Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan antara FDM, TDM, WDM dan CDM

Frequency Division Multiplexing (FDM)


FDM adalah teknik menggabungkan banyak saluran input menjadi sebuah saluran output berdasarkan
frekuensi. Jadi total bandwith dari keseluruhan saluran dibagi menjadi sub-sub saluran oleh frekuensi. Prinsip
dari FDM adalah pembagian bandwidth saluran transmisi atas sejumlah kanal (dengan lebar pita frekuensi yang
sama atau berbeda) dimana masing-masing kanal dialokasikan ke pasangan entitas yang berkomunikasi.

Contoh Penggunaan FDM


Contoh dari penggunaan FDM ada pada jaringan telepon analog dan jaringan satelit analog. Selain itu ide dasar
FDM digunakan dalam teknologi saluran pelanggan digital yang dikenal dengan modem ADSL (Asymetric
Digital Subcriber Loop ).

Kelebihan & Kekurangan FDM

Kelebihan:
FDM tidak sensitif terhadap perambatan /perkembangan keterlambatan. Tehnik persamaan saluran (channel
equalization) yang diperlukan untuk sistem FDM tidak sekompleks seperti yang digunakan pada sistem TDM.

Kekurangan:
Adanya kebutuhan untuk memfilter bandpass, yang harganya relatif mahal dan rumit untuk dibangun
(penggunaan filter tersebut biasanya digunakan dalam transmitter dan receiver).
Penguat tenaga (power amplifier) di transmitter yang digunakan memiliki karakteristik nonlinear (penguat
linear lebih komplek untuk dibuat), dan amplifikasi nonlinear mengarah kepada pembuatan komponen spektral
out-of-band yang dapat mengganggu saluran FDM yang lain.

Time Division Multiplexing (TDM)


TDM yaitu Terminal/channel pemakaian bersama-sama kabel yang cepat dengan setiap channel membutuhkan
waktu tertentu secara bergiliran (round-robin time-slicing). TDM menerapkan prinsip penggiliran waktu
pemakaian saluran transmisi dengan mengalokasikan satu slot waktu (time slot) bagi setiap pemakai saluran
(user). Artinya bandwidth yang ada dipisahkan menjadi channel-channel kecil (baseband) berdasarkan
waktunya.
Salah satu permasalahan utama dari TDM ini adalah bandwidth yang dialokasikan ke sejumlah koneksi hanya
dialokasikan ke koneksi tersebut, baik yang sedang digunakan maupun tidak. Jadi kita tetap membayar untuk
kapasitas yang tidak digunakan, hal ini mengakibatkan TDM cukup mahal.

TDM dibagi menjadi 2, yaitu:


1. Sysnchronous Time Division Multiplexing (STDM)
Hubungan antara sisi pengirim dan sisi penerima dalam komunikasi data yang menerapkan teknik Synchronous
TDM.

2. Asynchronous Time Division Multiplexing (ATDM)


Untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya slot waktu yang kosong akibat
tidak adanya data (atau tidak aktif-nya pengguna) pada saat sampling setiap input line, maka pada
Asynchronous TDM proses sampling hanya dilakukan untuk input line yang aktif saja.

Disebut synchronous karena time slot-nya di alokasikan ke sumber-sumber tertentu dimana time slot untuk tiap
sumber ditransmisikan.
Pada ATDM, memanfaatkan fakta bahwa tidak semua terminal mengirim data setiap saat. Fungsi utama dari
ATDM adalah untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya channel yang
kosong akibat tidak adanya data ( atau tidak aktif-nya pengguna). Konsekuensi dari hal tersebut adalah perlunya
menambahkan informasi kepemilikan data pada setiap slot waktu berupa identitas pengguna atau identitas input
line yang bersangkutan.

