Anda di halaman 1dari 394

lampiran

LAMPIRAN 1 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (Sumber: Hasil Sidang Komisi Kode
Etik Indonesia dalam Prosiding Kongres IAI ke VIII di Jakarta
23-25 September 1998)
LAMPIRAN 2 ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK (IAI, 20000.1-20000.6)
LAMPIRAN 3 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA
LAMPIRAN 4 FINANCIAL STATEMENT ASSERTIONS, DEFINITIONS AND PROCEDURES
FOR AUDITING RECEIVABLES (SUMBER HAYES, 2014:20)
LAMPIRAN 5 Contoh Surat Perikatan Audit (SUMBER SA 210, IAPI) Persetujuan
atas Ketentuan Perikatan Audit
LAMPIRAN 6 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1998 TENTANG INFORMASI KEUANGAN
TAHUNAN PERUSAHAAN
LAMPIRAN 7 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 64 TAHUN 1999
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN
1998 TENTANG INFORMASI KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN
LAMPIRAN 8 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR: 525/MPP/Kep/XI/1998 TENTANG PENYELENGGARAAN
PENDAFTARAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN
LAMPIRAN 9 Departemen Keuangan REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR
MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN
PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 86/
BL/2011 TENTANG INDEPENDENSI AKUNTAN YANG MEMBERIKAN JASA DI
PASAR MODAL KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA
KEUANGAN
LAMPIRAN 10 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA
AKUNTAN PUBLIK
LAMPIRAN 11 RINGKASAN UNDANG-UNDANG SARBANES-OXLEY 2002 DAN DAMPAKNYA
LAMPIRAN 12 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG
AKUNTAN PUBLIK

L-1

Lampiran tambahan.indb 1 22/08/2017 11.07.05


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-2

LAMPIRAN 13 SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38/POJK.05/2015


TENTANG PENDAFTARAN DAN PENGAWASAN KONSULTAN AKTUARIA,
AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI MELAKUKAN KEGIATAN DI INDUSTRI
KEUANGAN NON-BANK
LAMPIRAN 14 SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NO 17/SEOJK./05/2015
TENTANG PENUNJUK AKUNTAN PUBLIK, AKTUARIS, DAN/ATAU PENILAI
INDEPENDEN SEBAGAI PEMERIKSA LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-
BANK
LAMPIRAN 15 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015
TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK
LAMPIRAN 16 S-400/PPPK/2015 TANGGAL 24 MARET 2015 PEMBERITAHUAN PERUBAHAN
NOMENKLATUR PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI (PPAJP)
MENJADI PUSAT PEMBINAAN PROFESI KEUANGAN (PPPK)
LAMPIRAN 17 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS
PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-347/BL/2012
TENTANG PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN
EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
LAMPIRAN 18 PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA(LEASING)
LAMPIRAN 19 KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-26/
PM/2003 TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU
LAMPIRAN 20 SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 554/BL/2010 TENTANG PERUBAHAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 06/
PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VM.G.7 TENTANG
PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Lampiran 01
L-3

LAMPIRAN 1 (Sumber: Hasil Sidang Komisi Kode Etik Indonesia dalam


Prosiding Kongres IAI ke VIII di Jakarta 23-25 September 1998)
KODE ETIK
IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Pendahuluan

Pemberlakuan dan Komposisi


Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan
dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam
pemenuhan tanggung jawab profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi:
• Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
• Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan
oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
• Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari
akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
• Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas tiga bagian: (1) Prinsip Etika, (2)
Aturan Etika, dan (3) Interpretasi Aturan Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar
bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota.
Prinsip Etika disahkan oleh Konggres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan
Aturan Etika disahkan oleh Konggres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan
Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota
Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi
yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan
tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan
dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi
dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.

Kepatuhan
Kepatuhan terhadap Kode Etika, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat
terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota.
Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama
anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan
pelanggaran Kode Etik oleh organisasi,apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak
menaatinya.

Lampiran tambahan.indb 3 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-4

Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh
badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya
untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PRINSIP ETIKA PROFESI
IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Mukadimah
01. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi
anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas
dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan.
02. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan
pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa
akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat,
bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.

Prinsip Pertama - Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional, setiap


anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

01. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.


Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung
jawab untuk bekerjasama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab
profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan
untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

Prinsip Kedua - Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam


kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

01. Satu ciri dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, dimana publik
dari profesi akuntan yang terdiri atas klien pemberi kredit, pemerintah, pemberi

Lampiran tambahan.indb 4 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 01
L-5

kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi
bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan
terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan
ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
memengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
02. Profesi akuntan dapat tetap berbeda pada posisi yang penting ini hanya dengan
terus-menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan
bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika
yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
03. Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan
suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik,
maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
04. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk
memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas,obyektivitas, kesaksamaan profesional,
dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa
berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa,
semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip
Etika Profesi ini.
05. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus-menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
06. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang
akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan
publik, misalnya:
• Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari
laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung
pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal;
• Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam
organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya organisasi;
• Auditor intern memberikan keyakinan tentang struktur pengendalian intern
yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi
kerja kepada pihak luar.
• Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan
yang adil dari sistem pajak; dan
• Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan
umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

Lampiran tambahan.indb 5 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-6

Prinsip Ketiga - Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap


anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin.

01. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan
yang diambilnya.
02. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk,antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,
tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
03. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat
aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang
bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya
apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan
apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota
untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
04. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan
kehati-hatian profesional.

Prinsip Keempat - Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan


kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

01. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
02. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
objektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang
lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit
internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang
yang ingin masuk ke dalam profesi. Apa pun jasa atau kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas.
03. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan
aturan etika sehubungan dengan objektivitas, pertimbangan yang cukup harus
diberikan terhadap faktor-faktor berikut:

Lampiran tambahan.indb 6 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 01
L-7

a. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka


menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat
mengganggu objektivitasnya.
b. Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di
mana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness)
harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengidentifikasi hubungan
yang mungkin atau kelihatan dapat merusak objektivitas anggota.
c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
d. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip objektivitas.
e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment
yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap
pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat
posisi profesional mereka ternoda.

Prinsip Kelima - Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan


kehati-hatian,kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legistasi dan
teknik yang paling mutakhir.

01. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung


jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti
bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa
dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
02. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogianya
tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak
mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya,
setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi
yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan
profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional
dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah:
a. Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi profesional
pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi,diikuti oleh
pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang

Lampiran tambahan.indb 7 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-8

relevan,dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang
normal untuk anggota.
b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
• Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan
melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan
profesional anggota.
• Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus
mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-
pernyataan akuntansi,auditing, dan peraturan lainnya, baik nasional maupun
internasional yang relevan.
• Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan
terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten
dengan standar nasional dan internasional.
03. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota
untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan
profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan,anggota wajib melakukan
konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau
menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan
memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya.
04. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima
jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk
memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar
teknis dan etika yang berlaku.
05. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan
mengawasi secara saksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung
jawabnya.

Prinsip Keenam - Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang


diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila
ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

01. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang


klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien
atau pemberi kerja berakhir.
02. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan
atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.

Lampiran tambahan.indb 8 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 01
L-9

03. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah


pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati
prinsip kerahasiaan.
04. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan
juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa
profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut
untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.
05. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima
jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh
membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada
orang lain.Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan
memenuhi tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.
06. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan
luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
07. Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.
a. Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan
diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga
yang kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota
diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah:
• Untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses
hukum; dan
• Untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.
c. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan:
• Untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti
itu tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
• Untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang
pengadilan
• Untuk menaati penelaahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau badan
profesional lainnya; dan
• Untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan
pengatur.

Prinsip Ketujuh - Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi


profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.

Lampiran tambahan.indb 9 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-10

01. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima
jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

Prinsip Kedelapan - Standar Teknis


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Standar teknis profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan
pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Lampiran tambahan.indb 10 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 02
L-11

LAMPIRAN 2

ATURAN ETIKA
KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK
(IAI, 20000.1-20000.6)

KETERTERA PAN (APPLICABILITY)

Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-
KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP (yang bekerja pada satu Kantor Akuntan
Publik (KAP)
Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab atas ditaatinya aturan etika oleh anggota
KAP.

DEFINISI/PENGERTIAN

Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan
seseorang atau lebig anggota IAI-KAP atau KAP Anggota bekerja untuk melaksanakan
jas profesional. Istilaah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang atau badan
yang mempekerjakan Anggota.

Laporan Keuangan lainnya suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
ekonomi (aset) dan/ atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan
atas aset dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain standar
akuntansi yang berlaku umum.

Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien
atau yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar
atestasi dalam perikatan atestasi, dan Surat Pemberitahuan Tahunan pajak (SPT) serta
daftar-daftar pendukungnya bukan merupakan laporan keuangan. Pernyataan, suart
kuasa atau tanda tangtan pembuat SPT tidak merupakan pernyataan pendapat atas
laporan keuangan.

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di
bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.

Ikatan Akuntan Indoensia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia
yang diakui pemerintah.

Lampiran tambahan.indb 11 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-12

Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah


organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik
atau bekerja di kantor akuntan publik.

Anggota adalah semua anggota IAI-KAP

Anggota kantor akuntan publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-KAP dan staf
profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang
bekerja pada satu KAP.

Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau
pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.

Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang
dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa
akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung
litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

100 INDEPENDENSI, INTEGRITAS, DAN OBJEKTIVITAS

101 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana
diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI.
Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in
fact) maupun dalam penampilan (in appearance)

102 Integritas dan Objektivitas


Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas
dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya
kepada pihak lain.

200 STANDAR UMUM DAN Standar akuntansi


201 Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interprestasi yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI:
A. Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan
pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan
dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
B. Kecermatan dan kesaksamaan profesional. Anggota KAP wajib
melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
kesaksamaan profesional.

Lampiran tambahan.indb 12 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 02
L-13

C. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan


mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa
profesional.
D. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data
relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan
atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan asa profesionalnya.
202 Kepatuhan terhadap Standar
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review,
kompilasi, konsultasi manjemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya
wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang
ditetapkan oleh IAI.
203 Prinsip-Standar Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
(1) menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan
prinsip akuntasi yang berlaku umum atau
(2) menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat
penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data
secara keseluruhan dari standar akuntansi yang ditetapkan oleh badan
pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan
atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut di atas, Dalam
kondisi tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam
butir ini selama anggota KAP dapat menunjukan bahwa laporan atau
data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu,
dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya
(bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas standar akuntansi
yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.

300 Tanggung jawab KEPADA KLIEN


301 Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang
rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:
(1) membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etika kepatuhan terhadap standar dan standar akuntansi.
(2) memengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apa pun untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan
resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP
terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
(3) melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai
dengan kewenangan IAI atau

Lampiran tambahan.indb 13 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-14

(4) menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian


komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-
KAP dalam rangka penegakan disiplin Anggota.
Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review di atas, idak boleh
memanfaatkannya untuk kepentingan diri pribadi mereka atau mengungkapkan
informasi klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan
tugasnya. Larangan ini tidak boleh membatasi Anggota dalam pemberian
informasi sehubungan dengan proses penyidikan atau penegakan disiplin
sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) di atas atau review praktik
profesional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) di atas.
302 Fee Profesional
A. Besaran Fee
Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang
bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
B. Fee Kontinjen
Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan
atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau
hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontijen jika ditetapkan
oleh pengadilan atau badan pengatur tau dalam hal perpajakan, jika
dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan
pengatur.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila
penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.

400 Tanggung jawab KEPADA REKAN SEPROFESI


401 Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
402 Komunikasi Antar-Akuntan Publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik terdahulu bila
akan mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik
pedahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan
jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.
Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan
komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.

Lampiran tambahan.indb 14 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 02
L-15

403 Perikatan Atestasi


Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan
yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan
untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat
oleh badan yang berwenang.

500 Tanggung jawab DAN PRAKTIK LAIN


501 Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan
perkataan yang mencemarkan profesi.
502 Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien
melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran
sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
503 Komisi dan Fee Referal
A. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya
yang diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh
perikatan dari klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan komisi
tersebut dapat mengurangi independensi.
B. Fee Referal (Rujukan)
Fee Referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/
dari sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan)
hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
504 Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF


Aturan Etika ini berlaku efektif mulai tanggal 5 Mei 2000

Lampiran tambahan.indb 15 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-16

Lampiran tambahan.indb 16 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 03
L-17

LAMPIRAN 3

KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Setiap manusia yang memberikan jasa dari pengetahuan dan keahliannya pada
pihak lain seharusnya memiliki rasa tanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi
oleh jasanya itu.
Akuntan yang pemakaian gelarnya dilindungi oleh Undang-Undang No.34/1954
adalah profesi yang berdiri di atas landasan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian,
dalam melaksanakan tugasnya akuntan harus mengutamakan kepentingan masyarakat,
pemerintah dan dunia usaha.
Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan
Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.

BAB I: KEPRIBADIAN
Pasal 1

(1) Setiap anggota harus selalu mempertahankan nama baik profesi dan menjunjung
tinggi peraturan dan etika profesi serta hukum negara dimana ia melaksanakan
pekerjaannya.
(2) Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak
jujur, tegas dan tanpa pretensi. Dengan mempertahankan objektivitas, ia akan
bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau
kepentingan pribadinya.

BAB II: KECAKA PAN PROFESIONAL


Pasal 2

(1) (a) Seorang anggota harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis
dan profesional yang relevan.
(b) Jika seorang anggota mempekerjakan staf dan ahli lainnya untuk pelaksanaan
tugas profesionalnya, ia harus menjelaskan kepada mereka, keterikatan
akuntan pada kode etik. Dan ia tetap bertanggung jawab atas pekerjaan
tersebut secara keseluruhan. Ia juga berkewajiban untuk bertindak sesuai
dengan kode etik, jika ia memilih ahli lain untuk memberi saran atau bila
merekomendasikan ahli lain itu kepada kliennya.
(2) Setiap anggota harus meningkatkan kecakapan profesionalnya, agar mampu
memberikan manfaat optimum dalam pelaksanaan tugasnya.
(3) Setiap anggota harus menolak setiap penugasan yang tidak akan dapat
diselesaikannya.

Lampiran tambahan.indb 17 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-18

Pasal 3
Setiap anggota yang tidak bekerja sebagai akuntan publik tidak boleh memberikan
pernyataan pendapat akuntan, kecuali bagi akuntan yang menurut perundang-
undangan yang berlaku harus memberikan pernyataan pendapat akuntan.

BAB III: Tanggung jawab


Pasal 4
Setiap anggota harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam
tugasnya. Dan tidak boleh terlibat dalam pengungkapan dan pemanfaatan informasi
tersebut, tanpa seizin pihak yang memberi tugas, kecuali jika hal itu dikehendaki oleh
norma profesi, hukum atau negara.

Pasal 5
Setiap anggota harus bisa mempertanggungjawabkan mutu pekerjaan atau
pelaksanaan tugasnya. Ia tidak boleh terlibat dalam usaha atau pekerjaan lain pada
saat yang bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpangan objektivitas atau ketidak
konsistensian dalam pekerjaannya.

BAB IV: KETENTUAN KHUSUS


Pasal 6
Jika terlibat dalam profesi akuntan publik, setiap anggota:
(1) Harus mempertahankan sikap independensi. Ia harus bebas dari semua
kepentingan yang bisa dipandang tidak sesuai dengan integritas maupun
objektivitasnya. Tanpa tergantung efek sebenarnya dari kepentingan itu.
(2) Harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik.
(3) Harus memberi penjelasan yang cukup mengenai tujuan pembubuhan tanda
tangan untuk hal-hal yang telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik.
(4) Harus menegaskan bahwa ia tidak menjamin terwujudnya ramalan atau
proyeksi, jika ia melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan ramalan
atau proyeksi.
(5) Dalam melaksanakan penugasan pemeriksaan laporan keuangan, dilarang
menerima imbalan lain selain honorarium untuk penugasan yang bersangkutan.
Honorarium tersebut tidak boleh tergantung pada manfaat yang akan diperoleh
kliennya.
(6) Harus memelihara hubungan baik dengan rekan seprofesi. Hal ini terutama
berlaku bila ia mengganti atau diganti oleh rekan seprofesi atau bila ada
kebutuhan untuk bekerja sama.

Lampiran tambahan.indb 18 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 03
L-19

(7) Tidak boleh memberi saran atau pandangan mengenai pendapat atau pemeriksaan
akuntan publik lain tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan rekan yang
bersangkutan.
(8) Dilarang mengiklankan atau mengizinkan orang lain untuk mengiklankan nama
atau jasa yang diberikannya, kecuali yang sifatnya pemberitahuan.
(9) Tidak boleh menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien, kecuali atas
permintaan calon klien yang bersangkutan.
(10) Dalam usaha memperoleh penugasan, dilarang memberikan imbalan dalam
bentuk apa pun kepada pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung
turut menentukan penugasan tersebut, kecuali dalam hal pengambilalihan
sebagian atau seluruh pekerjaan akuntan publik lain.

BAB V: PELAKSANA AN KODE ETIK


Pasal 7
(1) Setiap anggota wajib menghayati dan mengamalkan kode etik ini dengan penuh rasa
tanggung jawab, baik secara perorangan maupun bersama dengan rekan anggota
lainnya.
(2) Setiap anggota harus selalu berusaha untuk saling mengingatkan sesama anggota
terhadap tindakan-tindakan yang dinilai tidak etis.
(3) Setiap anggota harus meminta petunjuk dari Komite Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia, dalam hal adanya masalah etika yang tidak jelas pengaturannya.
(4) Setiap anggota harus melaporkan setiap tindakan yang melanggar kode etik ini,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 8
(1) Dewan Pertimbangan Profesi bertugas untuk menjaga ketaatan terhadap kode
etik. Tata cara mengenai Dewan Pertimbangan Profesi diatur dalam ketentuan
tersendiri.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, Dewan
Pertimbangan Profesi dapat mengenakan sanksi atas pelanggaran kode etik,
sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Ikatan
Akuntan Indonesia.

BAB VI: SUPLEMEN DAN PENYEMPURNAAN


Pasal 9
(1) Komite Kode Etik akan menerbitkan suplemen yang memperjelas pelaksanaan kode
etik ini untuk masalah-masalah tertentu.
(2) Untuk pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3), Komite
Kode Etik akan memberikan petunjuk tertulis, yang akan diterbitkan dengan
pernyataannya sebagai interpretasi kode etik.

Lampiran tambahan.indb 19 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-20

(3) Penyempurnaan kode etik dilakukan oleh kongres.

BAB VII: PENUTUP


Pasal 10
Kode etik ini mengikat seluruh anggota Ikatan Akuntan Indonesia.

BAB VIII: PENGESAHAN


Pasal 11
(1) Ketentuan Kode Etik Akuntan Indonesia ini disahkan dan mulai berlaku sejak
tanggal 22 September 1990.
(2) Ketentuan Kode Etik Akuntan Indonesia ini ditetapkan sebagai keputusan Kongres
IAI ke-6 di Jakarta, tanggal 22 September 1990 jam 14.30 WIB.

Lampiran tambahan.indb 20 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 03
L-21

INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS DAN INDEPENDENSI


Pernyataan Etika Profesi
Nomor: 1

I. PENDAHULUAN

Integritas dan objektivitas adalah sangat penting dalam kehidupan profesional


seorang akuntan. Untuk anggota yang bekerja sebagai auditor, disamping integritas
dan objektivitas sangat dibutuhkan independensi.
Integritas adalah unsur karakter yang mendasar bagi pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan masyarakat
dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua keputusannya.
Integritas mengharuskan auditor, dalam berbagai hal, jujur dan terus terang dalam
batasan kerahasiaan objek pemeriksaan. Pelayanan dan kepercayaan masyarakat tidak
dapat dikalahkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi.
Objektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa/
pelayanan auditor. Objektivitas merupakan suatu ciri yang membedakan profesi
akuntan dengan profesi-profesi yang lain. Prinsip objektivitas menetapkan suatu
kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari
konflik kepentingan.
Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk
tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan
dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas
dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari
semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Ia juga harus
menghindari situasi yang bisa menimbulkan kesan pada pihak ketiga, bahwa ada
pertentangan kepentingan dan objektivitasnya sudah tidak dapat dipertahankan.

II. PENGATURAN DALAM KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


1. Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak
jujur, tegas dan tanpa pretensi. Dengan mempertahankan objektivitas, ia akan
bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau
kepentingan pribadi.
2. Jika terlibat sebagai auditor, setiap anggota harus mempertahankan sikap
independensi. Ia harus bebas dari semua kepentingan yang bisa dipandang tidak
sesuai dengan integritas maupun objektivitasnya, tanpa tergantung efek sebenarnya
dari kepentingan itu.
3. Jika ada masalah tertentu yang belum diatur dalam standar etika profesi atau hukum
negara, setiap anggota harus tetap mempertahankan integritas dan objektivitas
dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan
bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu, atau
kepentingan pribadinya.

Lampiran tambahan.indb 21 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-22

4. Auditor harus selalu mempertahankan sikap independensi in fact dan in appearance


(citra bebas) selama melaksanakan tugas audit.
5. Dalam hal seorang anggota tidak bisa mempertahankan sikap di atas yang relevan
dengan profesinya, ia harus menolak untuk menerima atau mengundurkan diri dari
tugas yang bersangkutan.

III. PETUNJUK PELAKSANAAN


Contoh-contoh penerapan yang berlaku untuk akuntan publik adalah:
1. Hubungan keuangan dengan klien.
2. Kedudukan dalam perusahaan.
3. Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten.
4. Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit.
5. Hubungan keluarga dan pribadi.
6. Imbalan atas jasa profesional.
7. Penerimaan barang atau jasa dari klien.
8. Pemberian barang atau jasa kepada klien.

1. Hubungan keuangan dengan klien


a. Hubungan keuangan dengan klien bisa memengaruhi objektivitas dan bisa
mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas tidak dapat
dipertahankan. Contoh hubungan keuangan antara lain:
• Kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung dengan klien,
• Pinjaman dari atau pada klien, karyawan, direktur atau pemegang saham
utama dalam perusahaan klien.
b. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang akuntan publik jelas
berkepentingan dengan laporan audit yang akan dikeluarkan. Hubungan
keuangan tidak langsung mencakup kepentingan keuangan oleh suami, istri, Anda
sedarah semenda, sampai garis kedua akuntan publik yang bersangkutan.
c. Jika saham yang dimiliki merupakan bagian yang material dari:
• Modal saham perusahaan klien, atau
• Aset yang dimiliki pimpinan atau rekan pimpinan atau kantor akuntan
suami atau istri, Anda sedarah-semendanya sampai dengan garis kedua.
Maka hal itu akan bertentangan dengan integritas, objektivitas, dan
independensi akuntan publik tersebut. Konsekuensinya, penugasan
pemeriksaan yang berhubungan tidak boleh diterima atau dilanjutkan,
kecuali jika hubungan keuangan itu diputuskan.
d. Pemilikan saham di perusahaan klien secara langsung atau tidak langsung,
mungkin diperoleh melalui warisan, perkawinan dengan pemegang saham atau
pengambilalihan. Dalam hal seperti itu, pemilikan saham harus dihilangkan
atau secepat mungkin, akuntan publik yang bersangkutan menolak penugasan
audit atas perusahaan itu.

Lampiran tambahan.indb 22 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 03
L-23

2. Kedudukan dalam perusahaan


Jika seorang akuntan publik dalam atau segera setelah periode penugasan,
menjadi:
• Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau karyawan dalam manajemen perusahaan
klien, atau
• Rekan usaha atau karyawan salah satu anggota Dewan Komisaris, Direksi atau
karyawan perusahaan klien.
Maka ia dianggap memiliki kepentingan yang dapat bertentangan dengan
objektivitas dalam penugasan. Dalam keadaan demikian, ia harus mengundurkan
diri atau menolak semua penugasan yang menghasilkan pendapat untuk perusahaan
tersebut.
3. Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai
a. Seorang akuntan publik tidak boleh terlibat dalam usaha atau pekerjaan lain yang
bisa menimbulkan pertentangan kepentingan atau memengaruhi independensi
dalam pelaksanaan jasa profesional.
b. Seorang akuntan publik tidak dapat melakukan kerjasama bisnis dengan
perusahaan klien atau dengan salah satu eksekutif atau pemegang saham
utama.
4. Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit
Jika seorang akuntan publik disamping melakukan audit, juga melaksanakan jasa
lain untuk klien yang sama, maka ia harus menghindari jasa yang menuntut ia
melakukan fungsi manajemen atau memilih keputusan manajemen, yang tanggung
jawabnya terletak pada Dewan Direksi dan manajemen.
Contoh dari kondisi tersebut di atas yang menyebabkan tidak independen,yaitu:
a. Akuntan memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien, menandatangani
voucher untuk pembayaran dan menyusun laporan operasional berkala,
sedangkan pada saat yang bersamaan dia juga melakukan penugasan audit atas
klien tersebut.
b. Jika perusahaan klien hendak go public, suatu kantor akuntan publik tidak dapat
menjadi konsultan keuangan (financial consultant) sekaligus auditor bagi klien
tersebut walaupun partnernya berbeda.
5. Hubungan keluarga dan pribadi
a. Hubungan keluarga dan pribadi bisa memengaruhi objektivitas. Karenanya,
setiap penugasan untuk memberikan pendapat tidak boleh disertai hubungan
keluarga dan pribadi.
b. Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam independensi adalah seperti
akuntan publik yang bersangkutan, atau staf yang terlibat dalam penugasan itu,
merupakan suami atau istri, Anda sedarah-semenda klien sampai dengan garis
kedua. Termasuk dalam pengertian klien disini pemilik perusahaan, pemegang
saham utama, Direksi dan eksekutif lainnya.

