Disusun oleh :
2018/2019
DAFTAR ISI
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T, Tuhan yang Maha Esa karena
atas pertolongan dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini
pada waktu yang telah ditentukan dengan baik. Penulisan Makalah ini dibuat sebagai
bahan pembelajaran serta guna memenuhi salah satu tugas kelompok matakuliah
Rekayasa Transportasi.
Dalam proses penyusunan penulisan Makalah ini tentunya penulis tidak lepas dari
berbagai hambatan, namun atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam proses penyelesaian Makalah ini. Penulis menyadari bahwa
penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu berharap dan berterima
kasih atas segala saran dan masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun
penulis harapkan demi kesempurnaan Makalah ini dan yang akan datang serta
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, khususnya
para pembaca.
Penulis
PENDAHULUAN
Lampu lalu lintas adalah sebuah alat elektronik (dengan sistem pengaturan waktu) yang
memberikan hak jalan pada satu arus lalu lintas atau lebih sehingga aliran lalu lintas ini
bisa melewati persimpangan dengan aman dan efisien. Dapat dikatakan juga bahwa
lampu lalu lintas adalah satu sarana dalam pengaturan lalu lintas yang berguana untuk
mengatur aliran dan arah kendaraan dan orang yang sedang melintas di persimpangan.
pengarahan, atau peringatan bagi pengemudi atau juga pejalan kaki diklasifikasikan
Cara kerja lampu lalu lintasadalah dengan memberikan kode warna kepada pengguna
jalan dari masing-masing arah untuk berjalan ketika lampu berwarna hijau dan berhenti
ketika lampu berwarna merah, hal ini dilakukan secara bergantian untuk menghindari
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karna fungsinya ini, pengendalian dan pengontrolan
lampu lau lintas harus dilakukan seefisien mungkin agar lalu lintas di suatu
Secara umum, lampu lalu lintas dipasang pada suatu persimpangan berdasarkan alas an
meningkatkan kapasitas.
membuat pengemudi marah. Oleh karna itu diperlukan desain lampu lalu lintas yang
baik, terutama pada pengaturan waktu perubahan warna pada lampu lalu lintas. Dalam
mendesain pengaturan waktu lampu lalu lintas terdapat 3 metode manual, yaitu :
2. Metode Pignataro
3. Metode Webster
Perlu dicatat bahwa keselamatan (upaya menghindari dari persinggungan) dan kualitas
Pada kesempatankali ini kita akan membahas mengenai pengaturan waktu lampu
Penemu lampu lalu lintas adalah Lester Farnsworth Wire. Awal penemuan ini diawali
ketika suatu hari ia melihat tabrakan antara mobil dan kereta kuda. Kemudian ia
berpikir bagaimana cara menemukan suatu pengatur lalu lintas yang lebih aman dan
efektif. Sebenarnya ketika itu telah ada sistem pengaturan lalu lintas dengan sinyal stop
and go. Sinyal lampu ini pernah digunakan di London pada tahun 1863. Namun, pada
penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi.
Kejadian tersebut menjadi bahan pemikiran bagi Garrett Augustus Morgan, Morgan
merasa sinyal stop dan go memiliki kelemahan, yaitu tidak adanya interval waktu bagi
pengguna jalan sehingga masih banyak terjadi kecelakaan. Penemuan Morgan ini
memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pengaturan lalu lintas, ia menciptakan lampu
lalu lintas berbentuk huruf T. Lampu ini terdiri dari tiga lampu, yaitu sinyal stop
(ditandai dengan lampu merah), go (lampu hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu
kuning inilah yang memberikan interval waktu untuk mulai berjalan atau mulai
berhenti. Lampu kuning juga memberi kesempatan untuk berhenti dan berjalan secara
perlahan.
Pada 10 Desember 1868, lampu lalu lintas pertama dipasang di bagian luar Gedung
Parlemen di Inggris oleh sarjana lalu lintas, J.P Knight. Lampu ini menyerupai
penunjuk waktu (jam) dengan bentuk seperti semapur dan lampu merah dan hijau
Pada 2 Januari 1868, tiba-tiba lampu tersebut meledak dan melukai seorang polisi
Pada awal 1912 Lampu lalu lintas modern ditemukan di Amerika Serikat. Di Salt
Lake City, seorang polisi, Utah, menemukan lampu lintas pertama yang dijalankan
Pada 5 Agustus 1914, American Traffic Signal Company memasang sistem lampu
sinyal di dua sudut jalan di Ohio. Lampu sinyal ini terdiri dari dua warna, merah
dan hijau, dan sebuah bel listrik. Lampu ini di desain oleh James Hoge. Keberadaan
bel di sini untuk memberi peringatan jika adanya perubahan nyala lampu. Lampu
rancangan Hoge ini dapat dikontrol oleh polisi dan pemadam kebakaran jika ada
Pada awal tahun 1920, lampu lalu lintas dengan tiga warna pertama dibuat oleh
Pada tahun 1923, Garrett Morgan mematenkan alat sinyal lampu lalu lintas.
Tahun 1917, lampu lalu lintas pertama dijalankan saling berhubungan satu dengan
yang lain. Interkoneksi antarlampu ini dijalankan pada enam persimpangan yang
Lampu lalu lintas pertama yang dioperasikan secara otomatis diperkenalkan pada
1927.
Instalasi lampu lau lintas terdiri dari tampilan-tampilan warna lampu berikut mekanisme
kendaraan atau beberapa bentuk peralatan lainya yang dapat diaktifkan sesuai
kebutuhan (seperti tombol tekan untuk pejalan kaki yang hendak menyebrang jalan)
warna yang menyala pada lampu lalu lintas dibedakan dengan warna , bentuk, dan
1. Hijau, untuk memberikan hak jalan kepada suatu atau kombinasi aliran lalu lintas
3. Kuning, untuk mengatur pemindahan hak jalan dari sekelompok aliran lalu lintas
Lampu lalu lintas memiliki beberapa jenis, pengelompokan jenis lampu lalu lintas
pengoprasiannya.
Berdasarkan cakupanya
persimpangan lain.
tertentu
1. Fixed time traffic signal lampu lalu lintas yang waktu perubahannya pada waktu
2. Actuated traffic signal lampu lalu lintas yang waktu perubahannya pada waktu
Metode Webster
Webster menggunakan pengamatan lapangan yang efektif dan simulasi komputer untuk
menghasilkan prosedur yang sangat baik dalam mendesain lampu lalu lintas. Asumsi
dasar dalam metode Webster adalah bahwa kedatangan kendaraan terjadi secara acak.
minimum.
harus mendefinisikan bebrapa istilah seperti “arus jenuh” (saturation flow)dan “waktu
Arus jenuh adalah arus yang akan diperoleh seandainya terdapat antrian kendaraan yang
kontinu dan seandainya kendaraan diberi waktu hijau 100%. Arus jenuh biasanya
Waktu yang hilang adalah selisih antara waktu hijau efektif (priode hijau dan kuning)
dengan priode gabungan hijau dan kuning. Arus jenuh dan waktu yang hilang dapat
diukur diukur dijalan secara lagsung, dan sebuah metode untuk melakukan hal ini
melintas tanda berhenti, mulai dari awal fase lampu hijau sampai bemper depan dari
kendaraan ke-n melintas garis berhenti selama setiap interval 0,1 menit, secara
Arus jenuh adalah arus yang akan diperoleh seandainya terdapat antrian kendaraan yang
kontinu dan seandainya kendaraan diberi waktu hijau 100%. Arus jenuh biasanya
Waktu yang hilang adalah selisih antara waktu hijau efektif (priode hijau dan kuning)
dengan priode gabungan hijau dan kuning. Arus jenuh dan waktu yang hilang dapat
diukur diukur dijalan secara lagsung, dan sebuah metode untuk melakukan hal ini
Amatilah suatu lajur atau keseluruhan cabang persimpangan, sebisa mungkin dengan
melintas tanda berhenti, mulai dari awal fase lampu hijau sampai bemper depan dari
kendaraan ke-n melintas garis berhenti selama setiap interval 0,1 menit, secara
Dimana :
θ = proporsi panjang siklus yang efektif hijau (g/C) untuk fase tersebut
x = tingkat kejenuhan
persimpangan
= q/θs
Untuk mendapatkan perkiraan waktu penundaan secara lebih mudah, persamaan (1)
𝐵
𝑑 = 𝐶𝐴 + −𝐷 (2)
𝑞
A, B dan D telah dihitung dan ditabuasi oleh Webster untuk mempermudah penerapan .
persimpangan total an waktu hijau efektif untuk tiap kendaraan yang mendekati
Dimana :
L = total waktu yang hilang per siklus, umumnya dihitung sebagai penjumlahan
dari total waktu kuning dan merah seluruhnya per siklu (detik)
Y = arus volume jenuh yang diamati, untuk cabang persimpangan kritis dalam tiap
fase
Patut dicatat bahwa siklus optimum ini adalah siklus yang menghasilkan nilai tertinggi
Pendistribusian waktu hijau untuk tiap fase berbanding lurus dengan volume-volume
lajur kritis daam tiap fase. Untuk persimpangan dua fase, waktu hijau bersihnya adalah :
𝐺 − 𝐶0 − 𝐴1 − 𝐴2 − 𝑛𝑙 (4)
Dimana :
n = jumlah fase (n = 2)
biasanya lebih pendek daripada panjang siklus yang diperoleh dari metode lain, dan
1.6 Lampu Lalu Lintas Waktu Tetap untuk Instalasi Dua Fase
Tahapan-tahapan berikut ditetapkan untuk merencanakan lampu lalu lintas waktu tetap
untuk instalasi dua fase yang tidak mempunyai lajur atau fase untuk menikung.
2. Untuk setiap cabang persimpangan, hitunglah volume jam sibuk dalam lalulintas
kombinasi dengan persen komposisi dan persen tikungan yang diketahui. Bagilah
3. Untuk setiap cabang persimpangan, hitung perbandingan q/qs. Untuk tiap jalan,
pilihlah nilai q/qs yang lebih besar untuk desain.jika nilai q dan qs dihitung per
lajur bukan per persimpangan, pilihlah perbandingan q/qs lajur kritis, mengikuti
5. Hitung berapa kali setidaknya hijau menyala berdasarkan kebutuhan pejalan kaki.
6. Hitung Coptimum
8. Priksa apakah jumlah minimum menyalanya lampu hijau yang dibutuhkan ileh
pejalan kaki telah memenuhi syarat. Jika tidak, lakukan penyesuaian dengan
menaikkan nilai.
9. Buat tabel yang memuat seluruh lamanya lampu lalau lntas, berdasarka aturan
berikut :
b. Panjang siklus harus disesuiakan ka panajng lebih tinggi terdekat yang habis
dibagi 5 (jika C < 90 detik) atau 10 (jika C > 90 detik). Distribusikan kembali
c. Seluruh interval harus merupakan titik persentase bilangan bulat dari panjang
siklusnya.