Keuntungan system TDM :


1. System TDM tidak memerlukan filter-filter yang mahal,dan jumlah filter yang digunakan lebih
sedikit. Karena itu harga peralatan terminal system ini lebih murah.
2. Kabel yang mempunyai spesifikasi rendah, misalnya kabel yang digunakan untuk frekuensi
pembicara (VF) masih dapat digunakan untuk sistem TDM, karena regeneratife repeating dapat
menghilangkan pengaruh buruk dari noise, kecacatan dan crasstalk.
3. Perubahan level (level fluctuation) kanal hanya dipengaruhi oleh karakteristik peralatan terminal
itu sendiri dan tidak tergantung sama sekali dari perubahan saluran. Oleh karena itu net-loss circuit yang
diberikan oleh sistem ini rendah
Kekurangan system TDM :
1. Pemborosan bandwidth
2. User telah memiliki slot waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Multipath distortion.

Wavelength Division Multiplexing (WDM).


Teknik multiplexing ini digunakan pada transmisi data melalui serat optik (optical fiber) dimana sinyal yang
ditransmisikan berupa sinar. Pada WDM prinsip yang diterapkan mirip seperti pada FDM, hanya dengan cara
pembedaan panjang gelombang (wavelength) sinar. Sejumlah berkas sinar dengan panjang gelombang berbeda
ditransmisikan secara simultan melalui serat optik yang sama (dari jenis Multi mode optical fiber).
Dalam teknologi komunikasi fiber optik, WDM adalah teknologi yang me- multiplex banyak sinyal pembawa
optik di satu saluran fiber optik dengan menggunakan panjang gelombang (warna) dari cahaya laser untuk
membawa sinyal yang berbeda, sedangkan di FDM digunakan di pembawa radio. Penggunaan teknologi WDM
menawarkan kemudahan dalam hal peningkatan kapasitas transmisi dalam suatu sistem komunikasi serat optik,
khususnya kabel laut. Hal ini dimungkinkan karena setiap sumber data memiliki sumber optiknya masing-
masing, yang kemudian digandengkan ke dalam sebuah serat optic, meski demikian, besarnya daya untuk
masing-masing sumber optik mesti dibatasi karena serat optik yang dipergunakan akan mengalami ke-
nonliniearan apabila jumlah total daya dari sumber-sumber optik tersebut melebihi suatu ambang nilai, yang
besarnya tergantung pada jenis kenonliniearannya. Contoh dari penerapan WDM ini adalah pada penggunaan
kabel laut serat optic.

Multiplexer Penskalaran
Multiplexer pensaklaran memungkinkan sebuah terminal untuk mengakses lebih dari satu komputer.
Multiplexer pensaklaran mengirimkan datanya sebagai karakter-karakter yang terpisah dan tidak ada alamat
yang ditambahkan, sehingga, biasanya, digunakan kanal pengisyaratan terpisah untuk menganalisasi
sambungan.

Multiplexer Statistik
Sistem TDM konvensional mengalokasikan slot-slot waktu pada sirkit pembawa berkecepatan tinggi ke setiap
kanal masukkan. Penggunaan jalur tidak efisien jika satu atau lebih kanal hanya dibebani secara tidak kontinu.
Persoalan ini dapat diatasi dengan penggunaan multiplexer statistik (STDM). Operasi STDM di dasarkan pada
prinsip bahwa pada sembarangan slot waktu akan ada beberapa terminal yang tidak mengirimkan datanya.
WDM sistem dibagi menjadi 2 segment, dense and coarse WDM. Sistems dengan lebih dari 8 panjang
gelombang aktif perfibre dikenal sebagai Dense WDM (DWDM), sedangkan untuk panjang gelombang aktif
diklasifikasikan sebagai Coarse WDM (CWDM). Teknologi CWDM dan DWDM didasarkan pada konsep yang
sama yaitu menggunakan beberapa panjang gelombang cahaya pada sebuah serat optik, tetapi kedua teknologi
tersebut berbeda pada spacing of the wavelengths, jumlah kanal, dan kemampuan untuk memperkuat sinyal
pada medium optik.