Lampiran tambahan.indb 23 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-24

c. Hubungan pribadi yang bisa memengaruhi independensi adalah seperti usaha


kerjasama antara akuntan publik dengan kliennya di perusahaan yang tidak di
audit. Pengertian klien di sini adalah sama dengan definisi di atas.
6. Imbalan atas jasa profesional
a. Imbalan jasa profesional tidak boleh tergantung pada hasil atau temuan atas
pelaksanaan jasa tersebut.
b. Akuntan publik tidak boleh mendapatkan klien yang telah di audit oleh kantor
akuntan publik lain dengan cara menawarkan atau menjanjikan imbalan yang
jauh lebih rendah dari imbalan yang diterima oleh kantor akuntan publik
sebelumnya.
c. Seorang akuntan publik tidak boleh memberikan jasa profesionalnya tanpa
memberi imbalan, kecuali untuk yayasan (non-profit organization).
d. Jika klien belum membayar imbalan jasa seorang akuntan publik sejak beberapa
tahun yang lalu (lebih dari 1 tahun), maka dapat dianggap bahwa akuntan publik
tersebut memberikan pinjaman kepada kliennya. Hal tersebut melanggar
independensi.
e. Jika akuntan publik bertindak sebagai financial consultant dari suatu perusahaan
yang akan go public, maka akuntan publik tidak boleh menentukan imbalan jasa
profesionalnya berdasarkan presentase tertentu dari hasil emisi saham.
f. Akuntan publik tidak boleh menerima komisi dari penjualan produk langganan
atau jasa/barang yang dijual oleh kliennya pada saat ia melakukan pekerjaan
audit.
7. Penerimaan barang atau jasa dari klien
Akuntan publik, suami atau istrinya dan Anda sedarah-semenda sampai dengan
garis kedua tidak boleh menerima barang atau jasa dari klien yang dapat mengancam
independensinya, yang diberikan dengan syarat yang tidak wajar, yang tidak lazim
dalam kehidupan sosial.
8. Pemberian barang atau jasa kepada klien
Akuntan publik, suami atau istrinya, dan Anda sedarah-semendanya sampai dengan
garis kedua tidak boleh memberikan barang atau jasa kepada klien, yang diberikan
dengan syarat yang tidak wajar, yang tidak lazim dalam kehidupan sosial.

Lampiran tambahan.indb 24 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 03
L-25

KECAKAPAN PROFESIONAL
Pernyataan Etika Profesi
Nomor: 2

I. PENDAHULUAN
Jika seorang akuntan menerima suatu penugasan untuk melaksanakan jasa
profesional atau dalam pekerjaannya, pemberi tugas akan mempunyai persepsi bahwa
akuntan itu dan/atau kantor akuntan publiknya, jika ia mewakili kantornya,adalah
kompeten secara profesional untuk melaksanakan tugasnya.
Perkembangan dunia usaha telah memperluas jenis jasa atau tugas yang dapat
dilakukan oleh para akuntan. Klien atau majikan yang kompleksitas bidang usahanya
bervariasi memerlukan akuntan yang memiliki keahlian (skills) dan pengetahuan
(knowledge) yang hanya bisa diperoleh melalui pengalaman atau studi khusus.
Pernyataan ini memberikan petunjuk bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia
dalam mempertimbangkan memadai tidaknya kecakapan stafnya untuk melaksanakan
suatu jasa atau tugas.

II. PENGATURAN DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN


INDONESIA
1. (a) Seorang anggota harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar profesi
yang relevan.
(b) Jika seseorang mempekerjakan staf dan ahli lainnya untuk pelaksanaan tugas
profesionalnya, ia harus menjelaskan kepada mereka mengenai keterikatan
akuntan pada kode etik.
Dan ia tetap bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut secara keseluruhan. Ia
juga berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan kode etik, jika ia memilih ahli
lain untuk memberikan saran atau bila merekomendasikan ahli lain itu kepada
kliennya.
2. Setiap anggota harus meningkatkan kecakapan profesionalnya, agar mampu
memberikan manfaat optimal dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Setiap anggota harus menolak setiap penugasan yang tidak akan dapat diselesaikannya
atau tidak sesuai dengan keahlian profesionalnya.

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah anggota yang tidak mempunyai keahlian
profesional di bidang tertentu, namun memaksakan diri menerima penugasan dan
walaupun penugasan dapat diselesaikan, namun hasilnya jauh dari memuaskan.

III. PETUNJUK PELAKSANAAN


Kecakapan profesional seorang akuntan bisa dibagi menjadi dua tahap:
1. Perolehan Kecakapan Profesional
Perolehan (attainment) kecakapan profesional membutuhkan pendidikan formal
yang relevan, diikuti dengan pendidikan khusus, pelatihan atau ujian dalam subjek

Lampiran tambahan.indb 25 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-26

profesional yang relevan dan pengalaman kerja. Tahap ini adalah pola pengembangan
kecakapan profesional yang normal bagi setiap akuntan.
2 Peningkatan Kecakapan Profesional
a. Peningkatan kecakapan profesional membutuhkan kesadaran untuk mengikuti
perkembangan dalam profesi akuntan, termasuk publikasi Standar Akuntansi
Keuangan, Standar Profesi, dan bidang relevan lainnya, baik di Indonesia
maupun internasional dan peraturan serta kebijakan lain yang relevan.
b. Anggota yang berpraktik sebagai auditor independen harus menerapkan
program pengendalian mutu sesuai dengan Pernyataan Standar Auditing yang
relevan dengan jenis penugasannya.
Pernyataan ini tidak bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang jenis dan
tingkat kedalaman pengetahuan yang dibutuhkan, atau standar dan kondisi pendidikan
dan pelatihan profesional yang memadai.
Setiap keraguan dalam masalah kecakapan profesional yang tidak bisa diselesaikan
dengan pernyataan ini, harus diajukan kepada Komite Kode Etik IAI.
Anggota harus memperhatikan standar teknik profesi dan etika dan berupaya terus
untuk meningkatkan kemampuan, kualitas pelayanan dan pelaksanaan tanggung jawab
profesional untuk mendapatkan kemampuan anggota yang baik.
1. Kecakapan (due care) mengharapkan anggota melaksanakan tanggung jawab
profesional dengan kecakapan dan ketekunan. Hal ini memperlihatkan suatu
kewajiban dalam pengadaan dan pelayanan yang profesional untuk mendapatkan
kemampuan anggota yang memperhatikan kepentingan utama dari setiap
pelayanan/jasa yang diadakan dan konsisten dengan tanggung jawab profesi bagi
masyarakat.
2. Kemampuan/kompetensi didapatkan dari perpaduan pendidikan dan pengalaman.
Dimulai dengan penguasaan pendidikan umum bagi penunjukkan sebagai auditor
independen. Pemeliharaan kemampuan mengharapkan suatu komitmen untuk
mempelajari dan meningkatkan kemampuan profesional. Ini merupakan tanggung
jawab anggota. Dalam semua penugasan dan tanggung jawabnya, setiap anggota
harus berusaha mencapai tingkat kemampuan yang menjamin bahwa kualitas
pelayanan anggota telah sesuai dengan tingkat profesional yang dituntut oleh
standar profesi.
3. Kemampuan adalah suatu pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pengertian
dan pengetahuan yang dapat memungkinkan anggota memberikan pelayanan
dengan cakap dan baik. Hal ini membuat suatu pembatasan terhadap kemampuan
anggota. Setiap anggota bertanggung jawab menilai kemampuan mereka,
mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk
suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.
4. Semua anggota harus tekun dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
klien, pekerjaan dan masyarakat. Ketekunan membuat suatu pelayanan yang tepat
dan teliti secara keseluruhan dan memperhatikan standar profesi yang dapat dipakai
dan etika.
5. Kecakapan Profesional meminta anggota merencanakan dan mengawasi dengan
cukup aktivitas profesional untuk pertanggungjawaban mereka.

Lampiran tambahan.indb 26 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 03
L-27

PENGUNGKAPAN INFORMASI RAHASIA KLIEN


Pernyataan Etika Profesi
Nomor: 3

I. PENDAHULUAN
Seorang akuntan dalam melaksanakan tugasnya dapat memperoleh informasi
tentang atau dari kliennya. Seringkali informasi yang diperolehnya ini tidak boleh
diketahui oleh pihak lain, karena dapat merugikan kepentingan kliennya.
Seorang akuntan harus menyadari mengenai tugas untuk menjaga kerahasiaan
informasi tersebut, dan tidak memanfaatkan informasi yang bersangkutan bagi
kepentingan pribadinya maupun pihak lain.

II. PENGATURAN DALAM KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


a. Setiap anggota harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam tugasnya,
dan tidak boleh terlibat dalam pengungkapan dan pemanfaatan informasi tersebut,
tanpa seizin pihak yang memberi tugas, kecuali jika hal itu dikehendaki oleh standar
profesi, hukum atau negara.
b. Auditor harus tetap menjaga informasi rahasia pemberi tugas walaupun ia sudah
bukan auditor pemberi tugas tersebut.
c. Kewajiban menjaga informasi rahasia klien tersebut juga berlaku bagi staf yang
membantunya, dan pihak yang dimintai pendapat atau bantuannya. Ia harus
menjelaskan dan tetap bertanggung jawab atas kerahasiaan informasi tersebut.

III. PETUNJUK PELAKSANA AN


a. Yang dimaksud dengan dikehendaki oleh standar profesi, hukum atau negara
adalah:
• Kewajiban anggota dalam mematuhi panggilan sidang atau tuntutan
pengadilan.
• Setiap anggota tidak boleh menghalangi atau menghindari pelaksanaan Review
dari anggota lainnya yang berwenang atau ditunjuk oleh IAI dan instansi lainnya
yang mempunyai otoritas untuk itu.
• Setiap anggota tidak boleh menghindari atau menghalangi penyelidikan Dewan
Pertimbangan Profesi terhadap keluhan-keluhan yang ada.
b. Anggota Dewan Pertimbangan Profesi atau Reviewer tidak boleh memanfaatkan atau
mengungkapkan informasi klien kecuali atas tuntutan hukum atau pengadilan.

Lampiran tambahan.indb 27 22/08/2017 11.07.06


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-28

c. Anggota yang mereview sehubungan dengan pembelian, penjualan atau merger


dari seluruh atau bagian sebuah perusahaan harus melakukan pencegahan yang
diperlukan (appropriate precautions).
Contoh:
Membuat Written Confidentially Agreement (perjanjian tertulis untuk merahasiakan
informasi yang diterima).
d. Auditor boleh mengungkapkan nama-nama pemberi tugas kepada pihak lain
tanpa meminta izin dari pemberi tugas, kecuali bila pengungkapan nama tersebut
mengungkapkan rahasia informasi atas pemberi tugas.
Contoh:
Pengungkapan nama pemberi tugas yang sedang mengalami kesulitan keuangan.
e. Anggota yang menjadi auditor independen tidak boleh memberikan inside
information kepada pihak lain mengenai pemberi tugas yang go public.
f. Auditor terdahulu harus bersedia memperlihatkan audit working papers sebelumnya
kepada auditor pengganti,berdasarkan permintaan pemberi tugas.
g. Auditor independen dapat menggunakan jasa tenaga ahli lainnya, namun harus
melakukan pencegahan untuk menjamin tidak adanya informasi rahasia pemberi
tugas terungkap dalam menggunakan tenaga ahli lainnya tersebut.
h. Auditor independen yang menarik diri dari penugasannya karena menemukan
pelanggaran terhadap undang-undang dan peraturan pemerintah harus
memperhatikan aspek hukum atas status dan kewajibannya bila auditor
penggantinya ingin mengetahui alasan penarikan diri auditor independen tersebut.
Auditor independen tersebut juga dapat menganjurkan pada auditor independen
penggantinya untuk meminta izin kepada pemberi tugas untuk dapat mendiskusikan
segala masalah yang ada pada pemberi tugas secara bebas antara auditor independen
sebelumnya dengan penggantinya.

Lampiran tambahan.indb 28 22/08/2017 11.07.06


Lampiran 03
L-29

IKLAN BAGI KANTOR AKUNTAN PUBLIK


Pernyataan Etika Profesi
Nomor: 4

I. PENDAHULUAN
Iklan adalah sebuah bentuk solisitasi yang jika disalahgunakan dapat merangsang
penyajian diri yang menyesatkan masyarakat yang dapat menurunkan manfaat profesi
bagi masyarakat.
Agar dapat merebut rasa hormat dan rasa percaya masyarakat, seorang akuntan
publik sebaiknya menganut tingkat kehidupan yang terhormat. Untuk itu kode etik
juga mengatur akuntan publik dalam memperoleh klien, sehingga penghasilan kantor
akuntan publik sebaiknya berasal dari penyerahan jasa akuntan publik.

II. PENGATURAN DALAM KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


1. Seorang Akuntan Publik tidak boleh membuat iklan yang menipu atau bentuk
pendekatan lain yang palsu atau menyesatkan karena bertentangan dengan
kepentingan umum.
2. Jika terlibat dalam Profesi Akuntan Publik, setiap anggota tidak boleh menawarkan
jasanya secara tertulis kepada calon klien, kecuali atas permintaan calon klien.
Dalam hal ini KAP diperkenankan untuk memberikan Company Profile.

III. PETUNJUK PELAKSANA AN


a. Contoh-contoh iklan dan bentuk-bentuk yang palsu,menipu atau menyesatkan
antara lain:
1. Seorang akuntan publik memberikan janji-janji muluk.
2. Menggambarkan seolah-olah dapat memengaruhi keputusan pejabat
pengadilan, instansi pengatur atau badan/instansi lain yang serupa.
3. Membuat pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
4. Membuat perbandingan dengan akuntan publik lainnya yang tidak didasarkan
pada fakta yang dapat diverifikasi.
5. Membuat pernyataan bahwa jasa profesional spesifik sedang/akan diberikan
dengan upah tertentu yang bisa naik dan calon kliennya tidak diberitahu
kemungkinan ini.

Lampiran tambahan.indb 29 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-30

6. Membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau salah
menafsirkannya.
7. Akuntan Publik tidak diperbolehkan menawarkan jasanya secara tertulis kepada
calon klien, kecuali atas permintaan calon klien yang bersangkutan.
b. Contoh-contoh iklan yang diperbolehkan yang sifatnya pemberitahuan antara
lain:
1. Pemberitahuan pindah alamat, telepon, fax, dan telex.
2. Merekrut pegawai dan staf baik untuk kantornya sendiri maupun untuk
langganannya.
3. Memasang iklan untuk penjualan perusahaan atau aset langganan akuntan
publik dalam kapasitas profesinya yang bertindak sebagai likuidator.
4. Memasang iklan untuk seminar dan penataran bagi masyarakat umum, kecuali
yang diselenggarakan secara gratis.
5. Pemberian kartu ucapan kepada klien kantor akuntan publik.
c. Contoh penawaran jasa secara tertulis yang tidak diperkenankan antara lain,
penyebaran kartu nama yang mencantumkan jasa yang tidak ada hubungannya
dengan profesi.

Lampiran tambahan.indb 30 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 03
L-31

KOMUNIKASI ANTAR AKUNTAN PUBLIK


Pernyataan Etika Profesi
Nomor: 5

I. PENGATURAN DALAM KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


1. Setiap anggota yang berprofesi sebagai akuntan publik harus memelihara hubungan
baik dengan rekan seprofesi. Hal ini terutama berlaku bila ia mengganti atau diganti
oleh rekan seprofesi dalam jasa audit atau bila ada kebutuhan untuk bekerjasama.
2. Setiap anggota yang berprofesi sebagai akuntan publik tidak boleh memberi saran
atau pandangan mengenai masalah akuntansi atau pemeriksaan akuntan kepada
orang atau badan yang diperiksa oleh rekan akuntan publik lain tanpa terlebih
dahulu berkonsultasi dengan rekan yang bersangkutan.
3. Akuntan publik pengganti tidak boleh menerima penugasan atas klien yang sama,
apabila antara akuntan terdahulu dengan klien tersebut timbul masalah audit fee
yang belum diselesaikan.

II. PETUNJUK PELAKSANA AN


1. Setiap akuntan publik yang ditunjuk sebagai akuntan pengganti untuk melakukan
penugasan pada klien yang sama, maka akuntan tersebut harus mengirimkan surat
pemberitahuan kepada akuntan publik sebelumnya dan menanyakan apakah ada
keberatan profesional dalam penggantian penugasan ini.
2. Akuntan publik terdahulu, jika diperlukan, harus bersedia memperlihatkan audit
working papers tahun sebelumnya kepada akuntan publik pengganti hanya jika hal
ini diminta oleh klien yang bersangkutan.

Lampiran tambahan.indb 31 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-32

PERPINDAHAN STAF/PARTNER DARI SATU KANTOR AKUNTAN


KE KANTOR AKUNTAN LAIN
Pernyataan Etika Profesi
Nomor: 6

I. PENDAHULUAN
Seorang akuntan yang bekerja pada suatu kantor akuntan publik dapat pindah pada
kantor akuntan publik lainnya atau membentuk kantor akuntan sendiri. Sehubungan
dengan itu perlu adanya beberapa pengaturan.

II. PENGATURAN DALAM KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


1. Staf/partner pada suatu Kantor Akuntan Publik yang hendak pindah bekerja pada
Kantor Akuntan Publik yang lain harus:
a. Mengajukan permohonan selambat-lambatnya 1-2 bulan untuk Staf dan 6 bulan
untuk Partner kepada Kantor Akuntan terdahulu.
b. Dengan persetujuan Kantor Akuntan terdahulu.
2. Staf/partner dari suatu Kantor Akuntan tertentu yang pindah bekerja pada Kantor
Akuntan lain tidak boleh memperlihatkan/membawa/menggunakan audit working
papers, management letters dan/atau informasi lainnya kepada kantor akuntan baru
tempatnya bekerja.

III. PETUNJUK PELAKSANA AN


1. Kantor akuntan publik yang akan menerima staf/partner dari kantor akuntan publik
lain wajib mengkomunikasikan perpindahan tersebut.
2. Yang dimaksud dengan informasi lainnya adalah seluruh informasi baik lisan
maupun tertulis yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan pada kantor
akuntan terdahulu.

Catatan:
Dalam Sidang Pleno diputuskan bahwa perubahan Kode Etik Akuntan disahkan
oleh Kongres.

Lampiran tambahan.indb 32 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 04
L-33

LAMPIRAN 4 (SUMBER HAYES, 2014:20)

FINANCIAL STATEMENT ASSERTIONS, DEFINITIONS AND PROCEDURES


FOR AUDITING RECEIVABLES
Assertion Definition Procedures
Existence Assets, liabilities and equity interests ✓ Confirm customer account
exist balances
✓ Inspect shipping
documents
Rights and The entity holds or controls the ✓ Inquire about factoring of
obligantions right to assets, and liabilities are the receivables
obligations of the entity ✓ Inspect cash invoices
Occurrence Transaction and events that have been ✓ Inspect notes receivable
recorded have occurred and pertain to ✓ Inspect sales invoices
the entity
Completeness All transactions, events, assets, ✓ Perform analytical
liabilities and equity interests that procedures
should have been recorded have been ✓ Inspect inter-company
recorded sales invoices
Valuation and Assets, liabilities and equity ✓ Reconcile subsidiary ledger
allocation interests are included in the to general legder
financial statements are appropriate ✓ Age receivables to test
amounts and any resulting valuation adequacy of allowance for
or allocation adjustments are doubtful accounts
appropriately recorded
Accuracy Amounts and other data relating to ✓ Recalculate sales invoices
recorded transactions and events have ✓ Reperform sales
been recorded appropriately transactions
Classification Transaction and events have been ✓ Inquire about revenue
recorded in the proper accounts recognition policies
Cut-off Transactions and events have been ✓ Inspect next period bank
recorded in the correct accounting statements for cash receipts
period ✓ Inspect credit memos for
sales returns
Presentation and An item is disclosed, classified, ✓ Review disclosures for
disclosure and described in accordance with compliance with IFRS and
acceptable accounting reporting applicable regulation
framework ✓ Inspect loan documents for
pledging or discounting of
accounts receivable

Lampiran tambahan.indb 33 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-34

Lampiran tambahan.indb 34 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 05
L-35

LAMPIRAN 5 (SUMBER SA 210, IAPI) Persetujuan atas Ketentuan


Perikatan Audit

Contoh Surat Perikatan Audit

Kepada Manajemen atau Pihak yang Bertanggung jawab atas Tata Kelola
Perusahaan

Saudara telah meminta kepada kami untuk mengaudit laporan keuangan PT ABC
yang terdiri dari laporan posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2015, dan laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, serta laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Kami ingin menegaskan penerimaan dan
pemahaman kami atas perikatan audit tersebut di atas melalui surat ini. Audit kami
dilaksanakan dengan tujuan untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan
tersebut.
Kami akan melaksanakan audit berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk
mematuhi Kode Etik Profesi serta merencanakan dan melaksanakan audit agar
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan
penyajian material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-
bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Prosedur yang dipilih tergantung pada pertimbangan auditor, termasuk penaksiran atas
risiko kesalahan penyajian material, baik yang diakibatkan oleh kecurangan maupun
kesalahan. Audit juga mencakup penilaian atas ketepatan kebijakan akuntansi yang
digunakan dan memadainya estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta
penilaian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Oleh karena adanya keterbatasan inheren dari suatu audit, bersama dengan
keterbatasan inheren pengendalian internal, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari
kemungkinann tidak terdeteksinya kesalahan penyajian material, meskipun audit telah
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan Standar Perikatan Audit (SA).
Dalam melakukan penilaian risiko, kami mempertimbangkan pengendalian
internal yang relevan dalam penyusunan laporan keuangan entitas untuk merancang
prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi yang bersangkutan, namun tidak
bertujuan untuk menyatakan opini atas efektivitas pengendalian internal entitas.
Namun, kami akan mengomunikasikan secara tertulis defisiensi signifikan pada
pengendalian internal yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, yang kami
indentifikasi dalam pelaksanaan audit.
Audit akan kami lakukan berdasarkan bahwa manajemen mengakui dan memahami
bahwa mereka bertanggung jawab atas:
(a) Penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan;

Lampiran tambahan.indb 35 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-36

(b) Pengendalian internal yang dianggap perlu oleh manajemen untuk menyusun
laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik karena
kecurangan maupun kesalahan; dan
(c) Memberikan kepada kami:
(i) Akses terhadap semua informasi yang manajemen sadari bahwa informasi tersebut
relevan dalam penyusunan laporan keuangan seperti catatan, dokumentasi, dan
hal-hal lainnya;
(ii) Informasi tambahan yang mungkin kami minta dari manajemen untuk tujuan
audit; dan
(iii) Akses tanpa batas kepada individu-individu dalam entitas yang kami
pertimbangkan perlu untuk memperoleh bukti audit.
Sebagai bagian dari proses audit, kami akan menerima konfirmasi tertulis dari
manajemen tentang representasi yang dibuat dalam hubungannya dengan audit.
Kami mengharapkan kerja sama penuh dari staf Saudara selama proses audit
kami.
Audit fee untuk tugas-tugas tersebut diatas, kami ajukan sebesar Rp. xxxxxxx,-
(xxxxxxxx) belum termasuk PPN 10 %.
Audit fee tersebut kami hitung berdasarkan waktu yang diperlukan oleh staf yang
kami tugasi untuk melaksanakan audit ini dari tarif per jam staf yang kami tugasi, yang
bervariasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab yang dipikul dan pengalaman serta
keahlian yang diperlukan. Jumlah tersebut akan kami tagih sesuai dengan kemajuan
pekerjaan kami yang akan kami tagih sebagai berikut :
50 % pada saat audit proposal ini disetujui
30 % pada saat draft audit report diserahkan
20 % pada saat final audit report diserahkan

Biaya Out Of Pocket Expenses (OPE), jika ada, akan menjadi beban Perusahaan.
Bentuk dan isi dari laporan audit kami akan mengacu pada SA 700 dari Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tentang opini atas laporan keuangan.
Bentuk dan isi laporan kami mungkin perlu diubah sesuai dengan temuan audit
kami.
Silahkan menandatangani dan mengembalikan kopi terlampir surat perikatan audit
ini sebagai pengakuan dan kesepakatan Saudara atas pengaturan tentang audit atas
laporan keuangan tersebut diatas, termasuk tanggung jawab kita masing-masing.

Disetujui Oleh : Kantor Akuntan Publik


PT. ABC

___________________________ __________________________

Lampiran tambahan.indb 36 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 06
L-37

LAMPIRAN 6

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 24 TAHUN 1998
TENTANG
INFORMASI KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang
a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian
nasional, maka perlu disediakan kemudahan untuk memperoleh informasi
keuangan tahunan perusahaan;
b. bahwa sehubungan dengan itu perlu menetapkan ketentuan tentang informasi
Keuangan Tahunan Perusahaan dengan peraturan pemerintah.

Mengingat
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran
Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214)

Memutuskan:
Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG INFORMASI KEUANGAN
TAHUNAN PERUSAHAAN

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
(1) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan
terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang
diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia.
(2) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang perdagangan.

Lampiran tambahan.indb 37 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-38

Pasal 2
(1) Semua perusahaan wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan kepada
Menteri.
(2) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
dokumen umum yang dapat diketahui oleh masyarakat.

Pasal 3
(1) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(1)
meliputi:
a. Neraca Perusahaan
b. Laporan Laba/Rugi Perusahaan
c. Laporan Arus Kas
d. Utang-Piutang termasuk Kredit Bank
e. Daftar Penyertaan Modal

(2) Uraian dan rincian dari Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

Pasal 4
(1) Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang:
a. merupakan perseroan terbuka
b. bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat
c. mengeluarkan surat pengakuan utang, atau
d. memiliki jumlah aset atau kekayaan paling sedikit Rp.50.000.000.000,-(lima
puluh miliar rupiah)
(2) Laporan Keuangan Tahunan bagi perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), adalah laporan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik.

Pasal 5
Bagi perusahaan yang tidak termasuk perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) kewajiban menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan ditetapkan
oleh Menteri.

Pasal 6
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk memberikan pelayanan informasi keuangan
perusahaan kepada masyarakat.
(2) Pemberian pelayanan informasi keuangan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
tersendiri, dan merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Lampiran tambahan.indb 38 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 06
L-39

Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini
diatur oleh Menteri.

Pasal 8
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 14 Februari 1998
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 14 Februari 1998
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

ttd

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


TAHUN 1998 NOMOR 36

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIS KABINET RI
Kepala Biro Hukum Dan Perundang-undangan

ttd

Lambock Y Nahattands

Lampiran tambahan.indb 39 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-40

PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 1998

TENTANG

INFORMASI KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN

UMUM
Dalam upaya mendukung kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan
diperlukan langkah-langkah yang dapat mendorong peningkatan efisiensi perekonomian
nasional dan peningkatan daya saing dunia usaha. Untuk itu salah satu sarana guna
meningkatkan efisiensi adalah tersedianya informasi keuangan perusahaan. Dengan
adanya kesempatan bagi masyarakat dan dunia usaha untuk memperoleh informasi
keuangan,diharapkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam dunia usaha dapat
dilakukan lebih cermat, yang pada gilirannya akan memungkinkan peningkatan
efisiensi usaha.

