Anda di halaman 1dari 19

LEARNING GUIDE

2. SISTEM ALIRAN INERTING

Pendahuluan

Pulverizer (Mill) adalah peralatan yang berfungsi sebagai penggerus atau


penghalus batubara sebelum masuk ke ruang bakar agar mendapatkan
pembakaran sempurna dengan minimum excess air (udara lebih). Di dalam
peralatan ini terjadi proses pengeringan dan pemisahan batubara dengan
benda-benda asing yang ikut terbawa dari proses penambangan dan
transportasi batubara, sehingga batubara yang nantinya masuk ke ruang bakar
sudah merupakan batubara yang siap untuk dibakar dengan spesifikasi butiran
dan temperatur tertentu sesuai dengan yang ditentukan.

Gambar 1. MP 89 Pulverizer

Pindahlah ke halaman berikutnya

1
LEARNING GUIDE
Sistem Pulverizer, yang memasok, menggiling dan menyalurkan batubara
serbuk dengan media udara atau dimana udara dibawa masuk ke dalam
sistem, haruslah menyediakan suatu cara tertentu untuk mengisolasi sistem
tersebut dan memperkenankan suatu media inerting masuk ke dalam area
tertentu di dalam sistem tersebut

Maksud dan Tujuan Inerting System

Inerting system adalah suatu proses pemasukan media/fluida inerting (berupa


gas CO2 atau steam) untuk menggantikan udara yang kaya oksigen di dalam
pulverizer (proses inerting) dan kemudian dilanjutkan dengan pembilasan
dengan air (proses swirling) dalam kondisi pulverizer beroperasi tanpa perlu
mengalirkan udara primer (Primary Air).

Sistem inerting mill bertujuan untuk :


a. Mencegah terjadinya kebakaran dan bahaya ledakan di dalam mill.
b. Mengisolasi peralatan pada saat dibersihkan untuk membuang material
yang mudah terbakar dari dalam pulverizer
c. Mengisolasi sistem dengan media inerting
d. Mengisolasi sistem agar tidak dapat dijalankan dari sistem remote
e. Mengoperasikan pulverizer dengan sistem pembuangan pyrite-nya tanpa
mengalirkan udara primer ke dalam pulverizer (swirl).

Di dalam sistem pulverizer, kebakaran atau akumulasi dari material yang


mudah terbakar dapat terjadi di ruang udara pulverizer, daerah penggilingan,
classifier, pipa burner, saluran udara masuk dan/atau coal feeder. Kebakaran
kemungkinan besar dapat terjadi pada lokasi-lokasi tersebut baik itu pada saat
pulverizer dalam kondisi operasi atau stand by. Pengosongan dan pembilasan
sistem pulverizer yang memadai dapat mengamankan peralatan pada kondisi
start dan stop serta mengurangi resiko kebakaran dan bahaya ledakan.

Sebagai media inerting digunakan gas CO2 (Carbon dioxide) untuk Unit 1-2,
sedangkan untuk Unit 3-4 digunakan media uap (steam). Carbon dioxide /
Steam digunakan untuk menggantikan udara yang kaya oksigen di dalam mill.
Dengan demikian maka kebakaran akan dapat dihindari. Material yang
membara di dalam mill tidak dapat sepenuhnya dipadamkan dengan proses
inerting. Oleh karena itu, proses pembersihan batubara di dalam pulverizer
dilakukan dengan proses swirling dalam atmosfer inert untuk mengurangi
bahaya ledakan. Proses ini tidak diperlukan pada kondisi mill stop normal.

Pindahlah ke halaman berikutnya

2
LEARNING GUIDE
System Piping Diagram

Sistem Carbon Dioxide

Gambar 2. Flow Diagram CO2

Gambar 3. Diagram supply CO2 ke Mill

Pindahlah ke halaman berikutnya

3
LEARNING GUIDE

Sistem Auxiliary Steam

Water
Wash

FS

Steam

PI

PS

T
CO2
banks

Gambar 4. Inerting System dengan media Steam

Pindahlah ke halaman berikutnya

4
LEARNING GUIDE

Sistem Water Wash

Gambar 5. Sistem Water Wash Mill

Pindahlah ke halaman berikutnya

5
LEARNING GUIDE

Gambar 6. Header water wash di duct udara primer


dekat inlet udara pulverizer.

Pindahlah ke halaman berikutnya

6
LEARNING GUIDE

Gambar 7. Header water wash untuk kotak pyrite pulverizer.

Pindahlah ke halaman berikutnya

7
LEARNING GUIDE

Gambar 8. Pemipaan sistem water wash.

Fluida (CO2 / Auxiliary Steam)

Carbon dioxide (CO2)

Properti dan volume carbon dioxide yang dipergunakan adalah :

0,45 kg (satu pound) CO 2 digunakan untuk setiap 0,2 m3 (7 ft3) volume.


Carbon dioksida tersedia dalam tabung gas berukuran 45 kg (100 lb)
dan tekanan antara 56 sampai 60 kg/cm2 (800 – 850 psig).

Minimal sebanyak 50% Carbon dioxide dialirkan ke aliran udara masuk


pulverizer. Sedangkan 50% sisanya dialirkan ke bagian intermediate dan top
housing pulverizer. Panas dari ruang udara akan menyebabkan CO 2 mengisi
keseluruhan volume. Untuk setiap mill tersedia 172 kg (380 lb) Carbon dioxide.

Pindahlah ke halaman berikutnya

8
LEARNING GUIDE

Auxiliary Steam

Uap (steam) lebih ringan dari udara. Tekanan kerja uap yang digunakan adalah
antara 7 kg/cm2 gauge sampai dengan 10,5 kg/cm 2 gauge (100 psig – 150 psig)
pada temperatur saturasi. Minimal sebanyak 50% Carbon dioxide dialirkan ke
aliran udara masuk pulverizer. Sedangkan 50% sisanya dialirkan ke bagian
intermediate dan top housing.

Water Wash After Inerting

Pada saat mill trip dalam kondisi penuh batubara di dalamnya, maka batubara
harus dibuang keluar setelah proses inerting mill. Nosel water wash dipasang di
jalur masuk windbox udara primer dan kotak pyrite untuk mempermudah
proses pembuangan batubara. Mill dioperasikan tanpa mengalirkan udara
primer untuk membuang campuran batubara/air ke sistem pembuangan pyrite
dengan proses swirling. Laju aliran water wash yang direkomendasikan adalah
9,5 m3/jam (untuk Unit 1-2) dan 14,3 – 16,6 m 3/jam (untuk Unit 3-4) pada
tekanan 4,2 – 5,6 kg/cm2 (60 – 80 psig).

Yang perlu diingat, prosedur inerting dan swirling hanya digunakan untuk
mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran dan bahaya
ledakan, sehingga aman untuk di start ulang. Pada saat diketemukan terjadinya
kebakaran di dalam Mill, maka perlu dilakukan tindakan sesuai dengan
prosedur penanggulangan kebakaran.

Setelah anda membaca topik materi diatas dan untuk mengingatkan kembali apa
yang sudah anda baca, maka cobalah anda tuliskan:

Jelaskan Sistem Aliran Inerting dengan bantuan diagram atau gambar, sebagai
berikut :
1. Jelaskan maksud dan tujuan Inerting System.
2. Jelaskan prinsip kerja Inerting System.
3. Jelaskan Piping Diagram Inerting System.
4. Jelaskan fluida yang dipergunakan dalam Inerting System.
5. Jelaskan prinsip kerja water wash setelah Inerting System.

Jika anda telah selesai, maka lanjutkan pada halaman berikutnya:

Pindahlah ke halaman berikutnya

9
LEARNING GUIDE

Jika anda telah selesai, bandingkan dengan jawaban di bawah ini:

1. Inerting system adalah suatu proses pemasukan media/fluida inerting


(berupa gas CO2 atau steam) untuk menggantikan udara yang kaya oksigen
di dalam pulverizer (proses inerting) dan kemudian dilanjutkan dengan
pembilasan dengan air (proses swirling) dalam kondisi pulverizer beroperasi
tanpa perlu mengalirkan udara primer (Primary Air).
2. Sistem inerting mill bertujuan untuk :
a. Mencegah terjadinya kebakaran
b. Mengisolasi peralatan pada saat dibersihkan untuk membuang material
yang mudah terbakar dari dalam pulverizer
c. Mengisolasi sistem dengan media inerting
d. Mengisolasi sistem agar tidak dapat dijalankan dari sistem remote
e. Mengoperasikan pulverizer dengan sistem pembuangan pyrite-nya tanpa
mengalirkan udara primer ke dalam pulverizer (swirl).
3. Jelaskan dengan gambar pada sub bab 2.3.
4. Fluida yang digunakan adalah gas CO2 untuk Unit 1 & 2 PLTU Suralaya dan
Uap (steam) untuk Unit 3 & 4 PLTU Suralaya.
5. Air dialirkan melalui Nosel water wash yang dipasang di jalur masuk
windbox udara primer dan kotak pyrite untuk mempermudah proses
pembuangan batubara. Mill dioperasikan tanpa mengalirkan udara primer
untuk membuang campuran batubara/air ke sistem pembuangan pyrite.

Bagaimana jawaban anda, apakah sesuai dengan jawaban diatas, coba anda
bandingkan dan perhatikan dimana letak kesalahan yang anda sering lakukan,
ulangi lagi topik pelajaran ini jika anda melakukan banyak kesalahan.

Jika anda puas dengan jawaban anda, pindahlah ke halaman berikut.

Pindahlah ke halaman berikutnya

10
LEARNING GUIDE

3. KOMPONEN UTAMA INERTING SYSTEM

Tabung CO2

Fasilitas penyimpanan carbon dioxide terletak di area lantai bawah sebelah


utara mill. Terdiri dari 144 tabung silinder bertekanan tinggi dan dibagi menjadi
6 grup dengan masing-masing grup terdiri dari 24 silinder. Masing-masing grup
memiliki manifold sendiri dan dilengkapi dengan pressure gauge, katup isolasi
dan check valve.

Gambar 9. Tabung CO2

Pindahlah ke halaman berikutnya

11
LEARNING GUIDE

Pressure Reducing Valve

Manifold grup silinder terhubung ke common header, yang terbagi menjadi


main flooding header dan smaller make up header. Tekanan pada masing-
masing header diturunkan ke 22,7 kg/cm2(g) oleh 2 (dua) buah katup penurun
tekanan PCV-1077 A/B untuk mendapatkan tekanan terminal 21,8 kg/cm 2 di
nosel mill.

Inerting system didisain untuk mengalirkan CO2 ke masing-masing mill pada


laju aliran sekitar 1500 kg/jam. Proses ini dipicu oleh sistem kontrol yang akan
mempertahankan bukaan flooding flow valve selama 8 menit. Setelah flooding
valve menutup, make up flow dengan laju 203 kg/jam secara continue
memasok CO2 ke dalam mill untuk mengganti CO2 yang hilang akibat
kebocoran ke udara bebas. Terdapat 5 (lima) buah koneksi berukuran 25mm
dan 1 (satu) 50mm pada masing-masing mill. Salah satu koneksi yang kecil di
bagian bawah mill digunakan untuk make up dan flooding, sedangkan sisanya
untuk flooding (lihat gambar 3). Bleeding dan flooding line ke masing-masing
mill dilengkapi dengan katup yang dioperasikan oleh piston yang dikontrol oleh
sistem kendali mill .

Data teknis Pressure Reducing Valve :


a. Pressure Reducing Valve – Flooding :
Tag No. : 1PCV-1077A
Manufacturer : Nippon Fisher
Type : 667-EHS
Material : WCB Steel/SS Trim
Upstream pressure : 25,1 – 141 kg/cm2(g)
Downstream pressure : 22,7 kg/cm2 (g)
Flow : 1343 – 5372 kg/jam

b. Pressure Reducing Valve – Bleeding :


Tag No. : 1PCV-1077B
Manufacturer : Nippon Fisher
Type : 667-EHS
Material : WCB Steel/SS Trim
Upstream pressure : 25,1 – 141 kg/cm2(g)
Downstream pressure : 22,7 kg/cm2 (g)
Flow : 203 – 812 kg/jam

Auxiliary Steam Header

Steam (uap) yang digunakan dipasok dari sistem Auxiliary Steam header
dimana tekanan header dijaga sebesar minimal 22 kg/cm 2 dengan temperatur
sekitar 245 oC.

Pindahlah ke halaman berikutnya

12
LEARNING GUIDE

Setelah anda membaca topik materi diatas dan untuk mengingatkan kembali
apa yang sudah anda baca, maka cobalah anda mengingat komponen-
komponen utama dari Inerting System. Untuk mengingatkan apa yang anda
telah pelajari sebelumnya maka tutuplah topik pelajaran ini dan cobalah anda
jawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini pada sebuah kertas kosong:

1. Sebutkan komponen-komponen utama Inerting System yang telah anda


pelajari.
2. Tuliskan fungsi komponen-komponen utama yang anda tuliskan.

Jika anda telah selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, bukalah


kembali topik pelajaran ini. Cocokkan jawaban yang anda buat dengan teori
yang diberikan pada modul ini. Jika anda puas dengan jawaban anda silahkan
berpindah pada halaman berikutnya. Kalau anda masih belum puas pada
beberapa sub topik pelajaran yang telah diterangkan diatas maka pelajari lagi
bagian-bagian dimana anda belum memahami.

Pindahlah ke halaman berikutnya

13
LEARNING GUIDE

4. PRINSIP PENGOPERASIAN INERTING SYSTEM

Pada saat terjadi trip pada mill, sistem kontrol pembakaran akan menyetop
pulverizer dan coal feeder dan akan mengisolasi semua pasok udara yang
menuju ke pulverizer, antara lain seal air ke pulverizer dan coal feeder, semua
katup jalur batubara ke burner, Primary Air shutoff damper, hot dan cold
damper. Sistem kontrol pembakaran akan mencegah pulverizer yang trip untuk
start kembali sebelum proses inerting dan swirling selesai dilaksanakan. Bagan
alir pelaksanaan inerting setelah mill trip dapat dilihat pada gambar 12.

Persiapan Pengoperasian Inerting System

 Perlengkapan K3 untuk personil (Operator)


 Perlengkapan alat kerja
 Kesiapan SOP, IK dan P&ID.
 Kesiapan log sheet
 Kesiapan alat komunikasi
 Lingkungan kerja
 Koordinasikan dengan operator Control Room.
 Periksa katup isolasi line fire fighting apakah sudah terbuka.
 Buka isolating valve untuk CO2 inlet ke pulverizer.
 Buka valve CO2 sebanyak 1 (satu) botol (tambah bila perlu) sampai didapat
tekanan di header CO2 minimal 22 kg/cm2 . (Untuk tekanan steam di header
minimal 22 kg/cm2).
 Start pompa fire fighting.
 Periksa kesiapan Mill yang akan di-inerting
- Tidak ada alarm di Mill breaker 6 kV, posisi stand by dan remote.
- Mill lube oil pump posisi stand by dan remote, tidak ada kebocoran
minyak pelumas.

Prosedur Pengoperasian Inerting System

Persiapan Start Inerting System

1. Lampu “Inerting Required” akan menyala pada RZ Operator Inteface dan di


panel kontrol lokal (Inerting Local Control Board-ILB) ketika mill trip.
2. Katup utama CO2 (Steam) dan katup 2% bleed (by-pass) akan membuka
secara otomatis dan tetap dalam kondisi terbuka selama 8 menit.
3. Pada saat 8 menit telah terlampaui, katup utama CO2 (Steam) akan
menutup, sedangkan katup 2% bleed (by-pass) akan tetap terbuka untuk
mempertahankan kondisi atmosfer inert di dalam mill.
4. Lampu “Inerting Permissives Satisfied” akan menyala pada RZ operator
interface ketika tekanan CO2 (Steam) kurang dari minimum, katup isolasi
seal air tertutup, semua swing valve tertutup dan Primary Air shutoff valve
tertutup.

Pindahlah ke halaman berikutnya

14
LEARNING GUIDE
5. Operator Control Room kemudian dapat menekan tombol “Initiate Inerting”
di RZ operator interface.
6. Katup utama CO2 (Steam) akan terbuka selama 8 menit dan katup 2%
bleed (by-pass) akan menutup. Lampu “Inerting in Progress” akan menyala
di RZ operator interface dan panel kontrol lokal.
7. Sistem akan memunculkan alarm “Hyjector Pump Start Required”. Ketika
sistem telah menerima umpan balik bahwa salah satu pompa A atau B
telah beroperasi, maka katup air Hyjector mill akan membuka dan lampu
“Clearing Permitted” akan menyala di panel kontrol lokal setelah 2 menit.

Prosedur Start Inerting System

Ketika indikasi “PULVERIZER CLEARING PERMITTED” di panel kontrol lokal


sudah menyala, proses inerting dapat dilanjutkan dalam pengawasan secara
manual oleh operator local dari panel kontrol lokal.

1. Indikasi “Open Lower Pyrites Gate” akan menyala berkedip sebagai tanda
bagi operator lokal untuk menekan tombol “Open Lower Prytes Gate”.
Lower Pyrites Gate akan membuka.
2. Indikasi “Open Water Wash Valve” akan menyala berkedip sebagai tanda
bagi operator lokal untuk menekan tombol “Open Water Wash Valve”.
Ketika katup terbuka selama 3 menit (water flush), lube oil pump Mill akan
start auto dan operator lokal akan melihat lampu indikasi “Start Mill”
berkedip.
3. Operator lokal diharuskan menekan tombol “Start Mill” dan mill akan
berputar untuk proses swirling selama 7 menit.
.

Monitoring

a. Level air tidak boleh melebihi upper gate.


b. Tekanan minyak pelumas Mill
c. Tekanan air water wash.
d. Vibrasi motor mill dan gear box mill.
e. Kondisi air yang keluar dari pyrites gate.

Prosedur Stop Inerting System

1. Ketika waktu 7 menit terlampaui, indikasi “Stop Mill” akan berkedip dan
operator lokal harus menekan tombol “Stop Mill” di panel kontrol lokal.
2. Ketika mill stop, maka lube oil pump mill akan stop secara auto dan proses
water wash akan berlanjut selama 3 menit untuk “Final Wash”.
3. Setelah 3 menit tercapai, indikasi “Close Water Wash Valve” akan berkedip.
Tutup katup water wash dengan menekan tombol pada panel kontrol lokal.
4. Ketika katup water wash telah tertutup, indikasi ”Close Lower Pyrites Gate”
akan berkedip dan operator lokal dapat menutup lower pyrites gate dengan
menekan tombol di panel kontrol lokal.
5. Pada saat pyrite gates berada dalam posisi normal (upper gate terbuka dan
lower gate tertutup) maka indikasi “Inerting Complete” akan menyala pada
interface RZ operator demikian pula di panel kontrol lokal.
Pindahlah ke halaman berikutnya

15
LEARNING GUIDE
6. Indikasi “Select Normal Mode” di RZ operator interface akan menyala
berkedip menunggu tindakan operator control room menekan tombol ke
“Normal Mode”. Setelah ditekan maka indikasi “Pre-Start Required” akan
menyala.
7. Proses pre-start akan secara otomatis berlangsung ketika proses start coal
burner dibutuhkan.
8. Indikasi “Pre-Start in Progress” akan menyala dan katup CO2 diperintahkan
untruk membuka selama 2 menit.
9. Ketika waktu 2 menit terlampaui, lampu “Pre-Start complete” akan menyala
dan sistem akan start dalam waktu 5 menit. Jika mill trip terjadi sebelum
waktu 5 menit tersebut, maka permintaan proses pre-start akan dilakukan
kembali.

Inerting
Sequence

Select
Normal Mode
Normal Mode
Selected

Inerting
Required
Inerting Permissive
Satisfied

Initiate
Inerting
Inerting
In Progress

Inerting
Complete
Pyrite
Gate Alarm

Pre Start
Required
Pre Start
In Progress

Pre Start
Complete

Gambar 10. RZ Operator Interface di Unit Control Desk Control Room

Pindahlah ke halaman berikutnya

16
LEARNING GUIDE

INERTING LOCAL CONTROL BOARD (ILB)

Normal Mill Trip Inert In Inert


Mode Progress Completee

Upper Pyrite Gate Clearing Permitted CO2 Inerting Valve

Open Close Open Close

Lower Pyrite Gate Water Wash Mill

Open Close Open Close Start Stop

Open Close Open Close Start Stop

Opened Closed Opened Closed Started Stopped

Gambar 11. Inerting Local Control Board

Pindahlah ke halaman berikutnya

17
LEARNING GUIDE

Gambar 12. Inerting System Timing Chart

Pindahlah ke halaman berikutnya

18
LEARNING GUIDE

Mengatasi Gangguan pada Inerting System

1. Gangguan akibat sequence inerting tidak berlanjut.


a. Jika 3 (tiga) fungsi dalam sequence start, yaitu lower pyrites gate open,
water wash valve open dan mill started, tidak terjadi dalam waktu 8
menit (“Open CO2 / Steam Valve “ timer), maka sekuen harus diulang.
b. Jika pada saat sequence “Start Mill”, indikasi permintaan untuk start mill
tidak muncul lebih dari waktu 3 menit setelah water wash valve buka,
maka start mill dapat dilakukan secara manual dari mill breaker 6 kV.
Dengan catatan, bahwa mill lube oil pump sudah dalam posisi start (Jika
mill lube oil pump tidak dapat start secara auto, maka dapat dilakukan
start mill lube oil pump dari breaker 380V secara manual).
c. Jika sequence mill tidak dapat berlangsung dengan normal, hubungi
pihak pemeliharaan yang terkait.

2. Pada saat sequence “Start Mill”, terjadi gangguan pada Mill, misalkan
tekanan minyak pelumas rendah, motor overload, vibrasi tinggi, temperatur
tinggi dan lain-lain, maka proses inerting dihentikan. Catat alarm yang
muncul dan hubungi pihak pemeliharaan terkait.

3. Pada saat diketemukan terjadinya kebakaran di dalam Mill, maka perlu


dilakukan tindakan sesuai dengan prosedur penanggulangan kebakaran.

Pindahlah ke halaman berikutnya

19

Anda mungkin juga menyukai