Bab 1-3
Bab 1-3
BAB I
PENDAHULUAN
dan peningkatan intelektual peserta didik sesuai tuntutan kurikulum saat ini. Guru
berhubungan antara materi satu dengan lainnya. Konsep awal yang diterima peserta
didik menjadi syarat untuk penguasaan konsep berikutnya. Pengetahuan awal peserta
mereka akan belajar dan apa yang akan dipelajari selanjutnya (Haryanto, 2000: 24).
yang ingin diperkenalkan kepada peserta didik dapat dikatakan belum memiliki arah
materi tiap jenjang dan kepadatan materi, khususnya pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama masih menjadi kendala bagi guru IPA untuk mentrasferkannya kepada
1
2
cenderung tidak berfokus pada pemilihan materi yang essensial sesuai indikator dalam
Pembelajaran IPA yang dilakukan saat ini sebagian besar masih sekedar
tolok ukur keberhasilan pembelajaran hanya dilihat dari nilai tes dan ujian IPA saja.
Kurangnya substansi sains dan kadar pembelajaran IPA, serta tidak sesuainya strategi
pembelajaran yang diterapkan guru, hanya akan membuat peserta didik memikirkan
penerapan apa saja yang dapat mereka lakukan, tanpa harus memikirkan implikasi dari
kesempatan pada peserta didik untuk menemukan konsep sendiri melalui observasi
Klasifikasi makhluk hidup adalah salah satu materi pembelajaran IPA yang
memiliki kepadatan dan tingkat kesukaran cukup tinggi. Materi ini diajarkan pada
semester 2 untuk peserta didik kelas VII Sekolah Menengah Pertama dengan standar
KTSP 2012).
Materi IPA yang cakupannya luas, memaksa guru untuk menerapkan strategi
merupakan cara yang paling aman dilakukan guru untuk mengejar pencapaian target
pembelajaran tersebut. Hal ini berdampak negatif terhadap lemahnya daya serap
3
belajar pada materi klasifikasi makhluk hidup dengan cakupan luas dan tingkat
kesukaran tinggi adalah membedakan makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya
Banyaknya cakupan konsep yang harus dikuasai peserta didik pada materi
teknis yang terjadi dalam pembelajaran materi klasifikasi makhluk hidup adalah: (1)
tertentu; dan (3) tingkat kepasifan peserta didik dalam pembelajaran yang tinggi.
Dampak negatif dari semua kejadian tersebut adalah masih rendahnya hasil belajar
Dibutuhkan sebuah teknik pembelajaran yang efektif bagi guru IPA untuk
berpikir peserta didik. Permainan kartu klasifikasi dan perancangan peta konsep (mind
map construction) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA,
dalam permainan kartu klasifikasi, nilai kartu ditentukan dengan bulatan, sedangkan
pada permainan kartu ini, nilai kartu ditentukan oleh rangkaian gambar dan ciri
4
makluk hidup yang harus ditebak peserta didik. Produk dari permainan telah yang
dilakukan adalah rancangan peta konsep (mind map construction) yang dibuat sendiri
oleh peserta didik sesuai kreatifitas dan daya nalarnya. Diharapkan dengan terbiasa
menerapkan permainan menggunakan media kartu klasifikasi ini peserta didik tidak
merasa jenuh, karena mereka dapat melakukan pembelajaran sambil bermain. Teknik
ini juga memudahkan peserta didik untuk belajar dan berlatih menyusun materi
Hasil Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Permainan Kartu Klasifikasi
dan Perancangan Peta Konsep (Mind Map Construction) pada Peserta Didik Kelas
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini sesuai dengan latar belakang masalah
Apakah melalui permainan kartu klasifikasi dan perancangan peta konsep (mind map
construction) dapat meningkatkan hasil belajar materi klasifikasi makhluk hidup pada
peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Pringapus Semester 2 tahun pelajaran
2012/2013.
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi klasifikasi makhluk hidup pada peserta
didik kelas VII SMP Negeri 1 Pringapus semeter 2 tahun pembelajaran 2012/2013.
