Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN
MPKP FUNGSIONAL

Dosen Pembimbing :
Duwi Basuki, M. Kep
Disusun Oleh :

Kelompok 1
Kelas 3D / 6

Yudha Putra Kusuma (201601119)


Fatimatuzzahrok (201601125)
Eka Ruzdatul Ummah (201601126)
Dizka Fara Listanti (201601129)
Iga Imania (201601131)
Widya Kusumawati Dewi (201601137)
Khoirun Nisak (201601138)
Mega Dwi Desinta (201601144)
Iin Anjarsari (201601151)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Manajemen
Keperawatan yang berjudul MPKP Fungsional dengan tepat waktu tanpa
halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Keperawatan.Dengan dituliskannya makalah ini diharapkan
mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah Analisis Swot
RSUD Sidoarjo. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ana Zakiyah.M.Kep selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan.
3. Dwi Basuki, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Manajemen.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta keluraga
dan teman-teman kelas 3D yang telah mendukung, mendorong
memberikan fasilitas kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalahini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasameridhoisegalausahakita, Amin.
Mojokerto, 3 Mei 2019

Tim Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………...i
Daftar Isi…………………………...……………………………………...……...ii
Bab 1 Pendahuluan .............................................. Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 6
Bab 2 Pembahasan ................................................................................................ 7
2.1 Definisi Mpkp........................................................................................... 7
2.2 Komponen Mpkp ...................................................................................... 8
2.3 Tujuan Mpkp ............................................................................................ 9
2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Mpkp ........................................................... 9
2.5 Karakteristik Mpkp................................................................................. 10
2.6 Langkah-Langkah Implementasi Dan Evaluasi Mpkp ........................... 10
Bab 3 Tinjauan Teori .......................................................................................... 13
3.1 Metode Fungsional ................................................................................. 13
3.2 Struktur Organisasi ................................................................................. 15
3.3 Pembagian Mpkp Metode Fungsional .................................................... 15
3.4 Kelebihan Dan Kekurangan Mpkp ......................................................... 16
3.5 Contoh Mpkp Metode Fungsional .......................................................... 17
Bab 4 Penutup ..................................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
4.2 Saran ....................................................................................................... 21
Daftar Pustaka………………………………….……………………………….22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan


untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek
keperawatan fungsional (MPKP) yang memungkinkan perawat fungsional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien
dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat
dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35


tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan managemen kasus. Setiap unit
keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien
dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang fungsional identik dengan
pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam
melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan
berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu
bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan
secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan
dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan
ada enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer,
model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Model Keperawatan Metode Fungsional


2. Apakah kelebihan dan kelemahan metode fungsional

1.3 Tujuan

Tujuan umum :
1. Mahasiswa dapat memahami Model Keperawatan metode
fungsional
Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian Model Praktik Keperawatan fungsional
2. Tujuan Model Praktik Keperawatan fungsional
3. Kelebihan dan kelemahan keperawatan fungsional

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem


(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat
asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat
asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan
jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi
perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan salah satu
sistem terstruktur yang memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan
secara profesional dan berkualitas. Sebagaimana menurut Hoffart & Woods (1996),
model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu system, yaitu struktur, proses
dan nilai- nilai, yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut. Tujuan utama MPKP adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) diyakini dapat menjadi
salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan

7
mutu asuhan keperawatan dirumah sakit. Dengan model ini, pengembangan
keilmuan keperawatan ditatanan pelayanan dapat difasilitas. Karena model ini
sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatn yang berfokus pada
profesionalisme keperawatan.

2.2 Komponen MPKP

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit,


Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu
nilai–nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.

1. Nilai–nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga,
menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan
dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
2. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu
memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya

8
dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan
rencana tindakan medik.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan
oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat
modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi
tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan
keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan
manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang
efektif dan pemimpin yang efektif.
5. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis
atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

2.3 Tujuan MPKP

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.


2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
2.4 Kelebihan dan kekurangan MPKP

1. Kelebihan MPKP
1). Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2). Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

9
3). Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota lain.
4). Bila diimplementasikan di Rumah Sakit meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
5). Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses
belajar.
6). Ruang MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing.
2. Kekurangan MPKP
1). Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim,
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakannya pada
waktu-waktu sibuk.
2). Akuntabilitas konsep pada tim.
3). Beban kerja yang tinggi.
4). Pendelegasian tugas terbatas.
5). Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama tugas perawat
penanggung jawab klien.

2.5 Karakteristik MPKP

1. Pendapatan jumlah tenaga keperawatan.


2. Penetapan jenis anggota keperawatan.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan.
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer.

2.6 Langkah-Langkah Implementasi dan Evaluasi MPKP

1. Tahap persiapan
1). Tahap persiapan tim (terdiri dari coordinator departemen, kepala
ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP).
2). Rancangan penilaian mutu (kelompok kerja yang membuat rencana
asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien).
3). Presentasi MPKP (untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua
yang terlibat pada saat presentasi).

10
4). Penetapan tempat implementasi (dalam menentukan tempat
implementasi perlu memperlihatkan mayoritas tenaga keperawatan
apakah ada staff baru atau tidak).
5). Identifikasi jumlah klien (kelompok klien terdiri dari 3 kriteria yaitu
minimal, persial, dan total).
6). Penempatan tenaga keperawatan.
7). Penetapan jenis tenaga.
a. Kepala ruang rawat.
b. Clinical care manager.
c. Perawat primer.
d. Perawat associate.
8). Pengembangan standar asuhan keperawatan (bertuuan untuk
mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis
untuk melakukan tindakan keperawatan).
9). Penetapan format dokumentasi keperawatan.
10). Identifikasi fasilitas
a. Badge atau kartu nama tim.
b. Papan nama
c. Papan MPKP
2. Tahap pelaksanaan
1). Pelatihan MPKP.
2). Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi.
3). Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA.
4). Memberikan bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar
Renpra.
5). Memberikan bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim.
6). Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA.
7). Memberikan bimbingan tetang dokumentasi keperawatan.
3. Tahap evaluasi
1). Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk
setiap klien pulang.
2). Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian.

11
3). Penilaian infeksi nosocomial diruang rawat.
4). Penialian rata-rata lama di rawat.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Metode Fungsional

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian


tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas
tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan.
Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana
fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien
dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-
obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur
pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan,
yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana
pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan
kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-
masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih
dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan
perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud.
Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
Metode Fungsional adalah pengorganisasian yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Model pemberian asuhan
keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.
Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada
semua klien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai
keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu

13
ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2
jenis intervensi keperawatan pada semua klien dibangsal. Misalnya seorang
perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk
tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi
ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi
dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
klien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana
pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan
kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-
masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih
dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan
perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud.
Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan
Marquis dan Huston (1998)
Model Deskripsi Penanggung Jawab

Fungsional ( bukan  Berdasarkan orientasi tugas Perawat yang bertugas


model MAKP) dari filosifi keperawatan. pada tindakan tertentu.
 Perawat melaksanakan
tugas (tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada.
 Metode fungsional
dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai
pilihan utama pada
saat perang dunia kedua.

14
Pada saat itu, karena
masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat
hanya melakukan 1–2 jenis
intervensi keperawatan
kepada semua pasien di
bangsal.

3.2 Struktur Organisasi

Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian


asuhan keperawatan profesional.
Fungsional (bukan model MAKP). Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis
intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di
bangsal.

Kepala Ruang

Perawat Perawat Asisten perawat House keeping


Pengobatan Treatment perawatan diri

Pasien

Gambar : Struktur Organisasi Asuhan Keperawatan Dengan Model Fungsional


3.3 Pembagian MPKP Metode Fungsional

Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :

15
1. Kepala Ruangan, tugasnya diantaranya yaitu :
1) Merencanakan pekerjaan.
2) Menentukan kebutuhan perawatan klien.
3) Membuat penugasan.
4) Melakukan supervise.
5) Menerima instruksi dokter.
2. Perawat staf, tugasnya diantaranya yaitu :
1) Melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada paasien.
2) Membantu supervise asuhan keperawatan yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan.
3) Perawat pelaksana, tugasnya yaitu melaksanakan asuhan keperawatan
langsung kepada klien dengan asuhan keperawatan sedang, klien dalam
masa pemulihan kesehatan dan klien dengan penyakit kronik dan
membantu tindakan sederhana (ADL).
3. Pembantu perawat, tugasnya diantaranya yaitu :
1) Membantu klien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi.
2) Membenahi tempat tidur.
3) Membagikan alat tenun bersih.
4. Tenaga administrasi ruangan, tugasnya diantaranya yaitu :
1) Menjawab televon.
2) Menyampaikan pesan.
3) Memberi informasi.
4) Mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan.
5) Mencatat klien masuk dan pulang.
6) Membuat duplikat rosterna ruangan.
7) Membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan
atas interuksi kepala ruangan.

3.4 Kelebihan dan kekurangan MPKP

Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik

16
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
d. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan
e. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk

3.5 Contoh MPKP Metode Fungsional

Dalam metode ini perawat hanya melakukan 1-2 intervensi saja, karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat saat itu. Metode ini dilakukan
sebagai pilihan utama sejak perang dunia ke dua.
Setiap perawat diberikan 1-2 tugas untuk dilaksankan kepada semua pasien
di suatu ruangan. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian
obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi
mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan
pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang
bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien serta menjawab semua pertanyaan tentang
klien.

3.6 Jurnal Pendukung

No. Nama Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian


Peneliti

17
1. Yanti 2014 Pengaruh Pelatihan Hasil penelitian
Sutriyanti, Kepemimpinan tersebut menunjukan
Derison terhadap Pelaksanaan bahwa pelatihan
Marsinova Standar Manajemen mempunyai pengaruh
Bakara, Pelayanan yang bermakna
Surani Warsit Keperawatan Karu terhadap komitmen
dalam Komitmen perawat dalam
Perawat dalam mengimplementasikan
Mengimplementasikan MPKP, dengan sikap
MPKP komitmen maka
perawat akan berkerja
secara profesional
dalam memberikan
asuhan keperawatan
yang sesuai standar
dan sebagai upaya
dalam meningkatkan
mutu pelayanan
keperawatan,
2. Nur Hidayah 2014 Manajemen Model Tanggung jawab
Asuhan Keperawatan perawat dalam
(MAKP) Tim dalam penerapan MAKP Tim
Peningkatan Kepuasan mempunyai hubungan
Pasien di Rumah Sakit yang sangat kuat
terhadap kepuasan
pasien. Semakin baik
tanggung jawab
perawat semakin
tinggi pula kepuasan
pasien.
3. Friskyla Analisis Kinerja Diagnosis
S.Lalintia, Perawat di Ruang keperawatan yang ada

18
Febi Rawat Inap Hana di ruang rawat inap
K.Kolibu, Rumah Sakit GMIM hana sudah mulai
Budi T.Ratag Pancaran Kasih memakai sistem
Manado MPKP (modal praktik
keperawatan
profesional), namun
hal ini masih menjadi
kendala karena tenaga
perawat yang ada
masih berjumlah
sedikit yaitu 16 orang
dengan sift kerja 5-3
orang sedangkan
jumlah pasien 30
orang.
4. Endah 2015 Hubungan Ada hubungan antara
Nugrahandini, Pengetahuan dan sikap perawat dengan
Sarwinanti Sikap Perawat dengan motivasi pelaksanaan
Motivasi Pelaksanaan MPKP di RS Jogja
Model Praktik Kota Yogyakarta,
Keperawatan dibuktikan dengan uji
Profesional di Rumah Kendall Tau diperoleh
Sakit Kota Yogyakarta nilai signifikansi 0,008
(p<0,05). Pengaruh
pengetahuan lebih
kuat daripada sikap
terhadap motivasi
pelaksanaan MPKP di
RS Jogja Kota
yogyakarta.
5. Dona Amelia 2007 Persepsi Kepala Ruang Hasil penelitian
Rawat dan Perawat menunjukkan semua

19
Pelaksana terhadap kepala ruang rawat
Struktur, Proses, serta dan perawat memiliki
Nilai-nilai Profesional persepsi sangat baik
dalam Pelaksanaan terhadap struktur dan
MPKP di Ruang nilai-nilai professional
Rawat Anak, Kelas dalam pelaksanaan
Interne, VIP khusus dan proses MPKP
VIP Ambunsuri RSUD
Achmad Mochtar
Bukittinggi
6. Sri Wahyuni 2007 Analisis Kompetensi Secara analisis
Kepala Ruangan statistik menunjukan
dalam Pelaksanaan bahwa berdasarkan uji
Standar Manajemen chi square yang
Pelayanan dilakukan,menunjukan
Keperawatan dan x2 = 0.0001 dengan p
Pengaruhnya terhadap = 1 ( > 0.05 ) sehingga
Kinerja Perawat dalam dapat disimpulkan
Mengimplementasikan bahwa kompetensi
MPKP di Instalasi Kepala
Rawat Inap RSUD Ruang dalam hal
Banjarnegara pengendalian mutu
tidak mempunyai
pola hubungan yang
bermakna dengan
kinerja implementasi
MPKP yang dilakukan
oleh perawat.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam model keperawatan metode fungsional Perawat akan melaporkan


tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin
efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi
klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya.

4.2 Saran

Dalam metode ini memang sangat efisien untuk menyelesaikan tugas


keperawatan namun alangkah baiknya untuk tindakan keperawatan pada pasien
dilakukan dengan sebaik mungkin agar kebutuhan pasien terpenuhi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit :


Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat. Jakarta : EGC.
Gillies, D. (1989) , Nursing Management company a Sistem Approach,
Philadelphia, W.B. Saunders. Huber,. D., (2000). Leadershi~ and nursing
care management Philadelpia:
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4 . Jakarta Selatan: Salemba Medika .

Amelia, D. (2007). PERSEPSI KEPALA RUANG RAWAT DAN PERAWAT

PELAKSANA TERHADAP STRUKTUR, PROSES SERTA NILAI-

NILAI PROFESIONAL DALAM PELAKSANAAN MODEL PRAKTEK

KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT ANAK,

KELAS INTERNE, VIP KHUSUS VIP AMBUNSURI RSUD ACHMAD

MOCHTAR BUKITTINGG. Penelitian .

Basuki, D. (2018). Buku Ajar Manajemen Keperawatan Untuk Mahasiswa dan

Praktisi. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

Endah Nugrahandini, S. (2015). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP

PERAWAT DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN MODEL

PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUMAH SAKIT

KOTA YOGYAKARTA . Naskah Publikasi.

22
Friskyla S. Lalintia, F. K. (n.d.). ANALISIS KINERJA PERAWAT DI RUANG

RAWAT INAP HANA RUMAH SAKIT GMIM PANCARAN KASIH

MANADO . Kesehatan Masyarakat, 1-7.

Hidayah, N. (20124). MANAJEMEN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN

PROFESIONAL (MAKP) TIM DALAM PENINGKATAN KEPUASAN

PASIEN DI RUMAH SAKIT. Jurnal Kesehatan, 411-417.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional Edisi 4 . Jakarta Selatan: Salemba Medika .

Wahyuni, S. (2007). ANALISIS KOMPETENSI KEPALA RUANG DALAM

PELAKSANAAN STANDAR MANAJEMEN PELAYANAN

KEPERAWATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA

PERAWAT DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN MODEL PRAKTIK

KEPERAWATAN PROFESIONAL DI INSTALASI RAWAT INAP

BRSUD BANJARNEGARA . Tesis.

Yanti Sutriyanti, D. M. (2015). PENGARUH PELATIHAN KEPEMIMPINAN

TERHADAP PELAKSANAAN STANDAR MANAJEMEN

PELAYANAN KEPERAWATAN KARU DALAM KOMITMEN

PERAWAT DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN MPKP. Pengaruh

Pelatihan Kepemimpinan, 185-189.

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai