Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jln. Balai Kota, No..... Telpn/Fax (0402) 2810118
PASARWAJO

LEMBAR PENGESAHAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUTON
NOMOR /SK/DIR/ /
TENTANG
KEBIJAKAN ASUHAN PASIEN OLEH DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN
(DPJP) DAN PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUTON

Tindakan Nama Jabatan TandaTangan Tanggal

Disiapkan KomiteKeperawatan

Diperiksa Autorized Person

Diperiksa ManajerPelayananMedis

Disahkan Direktur

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jln. Balai Kota, No..... Telpn/Fax (0402) 2810118
PASARWAJO

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUTON


NOMOR : /SK/DIR/ /

TENTANG
KEBIJAKAN ASUHAN PASIEN OLEH DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN
(DPJP) DAN PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUTON

Menimbang : 1. Bahwa agar pemberian asuhan pasien DPJP, perawat dan


pemberi pelayanan yang lain di Rumah Sakit dapat terlaksana
dengan baik, maka perlu ditetapkan kebijakan asuhan pasien
oleh DPJP, pelayanan yang lain dengan surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit
1. Undang-Undang RI n0 44 th 2009 tentang Rumah Sakit
Mengingat : 2. Peraturan Mentri Kesehatan RI no 1691/ MENKES/ PER/ VIII/
2011 tentang keselamatan pasien Rumah Sakit
3. Undang- undang RI n0 29 tahun 2004 tentang praktek
kedokteran
4. Surat Keputusan Bupati Buton nomor........tanggal...........tentang
Pengangkatan Direktur RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN BUTON.

MEMUTUSKAN
Menetapkan: Keputusan direktur Rumah Sakit tentang kebijakan Asuhan pasien
oleh DPJP, perawat dan pemberi pelayanan yang lain di Rumah
Sakit

Pertama
Kedua Setiap asuhan pasien di Rumah Sakit harus direncanakan oleh
DPJP, Perawat dan pemberi pelayanan yang lain dalam waktu 24
jam sejak pasien masuk rawat inap sesuai dengan penilaian awal
pasien yang tercatat dalam rekam medis

Ketiga Setiap asuhan yang diberikan kepada setiap pasien harus dicatat
oleh pemberi pelayanan dalam rekam medis
Keempat Pemberian asuhan pasien terintegrasi dibuat dengan sasaran
berdasarkan atas data asesmen awal dan kebutuhan pasien

Kelima Pemberian asuhan dievaluasi secara berkala sesuai dengan kondisi


pasien dimutahirkan atau direvisi oleh tim PPA berdasarkan atas
asesmen ulang

Keenam Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat rotasi


pada CPPT oleh DPJP sesuai dengan kebutuhan dan diverifikasi
harian oleh DPJP

Ketujuh Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
Ditetapkan di : Pasarwajo
Pada Tanggal : : Februari – 2019

Direktur,

dr. RAMLI CODE, MM.Kes.


NIP .19720116 200212 1 004

Lampiran
Keputusan Direktur RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN BUTON
Nomor : XXX/SK/DIR/XX/XXXXX
Tentang :
SuratKeputusanPanduanDokte
rPenanggungJawabPasien
Tanggal : -April – 2018

