, dan
tersedia sabun serta anatara toilet pria dan wanita terpisah dan jumlahnya mencukupi yaitu
untuk pengunjung yang banyak. Tetapi pada masjid ini tidak tersedia alat pengering dan
tidak tersedia saluran pembunangan air limbah dilengkapi penahan bau ( water seal ).
h. Peturasan
Peturasan pada masjid harus bersih dilengkapi dengan kran pembersih dan dengan jumlah
yang mencukupi
4. Bagian Dalam
a. Tempat sholat
Tempat sholat pada masjid ini bersih dan tidak kotor dan bebas kutu busuk atau serangga
lainnya, tetapi tidak dipasang kain putih sebagai tempat sujud.
b. Peralatan disekitar tempat ibadah bersih.
c. Pencahayaan
pencahayaan pada masjid ini terang dengan hasil pengukuran 153 lux atau 14,21 fc,
berdasarkan kep.menkes288/menkes /sk/iii/2003 tentang penyehatan lingkungan masjid
pencahayaan pada masjid ini tidak kurang dari nilai min 10 fc, tersebar
merata dibagaian dalam masjid.
e. Ventilasi
ventilasi pada masjid melebihi dari 10% luas bangunan, berfungsi dengan baik, sejuk dan
nyaman.
B. From Pengamatan
Formulir Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (Masjid)
Nama tempat ibadah : Masjid Darul Falah
Alamat : Jalan Prof M Yamin
NamaPenanggungjawab : Wahyu Titianto Nugroho
Jumlah Jamaah : ± 1000 orang
Namapemeriksa : Kelompok 1
d. - Tidak licin
- Mudah dibersihkan
Dinding
- Bersih 2
e.
- Kedap air
Atap
- Tidak bocor 2
- Cukup landai
f. - Menutup bangunan
Langit-langit
- Tinggi minimal 2,4 m dari lantai 2
- Tidak terdapat lubang-lubang
g. - Berwarna terang dan mudah dibersihkan
Pintu
- Rapat serangga
- Rapat tikus
2
- Menutup dengan baik dan membuka kearah
luar 2 cm
- Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibersihkan
II. Konstruksi
- Kuat (kayu kelas 2, kayu kelas 1(belian),
beton)
9 Belian
- Aman (baik, rusak ringan, rusak berat)
Aman
3. Hasil Pengukuran
Hasil perhitungan menggunakan alat dan Pengukuran dilakukan pukul ,,,,,,
No Lokasi Suhu kelembaban Kebisingan Intensitas cahaya
1 Dalam ruangan
2 Teras masjid
3 Lantai 2 masjid
4 Tempat wudhu
5 Luar masjid
4. Hasil Perhitungan
Score : Jumlah Bobot x Jumlah Nilai
: 100 x 173
: 17.300
o KUHP:
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah (Pasal 149)
o UU Pemberantasan Tipikor:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya (Pasal 11 UU
Pemberantasan Tipikor).
Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) (Pasal 12B ayat [2] UU Pemberantasan
TipikoR)
Jadi, selain pengaturan suap dan gratifikasi berbeda, definisi dan sanksinya juga
berbeda. Dari definisi tersebut di atas, tampak bahwa suap dapat berupa janji, sedangkan
gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas dan bukan janji. Jika melihat pada
ketentuan-ketentuan tersebut, dalam suap ada unsur “mengetahui atau patut dapat
menduga” sehingga ada intensi atau maksud untuk mempengaruhi pejabat publik dalam
kebijakan maupun keputusannya. Sedangkan untuk gratifikasi, diartikan sebagai pemberian
dalam arti luas, namun dapat dianggap sebagai suap apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
Jadi, dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia memang masih belum
terlalu jelas pemisahan antara perbuatan pidana suap dan perbuatan pidana gratifikasi
karena perbuatan gratifikasi dapat dianggap sebagai suap jika diberikan terkait dengan
jabatan dari pejabat negara yang menerima hadiah tersebut.
Hal tersebut berbeda dengan pengaturan di Amerika yang mana antara suap dan
gratifikasi yang dilarang dibedakan. Perbedaannya adalah jika dalam gratifikasi yang
dilarang, pemberi gratifikasi memiliki maksud bahwa pemberian itu sebagai penghargaan
atas dilakukannya suatu tindakan resmi, sedangkan dalam suap pemberi memiliki maksud
(sedikit banyak) untuk mempengaruhi suatu tindakan resmi (sumber: “Defining Corruption: A
Comparison of the Substantive Criminal Law of Public Corruption in the United States and
the United Kingdom”, Greg Scally: 2009). Sehingga jelas pembedaan antara suap dan
gratifikasi adalah pada tempus (waktu) dan intensinya (maksudnya).
Mengenai faktor apa yang mendasari adanya perumusan mengenai delik gratifikasi,
dijelaskan sebagai berikut :
Terbentuknya peraturan tentang gratifikasi ini merupakan bentuk kesadaran bahwa
gratifikasi dapat mempunyai dampak yang negatif dan dapat disalahgunakan, khususnya
dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga unsur ini diatur dalam
perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi. Diharapkan jika budaya pemberian
dan penerimaan gratifikasi kepada/oleh Penyelenggara Negara dan Pegawai Negeri dapat
dihentikan, maka tindak pidana pemerasan dan suap dapat diminimalkan atau bahkan
dihilangkan.
SOP
INSPEKSI SANITASI TEMPAT-
TEMPAT UMUM (TTU)
Kepala Puskesmas
No. Dokumen Rahayu
KAB. BANDUNG No. Revisi 0
PUSKESMAS Tanggal terbit 07 Januari 2018
RAHAYU dr. Hj Rina Faiza F
Halaman 1 dari 1
197012022002122005
A. PENDAHULUAN
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum (semua orang) dapat masuk
ke tempat tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terus
menerus. Jadi tempat – tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari tempat – tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau
menularnya suatu penyakit. Tempat – tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
mempunyai tempat sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta
dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat – tempat
umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi social, belajar maupun melakukan aktivitas lainnya.
Tempat – tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, penularan
lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat – tempat umum yang
tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta penularan lingkungan
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik dan
tempat – tempat umum perlu dijaga sanitasinya.
B. LATAR BELAKANG
Sanitasi tempat – tempat umum sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan
berbagai masalah kesehatan, misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
C. TUJUAN
Tujuan Umum :
- untuk meningkatkan agar masyarakat mengerti dan memelihara akan keberadaan tempat –
tempat umum di wilayah kerja puskesmas
Tujuan Khusus :
- untuk mengetahui sanitasi SAB di TTU
- untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran di TTU
- untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair di TTU
- untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah di TTU
- untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang memenuhi
syarat kesehatan TTU
F. SASARAN
- Tempat ibadah (masjid atau gereja)
- Sekolah
- Kolam renang
- Pasar
- Pemangkas rambut
- Salon
- Rumah sakit
- Rumah bersain
- Pertokoan
- Hotel