Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN

PELAYANAN DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE


(DOTS) TUBERKULOSIS RS MARINA PERMATA

RS. MARINA PERMATA


2019
KAJIAN
PELAYANAN DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE
(DOTS) TUBERKULOSIS RS MARINA PERMATA

A. Latar Belakang

Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman


penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu saja yang ditandai dengan
berdirinya fasilitas diagnostik dan sanatorium di kota-kota besar. Dengan dukungan dari
pemerintah Belanda, diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan Rontgen, diikuti dengan
penanganan TB melalui hospitalisasi.
Pengobatan TB menggunakan dua rejimen pengobatan menggantikan pengobatan
konvensional (2HSZ/10H2S2) dan strategi penemuan kasus secara aktif secara bertahap.
Pada tahun 1993, the Royal Natherlands TB Association (KNCV) melakukan uji coba
strategi DOTS di empat kabupaten di Sulawesi Tahun 1994, NTP bekerja sama dengan
WHO dan KNCV melakukan uji coba implementasi DOTS di provinsi Jambi dan Jawa
Timur.
Setelah keberhaslan uji coba di dua provinsi ini, akhirnya Kementerian Kesehatan
mengadopsi strategi DOTS untuk diterapkan secara nasional pada tahun 1995. Pada tahun
1995-2000, pedoman nasional disusun dan strategi DOTS mulai diterapkan di Puskesmas.
Seperti halnya dalam implementasi sebuah strategi baru, terdapat berbagai tantangan di
lapangan dalam melaksanakan kelima strategi DOTS. Untuk mendorong peningkatan
cakupan strategi DOTS dan pencapaian targetnya dilakukan dua Joint External Monitoring
Mission oleh tim pakar Internasional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas. Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan
bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal, yang
sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci
keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi,
prasarana, sarana dan manajemen yang handal.
Untuk akselerasi DOTS di rumah sakit, sekitar 750 dari 1645 RS telah dilatih.
Koordinasi di tingkat pusat dengan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan semakin
intensif. Selain itu Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan juga melakukan penilaian ke
beberapa rumah sakit yang telah menerapkan DOTS. Penguatan aspek regulasi dalam
implementasi strategi DOTS di rumah sakit akan diintegrasikan dengan keigatan akreditasi
rumah sakit.

Hal 2 / 5
B. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud
Untuk meningkatkan mutu pelayanan medis TB di Rumah Sakit Marina Permata
melalui penerapan strategi DOTS secara optimal dengan mengupayakan kesembuhan
dan pemulihan pasien melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung
jawabkan serta memenuhi etika kedokteran
2. Tujuan
a. Memberikan pelayanan medis TB di Rumah Sakit Marina Permata melalui
penerapan strategi DOTS
b. Mewujudkan misi RS Marina Permata yaitu memberikan pelayanan kesehatan
terbaik yang mengutamakan keselamatan dan kepuasan pasien
c. Penambahan jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanaan program DOTS TB

C. Kajian Pelayanan
1. Ruangan Poli DOTS TB
Kriteria Ruangan Poli DOTS TB yaitu Ruangan telah memenuhi persyaratan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI-TB) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun
2012.
Denah Poli DOTS TB

Hal 3 / 5
2. Fasilitas Pendukung

Daftar Alat Jumlah


1. Tempat tidur periksa 1 unit
2. Meja Tulis 2 Unit
3. Kursi 6 Unit
4. Rak penyimpanan OAT 1 Unit
5. Rak penyimpanan formulir TB 1 Unit
6. Lampu baca roentgen 1 Unit
7. Stetoskop 1 Unit
8. Handschoen 1 Box
9. Masker 1 Box
10. Timbangan 1 Unit
11. Exhaust Fan 2 Unit
12. Jendela 2 Unit
13. Telepon 1 Unit
14. Wastafel 1 Unit
15 Tempat sampah infeksius dan non 1 Unit
infeksius
16. Lampu Ultra Violet 2 Unit

3. Sumber Daya Manusia (SDM)


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016
tentang Penanggulangan Tuberkulosis untuk RS kelas C/ RS Kabupaten/ Kota: kebutuhan
minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari:
1. 2 dokter umum
2. 1 Dokter Spesialis Paru atau Spesialis Penyakit Dalam
3. 1 Dokter Spesialis Radiologi
4. 2 perawat/petugas TB
5. 1 tenaga laboratorium
6. 1 tenaga Farmasi

Hal 4 / 5
D. Penutup
Demikian kajian ini dibuat sebagai bahan pertimbangan pengembangan pelayanan
medis RS. Marina Permata.

Dibuat oleh, Menyetujui,

dr Agustin Hariyani Surya dr. Siti Aisyah, MARS

Hal 5 / 5

Anda mungkin juga menyukai