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian
atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula
mengendalikan atau meminimalkan resiko baik klinis maupun non klinis yang
mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga
terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Oleh karena itu keselamatan pasin di rumah sakit merupakan prioritas utama dalam
semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang
efektif, efisien dan aman bagi pasien, diperlukan komitmen dan tanggung jawab
yang tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
Selanjutnya pelayanan berfokus pada pasien, patient centered care, dengan elemen
utama asuhan terintegrasi merupakan standar dalam akreditasi. Untuk
penerapannya diperlukan kolaborasi interprofesional para Profesional Pemberi
Asuhan (PPA) karena merupakan persyarat untuk mencapai tujuan tersebut dan
dilengkapi dengan kompetensi praktek kolaborasi termasuk komunikasi yang baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan dokter sebagai ketua tim (Clinical Leader)
sangat besar dan sentral dalam menjaga keselamatan pasien, karena semua proses
pelayanan berawal dan ditentukan oleh dokter.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor
catatan medis yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap
pasien direkam secara real time dan akurat. Apabila terjadi sengketa medis maka
rekam medis ini benar-benar dapat menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa
proses pelayanan telah dijalankan dengan benar dan sesuai prosedur, atau kalau
terjadi sebaliknya dapat pula berfungsi sebagai masukan untuk memperbaiki proses
pelayanan yang ada.
Salah satu elemen dalam pemberian asuhan kepada pasien (patient care) adalah
asuhan medis. Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam standar keselamatan
pasien disbut DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan.
Pengaturan tentang DPJP sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan medis di
rumah sakit untuk menghindari kemungkinan terjadinya pelayanan yang kuarang
baik karena terjadinya duplikasi, interaksi obat yang kurang terkontrol, kontra
indeksi, ketidak jelasan peranan dokter bila hanya diminta pendapat saja, dll.
Panduan ini disusun untuk memudahkan rumah sakit mengelola penyelenggaraan
asuhan medis oleh DPJP dalam rangka memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatkanmutupelayanandankeselamatanpasienrumahsakit.
2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien agar memperoleh asuhan medis
yang terbaik.
b. Memberikan kemudahan kepada rumah sakit untuk mengelola
penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP dalam rangka memenuhi Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
c. Memberikan panduan dan penjelasan tentang peranan DPJP.
d. Memberikan panduan dan penjelasan tentang mekanisme koordinasi,
kolaborasi interprofesional dan kerja sama tim dalam memberikan asuhan
kepada pasien di rumah sakit.
e.
C. SASARAN
1. Para Direktur Rumah Sakit dan Para Manajer Pelayanan di Rumah sakit
2. Komite Medis
3. Para dokter pemberi asuhan medis di rumah sakit
4. Kelompok profesi medis / Kelompok staf medis.

BAB II RUANG LINGKUP


A. DASAR HUKUM
1. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah Sakit mempunyai fungsi :
huruf b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tiga sesuai kebutahan medis
2. Penjelasan Pasal 29 huruf r : yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah
Sakit (hospital by laws) adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (hospital by laws)
dan peraturan medis Rumah Sakit (hospital by laws) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola Perusahaan yang baik (good corporate governance)
dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf
medis Rumah Sakit (medical staff by law) antara lain diatur kewenangan klinis
(Clinical Privilege).
3. UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 3 Pengaturan praktik
kedokteran bertujuan untuk
a. Memberikan perlindungan kepada pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi; dan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi
4. UU no 44/2009 tetang Rumah sakit pasal 43 menyatakan rumah sakit wajib
menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
5. Pada Lampiran Permenkes 1691/2011 pengaturan tentang Standar I. Hak pasien,
adalah sebagai berikut :
Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
insidenKriteris :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rancana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
6. Permenkes 755/2011tentang penyelengaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
7. Permenkes 1438/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.

B. PENGERTIAN
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawap Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai
dengan kewenang klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis
lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal
sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan
dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya rencana serta tindakan lanjutnya
sesuai kebutuhan pasien.
2. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus
ada DPJP Utama. Contoh: pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke,
dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter Spesialis penyakit Dalam, Dokter
Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
3. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketahui oleh seorang
DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan
asuhan medis bagi pasien yang bersangkutan (“Kedua Tim”), dengan tugas
menjaga Terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, demi
keselamatan pasien melalui komunikasi efektif dengan membangun sinergisme
dan mencegah duplikasi serta mendorong penyesuaian pendapat (adjustmen)
antar anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP bersifat
kontributif (bukan intervensi).
4. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian /
data tentang hasil laboratorium atau hasil radiologi, tidak dipakai istilah DPJP,
karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap
5. Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga kesehatan yang secara
langsung memberikan asuhan kepada pasien, antara lain. Dokter, perawat, bidan,
ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb.
6. Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient
Centered Care – PPC) adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek
pasien merupakan pusat pelayanan, PPA memberikan asuhan sebagai tim
interdisiplin / klinis dengan DPJP sebagi ketua tim klinis – Clinical Leader, PPA
dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain. Terdiri
dari dokter, perawat, bidan, nutrisionis / sietisien, apoteker, penata anestesi,
terapis fisik dsb.

C. PELAYANAN KESEHATAN DIRUMAH SAKIT


Dalam UU 44/2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan di
rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan : yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat
lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna ketiga adalah upaya
kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan sub sepesialistik. Dengan demikian asuhan medis di rumah
sakit kepada pasien diberikan oleh dokter spesialis

D. PATIENT CENTERED CARE DAN ASUHAN TERINTEGRASI


AsuhanpasiendalamstandarakreditasiharusdilaksanakanberdasarkanpolaPelayanan
BerfokuspadaPasien (Patient Centered Care),
asuhandiberikanberbasiskebutuhanpelayananpasien.Pasienadalahpusatpelayanan,
danProfesionalPemberiaAsuhan (PPA) diposisikanmengelilingipasien.
PPA adalahtenagakesehatan yang secaralangsungmemberikanasuhankepadapasien,
a.I. dokter, perawat, bidan, nutrisionis / dietisien, apoteker,
penataanestesi,dsb.Dengankompetensi yang memadai,
samapentingnyapadakonstribusiprofesinya, masing –
masingmenjalankantugasmandiri, kolaboratifdandelegatif. PPA memberikanasuhan
yang
terintegrasidalamsatukesatuansebagaitiminterdisiplindengankolaborasiinterprofesi
onal. DPJP dalamtimadalahsebagaiketuatimklinis (Clinical Leader),
melakukankoordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review
danmengintegrasikanasuhanpasien.
PPA melaksanakanasuhanpasiendalam 2 proses,
AsesmenpasiendanImplementasirencanatermasuk monitoring.
Asesmenpasienterdiridari 3 langkah (IAR) :
1. Informasi dikumpulkan, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
lain / penunjang, dsb (I)
2. Analisis informasi, menghasilkan kesimpulan antara lain maslah, kondisi,
diagnosis, untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien (A)
3. Rencana pelayanan / Care Plan dirumuskan, untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien (R). Implementasi rencana serta monitoring adalah pemberian
pelayanannya.
Pencatatannya dilakukan dengan metode SOAP pada Catatan Perkembangan
Pasien Trintegrasi.

ProfesionalPemberiAsuhan (PPA)

DPJP

Perawat /
Bidan Apoteker

Pasien
Keluarga

Nutrisionis/
PenataAn
Dietisien
estesi

Lainnya
a. Masing – masing PPA memberikan asuhan melalui tugas mandiri delegatif
dan kolaboratif dengan pola IAR
b. Menggunakan Pola IAR dan penulisan SOAP / ADIME (untuk GIZI)
c. Berkolaborasi interprofesional
d. Meningkatkan kompetensi untuk praktik kolaborasi interprofesional dalam 4
ranah :
1) Nilai dan etika praktik interprofesional
2) Peran dan tanggung jawab
3) Komunikasi interprefesional
4) Kerjasama dalam tim klinis / interdisplin
5) Edukasi untuk kolaborasi Interprofesional

Proses AsuhanPasien
Oleh PPA
Tugas Mandiri

 Tugas Mandiri

1. Asesmen Pasien : IAR


a. Informasi dikumpukan : Anamnesa, pemeriksaan, pemeriksaan lain /
penunjang, dsb
b. Analisis informasi : Dihasilkan Diagnosis / Masalah / Kondisi, untuk
dapat mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
c. Rencana Pelayanan / Care Plan : Dirumuskan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien

2. PemberianPelayanan
3. ImplementasiRencana
4. Monitoring
E. ASUHAN MEDIS
Asuhanmedis di rumahsakitdibberikanolehdokterspesialis, disebutsebagai DPJP.
Di InstalasiGawatDaruratdokterjuga yang bersertifikatkegawatdaruratan, antara lain
ATLS, ACLS, PPGD, General Emergency Life Support (GELS) menjadi DPJP
padasaatasuhanawalpasiengawat-darurat. Saatpasiendikonsul
/rujukkedokterspesialisdanmemberikanasuhanmedis, makadokterspesialistsbmenjadi
DPJP pasientsbmengantikan DPJP sebelumnya, yaitudokterjaga IGD tsbdiatas.
Pemberianasuhanmedis di rumahsakit agar
mengacukepadaBukuPenyelenggaraanPraktikKedokteran Yang Baik di Indonesia
(KepKonsil no
18/KKI/KEP/IX/2006).Penerapanpanduaniniselainmenjagamutuasuhandankeselamat
anpasien, jugadpatmenghindaripelanggarandisiplin.
Asas, Dasar, KaidahdanTujuanPraktikKedokteran di Indonesia intinyaadalahsbb :
1. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta
perlindungan dan keselamatan pasien
2. Kaidah dasar moral :
a. Menghormati martabat manusia (respect for person)
b. Berbuar baik (benefincence)
c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
d. Keadilan (justice)
3. Tujuan :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter gigi.
4. Tumpuan dasar kompetensi dokter mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI) (Perkonsil No 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter
Indonesia) yang adalah :
a. Profesionalitas yang Luhur
b. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
c. Komunikasi efektif
d. Pengelolaan Informasi
e. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
f. Keterampilan Klinis
g. Pengelolaan Masalah Kesehatan
F. ASUHAN PASIEN TRINTEGRASI DAN PATIENT CENTERED CARE
Asuhanpasienterintegrasidanpelayanan / asuhanberfokuspadapasien (patient centered
care) adalahelemenpentingdansentraldalamasuhanpasien di rumahsakit.
Konsepinti (core concept) asuhanberfokuspadapasienterbagidalam 2 perspektif :
1. Perspektif Pasien :
a. Martabat dan Respek.
1) Profesional pemberi asuhan mendengarkan, menghormati dan menghargai
pandangan serta pilihan pasien – keluarga.
2) Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien –
keluarga dimasukkan dlam perencanaan pelayanan dan pemberi pelayanan
kesehatan.
b. Berbagi informasi.
1) Profesional pemberi asuhan mengkomunikasikan dan berbagi informasi
secara lengkap kepada pasien – keluarga.
2) Pasien – keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat.
c. Partisipasi
1) Pasien – keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam asuhan,
pengambilan keputusan dan pilihan mereka.
d. Kolaborasi / kerjasama
1) Rumah sakit bekerjasama dengan pasien – keluarga dalam pengembangan,
implementasi dan evaluasi kebijakan dan program. Pasien – keluarga adalah
mitra PPA.
2. Perspektif PPA
a. Tim Interdisiplin
1) Profesional pemberia asuhan diposisikan mengelilingi pasien
2) Kompetensi yang memadai
3) Berkontribusi setara dalam fungsi profesinya
4) Tugas mandiri, kolaboratif, delegatif, bekerja sebagai satu kesatuan
memberikan asuhan yang terintegrasi
b. Interprofesionalitas
1) Kolaborasi interprofesional
2) Kompetensi pada praktik kolaborasi interprofesional
3) Termasuk bermitra dengan pasien
c. DPJP adalah ketua tim klinis / clinical leader
1) DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan
mengintegrasikan asuhan pasien
d. Personalized Care
1) Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilaii-nilai pasien
2) Setiap dokter memperlakukan pasiennya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan

G. DPJP SEBAGAI CLINICAL LEADER


1. Dalam asuhan/pelayanan berfokus pada pasien (patient centered care) para PPA
memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin, masing-masing PPA melakukan tugas
mandiri, tugas delegatif dan tugas kolaboratif dengan pola IAR.
2. Asuhan pasien terintegrasi “dimotori” oleh DPJP dlam fungsi sebagai ketua tim klinis
(Clinical leader) yang melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis. DPJP
melakukan review rencana PPA lainya dan menverifikasinya, lihat standar PP 2.1.
elemen penilaian 5.
3. Proses review dilakukan oleh DPJP dengan membaca rencana para PPA dan
memberikan catatan/notasi pada CPPT (Catatan Pelayanan Pasien terintegrasi).

H. KEWENANGAN KLINIS DAN EVALUASI KINERJA


1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis, termasuk
pelyanan interpretatif (antara lain Dr.Sp.PK, Dr.Sp.PA, Dr.Sp.Rad., dsb.), harus
memiliki SK dari Direktur Rumah Sakit berupa Surat Penugasan Klinis / SPK
(Clinical appointment), dengan lampiran Rincian Kewenangan Klinis / RKK
(Delineation of Clinical Privilage). Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui proses
kredensial dan rekredensial yang mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang
penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
2. Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP ditetapkan Direktur Rumah Sakit
dengan mengacu ke Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik
di Rumah Sakit dan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab KPS
(Kualifikasi dan Pendidikan Staf, Standar KPS 11).

I. PENUNJUKAN DPJP DAN PENGELOMPOKAN STAF MEDIS


1. Regulasi tentang penunjukan seseorang DPJP untuk mengelola seorang pasien,
pengantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan
oleh Direktur Rumah Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat antara lain berdasarkan
permintaan pasien, jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung.
Pergantian DPJP perlu pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak
dibenarkan pergantian DPJP yang rutin, contoh : pasien A ditangani setiap minggu
dengan pola hari Senin oleh DrSp PD X, hari Rabu DrSp PD Y, hari Sabtu DrSp PD Z;
karena hal tersebut akan mengakibatkan tidak adanya kontinuitas pelayanan.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur Rumah
Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir-butir
sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada
awal perawatan
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit
dalam kondisi (relatif) menonjol atau terparah
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
e. Pada pelayanan ICU maka DPJP Utama adalah Intensivis
PengaturantentangpengelompokanStafMedisditetapkan /
diorganisirolehDirekturRumahSakitsesuaikebutuhan, disebut KSM
(KelompokStafMedis).Pengelompokandapatdilakukanantara lain
denganpoladisiplinilmu / spesialisasi (KelompokStafMedisBedah, PenyakitDalam,
Radiologi, Mata dsb), kategoripenyakit (KSM Diabetes, KSM Onkologi) kategori organ
(KSM Ginjal, KSM Gestro-enteroHepatologi) kategoriusia (KSM Geriatri)
danKategoriinterestertentu/lainya (KSM SelPunca, dll).

BAB III TATA LAKSANA DPJP


A. TATA LAKSANA ASUHAN DPJP
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP
2. Pada unit / instalasi gawat darurat, dokter gawat darurat, dokter jaga (dengan
sertifikasi kegawat daruratan, antara lain PPGD, ATLS, ACLS, GELS) menjadi DPJP
pada pemberian asuhan medis awal / penanganan kegawat daruratan. Kemudian
selanjutnya saat dilakukan konsultasi / rujuk ditempat (on side) atau konsultasi
lisan kepada dokter spesialis, dan dokter spesialis tsb memberikan asuhan medis
(termasuk instruksi secara lisan) maka dokter spesialis tsb telah menjadi DPJP
pasien ysb, sehingga saat itulah DPJP telah berganti dari dokter gawat darurat /
dokter jaga IGD kepada dokter spesialis tsb.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP maka harus ditujuk
DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja
secara tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi
(dibedakan dengan bekerja sendiri-sendiri).
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis
bagi pasien ysb (sebagai “Ketua Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan
medis komprehensif – terpadu – efektif, demi keselamatan pasien melalui
komunikasi yang efektif dan membangun sinergisme dengan mendorong
penyesuaian pendapat (adjustment) antar Anggota / DPJP, mengarahkan agar
tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi), dan juga
mencegah duplikasi serta interaksi obat.
5. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk keinginan DPJP
mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan melalui DPJP
Utama. Keputusan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan ktepatan waktu misalnya
antar lain kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran, adalah sangat penting bagi
pemenuhan kebutuhan pasien serta untuk kepentingan koordinasi sehari-hari.
6. Dibawah koordinasi DPJP Utama, sekurang-kurangnya ada rapat Tim yang
melibatkan semua DPJP ysb beserta profesi terkait lainya sesuai kebutuhan pasien;
rumah sakit diharapkan menyediakan ruangan untuk rapat tim di tempat-tempat
pelayanan, misalnya di Rawat Inap, ICU, UGD, dll. DPJP Utama juga bertugas untuk
menghimpun komunikasi / data tentang pasien.
7. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan / keluarga, dan pasien
dan / keluarga dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang
mengubah DPJP bila terjadi pelangaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan tertulis
sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas
tentang alih tanggung jawabnya. Harap digunakan formulir daftar DPJP (Contoh
Formulir Daftar DPJP terlampir).
9. Pada unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifis. Koordinasi dan
tingkatan keikut sertaan para DPJP terkait, tergantung pada sistem yang ditetapkan
dalam kebijakan rumah sakit misalnya sistem terbuka / tertutup / semi terbuka.
Bila rumah sakit memakai sistem terbuka, gunakan kriteria tsb .
10. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada
saat di kamar operasi tsb.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi /
sedang dioperasi, dokter yang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikan
instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP di bantu oleh
dokter lain (antara lain dokter ruangan, residen) dimana ysb boleh menulis /
mencatat di rekam medis, maka tanggung jawab adalah tetap ada pada DPJP,
sehingga DPJP yang bersangkuatan harus memberi supervisi, dan melakukan
validasi berupa pemberian paraf / tanda tangan pada setiap catatan kegiatan tsb di
rekam medis setiap hari.
13. Asuhan pasien dilakukan oleh para profesional pemberi asuhan yang bekerja
secara tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), DPJP sebagai ketua tim (Clinical / Team Leader) harus proaktif
melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta berkomunikasi
intensif dan efektif dalam tim. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan
pulang (discharge plan) yang dapat dilakukan pada awal masuk rawat inap atau
pada akhir rawat inap
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada
pasien dan keluarganya. Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang
berempati. Komunikasi merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan
fokus pada pasien (Patient Centered Care), selain juga merupakan kompetensi dokter
dalam area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012;
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia, KKI 2006).
15. Pendokumentasian yang di lakukan oleh DPJP di rekam medis harus
mencantumkan nama dan paraf / tanda tangan. Pendokumentasian tsb dilakukan
antara lain di form asesmen awal medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi /
CPPT (integrated note), form asesmen pra anestesi / sedasi, intruksi pasca bedah,
form edukasi / informasi ke pasien dsb. Termasuk juga pendokumentasian
keputusan hasil pembahasan tim medis, hasil ronde bersama multi kelompok staf
medis / departemen, dsb. (contoh Formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi dan contoh Formulir Perintah Lisan terlampir).
16. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para profesional pemberi
asuhan bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case
Manager), sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien agar
terjaga kontinuitas pelayanan baik waktu rawat inap, rencana pemulangan, tindak
lanjut asuhan mandiri dirumah, kontrol dsb.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari
satu) tentang DPJP, dalam bentuk satu formulir yang di isi secara periodik sesuai
kebutuhan / penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap
DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar,
tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan berfungsi sebagai
daftar hadir. (Formulir Daftar DPJP, terlampir).
18. Rumah Sakit terletak jauh dari kota besar, atau di daerah terpencil,
penetapan kebijakan tentang asuhan medis yang sifatnya khusus agar di
konsultasikan dengan pemangku kepentingan antara lain Komite Medis, Fakultas
Kedokteran ysb bagi residen, Organisasi Profesi, IDI, Dinas Kesehatan, Badan
Pengawas Rumah Sakit Propinsi, Kolegium dsb.
19. Keterkaitan DPJP dengan Panduan Praktik Klinis / Alur Perjalanan Klinis /
Clinical Pathway, setiap DPJP bertanggung jawab mengupayakan peroses asuhan
pasien (baik asuhan medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainyan) yang
diberikan kepada pasien patuh pada Panduan Praktek Kinis / Alur Perjalanan Klinis
/ Clinical Pathway yang telah di tetapkan oleh RS. Tingkat kepatuhan pada Panduan
Praktek Klinis / Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek
Audit Klinis dan Audit Medis.
20. Apabila dokter tidak mematuhi Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway /
Panduan Praktek Klinis maka harus memberikan penjelasan tertulis dan dicatat di
rekam medis.
B. SUPERVISI
1. Pada proses asuhan medis dimana dilaksanakan oleh DPJP yang dibutuhkan oleh
Staf Medis non DPJP, misalnya Residen (PPDS), Dokter Ruangan (DR), dsb, maka
diperlukan supervisi klinis medis untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi
terhadap asuhan pelayanan klinis yang dilaksanakan. Supervisi sangat diperlukan
untuk memastikan asuhan pasien aman dan memastikan koordinasi dan kerjasama
tim yang baik adalah pengalaman belajar bagi para profesional pemberi asuhan,
bahwa pelayanan telah diberikan dengan cara yang efektif, dan juga untuk kepastian
hukumnya bagi pemegang kewenangan klinisnya.
2. Diperlukan tingkat pengawasan yang konsisten dengat tingkat pelatihan dan tingkat
kompetensi para staf medis yang membantu asuhan medis.
3. Seluruh staf medis yang terlibat dalam asuhan medis memahami proses supervisi
klinis: siapa supervisor dan frekuensi sepervisinya penandatanganan harian dari
semua catatan dan perintah, penandatanganan rencana asuhan dan kemajuan
catatan harian, atau membuat entri terpisah dalam catatan pasien. Demikian juga,
jelas tentang bagaimana bukti pengawasan yang didokumentasikan, termasuk
frekuensi dan lokasi dokumentasi.
4. Rumah sakit memiliki prosedur megidentifikasi dan memonitorinng keseragaman
proses supervisi klinis, memonitoring dan evaluasi pelayanan asuhan klinis.
5. Apabila supervisi klinis tidak dilaksanakan dengan baik maka akan menimbulkan
potensi untuk terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, atau menurunnya mutu
asuhan medis.
6. Supervisi dan umpan balik yang dihasilkan penting untuk mengakuisisi dan
mengembangkan keterampilan klinis dan profesionalisme sluruh staf medis yang
terlibat dalam asuhan medis. Supervisi dilakukan secara bertahap meningkatkan
otoritas dan kemandirian, pengawasan dan umpan balik.
7. Supervisi yang berlebihan dapat menghambat perkembangan para staf untuk
menjadi praktisi yang kompeten dalam disiplin mereka.
8. RS harus menetapkan kebjakan tentang tingkatan supervisi masing-masing staf
medis no DPJP.
9. Tingkatan Supervisi bagi DPJP dan DR :

Anda mungkin juga menyukai