Anda di halaman 1dari 5

Identifikasi Parameter Cangkul

Tersedianya beraneka ragam jenis cangkul di pasaran yang penggunaannya dengan


gerakan tangan serta dalam sikap-sikap tubuh, cara-cara kerja, bentuk dan berat bilah serta
tangkai yang secara ergonomis dapat diperbaiki untuk meningkatkan produktifitas kerja,
kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dalam bekerja (Kurniadi, 1990). Bentuk cangkul
yang digunakan pada umumnya bervariasi misalnya di daerah Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, Bali, dan Lombok panjang tangkai cangkul adalah 1 sampai 1.25 meter,
dengan sudut cangkul 70° sampai 80° dan beratnya 1.25 kg
Berdasarkan hasil survey mesin dan alat pertanian di Indonesia, yaitu di daerah-daerah
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, pada
umumnya cangkul mempunyai berat berkisar antara 1000 gram sampai 3000 gram, panjang
tangkai cangkul 0.65 sampai 1.25 meter dan sudut cangkul yang digunakan adalah 50° sampai
80° (Kurniadi, 1990).
Menurut Sarman (1979), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cangkul
adalah :
1. Sudut antara tangkai dan daun cangkul. Bagi pekerjaan biasa, besar sudutnya 60-70° ;
sedangkan untuk penggalian lubang atau pembuatan saluran atau untuk pencangkulan
di lereng (tanah pegunungan), besar sudutnya 50-60°.
2. Berat cangkul. Cangkul yang terlalu berat cepat melelahkan sedang yang terlalu ringan
kurang berdaya untuk mencangkul. Berat beban pencangkulan ini erat hubungannya
dengan kemampuan dan kondisi seseorang.
3. Daun dan tangkai cangkul. Bentuk serta ukuran daun dan tangkai cangkul berbeda-beda
menurut tujuan dan jenis tanahnya. Pada tanah ringan dimana cangkul seolah-olah
hanya digunakan untuk menyeduk dan kurang untuk memukul tanah, biasanya dipakai
daun cangkul yang panjang dengan tangkai cangkul pendek dimana sudut antara daun
dan tangkai cangkulnya kecil. Adapun beberapa bentuk daun cangkul yang sering
dijumpai disajikan pada Gambar 2.
4. Lubang pada daun cangkul hendaknya jangan bulat tetapi segi empat.
5. Mata cangkul harus selalu tajam.
Dari hasil identifikasi parameter cangkul yang telah dilakukan pada pengrajin-
pengrajin di daerah Pasaman Barat, maka diperoleh hasil pengukuran parameter cangkul yang
diproduksi, sebagaimana pada Tabel 1, sedangkan deskripsi cangkul, berupa bahan untuk
membuat cangkul, bahan tangkai cangkul, berat total cangkul, harga per unit cangkul, dan biaya
pokok pembuatan cangkul disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Identifikasi Parameter Cangkul yang Diproduksi oleh Pengrajin
di Kabupaten Pasaman Barat

Kode Kode Lebar Panjang Panjang Sudut


Pengrajin cangkul Kerja (cm) Cangkul tangkai Tangkai
(cm) (cm) (derajat)
A – C1 15,6 20,6 84 70
(A) A – C2 15,6 20,5 83 63
A – C3 15,5 20,6 83 65
B – C1 15,6 20,5 85 65
(B) B – C2 15,4 20,5 86,7 65
B – C3 15,5 20,6 86 70
C – C1 17,2 23 88 63
(C) C – C2 17,3 22,8 86 65
C – C3 17,2 23,3 89 63

Tabel 2. Deskripsi Bahan Cangkul pada Masing-Masing Pengrajin

Kode Bahan Bahan Berat Total Harga/unit BiayaPokok


Pengrajin Cangkul Tangkai Cangkul (Rp/unit) Pembuatan
(kg) (Rp/unit)
(A) Besi Kayu 1,86 25. 000 15.234,41

