Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM KOMUNIKASI OPTIK


DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing)

Disusun oleh:
Kelompok 11

1. Megawati Istiqomah (5215161343)


2. Nabilah Sarah Azhar (5215163332)
3. Andromed Nurul Huda (5215162962)

Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika


Jurusan Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
PEMBAHASAN

XIII.1. Konsep Dasar ...................................................................................................... 1


XIII.2. Perbandingan Teknologi DWDM dengan Teknologi Komunikasi Optik
Konvensional ...................................................................................................... 4
XIII.3. Prinsip Transmisi Optik pada DWDM ................................................................ 5
XIII.3.1. Spasi Kanal ......................................................................................... 5
XIII.3.2. Arah Sinyal ......................................................................................... 7
XIII.3.3. Pelacakan Sinyal ................................................................................ 8
XIII.4. Komponen DWDM ............................................................................................. 8
XIII.4.1. Sumber Cahaya ................................................................................... 8
XIII.4.2. Serat Optik .......................................................................................... 9
XIII.4.3. OADM sebagai Multiplexer/Demultiplexer dalam Teknologi
DWDM ............................................................................................... 9
XIII.4.4. EDFA sebagai Penguat OPTIK DWDM .......................................... 12
XIII.4.5. OXC (Optical Cross-Connect) sebagai Switching DWDM ............. 12
XIII.4.6. Wavelength Selective Elements ........................................................ 13
XIII.4.7. Wavelength Converter ...................................................................... 13
XIII.4.8. Dispersion Compersator .................................................................. 14
XIII.4.9. Routing Module ................................................................................ 14
XIII.4.10. Isolator ............................................................................................. 14
XIII.5. Sistem Proteksi Jaringan ................................................................................... 14
XIII.6. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
SOAL HITUNGAN ...................................................................................................... 17
JAWABAN ................................................................................................................... 18

ii
PEMBAHASAN
XIII.1. Konsep Dasar
Semakin beragamnya layanan informasi yang ada, saat ini tuntutan akan sistem transmisi
yang memiliki kapasitas dan kualitas yang tinggi meningkat. Antisipasi akan kebutuhan
bandwidth yang lebar ini telah diupayakan dengan meningkatkan kualitas media transmisi yang
digunakan sebagai backbone jaringan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu bandwidth
yang lebar (25 THz), redaman transmisi kecil, ukurannya kecil dan tidak terpengaruh oleh
gelombang elektromagnetik.

Namun dengan sistem transmisi yang ada saat ini bandwidth potensial tersebut belum
dapat dimanfaatkan secara optimal. Selanjutnya dikembangkanlah teknologi unutk
memanfaatkan bandwidth serat optic yang besar yaitu dengan metode multiplexing. Pada
komunikasi serat optic terdapat beberapa metode multiplexing, yaitu TDM (Time Division
Multiplexing) WDM (Wavelength Division Multiplexing) yang selanjutnya berkembang
menjadi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing). Teknologi DWDM merupakan
perbaikan dari teknologi WDM yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu memperkecil
spasi antar kanalnya sehingga terjadi peningkatan jumlah kanal yang mampu di multipleks,
dengan inti perbaikan ada pada infrastruktur yang digunakan seperti jenis laser, tapis dan
penguat yang digunakan. Teknologi DWDM terpilih untuk memultipleks beberapa kanal
dalam serat optic karena teknologi ini membagi kanal dalam daerah panjang gelombang
sehingga lebih mudah diakses dalam serat optic daripada pembagian waktu pada TDM.
Maka pada tahun 1980-an diperkenalkan teknologi WDM yang mampu memanfaatkan
cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda (tiap panjang gelombang mengandung
sinyal informasi yang berbeda) yang kemudian dimultipleks menjadi satu sinyal agar dapat
dikirimkan dalam sehelai serat optic. Teknologi WDM memungkinkan peningkatan kapasitas
serat optic tanpa harus memasang jaringan baru, sehingga lebih menguntungkan secara
ekonomis.

Gambar 13.1 Piramida Perkembangan WDM

Teknologi WDM pada saat itu hanya mempunyai 2 kanal yang terletak pada panjang
gelombang 1310 dan 1550 nm dengan spasi kanal 10 sampai 100 nm. Pada perkembangan
selanjutnya teknologi WSM diperbaiki dengan membuat spasi kanal yang lebih sempit (0,8
sampai 1 nm) yang disebut teknologi Dense Wavelength Division Mutiplexing (DWDM).

1
Gambar 13.2 Posisi perangkat WDM dalam Infrastruktur Jaringan

Spasi kanal merupakan jarak minimum antar panjang gelombang agar tidak terjadi
interferensi. Penyempitan spasi kanal ini mengakibatkan peningkatan kecepatan pengiriman
informasi sampai 10 Gbps. Bahkan dengan teknologi DWDM terbaru yaitu sistem DWDM 40-
kanal, teknologi ini mampu mentransmisikan informasi 100 Gbps. DWDM juga mampu untuk
membawa informasi dari berbagai format yang ada seperti ATM, SDH dan dari IP (internet
protocol) langsung ke dalam jaringan optiknya.

Pada metode tradisional, dengan pertimbangan bahwa ATM mampu memultipleks


berbagai jenis trafik yang ada (voice/data/video), maka digunakan IP over ATM. Tetapi Karena
IP over ATM ini membutuhkan investasi yang besar pada bagian ATM switch-nya, maka
berkembang IP over SONET/SDH, namun dengan metode ini dijumpai pula masalah pada
clock sinkronisasinya. ISP menggunakan router Gigabit IP dan switch ATM dengan jaringan
transport berkecepatan tinggi, menggantikan SONET/SDH. Tetapi pada saat kecepatan trafik
backbone-nya semakin meningkat, ISP mulai meningkatkan kapasitas bandwidth-nya sampai
10 Gbps dengan menggunakan DWDM.
(a)

2
(b)

Gambar 13.3 (a) dan (b): Sistem DWDM

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan suatu teknik transmisi


yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang (lamda) berbeda-beda sebagai kanal-
kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh lamda tersebut dapat
ditransmisikan melalui sebuah serat optic. Perbedaannya dengan WDM adalah pada panjang
lebar spasi kanal dan jumlah lamda yang ditransmisikan dimana DWDM memiliki spasi kanal
yang lebih sempit dan jumlah lamda yang lebih banyak daripada WDM. Jumlah lamda yang
dapat ditransmisikan oleh sistem DWDM dapat mencapai 16-64 lamda dengan spasi kanal
0,4-2 nm, sedangkan sistem WDM hanya dapat mentransmisikan 2-4 lamda dengan spasi kanal
5-100 nm. Disamping itu, penemuan Erbium Doped Fiber Amplifier memungkinkan DWDM
beroperasi pada daerah 1550 nm yang memiliki atenuasi rendah, sementara sebagian besar
sistem WDM konvensional masih beroperasi pada daerah 1310 nm yang tingkat atenuasinya
lebih tinggi.

Sumber-sumber yang memancarkan panjang gelombang-panjang gelombang yang


berbeda, λ1, λ2, λ3 ……… λn dapat dipadukan ke dalam serat optic yang sama. Setelah transmisi
pada serat, sinyal-sinyal λ1, λ2, λ3 ……… λn dapat dipisahkan menuju detector yang berbeda
pada akhir serat. Komponen pada sisi masukan harus menyuntikkan sinyal-sinyal yang berasal
dari sumber-sumber berbeda ke dalam serat dengan rugi-rugi yang kecil, hal ini disebut dengan
multiplexer. Komponen yang memisahkan panjang gelombang-panjang gelombang disebut
demultiplexer. Multiplexer dapat digantikan dengan sebuah penyambung optic yang sederhana,
namun rugi-rugi pembagiannya akan menjadi besar. Multiplexing serentak dari kanal input dan
demultiplexing dari kanal output dapat dilakukan oleh komponen yang sama yaitu
multi/demultiplexer.

Apabila multiplexer hanya memiliki dua kanal, bisa disebut duplexer. Karena setiap
sinyal memiliki panjang gelombang yang berbeda, maka sangat dihindari agar tidak terjadinya
proses tambahan di fiber optic walaupun melewati banyak tahapan penguatan atau regenerator.

3
Untuk komunikasi long haul, akan dibutuhkan banyak tahapan penguatan, dengan syarat setiap
penguatan tersebut tidak melakukan proses tambahan terhadap sinyal yang dapat mengganggu
sisi penerima dalam mengidentifikasikan sinyal yang akan diterima.

Teknik DWDM untuk sistem komunikasi harus memperhatikan tiga kriteria tampilan
dasar, yaitu: insertion loss, lebar kanal dan crosstalk. Insertion loss menyatakan besarnya rugi
daya yang meningkat dalam serat optic akibat penambahan komponen kopling multiplexing.
Rugi-rugi ini terdiri atas rugi-rugi yang terjadi pada hubungan antara komponen WDM-nya
dengan jalur seratnya dan rugi-rugi intrinsik dalam elemen multiplexing sendiri. Lebar kanal
merupakan jangkauan panjang gelombang yang dapat dialokasikan pada sumber optic tertentu.
Untuk sumber LED, lebar kanalnya sekitar 10-20 kali lebih besar daripada lebar kanal sumber
laser. Sedangkan crosstalk adalah terjadinya sejumlah kopling sinyal dari satu kanal ke kanal
yang lain. Tingkat crosstalk antar kanal dapat ditoleransi, bervariasi tergantung pada
aplikasinya.

XIII.2. Perbandingan Teknologi DWDM dengan Teknologi Komunikasi Optik


Konvensional
Teknologi DWDM memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknologi serat
optic, yaitu:
1. Kapasitas serat optic yang dipakai lebih optimal

Hal ini dikarenakan DWDM dapat mengakomodir banyak cahaya dengan panjang
gelombang yang berbeda dalam sehelai serat optic, sedangkan teknologi serat optic
konvensional hanya dapat mentransmisikan satu panjang gelombang dalam sehelai
serat optic.
2. Instalasi jaringan lebih sederhana
Penambahan kapasitas jaringan pada teknologi serat optic konvensional dilakukan
dengan memasang kabel serat optic, sedangkan pada DWDM cukup dilakukan
penambahan beberapa panjang gelombang baru tanpa harus melakukan perubahan
fisik jaringan.
3. Penggunaan penguat lebih efisien

DWDM menggunakan penguat optic yang dapat menguatkan beberapa panjang


gelombang sekaligus dengan interval penguat yang jauh sehingga jumlah amplifier
pada teknologi serat optic konvensional.
4. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien

Hal ini dikarenakan arsitektur jaringan DWDM lebih sederhana dari arsitektur
jaringan serat optic konvensional.

4
XIII.3. Prinsip Transmisi Optik pada DWDM
Sistem DWDM memiliki lapisan photonic utama yang bertanggung jawab untuk
transmisi data optic untuk melewati jaringan. Dengan beberapa prinsip dasar antara lain: spasi
kanal, arah sinyal dan pelacakan sinyal.

Gambar 13.4 Teknologi DWDM dan serat optic konvensional

XIII.3.1. Spasi Kanal

Salah satu hal penting dalam disain sistem DWDM adalah standarisasi spasi kanal
(channel spacing). Standarisasi spasi kanal perlu dilakukan agar sistem DWDM dari
vendor-vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Saat ini terdapat dua pilihan
untuk melakukan standarisasi kanal, yaitu secara spasi lamda atau spasi frekuensi.

Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (dan sebaliknya) akan menghasilkan nilai
yang persis, sehingga sistem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai
standar penentuan spasi kanal. Standar spasi frekuensi adalah 100 GHz (setara dengan
spasi lamda 0,8 nm) dengan frekuensi pusat berada pada 193,1 THz (1552,52 nm) yang
berada ditengah-tengah daerah 1550 nm dan juga daerah kerja EDFA. Bandwidth
EDFA berada pada lamda 1530 nm sampai 1565 nm sehingga dapat menguatkan 43
kanal sekaligus pada spasi kanal 100 GHz.

5
Gambar 13.5 Spasi kanal pada DWDM

Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi dapat diperoleh dengan menggunakan


hubungan:
𝑐
∆𝑓 ≈ − 𝜆2 . ∆𝜆 …………………………………………………………………… (13.1)

Dengan: ∆𝑓 ≈ spasi frekuensi (GHz)

∆𝜆 ≈ spasi lamda (nm)

𝜆 ≈ panjang gelombang daerah operasi (nm)

𝑐 ≈ 3 × 108 m/s

Spasi Lamda (nm) Spasi Frekuensi (GHz)


0,4 50
0,8 100
1 120
1,6 200
2 250

Tabel 13.1 Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (𝜆 = 1550 nm)

Penggunaan 100 GHz sebagai standar spasi kanal didasarkan atas beberapa pertimbangan,
yaitu:

1. Setiap kanal dapat menggunakan sistem STM-16 maupun STM-64.


2. Spasi kanal 100 GHz memungkinkan beberapa kanal yang berdekatan maupun
keseluruhan kanal dapat menggunakan STM-64 (10Gbps), sedangkan spasi kanal 50
GHz akan mengalami interferensi jika digunakan untuk mentransmisikan STM064.
Spasi kanal 100 GHz juga memungkinkan pentransmisian bit rate, seperti STM-16
(2,5 Gbps) dan STM-64.
3. Kapasitasnya 60% lebih besar dari spasi kanal 50 GHz.
4. Sistem dengan spasi kanal 50 GHz hanya dapat menggunakan setengah dari total
kanal yang tersedia agar mentransmisikan STM-64. Sistem dengan 32 kanal yang
terpisah 50 GHz hanya dengan menggunakan 16 kanal untuk mentransmisikan STM-
64 dengan kapasitas total 200 Gbps, sedangkan sistem 32 kanal dengan spasi kanal
100 GHz memiliki kapasitas transmisi 100 Gbps.

6
5. Lebih tahan terhadap Four Wave Mixing (FWM)
6. Salah satu cara untuk mengurangi efek FWM adalah dengan memperlebar spasi kanal.
Spasi kanal 100 GHz lebih lebar daripada 50 GHz sehingga pengaruh FWM lebih
kecil.
7. Mudah untuk di-upgrade.
8. Sistem dengan spasi kanal 50 GHz dapat di-upgrade menjadi 100 GHz sehingga
jumlah kanalnya menjadi dua kali lipat. Pada proses upgrade tersebut tidak perlu
dilakukan penggantian dan tapis. Sistem dengan spasi kanal 50 GHz sulit untuk di-
upgrade jumlah kanalnya karena membutuhkan penggantian penguat dan tapis.
Disamping itu, spasi antar kanal yang dihasilkan akan rentan terhadap interferensi
kanal.

XIII.3.2. Arah Sinyal


Terdapat dua arah dari transmisi sinyal pada serat optik, yaitu:
1. Sistem DWDM satu arah (unbidirectional)
2. Sistem DWDM dua arah (bi-directional)

Gambar 13.6 Sitem DWDM satu arah (unbidirectional)

Gambar 13.7 Sistem DWDM dua arah (bi-directional)


Dalam sistem DWDM satu arah (gambar 13.6) semua Panjang gelombang
berjalan dengan arah yang sama dalam serat optik. Digunakan untuk menggabungkan

7
Panjang gelombang pembawa yang berbeda kedalam sebuah serat tunggal pada sisi
terima. Sedangkan DWDM dua arah (gambar 13.7) mengirim indofrmasi dalam arah
yang satu dalam Panjang gelombang λ1 , dan sesara simultan mengirim data pada arah
yang berlawanan pada Panjang gelombang λ2 . Sistem ini akan mengurangi bandwidth
transmisi.

XIII.3.3. Pelacakan Sinyal

Pelacakan sinyala dalah prosedur dari pendeteksian apakah sinyal mencapai


tujuan akhir yang sudah benar di sisi receiver. Yaitu dengan cara mengikuti cahaya
sinyal yang melewati jaringan. Prosesnya dengan menghubungkan informasi tambahan
pada panjang gelombang menggunakan penerima elektris untuk mengekstraknya
kemudian mengontrol kesalahan yang terjadi. Setelah itu tugas penerima untuk
melaporkan pelacakan sinyal ke program.

XIII.4. Komponen DWDM

XIII.4.1. Sumber Cahaya


Sumber cahaya yang digunakan untuk memancarkan cahaya yang membawakan
informasi, merupakan hasil pengubahan sinyal listrik menjadi sinyal optic. Sumber
cahaya yang digunakan salam teknologi DWDM adalah infection laser diode (ILD).
Sumber cahaya LED tidak dapat digunakan dalam system DWDM karena lebar
spektrum kanalnya sangat besar yang dapat mengurangi jumlah kanal, dan daya
keluarannya sangat kecil. ILD yang digunakan pada system DWDM harus memiliki
frekuensi tengah yang sangat persis dengan spektrum Panjang gelombang yang sangat
berdekatan mengingat band yang digunakan pada sinyal optic sangat sempit.
Panjang gelombang dan power dari sinyal DWDM harus stabil terhadap waktu,
hal ini untuk menghindari bsaling mengganggu antar sinyal. Persyaratan lainnya adalah
bajwa ILD yang digunakan pada DWDM harus memiliki ketahanan terhadap
temperature, untuk mempertahankan kualitas dari sinyal yang dilewatkan. JEnis ILD
yang digunakan pada system DWDDM antara lain Fabry Perot Laser dan distributed
feedback laser (DFB) dengan lebar spektrum masing-masing 3nm dan 1nm.

Gambar 13.8. Transmisi sistem DWDM lightwave

8
XIII.4.2. Serat Optik

Jenis serat optic yang digunakan dalam DWDM ini tergantung pada jenis
aplikasinya, yaitu:
a. Kabel Bawah Laut

Sistem DWDM yang terletak didasar laut mensyaratkan jumlah EDFA yang seminim
mungkin agar biaya pemasangan dan pemeliharaan minimum. Jenis serat optic yang
digunakan pada aplikasi ini adakah serat optic 1550 nm (kurang dari 0,18 dB/km).
Selain itu dapat dipergunakan pula kombinasi antara serat optic dengan dispersi
negative dan serat optic dengan dispersi posistif. Untuk mengatasi Modulation
Instability (MI), digunakan serat optic dengan disperse negative , sedangkan untuk
kompensasi disperse digunakan serat optic dengan disperse positif.
b. Terestial Jarak Jauh

Sistem DWDM yang diaplikasikan untuk komunikasi teresial jarak jauh harus memiliki
kemampuan untuk membawa banyak sinyal dengan bit rate yang tinggi dan
meminimalisasi efek four-wave mixing (FWM), sehingga dipergunalan serat optic jenis
NZDF.

Dari dua jenis serat optic yang ada yaitu single mode dan multimode, yang
digunakian sebagai media transmisi teknologi DWDM adalah jenis single mode, karena
daerah kerja panjang gelombang single mode lebih tinggi daripada daerah kerja Panjang
gelombang multimode, sehingga serat jenis ini sesuai untuk digunakan pada transmisi
jarak jauh yang memerlukan kecepatan tinggi dengan rugi-rugi yang kecil.

Saat ini system DWDM menggunakan serat optic singlemode yang beroperasi
pada third window (C-band dekat Panjang 1,55 µm) karena deraah tersebut memiliki
atenuasi yang lebih kecil dari pada daerah lainnya (sekitar 0,2 dB/km). Disamping itu,
daerah dengan Panjang gelombang 1,26 – 1,65 µm dapat memberikan kapasitas
bandwidth hingga 50 THz.

XIII.4.3. OADM sebagai Multiplexer/Demultiplexer dalam Teknologi DWDM

Optikal add/drop multiplexer (OADM) merupakan suatru perangkat yang


berfungsi untuk memisahkan satu atau lebih Panjang gelombang dari sinyal DWDM
(fungsi drop) dan juga untuk memasukkan sinya;-sinyal baru dengan panjang
gelombang yang sama dengan sinyal yang di-drop agar dapat ditransmisikan dalam
system DWDM (fungsi add).

Sinyal DWDM yang masuk petangkat OADM didemultipleks oleh optical


demultiplex unit (ODU) menjadi sinyal-sinyal dengan panjang gelombang yang
berbeda. Jika terdapat satu atau lebih panjang gelombang yang mengandung sinyal
informasi yang diinginkan maka dilakukan proses pen-drop-an pada sinyal informasi

9
tersebut (drop signal) sementara sinyal-sinyal lainnya (trough signal) akan terus
dilewatkan menuju Optical Multiplexed Unit (OMU).

Gambar 13.9 Add / Drop Multiplexer

OMU kemudian menggabungkan through signal dengan sinyal-sinyal baru (add


signal) yang memiliki Panjang gelombang yang sama dengan drop signal sehingga
dihasilkan sinyal DWDM yang baru pada output line OMU.
Walaupun perangkat OADM diatas memiliki arsitektur yang sederhana tetapi
biaya yang harus dikeluarkan karena arsitektur tersebut memerlukan dua jumper (satu
untuk setiap arah) per Panjang gelombang untuk menghubungkan ODU dan OMU.
Untuk system dengan 32 panjang gelombang Panjang berbeda diperlukan 64 fiber
jumper, sehingga menimbulkan permasalahan dalam manajemen sinyal didalam
OADM. Hal utama yang membatasi kinerja pada arsitektur diatas adalah proses
pemfilteran dan multiplex/demultiplex yang dialami oleh through signal pada setiap
perangkat OADM yang dilaluinya, sehingga mengakibatkan penyempitan dan distorsi
sinyal. Gambar berikut menjelaskan tentang fungsi dari OADM.
Secara umum, kempuan yang harus dimiliki oleh perangkat OADM adalah
sebagai berikut:

1. Dapat melakukan proses ADD dan DROP pada untuk setiap panjang gelombang.
2. Melewatkan through sinyal tanpa terganggu pleh proses ADD dan DROP.
Kemampuan ini diperlukan agar jumlah OADM yang dapat dihubungkan secara
cascade dapat maksimum.
3. Memiliki rugi-rugi optik yang kecil untuk through signal.

10
Gambar 13.10 perangkat OADM

Kemampuan ini dimanfaatkan untuk mendesain jaringan optic dengan jumlah


optical amplifier yang minimum.

Untuk memenuhi persyaratan diatas dan untuk memperbaiki kinerja dari OADM
generasi terdahulu, maka kemudian dikembangkanlah Programmable PADM (P-
OADM).

Gambar 13.11. Programable add/drop multiplexer

Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 13.11, sinyal DWDM yang terdiri dari
sinyal-sinyal dengan Panjang gelombang yang berbeda memasuki circulator 1 (C1)
melalui port 1 dan setelah melalui port 2 akan menuju ke tunable fiber grating yang
disusun secara seri. Pada saat fiber grating sedang dalam keadaan tidak diset pada
panjang gelombang tertentu (untuned state), maka fiber grating akan melawati semua
sinyal. Jika fiber grating kemudia diset pada panjang gelombang tertentu (tuned state),
maka fiber grating akan memantulkan kembali sinyal-sinyal yang memiliki Panjang
gelombang yang bersesuaian dengan tuned wavelength ke port 3 untuk C1. Sinyal-
sinyal tersebut akan memasuki demultiplexer melalui port 3 untuk kemudian dipisahkan
menurut panjang gelombangnya masing-masing (proses drop). Sinyal yang dipantulkan
oleh tunable grating (through signals) kemudian masuki port 1 dari circulator 2 (C2)
dan keluar melalui port 2.
Pada proses add, sinyal-sinyal yang ingin ditransmisikan doset pada panjang yang
sama dengan tuned wavelength. Add signals tersebut kemudian port 1 akan menuju

11
fiber grating dan karena panjang gelombangnya sama dengan tuned wavelength maka
add signals akan dipantulkan kembali ke port 1 c2. Pada C2 add signals akan bergabung
dengan through signals dan keluar C2 melalui port 2 sebagai sinyal DWDM.

Perangkat P-OADM yang ada saati ini memiliki 16 tunable fiber grating sehingga
dapat proses add/drop sebanyak 16 sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda.

XIII.4.4. EDFA sebagai Penguat OPTIK DWDM

Sistem penguat EDFA terdiri dari fiber optic yang intinya di dopng dengan bahan
erbium kurang 1%. Dimana ion-ion erbium dipompa ke lever energi yang lebih tinggi
dengan jalan penyerapan sinar dari sumber pompa. Setelah itu ion-ion tersebut kembali
menuju keadaan netral, dengan jalan memcarkan foton dan secara spontan dirancang
oleh kehadiran foton yang memiliki energi netral. Sinyal foton pada EDFA akan
merangsang untuk mengurangi erbium-erbium tereksitasi yang berguna untuk
menguatkan sinyal. Waktu hidup dari keadaan tereksitasi sekitar 10 ms.

Penguatan optic EDFA ini bekerja pada daerah panjang gelombang 1550 nm
(1530-1565 nm) dan sesuai pemakaian serat dispersion shifted fiber. Penguat ini
memiliki gain yang tinggi, yaitu sebesar 20 dBm.

XIII.4.5. OXC (Optical Cross-Connect) sebagai Switching DWDM

Optical Cross-Connect (OXC) merupakan suatu perangkat yang menyediakan


fungsi switching dari M input port ke moutput port, dimana setiap port terdiri dari
sekumpulan panjang gelombang yang dimultipleks secara DWDM. Seperti pada
gambar diatas, untuk setiap M input port dengan masing-masing port terdiri dari N
panjang gelombang maka OXC akan menggunakan N lapisan independent, dimana
setiap lapisan tersebut merupakan MxM switch yang terbuat dari lithium niobute. Setiap
sinyal DWDM yang masuk kedalam perangkat OXC akan di-demultiples menjadi N
panjang gelombang (diberi label λ1 sampai λn) dan setiap panjang gelombang akan
dikirim 1 pesan swith digital yang bersesuaian. Pada switch terjadi proses switching,
dimana panjang gelombang-panjang gelombang tersebut dikuatkan dan di-multiplex
denganpanjang gelombang lainnya sehingga menjadi sinyal DWDM kembali. Pada
arsitektur diatas, OADM yang terletak di ujung setiap lapisan dipergunakan untuk men-
drop sinyal informasi yang diperlukan oleh penggunakan di sekitar perangkat OXC dan
untuk mengirimkan (add) sinyal informasi baru.

Arsitektur OXC diatas tidak mendukung switching antar panjang gelombang


yang berbeda (Wavelength bloking), karena masing-masing lapisan merupakan lapisan
yang independent dan hanya menangani panjang gelombang yang sama. Agar OXC
dapat mendukung switching antar panjang gelombang yang berbeda (wavelength
nonblocking), maka pernagkat tersebut dimodifikasi denganw avelength converter
(WC) pada bagian input atau output dari switching (peketakan WC tergantung dari jenis

12
WC yang digunakan). Saat ini WC yang tersedia secara komersial di pasaran berjenis
Electro-Optical Wavelength Converter dan dikenal sebagai Optical Translator (OT).

Gambar 13.12 Optical Cross-Connect

XIII.4.6. Wavelength Selective Elements

Komponen ini diperlukan untuk pemilihan sinyal pada perangkat DWDM,


mengingat pada sistem DWDM melewati sinyal dengan panjang gelombang
Wavelength selective elements harus memiliki kemampuan high selectivity dan low
cross talk mengingat spasi antar panjang gelombang sangat berdekatan.

XIII.4.7. Wavelength Converter

Perangkat ini berfungsi untuk melakukan perubahan sinyal tertentu dari panjang
gelombang atau ke yang lainnya, tujuan dari perangkat ini adalah untuk menjaga
kualitas sinyal yang dilewatkan tetap terjamin.

Gambar 13.13 Perangkat yang dilakukan oleh wavelength converter

13
XIII.4.8. Dispersion Compersator

Fungsi hampir sama dengan optical amplifier yaitu untuk memperbaiki kualitas
dari sinyal optik setelah melalui long distance comparator.

Gambar 13.14. Perangkat dispersion compensator

XIII.4.9. Routing Module

Perangkat ini berfungsi melakukan routing sesuai dengan pengamatan yang


ditentukan.

Gamber 13.15. Perangkat routing module

XIII.4.10. Isolator

Berfungsi untuk mengatur propagasi (satu arah) dan juga untuk meredam noise
akibat pantulan dari pembangkitan/penguatan sinyal optik.

XIII.5. Sistem Proteksi Jaringan


Mekanisme proteksi jaringan mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu
jaringan, yaitu sebagai proteksi terjadinya kegagalan transmisi.

Terdapat 3 mekanisme jaringan yang dapat digunakan baik untuk konfigurasi linier maupun
ring, yaitu:

1. Optical Channel Protection (OSP) merupakan mekanisme proteksi jenis linier.


Mekanisme ini diimplementasikan dengan menggandakan masing-masing sinyal atau
kanal optik sebelum melewati kedua sistem multipleksing yang menghasilkan dua
interface jalur yang berbeda yang bekerja (working) dan yang satunya hanya untuk
proteksi.

14
2. Optical Multiplex Selection Protection (O-SNCP), mekanisme proteksi tipe ini
digunakan untuk proteksi linier. Teknik proteksinya diimplementasikan dengan
menduplikasikan sistem. Keluaran multipleksing kedalam dua interface jalur working
dan proteksi.Optical Sub Network Connection Protection (O-SNCP), merupakan
mekanisme proteksi tipe ring. Mekanisme proteksi jenis ini diimplementasikan dengan
menduplikasikan masing-masing kanal optik sebelum melewati dua sistem
multipleksing yang selanjutnya akan dikirimkan ke arah yang berlawanan.

XIII.6. Kesimpulan
1. Keunggulan teknologi DWDM dibandingkan dengan teknologi serat optik adalah
a. Kapasitas serat optik yang dipakai lebih optimal
b. Instalasi jaringan lebih sederhana
c. Penggunaan penguat lebih efisien
d. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien
2. Arah sinyal pada sistem DWDM dan fungsinya
a. Sistem DWDM satu arah (unbidirectional)
Dalam sistem DWDM satu arah semua panjang gelombang berjalan dengan
arah yang sama dalam serat optik. Digunakan untuk menggabungkan panjang
gelombang pembawa yang berbeda kedalam sebuah serat tunggal pada sisi
terima.
b. Sistem DWDM dua arah (bi-directional)
DWDM dua arah mengirim informasi dalam arah yang satu dalam panjang
gelombanga λ1, dan secara simultan mengirim data pada arah yang berlawanan
pada panjang gelombang λ2. Sistem ini akan mengurangi bandwidth transmisi.
3. Pelacakan sinyal adalah prosedur dari pendeteksian apakah sinyal mencapai tujuan
tujuan akhir yang sudah benar di sisi receiver. Yaitu dengan cara mengikuti cahaya
sinyal yang melewati jaringan. Prosesnya dengan menghubungkan informasi tambahan
pada panjang gelombang, menggunakan penerima elektris untuk mengekstraknya,
kemudian mengontrol kesalahan yang terjadi. Setelah itu tugas penerima untuk
melaporkan pelacakan sinyal ke pengirim.
Jenis ILD yang digunakan pada sistem DWDM antara lain:
 Fahry Perol Laser
 Distributed Feedback Laser(DFB).
4. Jenis serat optik yang digunakan dalam DWDM berdasarkan pada jenis aplikasinya,
yaitu:
a. Kabel bawah laut
Sistem DWDM yang terletak didasar laut mensyaratkan jumlah EDFA yang
seminim mungkin agar biaya pemasangan dan pemeliharaan minimum. Jenis
serat optik yang digunakan pada aplikasi ini adalah serat optik 1550 nm Loss
Minimied Fiber (LMF) karena atenuasinya sangat kecil pada daerah 1550 mm
(kurang dari 0,18 dB/km). Selain itu dapat dipergunakan pula kombinasi antara
serat optik dengan dispersi negatif dan serat optik dengan dispersi positif. Serat

15
optik dengan dispersi negatif dipergunakan untuk mengatasi efek Modulation
Instabilitas (MI), sedangkan serat optik dengan dispersi positif digunakan untuk
kompensasi dispersi.
b. Terestial jarak jauh.
Sistem DWDM yang diaplikasikan untuk komunikasi teresial jarak jauh harus
memiliki kemampuan untuk membawa banyak sinyal dengan bit rate yang
tinggi dan meminimalisasi efek Four-Wave Mixing (FWM), sehingga
dipergunakan optik jenis NZDF.
5. Optical Add Drop Multipleksing (OADM) merupakan suatu perangkat yang berfungsi
untuk memisahkan satu atau lebih panjang gelombang dari sinyal DWDM (fungsi drop)
dan juga untuk memasukkan sinyal-sinyal baru dengan panjang gelombang yang sama
dengan sinyal yang di-drop agar dapat ditransmisikan dalam sistem DWDM (fungsi
add)
Secara umum, kemampuan yang harus dimiliki oleh perangkat OADM adalah
a. Dapat melakukan proses add dan drop pada untuk setiap panjang gelombang.
b. Melakukan through sinyal tanpa terganggu oleh add dan drop.
c. Kemampuan ini diperlukan agar jumlah OADM yang dapat dihubungkan secara
cascade dapat maksimum.
d. Memiliki rugi-rugi optik yang kecil untuk through sinyal.

Wavelength Converter berfungsi untuk melakukan perubahan sinyal tertentu dari


panjang gelombang satu ke yang lainnya, tujuan dari perangkat ini adalah untuk menjaga
kualitas sinyal yang dilewatkan tetap terjamin.

16
SOAL HITUNGAN
1. Tentukan spasi frekuensi dengan panjang gelombang daerah operasi 830 mm dan
memiliki spasi lamda 0,2 nm pada spasi kanal DWDM?
2. Sebuah DWDM memiliki panjang gelombang daerah operasi 1350 nm dengan spasi
lamda 1,1 nm, tentukan spasi frekuensinya?
3. Sebuah spasi frekuensi 175 GHz memiliki panjang gelombang 1550 nm, berapakah
daerah operasi spasi lamdanya pada teknologi DWDM tersebut?
4. Berapakah spasi lamda pada DWDM jika memiliki spasi frekuensi 522,6 GHz dan
panjang gelombang yang dimiliki sebesar 830 nm?
5. Jika DWDM memiliki panjang gelombang 1550 nm dan spasi lamda yang didapat 3
nm, berapakah spasi frekuensi yang dibutuhkan?
6. Berapakah spasi frekuensi yang digunakan pada DWDM jika spasi lamda 0,6 nm dan
panjang gelombang daerah operasinya 830 nm?
7. Tentukan spasi lamda dengan spasi frekuensi 263,4 GHz dan panjang gelombang untuk
daerah operasi menggunakan 1350 nm?
8. Dengan menggunakan DWDM, tentukan spasi frekuensinya jika spasi lamda 0,8 nm
dan panjang gelombang yang dipakai 1350 mm?
9. Tentukan spasi lamda dengan panjang gelombang 830 nm dan spasi frekuensi bekerja
pada daerah 609,7 GHz

17
JAWABAN
1 5

6
2

3 7

18
8

19

Anda mungkin juga menyukai