Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH REKAYASA TRANSPORTASI

LAMPU LALU LINTAS

Disusun oleh :

Arif Apriyanto (41115110013)


Risma Devi Yanti (41115110106)
Erik Andriawan (41115110107)
Arifqi murtadho (41115110110)
Desy Tiyani (41115110114)
Rifqi Ulfa Ulinnuha (41115110118)
Ahmad Nur Cahyo (41115110169)
Yudhi Setiawan (41115110171)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2018/2019
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................... Error! Bookmark not defined.


1. TUJUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.
2. RUANG LINGKUP .................................................. Error! Bookmark not defined.
3. ALAT DAN BAHAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Alat Praktikum................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Benda Uji ........................................................... Error! Bookmark not defined.
4. LANGKAH KERJA ................................................. Error! Bookmark not defined.
5. TABEL DATA ......................................................... Error! Bookmark not defined.
6. PERHITUNGAN ...................................................... Error! Bookmark not defined.
7. KESIMPULAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II.................................................................................. Error! Bookmark not defined.
1. TUJUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.
2. RUANG LINGKUP .................................................. Error! Bookmark not defined.
3. ALAT DAN BAHAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Alat Praktikum................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Bahan praktikum ............................................... Error! Bookmark not defined.
4. LANGKAH KERJA ................................................. Error! Bookmark not defined.
5. TABEL DATA ......................................................... Error! Bookmark not defined.
6. PERHITUNGAN ...................................................... Error! Bookmark not defined.
7. KESIMPULAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
1. TUJUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.
2. RUANG LINGKUP .................................................. Error! Bookmark not defined.
3. ALAT DAN BAHAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Alat praktikum ................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Bahan praktikum ............................................... Error! Bookmark not defined.
4. LANGKAH KERJA ................................................. Error! Bookmark not defined.
5. TABEL DATA ......................................................... Error! Bookmark not defined.
6. KESIMPULAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
1. TUJUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.
2. RUANG LINGKUP .................................................. Error! Bookmark not defined.
3. ALAT DAN BAHAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Alat praktikum ................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Bahan praktikum ............................................... Error! Bookmark not defined.
4. LANGKAH KERJA ................................................. Error! Bookmark not defined.
5. TABEL DATA ......................................................... Error! Bookmark not defined.
7. KESIMPULAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T, Tuhan yang Maha Esa karena

atas pertolongan dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini

pada waktu yang telah ditentukan dengan baik. Penulisan Makalah ini dibuat sebagai

bahan pembelajaran serta guna memenuhi salah satu tugas kelompok matakuliah

Rekayasa Transportasi.

Dalam proses penyusunan penulisan Makalah ini tentunya penulis tidak lepas dari

berbagai hambatan, namun atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan

Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam proses penyelesaian Makalah ini. Penulis menyadari bahwa

penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu berharap dan berterima

kasih atas segala saran dan masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun

penulis harapkan demi kesempurnaan Makalah ini dan yang akan datang serta

menerima saran dan masukan tersebut dengan hati terbuka.

Semoga Makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, khususnya

para pembaca.

Jakarta, April 2019

Penulis
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lampu lalu lintas adalah sebuah alat elektronik (dengan sistem pengaturan waktu) yang

memberikan hak jalan pada satu arus lalu lintas atau lebih sehingga aliran lalu lintas ini

bisa melewati persimpangan dengan aman dan efisien. Dapat dikatakan juga bahwa

lampu lalu lintas adalah satu sarana dalam pengaturan lalu lintas yang berguana untuk

mengatur aliran dan arah kendaraan dan orang yang sedang melintas di persimpangan.

Semua peralatan yang menggunakan listrik (kecuali rambu) untuk pengaturan,

pengarahan, atau peringatan bagi pengemudi atau juga pejalan kaki diklasifikasikan

sebagai lampu lalu lintas.

Cara kerja lampu lalu lintasadalah dengan memberikan kode warna kepada pengguna

jalan dari masing-masing arah untuk berjalan ketika lampu berwarna hijau dan berhenti

ketika lampu berwarna merah, hal ini dilakukan secara bergantian untuk menghindari

terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karna fungsinya ini, pengendalian dan pengontrolan

lampu lau lintas harus dilakukan seefisien mungkin agar lalu lintas di suatu

persimpangan tetap lancer dan tidak terjadi kemacetan ataupun kecelakaan.

Secara umum, lampu lalu lintas dipasang pada suatu persimpangan berdasarkan alas an

spesifik berikut ini:

• Untuk meningkatkan keamanan sistem secara keseluruhan.

• Untuk mengurangi waktu tempuh rata-rata sebuah persimpangan, sehingga

meningkatkan kapasitas.

• Untuk menyeimbangkan kualitas pelayanan diseluruh aliran lalu lintas.


Dilain pihak, telah diamati bahwa desain lampulalu lintas yang buruk dapat

meningkatkan frekuensi kecelakaan, penundaaan yang lama bagi kendaraan saat

mendekati persimpangan, memaksa kendaraan untuk mengambil rute memutar, dan

membuat pengemudi marah. Oleh karna itu diperlukan desain lampu lalu lintas yang

baik, terutama pada pengaturan waktu perubahan warna pada lampu lalu lintas. Dalam

mendesain pengaturan waktu lampu lalu lintas terdapat 3 metode manual, yaitu :

1. Metode Homburger dan Kell

2. Metode Pignataro

3. Metode Webster

Perlu dicatat bahwa keselamatan (upaya menghindari dari persinggungan) dan kualitas

pelayanan merupakan faktor terpenting dalam desain lampu lalu lintas.

Pada kesempatankali ini kita akan membahas mengenai pengaturan waktu lampu

lalulintas menggunakan Metode Webster.

1.2 Sejarah Lampu Lalu Lintas

Penemu lampu lalu lintas adalah Lester Farnsworth Wire. Awal penemuan ini diawali

ketika suatu hari ia melihat tabrakan antara mobil dan kereta kuda. Kemudian ia

berpikir bagaimana cara menemukan suatu pengatur lalu lintas yang lebih aman dan

efektif. Sebenarnya ketika itu telah ada sistem pengaturan lalu lintas dengan sinyal stop

and go. Sinyal lampu ini pernah digunakan di London pada tahun 1863. Namun, pada

penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi.

Kejadian tersebut menjadi bahan pemikiran bagi Garrett Augustus Morgan, Morgan

merasa sinyal stop dan go memiliki kelemahan, yaitu tidak adanya interval waktu bagi

pengguna jalan sehingga masih banyak terjadi kecelakaan. Penemuan Morgan ini
memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pengaturan lalu lintas, ia menciptakan lampu

lalu lintas berbentuk huruf T. Lampu ini terdiri dari tiga lampu, yaitu sinyal stop

(ditandai dengan lampu merah), go (lampu hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu

kuning inilah yang memberikan interval waktu untuk mulai berjalan atau mulai

berhenti. Lampu kuning juga memberi kesempatan untuk berhenti dan berjalan secara

perlahan.

Perkembangan Lampu Lalu-Lintas

 Pada 10 Desember 1868, lampu lalu lintas pertama dipasang di bagian luar Gedung

Parlemen di Inggris oleh sarjana lalu lintas, J.P Knight. Lampu ini menyerupai

penunjuk waktu (jam) dengan bentuk seperti semapur dan lampu merah dan hijau

untuk malam hari. Lampu-lampu tersebut berasal dari tenaga gas.

 Pada 2 Januari 1868, tiba-tiba lampu tersebut meledak dan melukai seorang polisi

sehingga harus dioperasi.

 Pada awal 1912 Lampu lalu lintas modern ditemukan di Amerika Serikat. Di Salt

Lake City, seorang polisi, Utah, menemukan lampu lintas pertama yang dijalankan

dengan tenaga listrik.

 Pada 5 Agustus 1914, American Traffic Signal Company memasang sistem lampu

sinyal di dua sudut jalan di Ohio. Lampu sinyal ini terdiri dari dua warna, merah

dan hijau, dan sebuah bel listrik. Lampu ini di desain oleh James Hoge. Keberadaan

bel di sini untuk memberi peringatan jika adanya perubahan nyala lampu. Lampu

rancangan Hoge ini dapat dikontrol oleh polisi dan pemadam kebakaran jika ada

dalam keadaan darurat.

 Pada awal tahun 1920, lampu lalu lintas dengan tiga warna pertama dibuat oleh

seorang petugas polisi, William Potts, di Detroit, Michigan.

 Pada tahun 1923, Garrett Morgan mematenkan alat sinyal lampu lalu lintas.
 Tahun 1917, lampu lalu lintas pertama dijalankan saling berhubungan satu dengan

yang lain. Interkoneksi antarlampu ini dijalankan pada enam persimpangan yang

dikontrol secara bersamaan dengan tombol manual.

 Lampu lalu lintas pertama yang dioperasikan secara otomatis diperkenalkan pada

Maret 1922 di Houston, Texas.

 Di Inggris, lampu lalu litas pertama dioperasikan di Wolverhampton pada tahun

1927.

1.3 Komponen-Komponen Sistem Lampu Lalu Lintas

Instalasi lampu lau lintas terdiri dari tampilan-tampilan warna lampu berikut mekanisme

pengendaliannya. Instalasi ini juga dapat meliputi berbagai peralatan pendeteksi

kendaraan atau beberapa bentuk peralatan lainya yang dapat diaktifkan sesuai

kebutuhan (seperti tombol tekan untuk pejalan kaki yang hendak menyebrang jalan)

warna yang menyala pada lampu lalu lintas dibedakan dengan warna , bentuk, dan

kontinuitasnya. Ada tiga warna yang digunakan :

1. Hijau, untuk memberikan hak jalan kepada suatu atau kombinasi aliran lalu lintas

2. Merah, untuk melarang pergerakan atau mengharuskan untuk berhenti

3. Kuning, untuk mengatur pemindahan hak jalan dari sekelompok aliran lalu lintas

kepada kelompok lainya atau memberikan peringatan.


Apabila terdapat lampu lalu lintas khusus bagi pejalan kaki, biasanya berbentuk pesan

tulisan atau logo yang berpendar.

Lampu lalu lintas memiliki beberapa jenis, pengelompokan jenis lampu lalu lintas

dibedakan berdasarkan 2 hal, yaitu berdasarkan cakupanya dan berdasarkan cara

pengoprasiannya.

 Berdasarkan cakupanya

1. Lampu lalu lintas terpisah

Berdasarkan pada suatu tempat persimpangan saja tanpa mempertimbangkan

persimpangan lain.

2. Lampu lalu lintas terkoordinasi

Berdasarkan pertimbangan beberapa persimpangan yang terdapat pada arah

tertentu

3. Lampu lalu lintas jaringan

Berdasarkan pertimbangan beberapa persimpangan yang terdapat dalam suatu

jaringan yang masih dalam 1 kawasan

 Berdasarkan cara pengoperasiannya

1. Fixed time traffic signal lampu lalu lintas yang waktu perubahannya pada waktu

yang tepat dan tidak mengalami perubahan

2. Actuated traffic signal lampu lalu lintas yang waktu perubahannya pada waktu

tertentu dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan

kedatangan kendaraaan dari berbagai persimpangan. Sistem perubahan waktu

tersebut dinamakan logika fuzzy.


1.4 Pengaturan waktu untuk lampu lalu lintas terisolasi

Metode Webster

Webster menggunakan pengamatan lapangan yang efektif dan simulasi komputer untuk

menghasilkan prosedur yang sangat baik dalam mendesain lampu lalu lintas. Asumsi

dasar dalam metode Webster adalah bahwa kedatangan kendaraan terjadi secara acak.

Webster mengembangkan persamaan klasik untuk menghitung penundaan rata-rata per

kendaraan ketika mendekati persimpangan, dan juga menurunkan sebuah persamaan

untuk memperoleh waktu siklus optimum yang menghasilkan penundaan kendaraan

minimum.

Webster menggunakan termonologi yang membutuhkan sedikit penjelasan, sehingga

harus mendefinisikan bebrapa istilah seperti “arus jenuh” (saturation flow)dan “waktu

yang hilang” (lost time).

Arus Jenuh, qs, dan waktu yang hilang

Arus jenuh adalah arus yang akan diperoleh seandainya terdapat antrian kendaraan yang

kontinu dan seandainya kendaraan diberi waktu hijau 100%. Arus jenuh biasanya

dinyatakan dalam kendaraan perjam waktu hijau.

Waktu yang hilang adalah selisih antara waktu hijau efektif (priode hijau dan kuning)

dengan priode gabungan hijau dan kuning. Arus jenuh dan waktu yang hilang dapat

diukur diukur dijalan secara lagsung, dan sebuah metode untuk melakukan hal ini

adalah sebagai berikut :


Amatilah suatu lajur atau keseluruhan cabang persimpangan, sebisa mungkin dengan

menggunakan pencatat waktu (stopwatch) untuk mengukur jumlah kendaraan yang

melintas tanda berhenti, mulai dari awal fase lampu hijau sampai bemper depan dari

kendaraan ke-n melintas garis berhenti selama setiap interval 0,1 menit, secara

berurutan dari lampu hujau dan kuning.

Arus Jenuh, qs, dan waktu yang hilang

Arus jenuh adalah arus yang akan diperoleh seandainya terdapat antrian kendaraan yang

kontinu dan seandainya kendaraan diberi waktu hijau 100%. Arus jenuh biasanya

dinyatakan dalam kendaraan perjam waktu hijau.

Waktu yang hilang adalah selisih antara waktu hijau efektif (priode hijau dan kuning)

dengan priode gabungan hijau dan kuning. Arus jenuh dan waktu yang hilang dapat

diukur diukur dijalan secara lagsung, dan sebuah metode untuk melakukan hal ini

adalah sebagai berikut :

Amatilah suatu lajur atau keseluruhan cabang persimpangan, sebisa mungkin dengan

menggunakan pencatat waktu (stopwatch) untuk mengukur jumlah kendaraan yang

melintas tanda berhenti, mulai dari awal fase lampu hijau sampai bemper depan dari

kendaraan ke-n melintas garis berhenti selama setiap interval 0,1 menit, secara

berurutan dari lampu hujau dan kuning.

1.5 Pengaturan waktu untuk lampu lalu lintas terisolasi

Persamaan klasik Webster adalah sebagai berikut :


1
𝐶 (1−𝜃 )2 𝑥2 𝐶 3
𝑑 = 2 (1− 𝜃𝑥) + − 0,65 (𝑞2 ) 𝑥 2+5𝜃 (1)
2𝑞 (1− 𝑥)

Dimana :

d = rata-rata penundaan perkendaraan saat mendekati persimpangan (detik)

C = waktu siklus (detik)

θ = proporsi panjang siklus yang efektif hijau (g/C) untuk fase tersebut

q = tinggi arus (kendaraan/detik)

s = arus jenuh (kendaraan/detik) = 1800 kendaraan/jam

x = tingkat kejenuhan

= perbandingan arus actual dengan arus maksimum yang mendekati

persimpangan

= q/θs

Untuk mendapatkan perkiraan waktu penundaan secara lebih mudah, persamaan (1)

dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝐵
𝑑 = 𝐶𝐴 + −𝐷 (2)
𝑞

A, B dan D telah dihitung dan ditabuasi oleh Webster untuk mempermudah penerapan .

Model Webster menghitung perkiraan panjang siklus yang meminimumkan penundaan

persimpangan total an waktu hijau efektif untuk tiap kendaraan yang mendekati

persimpangan dengan cara melakukan proses deferensi atas persamaan untuk

memperoleh penundaan total terhadap waktu siklus. Hasilnya adalah :


1,5𝐿+5 1,5𝐿+5
𝐶0 = = (3)
1,0−(𝑌1+ + 𝑌2 +...+𝑌𝑛 ) 1,0− ∑𝑛
𝑖=1 𝑌𝑖

Dimana :

C_0 = panjang siklus optimum (detik)

L = total waktu yang hilang per siklus, umumnya dihitung sebagai penjumlahan

dari total waktu kuning dan merah seluruhnya per siklu (detik)

Y = arus volume jenuh yang diamati, untuk cabang persimpangan kritis dalam tiap

fase

Patut dicatat bahwa siklus optimum ini adalah siklus yang menghasilkan nilai tertinggi

pada perbandingan antara arus dengan arus jenuh.

Pendistribusian waktu hijau untuk tiap fase berbanding lurus dengan volume-volume

lajur kritis daam tiap fase. Untuk persimpangan dua fase, waktu hijau bersihnya adalah :

𝐺 − 𝐶0 − 𝐴1 − 𝐴2 − 𝑛𝑙 (4)

Dimana :

G = waktu hijau bersih (detik)

C_0 = panjang siklus optimum (detik)

A_1 = interval perubahan kuning dalam fase 1 (detik)

A_2 = interval perubahan kuning dalam fase 2 (detik)

n = jumlah fase (n = 2)

l = waktu yang hilang per fase (detik)


Persamaan Webster dapat digunakan untuk menghasilkan panjang siklus (C0) yang

biasanya lebih pendek daripada panjang siklus yang diperoleh dari metode lain, dan

mengindikasikan bahwa panjang siklus harus sependek mungkin. Webster juga

menyimpilkan bahwa penundaan tidak meningkat secara signifikan dengan perubahan

panjang siklus dengan rentang 0,75 C0 sampai 1,5 C0.

1.6 Lampu Lalu Lintas Waktu Tetap untuk Instalasi Dua Fase

Tahapan-tahapan berikut ditetapkan untuk merencanakan lampu lalu lintas waktu tetap

untuk instalasi dua fase yang tidak mempunyai lajur atau fase untuk menikung.

1. Untuk setiap cabang persimpangan, hitunglah atau ukurlah arus kejenuhan qs

2. Untuk setiap cabang persimpangan, hitunglah volume jam sibuk dalam lalulintas

kombinasi dengan persen komposisi dan persen tikungan yang diketahui. Bagilah

dengan faktor jam sibuk. Konversikan dengan volume desain kendaraan

penumpang yang berjalan lurus per jam menggunakan koefesien perkiraan.

3. Untuk setiap cabang persimpangan, hitung perbandingan q/qs. Untuk tiap jalan,

pilihlah nilai q/qs yang lebih besar untuk desain.jika nilai q dan qs dihitung per

lajur bukan per persimpangan, pilihlah perbandingan q/qs lajur kritis, mengikuti

prosedur yang sama.

4. Hitung kedua priode antar hijau

5. Hitung berapa kali setidaknya hijau menyala berdasarkan kebutuhan pejalan kaki.

6. Hitung Coptimum

7. Pisahkan waktu hijau efektif yang tersedia di antara kedua fase.

8. Priksa apakah jumlah minimum menyalanya lampu hijau yang dibutuhkan ileh

pejalan kaki telah memenuhi syarat. Jika tidak, lakukan penyesuaian dengan

menaikkan nilai.
9. Buat tabel yang memuat seluruh lamanya lampu lalau lntas, berdasarka aturan

berikut :

a. Panjang minimum dari nyalanya lampu hijau adalah 15 detik

b. Panjang siklus harus disesuiakan ka panajng lebih tinggi terdekat yang habis

dibagi 5 (jika C < 90 detik) atau 10 (jika C > 90 detik). Distribusikan kembali

waktu hijau tambahan.

c. Seluruh interval harus merupakan titik persentase bilangan bulat dari panjang

siklusnya.

Anda mungkin juga menyukai