Anda di halaman 1dari 6

Autonomy, Mastery & Purpose

Hendarto Oktavianus 134217500


Kristianto Kurniawan 134217506

Menurut Daniel Pink, untuk meningkatkan motivasi seseorang maka diperlukan 3 faktor
atau elemen, yaitu :

1. Autonomy : Merupakan keinginan untuk mengarahkan diri sendiri. Hal ini juga dapat
meningkatkan kepatuhan. Ada 4 aspek dalam otonomi : waktu, teknik, tim dan tugas.
2. Mastery : Merupakan dorongan untuk mendapatkan keterampilan yang lebih baik,
keingingan untuk memperbaiki sesuatu yang penting, atau manusia suka menjadi lebih
baik dalam beberapa hal, manusia menikmati kepuasan dari pencapaian atau kemajuan
pribadi.
3. Purpose : Merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermakna atau penting.
Bisnis yang hanya berfokus pada keuntungan tanpa melihat tujuan hanya akan berakhir
dengan layanan ke pelanggan yang buruk dan ketidapuasaan karyawannya.

Autonomy

1. ROWE (result only work environment) merupakan sebuah sistem yang dibuat oleh
Gunther dimana sistem ini memberlakukan tidak adanya jam kerja / jadwal kerja yang
pasti untuk ke kantor atau melakukan pekerjaan mereka sehingga karyawan bebas untuk
dating kapanpun dengan syarat mereka menuntaskan pekerjaan mereka. Sistem ROWE
ini sendiri dapat berjalan dikarenakan mereka berfokus kepada apa yang mereka harus
kerjakan daripada pengontrolan yang dilakukan oleh atasan. Sistem ini juga
memberlakukan bantuan dari pihak atasan kepada pekerja dengan memberikan
informasi dan berkomunikasi bila ada masalah yang dialami pekerja dan dengan ini
dapat memotivasi pekerja secara intrinsik.
2. Gunther menganggap bahwa uang sebenarnya adalah motivasi dasar atau awal dan
ketika sudah adanya kebiasaan untuk membuat suasana kerja yang nyaman dan kondisif
maka insentif berupa uang sudah tidak berdampak secara signifikan terhadap performa
kerja dan motivasi dari pekerja.
3. Inti dari manajemen adalah didasari oleh sifat dari orang yang diatur sendiri, sehingga
diasumsikan bahwa mengambil tindakan maju atau melakukan sesuatu tanpa adanya
hadiah dan hukuman akan memberikan tempat kerja yang lebih nyaman. Melakukan
pekerjaan sendiri diasumsikan dapat berjalan tanpa ada aturan yang baku dan
mengekang sehingga pekerja diberikan kebebasan dalam berkreasi.
4. Motivasi autonomous adalah bertindak dengan kesadaraan dan kemauan dari diri
sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak luar. Sedangkan motivasi yang dikontrol
merupakan motivasi yang diminta dan merupakan tekanan motivasi yang berasalah dari
eksternal.
5. Motivasi autonomus berbeda dengan independen, dimana autonomus bertindak sesuai
dengan pilihan dan saling memiliki keterikatan dan hubungan bagi antar independent
dan kelompok.
6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai puas dengan penerapan
autonomy support dan meningkatkan job satisfaction mereka. Autonomy support
sendiri adalah ketika atasan melihat permasalahan dari sudut pandang pekerja dan
setelah itu atasan memberikan informasi yang berguna serta memberikan pilihan
terhadap pekerja untuk menyelesaikan masalah dan cara penyelesaianya dan
mendorong pekerja untuk mengambil permasalahan baru / tugas baru.
7. Canon Brookes menyatakan “bila memberi gaji yang kurang, maka kita dapat
kehilangan pekerja. Namun lebih dari itu uang bukanlah motivator sesunggunya. Yang
terpenting adalah nilai dari aspek lainya” . seperti yang dilakukan Brookes adalah
memberi kebebasan kepada para pegawai di 1 hari tertentu untuk melakukan hal lainya
di perusahaan tersebut yang bukan pekerja mereka pada umumnya untuk
mengembangkan produk lainnya sesuai dengan keiingan mereka.
8. Berikut ini adalah 4 nilai penting dari autonomus motivation:
 Tugas: tugas yang diberikan memiliki kebebasan cara untuk pegawai bagaimana
mereka menyelesaikan dan menjalankan tugas yang diberikan. McKnight
mengatakan “bila mempekerjakan orang cerdas, sudah sepantasnya membiarkan
orang tersebut untuk melakukan tugasnya sesuai dengan caranya”. Dan autonomi
yang mereka jalankan merupakan landasan terpenting yang mendasari dari teori
motivasi 3.0.
 Waktu: untuk waktu dikatakan bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang bagus
memerlukan fokus tanpa adanya tekanan dan tekanan waktu yang ada. Dengan
demikian pada teori motivasi 3.0 hal ini sudah diterapkan dan sebagai contoh
kebanyakan tarif untuk pengacara diluar dibayarkan per kasus bukan per jam waktu
mereka bekerja.
 Teknik: yaitu memberikan kebebasan kepada pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka dengan cara mereka sendiri dan dengan demikian diharapkan
akan memberikan hasil yang maksimal kepada perusahaan dan konsumen.
 Team: memberikan kebeasan dalam membentuk team sesuai dengan kemauan
sendiri dikarenakan menurut penelitian yang ada, pekerja akan menghasilkan hasil
yang lebih baik dan optimal dikala mereka dapat membuat team mereka sendiri /
berelawan dalam melakukan suatu pekerjaan daripada perusahaan yang
menentukan team mereka.
 Sebenarnya dengan adanya otonomi tidak menghilangkan tanggung jawab individu
yang ada, malah dengan adanya otonomi ini tiap pekerja atau individu yang ada
harus dapat mempertanggung jawabkan tindakan yang mereka lakukan. Seperti
teori motivasi 2.0 yang menganggap para pekerja akan menjadi lalai bila mereka
memiliki kebebasan sehingga menerapakan otonomi untuk bertanggjung jawab.
Sedangkan pada teori 3.0 diasumsikan bila semua pekerja ingin memiliki tanggung
jawab sehingga mereka memastikan sendiri bahwa pekerjaan mereka dapat
dikontrol dalam 4 aspek penting diatas.

Mastery

1. Kebalikan dari autonomi adalah kontrol. Dimana kontrol mengarah kepada kepatuhan
dan autonomi mengarah kepada keterlibatan. Dari klasifikasi ini menuntun kepada
elemen ke-2 dari perilaku tipe I: penguasaan- keinginan untuk menjadi lebih baik pada
sesuatu yang penting. Dimana motivasi 2.0 tujuannya untuk menuntun seseorang untuk
melakukan sesuatu hal tertentu dengan cara yang ditentukan maka dari itu mereka akan
patuh. Sedangkan motivasi 3.0 yang berfokus kepada keterlibatan dan dengan adanya
keterlibatan seseorang akan mendapatkan penguasaan (mastery).
2. Csikszentmihalyi menerangkan “autotelic experiences” yang berarti tujuan pribadi
yang dimana hal ini berfokus kepada kepuasan pribadi akan tugas yang diberikan dan
menganggap tugas yang itu adalah hadiahnya.
3. Bagaimana cara membuat sesuatu yang disebut sebagai “autotelic experiences” dan
bagaimana meakukan perancanga tugas agar pekerja bisa mengalami hal seperti ini?
4. Biaya untuk meningkatkan kepuasa pekerja dan kesehatan dari organisasi sangatlah
tinggi ketika tempat kerja mereka merupakan zona tanpa arus. Dengan menerapkan
lingkungan yang memiliki arus dapat membantu pekerja mengarah kepada penguasan
kerja yang akan berdampak pada peningkatan produktifitas dan kepuasan dalam
bekerja. Menurut penelitian keinginan untuk menguasai ssesuatu yang baru adalah
dorongan intrinsik yang kuat untuk meningkatkan produktifitas.
5. Untuk membuat penguasaan ini diharuskan untuk memenuhi syarat “apa yang harus
orang lakukan dan apa yang orang bisa lakukan”. Ketika apa yang harus mereka
lakukan melebihi kemampuan maka akan menimbulkan kecemasan dan kawatir, dan
ketika apa yang mereka harus lakukan lebih rendah dari level mereka maka akan
menimbulkan kebosanan. Cara lainya untuk memicu adanya arus dalam tempat kerja
adalah menggunakan sisi baik dari sawyer effect dan membuat hadiah ekstrinsik
berguna.
6. 3 hukum penguasaan (mastery)
 Penguasaan (mastery) merupakan mindset / pola pikir: menurut Carol Dweck
keingininan untuk menjai ahli dalam sesuatu ada dalam kepala kita. Ada 2 teori yang
dikemukakan Dwek, (1) teori entity yang mengungkapkan bahwa intelegensi adalah
sudah ada diantara kita dan tidak dapat ditingkatkan lagi. (2) teori incremental, yang
menganggap bahwa intelegensi sedikit bervariasi antar tiap individu dan dapat
dipelajari dan ditingkatkan. Ketika seseorang mempercayai bahwa intelegensi
merupakan kuantitas yang pasti, maka pengalaman dalam pendidikan dan profesinal
merupakan tolak ukur dari seberapa banyak seseorang memiliki. Ketika seseorang
mempercayai intelegensi merupakan sesuatu yang dapat ditngkatkan maka tolak
ukur tersebut sama namun bisa digunakan sebagai kesepatan untuk bertumbuh.
Teori incremental mengarah kepada positif dikarenakan beranggapan bahwa
kemampuan dapat dibentuk dan menganggap bahwa bekerja keras dapat
meningkatkan kemampuan. Sedangkan teori entity mengungkapkan bahwa ketika
kita melakukan kerja keras untuk melakukan sesuatu makam kita tidak ahli dalam
hal tersebut.
Sekma Dweck ini menjelaskan perbedaan tingkah laku pada motivasi 2.0 dan
3.0. tingkah laku tipe X seringkali menggunakan teori intelegensi entity,
mengutamakan tujuan performa dan tidak meghargai adanya kelemahan. Sedangkan
di tipe I menggunakan teori incremental, memaklumi adanya pembelajaran dan
menganggap bahwa tujuan untuk belajar diatas performa dan menerima proses
pembelajaran dalam organisasi.
 Penguasaan (mastery) merupakan hal yang menyakitkan: hal ini dikatakan oleh para
ahli dikarenakan untuk menguasi sesuatu membutuhkan waktu yang lama dan sulit
dan berdedikasi dalam melakukan hal itu. Untuk menguasai sesuatu membutuhkan
waktu yang lama dan akan berkembang sedikit demi sedikit dan untuk menguasai
sesuatu dibutuhkan kerelaan / kesenangan dengan hal yang dilakukan.
 Penguasaan (mastery) merupakan hal yang asymptote: dijelaskan dalam buku ini
bahwa sebenarnya keahlian yang dikuasai tidak akan pernah merasa tercapai tetapi
hanya merasa mendekati dari keinginan merek atau bisa dikatakan sebenarnya tidak
ada kata “ahli” dalam sesuatu dikarenakan insting manusia selalu ingin lebih dan
tidak pernah puas.
7. Menurut penelitian dari Csikszentmihalyi bahwa seseorang pekerja akan lebih mudah
untuk mencapai arus ketika bekerja dibandingkan saat bersantai. Dalam bekerja
seringkali mendapatkan struktur dari pengalaman autorelic: tujuan yang jelas, umpan
balik yang langsung, tantangan yang sama dengan kemampuan yang dimiliki. Dan
ketika semua sudah tercapai maka pekerjaan yang dilakukan tidak hanya akan
menikmatinya tetapi pekerja akan melakukanya dengan baik. Dan ketika batasan antara
pekerjaan dan hal menyenangkan / permainan sudah tidak terlihat jelas maka pekerja
dapat melakukan pekerjaan yang dianggap sulit menjadi lebih menyenangkan dan dapat
dinikmati.

Purpose

1. Motivasi 2.0, telah mengabaikan bagian terpenting dari diri kita, manusia. Kita sudah
sejak dahulu, sejak pertama kali melihat langit, mencoba membayangkan tempat
manusia di mana di alam semesta, dan mencoba menciptakan sesuatu yang membuat
manusia hidup lebih baik dan lama, sejak saat itu kita (manusia) sudah menjadi pencari
tujuan, dalam hal ini tujuannya adalah menyediakan energi aktivitas untuk hidup.
2. Motivasi 3.0, memberikan 3 cara didalam mengekspresikan atau mendorong diri
didalam memaksimalkan tujuan atau di sebut “purpose motive”, yaitu :
- Goals : perusahaan menggunakan tidak hanya laba untuk mencapai tujuan, tapi juga
memberikan kontrol kepada karyawan tentang tanggung jawab sosial organisasi
sehingga dapat meningkatkan kepuasan daripada memberikan “if-then” insentif.
Motivasi 3.0, secara tidak langsung tercipta untuk memperluas konsep tujuan ini.
- Words / kata-kata : menekankan lebih dari sekedar kepentingan pribadi, misal
dengan mengubah kata ganti “Saya” menjadi “Kita”. Dan di dalam Motivation 3.0
“Kita” menjadi lebih penting.
- Policies / kebijakan : dengan kebijakan memungkinkan orang untuk mengejar
tujuan dengan adanya ketentuan atau kebijakan. Kebijakan yang ketat pula dapat
menyebabkan perilaku yang tidak baik, perlu adanya pendekatan otonomi untuk
memaksimalkan konsep tujuan.
3. Tujuan mengacu pada melakukan sesuatu yang penting bagi diri, dilakukan dengan
baik, dan dilakukan karena sesuatu hal yang lebih besar dari diri. Buku ini berbicara
mengenai suatu masa ketika perusahaan akan menggunakan maksimalisasi tujuan
bersamaan dengan maksimalisasi keuntungan. Buku ini juga berpendapat bahwa
manusia secara alami mencari tujuan dalam pekerjaan mereka, dan perusahaan-
perusahaan yang memberikan rasa tujuan kepada karyawan mereka akan memiliki
keunggulan kompetitif.

Anda mungkin juga menyukai