ITU-T Keuntungan SDH fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan meningkatkan kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun elemenelemen jaringan Self-healing, yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi secara otomatis tanpa interupsi layanan. Provisi yang cepat. Akses yang fleksibel, manajemen yang fleksibel dari berbagai lebarpita tetap ke tempat- tempat pelanggan. Kemampuan memberikan informasi (detail alarm) dalam menganalisis masalah yang terjadi pada sistem. Standar SDH juga membantu kreasi struktur jaringan yang terbuka, sangat dibutuhkan dalam lingkup yang kompetitif sekarang ini bagi perusahaan perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Struktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1 (Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps). STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125μ s. Bit rate atau kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) merupakan teknologi penjamakan yang mengoptimalkan pemanfaatan bandwidth pada serat optis. Teknologi ini paling prospektif untuk memultipleks beberapa kanal dalam serat optis, karena teknologi ini membagi kanal dalam daerah panjang gelombang. Pada awal tahun 1980 diperkenalkan teknologi WDM (Wavelength Division Multiplexing), yang mampu memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda (tiap panjang gelombang mengandung sinyal informasi yang berbeda) yang kemudian dimultipleks menjadi satu sinyal agar dapat dikirimkan dalam satu utas serat optis secara simultan. WDM pada saat itu hanya mempunyai 2 kanal yang terletak pada panjang gelombang 1310 dan 1550 nm. Teknologi DWDM merupakan perbaikan teknologi WDM yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu memperkecil spasi antar kanal, sehingga terjadi peningkatan jumlah kanal yang mampu dimultipleks. 1. Masukan sistem DWDM berupa trafik yang memiliki format data dan pesat bit yang berbeda dihubungkan dengan laser DWDM. 2. Laser tersebut akan mengubah masing-masing sinyal informasi dan memancarkan dalam panjang gelombang yang berbeda-beda λ1, λ2, λ3 ……, λN,. 3. Kemudian masing masing panjang gelombang tersebut dimasukkan ke dalam MUX (multiplexer), dan keluaran disuntikkan ke dalam sehelai serat optis. 4. Selanjutnya keluaran MUX ini akan ditransmisikan sepanjang jaringan serat. 5. Untuk mengantisipasi pelemahan sinyal, maka diperlukan penguatan sinyal sepanjang jalur transmisi. 6. Sebelum ditransmisikan sinyal ini diperkuat terlebih dahulu dengan menggunakan penguat akhir (postamplifier) untuk mencapai tingkat daya sinyal yang cukup. 7. ILA digunakan untuk menguatkan sinyal sepanjang saluran trasmisi. 8. Sedangkan penguat awal (pre-amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal sebelum dideteksi. 9. DEMUX (demultiplexer) digunakan pada ujung penerima untuk memisahkan panjang gelombang-panjang gelombang, yang selanjutnya akan dideteksi menggunakan fotodetektor. 10. Multiplexing serentak kanal masukan dan demultiplexing kanal keluaran dapat dilakukan oleh komponen yang sama, yaitu multi/demultiplexer. 11. Sistem DWDM memiliki lapisan fotonika utama yang bertanggung jawab untuk melewatkan data optis melalui jaringan, dengan beberapa prinsip dasar, salah satunya yaitu spasi kanal 1. Spasi kanal merupakan jarak minimum antar panjang gelombang agar tidak terjadi interferensi. 2. Standarisasi spasi kanal perlu dilakukan agar sistem DWDM dari berbagai vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Jika panjang gelombang operasi berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan bedanya dikenal dalam panjang gelombang masing masing sinyal. 3. Faktor yang mengendalikan besar spasi kanal adalah bandwidth pada penguat optis dan kemampuan penerima mengidentifikasi dua set panjang gelombang yang lebih rendah dalam spasi kanal. Kedua faktor itulah yang membatasi jumlah panjang gelombang yang melewati penguat. 4. Saat ini terdapat dua pilihan untuk melakukan standarisasi kanal, yaitu menggunakan spasi lamda atau spasi frekuensi. 5. Hubungan antara spasi lamda dan spasi frekuensi adalah: Δ f ≈ −c/λ2 Δλ………..(1) dengan: Δf = spasi frekuensi (GHz) Δλ = spasi lamda (nm) λ = panjang gelombang daerah operasi (nm) c = 3 x 108 m/s. 6. Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (dan sebaliknya) akan menghasilkan nilai yang kurang presisi, sehingga sistem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. 7. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai standar penentuan spasi kanal. Teknologi DWDM transparan terhadap berbagai trafik. Kanal informasi masing masing panjang gelombang dapat digunakan untuk melewatkan trafik dengan format data dan pesat bit yang berbeda. Ketransparanan sistem DWDM dan kemampuan add/drop akan memudahkan penyedia layanan untuk melakukan penambahan dan atau pemisahan trafik. Berkaitan dengan ketransparanan sistem DWDM, dikenal a dua sistem antarmuka, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Elemen jaringan DWDM sistem terbuka memungkinkan penjamak SONET/SDH, switch IP dan ATM disambungkan secara langsung pada jaringan DWDM. Sedangkan pada sistem tertutup, switch IP dan atau ATM tidak dapat secara langsung dihubungkan ke jaringan DWDM, namun memerlukan perantaraan penjamak SONET/SDH yang berasal dari vendor yang sama dengan vendor perangkat DWDM yang digunakan. Optical Line Terminal (OLT) atau biasa disebut juga dengan Optical Line Termination adalah perangkat yang berfungsi sebagai titik akhir (end-point) dari layanan jaringan optik pasif. Perangkat ini mempunyai dua fungsi utama, antara lain: 1. Melakukan konversi antara sinyal listrik yang digunakan oleh penyedia layanan dan sinyal optik yang digunakan oleh jaringan optik pasif. 2. Mengkoordinasikan multiplexing pada perangkat lain di ujung jaringan, atau biasa disebut dengan Optical Network Terminal (ONT) atau Optical Network Unit (ONU). OLT menyediakan interface antara sistem Passive Optical Network (PON) dengan penyedia layanan (service provider) data, video, maupun voice/telepon. Perangkat OLT meliputi: DCS (Digital Cross-connect), yang melayani nonswitched dan non-locally switched TDM trafik ke jaringan telepon. Voice Gateway, yang melayani locally switched TDM/voice trafik ke PSTN. IP Routers atau ATM Edge Switch, yang melayani trafik data. Video Network Device, yang melayani trafik video