(B) Besi Kayu 1,47 20.000 15.234,41

(C) Besi Kayu 1,86 25.000 15.234,41

Pada Tabel 1 ditunjukkan ukuran-ukuran parameter cangkul yang diproduksi oleh


masing-masing pengrajin, yang ternyata bervariasi, walaupun perbedaan yang terlihat tidak
besar. Perbedaan ini disebabkan karena sewaktu pembuatan, tidak semua bagian cangkul
ditentukan dengan teliti dan perhitungan angka-angka yang tepat. Dan sebagian besar ukuran
yang digunakan adalah berdasarkan cangkul yang telah ada secara turun - temurun. Inilah yang
menyebabkan angka-angka yang ditemukan dalam pengukuran parameter berbeda-beda.
Tersedianya beraneka ragam jenis cangkul di pasaran yang penggunaannya dengan
gerakan tangan serta dalam sikap-sikap tubuh, cara-cara kerja, bentuk dan berat bilah serta
tangkai yang secara ergonomis dapat diperbaiki untuk meningkatkan produktifitas kerja,
kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dalam bekerja (Kurniadi, 1990). Bentuk cangkul
yang digunakan pada umumnya bervariasi misalnya di daerah Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, Bali, dan Lombok panjang tangkai cangkul adalah 1 sampai 1.25 meter,
dengan sudut cangkul 70° sampai 80° dan beratnya 1.25 kg. Di jawa Tengah (Blitaran), panjang
tangkai cangkul adalah 65-80 cm, sudut cangkul 60° sampai 80° dan beratnya 1 kg (Anonim,
1970). Perbedaan-perbedaan dari bentuk cangkul di beberapa daerah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain jenis tanah, keadaan topografi dan kebiasaan setempat (Anonim,
1970). Berdasarkan hasil survey mesin dan alat pertanian di Indonesia, yaitu di daerah-daerah
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, pada
umumnya cangkul mempunyai berat berkisar antara 1000 gram sampai 3000 gram, panjang
tangkai cangkul 0.65 sampai 1.25 meter dan sudut cangkul yang digunakan adalah 50° sampai
80° (Kurniadi, 1990)
Di samping itu juga disebabkan oleh permintaan para konsumen pada masing-masing
pengrajin berbeda-beda, contohnya untuk ukuran panjang tangkai cangkul atau sudut
kemiringan tangkai cangkul, ukuran ini dapat berbeda tergantung kepada keadaan tekstur tanah
yang akan diolah dan ukuran fisik pengguna cangkul, sehingga produksi cangkul pada masing-
masing pengrajin berbeda-beda, dan juga cangkul dari suatu lokasi tertentu tidak menunjukkan
ke khususan dalam ukuran fisik cangkul yang digunakan. Namun disini didapat suatu kisaran
ukuran fisik cangkul di Pasaman Barat. Sudut kemiringan tangkai cangkul berkisar antara 63 0
– 700, lebar mata cangkul berkisar antara 15,4 cm – 17,3 cm, Panjang mata cangkul berkisar
antara 20,5 cm – 23,3 cm, dan Panjang tangkai cangkul berkisar antara 83 – 89 cm.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa bahan cangkul yang digunakan pada masing-masing
pengrajin pada umumnya sama. Cangkul tersebut terbuat dari besi, tangkai cangkul terbuat dari
kayu, sedangkan berat cangkul pada masing-masing pengrajin berbeda-beda, hal ini
disebabkan oleh jenis besi yang digunakan sebagai bahan cangkul berbeda kualitasnya. Pada
pengrajin pertama berat cangkul rata-rata adalah 1,86 kg, pada pengrajin kedua berat cangkul
rata-rata sebesar 1,46 kg, dan pada pengrajin ketiga rata-rata berat cangkul sebesar 1,86 kg.
Berat cangkul yang terkecil adalah pada pengrajin kedua, ini karena pengrajin 2 memanfaatkan
besi yang kualitasnya rendah atau besi-besi yang sudah tua. Untuk harga jual cangkul kepada
konsumen, para pengrajin mematok harga yang berbeda-beda tergantung pada ukuran cangkul
yang diproduksi dan tergantung pada bahan pembuat cangkul tersebut. Harga cangkul yang
dipasarkan berkisar antara Rp 20.000,- sampai dengan Rp 25.000,- per unitnya, sedangkan
biaya pokok pembuatan cangkul adalah Rp 15.234,41 /unit.

Identifikasi Parameter Tanah


Dari hasil analisis sifat fisika tanah yang dilakukan pada Laboratorium Tanah,
Tanaman, dan Air BPTP Sukarami, maka didapatkan angka-angka hasil analisis contoh tanah
masing-masing lokasi pengolahan berupa persentase pasir, persentase debu, persentase liat, dan
kadar air, serta berat volume kering tanah, seperti ditunjukkan pada

Tabel 3. Hasil Identifikasi Parameter Tanah pada Tiga Lokasi Penelitian


Kadar
No Lahan Fraksi Tanah (%) air BV Tanah (g/cm3)
Sebelum Sesudah
Pasir Debu Liat (%) diolah diolah
1 Lahan 1 49,74 26,46 23,80 11,00 0,78 0,64
2 Lahan 2 17,14 28,57 54,29 13,00 0,80 0,69
3 Lahan 3 3,97 66,23 29,80 7,00 1,11 0,99

Pada Tabel 3 ditunjukkan nilai persentase pasir, persentase debu, persentase liat, dan
persentase air, serta berat volume kering pada masing-masing lokasi berbeda-beda. Persentase
pasir yang tertinggi pada lahan pertama sebesar 49,74 %, sedangkan kandungan pasir yang
terendah pada lahan ketiga. Kadar air tanah yang tertinggi pada lahan kedua, sedangkan
terendah pada lahan ketiga. Berat volume kering tanah tertinggi pada lahan kedua, dan terendah
pada lahan pertama. Perbedaan berat volume kering tanah ini antara lain disebabkan oleh
kandungan liat dan derajat pemadatan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarif (1989)
bahwa nilai berat volume kering tanah dipengaruhi oleh struktur tanah serta kehalusan tanah
yang ditentukan oleh kandungan liat dan kelembabannya. Hasil pengukuran berat volume
tanah disajikan pada Gambar 1.
1.60

Berat Volume Kering Tanah


1.40
1.20

(gr/cm3)
1.00
Sebelum Pengolahan Tanah
0.80
Sesudah Pengolahan Tanah
0.60
0.40
0.20
0.00
Lahan 1 Lahan 2 Lahan 3
Lokasi Pengolahan Tanah

Gambar 1. Grafik Berat Volume Kering Tanah pada Tiga Lokasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai