Disusun oleh:
Kelompok 11
ii
PEMBAHASAN
XIII.1. Konsep Dasar
Semakin beragamnya layanan informasi yang ada, saat ini tuntutan akan sistem transmisi
yang memiliki kapasitas dan kualitas yang tinggi meningkat. Antisipasi akan kebutuhan
bandwidth yang lebar ini telah diupayakan dengan meningkatkan kualitas media transmisi yang
digunakan sebagai backbone jaringan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu bandwidth
yang lebar (25 THz), redaman transmisi kecil, ukurannya kecil dan tidak terpengaruh oleh
gelombang elektromagnetik.
Namun dengan sistem transmisi yang ada saat ini bandwidth potensial tersebut belum
dapat dimanfaatkan secara optimal. Selanjutnya dikembangkanlah teknologi unutk
memanfaatkan bandwidth serat optic yang besar yaitu dengan metode multiplexing. Pada
komunikasi serat optic terdapat beberapa metode multiplexing, yaitu TDM (Time Division
Multiplexing) WDM (Wavelength Division Multiplexing) yang selanjutnya berkembang
menjadi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing). Teknologi DWDM merupakan
perbaikan dari teknologi WDM yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu memperkecil
spasi antar kanalnya sehingga terjadi peningkatan jumlah kanal yang mampu di multipleks,
dengan inti perbaikan ada pada infrastruktur yang digunakan seperti jenis laser, tapis dan
penguat yang digunakan. Teknologi DWDM terpilih untuk memultipleks beberapa kanal
dalam serat optic karena teknologi ini membagi kanal dalam daerah panjang gelombang
sehingga lebih mudah diakses dalam serat optic daripada pembagian waktu pada TDM.
Maka pada tahun 1980-an diperkenalkan teknologi WDM yang mampu memanfaatkan
cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda (tiap panjang gelombang mengandung
sinyal informasi yang berbeda) yang kemudian dimultipleks menjadi satu sinyal agar dapat
dikirimkan dalam sehelai serat optic. Teknologi WDM memungkinkan peningkatan kapasitas
serat optic tanpa harus memasang jaringan baru, sehingga lebih menguntungkan secara
ekonomis.
Teknologi WDM pada saat itu hanya mempunyai 2 kanal yang terletak pada panjang
gelombang 1310 dan 1550 nm dengan spasi kanal 10 sampai 100 nm. Pada perkembangan
selanjutnya teknologi WSM diperbaiki dengan membuat spasi kanal yang lebih sempit (0,8
sampai 1 nm) yang disebut teknologi Dense Wavelength Division Mutiplexing (DWDM).
1
Gambar 13.2 Posisi perangkat WDM dalam Infrastruktur Jaringan
Spasi kanal merupakan jarak minimum antar panjang gelombang agar tidak terjadi
interferensi. Penyempitan spasi kanal ini mengakibatkan peningkatan kecepatan pengiriman
informasi sampai 10 Gbps. Bahkan dengan teknologi DWDM terbaru yaitu sistem DWDM 40-
kanal, teknologi ini mampu mentransmisikan informasi 100 Gbps. DWDM juga mampu untuk
membawa informasi dari berbagai format yang ada seperti ATM, SDH dan dari IP (internet
protocol) langsung ke dalam jaringan optiknya.
2
(b)
Apabila multiplexer hanya memiliki dua kanal, bisa disebut duplexer. Karena setiap
sinyal memiliki panjang gelombang yang berbeda, maka sangat dihindari agar tidak terjadinya
proses tambahan di fiber optic walaupun melewati banyak tahapan penguatan atau regenerator.
3
Untuk komunikasi long haul, akan dibutuhkan banyak tahapan penguatan, dengan syarat setiap
penguatan tersebut tidak melakukan proses tambahan terhadap sinyal yang dapat mengganggu
sisi penerima dalam mengidentifikasikan sinyal yang akan diterima.
Teknik DWDM untuk sistem komunikasi harus memperhatikan tiga kriteria tampilan
dasar, yaitu: insertion loss, lebar kanal dan crosstalk. Insertion loss menyatakan besarnya rugi
daya yang meningkat dalam serat optic akibat penambahan komponen kopling multiplexing.
Rugi-rugi ini terdiri atas rugi-rugi yang terjadi pada hubungan antara komponen WDM-nya
dengan jalur seratnya dan rugi-rugi intrinsik dalam elemen multiplexing sendiri. Lebar kanal
merupakan jangkauan panjang gelombang yang dapat dialokasikan pada sumber optic tertentu.
Untuk sumber LED, lebar kanalnya sekitar 10-20 kali lebih besar daripada lebar kanal sumber
laser. Sedangkan crosstalk adalah terjadinya sejumlah kopling sinyal dari satu kanal ke kanal
yang lain. Tingkat crosstalk antar kanal dapat ditoleransi, bervariasi tergantung pada
aplikasinya.
Hal ini dikarenakan DWDM dapat mengakomodir banyak cahaya dengan panjang
gelombang yang berbeda dalam sehelai serat optic, sedangkan teknologi serat optic
konvensional hanya dapat mentransmisikan satu panjang gelombang dalam sehelai
serat optic.
2. Instalasi jaringan lebih sederhana
Penambahan kapasitas jaringan pada teknologi serat optic konvensional dilakukan
dengan memasang kabel serat optic, sedangkan pada DWDM cukup dilakukan
penambahan beberapa panjang gelombang baru tanpa harus melakukan perubahan
fisik jaringan.
3. Penggunaan penguat lebih efisien
Hal ini dikarenakan arsitektur jaringan DWDM lebih sederhana dari arsitektur
jaringan serat optic konvensional.
4
XIII.3. Prinsip Transmisi Optik pada DWDM
Sistem DWDM memiliki lapisan photonic utama yang bertanggung jawab untuk
transmisi data optic untuk melewati jaringan. Dengan beberapa prinsip dasar antara lain: spasi
kanal, arah sinyal dan pelacakan sinyal.
Salah satu hal penting dalam disain sistem DWDM adalah standarisasi spasi kanal
(channel spacing). Standarisasi spasi kanal perlu dilakukan agar sistem DWDM dari
vendor-vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Saat ini terdapat dua pilihan
untuk melakukan standarisasi kanal, yaitu secara spasi lamda atau spasi frekuensi.
Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (dan sebaliknya) akan menghasilkan nilai
yang persis, sehingga sistem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai
standar penentuan spasi kanal. Standar spasi frekuensi adalah 100 GHz (setara dengan
spasi lamda 0,8 nm) dengan frekuensi pusat berada pada 193,1 THz (1552,52 nm) yang
berada ditengah-tengah daerah 1550 nm dan juga daerah kerja EDFA. Bandwidth
EDFA berada pada lamda 1530 nm sampai 1565 nm sehingga dapat menguatkan 43
kanal sekaligus pada spasi kanal 100 GHz.
5
Gambar 13.5 Spasi kanal pada DWDM
𝑐 ≈ 3 × 108 m/s
Penggunaan 100 GHz sebagai standar spasi kanal didasarkan atas beberapa pertimbangan,
yaitu:
6
5. Lebih tahan terhadap Four Wave Mixing (FWM)
6. Salah satu cara untuk mengurangi efek FWM adalah dengan memperlebar spasi kanal.
Spasi kanal 100 GHz lebih lebar daripada 50 GHz sehingga pengaruh FWM lebih
kecil.
7. Mudah untuk di-upgrade.
8. Sistem dengan spasi kanal 50 GHz dapat di-upgrade menjadi 100 GHz sehingga
jumlah kanalnya menjadi dua kali lipat. Pada proses upgrade tersebut tidak perlu
dilakukan penggantian dan tapis. Sistem dengan spasi kanal 50 GHz sulit untuk di-
upgrade jumlah kanalnya karena membutuhkan penggantian penguat dan tapis.
Disamping itu, spasi antar kanal yang dihasilkan akan rentan terhadap interferensi
kanal.
7
Panjang gelombang pembawa yang berbeda kedalam sebuah serat tunggal pada sisi
terima. Sedangkan DWDM dua arah (gambar 13.7) mengirim indofrmasi dalam arah
yang satu dalam Panjang gelombang λ1 , dan sesara simultan mengirim data pada arah
yang berlawanan pada Panjang gelombang λ2 . Sistem ini akan mengurangi bandwidth
transmisi.
8
XIII.4.2. Serat Optik
Jenis serat optic yang digunakan dalam DWDM ini tergantung pada jenis
aplikasinya, yaitu:
a. Kabel Bawah Laut
Sistem DWDM yang terletak didasar laut mensyaratkan jumlah EDFA yang seminim
mungkin agar biaya pemasangan dan pemeliharaan minimum. Jenis serat optic yang
digunakan pada aplikasi ini adakah serat optic 1550 nm (kurang dari 0,18 dB/km).
Selain itu dapat dipergunakan pula kombinasi antara serat optic dengan dispersi
negative dan serat optic dengan dispersi posistif. Untuk mengatasi Modulation
Instability (MI), digunakan serat optic dengan disperse negative , sedangkan untuk
kompensasi disperse digunakan serat optic dengan disperse positif.
b. Terestial Jarak Jauh
Sistem DWDM yang diaplikasikan untuk komunikasi teresial jarak jauh harus memiliki
kemampuan untuk membawa banyak sinyal dengan bit rate yang tinggi dan
meminimalisasi efek four-wave mixing (FWM), sehingga dipergunalan serat optic jenis
NZDF.
Dari dua jenis serat optic yang ada yaitu single mode dan multimode, yang
digunakian sebagai media transmisi teknologi DWDM adalah jenis single mode, karena
daerah kerja panjang gelombang single mode lebih tinggi daripada daerah kerja Panjang
gelombang multimode, sehingga serat jenis ini sesuai untuk digunakan pada transmisi
jarak jauh yang memerlukan kecepatan tinggi dengan rugi-rugi yang kecil.
Saat ini system DWDM menggunakan serat optic singlemode yang beroperasi
pada third window (C-band dekat Panjang 1,55 µm) karena deraah tersebut memiliki
atenuasi yang lebih kecil dari pada daerah lainnya (sekitar 0,2 dB/km). Disamping itu,
daerah dengan Panjang gelombang 1,26 – 1,65 µm dapat memberikan kapasitas
bandwidth hingga 50 THz.
9
tersebut (drop signal) sementara sinyal-sinyal lainnya (trough signal) akan terus
dilewatkan menuju Optical Multiplexed Unit (OMU).
1. Dapat melakukan proses ADD dan DROP pada untuk setiap panjang gelombang.
2. Melewatkan through sinyal tanpa terganggu pleh proses ADD dan DROP.
Kemampuan ini diperlukan agar jumlah OADM yang dapat dihubungkan secara
cascade dapat maksimum.
3. Memiliki rugi-rugi optik yang kecil untuk through signal.
10
Gambar 13.10 perangkat OADM
Untuk memenuhi persyaratan diatas dan untuk memperbaiki kinerja dari OADM
generasi terdahulu, maka kemudian dikembangkanlah Programmable PADM (P-
OADM).
Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 13.11, sinyal DWDM yang terdiri dari
sinyal-sinyal dengan Panjang gelombang yang berbeda memasuki circulator 1 (C1)
melalui port 1 dan setelah melalui port 2 akan menuju ke tunable fiber grating yang
disusun secara seri. Pada saat fiber grating sedang dalam keadaan tidak diset pada
panjang gelombang tertentu (untuned state), maka fiber grating akan melawati semua
sinyal. Jika fiber grating kemudia diset pada panjang gelombang tertentu (tuned state),
maka fiber grating akan memantulkan kembali sinyal-sinyal yang memiliki Panjang
gelombang yang bersesuaian dengan tuned wavelength ke port 3 untuk C1. Sinyal-
sinyal tersebut akan memasuki demultiplexer melalui port 3 untuk kemudian dipisahkan
menurut panjang gelombangnya masing-masing (proses drop). Sinyal yang dipantulkan
oleh tunable grating (through signals) kemudian masuki port 1 dari circulator 2 (C2)
dan keluar melalui port 2.
Pada proses add, sinyal-sinyal yang ingin ditransmisikan doset pada panjang yang
sama dengan tuned wavelength. Add signals tersebut kemudian port 1 akan menuju
11
fiber grating dan karena panjang gelombangnya sama dengan tuned wavelength maka
add signals akan dipantulkan kembali ke port 1 c2. Pada C2 add signals akan bergabung
dengan through signals dan keluar C2 melalui port 2 sebagai sinyal DWDM.
Perangkat P-OADM yang ada saati ini memiliki 16 tunable fiber grating sehingga
dapat proses add/drop sebanyak 16 sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda.
Sistem penguat EDFA terdiri dari fiber optic yang intinya di dopng dengan bahan
erbium kurang 1%. Dimana ion-ion erbium dipompa ke lever energi yang lebih tinggi
dengan jalan penyerapan sinar dari sumber pompa. Setelah itu ion-ion tersebut kembali
menuju keadaan netral, dengan jalan memcarkan foton dan secara spontan dirancang
oleh kehadiran foton yang memiliki energi netral. Sinyal foton pada EDFA akan
merangsang untuk mengurangi erbium-erbium tereksitasi yang berguna untuk
menguatkan sinyal. Waktu hidup dari keadaan tereksitasi sekitar 10 ms.
Penguatan optic EDFA ini bekerja pada daerah panjang gelombang 1550 nm
(1530-1565 nm) dan sesuai pemakaian serat dispersion shifted fiber. Penguat ini
memiliki gain yang tinggi, yaitu sebesar 20 dBm.
12
WC yang digunakan). Saat ini WC yang tersedia secara komersial di pasaran berjenis
Electro-Optical Wavelength Converter dan dikenal sebagai Optical Translator (OT).
Perangkat ini berfungsi untuk melakukan perubahan sinyal tertentu dari panjang
gelombang atau ke yang lainnya, tujuan dari perangkat ini adalah untuk menjaga
kualitas sinyal yang dilewatkan tetap terjamin.
13
XIII.4.8. Dispersion Compersator
Fungsi hampir sama dengan optical amplifier yaitu untuk memperbaiki kualitas
dari sinyal optik setelah melalui long distance comparator.
XIII.4.10. Isolator
Berfungsi untuk mengatur propagasi (satu arah) dan juga untuk meredam noise
akibat pantulan dari pembangkitan/penguatan sinyal optik.
Terdapat 3 mekanisme jaringan yang dapat digunakan baik untuk konfigurasi linier maupun
ring, yaitu:
14
2. Optical Multiplex Selection Protection (O-SNCP), mekanisme proteksi tipe ini
digunakan untuk proteksi linier. Teknik proteksinya diimplementasikan dengan
menduplikasikan sistem. Keluaran multipleksing kedalam dua interface jalur working
dan proteksi.Optical Sub Network Connection Protection (O-SNCP), merupakan
mekanisme proteksi tipe ring. Mekanisme proteksi jenis ini diimplementasikan dengan
menduplikasikan masing-masing kanal optik sebelum melewati dua sistem
multipleksing yang selanjutnya akan dikirimkan ke arah yang berlawanan.
XIII.6. Kesimpulan
1. Keunggulan teknologi DWDM dibandingkan dengan teknologi serat optik adalah
a. Kapasitas serat optik yang dipakai lebih optimal
b. Instalasi jaringan lebih sederhana
c. Penggunaan penguat lebih efisien
d. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien
2. Arah sinyal pada sistem DWDM dan fungsinya
a. Sistem DWDM satu arah (unbidirectional)
Dalam sistem DWDM satu arah semua panjang gelombang berjalan dengan
arah yang sama dalam serat optik. Digunakan untuk menggabungkan panjang
gelombang pembawa yang berbeda kedalam sebuah serat tunggal pada sisi
terima.
b. Sistem DWDM dua arah (bi-directional)
DWDM dua arah mengirim informasi dalam arah yang satu dalam panjang
gelombanga λ1, dan secara simultan mengirim data pada arah yang berlawanan
pada panjang gelombang λ2. Sistem ini akan mengurangi bandwidth transmisi.
3. Pelacakan sinyal adalah prosedur dari pendeteksian apakah sinyal mencapai tujuan
tujuan akhir yang sudah benar di sisi receiver. Yaitu dengan cara mengikuti cahaya
sinyal yang melewati jaringan. Prosesnya dengan menghubungkan informasi tambahan
pada panjang gelombang, menggunakan penerima elektris untuk mengekstraknya,
kemudian mengontrol kesalahan yang terjadi. Setelah itu tugas penerima untuk
melaporkan pelacakan sinyal ke pengirim.
Jenis ILD yang digunakan pada sistem DWDM antara lain:
Fahry Perol Laser
Distributed Feedback Laser(DFB).
4. Jenis serat optik yang digunakan dalam DWDM berdasarkan pada jenis aplikasinya,
yaitu:
a. Kabel bawah laut
Sistem DWDM yang terletak didasar laut mensyaratkan jumlah EDFA yang
seminim mungkin agar biaya pemasangan dan pemeliharaan minimum. Jenis
serat optik yang digunakan pada aplikasi ini adalah serat optik 1550 nm Loss
Minimied Fiber (LMF) karena atenuasinya sangat kecil pada daerah 1550 mm
(kurang dari 0,18 dB/km). Selain itu dapat dipergunakan pula kombinasi antara
serat optik dengan dispersi negatif dan serat optik dengan dispersi positif. Serat
15
optik dengan dispersi negatif dipergunakan untuk mengatasi efek Modulation
Instabilitas (MI), sedangkan serat optik dengan dispersi positif digunakan untuk
kompensasi dispersi.
b. Terestial jarak jauh.
Sistem DWDM yang diaplikasikan untuk komunikasi teresial jarak jauh harus
memiliki kemampuan untuk membawa banyak sinyal dengan bit rate yang
tinggi dan meminimalisasi efek Four-Wave Mixing (FWM), sehingga
dipergunakan optik jenis NZDF.
5. Optical Add Drop Multipleksing (OADM) merupakan suatu perangkat yang berfungsi
untuk memisahkan satu atau lebih panjang gelombang dari sinyal DWDM (fungsi drop)
dan juga untuk memasukkan sinyal-sinyal baru dengan panjang gelombang yang sama
dengan sinyal yang di-drop agar dapat ditransmisikan dalam sistem DWDM (fungsi
add)
Secara umum, kemampuan yang harus dimiliki oleh perangkat OADM adalah
a. Dapat melakukan proses add dan drop pada untuk setiap panjang gelombang.
b. Melakukan through sinyal tanpa terganggu oleh add dan drop.
c. Kemampuan ini diperlukan agar jumlah OADM yang dapat dihubungkan secara
cascade dapat maksimum.
d. Memiliki rugi-rugi optik yang kecil untuk through sinyal.
16
SOAL HITUNGAN
1. Tentukan spasi frekuensi dengan panjang gelombang daerah operasi 830 mm dan
memiliki spasi lamda 0,2 nm pada spasi kanal DWDM?
2. Sebuah DWDM memiliki panjang gelombang daerah operasi 1350 nm dengan spasi
lamda 1,1 nm, tentukan spasi frekuensinya?
3. Sebuah spasi frekuensi 175 GHz memiliki panjang gelombang 1550 nm, berapakah
daerah operasi spasi lamdanya pada teknologi DWDM tersebut?
4. Berapakah spasi lamda pada DWDM jika memiliki spasi frekuensi 522,6 GHz dan
panjang gelombang yang dimiliki sebesar 830 nm?
5. Jika DWDM memiliki panjang gelombang 1550 nm dan spasi lamda yang didapat 3
nm, berapakah spasi frekuensi yang dibutuhkan?
6. Berapakah spasi frekuensi yang digunakan pada DWDM jika spasi lamda 0,6 nm dan
panjang gelombang daerah operasinya 830 nm?
7. Tentukan spasi lamda dengan spasi frekuensi 263,4 GHz dan panjang gelombang untuk
daerah operasi menggunakan 1350 nm?
8. Dengan menggunakan DWDM, tentukan spasi frekuensinya jika spasi lamda 0,8 nm
dan panjang gelombang yang dipakai 1350 mm?
9. Tentukan spasi lamda dengan panjang gelombang 830 nm dan spasi frekuensi bekerja
pada daerah 609,7 GHz
17
JAWABAN
1 5
6
2
3 7
18
8
19