Keuntungan WDM adalah :


1. Kapasitas pengiriman data yang lebih besar
2. Transmisi data melalui serat optik dapat berjalan dengan kecepatan 2,5 sampai 10 Gbits /
sec lebih cepat dari media transmisi lainnya.
Kerugian WDM adalah :
1. Membutuhkan biaya yang mahal untuk pemasangan dan perawatannya.
Code Division Multiplexing (CDM)
Code Division Multiplexing (CDM) dirancang untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh
teknik multiplexing sebelumnya, yakni TDM dan FDM.. Contoh aplikasinya pada saat ini adalah jaringan
komunikasi seluler CDMA (Flexi) Prinsip kerja dari CDM adalah sebagai berikut:
1. Kepada setiap entitas pengguna diberikan suatu kode unik (dengan panjang 64 bit) yang
Disebutchip spreading code.
2. Untuk pengiriman bit 1, digunakan representasi kode (chip spreading code) tersebut.
3. Sedangkan untuk pengiriman bit 0, yang digunakan adalah inverse dari kode tersebut.
4. Pada saluran transmisi, kode-kode unik yang dikirim oleh sejumlah pengguna akan
ditransmisikan dalam bentuk hasil penjumlahan (sum) dari kode-kode tersebut.
5. Di sisi penerima, sinyal hasil penjumlahan kode-kode tersebut akan dikalikan dengan kode unik
dari si pengirim (chip spreading code) untuk diinterpretasikan.
selanjutnya :
- jika Jumlahhasil perkalian mendekati nilai +64 berarti bit 1,
Code Division Multiplexing (CDM) dirancang untuk menanggulangi kelemahan kelemahan yang dimiliki
oleh teknik multiplexing sebelumnya, yakni TDM dan FDM.

Synchronous time-division multiplexing bisa dipergunakan bersama-sama dengan sinyal digital atau
sinyal-sinyal analog yang membawa data digital. Pada bentuk multiplexing yang seperti ini, data dari
berbagai sumber dibawa dalam frame secara berulang-ulang. Setiap frame terdiri dari susunan jatah
waktu, dan setiap sumber ditetapkan bahwa setiap framenya terdiri dari satu atau lebih jatah waktu.
Efeknya akan tampak pada bit interleave dari data pada berbagai sumber.
Statistical time-division multiplexing menyediakan layanan yang lebih efisien dibanding synchronous
TDM sebagai pendukung terminal. Dengan statistical TDM, jatah waktu tidak ditetapkan terlebih
dahulu untuk sumber-sumber data tertentu. Melainkan, data pengguna ditahan dan ditransmisikan
secepat mungkin menggunakan jatah waktu yang tersedia.

Hal ini merupakan penyederhanaan yang berlebihan, tetapi penyederhanaan ini dapat menggambarkan ide
mendasar tentang bagaimana cara kerja atom itu sehingga menghasilkan laser.

Ketika sebuah elektron berpindah ke orbit yang dengan energi yang lebih tinggi, elektron ini pada akhirnya
akan kembali ke keadaan dasarnya (keadaan dasar ini disebut juga keadaan ground). Ketika hal ini terjadi, yaitu
elektron kembali ke keadaan dasarnya, maka elektron ini akan melepaskan energinya dalam bentuk foton
partikel cahaya. Anda akan melihat atom melepaskan energi dalam bentuk foton sepanjang waktu. Sebagai
contoh, ketika elemen pemanas dalam sebuah pemanggang menyala merah terang, warna merah ini disebabkan
oleh atom-atom, yang tereksitasi oleh panas, dan melepaskan foton-foton merah. Saat Anda melihat gambar
pada layar TV, apa yang Anda lihat sebenarnya adalah atom-atom fosfor, yang mengalami eksitasi oleh
elektron yang berkecepatan tinggi, memancarkan warna-warna cahaya yang berbeda. Segala sesuatu yang
menghasilkan cahaya, -- lampu fluoresen, lentera gas, bohlam lampu pijar, -- menghasilkan cahaya dengan cara
mengubah orbit-orbit elektron untuk kemudian elektron tersebut melepaskan foton pada saat kembali ke
keadaan dasarnya.

Kaitan antara atom dengan laser

Laser merupakan alat yang mengatur atau memanipulasi bagaimana atom-atom yang mengalami eksitasi
melepaskan foton. Kata laser sendiri merupakan singkatan dari Light amplification by stimulated emission of
radiation (penguatan cahaya dengan cara merangsang pemancaran radiasi). Nama ini dengan baik
menggambarkan secara singkat bagaimana laser bekerja.

Meskipun terdapat banyak jenis laser, semuanya memiliki fitur-fitur tertentu yang penting. Dalam sebuah laser,
sebuah medium penguat akan dipompa sehingga atom-atom medium tersebut mengalami keadaan tereksitasi.
Secara khusus, kedipan cahaya yang sangat cepat atau muatan-muatan listrik akan memompa medium penguat
dan menghasilkan sekumpulan besar atom-atom yang berada dalam keadaan tereksitasi (atom-atom dengan
elektron berenergi tinggi). Kita perlu memiliki sekumpulan besar atom-atom yang berada dalam keadaan
tereksitasi agar laser dapat bekerja secara efisien. Secara umum, atom-atom akan mengalami eksitasi ke dalam
dua atau tiga tingkat di atas tingkat dasarnya. Hal ini akan meningkatkan derajat inversi populasinya. Inversi
populasi merupakan jumlah atom-atom yang berada dalam keadaan tereksitasi dibandingkan dengan jumlah
atom-atom yang berada dalam keadaan dasar.

Begitu medium penguat telah dipompa, maka medium penguat ini akan mengandung sekumpulan atom-atom
dengan sejumlah elektron yang berada pada tingkat eksitasi. Elektron yang tereksitasi memiliki energi yang
lebih besar dibandingkan dengan elektron yang berada dalam keadaan dasar. Karena elektron menyerap
sejumlah energi untuk dapat mencapai tingkat eksitasi, maka tentu saja elektron dapat juga melepaskan kembali
energi ini. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar di atas, elektron dapat kembali ke keadaan dasarnya, dengan
melepaskan sejumlah energi tertentu. Energi yang dilepas ini dipancarkan dalam bentuk foton (energi cahaya).
Foton-foton yang dipancarkan memiliki panjang gelombang (warna) yang sangat khas yang bergantung pada
tingkat energi elektron pada saat foton tersebut dilepaskan. Dua buah atom yang identik, masing-masing dengan
elektron yang berada dalam keadaan yang sama, akan melepaskan foton-foton dengan panjang gelombang yang
identik pula.

Sinar laser

Sinar laser sangat berbeda dengan sinar-sinar biasa. Sinar laser memiliki sifat-sifat berikut:

Sinar laser bersifat monokromatik, artinya sinar laser hanya mengandung satu panjang gelombang
tertentu saja. Panjang gelombang sinar ini ditentukan oleh jumlah energi yang dilepaskan pada saat
elektron jatuh ke tingkat orbit yang lebih rendah.
Sinar yang dilepaskan oleh laser bersifat koheren, artinya sinar laser terorganisasi, yaitu tiap-tiap
foton penghasil sinar laser bergerak serempak secara teratur satu sama lain. Secara teknis, ini berarti
bahwa semua foton memiliki muka gelombang yang sama dan menyatu satu sama lain.
Sinar laser sangat terarah. Sinar laser memiliki berkas yang sangat rapat, kuat dan terkonsentrasi.
Bandingkan dengan sinar lampu biasa, yang memancarkan cahaya dalam berbagai arah, serta sinarnya
sangat lemah dan menyebar.

Ketiga karakteristik sinar laser di atas dapat tercapai berkat adanya proses rangsangan emisi (emisi yang
distimulasi). Peristiwa emisi terstimulasi ini tidak terjadi pada sumber sinar lampu biasa. Dalam sumber-sumber
sinar seperti itu, semua atom-atom melepaskan foton-foton mereka secara acak. Sementara itu, pada emisi
terstimulasi pemancaran foton terjadi secara terorganisasi.

Foton yang dilepaskan oleh atom memiliki panjang gelombang tertentu yang bergantung pada perbedaan energi
antara keadaan eksitasinya dengan keadaan energi dasarnya. Jika foton ini (yang memiliki sebuah energi dan
fase tertentu) bertemu dengan atom-atom lain yang memiliki sebuah elektron dengan keadaan eksitasi yang
sama, maka emisi terstimulasi dapat terjadi. Foton yang pertama dapat menstimulasi atau memberikan emisi
atomik sehingga foton yang terpancar berikutnya (dari atom yang kedua) bergetar dengan frekuensi yang sama
dan dengan arah yang sama dengan foton yang datang.

Kunci lain dari laser adalah sebuah sepasang cermin, masing-masing satu di ujung medium penguat. Foton,
dengan panjang gelombang dan fase yang sangat spesifik, memantul dari cermin cermin-cermin tersebut untuk
bergerak pulang balik melalui medium penguat. Dalam proses gerakan pulang balik ini, foton akan banyak
menstimulasi elektron-elektron lainnya untuk melakukan perpindahan energi ke tingkat yang lebih rendah dan
dapat menyebabkan pemancaran lebih banyak foton yang memiliki panjang gelombang dan fase yang sama.
Salah satu cermin pada ujung lain dari laser ini merupakan cermin setengah perak, yang berarti bahwa jenis
cermin ini memantulkan sebagian sinar dan sebagian sinar lainnya dilewatkan. Sinar yang dilewatkan ini
merupakan sinar laser.

Berikut ini mari kita lihat tiga komponen dalam perangkat laser sehingga dapat menghasilkan ketiga sifat di
atas. Kita akan gambarkan cara kerja sebuah pemancar laser yang disebut laser rubi.

Perbedaan Pada Sistem CWDM Dengan DWDM

Meskipun memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kapasitas transmisi, namun terdapat beberapa
perbedaan pada sistem CWDM dengan DWDM. Berikut adalah tabel perbedaannya:
FITUR CWDM DWDM
8 16 32 64
Panjang Gelombang/Fiber
(O, E, S, C, L-bands) (C, L-bands)
Panjang Gelombang Spacing 20 nm (2500 GHz) 0.8 nm (100 GHz)
Bit rate Sampai 2.5 Gbps Sampai 10 Gbps
Total Kapasitas Fiber 20 40 Gbps 100 640 Gbps
Transmitter Uncooled DFB, DM Cooled DFB, EAM
Film Tipis, AWG, Bragg
Teknologi Filter Film Tipis
gratings
Jangkauan Sistem Hingga 90 km Hingga 450 km
Biaya Cukup Rendah Menengan Keatas
Pengaplikasian Akses Metro, Perusahaan Akses Metro, Inti Metro

Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)

Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara
kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif
(N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke
Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang
dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian
(impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan.
Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan
Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang
bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan

memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat
digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

CWDM vs DWDM
Kebutuhan kapasitas bandwidth yang semakin meningkat dan kebutuhan kualitas transmisi data yang tinggi
harus diantisipasi dengan teknologi yang andal, salah satunya yaitu WDM (Wavelength Division Multiplexing).
WDM merupakan salah satu jenis multiplexing frekuensi. Multiplexing filakukan dengan membagi-bagi sinyal
dalam bentuk cahaya ke dalam frekuensi-frekuensi tertentu. Masing-masing frekuensi tersebut akan berfungsi
sebagai kanal traffic. Dengan konsep pembagian frekuensi, WDM merupakan teknologi multiplex yang sangat
mengoptimalkan pemanfaatan bandwidth.

WDM

WDM merupakan metode transmisi data dari berbagai sumber melalui fiber optic yang sama pada satu waktu.
Teknologi ini memultipleksi beberapa sinyal carrier optic ke dalam sebuah fiber optic dengan menggunakan
panjang gelombang cahaya yang berbeda-beda. Karena panjang gelombang yang satu tidak akan mengganggu
panjang gelombang yang lain, maka tidak akan terjadi interferensi sinyal. Teknik ini memungkinkan
komunikasi dua arah melalui sehelai fiber.

WDM menggunakan multiplexer pada sisi transmitter untuk menggabungkan sinyal-sinyal. Kemudian di sisi
receiver, demultiplexer digunakan untuk membagi lagi sinyal-sinyal tersebut. Dengan menggunakan tipe kabel
yang sesuai, kedua proses tersebut dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Konsep WDM pertama kali dipublikasikan pada 1970, dan pertama kali direalisasikan di lab pada tahun 1978.
Sistem WDM pertama ini hanya merupakan penggabungan dua sinyal. Kini, sistem WDM modern dapat
menangani sampai 160 sinyal dan dapat dengan demikian dapat mengembangkan kapasitas sistem dari 10Gbps
menjadi 1.6Tbps pada sebuah fiber.

Sistem WDM terkenal di kalangan perusahaan telekomunikasi karena sistem ini memungkinkan mereka untuk
mengembangkan kapasitas jaringan tanpa harus menambahkan fiber baru. Dengan menggunakan WDM dan
optical amplifier, maka mereka dapat mengakomodasi beberapa perkembangan teknologi dalam infrastruktur
optiknya tanpa harus membongkar atau menambah jaringan backbone.

Kebanyakan sistem WDM beroperasi pada kabel single mode fiber yang memiliki diameter sekitar 9m.

Pada awal pengembangannya, sistem WDM sangat mahal dan sulit untuk dijalankan. Namun, standar terkini
memungkinkan WDM dapat dijalankan dengan biaya yang lebih murah.

Beberapa komponen yang mendukung sistem WDM adalah:

Multiplexer

Merupakan alat yang digunakan untuk menggabungkan beberapa panjang gelombang yang berbeda sehingga
dapat melewati sebuah fiber optic.

Demultiplexer

Merupakan alat yang memisahkan kanal-kanal yang telah dimultipleksi sehingga dapat melalui fiber-fiber yang
berbeda di sisi penerima.

Add/drop Multiplexer

Multiplexer/demultiplexer yang dapat meng-add atau menge-drop satu atau lebih panjang gelombang pada titik
tertentu di dalam hubungan WDM, sedangkan panjang gelombang yang lain tidak berubah.

Optical Amplifier
Merupakan alat yang dapat memperkuat sinyal optic yang masuk tanpa perlu diubah terlebih dahulu ke bentuk
elektrik.

Dalam pengembangannya, sistem WDM terbagi menjadi dua, yaitu Coarse-WDM (CWDM) dan Dense-WDM
(DWDM). CWDM menyediakan sampai dengan 8 kanal pada window ke-3 (C-Band; 1550nm). DWDM
menggunakan window yang sama namun dengan jarak antar kanal yang lebih sempit. Biasanya, sistem DWDM
menggunakan 40 kanal dengan jarak 100GHz atau 80 kanal dengan jarak 50GHz. Beberapa teknologi
memungkinkan jarak sebesar 25GHz sehingga memungkinkan jumlah kanal yang lebih besar, biasanya disebut
dengan sistem ultra-dense WDM.

CWDM

CWDM pertama kali dikembangkan pada tahun 1980 untuk menambahkan kapasitas pada kabel fiber multi-
mode (850nm) pada jaringan LAN kampus. Pada 1995, CWDM digunakan pada panjang gelombang SMF,
1310nm, dan diaplikasikan pada metro area.

CWDM memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

Teknologinya lebih mudah

Konsumsi daya lebih rendah

Dapat menggunakan kabel SMF dan MMF

Dapat menggunakan daya LED maupun Laser

Payload per kanal lebih besar

Filter panjang gelombang yang digunakan lebih kecil dan murah

Walaupun begitu, CWDM juga memiliki beberapa kekurangan, seperti:

Kapasitas yang lebih kecil daripada DWDM

Jarak transmisi yang lebih rendah

Fungsi OAM belum tersedia

Pada CWDM, penggunaan penguat seperti EDFA tidak dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan jarak antar kanal
dan kurangnya kestabilan frekuensi tidak mendukung penggunaan EDFA.
Karena tidak mendukung penggunaan EDFA, batas span CWDM kira-kira hanya 60Km untuk sinyal 2.5Gbps.
Panjang span dan bit rate ini cocok untuk diimplementasikan untuk aplikasi metropolitan.

CWDM juga digunakan pada jaringan TV kabel, di mana panjang gelombang yang berbeda digunakan untuk
sinyal upstream dan downstream. Pada sistem ini, panjang gelombang yang digunakan biasanya terpisah jauh,
misalnya panjang gelombang 1310nm digunakan untuk downstream, sedangkan untuk upstream digunakan
panjang gelombang 1550nm.

Terdapat istilah Passive CWDM. Passive CWDM merupakan implementasi dari CWDM yang tidak
menggunakan daya eletrik. Pemisahan panjang gelombang dilakukan dengan menggunakan komponen optic
pasif seperti bandpass-filter dan prisma. Para pabrikan menganjurkan penggunaan passive CWDM untuk
penyebaran fiber-to-the-home.

DWDM

DWDM pertama kali dikembangkan pada tahun 1990 untuk menambahkan kapasitas pada jaringan bawah laut
dan transkontinen. DWDM menggunakan panjang gelombang 1500nm 1600nm yang memiliki redaman
minimum untuk transmisi yang jauh. Karena beroperasi pada region EDFA, maka penggunaan EDFA pada
DWDM akan membuat jarak transmisi menjadi maksimum.

Secara umum, sistem DWDM melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Sinyal dihasilkan melalui sumber cahaya (Laser atau LED).


2. Sinyal digabungkan dengan menggunakan multiplexer.
3. Sinyal ditransmisikan.
4. Amplifying dan regenerating. Sinyal yang melewati fiber optic perlu melalui proses penguatan. Amplifier
berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diterima untuk diteruskan kembali. Sedangkan, regenerator berfungsi
untuk menguatkan dan memperbaiki kualitas sinyal.

Terdapat beberapa kelebihan dari DWDM, yaitu:

Kapasitas sistem maksimum

Jarak maksimum tercapai dengan penggunaan EDFA

Telah tersedianya fungsi OAM

Terdapat pula beberapa kekurangan DWDM, seperti:

Teknologi yang kompleks dan membutuhkan daya lebih besar

Diperlukan Laser dengan akurasi tinggi

Diperlukan filter panjang gelombang yang baik

Penggunaan EDFA sebagai amplifier cukup mahal


Biaya peluncuran yang lebih besar daripada CWDM

CWDM vs DWDM

Operator jaringan dapat memilih untuk mengoperasikan CWDM yang murah dengan skala kecil sampai
menengah, atau mengoperasikan DWDM yang layak dan berkapasitas besar. Kedua teknologi ini fungsinya
serupa. Perbedaan utama hanya terdapat pada jarak antar panjang gelombang dan jumlah kanal yang didukung.

Perbedaan CWDM dengan DWDM:

Fitur CWDM DWDM

8 16 32 64
Wavelength per fiber
(O, E, S, C, L-bands) (C, L-bands)

Wavelength spacing 20nm (2500GHz) 0.8nm (100GHz)

Bit rate Up to 2.5Gbps Up to 10Gbps

Total fiber capacity 20-40Gbps 100-640Gbps

Transmitter Uncooled DFB, DM Cooled DFB, EAM

AWG, thin film, Bragg


Filter technology Thin film
gratings

System reach Up to 90Km Up to 450Km


Solution cost Very low Medium

Applications Metro access, enterprises Metro access, metro core

Kesimpulan

WDM, CWDM, dan DWDM berdasar pada konsep yang sama, yaitu menggunakan beragam panjang
gelombang pada sebuah fiber. Hal yang membedakan adalah jarak antar panjang gelombang, jumlah kanal, dan
kemampuan untuk memperkuat sinyal yang di multiplex. Dengan menggunakan EDFA, maka tersedia
penguatan yang efisien pada panjang gelombang C-band. Dengan menggunakan Raman, mekanisme penguatan
tersedia untuk panjang gelombang L-band. Pada CWDM, penguatan optic tidak tersedia sehingga span optic
terbatasi hanya sampai beberapa kilometer.

CWDM dan DWDM merupakan teknologi yang terus berkembang dan menyediakan solusi untuk aplikasi yang
tidak dibayangkan sebelumnya. Masing-masing teknologi ini bersifat unik, cocok pada kondisi tertentu, dan
tidak dapat menggantikan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai