2006-08-Metode Pelaksanaan Jembatan PDF
2006-08-Metode Pelaksanaan Jembatan PDF
PEKERJAAN
CONSTRUCTION
(AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN)
MODUL
STEBC – 08 : METODE
PELAKSANAAN JEMBATAN
2006
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan
KATA PENGANTAR
Modul ini disusun dalam rangka membekali seorang ahli struktur pekerjaan
jembatan untuk menjelaskan metode pelaksanaan pekerjaan jembatan.
Disadari bahwa buku ini masih cukup banyak kekurangannya, oleh karena itu
berbagai masukan demi sempurnanya buku ini sangat diharapkan. Kepada
siapapun yang berkenan untuk memberikan masukan termaksud, kami ucapkan
banyak terima kasih.
LEMBAR TUJUAN
NOMOR : STEBC – 08
TUJUAN PELATIHAN :
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I : PENDAHULUAN
BELOEM
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Struktur Pekerjaan
Jembatan (Structure Engineer of Bridge Construction) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan
unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan
(Structure Engineer of Bridge Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan
Khusus Pelatihan.
2. Standar Latih Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan (Structure
Engineer of Bridge Construction).
DAFTAR MODUL
Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan
Jabatan Kerja :
(Structure Engineer of Bridge Construction/STEBC)
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 STEBC – 01 UUJK, K3 dan Pemantauan Lingkungan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu = 10 menit
OHT
3. Ceramah Bab III Metode
Pelaksanaan, Penggunaan Alat,
Bahan dan Tenaga Kerja Mengikuti ceramah dengan tekun dan
Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi memperhatikan hal-hal penting yang
(Pondasi Langsung, Tiang, perlu di catat
Sumuran) Mengajukan pertanyaan apabila
Pelaksanaan Pekerjaan kurang jelas atau sangat berbeda
Bangunan Bawah (Desain dengan fakta dilapangan dan atau
Campuran, Campuran pengalaman
Percobaan, Pengendalian
Campuran, Cara-cara Batching,
Cara-cara Pengadukan,
Pengendalian Beton)
Pelaksanaan Pekerjaan
Bangunan Atas (Jembatan
Gelagar Austalia,
Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
Pendekat (Bahan, Pemadatan,
Pelapisan Aspal)
Pelaksanaan Pekerjaan
Bangunan Pelengkap dan
Perlengkapan (Bronjong,
Penempatan Batu, Tiang Turap)
Waktu = 90 menit
5. Ceramah Bab V Jadwal Bulanan Mengikuti ceramah dengan tekun dan OHT
Pelaksanaan Pekerjaan memperhatikan hal-hal penting yang
Progres harian perlu di catat
Progres mingguan Mengajukan pertanyaan apabila
Progres bulanan kurang jelas atau sangat berbeda
Realisasi Progres dengan fakta dilapangan dan atau
Laporan Progres pengalaman
Waktu = 90 menit
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka membekali peserta pelatihan ahli struktur pekerjaan jembatan untuk
melaksanakan pekerjaan struktur jembatan berdasarkan gambar kerja sesuai dengan
spesifikasi dan dokumen kontrak yang berlaku perlu penguasai metode pelaksanaan
pekerjaan jembatan di lapangan. Oleh karena itu dalam pekerjaan pelaksanaan jembatan,
sebenarnya cukup banyak manual, pedoman, ataupun referensi yang dapat digunakan.
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan jembatan,
seorang ahli struktur pekerjaan jembatan harus menguasai suatu metode dalam
pelaksanaan pekerjaan jembatan.
Modul metode pelaksanaan jembatan ini akan membahas beberapa hal yang mendukung
keahlian seorang Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan yang meliputi :
tanggung jawab berdasarkan jenis dan lokasi pekerjaan terhadap alat, bahan dan
tenaga yang tersedia
metode pelaksanaan dengan menggunakan alat, bahan dan tenaga yang tersedia
dengan optimal
penilaian pelaksanaan pekerjaan secara periodik dan menginventarisasi jenis
pekerjaan yang progresnya terlambat
pemantauan terhadap jadwal bulanan pelaksanaan secara keseluruhan
koordinasi dengan unit-unit terkait untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan
Pada akhirnya seorang ahli struktur pekerjaan jembatan yang menguasai metode
pelaksanaan pekerjaan akan mampu untuk mengorganisasi alat, bahan dan tenaga
pekerjaan struktur jembatan dan membuat laporan.
BAB II
TANGGUNG JAWAB
Untuk dapat memahami siapa penanggung jawab setiap jenis pekerjaan, lihat Struktur
Organisasi ” Structure Engineer of Bridge Construction” berikut ini :
Structure Engineer of
Bridge Construction
Asisten
Penyiapan Sumber Daya
Asisten
Survey Lap dan Pengujian
Tanah/ Material
Kepala Urusan
Survey Lapangan
Kepala Urusan
Pengujian Tanah & Material
Asisten
Pelaksana Struktur Jembatan
Kepala Urusan
Penyiapan Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan
Kepala Urusan
Penyiapan Gambar Kerja
Kepala Urusan
Metode Pelaks Jembatan
Asisten Urusan
K3 dan Pemantauan Lingk Pelaks Pek Pondasi
Urusan
Pelaks Pek Bang Bawah
Urusan
Pelaks Pek Bang Atas
Urusan
Pelaks Pek Jln Pendekat,
Bang Pelengk dan Perlengkp
Dari struktur organisasi tersebut di atas, penanggung jawab setiap jenis pekerjaan yang
langsung di bawah kendali Structure Engineer of Bridge Construction adalah para Asisten
sebagai berikut :
Dalam kaitannya dengan Modul Metode Pelaksanaan Jembatan, fokus modul ini berada
pada cakupan tanggung jawab Kepala Urusan Metode Pelaksanaan Jembatan.
Yang dimaksud dengan pelaksanaan pekerjaan dalam Sub Bab ini adalah pelaksanaan
pekerjaan pondasi, pelaksanaan pekerjaan bangunan bawah, pelaksanaan pekerjaan
bangunan atas dan pelaksanaan pekerjaan jalan pendekat, bangunan pelengkap dan
perlengkapan jembatan.
Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang (baja, beton bertulang, beton prategang), yang
meliputi pekerjaan persiapan lapangan berdasarkan Gambar Kerja (Shop Drawing),
pengoperasian alat pancang, memantau / menetapkan pemenuhan prosedur
pemancangan dan mengevaluasi hasil pemancangan.
o Pemasangan kawat bronjong, mulai dari persiapan sampai dengan siap untuk diisi
batu.
o Pemilihan jenis batu yang dapat digunakan untuk isian bronjong.
o Pengikatan, pengangkuran dan penyambungan antar bronjong.
o Pembentukan permukaan bronjong yang rata dan rapih.
Laporan harian dibuat untuk mengetahui semua kegiatan yang dilakukan oleh
kontraktor dari hari ke hari, sehingga terpantau secara keseluruhannya.
Kontraktor mempunyai kewajiban untuk membuat dan menyimpan buku harian yang
berisi hal-hal sebagai berikut, dan harus diperiksa oleh inspektor dan disetujui oleh
pengawas utama (Site Engineer)
Buku harian dibuat dalam 4 (empat) rangkap dan ditandatangani oleh kontraktor,
diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik dan diketahui oleh Pimpro/Pejabat
lapangan.
Laporan ini dibuat /dilaporkan oleh personil inti (‘key personnel’), mulai dari inspektor,
‘engineer’ (‘Engineer Representative), pemimpin proyek.
Dalam laporan ini dicatat :
- Hari dan tanggal
- Keadaan cuaca
- Aktivitas kegiatan pada hari itu, termasuk instruksi-instruksi dan tindakan turun
tangan dari kontraktor.
- Kegiatan pekerjaan kontraktor di lapangan
- Masalah-masalah yang terjadi di lapangan dan penyelesaiannya
- Diskusi-diskusi dengan kontraktor yang dianggap penting
- Tamu-tamu resmi yang mengadakan inspeksi ke proyek
- Pekerjaan atau material yang ditolak dan alasannya.
- Jam mulai dan selesainya operasi hari itu dari personil dan peralatan
- Kedatangan dan pemindahan peralatan
- Kemajuan survei (‘staking out’) dari pekerjaan
- Dan lain-lain
Laporan tugas inspektor lebih rinci sesuai lingkup tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Laporan pemimpin proyek atau ‘site engineer’ secara umum serta semua laporan harian
lainnya tersebut merupakan arsip permanen dalam menyelesaikan proyek.
Sejalan dengan Buku Harian, Laporan Mingguan dibuat setiap minggu yang berisikan
rangkuman dari laporan harian dan berintikan jenis dan kemajuan fisik kumulatif
pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal atau kejadian-kejadian penting
yang perlu ditonjolkan .
Laporan mingguan adalah ringkasan dari laporan harian. Laporan ini terutama
ditujukan kepada atasan proyek sebagai masukan untuk keperluan pengendalian
proyek dari atasannya. Pada laporan juga dilaporkan kemajuan proyek fisik dan
keuangan, masalah-masalah yang dihadapai serta bagaimana mengatasinya
Masalah-masalah yang masih belum selesai (‘pending’) diusulkan bagaimana
menyelesaikannya dan bantuan apa yang diperlukan.
Kontraktor juga harus membuat laporan bulanan yang berisikan kemajuan fisik
kumulatif bulanan dari laporan mingguan dan hal-hal serta kejadian-kejadian penting
yang timbul dalam bulan bersangkutan yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar
dalam perhitungan yang tercantum di dalam Berita Acara untuk Tagihan Pembayaran
Bulanan atau ‘Termijn’.
Laporan tersebut harus diperiksa oleh Inspektor dan disetujui oleh Site Engineer.
Secara ringkas laporan bulanan memuat setidak-tidaknya :
- Data teknis singkat proyek
- Peta lokasi proyek
- Nilai kontrak asal dan ‘addendum’ terakhir
- Kemajuan proyek secara fisik dan keuangan, dibanding dengan jadwal
pelaksanaan (‘behind atau ahead of schedule’)
- Hambatan-hambatan yang dialami proyek dan usaha-usaha mengatasinya
- Kecelakaan yang terjadi di proyek dengan uraian singkat terjadinya kecelakaan,
kerugian material dan jiwa (luka / meninggal) serta diderita pihak mana
- Sertifikat bulanan untuk pembayaran bulanan
- Keadaan cuaca pada umumnya serta sampai seberapa jauh keadaan operasi
proyek tersebut dipengaruhi.
Selain memuat laporan hasil supervisi pekerjaan kontraktor, juga Laporan Bulanan
harus memuat laporan tentang kegiatan konsultan yang memuat setidak-tidaknya hal-
hal sebagai berikut :
- Kegiatan Kontraktor
o Data-data proyek
o Peta / lokasi Proyek
o Peralatan milik Kontraktor
o Personil Kontraktor
o Setifikat Pembayaran Bulanan
o Kemajuan Pekerjaan tiap-tiap Kegiatan
o Kedudukan / status dari Pekerjaan Tambah / Kurang
o Kumpulan dari Tagihan-tagihan Kontraktor
o Penjelasan Mengenai Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan
o Gambar Kemajuan Pekerjaan
- Kegiatan Konsultan
o Daftar Personil Konsultan
o Kendaraan
o Perumahan dan Kantor
o Penjelasan Mengenai Kegiatan Tim Supervisi
o Jadwal Pembayaran Supervisi
o Jadwal dan Kemajuan Bulanan untuk tiap-tiap Posisi Tugas
o Laporan Pembayaran Kepada Tim Supervisi
o Dll.
Laporan Triwulanan
Laporan Khusus
Konsultan harus membuat dan menyerahkan kepada Pemimpin Proyek suatu laporan
khusus atas kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti :
- Persoalan-persoalan penting mengenai kondisi tanah, antara lain longsoran dan
erosi karena banjir
Laporan akhir proyek tersebut, 1 ‘copy’ lengkap disimpan di “arsip jalan” untuk bahan
Pembina jalan dalam rangka pembinaan jaringan jalan selanjutnya.
- Catatan – catatan
o Buku Perintah Teknik
Laporan agar tersimpan rapih dan setiap berkas agar tersusun secara teratur sesuai
dengan tanggal dan bulan laporan yang apabila setiap saat diperlukan dapat dicari
dengan mudah.
Untuk merekam dan mendukung pelaksanaan proyek, pimpro supaya membuat arsip
khusus dokumentasi yang berupa album-album foto
Foto pelaksanaan pekerjaan baik pada saat sebelum pelaksanaan, pada saat
pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan pekerjaan. Pengambilan foto tersebut
dilakukan dari satu titik / posisi pengambilan yang tetap.
Daftar simak buku harian dan laporan dapat dilihat pada Tabel berikut.
PROYEK :………………………………………..
PROPINSI :………………………………………..
TABEL B-1
DAFTAR SIMAK
BUKU HARIAN DAN LAPORAN
PERSYARATAN
No URAIAN SUDAH BELUM CATATAN
1. Buku harian / Laporan Harian telah dibuat
oleh kontraktor sesuai dengan yang
disyaratkan dalam dokumen kontrak
2. Buku Harian / Laporan Harian telah
diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik
dan diketahui oleh Pimpro / Pejabat
Lapangan dan telah didistribusikan sesuai
dengan ketentuan
3. Laporan MIngguan telah dibuat oleh
Kontraktor sesuai dengan ketentuan
dalam dokumen kontrak dan telah
disampaikan setiap minggu
4. Kontraktor telah membuat laporan
bulanan sesuai ketentuan dalam dokumen
kontrak dan disampaikan setiap bulan
5. Buku Laporan Direksi Teknik telah
tersedia di kantor lapangan / base camp
6. Alat pengukur curah hujan telah terpasang
di ‘Base Camp’ / Lokasi Pekerjaan
7. Laporan-laporan yang telah dibuat
tersimpan dengan rapi, tersusun secara
teratur sesuai tanggal dan bulan laporan
………………………………….200 …………….
Yang mengisi Daftar Simak
………………………………
…………………………………..
BAB VI
KOORDINASI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Dengan demikian koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua pengertian yang
saling kait mengait, karena koordinasi hanya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya
dengan melakukan hubungan kerja yang efektif.
Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi adalah
menjadi wewenang dan tanggung jawab pimpinan. Dikatakan bahwa pimpinan
berhasil, karena ia telah melakukan koordinasi dengan baik.
Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena kerjasama
merupakan syarat mutlak untuk terselenggarakannya koordinasi dengan sebaik-
baiknya.
Koordinasi adalah proses yang terus menerus. Artinya suatu proses yang bersifat
kesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.
Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan karena
koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu tetapi sejumlah individu yang bekerjasama di dalam kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
Konsep kesatuan tindakan. Kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi. Hal ini
berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha-usaha/tindakan-tindakan dari setiap
tindakan individu sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam mencapai hasil
bersama.
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) VI-1
STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Bab VI: Koordinasi Pelaksanaan
Seluruh Pekerjaan
Koordinasi adalah akibat logis daripada adanya prinsip pembagian habis tugas, di
mana setiap satuan kerja (unit), hanyalah melaksanakan sebagian tugas pokok
organisasi secara keseluruhan.
Koordinasi timbul karena adanya prinsip fungsionalisasi, di mana setiap satuan kerja
(unit) hanyalah melaksanakan sebagian fungsi dalam suatu organisasi.
Koordinasi juga akibat adanya span of control, di mana pimpinan wajib membina,
membimbing, mengarahkan dan mengendalikan berbagai kegiatan/usaha yang
dilakukan sejumlah bawahan, di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.
Koordinasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi yang besar dan kompeks di
mana berbagai fungsi dan kegiatan harus dilakukan oleh berbagai satuan kerja (unit)
yang harus dilakukan secara terpadu dan simultan.
Koordinasi juga sangat diperlukan dalam suatu organisasi yang dibentuk berdasarkan
atas prinsip jalur lini dan staf, karena kelemahan yang pokok dalam bentuk organisasi
ini adalah masalah koordinasi.
Koordinasi hanya dapat berhasil dengan bantuan sarana komunikasi yang baik.Oleh
karena itu komunikasi administrasi yang disebut hubungan kerja memegang peranan
yang sangat penting bagi tercapainya koordinasi.
Koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan. Sebagai fungsi organik dari pimpinan,
koordinasi memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan fungsi-fungsi lainnya seperti
perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi, pengawasan dan
sebagainya.
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) VI-2
STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Bab VI: Koordinasi Pelaksanaan
Seluruh Pekerjaan
Metode dan teknik yang dapat dipakai dalam melakukan kegiatan koordinasi dapat dibagi
atas :
Koordinasi melalui kewenangan
Koordinasi melalui konsensus
Koordinasi melalui pedoman kerja
Koordinasi melalui suatu forum
Koordinasi melalui konferensi
Ada 3 (tiga) pilihan yang ada pada koordinasi melalui konsensus, yaitu konsensus
melalui motivasi, konsensus melalui sistem timbal balik dan konsensus melalui ide.
Para ahli berpendapat bahwa motivasi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan usaha-usaha koordinasi, terutama dalamm organisasi besar dan
kompleks yang mempunyai jenis dan fungsi yang beraneka ragam. Pada konsensus
melalui sistem timbal balik, terdapat ciri-ciri keseimbangan antara tuntutan organisasi
(tercapainya koordinasi) dan tuntutan individual baik yang bersifat material maupun
yang bersifat non material. Sedangkan pada konsensus melalui ide, setiap orang yang
bekerja dalam organisasi berusaha mengidentifikasikan dirinya dalam
keanekaragaman tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi.
Pada metode ini pedoman kerja dijadikan landasan berpijak dan bertindak bagi setiap
kegiatan, sehingga dapat diharapkan terselenggarakannya koordinasi dengan cara
yang sebaik-baiknya. Pedoman kerja dalam hal ini merupakan sarana pengikat dan
pengarah berbagai kegiatan yang saling berkaitan, sehingga koordinasi dapat
diharapkan berjalan dengan sebaik-baiknya.
Pada metode ini koordinasi dilakukan dengan menggunakan suatu wadah tertentu
(wahana) yang dapat dipergunakan sebagai cara mengadakan tukar-menukar
informasi, mengadakan konsultasi, mengadakan kerjasama dalam pemecahan suatu
masalah dan pengambilan keputusan bersama dalam pelaksanaan tugas bersama.
Contoh wahana dimaksud adalah : Tim Kerja, panitia, Satuan Tugas, dapat bersifat
internal organisasi ataupun bersifat eksternal organisasi.
Pada meode ini koordinasi diartikan dengan rapat-rapat atau sidang-sidang yang
dilakukan baik pada tingkat pimpinan maupun tingkat pelaksana. Rapat-rapat atau
sidang-sidang tersebut dapat digunakan sebagai sarana dalam pengintegrasian
seluruh fungsi yang ada dalam organisasi. Pertanyaannya sekarang ialah, siapa yang
harus memprakarsai konferensi yng demikian itu ? Tentunya pimpinan yang
bertanggungjawab dalam penyelesaian pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
a. Koordinasi intern
Koordinasi internal terdiri atas koordinasi vertikal, koordinasi horizontal dan koordinasi
diagonal
b. Koordinasi ekstern
Berikut ini adalah tipikal organisasi pelaksana (kontraktor) dan konsultan supervisi :
KEPALA
PROYEK
JURU
MEKANIK MANDOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR WHEEL OPERATOR TRUCK
CONCRETE PAVER UKUR
BATCH PLANT LOADER MIXER
Pada tipikal organisasi pelaksana di atas, structure engineer of bridge construction berada
pada level ke-3, dimana level ke-1 adalah Kepala Proyek sedangkan level ke-2 adalah
para manajer lapangan. Ditinjau dari segi kualifikasi keahlian, level ke-3 ini sama dengan
Ahli Muda, level ke-2 sama dengan Ahli Madya sedangkan level ke-1 sama dengan Ahli
Utama.
TIPIKAL ORGANISASI
Team
Leader
Co -
Team Leader
Provincial Teams
Geotechnical Bridge
Engineer Engineer
Pada tipikal di atas, di kelompok Core Team, Team Leader ada pada level ke-1, Co Team
Leader ada pada level ke-2, sedangkan Quantity Surveyor, Highway Engineer dan Bridge
Engineer juga ada pada level ke-2.
Pada kelompok provincial team, Chief Supervision Team ada pada level ke-1, sedangkan
Pavement Engineer, Geotechnical Engineer maupun Bridge Engineer ada pada level ke-
2. Selanjutnya untuk Field Supervision Team, lihat contoh tipikal struktur organisasi
sebagai berikut :
Site
Engineer
Pada tipikal di atas, Site Engineer ada pada level ke-2, sedangkan Quantity Engineer,
Bridge Engineer, dan Quality Engineer ada pada level ke-3. Selebihnya ada pada level
ke-4.
Berikut ini diberikan tabel yang menunjukkan jenis hubungan koordinasi yang dapat
dilakukan oleh structure engineer of bridge construction dengan konsultan supervisi :
Dengan memperhatikan hal-hal yang telah dijelaskan dalam butir 5.1 dan 5.2, maka
menjelaskan butir 5.3 dapat menjadi lebih mudah.
Tabel berikut dapat mengetengahkan jenis koordinasi internal antara unit-unit kerja yang
ada di organisasi pelaksana proyek (kontraktor) :
RANGKUMAN
TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab ahli struktur Pelaksanaan jembatan jembatan harus mencakup jenis-
jenis pekerjaan sebagai berikut :
Penyiapan sumber daya
Survey lapangan dan pengujian tanah & material
Pelaksanaan struktur jembatan
Perencanaan/pelaksanaan keselamatan kerja, kesehatan kerja dan pemantauan
lingkungan
Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun
pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada
tiap tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus
diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan
jembatan. Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum,
perbaikan atau perkekuatan pondasi sulit dilaksanakan.
pemancangan tiang pancang geser (friction piles) pada kedalaman yang kurang;
pemancangan tiang secara berlebihan pada batuan;
penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah yang
relatif lunak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton;
kerusakan terhadap tiang beton yang disebabkan penanganan, penempatan dan
pemancangan yang salah;
karatnya tiang baja tanpa perlindungan disebabkan oleh air tanah yang agresif atau
keadaan tanah itu sendiri;
karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut beton;
ketidak stabilan pada pilar atau kepala lembatan disebabkan oleh air berkecepatan
tinggi yang mengikis material disekitar pilar atau telapak pondasi;
terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing yang
terdapat pada waktu pencetakan tiang setempat (in-situ);
kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat dimakan rayap
dan serangga air;
penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah;
penurunan atau perputaran pondasi langsung disebabkan kurangnya daya dukung
atau kurangnya pembuangan material lepas atau material tidak sesuai;
keruntuhan dari tiang yang disebabkan tekanan negatif (down-drag) akibat penurunan
timbunan di belakang kepala jembatan;
keruntuhan oleh tersumbatnya sambungan muai oleh bahan asing, atau kerusakan
(failure) dari landasan jembatan, menyebabkan tegangan yang berlebihan (over
stress) dalam bangunan bawah.
Bangunan bawah jembatan pada umumnya dibuat dari beton, untuk mengurangi
pemeliharaan dan perbaikan beton pada tahun-tahun permulaan umur jembatan
diperlukan kualitas pelaksanaan pekerjaan beton yang secara teknis memenuhi
ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan, seperti mencakup produksi beton untuk
pekerjaan bangunan bawah, dengan menggunakan desain campuran yang sesuai, dan
dengan mempertimbangkan pengangkutan adonan beton ke lokasi pekerjaan.
Proses merencana campuran beton dimulai dari dipelajarinya Spesifikasi Teknik hingga
pelaksanaan produksi beton dengan kualitas yang disyaratkan pada pekerjaan.
Semua cara desain campuran, meskipun dalam batas tertentu tergantung pada
pertimbangan teoritis, namun berasal dari informasi empiris. Semua desain campuran
pada dasarnya mengikuti prosedur yang sama meskipun kelihatan rumit atau berbeda.
Tanpa melihat cara yang dipergunakan, campuran percobaan yang pertama biasanya
akan memerlukan beberapa modifikasi.
Ada sejumlah cara berbeda yang digunakan untuk desain campuran. Kebanyakan dari
cara-cara tersebut serupa dan menghasilkan beton yang memuaskan.
Sebelum suatu campuran yang diusulkan oleh Kontraktor dapat disetujui, kekuatan tekan
dan penyusutan pada 28 hari akan diperiksa dari campuran percobaan.
Minimum 20 benda uji harus dibuat dengan maksud memastikan kekuatan tekan
campuran percobaan.
Dalam hal keadaan darurat atau untuk campuran yang mengandung bahan tambahan
atau dirawat uap. Engineer dapat memberikan persetujuan bersyarat berdasarkan
pengujian pada umur lebih awal daripada 28 hari, tetapi pengujian pada umur 28 hari
harus menjadi dasar persetujuan akhir.
Setelah Engineer setuju dengan penggunaan desain campuran tertentu untuk suatu
kelas beton, campuran ini dapat digunakan di dalam pekerjaan. Dalam hal terdapat
perubahan sifat-sifat atau sumber dari material atau pada proporsi relatifnya. Engineer
dapat menginstruksikan perubahan dalam proporsi material serta pengujian lebih lanjut.
Oleh karena keterlambatan pengambilan data mengenai kekuatan tekan, mungkin perlu
menggunakan cara-cara perawatan dan pengujian yang dipercepat.
Untuk setiap kelas beton yang berbeda, campuran beton dan cara produksinya akan
dianggap memuaskan jika persyaratan berikut dipenuhi:
(i) Tidak boleh lebih dari satu buah benda uji dari dua puluh (20) buah benda uji
secara berurutan pada suatu kelompok mempunyai kekuatan tekan pada 28 hari
kurang dari Kekuatan Karakteristik untuk kelas beton itu.
(ii) Rata-rata dari kekuatan tekan pada 28 hari dari empat (4) buah benda uji yang
berurutan tidak kurang dari Kekuatan Karakteristik untuk kelas beton itu ditambah
0,82 kali deviasi standar yang terdefinisi di bawah.
(iii) Perbedaan dari nilai kekuatan tekan pada 28 hari di antara nilai tertinggi dan
terendah dari empat (4) benda uji berurutan akan kurang dari 4,3 kali deviasi
standar yang terdefinisi di bawah.
Sebelum batching dimulai, drum pengaduk harus dibasahi dengan air bersih dan semua
air sisa dibuang. Sebelum menuangi pengaduk dengan batch pertama dengan bahan
beton, pengaduk harus dibilas dengan campuran yang sesuai dari agregat halus, semen
dan air, dicampur untuk waktu minimum 2 menit dan cairan tersebut dibuang. Semua
cairan tersebut dan air pembersih harus dibuang seluruhnya dari pengaduk sebelum
dimasukan bahan beton. Ini akan menjamin bahwa pasta semen dari batch menjadi
bagian dari beton dan tidak akan menempel pada dinding pengaduk yang kering.
Agregat, semen dan kuantitas air yang tepat, dengan memperhitungkan untuk kadar air
agregat, kemudian ditambahkan ke drum pengaduk dan diaduk selama waktu yang
ditentukan.
Untuk menyimpan catatan yang baik mengenai semua pengadukan beton dan
penggunaannya didalam bangunan. Laporan pemeriksaan batch dan mixing plant harus
membenarkan dan mendokumentasikan:
Pengendalian pengujian beton pada saat berlangsungnya proyek adalah suatu hal yang
relatif sederhana. Konsultan Supervisi harus memastikan bahwa selalu dibuat catatan-
catatan mengenai material yang dipakai, operasi batching, sifat-sifat beton baru,
pengecoran dan perawatan beton dan kekuatan tekan dari spesimen uji yang diambil.
penolakan mutlak. Jika pengujian agregat dan pemeriksaan batch dilakukan secara
teratur, dapat dibuat suatu korelasi antara kekuatan sekitar 7 hari dan sifat-sifat
material. Sebagai tambahan, korelasi yang balk antara kekuatan beton pada 7 dan 28
hari (atau umur lain) dapat diperoleh.
Tipe standar bangunan atas jembatan yang lazim digunakan di Indonesia bermacam-
macam, antara lain :
Balok T Beton Bertulang
Bangunan Atas Australia
Bangunan Atas Belanda
Bangunan Atas Inggris
Bangunan Atas Belgia
Bangunan Atas Austria
Bangunan Atas Jepang
Bangunan Atas Bailey
Bangunan Atas Prestressed Concrete
Persoalan perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan jembatan gelagar baja, yaitu :
Pengencangan Baut
Penentuan as perletakan
Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) pada pilar dan kepala jembatan
Kualitas beton pada pelat lantai
Kualitas yang rendah dari beton penahan lateral
Penundaan pengecoran beton sampai pemasangan gelagar diselesaikan
Penyebab kerusakan komponen-komponen dari penyimpanan dan penanganan yang
kurang baik
untuk penimbunan di belakang kepala jembatan bila tidak lempung plastik tinggi atau
batuan sangat kasar, keduanya sulit dipadatkan.
konstruksi bronjong dibangun tepat sesuai yang direncanakan dan point-point berikut
harus dicatat/diketahui :
Pastikan bahwa lipatan bronjong dalam posisi yang benar bila dibentuk, satu pada
ujung akhir tiap panel dan tiap sekat.
Bilamana melipat box/kotak diusahakan bahwa bagian atas dari keempat sisi-sisi
kotak adalah rata sebelum pemasangan kawat di sudut-sudut atas.
Gunakanlah ikatan rangkap pada jarak 100 mm untuk pengikatan kawat.
Pastikan tanah di bawah bronjong adalah serata mungkin sebelum dimulainya
penempatan batu.
Letakkan bronjong saling berhadapan dan saling membelakangi sepanjang suatu
baris sehingga pasangan dari penutup permukaan dapat diberi kawat kebawah
dalam satu gerakan (operasi)
Ikatkan ujung dari bronjong pertama memakai tongkat (tangkai) yang dimasukkan
kedalam tanah melalui kedua ujung-ujungnya.
Ketinggian dari penjangkaran harus paling sedikit setinggi bronjong.
Menjamin bahwa ujung yang bertawanan tetap dibentangkan sampai kotak telah
diisi. Ini dapat dilakukan menggunakan batang baja dan suatu tonggak ditempelkan
pada bronjong di baris bawah.
Periksa bahwa penjangkaran tidak menarik terpisah karena pemasangan kawat dari
kotak (box).
Gunakan material pengisi tidak boleh lebih besar daripada 250 mm dan tidak boleh
lebih kecil daripada lubang pada mesh. Bila tidak cukup bahan pengisi dan ukuran
tersebut di atas yang tersedia, gunakan batu-batu yang lebih kecil dalam bronjong
dengan paling tidak 250 mm batuan lebih besar pada setiap permukaan luarnya.
Pastikan bahwa batu dibungkus kuat dan rongga udara diperkecil.
Bronjong setinggi 1 m memerlukan penguat melintang kawat pada 1/3 dan 2/3 dari
ketinggian kotak.
Pengisi bronjong kira-kira 25 mm atau 50 mm lebih tinggi dari ketinggian puncak
kotak, untuk memungkinkan adanya penurunan.
Hindari menarik penutup berlebih, pada saat pemasangan kawat penutup.
Rujukan harus dibuat terhadap buku pegangan pabrik untuk aspek-aspek konstruksi
tertentu sesuai dengan tipe bronjong.
Sebelum kita dapat merangkum hasil pelaksanaan setiap pekerjaan, perlu dipersiapkan
penyajian data sebagai berikut :
Jadwal yang menunjukkan kelompok pekerjaan, jenis-jenis kegiatan pada masing-
masing kelompok mengikuti pay item yang tercantum di dalam spesifikasi, kapan
masing-masing kegiatan dimulai dan kapan direncanakan akan berakhir;
Kurva S yang menunjukkan rencana dan realisasi pelaksanaan sesuai item pekerjaan
yang dihitung berdasarkan progres fisik/keuangan bulanan dibandingkan dengan
rencana fisik/keuangan bulanan.
Dengan diketahuinya rencana pelaksanaan untuk setiap kegiatan (kapan dimulai dan
kapan berakhir) dan bobot setiap kegiatan terhadap total biaya proyek, maka untuk setiap
kegiatan dapat dibuat rencana pelaksanaan mingguan. Jadi berarti dapat dibuat rencana
total pelaksanaan mingguan untuk seluruh kegiatan, diperhitungkan terhadap total proyek,
dimulai dari minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan seterusnya sampai dengan
minggu terakhir.
Pencatatan progres mingguan basisnya adalah kegiatan atau pay item yang membentuk
suatu pekerjaan. Cara pencatatan seperti ini akan memberikan rekaman data yang relaitif
cukup terinci yaitu bahwa pada suatu jenis pekerjaan akan terdapat pay item yang
kodenya sama, akan tetapi lokasi penggunaannya berbeda.
Yang perlu dipahami oleh Structure Engineer of Bridge Construction adalah mengapa
yang dijadikan patokan adalah perbandingan antara rencana dengan progres (fisik atau
keuangan) berdasarkan pay item. Ini disebabkan karena basis pembayaran pekerjaan
adalah unit price untuk setiap pay item pekerjaan; pekerjaan yang dibayar adalah
merupakan perkalian antara volume item pekerjaan yang diterima dikalikan unit price.
Progres untuk suatu pay item dinyatakan terlambat atau tidak, tolok ukurnya adalah
progres suatu pay item dibandingkan dengan rencana pencapaian pay item.
Progres mingguan
Progres bulanan
Realisasi progress
Laporan Progres
Untuk dapat mendukung maksud dan tujuan pembuatan laporan seperti disebutkan di
atas, maka setiap jenis laporan yang telah ditentukan dalam kontrak, perlu disusun secara
tepat waktu, obyektif, lengkap, akurat, dan akuntabel dalam menggambarkan keseluruhan
informasi mengenai realisasi aktivitas dan pencapaian hasil pelaksanaan pekerjaan,
termasuk di dalamnya semua permasalahan dan penanganan yang diambil.
Agar laporan memberikan daya guna yang optimal, maka laporan harus memenuhi
syarat-syarat dan berisi informasi yang baik, sesuai kebutuhan bagi pimpinan atau pihak
yang berkepentingan untuk pengambil keputusan atau tindakan.
Dengan demikian koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua pengertian yang saling
kait mengait, karena koordinasi hanya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya dengan
melakukan hubungan kerja yang efektif.
Metode dan teknik yang dapat dipakai dalam melakukan kegiatan koordinasi dapat dibagi
atas :
Koordinasi melalui kewenangan
Koordinasi melalui konsensus
Koordinasi melalui pedoman kerja
Koordinasi melalui suatu forum
Koordinasi melalui konferensi
DAFTAR PUSTAKA
7. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa –
Ir. Taulu dkk. 1981.