Meningkatnya hasil belajar tersebut ditandai dengan ketuntasan belajar dan aktivitas
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan muncul dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
pemahaman peserta didik tentang peningkatan hasil belajar IPA materi klasfikasi
makhluk hidup melalui pemanfaatan alat peraga kartu klasifikasi dan rancangan peta
konsep. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan kajian pada penelitian
2. Manfaat Praktis
6
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat djadikan sebagai informasi tentang permainan
alat peraga kartu klasifikasi dan rancangan peta konsep untuk meningkatkan hasil
belajar IPA materi klasfikasi makhluk hidup. Pemanfaatan alat peraga dalam
b. Bagi peserta didik, penelitian ini merupakan umpan balik untuk memecahkan
sehingga kemampuan dan minat peserta didik dalam pembelajaran IPA semakin
bertambah.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang positif dalam
penelitian, yaitu SMP Negeri 1 Pringapus Kabupaten Semarang dan sekolah lain
pada umumnya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Media Pembelajaran
meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber
belajar ke penerima pesan belajar (peserta didik). Sebagai penyaji dan penyalur pesan,
media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi
belajar kepada peserta didik. Jika program media itu didesain dan dikembangkan
secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa
keberadaan guru.
Azhar Arsyad (2009: 4) menjelaskan bahwa jika suatu media membawa pesan-
pembelajaran, maka media itu disebut media pembelajaran. Guru dituntut terampil dan
kreatif dalam memilih media pembelajaran, tidak hanya mengandalkan buku sumber
yang tersedia seadanya. Saadah (2006: 3) menambahkan guru juga tidak boleh
terjebak pada pemilihan media pembelajaran yang rumit, mahal, dan tidak praktis
untuk digunakan dalam pembelajaran. Media yang sederhana pun dapat digunakan,
yang penting jangkauannya luas dan mampu menjamin akan tercapainya keefektifan
dan keefisienannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditargetkan. Jika
guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, maka guru dapat
antara guru dengan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan
efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah sebagai
berikut.
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat
didik.
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna,
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak
membosankan.
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa
Melalui media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan
waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi secara
Media pembelajaran dapat membantu peserta didik menyerap materi belajar lebih
mendalam dan utuh. Apaapabila dengan mendengar informasi verbal dari guru
saja, peserta didik kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapan pun
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi dan proses
belajar
ilmu pengetahuan.
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk
dalam permainan kartu domino, nilai kartu ditentukan dengan bulatan, tetapi pada
permainan kartu klasifikasi ini, nilai kartu ditentukan oleh rangkaian gambar dan ciri
untuk menarik perhatian dan respon peserta didik terhadap media kartu klasifikasi
tersebut. Penelitian menggunakan media kartu klasifikasi ini diterapkan pada peserta
didik SMP kelas VII, karena mempertimbangkan usia peserta didik tersebut berada
pada rentang 11-13 tahun, dimana anak pada usia tersebut mulai memasuki masa
remaja awal tetapi belum meninggalkan kebiasaan atau kegemaran yang biasa mereka
miliki. Begitu juga dengan warna, peserta didik akan menyenangi pilihan warna yang
cerah dan ramai. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Abin Syamsudin (2005: 133)
bahwa pengamatan dan tanggapan anak usia remaja awal masih bersifat realisme
kritis. Artinya adalah anak pada usia tersebut akan mampu menyenangi dan
memberikan tanggapan pada sesuatu yang menurutnya bagus, wamai, dan menghibur.
Sehingga, dalam pembuatan kartu klasifikasi ini, peneliti menggunakan pilihan warna
cerah dan disertai symbol-simbol yang berhubungan dengan maksud dan aturan yang
Setiap kartu klasifikasi terdapat ciri-ciri makhluk hidup tertentu dan gambar
makhluk hidup tertentu pula. Peserta didik harus mencari pasangan ciri-ciri makhluk
11
hidup dan gambarnya yang sesuai dengan kartu yang harus ditebak. Pada permainan
kartu klasifikasi ini juga terdapat kartu berhenti dan kartu pindah. Kartu berhenti untuk
menghentikan permainan, artinya jika pemain mempunyai kartu berhenti, maka dia
kepada pemain yang disebelahya bergantung putaran permainan saat itu. Berikut
AVERTEBRATA
1. MOLUSCA 4. COELENTERATA
2. VERMES 5. ARTHROPODHA
3. PORIFERA 6. ECHINODHERMATA
Ciri-ciri
Gambar 2.1 Contoh Kartu Klasifikasi (Ciri-ciri Makhluk Hidup dan Gambar)
12
Gambar 2.2 Contoh Kartu Klasifikasi (Kartu Berhenti dan Kartu Pindah)
Pada kartu pertama, terlihat adanya sebuah ciri-ciri makluk hidup avertebrata,
yaitu molusca. Peserta didik diharuskan mencari dan menentukan gambar makhluk
hidup yang sesuai dengan ciri tersebut melalui tata cara bermain kartu klasifikasi,
kemudian diikuti oleh pemain lainnya dengan menyambung kartu klasifikasi dengan
rangkaian yang bersesuaian sehingga membentuk suatu pola yang tidak terputus.
Penurunan kartu terus dilakukan hingga kartu habis dan tidak ada lagi kartu yang dapat
diturunkan.
kartu yang sebelumnya telah diacak atau dikocok. Jika peserta didik tidak mempunyai
13
kartu yang tidak sesuai dengan kartu yang dimaksud, maka pemain diharuskan
mengambil kartu dari tumpukan kartu yang telah disediakan, maka iswa selanjutnya
yang bermain. Permainan minimal dilakukan oleh dua orang. Pemain yang dapat
menebak dengan tepat akan mendapatkan poin atau nilai 10, tetapi jika pemain
Kesulitan dalam membedakan ciri merupakan kendala yang dialami peserta didik
dalam mengklasifikasi makhluk hidup. Tugas guru dalam pelaksanaannya tidak hanya
mengharuskan guru untuk mampu membantu peserta didik memahami diri dari
Guru perlu melaksanakan suatu kegiatan yang dapat membantu peserta didik
mencapai prestasi yang optimal dalam menguasai pembelajaran IPA pada materi
sangat terbatas, maka guru mempunyai peran untuk merangsang peserta didik dalam
menyenangi materi tersebut. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan
adalah media permainan kartu klasifikasi. Hasimi Albatury (2009) menyatakan bahwa
14
seseorang.
Permainan sangat cocok diterapkan pada peserta didik, diaman peserta didik
dilibatkan secara aktif dalam bermain pada situasi nyata yang berkaitan dengan
Sudono (2003: 2) bahwa pemahaman tentang bermain juga akan lebih luwes terhadap
kegiatan bermain itu sendiri dan akibatnya guru mendukung segala aspek
lebih banyak kepada peserta didik untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang
konsep maupun pengertian dasar pengetahuan dapat dipahami dengan lebih mudah.
bahwa dengan bermain akan memberikan kesempatan kepada seorang anak untuk
materi karena selain bermain, peserta didik juga dapat mendalami materi dengan cara
media permainan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
kenikmatan yang intensif, bebas dari ketegangan, atau kedukaan. Seseorang akan
15
Dalam permainan kartu klasifikasi, peserta didik dapat berinteraksi satu sama
lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.
Permainan kartu klasifikasi dapat menjadi sumber belajar atau media belajar karena
mengatakan bahwa masih banyak guru yang merasa kurang berhasil mengajarkan
pantun hanya dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan penugasan saja.
permainan kartu adalah permainan yang digemari oleh setiap kalangan, baik anak-
anak maupun orang dewasa. Media permainan kartu klasifikasi dapat digunakan
sebagai sarana pendukung pembelajaran, karena dengan media tersebut peserta didik
akan bermain sambil belajar. Peserta didik tidak akan merasa jenuh dalam belajar,
dimilikinya.
Konsep mind map asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun
1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map
16
memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari
ide sentral tersebut. Mujito berpendapat bahwa: mind map sangat efektif apabila
digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi
di antara ide tersebut. mind map juga berguna untuk mengorganisasikan informasi
yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya
Menurut penciptanya, Tony Buzan, (2007: 9), mind map adalah cara termudah
untuk menempatkan informasi dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak.
Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan
memetakan pikiran kita. Sementara Desires ESQ Anak, (2006: 2) berpendapat bahwa,
Mind Map adalah teknik pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Pencatatan
materi belajar dituangkan dalam bentuk diagram yang memuat simbol, kode, gambar,
dan warna yang saling berhubungan ditata secara melingkar dengan lingkaran sebagai
pusatnya.
Herdian memiliki pendapat tersendiri mengenai konsep mind map bahwa Mind
Map merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya
kembali ke luar otak. Bentuk mind map seperti peta sebuah jalan di kota yang
mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan
secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan
sebuah peta, kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan
Mind map bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita
bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang
alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan
bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa. mind map sangat
efektif apabila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa peta pikiran (mind map)
adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri
seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan
seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara
tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Peta pikiran
yang dibuat oleh peserta didik dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena
berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri peserta didik setiap harinya.
Suasana menyenangkan yang diperoleh peserta didik ketika berada di ruang kelas pada
saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam
proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar
Penyusunan mind map dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar
peserta didik dapat membuat klasifikasi makhluk hidup secara mandiri sesuai
18
kreatifitas dan daya nalarnya, setelah mereka mendapatkan materi melalui permainan.
Kegiatan permainan kartu klasifikasi dan dilanjutkan dengan penyusunan mind map
memiliki dua keuntungan sekaligus, yaitu peserta didik akan mampu menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali dalam bentuk peta pikiran.
5. Konsep IPA
pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, serta menguji kebenaran
hipotesis tersebut. Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar peserta didik
dikonfirmasikan secara objektif (Iskandar, 1997: 3). Suatu ide yang mempersatukan
fakta-fakta IPA tersebut, selanjutnya disebut dengan konsep IPA. Penguasaan konsep
konsep maupun fakta yang kesemuanya ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai
gejala alam. Tetapi yang lebih penting dalam pembelajaran IPA adalah peserta didik
mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencipta alam
semesta (Hadiat, 2006: 2). Melalui sikap dan proses tersebut, maka produk IPA akan
terbentuk.
IPA merupakan suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai
gejala alam. Oleh karena itu, diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis,
cermat, lengkap, serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam lain,
sehingga keseluruhannya membentuk sudut pandang yang baru terhadap objek yang
peserta didik sekolah, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk suatu
Klasifikasi makhluk hidup adalah salah satu materi IPA dalam Kurikulum
Satuan Tingkat Pendidikan SMP kelas VIII semester 2. Standar kompetensi dari
makhluk hidup, dengan empat kompetensi dasar yang ingin dicapai, yaitu: (1)
Membedakan makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya berdasarkan ciri khusus
makhluk hidup; (3) Menyusun perbandingan ciri-ciri khusus tiap kingdom dalam
sistem 3 kingdom; dan (4) Mengklasifikasi beberapa mahluk hidup di sekitar berdasar
ciri yang diamati. Tujuan dari pembelajaran materi ini adalah setelah mempelajarinya,
diharapkan siswa dapat: (1) menjelaskan tujuan klasifikasi makhluk hidup; (2)
berdasarkan bentuk luar tubuh sebagai dasar klasifikasi; (4) mengetahui klasifikasi
kingdom; (6) menuliskan nama ilmiah makhluk hidup; dan (6) menjelaskan tujuan
Perubahan Zat adalah 3 x 40 menit atau tiga kali pertemuan (Tim IPA Terpadu SMP
B. Kerangka Berpikir
Banyak konsep IPA yang diberikan pada peserta didik di level formal sebagai
suatu yang konsep yang cakupan materinya sangat luas dan menjenuhkan.
Pembelajaran IPA yang hanya berbasis materi, hanya akan membuat peserta didik
bosan karena peserta didik hanya memahami pada tingkat hapalan dan bukan proses
inquiry. Membuat IPA menjadi bermakna bagi peserta didik adalah tugas dari
benda-benda di sekitar kehidupan peserta didik. IPA harus realistik, yang artinya
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, bermakna, dan dapat dibayangkan oleh peserta
didik. Selama proses pembelajaran, peserta didik harus didorong untuk menemukan
dan mengembangkan strategi dan gagasan. Strategi dan gagasan peserta didik yang
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar konsep IPA materi
klasifikasi makhluk hidup yang ditunjukkan oleh ketuntasan hasil belajar pada peserta
kartu klasifikasi dan penyusunan mind map. Penelitian dilakukan dengan cara
melakukan sejumlah tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II, untuk
merubah kondisi awal pembelajaran berupa hasil belajar yang rendah menjadi lebih
meningkat.
1. Kondisi Awal
22
Pada kondisi awal, diketahui bahwa pembelajaran IPA pada materi klasifikasi
makhluk hidup yang yang dilakukan guru selama ini masih belum menggunakan alat
kesulitan memahami konsep tersebut, jika hanya dijelaskan secara verbal. Hasil
belajar peserta didik juga belum menunjukkan ketuntasan belajar secara klasikal.
