Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA KONSEP

EMT Muhammadiyah INTERNASIONAL

I. Latar Belakang
Saat terjadi bencana, sejumlah Emergency Medical Teams (EMT) dari dalam maupun luar negeri
akan tiba untuk memberikan layanan kedaruratan pada pasien dengan trauma akibat luka serta kondisi
lain yang yang mengancam jiwa. Pengalaman menunjukkan bahwa sebagian besar pengiriman EMT tidak
berdasarkan kajian kebutuhan korban terhadap layanan kesehatna itu sendiri. Di samping itu terdapat
perbedaan yang cukup besar pada kapasitas, kompetensi, dan kepatuhan terhadap etika profesi. Bahkan
beberapa tim kadang tidak mengetahui sistem dan standar respon darurat medis berskala internasional,
serta tidak mampu membangun integrasi yang baik dengan mekanisme koordinasi yang digunakan.
Masalah-masalah ini terjadi pada tim yang membantu gempa bumi Haiti dan banjir Pakistan pada tahun
2010. Penemuan ini telah menjadi pembahasan di kalangan ahli kebencanaan terkait kebutuhan untuk
memastikan kualitas dan standardisasi layanan yang diberikan oleh tim bedah trauma internasional.
Ketika terjadi bencana atau wabah, semakin cepat respon maka hasilnya akan semakin baik.
Sehingga EMT Initiative menitikberatkan pada pemberian bantuan dengan tim medis di lokasi/ negara itu
sendiri, yang mampu tiba di lokasi bencana dalam waktu sesingkat mungkin. Tambahan tim medis dari
negara tetangga mungkin dibutuhkan, namun tidak bisa tiba secepat tim medis di lokasi/ negara itu
sendiri. WHO menitikberatkan bahwa tim internasional perlu ditugaskan dalam kondisi kedaruratan
dengan porsi yang sesuai. Tim nasional memiliki keuntungan berbeda. Tim nasional ini lebih memahami
budaya setempat, kondisi geografis, mampu berkomunikasi dengan Bahasa setempat, dan memiliki ijin
praktik. Tim dari negara tetangga di regional yang sama, memiliki keuntungan yang kurang lebih sama.
Membangun jejaring kedaruratan antar negara dalam regional yang sama juga dapat mempercepat
waktu respon. Perjanjian resiprokal antar negara terkait pengiriman EMT dapat mempercepat proses
penawaran dan penerimaan terhadap tim melalui Pusat Pengendalian Operasi Darurat di tingkat
Nasional.
Berdasarkan Muktamar Muhammadiyah tahun 2015 di Yogyakarta, posisi Lembaga
Penanggulangan Bencana (MDMC, Muhammadiyah Disaster Management Centre) cukup kuat dengan
mengacu pada mandat memperkuat peran Muhammadiyah dalam manajemen bencana dan bantuan
kemanusiaan. Tujuan Pembangunan selama tahun 2015-2020 adalah “pembangunan fungsi pencegahan
dan pengurangan bencana berdasarkan semangat kemanusiaan dan semangat KeIslaman, professional
dan sesuai dengan posisi dan kapasitas Muhammadiyah sebagai organisasi Muhammadiyah”.
II. Potensi Muhammadiyah di bidang Kesehatan Bencana
Muhammadiyah adalah organisasi muslim terbesar kedua di Indonesia yang bergerak dalam
bidang sosial, pendidikan dan kesehatan. Didirikan pada tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan di Jogjakarta
dan sampai sekarang telah mempunyai 94 rumah sakit dan 214 klinik kesehatan di seluruh Indonesia.
MDMC bergerak di aktivitas manajemen bencana di seluruh wilayah Republik Indonesia dan misi
kemanusiaan ke beberapa negara yang membutuhkan. MDMC mengembangkan sistem organisasi,
Pendidikan dan pelatihan, di tingkat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Pimpinan Daerah
Muhammadiyah. Dalam pengelolaan program, MDMC telah berhasil melaksanakan 3 program
bekerjasama dengan lintas majelis MPKU dan Lazismu. Program ini salah satu hasilnya adalah adanya
tim-tim medis tanggap darurat yang terlatih dan siap diberangkatkan ke lokasi bencana di tingkat local,
regional bahkan internasional.

III. Klasifikasi dan Standar Minimum EMT dari WHO Tahun 2013

Tahun 2015 ada perubahan sedikit mengenai klasifikasi yaitu di level 1 dan 2 sebagai berikut:
• Nama FMT (Foreign Medical Team) diganti menjadi EMT (Emergency Medical Team) baik nasional
(N-EMT) atau internasional (I-EMT)
• Tipe 1 dibagi menjadi 2 subtipe yaitu a) mobile, dengan kapasitas layanan pasien 50 orang/ hari dan
b) fixed, dengan kapasitas layanan pasien 100 orang/ hari.
IV. Model Tim EMT Muhammadiyah Indonesia
Melihat kebutuhan di bencana internasional dan potensi yang dimiliki oleh Muhammadiyah, maka
Muhammadiyah sangat layak untuk memiliki tim EMT (tim medis bencana) standar internasional minimal
level 1 menetap (type 1 Fixed). Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan persiapan dan langkah konkret
yang dilakukan secara bertahap. Langkah-langkah ini harus dilakukan secara bersama antara MDMC,
MPKU, dan Lazismu sesuai peran masing-masing.

V. Roadmap EMT Muhammadiyah Internasional


Dalam rangka mencapai proses pencapaian pengakuan EMT MUHAMMADIYAH secara
internasional dari WHO, maka diperlukan peta perjalanan program yang akan ditempuh dalam kurun
waktu +12 bulan. Dalam peta perjalananan ini akan dilakukan berbagai aktivitas yang mendukung
pencapaian hasil akhir program yaitu pengakuan secara internasional oleh WHO berupa sertifikat dan
pemberian emblem logo WHO.
Berikut langkah-langkah peta perjalanan yang akan ditempuh:

Langkah 0:
Pada tahap ini akan dilakukan persiapan di internal Muhammadiyah antara lain:
a. pembuatan kesepakatan lintas majelis yaitu MDMC, MPKU, dan Lazismu terkait konsep dan program
internasionalisasi tim kesehatan MDMC.
b. Pembuatan draf dokumen-dokumen terkait standar yang diberikan oleh WHO
c. Pembuatan daftar peralatan yang dibutuhkan sesuai standar WHO
d. Pembelian peralatan logisitk yang diperlukan
e. Perekrutan anggota tim
f. Pelatihan untuk peningkatan kapasitas EMT MUHAMMADIYAH sesuai standar WHO
g. Pemeriksaan akhir semua persiapan EMT MUHAMMADIYAH

Langkah 1:
Pada tahap ini MDMC akan mengundang mentor dari WHO untuk memberikan review terhadap hal-hal terkait
verifikasi EMT yang telah disiapkan oleh MDMC. Diharapkan ada masukan-masukan atau revisi terhadap
dokumen-dokumen yang ada ataupun masukan terkait peningkatan kapasitas yang diperlukan oleh MDMC.
Kegiatan ini berupa workshop yang akan dihadiri manajemen EMT MUHAMMADIYAH, para pemangku
kebijakan di tingkat majelis/lembaga PP Muhammadiyah, dan undangan khusus (IDI, HFI, Kemenkes, BNPB).

Langkah 2:
Mentor MDMC pada tahap ini akan bertemu dengan para pengambil kebijakan di Muhammadiyah untuk
memastikan adanya dukungan kebijakan dan operasional terhadap program internasionalisasi tim kesehatan
bencana MDMC. Berupa pertemuan antara mentor dengan para pimpinan majelis/lembaga terkait (MPKU,
MDMC, DIKTI, Lazismu, LLHPB Aisiyah). Selain itu Muhammadiyah akan melakukan pertemuan dengan
pemangku kebijakan di tingkat nasional dalam hal pengiriman tim deploy kesehatan seperti Kementrian
Kesehatan, Kementrian Luar Negeri, BNPB dan TNI.

Langkah 3:
Pada tahap ini akan dilakukan pengkajian oleh tim ahli WHO untuk MDMC Indonesia dalam kegiatan lapangan
(field exercise) secara langsung untuk melihat kelengkapan peralatan, SDM dan kesiapan tim MDMC Indonesia.

Langkah 4:
WHO pada tahap ini akan menyampaikan hasil verifikasi MDMC Indonesia secara global dan akan memberikan
sertifikat maupun emblem logo untuk MDMC Indonesia.

VI. Daftar SDM


a. Dokter 5 orang
b. Perawat 7 orang
c. Apoteker/asisten apoteker 1orang
d. Bidan 1 orang
e. Media 1 orang
f. Psikologi 1 orang
g. Safety and security officer 1 orang
h. Logistik 6 orang
i. Admin medis 1 orang

Anda mungkin juga menyukai