2. Tindakan
Melihat kondisi awal tersebut dan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar
peserta didik, maka guru mencoba menambah variasi alat peraga permainan kartu
klasifikasi dan rancangan mind map. Guru memanfaatkan alat peraga kartu klasifikasi
dan rancangan mind map dalam pembelajaran klasfikasi makhluk hidup melalui
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II, dengan
masing-masing siklus terdiri atas satu kali pertemuan dan satu kali tindakan. Pada
3. Kondisi Akhir
Kerangka pola pemecahan masalah dalam penelitian ini secara singkat dapat
Siklus I:
Penggunaan alat peraga kartu
klasifikasi dan penyusunan mind map
untuk menjelaskan klasifikasi
Guru memanfaatkan tumbuhan.
Tindakan alat peraga dalam Siklus II:
pembelajaran Penggunaan alat peraga kartu
klasifikasi dan penyusunan mind map
untuk menjelaskan klasifikasi hewan.
C. Hipotesis Tindakan
Sesuai dengan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang sudah diuraikan,
Melalui penggunaan alat peraga permainan kartu klasifikasi dan penyusunan mind
map dapat meningkatkan hasil belajar materi klasifikasi makhluk hidup pada peserta
didik kelas VII SMP Negeri 1 Pringapus Kabupaten Semarang semester 2 tahun
pelajaran 2012/2013.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi klasifikasi
makhluk hidup pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Pringapus tahun pelajaran
mind map. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan model penelitian
tindakan, berbentuk siklus. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan
refleksi. Visualisasi gambar proses penelitian tindakan kelas ini tampak sebagai
berikut.
Observasi Observasi
Siklus 1 Siklus 2
24
25
B. Setting Penelitian
2. Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami peserta didik
yang dimiliki.
3. Sebagai guru IPA, maka peneliti memiliki tanggung jawab moral untuk
makhluk hidup.
C. Waktu Penelitian
yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian direncanakan enam bulan, dimulai dari
bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2012. Urutan rencana kegiatan
Keterangan
1 : Studi awal, penyusunan proposal penelitian
2 : Penyusunan instrumen penelitian
3 : Pelaksanaan Siklus I
4 : Pelaksanaan Siklus II
5 : Analisa data
6 : Pembahasan data
7 : Penyusunan laporan dan penjilidan
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A SMP Negeri 1
Pringapus Kabupaten Semarang yang berjumlah 31 orang, terdiri dari 15 peserta didik
laki-laki dan 16 peserta didik perempuan. Pertimbangan peneliti memilih peserta didik
kelas VII A sebagai subjek penelitian karena pemahaman terhadap materi klasifikasi
makhluk hidup pada kelas tersebut masih rendah dibandingkan ketujuh kelas yang lain
(data hasil pretes). Masih rendahnya hasil belajar yang dicapai peserta didik ini
diperkuat oleh rendahnya nilai ulangan harian IPA. Selain pertimbangan tersebut,
peneliti juga mempertimbangkan masih rendahnya minat dan keaktifan peserta didik
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang
bersumber dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah
hasil belajar materi klasifikasi makhluk hidup pada peserta didik kelas VIIA SMP
sumber data sekunder, diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan yang relevan
dengan penelitian.
Pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang valid
yang diperlukan dalam penelitian, baik untuk data pokok maupun data penunjang.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini meliputi
observasi, angket, dan tes. Observasi dilakukan untuk merekam latar belakang,
aktivitas, dan partisipasi kelas dalam pembelajaran IPA. Observasi dilakukan oleh
rekan kerja yang bertindak sebagai observer. Teknik angket dilakukan untuk
G. Validasi Data
berpendapat bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen valid adalah dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas internal. Validitas internal intrumen dapat dicapai jika terdapat
Dengan kata lain, sebuah intrumen memiliki validitas internal apaapabila setiap bagian
dari variabel yang dimaksud. Untuk menjamin apakah instrumen dalam penelitian ini
peneliti melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) peneliti menyusun rencana
pembelajaran, kisi-kisi soal, dan soal uji kompetensi materi klasifikasi makhluk hidup;
(2) peneliti melakukan wawancara dengan sesama guru IPA pada sekolah penelitian
H. Prosedur Tindakan
29
Penelitian tindakan ini dirancang untuk dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri atas empat tahap, yakni tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap
pengamatan, dan tahap analisis dan refleksi. Masing-masing tahapan tersebut dapat
1. Tahap Perencanaan
instrumen penelitian, meliputi rencana pembelajaran, contoh mind map, dan perangkat
tes untuk tiap siklus. Rencana pembelajaran didesain untuk mata pelajaran IPA pada
materi klasifikasi makhluk hidup dengan menerapkan permainan kartu klasifikasi dan
pembelajaran; (3) Kegiatan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
(skenario pembelajaran); (4) Materi, media, dan sumber pembelajaran; dan (5)
Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran IPA pada materi permainan
kartu klasifikasi dan penyusunan mind map berdasarkan perencanaan tindakan yang
telah disusun. Tindakan pembelajaran terbagi atas dua siklus, dengan masing-masing
siklus terdiri dari satu kali pertemuan dan satu kali tindakan. Langkah-langkah
tujuan klasifikasi, sistem tata nama, sistem klasifikasi menurut Carolus Linaeus,
guru.
klasfikasi.
Permainannya adalah menyusun atau menebak ciri atau gambar yang sesuai
dengan kartu yang telah dikeluarkan, kemudian diikuti oleh pemain lainnya
sehingga membentuk suatu pola yang tidak terputus. Penurunan kartu terus
dilakukan hingga kartu pantun habis dan tidak ada lagi kartu yang dapat
satu kartu yang sebelumnya telah diacak atau dikocok. Jika peserta didik tidak
mempunyai kartu yang tidak sesuai dengan kartu yang dimaksud, maka pemain
diharuskan mengambil kartu dari tumpukan kartu yang telah disediakan, maka
peserta didik selanjutnya yang bermain. Permainan minimal dilakukan oleh dua
orang. Pemain yang dapat menebak akan mendapatkan poin atau nilai 10, tetapi
jika pemain melakukan kesalahan, maka nilainya akan dikurangi 5. Pemain yang
e. Peserta didik merancang peta konsep (mind map) klasifikasi makhluk hidup sesuai
f. Guru mengevaluasi tingkat pemahaman peserta didik melalui pemberian tes pada
akhir pembelajaran.
tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini observer dan peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung. Tujuan observasi ini adalah untuk mengamati kinerja peserta
4. Tahap Refleksi
telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan
yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses
ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang hingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins
I. Instrumen Penelitian
32
hal-hal berikut.
a. Kemampuan peserta didik dalam bermain memasangkan kartu ciri dan gambarnya
berdasarkan ciri-cirinya
d. Kemampuan peserta didik dalam merancang mind map klasifikasi makhluk hidup.
f. Pengelolaan kelas
makhluk hidup menggunakan permainan kartu klasifikasi dengan skala sikap melalui
empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS),
J. Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu analisa data
untuk data berjenis kuantitatif, berupa angka hasil belajar peserta didik, dan analisa
data untuk data kualitatif, berupa kalimat yang menggambarkan hasil pengamatan
Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil
tes pada setiap siklus. Hasil perhitungan nilai tiap peserta didik dilakukan dengan
mendapatkan nilai tiap peserta didik, kemudian dilakukan perhitungan prosentase nilai
NK
N% x 100%
R
dengan:
34
NK : nilai kumulatf
R : jumlah responden
berlangsung dianalisis dengan menggunakan skala likert dengan rentang dari 5 sampai
dengan 1. Sehingga jika dalam penelitian ada 5 aspek yang harus diamati maka skor
maksimal adalah 25 dan skor minimal adalah 5. Kriteria skor aktivitas peserta didik
menggunakan skala likert dengan rentang dari 5 sampai dengan 1. Karena dalam
penelitian terdapat 10 aspek yang harus diamati maka skor maksimal adalah 50 dan
skor minimal adalah 10. Kriteria skor aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dapat
Untuk dapat dianalisis lebih lanjut, seluruh jawaban dalam angket tanggapan
peserta didik dikonversi dalam bentuk numerik, dimana digunakan skala sikap sebagai
berikut.
% : Persentase
persentase yang dikelompokkan dalam empat kategori yaitu: (1) Kategori sangat
tinggi; (2) Kategori tinggi; (3) Kategori sedang; dan (4) Kategori rendah
Pada analisis data skala sikap, digunakan perhitungan ketegori tingkatan persentase
tertinggi adalah 100% dan terendah adalah 25%, sehingga rentangan skor
persentasenya adalah 100% - 25% = 75%. Banyaknya kategori ada empat, jadi
interval kelas persentasenya 75% : 4 = 18,75% (panjang kelas). Interval tersebut dapat
K. Indikator Kinerja
Tolok ukur keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dalam kegiatan sebagai
berikut.
belajar.
makhluk hidup.