Tersedianya informasi keuangan yang lebih handal juga merupakan faktor


penting untuk mendukung peningkatan efisiensi dan kinerja kegiatan usaha serta
untuk mendukung pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan dan
pemanfaatan dana masyarakat. Hal ini sejalan dengan upaya meningkatkan efisiensi
dalam pengalokasian dana masyarakat sehingga semakin mendukung pemerataan
pembangunan.

Pengumpulan dan penyediaan informasi perusahaan merupakan salah satu


pelaksanaan fungsi pemerintah yaitu pengaturan, perlindungan dan pelayanan
masyarakat. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan yang telah mengatur tentang hal-hal yang wajib didaftarkan
suatu perusahaan,walaupun penyajian laporan keuangan Tahunan belum diatur secara
tegas. Namun demikian, undang-undang ini mengamanatkan bahwa terhadap hal-
hal yang belum diatur mengenai penyampaian informasi perusahaan akan diatur
lebih lanjut oleh Menteri. Sehubungan dengan hal tersebut, agar supaya ketentuan
tentang penyampaian informasi keuangan Tahunan perusahaan sesuai dengan hierarki
perundang-undangan yang berlaku,maka dipandang perlu pengaturan penyampaian
informasi keuangan ini dilakukan dalam Peraturan Pemerintah.

Lampiran tambahan.indb 40 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 06
L-41

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Angka 1
Cukup jelas
Angka 2
Cukup jelas

Pasal 2
Ayat (1)
Perusahaan yang menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan kepada Menteri
wajib mempunyai Tanda Daftar Perusahaan dan NPWP.
Kewajiban penyampaian laporan keuangan dalam Peraturan Pemerintah ini
merupakan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Wajib Daftar Perusahaan, sifatnya berlaku umum, dan tidak mengurangi
kewajiban pelaporan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya
yang berlaku bagi bidang usaha atau jenis perusahaan yang bersangkutan, seperti
peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, usaha perasuransian, dan
pasar modal.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 3
Ayat (1)
Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan dimaksudkan untuk penyediaan
informasi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, informasi keuangan yang
bersumber dari Neraca Perusahaan, Laporan Laba/Rugi Perusahaan, Laporan
Arus Kas, Utang Piutang termasuk Kredit Bank dan Daftar Penyertaan Modal
beserta catatan-catatannya telah cukup memadai sebagai informasi yang tersedia
bagi masyarakat.
Ayat (2)
Agar terdapat keseragaman penyajian informasi keuangan diperlukan uraian
dan rincian Laporan Keuangan Tahunan. Dalam penetapan uraian dan rincian
tersebut perlu diminta pertimbangan Menteri Keuangan selaku pembina
Akuntan Publik. Uraian dan rincian Laporan Keuangan Tahunan ini dapat
berubah sesuai dengan kebutuhan perkembangan perekonomian.

Lampiran tambahan.indb 41 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-42

Pasal 4
Ayat (1)
Pada dasarnya menurut Peraturan Pemerintah ini, semua perusahaan wajib
menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan. Namun dengan pertimbangan
kondisi kesiapan manajemen dan administrasi perusahaan, maka untuk tahap
awal hanya diwajibkan kepada:
a. Perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas Terbuka, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 butir 6 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas;
b. Perseroan yang bidang usahanya berkaitan dengan pengerahan dana
masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
c. Perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan utang yang merupakan
dokumen yang berisi pernyataan yang memuat janji membayar kembali
pinjaman atau kewajiban pembiayaan lainnya dari suatu Perseroan kepada
masyarakat luas;
d. Perusahaan yang memiliki jumlah aset paling sedikit Rp.50.000.000.000,-
(lima puluh miliar rupiah).
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 5
Ayat (1)
Masyarakat yang menginginkan informasi laporan keuangan Tahunan
perusahaan, dapat meminta kepada kantor Pendaftaran Perusahaan.
Ayat (2)
Peraturan Pemerintah dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak.

Pasal 6
Cukup jelas

Pasal 7
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3738

Lampiran tambahan.indb 42 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 07
L-43

LAMPIRAN 7

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR: 64 TAHUN 1999

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH


NOMOR 24 TAHUN 1998 TENTANG INFORMASI
KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:
a. bahwa dalam rangka meningkatkan jenis dan jumlah perusahaan yang wajib
menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan dipandang perlu memperluas ruang
lingkup pelaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang Informasi
Keuangan Tahunan Perusahaan;
b. bahwa untuk meningkatkan daya guna informasi yang disajikan dalam Laporan
Keuangan Tahunan, komponen Laporan Keuangan Tahunan yang wajib disampaikan
perusahaan perlu diubah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku;
c. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b, perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan
Perusahaan;

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-Undang nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaga
Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan
Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3758);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN PERATURAN


PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1998 TENTANG INFORMASI
KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN

Lampiran tambahan.indb 43 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-44

Pasal I
Mengubah beberapa ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang
Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan sebagai berikut:
1. Mengubah ketentuan pasal 3, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 3
(1) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(1)
meliputi:
a) Neraca;
b) Laporan Laba/Rugi
c) Laporan Perubahan Ekuitas;
d) Laporan Arus Kas, dan
e) Catatan atas laporan keuangan yang mengungkapkan utang piutang
termasuk kredit bank dan daftar penyertaan modal.
(2) Uraian dan rincian dari Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri Keuangan”.
2. Mengubah ketentuan pasal 4 sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 4
(1) Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 berlaku bagi perusahaan yang berbentuk:
a. Perseroan Terbatas yang memenuhi salah satu kriteria:
1) merupakan Perseroan Terbuka;
2) bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat;
3) mengeluarkan surat pengakuan utang, atau;
4) memiliki jumlah aset atau kekayaan paling sedikit Rp.50.000.000.000,-
(lima puluh miliar rupiah);
5) merupakan debitur yang laporan keuangan Tahunannya diwajibkan oleh
bank untuk diaudit.
b. Perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan usahanya diwilayah
Negara Republik Indonesia menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, termasuk didalamnya kantor cabang, kantor pembantu, anak
perusahaan serta agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai
wewenang untuk mengadakan perjanjian.
c. Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan
(DAERAH).
(2) Laporan Keuangan Tahunan bagi perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), adalah laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik”.
3. Menambah ketentuan baru diantara pasal 4 dan pasal 5 yang dijadikan pasal 4A,
sebagai berikut:

Lampiran tambahan.indb 44 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 07
L-45

“Pasal 4A
Ketentuan mengenai besarnya aset atau kekayaan perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) huruf a angka 4 diturunkan menjadi paling sedikit Rp.
25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah) mulai tahun buku 2000.”

Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 9 Juli 1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 9 Juli 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA

ttd

MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 123

Lampiran tambahan.indb 45 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-46

PENJELASAN

ATAS

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH


NOMOR 24 TAHUN 1998 TENTANG INFORMASI
KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN

UMUM
Sebagaimana diketahui bahwa melalui pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan diharapkan dapat
tercipta transparansi keuangan perusahaan yang pada gilirannya akan mendorong
peningkatan efisiensi perekonomian nasional serta peningkatan daya saing dunia
usaha..
Untuk dapat secara efektif mengikuti serta menyikapi perkembangan dunia usaha
dan gerak perekonomian yang semakin cepat dan dengan kompleksitas yang tinggi, maka
dirasakan perlu untuk memperoleh lebih banyak informasi keuangan perusahaandari
berbagai bentuk dan jenis usaha yang ada. Untuk itu lingkup Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1998 perlu diperluas agar lebih banyak lagi jumlah perusahaan yang
diwajibkan untuk menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan kepada Menteri.
Disamping itu, komponen Laporan Keuangan Tahunan juga perlu disesuaikan
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang terbaru, sehingga akan meningkatkan
daya guna informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan Tahunan sebagai sarana
mewujudkan transparansi perusahaan.

PASAL DEMI PASAL


Pasal I
Angka 1

Pasal 3
Ayat (1)
Selain mengungkapkan hal-hal yang lazim atau diwajibkan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dalam catatan atas laporan keuangan
juga harus diungkapkan jenis dan jumlah utang dan piutang yang dimiliki
perusahaan, termasuk kredit yang diperoleh dari bank dan investasi
perusahaan dalam bentuk penyertaan langsung ke perusahaan lain.
Adanya ketentuan dalam PSAK yang mewajibkan induk perusahaan
menyajikan laporan keuangan konsolidasi tidak menghapuskan kewajiban
bagi anak perusahaan yang memenuhi salah satu kriteria sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4, untuk menyampaikan laporan keuangan Tahunan
perusahaan.

Lampiran tambahan.indb 46 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 07
L-47

Ayat (2)
Cukup jelas
Angka 2
Pasal 4
Pada dasarnya menurut Peraturan Pemerintah ini, semua perusahaan wajib
menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan. Namun dengan pertimbangan kondisi
kesiapan manajemen dan administrasi perusahaan, terutama dalam kondisi dunia usaha
saat ini, maka untuk saat ini kewajiban tersebut hanya dikenakan kepada perusahaan-
perusahaan dengan bentuk dan kriteria tertentu.

Ayat 1
Cukup Jelas
Huruf a
Angka 1)
Cukup Jelas
Angka 2)
Yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas yang bidang usahanya berkaitan
dengan pengerahan dana masyarakat adalah perseroan yang mengelola dana
masyarakat, seperti bank, asuransi dan reksa dana.
Angka 3)
Surat pengakuan utang yang dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah ini
adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perseroan dan diperdagangkan
kepada masyarakat luas.
Angka 4)
Cukup Jelas
Angka 5)
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Perusahaan Jawatan (PERJAN) tidak mewajibkan menyampaikan Laporan
Keuangan Tahunan karena sesuai dengan Undang-Undang Wajib Daftar
Perusahaan dikecualikan dari kewajiban pendaftaran perusahaan.
Ayat (2)
Termasuk dalam pengertian akuntan publik adalah instansi Pemerintah yang
memiliki kewenangan menerbitkan laporan akuntan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Angka 3

Lampiran tambahan.indb 47 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-48

Pasal 4A
Penambahan ketentuan mengenai besarnya aset atau kekayaan perseroan yang
wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan, yang semula paling
sedikit Rp.50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah) diturunkan menjadi paling
sedikit Rp.25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah).
Namun demikian, pemberlakuan ini dilakukan secara bertahap untuk memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan persiapan seperlunya, sementara
menunggu pulihnya kondisi dunia usaha yang diharapkan mulai tahun 2000.

Pasal II
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3862

Lampiran tambahan.indb 48 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 08
L-49

LAMPIRAN 8

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN


PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 525/MPP/Kep/XI/1998

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN LAPORAN


KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan dan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1998 tentang
Informasi Keuangan Tahunan Perusahaan, maka perlu diatur Penyelenggaraan
Pendaftaran Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan;
b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan.

Mengingat:
1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 3214);
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3587);
3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3687);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694);

Lampiran tambahan.indb 49 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-50

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1998 tentang Informasi Keuangan Tahunan


Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3738);
6. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi
Departemen;
7. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 1998;
8. Keputusan Presiden Nomor 122/M/98 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabinet
Reformasi Pembangunan;
9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari tentang
Jasa Akuntan Publik;
10. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 144a/KMK.03/97 tentang Penatausahaan dan
Pertanggungjawaban Penerimaan Negara Bukan Pajak.
11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 12/MPP/Kep/1/1998
tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan;
12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 444/MPP/ep/9/1998
jo. Nomor 92/MPP/Kep/4/1996 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perindustrian dan Perdagangan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TENTANG


PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
DEPARTEMEN.

Lampiran tambahan.indb 50 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 08
L-51

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan adalah
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kewajiban pendaftaran
perusahaan, untuk selanjutnya disebut UU-WDP.
2. Kantor Pendaftaran Perusahaan Tingkat Pusat adalah Unit Kerja di Lingkungan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan selaku penyelenggara Wajib Daftar
Perusahaan baik di Tingkat Pusat, Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II.
3. Kantor Pendaftaran Perusahaan Tingkat Pusat adalah Unit Kerja di Lingkungan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan selain berfungsi sebagai Penyelenggara
dan Pelaksana Pendaftaran Laporan Tahunan Keuangan Perusahaan, untuk
selanjutnya disebut KPP Tingkat Pusat.
4. Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1995 serta peraturan pelaksanaannya, untuk selanjutnya disebut
perseroan.
5. Perseroan Terbatas Terbuka adalah Perseroan yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran
umum, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal,
untuk selanjutnya disebut PT.Tbk.
6. Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan adalah laporan yang meliputi Neraca
Perusahaan, Laporan Laba/Rugi Perusahaan, Laporan Arus Kas, Utang Piutang
termasuk Kredit Bank dan Daftar Penyertaan Modal, yang telah diaudit oleh Akuntan
publik atau Instansi pemerintah atau Lembaga Tinggi Negara yang memiliki
kewenangan menerbitkan laporan akuntan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang selanjutnya disebut LKTP.
7. Akuntan Publik adalah Akuntan yang memiliki ijn dari Menteri Keuangan untuk
menjalankan pekerjaan akuntan publik yang diberi kuasa oleh perseroan untuk
menyampaikan dan mendaftarkan LKTP.
8. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang perdagangan.

Lampiran tambahan.indb 51 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-52

BAB II
KEWAJIBAN DAN WAKTU PENDAFTARAN

Pasal 2
(1) Setiap perseroan yang berstatus kantor pusat, berkedudukan dan menjalankan
kegiatan usahanya di Wilayah Negara Republik Indonesia diwajibkan untuk
mendaftarkan LKTP pada KPP Tingkat Pusat.
(2) Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) saat berlakunya Keputusan ini,
hanya diberlakukan bagi perseroan yang:
a. Merupakan Perseroan Terbuka (PT. Tbk.);
b. Bidang usaha perseroannya berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat;
c. Mengeluarkan surat pengakuan utang, atau
d. Memiliki jumlah aset atau kekayaan paling sedikit Rp.50.000.000.000 (lima
puluh miliar rupiah)

Pasal 3
(1) LKTP yang wajib didaftarkan meliputi:
a. Neraca Perusahaan;
b. Laporan Laba/Rugi Perusahaan;
c. Laporan Arus Kas;
d. Utang-Piutang termasuk Kredit Bank;
e. Daftar Penyertaan Modal.
(2) LKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk catatan atas laporan keuangan
dan profil perseroan.
(3) Bentuk dan susunan LKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dan
disesuaikan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum
(4) Bentuk profil perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dalam
Lampiran Keputusan ini.

Pasal 4
(1) Perseroan wajib mendaftarkan LKTP selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
tahun buku berakhir.
(2) Pendaftaran LKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai tahun buku 1998.

Lampiran tambahan.indb 52 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 08
L-53

BAB III
KEWAJIBAN, Tanggung jawab DAN PELAPORAN
DALAM
PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN LKTP

Pasal 5
Kewajiban, Tanggung jawab dan Pelaporan dalam Penyelenggaraan Pendaftaran
LKTP, berpedoman pada Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1998 tentang Informasi
Keuangan Tahunan Perusahaan.

Pasal 6
(1) Menteri berwenang menetapkan ketentuan dan tata cara penyelenggaraan dan
pelaksanaan pendaftaran LKTP serta pengelolaan Informasi Keuangan Tahunan
Perusahaan.
(2) Menteri menunjuk Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri sebagai Pembina
Teknis dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pendaftaran LKTP.

Pasal 7
(1) Sambil menunggu pembentukan KPP Tingkat Pusat Direktorat Pendaftaran
Perusahaan bertindak selaku KPP Tingkat Pusat yang berfungsi sebagai
penyelenggaraan dan Pelaksana Pendaftaran LKTP.
(2) Direktur Pendaftaran Perusahaan selaku Kepala KPP Tingkat Pusat bertanggung
jawab dan wajib melaporkan secara tertulis tentang Penyelenggaraan dan Pelaksanaan
Pendaftaran LKTP kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri dan Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Departemen Keuangan.

Pasal 8
KPP Tingkat Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas:
a. Mempersiapkan bahan perumusan kebijaksanaan, rencana dan program
Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pendaftaran LKTP serta pengelolaan informasi
keuangan tahunan perusahaan.
b. Mempersiapkan bahan, mengkoordinasikan dan membina penyelenggaraan
pelaksanaan pendaftaran LKTP serta pengelolaan informasi keuangan tahunan
perusahaan.
c. Mengamati dan mengendalikan penyelenggaraan dan pelaksanaan pendaftaran
LKTP.
d. Menerima, mencatat dan mengesahkan LKTP.
e. Menghimpun dan menyajikan informasi keuangan tahunan perusahaan.

Lampiran tambahan.indb 53 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-54

f. Mempersiapkan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan


pendaftaran LKTP.
g. Mempersiapkan anggaran pembiayaan KPP Tingkat Pusat.
h. Melakukan penyuluhan dalam rangka pemahaman dan pengenalan LKPT.
i. Mempromosikan manfaat informasi keuangan tahunan dalam rangka transparansi
keuangan perusahaan kepada masyarakat dan dunia usaha.
j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha dalam rangka
memenuhi kebutuhan informasi keuangan tahunan perusahaan.
k. Menyampaikan laporan kegiatan penyelenggaraan dan pelaksanaan pendaftaran
LKTP secara tertulis, sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) secara berkala
setiap 3 (tiga) bulan.

BAB IV
TATA CARA PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN LKTP

Pasal 9
Pendaftaran LKTP sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh Akuntan
Publik atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) pada KPP Tingkat Pusat
dan tidak dipungut biaya.

Pasal 10
(1) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dilakukan dengan cara
menyampaikan:
a. LKTP dalam rangkap 3 (tiga) dan
b. Disket atau sambungan langsung (on line) melalui komputer yang memuat
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, secara langsung atau melalui
jasa pengiriman.
(2) LKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk disahkan sebagai bukti
pengesahan pendaftaran LKTP.
(3) Pengesahan LKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh KPP
Tingkat Pusat selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
diterimanya pendaftaran LKTP secara lengkap dan hanya berlaku untuk tahun buku
yang dilaporkan.

Lampiran tambahan.indb 54 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 08
L-55

Pasal 11
Kebenaran formal maupun material atas LKTP yang telah mendapat pengesahan dari
Kepala KPP Tingkat Pusat, tetap merupakan tanggung jawab Perseroan.

BAB V
PELAYANAN INFORMASI KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN

Pasal 12
(1) LKTP yang telah didaftarkan merupakan sumber informasi resmi mengenai
Keuangan Tahunan Perusahaan, bersifat terbuka dan dapat diberikan kepada
masyarakat oleh KPP Tingkat Pusat.
(2) Jenis Informasi resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Salinan resmi LKTP yang merupakan copy seluruh data yang ada di dalam LKTP
dan disahkan oleh Kepala KPP Tingkat Pusat.
b. Petikan resmi LKTP yang merupakan sebagian data yang ada di dalam LKTP dan
disahkan oleh Kepala KPP Tingkat Pusat, yang merupakan:
- Petikan Neraca Perusahaan
- Petikan Laporan Laba/Rugi Perusahaan
- Petikan Laporan Arus Kas
- Petikan Utang-Piutang termasuk Kredit Bank
- Petikan Daftar Penyertaan Modal.

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk
dokumen
(4) Selain informasi dalam bentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3), juga dapat
diberikan dalam bentuk disket, CD-ROM atau melalui internet.
(5) Untuk mendapatkan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) dapat
diperoleh dengan berlangganan atau dasar permintaan dan dipungut biaya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VI

Pasal 13
(1) Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2,3,
dan pasal 4 Keputusan ini, dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam pasal 34 UU-WDP.
(2) Akuntan Publik dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) yang tidak
melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dikenakan sanksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lampiran tambahan.indb 55 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-56

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan agar setiap orang mengetahuinya
memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam berita
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan : Jakarta
Pada Tanggal : 13 November 1998

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

RAHARDI RAMELAN

Lampiran tambahan.indb 56 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 09
L-57

LAMPIRAN 9

Departemen Keuangan REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR


MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
SALINAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 86/BL/2011 TENTANG
INDEPENDENSI AKUNTAN YANG MEMBERIKAN JASA DI PASAR MODAL KETUA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan kemudahan bagi


Kantor Akuntan Publik dan/atau Akuntan Publik
dalam memberikan jasa profesional sesuai dengan
bidang tugasnya, dipandang perlu menyempurnakan
Peraturan Nomor VIII.A.2, Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam dan LK Nomor: Kep-310/BL/2008 tanggal 1
Agustus 2008 tentang Independensi Akuntan yang
Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal dengan
menetapkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan yang baru;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang


Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995
tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3617) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995
tentang Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 87,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
20/M Tahun 2011;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/
PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik;

Lampiran tambahan.indb 57 22/08/2017 11.07.07


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-58

M E M U T U S K A N:
Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR
MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG
INDEPENDENSI AKUNTAN YANG MEMBERIKAN
JASA DI PASAR MODAL.

Pasal 1
Ketentuan mengenai independensi Akuntan yang memberikan jasa di Pasar Modal,
diatur dalam Peraturan Nomor VIII.A.2 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan
ini.

Pasal 2
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor:
Kep-310/BL/2008 tanggal 1 Agustus 2008 tentang Independensi Akuntan yang
Memberikan Jasa di Pasar Modal dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 28 Februari 2011.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Februari 2011
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Bad ttd. Nurhaida NIP
19590627 198902 2 001

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala


Bagian Umum ttd. Prasetyo Wahyu
Adi Suryo NIP 195710281985121001

Lampiran tambahan.indb 58 22/08/2017 11.07.07


Lampiran 09
L-59

LAMPIRAN

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-86/BL/2011


Tanggal: 28 Februari 2011

PE R AT U R A N NOMOR : INDEPENDENSI AKUNTAN YANG


VIII.A.2 MEMBERIKAN JASA DI PASAR MODAL

1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


a. Periode Audit adalah periode yang mencakup periode laporan keuangan yang
menjadi objek audit, review, atau atestasi lainnya.
b. Periode Penugasan Profesional adalah periode penugasan untuk melakukan
pekerjaan atestasi termasuk menyiapkan laporan kepada Bapepam dan LK.
c. Anggota Keluarga Dekat adalah istri atau suami, orang tua, anak baik di dalam
maupun di luar tanggungan, dan anak kandung.
d. Fee Kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional yang hanya akan dibebankan apabila ada temuan atau hasil tertentu
dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
e. Orang Dalam Kantor Akuntan Publik adalah:
1) orang yang termasuk dalam penugasan audit, review, atestasi lainnya, dan/
atau non atestasi yaitu:
a) rekan;
b) pimpinan;
c) karyawan profesional; dan/atau
d) penelaah, yang terlibat dalam penugasan.
2) orang yang termasuk dalam rantai pelaksana/perintah yaitu pimpinan
Kantor Akuntan Publik dan semua orang yang:
a) mengawasi atau mempunyai tanggung jawab manajemen secara langsung
terhadap audit;
b) mengevaluasi kinerja atau merekomendasikan kompensasi bagi rekan dalam
penugasan audit; atau
c) menyediakan pengendalian mutu atau pengawasan lain atas audit.
3) setiap rekan lainnya, pimpinan, atau karyawan profesional lainnya dari
Kantor Akuntan Publik dan afiliasi dari Kantor Akuntan Publik yang telah
memberikan jasa-jasa audit, review, atestasi lainnya, dan/atau non atestasi
kepada klien.
f. Karyawan Kunci adalah orang perseorangan yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan
perusahaan pelapor yang meliputi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi,
dan manajer dari perusahaan.
2. Jangka Waktu Periode Penugasan Profesional
a. Periode Penugasan Profesional dimulai sejak dimulainya pekerjaan lapangan
atau penandatanganan penugasan, mana yang lebih dahulu.

Lampiran tambahan.indb 59 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-60

b. Periode Penugasan Profesional berakhir pada saat tanggal laporan Akuntan atau
pemberitahuan secara tertulis oleh Akuntan atau klien kepada Bapepam dan LK
bahwa penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.
3. Dalam memberikan jasa profesional, khususnya dalam memberikan opini, Akuntan
wajib mempertahankan sikap independen. Akuntan tidak independen apabila
selama Periode Audit dan selama Periode Penugasan Profesionalnya, baik Akuntan,
Kantor Akuntan Publik, maupun Orang Dalam Kantor Akuntan Publik:
a. mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material
pada klien, seperti:
1) investasi pada klien; atau
2) kepentingan keuangan lain pada klien yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan.
b. mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien, seperti:
1) merangkap sebagai Karyawan Kunci pada klien;
2) memiliki Anggota Keluarga Dekat yang bekerja pada klien sebagai Karyawan
Kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan;
3) mempunyai mantan rekan atau karyawan profesional dari Kantor Akuntan
Publik yang bekerja pada klien sebagai Karyawan Kunci dalam bidang
akuntansi atau keuangan, kecuali setelah lebih dari satu tahun tidak
bekerja lagi pada Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan; atau
4) mempunyai rekan atau karyawan profesional dari Kantor Akuntan Publik
yang sebelumnya pernah bekerja pada klien sebagai Karyawan Kunci
dalam bidang akuntansi atau keuangan, kecuali yang bersangkutan tidak
ikut melaksanakan audit terhadap klien tersebut dalam Periode Audit.
c. mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material
dengan klien, atau dengan Karyawan Kunci yang bekerja pada klien, atau dengan
pemegang saham utama klien. Hubungan usaha dalam butir ini tidak termasuk
hubungan usaha dalam hal Akuntan, Kantor Akuntan Publik, atau Orang Dalam
Kantor Akuntan Publik memberikan jasa audit, review, atestasi lainnya, dan/
atau non atestasi kepada klien, atau merupakan konsumen dari produk barang
atau jasa klien dalam rangka menunjang kegiatan rutin.
d. memberikan jasa non atestasi kepada klien seperti:
1) pembukuan atau jasa lain yang berhubungan dengan catatan akuntansi
klien atau laporan keuangan;
2) desain sistem informasi keuangan dan implementasi;
3) audit internal;
4) konsultasi manajemen;
5) konsultasi sumber daya manusia;
6) penasihat keuangan;
7) jasa perpajakan, kecuali telah memperoleh persetujuan terlebih dahulu
dari Komite Audit.
Persetujuan Komite Audit tersebut tidak termasuk jasa perpajakan untuk
mewakili klien di dalam maupun di luar pengadilan perpajakan dan/atau
bertindak untuk dan atas nama klien dalam perhitungan dan pelaporan
perpajakan; atau

Lampiran tambahan.indb 60 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 09
L-61

8) jasa-jasa lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.


e. memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar Fee Kontinjen atau
komisi, atau menerima Fee Kontinjen atau komisi dari klien, kecuali Fee Kontinjen
ditetapkan oleh pengadilan sebagai hasil penyelesaian hukum, temuan badan
pengatur dan/atau perpajakan.
f. memiliki sengketa hukum dengan klien.
4. Persetujuan atas jasa non atestasi sebagaimana yang dimaksud dalam angka 3 huruf
d butir 7) wajib diungkapkan pada laporan berkala kegiatan Akuntan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Nomor X.J.2.
5. Sistem Pengendalian Mutu
Kantor Akuntan Publik wajib mempunyai sistem pengendalian mutu dengan tingkat
keyakinan yang memadai bahwa Kantor Akuntan Publik atau karyawannya dapat
menjaga sikap independen dengan mempertimbangkan ukuran dan sifat praktik
dari Kantor Akuntan Publik tersebut.
6. Pembatasan Penugasan Audit
a Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan klien hanya dapat dilakukan
oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut
dan oleh seorang Akuntan paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
b Kantor Akuntan Publik dan Akuntan dapat menerima penugasan audit kembali
untuk klien tersebut setelah satu tahun buku tidak mengaudit klien tersebut.
c Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b tidak berlaku bagi
laporan keuangan interim yang diaudit untuk kepentingan Penawaran Umum.
d Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa di Pasar Modal yang melakukan
perubahan komposisi Akuntan sehingga jumlah Akuntannya 50% (lima puluh
perseratus) atau lebih berasal dari Kantor Akuntan Publik yang telah memberikan
jasa di Pasar Modal, diberlakukan sebagai kelanjutan Kantor Akuntan Publik asal
Akuntan yang bersangkutan dan tetap diberlakukan pembatasan penyelenggaraan
audit atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
7. Dalam penerimaan penugasan profesional, Akuntan wajib mempertimbangkan
secara profesional dan memiliki independensi yang dapat dipertanggungjawabkan
sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
8. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam
dan LK dapat mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan Peraturan ini,
termasuk kepada Pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 Februari 2011
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan Badan
Pengawas Pasar Modal dan ttd.
mbaga Nurhaida NIP 19590627
198902 2 001
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian
Umum ttd. Prasetyo Wahyu Adi Suryo NIP
195710281985121001

Lampiran tambahan.indb 61 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-62

Lampiran tambahan.indb 62 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-63

LAMPIRAN 10

PERATURAN MENTERI KEUANGAN


NOMOR: 17/PMK.01/2008

TENTANG
JASA AKUNTAN PUBLIK

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam


rangka mendukung perekonomian yang sehat dan
efisien, diperlukan Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik yang profesional dan handal melalui
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif
dan berkesinambungan;
b. bahwa untuk menciptakan pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan yang efektif dan berkesinambungan
serta dalam rangka melindungi kepentingan
umum, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/
KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tidak memadai
lagi sehingga dipandang perlu mengatur kembali Jasa
Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri
Keuangan dimaksud;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Jasa Akuntan Publik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang
Pemakaian Gelar Akuntan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1954 Nomor 103, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 705);
2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94
Tahun 2006;

Lampiran tambahan.indb 63 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-64

3. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit


Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
63 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
54/PMK.01/2007.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG JASA
AKUNTAN PUBLIK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk
memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
3. Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah badan usaha yang
telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya.
4. Cabang Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut Cabang KAP adalah kantor
yang dibuka oleh KAP untuk memberikan jasa Akuntan Publik yang dipimpin oleh
salah satu Rekan KAP yang bersangkutan.
5. Kantor Akuntan Publik Asing atau disingkat KAPA adalah badan usaha jasa profesi
di luar negeri yang memiliki izin dari otoritas di negara yang bersangkutan untuk
melakukan kegiatan usaha paling sedikit di bidang audit umum atas laporan
keuangan.
6. Organisasi Audit Asing atau disingkat OAA adalah organisasi di luar negeri, yang
didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di negara yang bersangkutan,
yang anggotanya terdiri atas badan usaha jasa profesi yang melakukan kegiatan
usaha paling sedikit di bidang audit umum atas laporan keuangan.
7. Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua
hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Lampiran tambahan.indb 64 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-65

8. Laporan Auditor Independen adalah laporan yang ditandatangani oleh Akuntan


Publik yang memuat pernyataan pendapat atau pertimbangan Akuntan Publik
tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan
kriteria yang ditetapkan.
9. Institut Akuntan Publik Indonesia yang selanjutnya disebut IAPI adalah Asosiasi
Profesi Akuntan Publik yang diakui Pemerintah.
10. Pemimpin atau Pemimpin Rekan adalah Akuntan Publik yang bertindak sebagai
pemimpin pada KAP.
11. Pemimpin Cabang adalah Akuntan Publik yang bertindak sebagai pemimpin pada
Cabang KAP.
12. Rekan adalah Akuntan Publik atau seseorang yang bertindak sebagai sekutu pada
KAP berbentuk usaha persekutuan.
13. Domisili adalah tempat kedudukan Akuntan Publik, KAP atau Cabang KAP dalam
suatu wilayah Kota atau Kabupaten.
14. Standar Profesional Akuntan Publik yang selanjutnya disebut SPAP adalah panduan
teknis yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik dalam memberikan jasanya.
15. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
16. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan.
17. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai atau disingkat PPAJP adalah
Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, Sekretariat Jenderal, Departemen
Keuangan.
18. Kepala Pusat adalah Kepala PPAJP.

BAB II
BIDANG JASA
Bagian Pertama
Jenis Jasa

Pasal 2
(1) Bidang jasa Akuntan Publik dan KAP adalah atestasi, yang meliputi:
a. jasa audit umum atas laporan keuangan;
b. jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
c. jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
d. jasa reviu atas laporan keuangan; dan
e. jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP
(2) Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan oleh Akuntan
Publik.
(3) Selain jasa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik dan KAP
dapat memberikan jasa audit lainnya dan jasa yang berkaitan dengan akuntansi,
keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultansi sesuai dengan
kompetensi Akuntan Publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lampiran tambahan.indb 65 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-66

Bagian Kedua
Pembatasan Masa Pemberian Jasa

Pasal 3
(1) Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6
(enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama
untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
(2) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerima kembali
penugasan audit umum untuk klien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 1
(satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien
tersebut.
(3) Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang
sama melalui KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku
tidak diberikan melalui KAP tersebut.
(4) Dalam hal KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan
dari suatu entitas melakukan perubahan komposisi Akuntan Publiknya, maka
terhadap KAP tersebut tetap diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(5) KAP yang melakukan perubahan komposisi Akuntan Publik yang mengakibatkan
jumlah Akuntan Publiknya 50% (lima puluh per seratus) atau lebih berasal dari KAP
yang telah menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas,
diberlakukan sebagai kelanjutan KAP asal Akuntan Publik yang bersangkutan
dan tetap diberlakukan pembatasan penyelenggaraan audit umum atas laporan
keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(6) Pendirian atau perubahan nama KAP yang komposisi Akuntan Publiknya 50% (lima
puluh per seratus) atau lebih berasal dari KAP yang telah menyelenggarakan audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas, diberlakukan sebagai kelanjutan
KAP asal Akuntan Publik yang bersangkutan dan tetap diberlakukan pembatasan
penyelenggaraan audit umum atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

BAB III
AKUNTAN PUBLIK
Bagian Pertama
Perizinan

Pasal 4
(1) Menteri berwenang memberikan izin kepada Akuntan untuk menjadi Akuntan
Publik.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal atas nama Menteri.

Lampiran tambahan.indb 66 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-67

Pasal 5
Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Akuntan
mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki nomor Register Negara untuk Akuntan;
b. memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang
diselenggarakan oleh IAPI;
c. dalam hal tanggal kelulusan USAP sebagaimana dimaksud pada huruf b telah
melewati masa 2 (dua) tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti
Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 (enam puluh) Satuan
Kredit PPL (SKP) dalam 2 (dua) tahun terakhir;
d. berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit
1000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus)
jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang
disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP;
e. berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
f. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
g. tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin Akuntan Publik; dan
h. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan
Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan
bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar dengan menggunakan
Lampiran I sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 6
(1) Izin Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diterbitkan
dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan izin diterima
secara lengkap.
(2) Permohonan izin Akuntan Publik dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui
pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari
kerja sejak permohonan diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis ditetapkan.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dipenuhi, maka permohonan izin Akuntan Publik tidak dapat diproses dan pemohon
dapat mengajukan permohonan baru dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5.

Lampiran tambahan.indb 67 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-68

Pasal 7
(1) Akuntan Publik dalam memberikan jasanya wajib mempunyai KAP.
(2) Kewajiban mempunyai KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipenuhi
paling lama 6 (enam) bulan sejak izin Akuntan Publik diterbitkan.
(3) Akuntan Publik yang telah mengundurkan diri dari suatu KAP, wajib mempunyai
KAP paling lama 6 (enam) bulan sejak pengunduran diri.
(4) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau ayat
(3) tidak dipenuhi, Sekretaris Jenderal atas nama Menteri mencabut izin Akuntan
Publik yang bersangkutan.

Bagian Kedua
Penghentian Pemberian Jasa Akuntan Publik
untuk Sementara Waktu atas Permintaan Sendiri

Pasal 8
(1) Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan penghentian pemberian jasa
Akuntan Publik untuk sementara waktu atas permintaan sendiri kepada Sekretaris
Jenderal.
(2) Sekretaris Jenderal memberikan persetujuan penghentian pemberian jasa untuk
sementara waktu kepada Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Permohonan untuk memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh Akuntan Publik yang bersangkutan secara tertulis kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat, dengan melampirkan:
a. surat rekomendasi dari KAP bagi Akuntan Publik yang menjadi Rekan pada
KAP;
b. alamat lengkap selama menjalani penghentian pemberian jasa Akuntan Publik
untuk sementara waktu;
c. jangka waktu yang dimohonkan untuk menjalani penghentian pemberian jasa
Akuntan Publik untuk sementara waktu;
d. alasan penghentian pemberian jasa Akuntan Publik untuk sementara waktu;
e. pernyataan dari IAPI bahwa:
1) yang bersangkutan tidak sedang menjalani reviu oleh IAPI;
2) IAPI tidak menerima pengaduan dari pihak lain yang layak
ditindaklanjuti, yang berkaitan dengan jasa yang telah diberikan oleh yang
bersangkutan;
3) yang bersangkutan tidak sedang menjalani sanksi dari IAPI; dan
f. membuat Surat Permohonan dan melengkapi formulir Penghentian Pemberian
Jasa Akuntan Publik untuk Sementara Waktu atas Permintaan Sendiri
sebagaimana terlampir pada Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) Sekretaris Jenderal menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
apabila yang bersangkutan:
a. tidak melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
b. sedang diperiksa oleh Sekretaris Jenderal atau diadukan oleh pihak lain yang
layak ditindaklanjuti;

Lampiran tambahan.indb 68 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-69

c. telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu 48
(empat puluh delapan) bulan terakhir terhitung saat permohonan disampaikan
secara lengkap;
d. sedang menjalani kewajiban yang harus dilakukan berdasarkan rekomendasi
Sekretaris Jenderal; atau
e. sedang menjalani sanksi pembekuan izin.

Pasal 9
(1) Persetujuan penghentian pemberian jasa Akuntan Publik untuk sementara waktu
atas permintaan sendiri diterbitkan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja
sejak permohonan diterima secara lengkap.

(2) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui pemberitahuan tertulis


oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan
diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dipenuhi, maka permohonan tidak dapat diproses dan pemohon dapat kembali
mengajukan permohonan baru dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3).

Pasal 10
Persetujuan penghentian pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(2) diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 11
(1) Akuntan Publik yang akan mengakhiri masa penghentian pemberian jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), untuk dapat memberikan jasa Akuntan
Publik kembali wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. bukti telah mengikuti PPL paling sedikit 30 SKP yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) untuk periode 1 (satu) tahun
sebelum berakhirnya masa penghentian pemberian jasa;
b. bukti keanggotaan IAPI yang masih berlaku;
c. bukti domisili; dan
d. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Mengakhiri
Penghentian Pemberian Jasa Akuntan Publik untuk Sementara Waktu atas
Permintaan Sendiri, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan
adalah benar dengan menggunakan Lampiran III sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.

Lampiran tambahan.indb 69 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-70

(1) Menteri berwenang mencabut izin Akuntan Publik yang tidak mengajukan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan berakhirnya masa
penghentian pemberian jasa Akuntan Publik.

(2) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan pencabutan izin Akuntan Publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(3) Permohonan persetujuan untuk penghentian pemberian jasa Akuntan Publik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) hanya dapat diajukan kembali paling
singkat 5 (lima) tahun sejak berakhirnya persetujuan penghentian pemberian jasa
Akuntan Publik sebelumnya.

Bagian Ketiga
Pengaktifan Izin Akuntan Publik yang Dikenakan
Sanksi Pembekuan Izin

Pasal 12
(1) Menteri memberikan persetujuan kepada Akuntan Publik untuk memberikan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 kembali setelah berakhirnya masa pembekuan
izin.
(2) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, apabila masa pembekuan
tersebut telah berakhir dan akan memberikan jasanya kembali, wajib mengajukan
permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat untuk memberikan jasa dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. mengikuti PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a;
b. berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
c. tidak pernah mengundurkan diri dari keanggotaan IAPI; dan
d. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Persetujuan untuk
Memberikan Jasa Kembali bagi Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi
Pembekuan Izin, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan
adalah benar dengan menggunakan Lampiran IV sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, dilarang memberikan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebelum mendapatkan persetujuan untuk
memberikan jasa kembali oleh Menteri.

Lampiran tambahan.indb 70 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-71

Pasal 13
(1) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dapat
diajukan paling singkat 20 (dua puluh) hari sebelum berakhirnya masa sanksi
pembekuan izin Akuntan Publik.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dalam jangka waktu
20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.
(3) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui pemberitahuan tertulis
oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan
diterima.
(4) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis.
(5) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak
dipenuhi, permohonan tidak dapat diproses dan pemohon dapat mengajukan
permohonan baru dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (3).

Bagian Keempat
Pengunduran Diri dan Tidak Berlakunya Izin

Pasal 14
(1) Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai Akuntan
Publik kepada Menteri.
(2) Menteri berwenang memberikan persetujuan pengunduran diri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Permohonan pengunduran diri Akuntan Publik disampaikan secara tertulis oleh
Akuntan Publik yang bersangkutan kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh Akuntan Publik yang
bersangkutan tentang pengunduran dirinya;
b. membuat surat pernyataan mengenai penyelesaian perikatan profesional antara
Akuntan Publik dengan kliennya yang ditandatangani oleh Akuntan Publik yang
bersangkutan;
c. menyerahkan asli surat izin Akuntan Publik; dan
d. membuat Surat Permohonan dan melengkapi formulir Pengunduran Diri
Akuntan Publik dengan menggunakan Lampiran V sebagaimana terlampir
dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(5) Sekretaris Jenderal menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
apabila yang bersangkutan:
a. sedang diperiksa oleh Sekretaris Jenderal atau diadukan oleh pihak lain yang
layak ditindaklanjuti;
b. telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu
48 (empat puluh delapan) bulan terakhir terhitung sejak saat permohonan
disampaikan secara lengkap;

Lampiran tambahan.indb 71 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-72

c. sedang menjalani kewajiban yang harus dilakukan berdasarkan rekomendasi


Sekretaris Jenderal; atau
d. sedang menjalani sanksi pembekuan izin.
(6) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan dalam jangka waktu
20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.
(7) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri mencabut izin Akuntan Publik yang
memenuhi persyaratan dan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(8) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan tidak
lengkap, Kepala Pusat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan
diterima menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon.
(9) Apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan kelengkapan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak dipenuhi, maka permohonan
pengunduran diri Akuntan Publik tidak dapat diproses.
(10)Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada Akuntan
Publik yang pernah dikenakan sanksi pembekuan izin, maka ketentuan Pasal 67 ayat
(2) tetap berlaku apabila yang bersangkutan menjadi Akuntan Publik kembali.

Pasal 15
(1) Izin Akuntan Publik dinyatakan tidak berlaku apabila yang bersangkutan meninggal
dunia.
(2) Dalam hal Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki KAP
berbentuk badan usaha perseorangan, maka izin usaha KAP yang bersangkutan
dinyatakan tidak berlaku.

BAB IV
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Bagian Pertama
Bentuk Badan Usaha

Pasal 16
(1) Badan usaha KAP dapat berbentuk:
a. Perseorangan; atau
b. Persekutuan.
(2) KAP yang berbentuk badan usaha perseorangan hanya dapat didirikan dan dijalankan
oleh seorang Akuntan Publik yang sekaligus bertindak sebagai pemimpin.
(3) KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b adalah persekutuan perdata atau persekutuan firma.
(4) KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan hanya dapat didirikan oleh paling
sedikit 2 (dua) orang Akuntan Publik, dimana masing-masing sekutu merupakan
rekan dan salah seorang sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan.
(5) Dalam hal KAP berbentuk usaha persekutuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b mempunyai rekan non Akuntan Publik, persekutuan dapat didirikan dan
dijalankan apabila paling kurang 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari seluruh
sekutu adalah Akuntan Publik.

Lampiran tambahan.indb 72 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-73

Bagian Kedua
Perizinan

Pasal 17
(1) Menteri berwenang memberikan izin usaha KAP.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal atas nama Menteri.

Pasal 18
(1) Untuk mendapatkan izin usaha KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) yang berbentuk badan usaha perseorangan, Pemimpin KAP mengajukan
permohonan tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki izin Akuntan Publik;
b. menjadi anggota IAPI;
c. mempunyai paling sedikit 3 (tiga) orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan
formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara Diploma III
dan paling sedikit 1 (satu) orang diantaranya memiliki register negara untuk
akuntan;
d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang memenuhi
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling kurang mencakup aspek
kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu;
f. domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP;
g. memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah kantor yang
menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain; dan
h. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Usaha
Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang
menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar dengan
menggunakan Lampiran VI sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
(2) Untuk mendapatkan izin usaha KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) yang berbentuk badan usaha persekutuan, Pemimpin Rekan KAP mengajukan
permohonan tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) KAP;
c. memiliki perjanjian kerjasama yang disahkan oleh notaris bagi KAP yang
berbentuk badan usaha persekutuan yang paling sedikit memuat:
1) pihak-pihak yang melakukan persekutuan;
2) alamat para sekutu;
3) bentuk badan usaha persekutuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (3);

Lampiran tambahan.indb 73 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-74

4) nama dan domisili KAP;


5) hak dan kewajiban para pihak/sekutu;
6) sekutu yang berhak mengadakan perikatan, untuk dan atas nama KAP,
dengan pihak ketiga berkaitan dengan jasa yang diberikan; dan
7) penyelesaian sengketa dalam hal terjadi perselisihan.
d. memiliki surat izin Akuntan Publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang
Akuntan Publik;
e. memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin Rekan
dan Rekan yang Akuntan Publik;
f. memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan salah
satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan; dan
g. memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.
(3) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk melakukan penelitian
fisik langsung atas permohonan izin usaha KAP yang diajukan.

Pasal 19
(1) Izin usaha KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) diterbitkan dalam
jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan izin diterima secara
lengkap.
(2) Permohonan izin usaha KAP dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui
pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat, dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari
kerja sejak permohonan diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dipenuhi, maka permohonan baru dapat kembali diajukan pemohon dengan
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

Bagian Ketiga
Cabang KA P

Pasal 20
(1) Cabang KAP hanya dapat dibuka oleh KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan
dengan nama yang sama dengan nama KAP.
(2) Cabang KAP dipimpin oleh seorang Akuntan Publik yang merupakan Rekan KAP
yang bersangkutan.
(3) Cabang KAP dapat dibuka di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Pasal 21
(1) Menteri berwenang memberikan izin pembukaan Cabang KAP.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal atas nama Menteri.

Lampiran tambahan.indb 74 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-75

Pasal 22
(1) Untuk mendapatkan izin pembukaan Cabang KAP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1), Pemimpin Rekan KAP mengajukan permohonan tertulis kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan:
a. memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan salah
satu Rekan yang Akuntan Publik menjadi Pemimpin Cabang;
b. memiliki tanda bukti domisili Pemimpin Cabang yang sesuai dengan domisili
cabang KAP yang bersangkutan;
c. memiliki paling sedikit 2 (dua) orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan
formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara Diploma III
dan paling sedikit 1 (satu) orang diantaranya memiliki register negara untuk
akuntan;
d. memiliki NPWP Cabang KAP;
e. memiliki tanda bukti kepemilikan atau sewa kantor dan denah kantor yang
menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain; dan
f. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Pembukaan
Izin Cabang KAP, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang
menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar dengan
menggunakan Lampiran VII sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
(2) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk melakukan penelitian
fisik langsung atas permohonan izin pembukaan Cabang KAP yang diajukan.

Pasal 23

(1) Izin pembukaan Cabang KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
diterbitkan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan izin
diterima secara lengkap.
(2) Permohonan izin pembukaan Cabang KAP dinyatakan tidak lengkap disampaikan
melalui pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat, dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari kerja sejak permohonan diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dipenuhi, maka permohonan tidak dapat diproses dan pemohon dapat kembali
mengajukan permohonan baru dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22.

Lampiran tambahan.indb 75 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-76

Bagian Keempat
Penggunaan Nama Kantor

Pasal 24
(1) KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama Akuntan Publik
yang bersangkutan.
(2) KAP berbentuk badan usaha persekutuan menggunakan nama salah seorang atau
lebih Akuntan Publik yang merupakan rekan KAP yang bersangkutan.
(3) Nama KAP sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
menggunakan singkatan atau penggalan nama.
(4) Dalam hal nama Akuntan Publik lebih dari 1 (satu) kata, nama KAP harus
menggunakan paling sedikit 1 (satu) kata yang merupakan bagian dari nama lengkap
Akuntan Publik dimaksud.
(5) Bagi KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan penambahan kata “&
Rekan” di belakang nama KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
diperkenankan apabila jumlah Akuntan Publik pada KAP yang bersangkutan lebih
banyak dari jumlah Akuntan Publik yang namanya tercantum sebagai nama KAP.
(6) KAP dapat mempertahankan nama Akuntan Publik yang telah mengundurkan diri
atau meninggal dunia sebagai nama KAP sepanjang mendapat persetujuan tertulis
yang disahkan dengan Akta Notaris dari anggota persekutuan yang mengundurkan
diri tersebut atau dari ahli waris Akuntan Publik yang meninggal dunia.
(7) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) hanya diperkenankan bagi KAP
berbentuk badan usaha persekutuan.

Bagian Kelima
Pengaktifan Kembali Izin KA P dan Izin Pembukaan
Cabang KA P yang Dikenakan Sanksi Pembekuan

Pasal 25
(1) Menteri berwenang memberikan persetujuan kepada Kantor Akuntan Publik atau
Cabang KAP untuk memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 setelah
berakhirnya masa pembekuan izin.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal
atas nama Menteri.
(3) KAP atau Cabang KAP yang dikenakan sanksi pembekuan izin, apabila masa
pembekuan tersebut telah berakhir dan akan memberikan jasanya kembali,
pemimpin atau pemimpin rekan KAP wajib mengajukan permohonan persetujuan
untuk memberikan jasa kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
memenuhi persyaratan:
a. bagi KAP berbentuk usaha perseorangan, wajib melampirkan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c, f, dan g;
b. bagi KAP berbentuk usaha persekutuan wajib melampirkan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c, f, dan g serta ayat (2)
huruf b;

Lampiran tambahan.indb 76 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-77

c. bagi Cabang KAP wajib melampirkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22


ayat (1) huruf b, c, d, dan e; dan
d. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Persetujuan
untuk Memberikan Jasa Kembali setelah Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin,
dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data
persyaratan yang disampaikan adalah benar dengan menggunakan Lampiran
VIII untuk KAP atau Lampiran IX untuk Cabang KAP sebagaimana terlampir
dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) KAP atau Cabang KAP yang dikenakan sanksi pembekuan izin, dilarang memberikan
jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebelum mendapatkan persetujuan untuk
memberikan jasa kembali oleh Menteri.

Pasal 26
(1) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) dapat
diajukan paling singkat 20 (dua puluh) hari sebelum masa pembekuan izin
berakhir.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) diterbitkan dalam
jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan lengkap diterima.
(3) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) dinyatakan
tidak lengkap disampaikan melalui pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(4) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis.
(5) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak
dipenuhi, permohonan tidak dapat diproses dan pemohon dapat kembali mengajukan
permohonan baru dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (3).

BAB V
KERJASAMA DENGAN KAPA ATAU OAA
Bagian Pertama
Kerjasama dan Pencantuman Nama

Pasal 27
(1) KAP hanya dapat mencantumkan nama KAPA atau OAA pada nama kantor, kepala
surat, dokumen, dan media lainnya setelah mendapat persetujuan Sekretaris
Jenderal atas nama Menteri.
(2) Penulisan huruf pada nama KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilarang melebihi besarnya huruf nama KAP tersebut.
(3) Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya diberikan apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Lampiran tambahan.indb 77 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-78

a. melakukan perjanjian kerjasama secara langsung dengan satu KAPA atau


OAA;
b. kerjasama bersifat berkelanjutan yaitu tidak terbatas hanya untuk suatu
penugasan tertentu yang dinyatakan dalam perjanjian kerjasama;
c. terdapat review mutu paling sedikit sekali dalam 4 (empat) tahun oleh KAPA
atau OAA yang dinyatakan dalam perjanjian kerjasama;
d. kerjasama yang dilakukan paling sedikit mencakup bidang jasa audit umum atas
laporan keuangan yang dinyatakan dalam perjanjian kerjasama;
e. tidak menggunakan nama KAPA atau OAA yang sedang digunakan oleh KAP
lain;
f. perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf
e harus disahkan notaris;
g. keanggotaan OAA paling sedikit diikuti oleh KAPA yang terdapat di 20 (dua
puluh) negara di dunia; dan
h. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Persetujuan
Pencantuman Nama KAPA atau OAA Bersama-sama dengan Nama KAP, dan
membuat surat pernyataan bermeterai cukup bahwa data persyaratan yang
disampaikan adalah benar dengan menggunakan Lampiran X sebagaimana
terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(1) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri berwenang membatalkan persetujuan
pencantuman nama KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
apabila:
a. KAP tidak lagi memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
b. KAPA dicabut izin usahanya oleh negara asal KAPA;
c. OAA bubar; atau
d. KAP dicabut izin usahanya;
(2) Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dinyatakan tidak berlaku, apabila izin usaha KAP dinyatakan tidak berlaku.

Bagian Kedua
Persetujuan Pencantuman Nama KA PA atau OA A

Pasal 28
(1) Permohonan untuk mendapatkan persetujuan pencantuman nama KAPA atau
OAA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) diajukan secara tertulis oleh
Pemimpin atau Pemimpin Rekan kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. menyerahkan profil KAPA atau OAA;
b. menyerahkan fotocopy perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (3); dan
c. membuat Surat Permohonan dan melengkapi formulir Permohonan Persetujuan
Pencantuman Nama KAPA atau OAA Bersama-sama dengan Nama KAP dengan

Lampiran tambahan.indb 78 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-79

menggunakan Lampiran X sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri


Keuangan ini.
(2) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling sedikit
memuat:
a. pihak-pihak yang melakukan perjanjian;
b. sifat dan ruang lingkup kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(3) huruf b dan d;
c. hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melakukan perjanjian
kerjasama;
d. hak KAP untuk mencantumkan nama KAPA atau OAA;
e. penyelesaian sengketa dalam hal terjadi perselisihan;
f. kewajiban reviu mutu secara periodik oleh KAPA atau OAA; dan
g. pernyataan bahwa kerjasama pencantuman nama KAPA atau OAA hanya dengan
KAP tersebut.

Pasal 29
(1) Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA diterbitkan dalam jangka waktu
20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan izin diterima secara lengkap.
(2) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui pemberitahuan tertulis
oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan
diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
pemberitahuan tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dipenuhi, maka permohonan baru dapat kembali diajukan pemohon dengan
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 30
(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik dan
KAP.
(2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Sekretaris Jenderal.
(3) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Sekretaris Jenderal dapat meminta pendapat atau masukan dari IAPI dan/
atau pihak yang terkait.

Lampiran tambahan.indb 79 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-80

Bagian Pertama
Pembinaan

Pasal 31
(1) Akuntan Publik wajib menandatangani Laporan Auditor Independen dan/atau
laporan hasil pemberian jasa lainnya dengan mencantumkan Nomor Izin Akuntan
Publik (NIAP) dan Nomor Izin Usaha KAP yang bersangkutan.
(2) Nomor laporan wajib dicantumkan pada Laporan Auditor Independen di lembar
opini.
(3) Nomor Laporan Auditor Independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
secara berurutan berdasarkan tanggal penerbitannya dalam KAP atau Cabang
KAP.

Pasal 32
(1) Akuntan Publik wajib berdomisili di wilayah Republik Indonesia.
(2) Akuntan Publik wajib menjadi anggota IAPI.

Pasal 33
(1) Kewajiban domisili sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) tidak berlaku
bagi Akuntan Publik yang menjalani masa penghentian pemberian jasa Akuntan
Publik untuk sementara waktu atas permintaan sendiri.
(2) Akuntan Publik yang menjalani masa penghentian pemberian jasa Akuntan Publik
untuk sementara waktu atas permintaan sendiri dilarang menjadi Pemimpin Rekan
atau Pemimpin Cabang KAP.
(3) Akuntan Publik yang sedang menjalani masa penghentian pemberian jasa untuk
sementara waktu atas permintaan sendiri, tetap wajib mengikuti Pendidikan
Profesional Berkelanjutan (PPL) sebanyak 30 (tiga puluh) Satuan Kredit PPL (SKP)
dengan paling sedikit 15 (lima belas) SKP diantaranya di bidang auditing dan
akuntansi untuk periode 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa penghentian
pemberian jasa untuk sementara waktu.

Pasal 34
(1) Akuntan Publik wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) yang
diselenggarakan dan/atau yang diakui oleh IAPI dan PPAJP.
(2) Jumlah Satuan Kredit PPL (SKP) yang wajib diikuti oleh Akuntan Publik paling
sedikit berjumlah 30 (tiga puluh) SKP setiap tahun, dengan paling sedikit:
a. 4 (empat) SKP diantaranya berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan
Akuntan Publik; dan
b. 4 (empat) SKP diantaranya berkaitan dengan bidang auditing dan akuntansi.
(3) Akuntan Publik mengajukan penyetaraan jumlah SKP kepada IAPI apabila mengikuti
PPL yang diselenggarakan oleh selain IAPI dan PPAJP.

Lampiran tambahan.indb 80 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-81

(4) Akuntan Publik yang dalam waktu 1 (satu) tahun tidak melakukan audit umum
atas laporan keuangan, wajib mengikuti PPL di bidang auditing dan akuntansi
paling sedikit sebanyak 15 (lima belas) SKP pada tahun berikutnya, yang merupakan
bagian dari jumlah SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(5) Akuntan Publik wajib menyampaikan laporan realisasi PPL tahunan dengan lengkap
kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat paling lama pada akhir bulan Januari
tahun berikutnya dengan menggunakan formulir Realisasi PPL pada Lampiran XI
sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 35
(1) Akuntan Publik wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat paling lambat 1 (satu) bulan sejak:
a. menjadi Rekan KAP dengan melampirkan perjanjian kerjasama yang disahkan
oleh notaris;
b. mengundurkan diri dari KAP; atau
c. pindah alamat tempat tinggal.
(2) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan formulir Pemberitahuan Pindah Alamat atau Status Rekan KAP pada
Lampiran XII sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 36
(1) KAP wajib menyampaikan dengan lengkap kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat laporan tahunan sebagai berikut:
a. laporan kegiatan usaha;
b. laporan keuangan KAP; dan
c. laporan realisasi program kerja Tenaga Asing.
(1) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan paling
lama pada akhir bulan April tahun berikutnya.
(2) Penyampaian laporan tahunan dilaksanakan dengan menggunakan formulir
Laporan Kegiatan Usaha, Laporan Keuangan KAP, dan Realisasi Program Tenaga
Kerja Asing, serta Surat Pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data
yang disampaikan adalah benar pada Lampiran XIII sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(3) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diserahkan dalam
bentuk hard copy dan soft copy.
(4) KAP yang bekerjasama dengan KAPA atau OAA, wajib menyampaikan hasil reviu
mutu kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat paling sedikit sekali dalam 4
(empat) tahun sejak tanggal perjanjian kerjasama.
(5) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk melakukan penelitian
langsung terhadap laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Lampiran tambahan.indb 81 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-82

Pasal 37
KAP yang mempekerjakan tenaga asing wajib menyampaikan laporan kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat yang paling kurang memuat nama, izin kerja tenaga asing
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, kewarganegaraan, keahlian, rencana
kerja, dan jangka waktu penugasan, paling lama 1 (satu) bulan sejak tenaga asing yang
bersangkutan dipekerjakan.

Pasal 38
(1) KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat
paling lama 1 (satu) bulan sejak terjadinya:
a. perubahan alamat dengan melampirkan tanda bukti kepemilikan atau sewa
kantor dan denah kantor yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan
lain;
b. perubahan susunan Rekan dengan melampirkan perjanjian kerjasama yang
disahkan oleh notaris;
c. perubahan Pemimpin Rekan dan/atau Pemimpin Cabang KAP dengan
melampirkan bukti domisili dan surat persetujuan dari seluruh Rekan mengenai
perubahan atau surat penunjukan menjadi Pemimpin Cabang KAP; atau
d. pemimpin rekan dan/atau rekan KAP mengundurkan diri atau meninggal
dunia.
(2) KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat
paling lambat 1 (satu) bulan sejak:
a. KAPA yang melakukan perjanjian kerjasama dengan KAP oleh negara asal
dicabut izin usahanya;
b. OAA yang melakukan perjanjian dengan KAP bubar; atau
c. perubahan dan/atau berakhirnya kerjasama dengan KAPA atau OAA.
(3) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
formulir Pemberitahuan Pindah Alamat KAP dan/atau Cabang KAP, Perubahan
Susunan Rekan KAP, Perubahan Pemimpin/Pemimpin Rekan atau Pemimpin
Cabang KAP pada Lampiran XIV sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
(4) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan formulir Permohonan untuk Mengakhiri Kerjasama Pencantuman
Nama KAPA atau OAA Bersama-sama dengan Nama KAP pada Lampiran XV
sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(5) Kepala Pusat menyampaikan surat pemberitahuan kepada KAP atas laporan
perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(6) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk melakukan penelitian
fisik langsung terhadap laporan perubahan alamat KAP.

Pasal 39
(1) Cabang KAP wajib dipimpin oleh Pemimpin Cabang yang berdomisili sesuai dengan
domisili Cabang KAP yang bersangkutan.

Lampiran tambahan.indb 82 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-83

(2) Dalam hal Cabang KAP tidak mempunyai pemimpin Cabang dalam jangka waktu 6
(enam) bulan, Sekretaris Jenderal atas nama Menteri mengenakan sanksi pencabutan
izin pembukaan Cabang KAP.

Pasal 40
Dalam memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Akuntan Publik dan
KAP wajib mematuhi:
a. SPAP yang ditetapkan oleh IAPI;
b. Etika Profesi yang ditetapkan oleh IAPI; dan
c. Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang
jasa yang diberikan.

Pasal 41
KAP dan Cabang KAP wajib:
a. dipimpin oleh Akuntan Publik;
b. mempunyai auditor tetap paling sedikit 3 (tiga) orang untuk KAP atau 2 (dua) orang
untuk Cabang KAP dengan tingkat pendidikan formal bidang akuntansi yang paling
rendah berijazah setara Diploma III dan paling sedikit 1 (satu) orang diantaranya
mempunyai register negara untuk akuntan;
c. mempunyai kantor yang terisolasi dari kegiatan lain;
d. melaksanakan sistem pengendalian mutu sesuai dengan SPAP; dan
e. menyelenggarakan dan memelihara catatan mengenai jam kerja setiap auditor
termasuk Akuntan Publik dalam penugasan audit umum atas laporan keuangan
dan/atau jasa atestasi lainnya.

Pasal 42
(1) KAP wajib memasang nama lengkap kantor dan nomor izin usaha KAP pada bagian
depan kantor.
(2) Cabang KAP wajib memasang nama lengkap kantor dan nomor izin pembukaan
Cabang KAP pada bagian depan kantor.
(3) KAP dan Cabang KAP wajib mencantumkan pada kepala surat paling sedikit nama
lengkap kantor, alamat kantor, dan nomor izin usaha KAP atau izin pembukaan
Cabang KAP.
(4) KAP dan Cabang KAP hanya dapat menggunakan nama KAP atau Cabang KAP sesuai
dengan nama yang tercantum dalam izin usaha atau izin pembukaan Cabang KAP.

Pasal 43
(1) Setiap perubahan nama, bentuk badan usaha, domisili KAP, dan/atau domisili
Cabang KAP wajib mendapat izin dari Menteri.
(2) Kewajiban mendapatkan izin dari Menteri untuk perubahan domisili sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dikecualikan untuk wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan
Bekasi.

Lampiran tambahan.indb 83 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-84

(3) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(4) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan atau
Pemimpin Rekan KAP wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1) atau (2) dan/atau Pasal 22 ayat (1) serta melampirkan surat
izin asli yang telah ditetapkan sebelumnya.
(5) Dengan diberikannya surat izin yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
surat izin yang telah diterbitkan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 44
(1) Akuntan Publik dan/atau KAP bertanggung jawab atas seluruh jasa yang
diberikan.
(2) Akuntan Publik bertanggung jawab atas Laporan Auditor Independen dan Kertas
Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan selama 10 (sepuluh) tahun.
(3) Akuntan Publik dan/atau KAP wajib memelihara Laporan Auditor Independen,
Kertas Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan, dan dokumen pendukung
lainnya yang berkaitan dengan pemberian jasa selama 10 (sepuluh) tahun.
(4) Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mencantumkan namanya pada dokumen
atau komunikasi tertulis yang memuat laporan keuangan atau bagian-bagian dari
suatu laporan keuangan, kecuali Akuntan Publik dan/atau KAP yang bersangkutan
telah melakukan audit atau kompilasi atau reviu atas laporan keuangan atau bagian-
bagian dari laporan keuangan dimaksud.

Pasal 45
(1) Akuntan Publik yang telah bekerja pada Koperasi Jasa Audit dianggap telah
memenuhi ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang Koperasi Jasa
Audit.
(2) Koperasi Jasa Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan koperasi yang
dibentuk oleh Gerakan Koperasi dan beranggotakan Badan Hukum Koperasi yang
melakukan audit terhadap Koperasi.
(3) Akuntan Publik yang bekerja pada Koperasi Jasa Audit wajib menyampaikan Laporan
Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.

Pasal 46
(1) Akuntan Publik dilarang memiliki atau menjadi rekan pada lebih dari 1 (satu)
KAP.
(2) Akuntan Publik dilarang merangkap jabatan sebagai:
a. pejabat negara;
b. pimpinan, anggota, atau pegawai pada lembaga pemerintahan, lembaga negara,
atau lembaga lainnya yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
c. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada badan usaha milik negara, daerah,
swasta, atau rekan pada badan usaha lainnya;

Lampiran tambahan.indb 84 22/08/2017 11.07.08


Lampiran 10
L-85

d. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada badan hukum lainnya;


e. pimpinan atau pengurus pada partai politik;
f. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada lembaga pendidikan; atau
g. komisaris, komite yang bertanggung jawab kepada komisaris, atau jabatan lain
yang menjalankan fungsi yang sama dengan komisaris atau komite dimaksud
pada lebih dari 2 (dua) badan usaha milik negara, daerah, swasta, atau badan
hukum lainnya.
(3) Larangan merangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan
bagi Akuntan Publik yang merangkap sebagai:
a. dosen pada perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan sebagai rektor,
pembantu rektor, dekan, pembantu dekan, ketua sekolah tinggi, direktur, atau
jabatan yang setara;
b. komisaris, komite yang bertanggung jawab kepada komisaris, atau jabatan lain
yang menjalankan fungsi yang sama dengan komisaris atau komite dimaksud,
pada tidak lebih dari 2 (dua) badan usaha milik negara, daerah, swasta, atau
badan hukum lainnya; atau
c. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada Ikatan Akuntan Indonesia, IAPI,
yayasan keagamaan, atau badan hukum lain yang semata-mata didirikan untuk
kepentingan sosial.
(4) Akuntan Publik yang dikecualikan dari ketentuan larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) wajib melaporkan kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak perangkapan jabatan.

Pasal 47
(1) KAP dilarang membuka kantor dalam bentuk lain, kecuali bentuk kantor Cabang
KAP.
(2) KAP dilarang menggunakan nama Akuntan Publik yang dikenakan sanksi
pencabutan izin.
(3) KAP dilarang mencantumkan nama KAPA atau OAA yang telah bubar.

Pasal 48
(1) Pemimpin Rekan dilarang merangkap sebagai Pemimpin Cabang KAP.
(2) Seorang rekan dilarang memimpin lebih dari satu Cabang KAP.

Pasal 49
Izin Akuntan Publik, izin usaha KAP, atau izin pembukaan cabang KAP berlaku di
seluruh wilayah Republik Indonesia.

Pasal 50
(1) Penutupan KAP dan/atau Cabang KAP wajib mendapatkan izin Menteri.
(2) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Lampiran tambahan.indb 85 22/08/2017 11.07.08


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-86

(3) Permohonan penutupan KAP dan/atau Cabang KAP disampaikan secara tertulis
oleh Pemimpin atau Pemimpin Rekan kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin KAP untuk KAP
berbentuk badan usaha perseorangan atau oleh seluruh Rekan KAP bagi KAP
berbentuk badan usaha persekutuan;
b. membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin KAP untuk
KAP berbentuk usaha badan perseorangan atau oleh seluruh Rekan KAP bagi
KAP berbentuk badan usaha persekutuan, mengenai penyelesaian perikatan
profesional antara KAP dan/atau Cabang KAP dengan kliennya;
c. menyerahkan asli surat izin usaha KAP dan/atau izin pembukaan Cabang KAP;
dan
d. membuat surat permohonan dan melengkapi formulir Permohonan Penutupan
Usaha KAP dengan menggunakan Lampiran XVI bagi KAP dan/atau formulir
Permohonan Penutupan Cabang KAP dengan menggunakan Lampiran XVII
untuk Cabang KAP sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan
ini.

Pasal 51
(1) Izin Penutupan KAP dan/atau Cabang KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50 ayat (1) diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan
diterima secara lengkap.
(2) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui pemberitahuan tertulis
oleh Kepala Pusat paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan
tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
terpenuhi, maka permohonan dinyatakan tidak berlaku.
(5) Dalam jangka waktu paling lama dalam 6 (enam) bulan sejak permohonan
penutupan KAP dan/atau Cabang KAP diajukan, apabila persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tidak dilengkapi, Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
Keuangan mencabut izin usaha KAP dan/atau izin pembukaan Cabang KAP.

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 52
(1) Dalam melakukan pengawasan, Sekretaris Jenderal melakukan pemeriksaan secara
berkala dan/atau sewaktu-waktu terhadap Akuntan Publik dan/atau KAP.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menilai ketaatan
Akuntan Publik, dan/atau KAP terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.

Lampiran tambahan.indb 86 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 10
L-87

(3) Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan
rencana pemeriksaan tahunan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal.
(4) Pemeriksaan sewaktu-waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
apabila:
a. hasil pemeriksaan berkala memerlukan tindak lanjut;
b. terdapat pengaduan masyarakat; atau
c. terdapat informasi yang layak ditindaklanjuti.
(5) Dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sekretaris Jenderal dapat meminta pendapat atau masukan dari IAPI dan/atau pihak
yang terkait.

Pasal 53
(1) Sekretaris Jenderal menunjuk dan menugaskan seseorang sebagai pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pemeriksa wajib memperlihatkan surat tugas
kepada Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin
Cabang KAP yang diperiksa.
(3) Pemeriksa tidak diperkenankan membawa kertas kerja Akuntan Publik dari KAP
kecuali salinan atau fotokopinya sebagai dokumen pendukung hasil pemeriksaan.
(4) Pemeriksa wajib merahasiakan hal-hal atau informasi yang diperoleh selama
pemeriksaan maupun hasil pemeriksaan kepada pihak lain yang tidak berhak dan
tidak berwenang.

Pasal 54
(1) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang diperiksa wajib memperlihatkan
dan meminjamkan kertas kerja, laporan, dan dokumen lainnya serta memberikan
keterangan yang diperlukan dalam pemeriksaan kepada pemeriksa.
(2) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang diperiksa dilarang menolak
atau menghindar dilakukannya pemeriksaan atau menghambat kelancaran
pemeriksaan.
(3) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP dianggap menghindar dilakukannya
pemeriksaan atau menghambat kelancaran pemeriksaan apabila:
a. tidak memperlihatkan dan meminjamkan kertas kerja, laporan dan dokumen
lainnya yang diperlukan;
b. tidak memberikan fotokopi kertas kerja, laporan, dan dokumen lainnya yang
diperlukan;
c. tidak memberikan keterangan yang diperlukan;
d. memperlihatkan dan meminjamkan kertas kerja, laporan, dokumen lainnya
maupun memberikan keterangan yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar;
atau
e. tidak memenuhi panggilan.

Lampiran tambahan.indb 87 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-88

Pasal 55
(1) Pemeriksa menyampaikan simpulan sementara hasil pemeriksaan secara tertulis
kepada Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin
Cabang KAP yang diperiksa.
(2) Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang
KAP yang diperiksa dapat memberikan tanggapan tertulis atas simpulan sementara
hasil pemeriksaan sebelum pembahasan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(3) Pemeriksa melakukan pembahasan hasil pemeriksaan dengan Akuntan Publik dan/
atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa
sebelum berakhirnya surat tugas pemeriksaan.
(4) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam risalah
pembahasan hasil pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa, Akuntan
Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP
yang diperiksa.
(5) Dalam hal Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau
Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia menandatangani risalah
pembahasan hasil pemeriksaan, maka yang bersangkutan harus membuat surat
pernyataan penolakan beserta alasan bukti pendukungnya.
(6) Pemeriksa menandatangani secara sepihak risalah pembahasan hasil pemeriksaan
apabila Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin
Cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia atau tidak hadir untuk menandatangani
risalah pembahasan hasil pemeriksaan.

Pasal 56
(1) Pemeriksa wajib membuat berita acara pemeriksaan.
(2) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditandatangani
oleh Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin
Cabang KAP yang diperiksa.
(3) Dalam hal Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau
Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia menandatangani berita acara
pemeriksaan, maka yang bersangkutan harus membuat surat pernyataan penolakan
beserta alasan bukti pendukungnya.
(4) Surat pernyataan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dipertimbangkan dalam menetapkan hasil pemeriksaan.
(5) Pemeriksa menetapkan secara sepihak berita acara pemeriksaan dalam hal Akuntan
Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP
yang diperiksa tidak bersedia atau tidak hadir untuk menandatangani berita acara
pemeriksaan.

Lampiran tambahan.indb 88 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 10
L-89

Pasal 57
Sekretaris Jenderal menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada Akuntan Publik
dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa
paling lama 60 (enam puluh) hari sejak pemeriksaan berakhir.

Bagian Ketiga
Asosiasi Profesi

Pasal 58
Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang diakui oleh Pemerintah adalah Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI).
Pasal 59
(1) IAPI wajib melaporkan rencana penyelenggaraan Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL) kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat yang paling sedikit
mencakup silabus dan metode PPL yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun
pada setiap akhir bulan Oktober sebelum periode penyelenggaraan PPL.
(2) IAPI wajib melaporkan daftar nama peserta PPL dan jumlah satuan kredit PPL
untuk periode 1 (satu) tahun paling lambat pada setiap akhir bulan Februari tahun
berikutnya kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat.
(3) IAPI wajib melaporkan pengakuan dan penyetaraan jumlah SKP terhadap PPL yang
diselenggarakan oleh selain IAPI kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat.

Pasal 60
(1) Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b diselenggarakan oleh IAPI.

(2) IAPI wajib melaporkan rencana penyelenggaraan USAP kepada Sekretaris Jenderal
u.p. Kepala Pusat yang mencakup silabus, metode penilaian kelulusan, susunan
panitia penyelenggara, waktu dan tempat penyelenggaraan, serta frekuensi
penyelenggaraan ujian yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun pada setiap
akhir bulan Oktober sebelum periode penyelenggaraan USAP.
(3) IAPI wajib melaporkan daftar nama lulusan USAP untuk periode 1 (satu) tahun
paling lambat pada setiap akhir bulan Februari tahun berikutnya kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat.
(4) Menteri u.p. Sekretaris Jenderal melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan USAP.

Pasal 61
(1) IAPI menyusun dan menetapkan SPAP.
(2) Menteri u.p. Sekretaris Jenderal melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
SPAP.

Lampiran tambahan.indb 89 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-90

BAB VII
SANKSI

Pasal 62
(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi peringatan,
pembekuan izin, atau pencabutan izin.
(2) Menteri mengenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Akuntan
Publik, KAP, atau Cabang KAP.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atas
nama Menteri.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak harus dikenakan secara
berurutan.
(5) Sanksi berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(6) Sanksi peringatan dan sanksi pembekuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat disertai dengan suatu kewajiban atau rekomendasi tertentu.

Pasal 63
(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) dilakukan
berdasarkan berat ringannya pelanggaran, yaitu:
a. sanksi peringatan dikenakan terhadap pelanggaran ringan;
b. sanksi pembekuan izin dikenakan terhadap pelanggaran berat;
c. sanksi pencabutan izin dikenakan terhadap pelanggaran sangat berat.
(2) Pelanggaran ringan adalah pelanggaran yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. pelanggaran yang bersifat administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3), Pasal 12 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 16 ayat (5), Pasal 20 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 24, Pasal 25 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal 31, Pasal
33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36 ayat (1) sampai dengan ayat (5), Pasal 37, Pasal
38 ayat (1) sampai dengan ayat (4), Pasal 39 ayat (1), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 44 ayat (4), Pasal 45 ayat (3), Pasal 46 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal
47, Pasal 48, atau Pasal 74.
b. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 40 yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap laporan auditor independen dan/atau hasil dalam bentuk lainnya dari
penugasan yang bersangkutan.
(3) Pelanggaran berat adalah pelanggaran yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3;
b. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 40 yang berpotensi berpengaruh cukup
signifikan terhadap laporan auditor independen dan/atau hasil dalam bentuk
lainnya dari penugasan yang bersangkutan;
c. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 44 ayat (1) sampai dengan ayat (3);
d. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 54; atau
e. pelanggaran yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (2) dan/atau Pasal 72.

Lampiran tambahan.indb 90 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 10
L-91

(4) Pelanggaran sangat berat adalah pelanggaran yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 40 yang berpotensi berpengaruh signifikan
terhadap laporan auditor independen dan/atau hasil dalam bentuk lainnya dari
penugasan yang bersangkutan;
b. pelanggaran yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
ayat (3); atau
c. pelanggaran terhadap Pasal 7 ayat (1) sampai dengan ayat (3), dan/atau Pasal 32
dan/atau Pasal 73 huruf a.

Pasal 64
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan ayat (3), Pasal 12
ayat (3) dan ayat (4), Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal
35, Pasal 44 ayat (2), Pasal 45 ayat (3), Pasal 46 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal
48, Pasal 54, serta Pasal 72 dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
62 ayat (1) kepada Akuntan Publik.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (5), Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal
24, Pasal 25 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal 31 ayat (3), Pasal
36 ayat (1) sampai dengan ayat (5), Pasal 37, Pasal 38 ayat (1) sampai dengan ayat
(4), Pasal 39 ayat (1), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47, Pasal 54, serta Pasal 73
dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) kepada KAP dan/
atau Cabang KAP.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3, Pasal 40, Pasal 44 ayat (1),
ayat (3), dan ayat (4), serta Pasal 54 dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 ayat (1) kepada Akuntan Publik dan/atau KAP.

Pasal 65
Pelanggaran oleh Cabang KAP terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 dan/atau Pasal 44 ayat (1) dan (3) dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud Pasal
62 ayat (1) kepada KAP yang bersangkutan.

Pasal 66
(1) Sanksi peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) diberikan paling
banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu paling lama 48 (empat puluh delapan)
bulan terakhir.
(2) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang telah dikenakan sanksi peringatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi pembekuan izin atas
pelanggaran ringan berikutnya.

Lampiran tambahan.indb 91 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-92

Pasal 67
(1) Sanksi pembekuan izin dikenakan paling tinggi 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) Sanksi pembekuan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) diberikan
paling banyak 2 (dua) kali.
(3) Dalam hal Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP telah dikenakan sanksi
pembekuan izin yang kedua, terhadap pelanggaran berat berikutnya dikenakan
sanksi pencabutan izin.

Pasal 68
(1) Akuntan Publik yang dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
berakhirnya masa pembekuan izin tidak melakukan pengajuan permohonan
persetujuan untuk memberikan jasa kembali, dikenakan sanksi pencabutan izin.
(2) KAP yang dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya masa
pembekuan izin usaha, tidak melakukan pengajuan permohonan persetujuan untuk
memberikan jasa kembali, dikenakan sanksi pencabutan izin usaha.
(3) Cabang KAP yang dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya
masa pembekuan izin pembukaan Cabang, tidak melakukan pengajuan permohonan
persetujuan untuk memberikan jasa kembali, dikenakan sanksi pencabutan izin
pembukaan Cabang.
(4) Apabila KAP dan/atau cabang KAP setelah masa pengenaan sanksi pembekuan
izin berakhir akan ditutup, maka pemimpin atau pemimpin rekan wajib memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3).

Pasal 69
(1) KAP yang tidak melaporkan bubarnya dan/atau putusnya hubungan dengan KAPA
atau OAA dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, dikenakan sanksi
pembekuan izin.
(2) Sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan kepada KAP dan Pemimpin, atau Pemimpin Rekan KAP.

Pasal 70
Izin Cabang KAP:
a. dibekukan apabila izin usaha KAP yang bersangkutan dibekukan;
b. dicabut apabila izin usaha KAP yang bersangkutan dicabut;
c. dicabut apabila KAP yang bersangkutan menutup kegiatan usahanya; atau
d. dicabut apabila KAP menutup kegiatan cabang KAP yang bersangkutan.

Pasal 71
(1) Izin usaha KAP yang berbentuk usaha perseorangan:
a. dibekukan apabila izin Akuntan Publik yang bersangkutan dibekukan;
b. dicabut apabila izin Akuntan Publik yang bersangkutan dicabut;
c. dicabut apabila Akuntan Publik yang bersangkutan menjalani penghentian
pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.

Lampiran tambahan.indb 92 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 10
L-93

(2) KAP yang berbentuk usaha persekutuan dibekukan izin usahanya apabila izin
Akuntan Publik seluruh rekan KAP yang bersangkutan dibekukan.
(3) Izin Akuntan Publik, Pemimpin, atau Pemimpin rekan KAP dibekukan, apabila izin
usaha KAP dibekukan.

Pasal 72
Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin dilarang:
a. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
b. menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang.

Pasal 73
KAP yang sedang dikenakan sanksi pembekuan izin dilarang:
a. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
b. mengajukan permohonan penutupan KAP.

Pasal 74
Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin:
a. wajib mengikuti PPL paling sedikit berjumlah 30 (tiga puluh) SKP dalam periode
1 (satu) tahun terakhir sebelum berakhirnya masa pembekuan izin dengan paling
sedikit berjumlah 15 (lima belas) SKP diantaranya di bidang auditing dan akuntansi
dan paling sedikit berjumlah 4 (empat) SKP berkaitan dengan pembinaan dan
pengawasan Akuntan Publik; dan
b. tidak dibebaskan dari tanggung jawab atas jasa-jasa yang telah selesai diberikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

Pasal 75
(1) Akuntan Publik dapat dikenakan:
a. sanksi peringatan apabila Akuntan Publik yang bersangkutan mendapat sanksi
peringatan keanggotaan dari IAPI;
b. sanksi pembekuan izin apabila Akuntan Publik yang bersangkutan mendapat
sanksi pembekuan keanggotaan dari IAPI; atau
c. sanksi pencabutan izin apabila Akuntan Publik yang bersangkutan mendapat
sanksi pemberhentian keanggotaan dari IAPI.
(2) Akuntan Publik dan/atau KAP dapat dikenakan sanksi peringatan, pembekuan izin,
atau pencabutan izin apabila Akuntan Publik dan/atau KAP tersebut dikenakan
sanksi oleh instansi pemerintah lainnya.
(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menghapuskan
kewenangan Menteri untuk melakukan pemeriksaan terhadap Akuntan Publik
dan/atau KAP yang bersangkutan apabila terdapat keberatan dari masyarakat
terhadap sanksi yang dikenakan dan/atau terdapat informasi yang layak untuk
ditindaklanjuti.

Lampiran tambahan.indb 93 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-94

Pasal 76

(1) Sanksi Pembekuan dan pencabutan izin Akuntan Publik, KAP atau Cabang KAP
diumumkan kepada masyarakat.
(2) Sanksi peringatan terhadap Akuntan Publik, KAP, atau Cabang KAP dapat
diumumkan kepada masyarakat.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 77
(1) Permohonan izin Akuntan Publik, izin usaha KAP, dan izin Cabang KAP yang telah
diajukan sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini, namun belum
memperoleh izin, wajib diajukan kembali sesuai dengan persyaratan yang diatur
dalam ketentuan Peraturan Menteri Keuangan ini.
(2) KAP dan Cabang KAP wajib menyesuaikan komposisi auditor sesuai ketentuan dalam
Pasal 18 ayat (1) huruf c atau Pasal 22 ayat (1) huruf c atau pasal 41 huruf b dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan.
(3) KAP wajib menyesuaikan penulisan huruf sesuai ketentuan dalam Pasal 27 ayat (2)
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan
ini.

Pasal 78
(1) KAP yang telah memperoleh persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA
bersama-sama nama KAP pada saat berlakunya Peraturan Menteri Keuangan
ini, dinyatakan telah memperoleh persetujuan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ini.
(2) Akuntan Publik yang telah memperoleh persetujuan pemberhentian jasa Akuntan
Publik untuk sementara waktu, yang masih berlaku pada saat berlakunya Peraturan
Menteri Keuangan ini dinyatakan telah memperoleh persetujuan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(3) Pengenaan sanksi peringatan dan/atau pembekuan izin terhadap Akuntan Publik,
KAP dan/atau Cabang KAP yang dikenakan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003,
dinyatakan tetap berlaku.

Lampiran tambahan.indb 94 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 10
L-95

Pasal 79
Penyelenggaraan USAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e Keputusan
Menteri Keuangan nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik yang
dilaksanakan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Menteri
Keuangan ini dinyatakan sah dan sertifikat tanda lulusnya memenuhi persyaratan
untuk memperoleh izin Akuntan Publik sesuai ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri
Keuangan ini.

Pasal 80
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini:
a. pemeriksaan terhadap Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP yang sedang
berlangsung tetap dapat diteruskan dan selanjutnya tunduk kepada ketentuan
dalam Peraturan Menteri Keuangan ini;
b. pengenaan sanksi terhadap Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang
didasarkan atas hasil pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 359/
KMK.06/2003, tunduk terhadap ketentuan Peraturan Menteri Keuangan ini;
c. Semua sanksi peringatan dan pembekuan yang telah dikenakan kepada Akuntan
Publik, KAP dan/atau Cabang KAP dinyatakan sah dan berlaku dan untuk selanjutnya
tunduk kepada ketentuan Pasal 66 dan Pasal 67 dalam Peraturan Menteri Keuangan
ini.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 81
(1) Akuntan Publik, Kantor Akuntan Publik dan Cabang Kantor Akuntan Publik yang
telah memiliki izin yang masih berlaku pada saat berlakunya Peraturan Menteri
Keuangan ini dinyatakan telah memperoleh izin berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ini.

(2) Akuntan yang telah memiliki Sertifikat tanda lulus USAP pada saat Peraturan
Menteri Keuangan ini ditetapkan, dinyatakan tetap diakui berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan ini.
(3) Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, semua pihak dilarang
memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 apabila tidak
memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dikecualikan bagi pemeriksa
Badan Pemeriksa Keuangan yang memberikan jasa dalam lingkup kewenangannya
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lampiran tambahan.indb 95 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-96

Pasal 82
(1) Dengan berlakunya Peraturan M enteri Keuangan ini, Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 dinyatakan tidak
berlaku lagi.
(2) Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri


Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Februari 2008

MENTERI KEUANGAN,

SRI MULYANI INDRAWATI

Lampiran tambahan.indb 96 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 11
L-97

LAMPIRAN 11

RINGKASAN UNDANG-UNDANG SARBANES-OXLEY 2002 DAN DAMPAKNYA

1. Undang-undang Sarbanes Oxley 2002, ditujukan untuk memberikan kejelasandan


kepastian tentang beberapa issue yang sering diperdebatkan:
Membentuk dewan pengawas independent (the Publik Company Accounting
Oversight Board) yang betugas sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar
modal. Dewan ini akan diawasi oleh SEC.
Menetapkan tanggung jawab baru terhadap audit komite dan pejabat perusahaan
menetapkan beberapa aturan atau keharusan baru untuk pelaporan perusahaan.
Mendefinisikan jasa non-audit yang dapat diberikan oleh kantor akuntan publik
kepada audit klien
Melarang kantor akuntan publik melakukan delapan (8) jenis non jasa
audit kepada klien audit, (sebagian besar telah dieliminasi tahun-tahun
sebelumnya), termasuk:
pembukuan, desain dan implementasi sistem informasi keuangan, jasa
penilai, jasa aktuaris. Outsourcing jasa internal audit. fungsi manajemen
atau sumber daya manusia, broker-pialang. Penasihat investasi atau jasa
investment banking, jasa hukum dan jasa profesional lainnya yang tidak
berhubungan dengan audit.
Jasa non-audit yang dilarang tersebut akan efektif berlaku pada tahun
2003
Mengizinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih dahulu
komite audit (Dewan berhak menetapkan jasa non-audit lainnya yang
tidak dapat diberikan).
Memperberat hukuman atas kecurangan (fraud) yang dilakukan perusahaan
Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan kepentingan
Meningkatkan secara signifikan tanggung jawab dan anggaran SEC

2. Undang-Undang Sarbanes-Oxley memerlukan interpretasi melalui proses aturan


SEC dan the Publik Company Accounting Oversight Board.

DAMPAK UNDANG-UNDANG SARBANES-OXLEY 2002

1. TERHADAP MANAJEMEN
1.1. Mengharuskan adanya sertifikasi CEO/CFO atas laporan berkala yang
disampaikan ke SEC
1.2. Laporan Internal Control
1.2.1. Setiap laporan tahunan diharuskan untuk melampirkan laporan dari
manajemen mengenai penaksiran internal control.

Lampiran tambahan.indb 97 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-98

1.2.2. Auditor independen diharuskan untuk melakukan atestasi dan


melaporkan penaksiran manajemen.
1.3. Pengungkapan baru yang diharuskan:
1.3.1. Terhadap keharusan bagi Direktur, Pejabat perusahaan, dan pihak
yang memiliki saham perusahaan dengan jumlah minimum 10% untuk
menyampaikan perubahan ekuitas yang dimiliki
1.3.2. Pelaporan performa - tidak menyesatkan, dan direkonsiliasi dengan
hasil GAAP
1.3.3. Pengungkapan tambahan untuk keuangan off-balance-sheet dan
kontijensi
1.3.4. Pengungkapan oleh perusahaan secara “real time”
1.4. Reformasi Corporate Governance:
1.4.1. Penghapusan (Forfeiture) bonus dan tertentu jika penyajian kembali
diharuskan yang disebabkan adanya pelanggaran yang mengakibatkan
ketidakpatuhan material terhadap keharusan pelaporan keuangan
sesuai dengan undang-undang pasar modal.
1.4.2.Surat pemberitahuan pajak perusahaan disarankan untuk ditanda-
tangani oleh CEO
1.4.3. Pembatasan perdagangan selama”pension fund blackout periods”
1.5. Meningkatkan review atas penyampaian (fillings) oleh SEC

2. TERHADAP KOMITE AUDIT


2.1. Interaksi dengan auditor–komite audit bertangung jawab secara langsung
mengenai penunjukan, persetujuan terlebih dahulu, kompensasi, dan
pengawasan akuntan publik termasuk penyelesaian perselisihan antara
manajemen dan auditor sehubungan dengan pelaporan keuangan.
2.2. Independensi dan keahlian audit komite:
2.2.1. Anggota komite audit independen (misalnya, tidak boleh menerima
konsultasi atau kompensasi dari perusahaan, melebihi yang dibayarkan
kepada dewan direksi dan anggota komite, atau berafiliasi/anak
perusahaan)
2.2.2. Ahli keuangan-Audit komite harus mengungkapkan apakah didalam
komite audit terhadap sedikitnya satu anggota yang keuangan.
2.3. Keluhan dan saran – Komite audit diharuskan menyusun prosedur untuk:
2.3.1 Menerima,menyimpan dan menindak lanjutin keluhan yang diterima
oleh perusahaan sehubungan dengan akuntansi, internal control dan
audit.
2.3.2. Menerima kritik yang disampaikan secara rahasia dan tanpa nama oleh
karyawan perusahaan sehubungan dengan akuntansi dan audit yang
dipertanyakan.

Lampiran tambahan.indb 98 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 11
L-99

2.4. Persetujuan terdahulu.


2.4.1. Semua jasa yang diberikan oleh auditor baik itu audit atau non audit
harus memperoleh persetujuan terdahulu. Persetujuan terdahulu atas
semua jasa non audit harus diungkapkan oleh Komite Audit
2.4.2. Semua jasa non-audit, kecuali yang dilarang dalam perundangan
Sarbanes-Oxley, dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik dengan
persetujuan terdahulu dari komite audit.

3. TERHADAP AKUNTAN PUBLIK


3.1. Membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
bertujuan untuk mengawasi audit atas perusahaan publik dan melindungi
kepentingan investor.
3.2. Melarang jasa non-audit-Hukum secara spesifik telah melarang KAP untuk
melakukan 8 jasa non-audit.
3.3. Perputaran partner-Pemimpin (Lead) atau “Coordinating” partner audit atau
concurring reviewer tidak dapat memberikan jasa audit kepada klien yang sama
lebih dari 5 tahun berturut-turut.
3.4. Laporan kepada komite Audit-Auditor diharuskan untuk melaporkan
kepada komite audit tentang semua kebijakan akuntansi yang berlaku, perlakuan
informasi keuangan dan informasi penting lainnya yang telah didiskusikan
dengan manajemen.
3.5. Penugasan Auditor-Dibutuhkan 1 tahun”cooling-off period”
3.6. Studi tentang kewajiban perputaran kantor akuntan publik akan
dilakukan oleh GAO (General Accounting Office)

Lampiran tambahan.indb 99 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-100

Lampiran tambahan.indb 100 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 12
L-101

LAMPIRAN 12 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG


AKUNTAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 5 TAHUN 2011
TENTANG
AKUNTAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan memerlukan


perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta memenuhi prinsip
pengelolaan yang transparan dan akuntabel untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa jasa akuntan publik merupakan jasa yang digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi dan berpengaruh secara luas dalam
era globalisasi yang memiliki peran penting dalam mendukung
perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan
transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan;
c. bahwa sampai saat ini belum ada undang-undang yang khusus
mengatur profesi akuntan publik yang memberikan perlindungan
dan kepastian hukum bagi masyarakat dan profesi akuntan publik;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang
tentang Akuntan Publik;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

Lampiran tambahan.indb 101 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-102

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG AKUNTAN PUBLIK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan
jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing yang telah memperoleh izin
berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan untuk memberikan jasa sekurang-
kurangnya jasa audit atas informasi keuangan historis.
3. Asosiasi Profesi Akuntan Publik adalah organisasi profesi Akuntan Publik yang
bersifat nasional.
4. Asosiasi Profesi Akuntan adalah organisasi profesi Akuntan yang bersifat
nasional.
5. Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha yang
didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan mendapatkan
izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini.
6. Organisasi Audit Indonesia, yang selanjutnya disingkat OAI, adalah organisasi di
Indonesia yang merupakan jaringan kerja sama antar- KAP.
7. Kantor Akuntan Publik Asing, yang selanjutnya disingkat KAPA, adalah badan
usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara tempat KAPA berkedudukan dan
melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas informasi
keuangan historis.
8. Organisasi Audit Asing, yang selanjutnya disingkat OAA, adalah organisasi di luar
negeri yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di negara yang
bersangkutan, yang anggotanya terdiri dari badan usaha jasa profesi yang melakukan
kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas informasi keuangan
historis.
9. Pihak Terasosiasi adalah Rekan KAP yang tidak menandatangani laporan pemberian
jasa, pegawai KAP yang terlibat dalam pemberian jasa, atau pihak lain yang terlibat
langsung dalam pemberian jasa.
10. Rekan adalah sekutu pada KAP yang berbentuk usaha persekutuan.
11. Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat SPAP, adalah acuan
yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik
dalam pemberian jasanya.
12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang keuangan.

Lampiran tambahan.indb 102 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 12
L-103

Pasal 2
Wilayah kerja Akuntan Publik meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

BAB II
BIDANG JASA

Bagian Kesatu
Jenis Jasa

Pasal 3
(1) Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:
a. jasa audit atas informasi keuangan historis;
b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan
c. jasa asurans lainnya.
(2) Jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan oleh
Akuntan Publik.
(3) Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik dapat
memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan
manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pembatasan Pemberian Jasa

Pasal 4
(1) Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan
historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam
jangka waktu tertentu.
(2) Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan
historis diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB III
PERIZINAN AKUNTAN PUBLIK

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5
(1) Izin menjadi Akuntan Publik diberikan oleh Menteri.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun sejak
tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang.
(3) Apabila masa berlaku izin Akuntan Publik telah berakhir dan tidak memperoleh
perpanjangan izin, yang bersangkutan tidak lagi menjadi

Lampiran tambahan.indb 103 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-104

Akuntan Publik dan tidak dapat memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1).

Bagian Kedua
Perizinan untuk Menjadi Akuntan Publik

Pasal 6
(1) Untuk mendapatkan izin menjadi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
b. berpengalaman praktik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3;
c. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
e. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan
Publik;
f. tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
g. menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri;
dan
h. tidak berada dalam pengampuan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Perizinan untuk Akuntan Publik Asing

Pasal 7
(1) Akuntan Publik Asing dapat mengajukan permohonan izin AkuntanPublik kepada
Menteri apabila telah ada perjanjian saling pengakuan antara Pemerintah Indonesia
dan pemerintah negara dari Akuntan
Publik Asing tersebut.
(2) Untuk mendapatkan izin Akuntan Publik, Akuntan Publik Asing harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagai
akuntan publik di negara asalnya;
d. tidak pernah dipidana;
e. tidak berada dalam pengampuan;
f. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia;
g. mempunyai pengetahuan di bidang perpajakan dan hukum dagang Indonesia;
h. berpengalaman praktik dalam bidang penugasan asurans yang dinyatakan dalam
suatu hasil penilaian oleh asosiasi profesi akuntan publik;

Lampiran tambahan.indb 104 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 12
L-105

i. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan oleh dokter di Indonesia; dan
j. ketentuan lain sesuai dengan perjanjian saling pengakuan antara Pemerintah
Indonesia dan pemerintah negara dari Akuntan Publik Asing.
(3) Akuntan Publik Asing yang telah memiliki izin Akuntan Publik tunduk pada
Undang-Undang ini.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin
Akuntan Publik Asing menjadi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Perpanjangan Izin

Pasal 8
(1) Perpanjangan izin Akuntan Publik diberikan oleh Menteri.
(2) Untuk memperpanjang izin, Akuntan Publik harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Menteri, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri;
c. tidak berada dalam pengampuan; dan
d. menjaga kompetensi melalui pelatihan profesional berkelanjutan.
(3) Akuntan Publik harus mengajukan permohonan perpanjangan izin paling lambat
60 (enam puluh) hari sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) berakhir.
(4) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengajukan
perpanjangan izin hingga masa berlaku izin berakhir dengan dikenai sanksi
administratif berupa denda.
(5) Menteri harus menerbitkan perpanjangan izin Akuntan Publik paling lambat 30
(tiga puluh) hari setelah:
a. persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan lengkap; atau
b. persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan lengkap dan sanksi
administratif berupa denda telah dibayar bagi Akuntan Publik yang terlambat
mengajukan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(6) Dalam hal Menteri tidak menerbitkan perpanjangan izin Akuntan Publik dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (5), izin Akuntan
Publik dinyatakan telah diperpanjang.
(7) Akuntan Publik yang tidak mengajukan permohonan perpanjangan izin setelah
5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dapat mengajukan
permohonan izin baru dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) atau Pasal 7 ayat (2).
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perpanjangan izin
Akuntan Publik diatur dalam Peraturan Menteri.

Lampiran tambahan.indb 105 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-106

Bagian Kelima
Penghentian Pemberian Jasa Asurans untuk Sementara Waktu,
Pengunduran Diri, dan Tidak Berlakunya Izin

Pasal 9
(1) Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan penghentian pemberian jasa
asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) untuk sementara waktu.
(2) Persetujuan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Menteri.
(3) Jangka waktu penghentian pemberian jasa asurans untuk sementara waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan paling lama sampai berakhir
masa berlakunya izin.
(4) Dalam masa penghentian pemberian jasa asurans untuk sementara waktu, Akuntan
Publik tidak dapat memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penghentian pemberian
jasa untuk sementara waktu diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 10
(1) Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai Akuntan
Publik
(2) Persetujuan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Menteri.
(3) Akuntan Publik yang telah mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat mengajukan kembali permohonan izin Akuntan Publik setelah 1 (satu)
tahun terhitung sejak tanggal persetujuan atas pengunduran diri.
(4) Syarat untuk mengajukan kembali permohonan izin Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) atau Pasal 7 ayat (2).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pengunduran diri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 11
(1) Izin Akuntan Publik dinyatakan tidak berlaku apabila:
a. Akuntan Publik meninggal dunia; atau
b. izin Akuntan Publik tidak diperpanjang.
(2) Izin Akuntan Publik dicabut dalam hal yang bersangkutan:
a. mengajukan permohonan pengunduran diri;
b. dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin;
c. dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih;

Lampiran tambahan.indb 106 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 12
L-107

d. dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berdasarkan ketentuan


Undang-Undang ini;
e. berada dalam pengampuan; atau
f. menyampaikan dokumen palsu atau yang dipalsukan atau pernyataan yang tidak
benar pada saat pengajuan permohonan izin Akuntan Publik.

BAB IV
KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Bagian Kesatu Bentuk Usaha

Pasal 12
(1) KAP dapat berbentuk usaha:
a. perseorangan;
b. persekutuan perdata;
c. firma; atau
d. bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yang
diatur dalam Undang-Undang.
(2) Menteri menetapkan bentuk usaha lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d sebagai bentuk usaha KAP.

Bagian Kedua
Pendirian dan Pengelolaan

Pasal 13
(1) KAP yang berbentuk usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf a hanya dapat didirikan dan dikelola oleh 1 (satu) orang Akuntan
Publik berkewarganegaraan Indonesia.
(2) KAP yang berbentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) huruf b, huruf c, dan huruf d, hanya dapat didirikan dan dikelola jika paling sedikit
2/3 (dua per tiga) dari seluruh Rekan merupakan Akuntan Publik.
(3) KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dipimpin oleh Akuntan
Publik yang berkewarganegaraan Indonesia yang merupakan Rekan pada KAP yang
bersangkutan dan berdomisili sesuai dengan domisili KAP.
(4) Dalam hal terdapat Rekan yang berkewarganegaraan asing pada KAP, jumlah Rekan
yang berkewarganegaraan asing pada KAP paling banyak 1/5 (satu per lima) dari
seluruh Rekan pada KAP.

Lampiran tambahan.indb 107 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-108

Bagian Ketiga
Rekan non-Akuntan Publik

Pasal 14
(1) Setiap orang yang akan menjadi Rekan non-Akuntan Publik pada KAP wajib
mendaftar kepada Menteri.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis dengan
syarat sebagai berikut:
a. berpendidikan paling rendah sarjana strata 1 (S-1) atau yang setara;
b. berpengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun di bidang keahlian yang
mendukung profesi Akuntan Publik;
c. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
e. telah mengikuti pelatihan etika profesi Akuntan Publik yang diselenggarakan
Asosiasi Profesi Akuntan Publik; dan
f. tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara menjadi Rekan non-
Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

Pasal 15
Rekan non-Akuntan Publik dilarang:
a. menjadi Rekan pada 2 (dua) KAP atau lebih;
b. merangkap sebagai:
1. pejabat negara;
2. pimpinan atau pegawai pada lembaga pemerintahan, lembaga negara, atau
lembaga lainnya yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan; atau
3. jabatan lain yang mengakibatkan benturan kepentingan.
c. menandatangani dan menerbitkan laporan hasil pemberian jasa melalui KAP.

Pasal 16
(1) Menteri membatalkan status terdaftar Rekan non-Akuntan Publik dalam hal Rekan
non-Akuntan Publik:
a. tidak berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. dijatuhi hukuman pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
c. menjadi Rekan pada 2 (dua) KAP atau lebih;
d. merangkap sebagai:
1. pejabat negara;

Lampiran tambahan.indb 108 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 12
L-109

2. pimpinan atau pegawai pada lembaga pemerintah, lembaga negara, atau


lembaga lainnya yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
atau
3. jabatan lain yang mengakibatkan benturan kepentingan.
e. dijatuhi hukuman pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan pelanggaran atas Undang-Undang ini; atau
f. menandatangani dan menerbitkan laporan hasil pemberian jasa melalui KAP.
(2) Rekan non-Akuntan Publik yang status terdaftarnya dibatalkan Menteri tidak
diperkenankan untuk mendaftar kembali dalam hal:
a. dijatuhi hukuman pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
b. dijatuhi hukuman pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan pelanggaran atas Undang-Undang ini; atau
c. menandatangani dan menerbitkan laporan hasil pemberian jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f.

Bagian Keempat
Tenaga Kerja Profesional Asing

Pasal 17
(1) KAP yang mempekerjakan tenaga kerja profesional asing harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
(2) Komposisi tenaga kerja profesional asing yang dipekerjakan pada KAP paling banyak
1/10 (satu per sepuluh) dari seluruh tenaga kerja profesional untuk masing-masing
tingkat jabatan pada KAP yang bersangkutan.

Bagian Kelima
Izin Usaha

Pasal 18
(1) Izin usaha KAP diberikan oleh Menteri.
(2) Syarat untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut:
a. mempunyai kantor atau tempat untuk menjalankan usaha yang berdomisili di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Badan untuk KAP yang berbentuk usaha
persekutuan perdata dan firma atau Nomor Pokok Wajib Pajak Pribadi untuk
KAP yang berbentuk usaha perseorangan;
c. mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kerja profesional pemeriksa di
bidang akuntansi;
d. memiliki rancangan sistem pengendalian mutu;

Lampiran tambahan.indb 109 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-110

e. membuat surat pernyataan dengan bermeterai cukup bagi bentuk usaha


perseorangan, dengan mencantumkan paling sedikit:
1. alamat Akuntan Publik;
2. nama dan domisili kantor; dan
3. maksud dan tujuan pendirian kantor;
f. memiliki akta pendirian yang dibuat oleh dan dihadapan notaris bagi bentuk
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf
d, yang paling sedikit mencantumkan:
1. nama Rekan;
2. alamat Rekan;
3. bentuk usaha;
4. nama dan domisili usaha;
5. maksud dan tujuan pendirian kantor;
6. hak dan kewajiban sebagai Rekan; dan
7. penyelesaian sengketa dalam hal terjadi perselisihan di antara Rekan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Keenam
Pendirian Cabang Kantor Akuntan Publik

Pasal 19
(1) Cabang KAP hanya dapat didirikan dan dikelola oleh KAP yang berbentuk usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d.
(2) Cabang KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh 1 (satu) orang
Akuntan Publik yang berkewarganegaraan Indonesia yang merupakan Rekan pada
KAP yang bersangkutan dan berdomisili sesuai dengan domisili cabang KAP.
(3) Pemimpin cabang KAP tidak boleh dirangkap oleh:
a. pemimpin cabang lain pada KAP yang bersangkutan; atau
b. pemimpin KAP yang bersangkutan.

Bagian Ketujuh
Izin Pendirian Cabang Kantor Akuntan Publik

Pasal 20
(1) Izin pendirian cabang KAP diberikan oleh Menteri.
(2) Syarat untuk mendapatkan izin pendirian cabang KAP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. mempunyai kantor atau tempat untuk menjalankan usaha cabang, yang
berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Badan cabang KAP;
c. mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kerja profesional pemeriksa di
bidang akuntansi; dan

Lampiran tambahan.indb 110 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 12
L-111

d. membuat kesepakatan tertulis dari seluruh Rekan mengenai pendirian cabang


yang disahkan oleh notaris.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kedelapan
Pencabutan dan Tidak Berlakunya Izin Usaha Kantor Akuntan
Publik

Pasal 21
(1) Izin usaha KAP dicabut dalam hal:
a. pemimpin KAP mengajukan permohonan pencabutan izin usaha KAP;
b. KAP dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha KAP;
c. izin Akuntan Publik pada KAP yang berbentuk perseorangan dicabut;
d. izin seluruh Rekan Akuntan Publik pada KAP dicabut;
e. domisili KAP berubah; atau
f. terdapat dokumen palsu atau yang dipalsukan atau pernyataan yang tidak benar
yang diberikan pada saat mengajukan permohonan izin usaha KAP.
(2) Izin usaha KAP dinyatakan tidak berlaku dalam hal:
a. izin Akuntan Publik pada KAP yang berbentuk perseorangan dinyatakan tidak
berlaku; atau
b. izin seluruh Rekan Akuntan Publik pada KAP dinyatakan tidak berlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan pencabutan
izin usaha KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kesembilan
Pencabutan dan Tidak Berlakunya Izin Pendirian
Cabang Kantor Akuntan Publik

Pasal 22
(1) Izin pendirian cabang KAP dicabut dalam hal:
a. izin usaha KAP dicabut;
b. tidak terdapat pemimpin cabang KAP selama 180 (seratus delapan puluh)
hari.
c. pemimpin KAP mengajukan permohonan pencabutan izin pendirian cabang
KAP;
d. cabang KAP dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin pendirian
cabang KAP;
e. domisili cabang KAP berubah; atau
f. terdapat dokumen palsu atau yang dipalsukan atau pernyataan yang tidak benar
yang diberikan pada saat pengajuan permohonan izin pendirian cabang KAP.
(2) Izin pendirian cabang KAP dinyatakan tidak berlaku jika izin usaha KAP tidak
berlaku.

Lampiran tambahan.indb 111 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-112

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencabutan izin cabang
KAP dan tidak berlakunya izin cabang KAP diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan domisili Akuntan Publik dan KAP
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB V
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN

Bagian Kesatu
Hak Akuntan Publik

Pasal 24
Akuntan Publik berhak untuk:
a. memperoleh imbalan jasa;
b. memperoleh perlindungan hukum sepanjang telah memberikan jasa sesuai dengan
SPAP; dan
c. memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan
pemberian jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Bagian Kedua
Kewajiban Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

Pasal 25
(1) Akuntan Publik wajib :
a. berhimpun dalam Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri;
b. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagi Akuntan
Publik yang menjadi pemimpin KAP atau pemimpin cabang KAP wajib
berdomisili sesuai dengan domisili KAP atau cabang KAP dimaksud;
c. mendirikan atau menjadi Rekan pada KAP dalam jangka waktu 180 (seratus
delapan puluh) hari sejak izin Akuntan Publik yang bersangkutan diterbitkan
atau sejak mengundurkan diri dari suatu KAP;
d. melaporkan secara tertulis kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak:
1. menjadi Rekan pada KAP;
2. mengundurkan diri dari KAP; atau
3. merangkap jabatan yang tidak dilarang dalam Undang-Undang
e. menjaga kompetensi melalui pelatihan profesional berkelanjutan; dan
f. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan mempunyai integritas yang
tinggi.

Lampiran tambahan.indb 112 22/08/2017 11.07.09


Lampiran 12
L-113

(2) Akuntan Publik dalam memberikan jasanya wajib:


a. melalui KAP;
b. mematuhi dan melaksanakan SPAP dan kode etik profesi, serta peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan jasa yang diberikan;
c. membuat kertas kerja dan bertanggung jawab atas kertas kerja tersebut.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d serta pelatihan profesional berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 26
Akuntan Publik bertanggung jawab atas jasa yang diberikan.

Pasal 27
(1) KAP atau cabang KAP wajib:
a. mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kerja profesional pemeriksa di
bidang akuntansi;
b. mempunyai kantor atau tempat untuk menjalankan usaha;
c. memiliki dan menjalankan sistem pengendalian mutu; dan
d. memasang nama lengkap kantor pada bagian depan kantor.
(2) KAP yang mempunyai Rekan warga negara asing dan/atau mempekerjakan warga
negara asing wajib menugaskan Rekan dan/atau pegawai dimaksud untuk menyusun
dan menjalankan program pengembangan profesi akuntan publik dan/atau dunia
pendidikan akuntansi secara cuma-cuma.
(3) KAP wajib menyampaikan secara lengkap dan benar paling lambat pada setiap akhir
bulan April kepada Menteri:
a. laporan kegiatan usaha dan laporan keuangan untuk tahun takwim sebelumnya;
dan
b. laporan program dan realisasi tahunan program pengembangan profesi akuntan
publik dan/atau dunia pendidikan akuntansi bagi KAP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
(4) KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Menteri:
a. perubahan susunan Rekan;
b. perubahan pemimpin KAP dan/atau pemimpin cabang KAP;
c. perubahan domisili pemimpin KAP dan/atau pemimpin cabang KAP;
d. perubahan alamat KAP;
e. berakhirnya kerja sama dengan KAPA atau OAA;
f. pencabutan izin KAPA yang melakukan kerja sama dengan KAP oleh otoritas
negara asal KAPA; atau
g. pembubaran OAA yang melakukan kerja sama dengan KAP.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

Lampiran tambahan.indb 113 22/08/2017 11.07.09


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-114

Pasal 28
(1) Dalam memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
Akuntan Publik dan KAP wajib menjaga independensi serta bebas dari benturan
kepentingan.
(2) Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain,
apabila:
a. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi mempunyai kepentingan keuangan atau
memiliki kendali yang signifikan pada klien atau memperoleh manfaat ekonomis
dari klien;
b. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi memiliki hubungan kekeluargaan dengan
pimpinan, direksi, pengurus, atau orang yang menduduki posisi kunci di bidang
keuangan dan/atau akuntansi pada klien; dan/atau
c. Akuntan Publik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
dan jasa lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dalam periode
yang sama atau untuk tahun buku yang sama.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai benturan kepentingan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri setelah berkonsultasi dengan Komite
Profesi Akuntan Publik.

Pasal 29
(1) Akuntan Publik dan/atau Pihak Terasosiasi wajib menjaga kerahasiaan informasi
yang diperolehnya dari klien.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan apabila digunakan
untuk kepentingan pengawasan oleh Menteri.
(3) Menteri wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya dari Akuntan
Publik dan/atau Pihak Terasosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Larangan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

Pasal 30
(1) Akuntan Publik dilarang:
a. memiliki atau menjadi Rekan pada lebih dari 1 (satu) KAP;
b. merangkap sebagai:
1. pejabat negara;
2. pimpinan atau pegawai pada lembaga pemerintahan, lembaga negara, atau
lembaga lainnya yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
atau
3. jabatan lain yang mengakibatkan benturan kepentingan.
c. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), untuk jenis jasa
pada periode yang sama yang telah dilaksanakan oleh Akuntan Publik lain, kecuali
untuk melaksanakan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya;

Lampiran tambahan.indb 114 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-115

d. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3)
dalam masa pembekuan izin;
e. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3)
melalui KAP yang sedang dikenai sanksi administratif berupa pembekuan
izin;
f. memberikan jasa selain jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan
ayat (3) melalui KAP;
g. melakukan tindakan yang mengakibatkan kertas kerja dan/atau dokumen lain
yang berkaitan dengan pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya;
h. menerima imbalan jasa bersyarat;
i. menerima atau memberikan komisi; atau
j. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau
memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan.
(2) Larangan merangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikecualikan bagi Akuntan Publik yang merangkap sebagai pimpinan atau pegawai
pada lembaga pendidikan bidang akuntansi dan lembaga yang dibentuk dengan
undang-undang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk kepentingan
profesi di bidang akuntansi.

Pasal 31
(1) KAP dilarang:
a. melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA yang telah melakukan kerja sama
dengan KAP lain;
b. mencantumkan nama KAPA atau OAA yang status terdaftar KAPA atau OAA
tersebut pada Menteri dibekukan atau dibatalkan;
c. memiliki Rekan non-Akuntan Publik yang tidak terdaftar pada Menteri;
d. membuka kantor dalam bentuk lain, kecuali bentuk kantor cabang; dan
e. membuat iklan yang menyesatkan.
(2) Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mempekerjakan atau menggunakan jasa
Pihak Terasosiasi yang tercantum pada daftar orang tercela dalam pemberian jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3).

BAB VI
PENGGUNAAN NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Pasal 32
(1) KAP yang berbentuk usaha perseorangan harus menggunakan nama dari Akuntan
Publik yang mendirikan dan mengelola KAP tersebut.
(2) KAP yang berbentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf
b, huruf c, atau huruf d, harus menggunakan nama salah seorang atau beberapa
Akuntan Publik yang merupakan Rekan pada KAP tersebut.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan nama diatur dalam Peraturan Menteri
setelah mendapat pertimbangan dari Asosiasi Profesi Akuntan Publik.

Lampiran tambahan.indb 115 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-116

BAB VII
KERJA SAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Bagian Kesatu
Kerja Sama Antar-Kantor Akuntan Publik

Pasal 33
(1) KAP dapat melakukan kerja sama dengan KAP lainnya untuk membentuk suatu
jaringan yang disebut OAI.
(2) Pembentukan OAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam akta
pendirian yang dibuat oleh dan di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia yang
paling sedikit memuat:
a. tujuan OAI yang mencakup pengembangan metodologi jasa asurans dan sistem
pengendalian mutu;
b. hak dan kewajiban KAP yang menjadi anggota OAI;
c. program pendidikan dan pelatihan bagi anggota OAI; dan
d. pendirian OAI bersifat berkelanjutan.
(3) OAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didaftarkan pada Menteri dengan
mengajukan permohonan tertulis dan melampirkan Akta Pendirian dengan
mencantumkan nama KAP yang menjadi anggota.
(4) Menteri membatalkan status terdaftar OAI sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
apabila OAI bubar.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pendaftaran dan pembatalan status terdaftar OAI
diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 34
(1) KAP yang merupakan anggota OAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2)
dapat mencantumkan nama OAI bersama-sama dengan nama KAP.
(2) KAP yang merupakan anggota OAI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memberikan jasa secara bersama-sama.
(3) KAP dilarang mencantumkan lebih dari 1 (satu) nama OAI.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencantuman nama OAI diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Kerja Sama Kantor Akuntan Publik dengan Kantor Akuntan
Publik Asing atau Organisasi Audit Asing

Pasal 35
(1) KAP dapat melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA.
(2) KAP yang melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat mencantumkan nama KAPA atau OAA bersama-sama dengan
nama KAP setelah mendapat persetujuan Menteri.

Lampiran tambahan.indb 116 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-117

(3) Kerja sama antara KAP dengan KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dituangkan dalam perjanjian kerja sama yang dibuat oleh dan di hadapan notaris
dalam bahasa Indonesia yang paling sedikit memuat:
a. bidang jasa audit atas informasi keuangan historis;
b. penggunaan metodologi yang disepakati bersama antara KAPA atau OAA dengan
KAP;
c. bagian tanggung jawab perdata KAPA atau OAA; dan
d. kerja sama bersifat berkelanjutan.
(4) Persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah KAP
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri dengan syarat:
a. KAPA atau OAA telah terdaftar pada Menteri; dan
b. KAPA atau OAA tidak sedang melakukan kerja sama dengan KAP lain.
(5) Pencantuman nama oleh KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan dengan 1 (satu) nama KAPA atau OAA.
(6) KAPA atau OAA yang namanya sudah dicantumkan oleh KAP sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) tidak dapat digunakan lagi oleh KAP lain.

Pasal 36
(1) Menteri mencabut persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA apabila:
a. kerja sama antara KAP dengan KAPA atau OAA berakhir;
b. status terdaftar KAPA atau OAA dibekukan; atau
c. status terdaftar KAPA atau OAA dibatalkan.
(2) Dalam hal persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA dicabut karena status
terdaftar KAPA atau OAA pada Menteri dibekukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b, KAP dapat mengajukan kembali permohonan persetujuan
pencantuman nama KAPA atau OAA kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35.

Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencantuman nama KAPA atau OAA,
perjanjian kerja sama, persetujuan pencantuman nama, pengajuan permohonan, dan
persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 dan Pasal 36 diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Pendaftaran, Pembekuan, dan Pembatalan Status Terdaftar Kantor Akuntan
Publik Asing atau Organisasi Audit Asing

Pasal 38
(1) KAPA yang namanya akan dicantumkan dengan nama KAP harus mengajukan
permohonan pendaftaran kepada Menteri dengan syarat sebagai berikut:
a. mempunyai izin usaha yang masih berlaku dari negara asal KAPA;
b. tidak sedang dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin dari negara
asal KAPA; dan

Lampiran tambahan.indb 117 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-118

c. telah menjalani reviu mutu yang dilakukan oleh regulator dan/atau asosiasi
profesi negara asal KAPA.
(2) OAA yang namanya akan dicantumkan dengan nama KAP harus mengajukan
permohonan pendaftaran kepada Menteri dengan syarat sebagai berikut:
a. memiliki kompetensi dalam bidang asurans;
b. terdaftar di suatu negara;
c. mempunyai anggota KAPA;
d. mempunyai program pelatihan; dan
e. mempunyai standar reviu mutu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran KAPA atau
OAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Menteri.

Pasal 39
(1) Menteri membekukan status terdaftar KAPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (1) apabila:
a. izin usaha KAPA yang bersangkutan dibekukan di negara asal KAPA; atau
b. KAP yang bekerja sama dengan KAPA dikenai sanksi administratif berupa
pembekuan izin.
(2) Menteri membekukan status terdaftar OAA apabila KAP yang bekerja sama dengan
OAA dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin.

Pasal 40
(1) Menteri membatalkan status terdaftar KAPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (1) apabila:
a. kerja sama yang dilaksanakan tidak mencakup bidang jasa audit atas informasi
keuangan historis;
b. KAPA tidak melaksanakan kerja sama secara berkelanjutan;
c. izin usaha KAPA yang bersangkutan dicabut di negara asal KAPA;
d. KAP yang bekerja sama dengan KAPA dikenai sanksi administratif berupa
pencabutan izin; atau
e. KAPA melakukan kerja sama dengan KAP lain.
(2) Menteri membatalkan status terdaftar OAA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
ayat (2) dalam hal:
a. kerja sama yang dilaksanakan tidak mencakup bidang jasa audit atas informasi
keuangan historis;
b. OAA tidak melaksanakan kerja sama secara berkelanjutan;
c. OAA bubar;
d. KAP yang bekerja sama dengan OAA dikenai sanksi administratif berupa
pencabutan izin; atau
e. OAA melakukan kerja sama dengan KAP lain.
(3) KAPA atau OAA yang status terdaftarnya pada Menteri dibatalkan tidak dapat
mengajukan kembali permohonan pendaftaran.

Lampiran tambahan.indb 118 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-119

BAB VIII
BIAYA PERIZINAN

Pasal 41
(1) Biaya dikenakan untuk:
a. memperoleh izin Akuntan Publik;
b. memperpanjang izin Akuntan Publik;
c. memperoleh izin usaha KAP;
d. memperoleh izin pendirian cabang KAP;
e. memperoleh persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA bersama-sama
dengan KAP; dan
f. memperoleh persetujuan pendaftaran KAPA atau OAA.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 42
Penerimaan biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) merupakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak.
BAB IX
ASOSIASI PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Pasal 43
(1) Akuntan Publik berhimpun dalam wadah Asosiasi Profesi Akuntan Publik.
(2) Menteri menetapkan hanya 1 (satu) Asosiasi Profesi Akuntan Publik untuk
menjalankan kewenangan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
(3) Asosiasi Profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. berbentuk badan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. mempunyai anggota paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh Akuntan
Publik;
c. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
d. mempunyai susunan pengurus yang telah disahkan oleh rapat anggota;
e. memiliki program mengenai pelatihan profesional berkelanjutan;
f. memiliki kode etik organisasi; dan
g. memiliki program reviu mutu bagi Akuntan Publik yang menjadi anggotanya.
(4) Asosiasi Profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 44
(1) Asosiasi Profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2)
berwenang:
a. menyusun dan menetapkan SPAP;

Lampiran tambahan.indb 119 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-120

b. menyelenggarakan ujian profesi akuntan publik;


c. menyelenggarakan pendidikan profesional berkelanjutan; dan
d. melakukan reviu mutu bagi anggotanya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penetapan SPAP, penyelenggaraan
ujian profesi akuntan publik, dan pendidikan profesional berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB X
KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Pasal 45
(1) Menteri membentuk Komite Profesi Akuntan Publik
(2) Keanggotaan Komite Profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berjumlah 13 orang yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
a. Kementerian Keuangan;
b. Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
c. Asosiasi Profesi Akuntan;
d. Badan Pemeriksa Keuangan;
e. otoritas pasar modal;
f. otoritas perbankan;
g. akademisi akuntansi;
h. pengguna jasa akuntan publik;
i. Kementerian Pendidikan Nasional;
j. Dewan Standar Akuntansi Keuangan;
k. Dewan Standar Akuntansi Syariah;
l. Dewan SPAP; dan
m. Komite Standar Akuntansi Pemerintah.
(3) Anggota Komite Profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diangkat oleh Menteri untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
untuk 1 (satu) masa periode berikutnya.
(4) Keanggotaan Komite Profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersifat kolegial.

Pasal 46
(1) Ketua Komite Profesi Akuntan Publik ditetapkan dari unsur pemerintah dan wakil
ketua ditetapkan dari unsur Asosiasi Profesi Akuntan Publik.
(2) Komite Profesi Akuntan Publik bertugas memberikan pertimbangan terhadap:
a. kebijakan pemberdayaan, pembinaan, dan pengawasan Akuntan Publik dan
KAP;
b. penyusunan standar akuntansi dan SPAP; dan
c. hal-hal lain yang diperlukan berkaitan dengan profesi Akuntan Publik.
(3) Selain memberikan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komite
Profesi Akuntan Publik juga berfungsi sebagai lembaga banding atas hasil

Lampiran tambahan.indb 120 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-121

pemeriksaan dan sanksi administratif yang ditetapkan oleh Menteri atas Akuntan
Publik dan KAP.
(4) Keputusan Komite Profesi Akuntan Publik atas banding sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) bersifat final dan mengikat.
(5) Tata cara beracara banding ditetapkan oleh Komite Profesi Akuntan Publik.

Pasal 47
Untuk mendukung pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2)
dan ayat (3), Komite Profesi Akuntan Publik dibantu oleh sekretariat.

Pasal 48
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, keanggotaan unsur-unsur,
serta tata kerja Komite Profesi Akuntan Publik, dan sekretariat Komite Profesi Akuntan
Publik diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 49
Menteri berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik,
KAP, dan cabang KAP.

Bagian Kedua
Pembinaan

Pasal 50
Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Menteri
berwenang:
a. menetapkan peraturan atau keputusan yang berkaitan dengan pembinaan Akuntan
Publik, KAP, dan cabang KAP;
b. menetapkan kebijakan tentang SPAP, ujian profesi akuntan publik, dan pendidikan
profesional berkelanjutan;
c. melakukan tindakan yang diperlukan terkait dengan:
1. SPAP;
2. penyelenggaraan ujian sertifikasi profesi akuntan publik; dan
3. pendidikan profesional berkelanjutan, untuk melindungi kepentingan publik.

Lampiran tambahan.indb 121 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-122

Bagian Ketiga Pengawasan

Pasal 51
(1) Dalam melakukan pengawasan, Menteri melakukan pemeriksaan terhadap Akuntan
Publik, KAP, dan/atau cabang KAP.
(2) Menteri dapat menunjuk pihak lain untuk dan atas nama Menteri untuk melakukan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
berwenang untuk:
a. meminta keterangan, informasi dan/atau dokumen kepada Pihak Terasosiasi;
dan
b. meminta keterangan, informasi dan/atau dokumen kepada asosiasi profesi.
(4) Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP dilarang menolak atau menghindari
pemeriksaan dan menghambat kelancaran pemeriksaan.
(5) Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang diperiksa wajib memperlihatkan
dan meminjamkan kertas kerja, laporan dan dokumen lainnya serta memberikan
keterangan yang diperlukan termasuk kertas kerja yang berkaitan dengan nasabah
penyimpan dan simpanannya pada bank.
(6) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat
(5) hanya dilakukan untuk memperoleh keyakinan atas kepatuhan Akuntan Publik,
KAP, dan cabang KAP terhadap Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya,
serta SPAP.
(7) Pemeriksa yang ditugasi oleh Menteri wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperolehnya dari Akuntan Publik yang diperiksa.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan terhadap Akuntan Publik,
KAP, dan/atau cabang KAP diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 52
(1) Menteri mencantumkan Pihak Terasosiasi dalam daftar orang tercela,
dalam hal Pihak Terasosiasi:
a. menolak memberikan keterangan dan/atau memberikan keterangan atau
dokumen palsu atau yang dipalsukan dalam rangka pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3);
b. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1);
c. dikenai pidana karena melakukan pelanggaran atas Undang- Undang ini;
atau
d. dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencantuman Pihak Terasosiasi dalam
daftar orang tercela diatur dalam Peraturan Menteri.

Lampiran tambahan.indb 122 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-123

BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 53
(1) Menteri berwenang mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP,
dan/atau cabang KAP atas pelanggaran ketentuan administratif.
(2) Pelanggaran ketentuan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pelanggaran terhadap Pasal 4, Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (4), Pasal 13, Pasal 17,
Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, Pasal 28 ayat (1), Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (1), Pasal
31, Pasal 32, Pasal 34 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 35 ayat (5) dan ayat (6), atau Pasal
51 ayat (4) dan ayat (5).
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu;
d. pembatasan pemberian jasa tertentu;
e. pembekuan izin;
f. pencabutan izin; dan/atau
g. denda.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g dapat diberikan tersendiri atau
bersamaan dengan pengenaan sanksi administratif lainnya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif dan
besaran denda diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 54
Penerimaan denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3) huruf g dan ayat (4)
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

BAB XIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 55
Akuntan Publik yang:
a. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan
data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (1) huruf j;
b. dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan
data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan
dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sehingga
tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak
yang berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Lampiran tambahan.indb 123 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-124

Pasal 56
Pihak Terasosiasi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 57
(1) Setiap orang yang memberikan pernyataan tidak benar atau memberikan dokumen
palsu atau yang dipalsukan untuk mendapatkan atau memperpanjang izin Akuntan
Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (2), atau Pasal 8
ayat (2), dan/atau untuk mendapatkan izin usaha KAP atau izin pendirian cabang
KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) atau Pasal 20 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang bukan Akuntan Publik, tetapi menjalankan profesi Akuntan
Publik dan bertindak seolah-olah sebagai Akuntan Publik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) dilakukan
oleh korporasi, pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Dalam hal korporasi tidak dapat membayar denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), pihak yang bertanggung jawab dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun.

BAB XIV
KEDALUWARSA TUNTUTAN ATAU GUGATAN

Pasal 58
(1) Akuntan Publik yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
dibebaskan dari tuntutan pidana apabila perbuatan yang dilakukan telah lewat dari
5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal laporan hasil pemberian jasa.
(2) Akuntan Publik dibebaskan dari gugatan terkait dengan pemberian jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3) apabila perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 yang dilakukan telah lewat dari 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal laporan hasil pemberian jasa.

Lampiran tambahan.indb 124 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-125

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 59
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP yang telah memiliki izin Akuntan Publik,
KAP, dan cabang KAP yang masih berlaku dinyatakan tetap berlaku.
b. Akuntan Publik yang telah memiliki izin Akuntan Publik yang masih berlaku
harus memperbarui (registrasi ulang) izin Akuntan Publiknya dalam waktu paling
lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang- Undang ini dengan menyampaikan
dokumen berupa surat keterangan domisili dan Nomor Pokok Wajib Pajak.
c. Permohonan izin Akuntan Publik, izin usaha KAP dan/atau izin pendirian cabang
KAP yang telah diajukan dan sedang dalam proses, harus diajukan kembali sesuai
dengan persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
d. Sertifikat tanda lulus ujian profesi yang telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia atau Institut Akuntan Publik Indonesia dinyatakan masih berlaku
untuk memenuhi persyaratan memperoleh izin Akuntan Publik sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a sampai ada ketentuan yang
baru.
e. Rekan non-Akuntan Publik yang telah menjadi rekan pada suatu KAP dalam waktu
paling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang- Undang ini harus mendaftar
sebagai Rekan non-Akuntan Publik dengan menyampaikan dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf c, dan huruf d.
f. KAPA atau OAA yang namanya telah dicantumkan bersama-sama dengan nama
KAP harus mendaftar dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya
Undang-Undang ini.
g. KAP harus menyesuaikan komposisi tenaga kerja profesional dalam waktu paling
lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini.
h. Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang telah diakui oleh Menteri ditetapkan
kembali dengan Keputusan Menteri sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik untuk
menjalankan kewenangan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
i. SPAP yang ditetapkan oleh Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang telah diakui oleh
Menteri dinyatakan tetap berlaku.

BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang
Pemakaian Gelar Akuntan (“Accountant”) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1954 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
705) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;

Lampiran tambahan.indb 125 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-126

b. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang


Pemakaian Gelar Akuntan (“Accountant”) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1954 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
705) yang mengatur jasa Akuntan Publik, sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini dan belum ada peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan
Undang- Undang ini, dinyatakan masih berlaku.

Pasal 61
(1) Semua Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan Undang- Undang ini
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang- Undang ini diundangkan.
(2) Semua Peraturan Menteri sebagai peraturan pelaksanaan Undang- Undang ini
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang- Undang ini diundangkan

Pasal 62
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- Undang
ini dengan penempatannya pada Lembaran Negara Republik Indonesia.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Disahkan di Jakarta pada tanggal 3 Mei 2011
Mei 2011 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

PATRIALIS AKBAR DR. H. SUSILO BAMBANG


YUDHOYONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 51

Lampiran tambahan.indb 126 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-127

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011
TENTANG AKUNTAN PUBLIK
I. UMUM
Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa
asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, profesi
Akuntan Publik memiliki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian
nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi
dalam bidang keuangan.
Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas
dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal
ini Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini
atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan
Publik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi
keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian laporan atau informasi keuangan
tersebut merupakan tanggung jawab manajemen.
Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam era globalisasi
perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan Publik akan
semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang
digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dengan
demikian, Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban
kepercayaan publik.
Meskipun Akuntan Publik berupaya untuk senantiasa memutakhirkan kompetensi
dan meningkatkan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna
jasa, kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik akan
tetap ada. Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi
profesi Akuntan Publik, diperlukan suatu undang-undang yang mengatur profesi
Akuntan Publik.
Sampai saat terbentuknya Undang-Undang ini, di Indonesia belum ada undang-
undang yang khusus mengatur profesi Akuntan Publik. Undang-undang yang
ada adalah Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar
Akuntan (Accountant) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor
103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 705). Pengaturan
mengenai profesi Akuntan Publik dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954
tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada pada saat ini dan
tidak mengatur hal-hal yang mendasar dalam profesi Akuntan Publik.
Oleh karena itu, disusunlah Undang-Undang tentang Akuntan Publik yang
mengatur berbagai hal mendasar dalam profesi Akuntan Publik, dengan tujuan
untuk:
1. melindungi kepentingan publik;
2. mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan;

Lampiran tambahan.indb 127 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-128

3. memelihara integritas profesi Akuntan Publik;


4. meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik; dan
5. melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode
etik profesi.

Undang-Undang ini mengatur antara lain:


1. lingkup jasa Akuntan Publik;
2. perizinan Akuntan Publik dan KAP;
3. hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP;
4. kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP dan
Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA);
5. Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
6. Komite Profesi Akuntan Publik;
7. pembinaan dan pengawasan oleh Menteri;
8. sanksi administratif; dan
9. ketentuan pidana.

Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan Publik,
yaitu jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik. Dalam rangka
perlindungan dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik, juga diatur
mengenai kedaluwarsa tuntutan pidana dan gugatan kepada Akuntan Publik.
Di samping mengatur profesi Akuntan Publik, Undang-Undang ini juga mengatur
KAP yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasa
profesional. Hal yang mendasar mengenai pengaturan KAP antara lain mengenai
perizinan KAP dan bentuk usaha KAP. Salah satu persyaratan izin usaha KAP adalah
memiliki rancangan sistem pengendalian mutu sehingga dapat menjamin bahwa
perikatan profesional dilaksanakan sesuai dengan SPAP. Sementara itu, pengaturan
mengenai bentuk usaha KAP dimaksudkan agar sesuai dengan karakteristik profesi
Akuntan Publik, yaitu independensi dan tanggung jawab profesional Akuntan
Publik terhadap hasil pekerjaannya.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3 Ayat (1)


Yang dimaksud dengan ”jasa asurans” adalah jasa Akuntan Publik yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran
informasi keuangan dan nonkeuangan berdasarkan suatu kriteria.

Lampiran tambahan.indb 128 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-129

Huruf a
Yang dimaksud dengan “jasa audit atas informasi keuangan historis”
adalah perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan
historis yang bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai atas
kewajaran penyajian informasi
keuangan historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam
bentuk pernyataan positif.
Informasi keuangan historis mencakup antara lain laporan keuangan,
bagian dari suatu laporan keuangan, atau laporan yang dilampirkan
dalam suatu laporan keuangan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “jasa reviu atas informasi keuangan historis”
adalah perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan
historis yang bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas atas
kewajaran penyajian informasi
keuangan historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam
bentuk pernyataan negatif.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “jasa asurans lainnya” adalah perikatan asurans
selain jasa audit atau reviu atas informasi keuangan historis. Yang
termasuk jasa asurans lainnya antara lain perikatan asurans untuk
melakukan evaluasi atas kepatuhan terhadap peraturan, evaluasi atas
efektivitas pengendalian internal, pemeriksaan atas informasi keuangan
prospektif, dan penerbitan comfort letter untuk penawaran umum.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
dan manajemen” antara lain adalah jasa audit kinerja, jasa internal audit, jasa
perpajakan, jasa kompilasi laporan keuangan, jasa pembukuan, jasa prosedur
yang disepakati atas informasi keuangan, dan jasa sistem teknologi informasi.

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam Peraturan Pemerintah diatur antara lain mengenai jumlah tahun
buku yang dapat diaudit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP secara berturut-
turut, jenis industri, perusahaan publik atau privat, dan sanksi administratif
untuk menjaga independensi Akuntan Publik dan/atau KAP.
Pasal 5

Lampiran tambahan.indb 129 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-130

Ayat (1)
Izin yang dimaksud adalah izin untuk berpraktik sebagai Akuntan Publik.
Ayat (2)
Perpanjangan izin dilakukan secara administratif.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 6 Ayat (1)


Huruf a
Yang dimaksud dengan “sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik
yang sah” adalah surat tanda lulus ujian yang diterbitkan oleh:
a. Asosiasi Profesi Akuntan Publik; atau
b. perguruan tinggi yang terakreditasi oleh Asosiasi Profesi Akuntan
Publik untuk menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.
Yang dapat mengikuti pendidikan profesi akuntan publik adalah
seseorang yang memiliki pendidikan minimal sarjana strata 1 (S- 1),
diploma IV (D-IV), atau yang setara.
Huruf b
Pengalaman praktik dalam memberikan jasa asurans merupakan syarat
utama, sedangkan pengalaman praktik dalam memberikan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) bersifat pelengkap.
Huruf c
Domisili dibuktikan dengan kartu identitas yang masih berlaku, antara
lain adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau tanda bukti lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Tidak pernah dipidana dibuktikan dengan surat pernyataan dari yang
bersangkutan.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Persyaratan dan tata cara perizinan mencakup antara lain ketentuan mengenai
sertifikat tanda lulus pendidikan profesi Akuntan Publik yang sah dan
pengalaman praktik di bidang audit atas informasi keuangan historis dan audit
lainnya, yang disusun setelah mendapatkan pertimbangan dari Komite Profesi
Akuntan Publik.
Pasal 7

Lampiran tambahan.indb 130 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-131

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “perjanjian saling pengakuan” (mutual recognition
agreement) adalah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah
negara lain mengenai saling pengakuan kesetaraan profesi Akuntan
Publik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 8 Ayat (1)


Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pelatihan profesional berkelanjutan diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi
Akuntan Publik atau lembaga/organisasi lain yang diakui pemerintah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Persyaratan dan tata cara perpanjangan izin mencakup antara lain tata cara
perpanjangan izin bagi Akuntan Publik yang telah memiliki izin pada saat
berlakunya Undang-Undang ini.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11

Lampiran tambahan.indb 131 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-132

Cukup jelas.
Pasal 12 Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik
profesi Akuntan Publik” adalah bentuk usaha yang menunjukkan adanya
independensi dan tanggung jawab yang melekat pada Akuntan Publik,
contohnya Limited Liability Partnership dan Professional Limited Liability
Company.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Jabatan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan mengacu
pada ketentuan mengenai benturan kepentingan dalam Undang-
Undang ini.
Huruf c
Cukup jelas.

Pasal 16
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.

Lampiran tambahan.indb 132 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-133

Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Jabatan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan mengacu
pada ketentuan mengenai benturan kepentingan dalam Undang-
Undang ini.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tenaga kerja profesional asing” adalah tenaga kerja
selain Rekan pada KAP yang terkait dengan pemberian jasa, misalnya staf
auditor dan tenaga ahli di bidang tertentu yang berkaitan dengan pemberian
jasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “mempunyai kantor” adalah memiliki atau menyewa
kantor.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Tenaga kerja profesional pemeriksa di bidang akuntansi paling sedikit
terdiri atas satu orang tenaga pemeriksa berpendidikan sarjana di

Lampiran tambahan.indb 133 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-134

bidang akuntansi dan satu orang berpendidikan diploma III (D-III) di


bidang akuntansi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “sistem pengendalian mutu” adalah sistem
pengendalian mutu sebagaimana diatur dalam SPAP.
Huruf e
Maksud dan tujuan pendirian kantor yaitu memberikan jasa asurans
dan jasa non-asurans.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
KAP yang berbentuk usaha selain perseorangan, pengajuan permohonan
pencabutan izin usaha KAP harus dengan persetujuan seluruh Rekan
pada KAP.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Dokumen palsu atau yang dipalsukan atau pernyataan yang tidak benar
tersebut telah mendapat keputusan dari pihak yang berwenang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.

Lampiran tambahan.indb 134 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-135

Huruf c
Pemimpin KAP mengajukan permohonan pencabutan izin pendirian
cabang KAP berdasarkan persetujuan seluruh Rekan pada KAP.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 23
Penentuan domisili tidak berkaitan dengan domisili hukum atau tempat kedudukan
hukum.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Akuntan Publik termasuk juga Akuntan Publik
Asing yang telah memperoleh izin Akuntan Publik.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kertas kerja” adalah dokumen tertulis, dokumen
elektronik, atau dokumen dalam bentuk lainnya yang menggambarkan
proses dan hasil kerja Akuntan Publik.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 26
Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab” adalah tanggung jawab perdata.

Pasal 27
Ayat (1)
Huruf a

Lampiran tambahan.indb 135 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-136

Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “mempunyai kantor” adalah memiliki atau m
enyewa kantor.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Penyampaian laporan keuangan ditujukan untuk digunakan Menteri
dalam proses pembinaan dan pengawasan, bukan dimaksudkan sebagai
bentuk pertanggungjawaban keuangan KAP.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Ketentuan mengenai tata cara pelaporan mencakup juga format
pelaporan.

Pasal 28
Cukup jelas

Pasal 29
Ayat (1)
Yang termasuk dalam Pihak Terasosiasi antara lain adalah tenaga spesialis
yang dikontrak oleh Akuntan Publik atau KAP. Contoh spesialis antara lain
adalah aktuaris, penilai, ahli hukum, ahli lingkungan, dan ahli geologi.
Ayat (2)
Pengawasan oleh Menteri Keuangan mencakup antara lain pemeriksaan
kertas kerja dan permintaan keterangan untuk memperoleh keyakinan
atas kepatuhan Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP terhadap Undang-
Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, serta SPAP.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Cukup jelas.

Lampiran tambahan.indb 136 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-137

Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Jabatan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan mengacu
pada ketentuan Pasal 28 ayat (3) yang diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “telah dilaksanakan oleh Akuntan Publik lain”
adalah kondisi ketika Akuntan Publik lain tersebut telah menerbitkan
laporan hasil pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1).
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “imbalan jasa bersyarat” adalah imbalan
jasa yang ditetapkan yang nilai imbalan jasa dimaksud ditentukan
berdasarkan kondisi-kondisi tertentu, misalnya berdasarkan jenis opini
yang akan diberikan.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “komisi” adalah imbalan dalam bentuk uang
atau barang atau bentuk lainnya yang bertujuan untuk memperoleh
perikatan jasa.
Huruf j
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kerja sama” adalah kerja sama yang
mencantumkan nama KAPA atau OAA.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Lampiran tambahan.indb 137 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-138

Huruf e
Iklan dianggap tidak menyesatkan apabila hanya meliputi identitas
Akuntan Publik dan/atau KAP, jenis jasa yang dapat disediakan, dan
pengalaman Akuntan Publik dan/atau KAP.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “daftar orang tercela” adalah daftar yang memuat
nama-nama orang yang dinyatakan tercela oleh otoritas tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan, misalnya oleh Menteri dan otoritas pasar
modal.
Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Semua bidang jasa audit atas informasi keuangan historis yang diberikan
Akuntan Publik melalui KAP harus tercantum dalam perjanjian kerja
sama dengan KAPA atau OAA.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “metodologi” termasuk akses penggunaan
segala hal yang terkait dengan hak intelektual dan hak cipta dari para
pihak yang terlibat.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “kerja sama bersifat berkelanjutan” adalah kerja
sama yang tidak terbatas untuk suatu penugasan tertentu.
Huruf c
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)

Lampiran tambahan.indb 138 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-139

Cukup jelas.
Ayat (6)
KAPA dan afiliasinya di berbagai negara dianggap sebagai satu KAPA.

Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Ketentuan ini juga berlaku dalam hal pelanggaran terjadi pada saat
KAP bekerja sama dengan KAPA dan pelanggaran tersebut baru
ditemukan setelah KAPA sudah tidak bekerja sama lagi dengan
KAP.

Ayat (2)
Ketentuan ini juga berlaku dalam hal pelanggaran terjadi pada saat KAP
bekerja sama dengan OAA dan pelanggaran tersebut baru ditemukan
setelah OAA sudah tidak bekerja sama lagi dengan KAP.

Pasal 40
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kerja sama berkelanjutan” adalah kerja sama
yang tidak terbatas untuk suatu penugasan tertentu.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Ketentuan ini juga berlaku bila pelanggaran yang mengakibatkan
pencabutan izin dilakukan pada saat KAPA masih bekerja sama dengan
KAP walaupun KAPA tidak bekerja sama lagi dengan KAP dimaksud
pada saat KAP dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “kerja sama dengan KAP lain” adalah untuk
pencantuman nama KAPA.

Lampiran tambahan.indb 139 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-140

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf d
Ketentuan ini juga berlaku bila pelanggaran yang mengakibatkan
pencabutan izin dilakukan pada saat OAA masih bekerja sama dengan
KAP walaupun OAA tidak bekerja sama lagi dengan KAP dimaksud
pada saat KAP dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “kerja sama dengan KAP lain” adalah kerja sama
yang mencantumkan nama OAA.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasa1l 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam Peraturan Pemerintah diatur antara lain mengenai proses penyusunan
dan penetapan SPAP serta penentuan persyaratan peserta ujian profesi
akuntan publik.

Pasal 45
Ayat (1)
Komite Profesi Akuntan Publik ini bersifat independen dalam pengambilan
keputusan dan pembentukan oleh Menteri bersifat administratif.
Komite Profesi Akuntan Publik dibentuk untuk meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas profesi dalam pembinaan, pemberdayaan, dan pengawasan
untuk melindungi kepentingan masyarakat.
Ayat (2)

Lampiran tambahan.indb 140 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-141

Yang mewakili unsur-unsur dalam Komite Profesi Akuntan Publik


ditetapkan oleh setiap unsur atau lembaga.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang mewakili asosiasi profesi akuntan adalah wakil dari asosiasi
profesi akuntan yang bersifat nasional yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
a. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
b. mempunyai susunan pengurus yang telah disahkan oleh rapat
anggota;
c. memiliki program pelatihan di bidang akuntansi; dan
d. memiliki kode etik organisasi.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Perwakilan akademisi ditetapkan dari calon yang disepakati oleh
perguruan tinggi dengan akreditasi “A” di bidang akuntansi.
Huruf h
Yang mewakili pengguna jasa akuntan publik adalah wakil dari Kamar
Dagang dan Industri.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)

Lampiran tambahan.indb 141 22/08/2017 11.07.10


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-142

Ketua dan Wakil sebagaimana dimaksud dalam ayat ini adalah bersifat
koordinasi, bukan struktural dan bertujuan untuk memfasilitasi
penyelenggaraan tugas Komite Profesi Akuntan Publik.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Standar akuntansi mencakup standar akuntansi keuangan dan standar
akuntansi syariah.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51
Ayat (1)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Menteri ditujukan untuk menilai ketaatan
Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP terhadap Undang- Undang ini dan
peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pihak lain” misalnya aparat pengawasan intern
pemerintah dan Asosiasi Profesi Akuntan Publik.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)

Lampiran tambahan.indb 142 22/08/2017 11.07.10


Lampiran 12
L-143

Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Huruf a
Pihak Terasosiasi dapat menolak memberi keterangan apabila informasi
yang terkait dengan pekerjaannya dilindungi oleh Undang-Undang.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat (1)
Sanksi administratif adalah sanksi atau hukuman atas pelanggaran
ketentuan administratif.
Apabila Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP berkeberatan atas
sanksi yang dikenakan oleh Menteri maka Akuntan Publik, KAP, dan/atau
cabang KAP dapat mengajukan banding sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 46 ayat (3).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b.
Yang dimaksud dengan “pihak berwenang” antara lain adalah Menteri,
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.

Lampiran tambahan.indb 143 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-144

Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “pihak yang bertanggung jawab” adalah yang
memberi perintah untuk melakukan tindak pidana dan/atau yang bertindak
sebagai pimpinan dalam melakukan tindak pidana.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5215

Lampiran tambahan.indb 144 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 13
L-145

LAMPIRAN 13 PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38/POJK.05/2015 TENTANG


PENDAFTARAN DAN PENGAWASAN KONSULTAN AKTUARIA, AKUNTAN PUBLIK, DAN
PENILAI MELAKUKAN KEGIATAN DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

OTORITAS JASA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 38 /POJK.05/2015
TENTANG
PENDAFTARAN DAN PENGAWASAN KONSULTAN AKTUARIA,
AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN
DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Industri Keuangan Non-Bank


yang sehat dan stabil serta untuk melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat diperlukan konsultan aktuaria, akuntan publik, dan
penilai yang profesional;
b. bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum dan meningkatkan
profesionalisme bagi konsultan aktuaria, akuntan publik, dan
penilai dalam melakukan kegiatan di Industri Keuangan Non-Bank
diperlukan pengaturan mengenai pendaftaran dan pengawasan
konsultan aktuaria, akuntan publik, dan penilai yang melakukan
kegiatan di Industri Keuangan Non-Bank;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, perlu mengatur
mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran konsultan aktuaria,
akuntan publik, dan penilai;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan tentang Pendaftaran dan Pengawasan Konsultan
Aktuaria, Akuntan Publik, dan Penilai yang Melakukan Kegiatan di
Industri Keuangan Non-Bank;

Lampiran tambahan.indb 145 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-146

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa


Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDAFTARAN
DAN PENGAWASAN KONSULTAN AKTUARIA, AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI
YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI INDUSTRI KEUANGAN NON­BANK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud dengan:
1. Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang selanjutnya disingkat LJKNB adalah lembaga
yang melaksanakan kegiatan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, termasuk
yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya berdasarkan prinsip
syariah.
2. Industri Keuangan Non-Bank yang selanjutnya disingkat IKNB adalah industri
keuangan yang terdiri dari LJKNB.
3. Konsultan Aktuaria adalah aktuaris yang bekerja pada kantor konsultan aktuaria
dan memberikan jasa di sektor IKNB.
4. Akuntan Publik adalah akuntan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan memberikan jasa di
sektor IKNB.
5. Penilai adalah seseorang yang dengan keahliannya menjalankan kegiatan penilaian
aset dan memberikan jasa di sektor IKNB.
6. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah Otoritas Jasa
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan.

BAB II
RUANG LINGKUP PENDAFTARAN

Lampiran tambahan.indb 146 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 13
L-147

KONSULTAN AKTUARIA, AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI

Bagian Kesatu
Kewajiban Pendaftaran Konsultan Aktuaria,
Akuntan Publik, dan Penilai

Pasal 2
(1) Untuk dapat menyediakan jasa bagi LJKNB, Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik,
dan Penilai wajib terlebih dahulu terdaftar di OJK sebagai penyedia jasa di sektor
IKNB.
(2) Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jasa yang dipersyaratkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor IKNB atau berdasarkan
rekomendasi OJK dalam rangka pengawasan LJKNB.

Pasal 3
LJKNB dilarang menggunakan jasa yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) dari Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, dan Penilai yang tidak
terdaftar di OJK.

Bagian Kedua
Masa Pemberian Jasa

Pasal 4
(1) Konsultan Aktuaria dilarang memberikan jasa yang dipersyaratkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) kepada LJKNB yang sama lebih dari 3 (tiga) kali
berturut-turut.
(2) Dalam hal Konsultan Aktuaria telah memberikan jasa yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) kepada LJKNB yang sama selama 3
(tiga) kali berturut-turut, maka Konsultan Aktuaria yang bersangkutan baru dapat
memberikan kembali jasa yang dipersyaratkan kepada LJKNB yang sama setelah 1
(satu) kali tidak memberikan jasa yang dipersyaratkan.

Pasal 5
(1) Akuntan Publik dilarang memberikan jasa yang dipersyaratkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) kepada LJKNB yang sama lebih dari 5 (lima) tahun
buku berturut-turut.
(2) Dalam hal Akuntan Publik telah memberikan jasa yang dipersyaratkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) kepada LJKNB yang sama selama 5 (lima) tahun buku
berturut-turut, maka Akuntan Publik yang bersangkutan baru dapat memberikan
kembali jasa yang dipersyaratkan kepada LJKNB yang sama setelah 2 (dua) tahun
buku.
Pasal 6

Lampiran tambahan.indb 147 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-148

(1) Penilai dilarang memberikan jasa yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 ayat (2) kepada LJKNB yang sama lebih dari 3 (tiga) tahun buku
berturut-turut.
(2) Dalam hal Penilai telah memberikan jasa yang dipersyaratkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) kepada LJKNB yang sama selama 3 (tiga) tahun
buku berturut-turut, maka Penilai yang bersangkutan baru dapat memberikan
kembali jasa yang dipersyaratkan kepada LJKNB yang sama setelah 3 (tiga) tahun
buku.

BAB III
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN
KONSULTAN AKTUARIA, AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI

Pasal 7
Untuk dapat terdaftar di OJK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1), Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, dan
Penilai harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki izin praktik dari Menteri Keuangan;
b. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak memiliki kredit macet;
c. memiliki pengalaman dan kompetensi di sektor IKNB; dan
d. tidak pernah dikenakan sanksi pembatalan surat tanda terdaftar sebagai Konsultan
Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dari OJK.

Pasal 8
(1) Pendaftaran Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, dan Penilai didasarkan pada
permohonan pendaftaran.
(2) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan yang
bersangkutan kepada OJK dan disertai dokumen sebagai berikut:
a. fotokopi izin praktik dari Menteri Keuangan;
b. daftar riwayat hidup terbaru yang telah ditandatangani;
c. fotokopi ijazah pendidikan formal terakhir;
d. fotokopi nomor pokok wajib pajak;
e. fotokopi sertifikat program pelatihan di sektor IKNB;
f. surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak memiliki kredit macet;
dan
g. formulir permohonan pendaftaran.
(3) Dalam hal Akuntan Publik atau Penilai telah terdaftar di OJK selain di sektor IKNB,
permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan yang
bersangkutan kepada OJK dan disertai dokumen sebagai berikut:
a. fotokopi surat tanda terdaftar yang diterbitkan OJK;

Lampiran tambahan.indb 148 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 13
L-149

b. surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bahwa yang bersangkutan


tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak memiliki kredit
macet;
c. fotokopi sertifikat program pelatihan di bidang IKNB; dan
d. formulir permohonan pendaftaran.
(4) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
elektronik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara permohonan pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran OJK.

Pasal 9
(1) OJK menyetujui atau menolak permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat
(1) dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan
pendaftaran diterima secara lengkap.
(2) Dalam hal permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1) tidak lengkap, OJK memberikan surat pemberitahuan kepada pemohon yang
menyatakan bahwa permohonan pendaftaran tidak lengkap dalam jangka waktu
paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan pendaftaran diterima.
(3) Pemohon yang tidak melengkapi kekurangan dokumen yang dipersyaratkan dalam
waktu 20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dianggap telah membatalkan permohonan pendaftaran.
(4) Dalam hal permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
disetujui, OJK menerbitkan surat tanda terdaftar kepada pemohon.
(5) Dalam hal setelah 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan pendaftaran diterima
OJK, OJK belum menerbitkan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) atau surat tanda terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Konsultan
Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dapat memberikan jasa kepada LJKNB.
(6) Dalam hal setelah Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai memberikan
jasa kepada LJKNB sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diketahui bahwa terdapat
kekurangan atau ketidaksesuaian dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), OJK menerbitkan surat pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai larangan bagi Konsultan Aktuaria,
Akuntan Publik, atau Penilai untuk memberikan jasa kepada LJKNB.
(7) OJK mengumumkan Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai yang
memiliki surat tanda terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melalui situs
web OJK.
BAB IV

Lampiran tambahan.indb 149 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-150

KEWAJIBAN KONSULTAN AKTUARIA,


AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI
Pasal 10
(1) Setiap Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, dan Penilai yang memiliki surat tanda
terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) wajib:
a. bersikap independen, objektif, dan profesional dalam memberikan jasanya;
b. menjadi anggota asosiasi profesi yang diakui oleh Menteri Keuangan;
c. menaati standar profesi dan kode etik yang ditetapkan oleh asosiasi profesi yang
diakui oleh Menteri Keuangan;
d. memenuhi ketentuan peraturan perundang- undangan di sektor IKNB;
e. menyampaikan laporan kepada OJK sesuai dengan batas waktu penyampaian
laporan;
f. mengikuti program pendidikan berkelanjutan; dan
g. menyampaikan informasi mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh LJKNB
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di sektor
jasa keuangan dan/atau di OJK, serta kondisi atau perkiraan kondisi yang
dapat membahayakan kelangsungan usaha LJKNB atau para pemangku
kepentingan.
(2) Kewajiban bersikap independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dipenuhi paling sedikit dengan memenuhi kondisi:
a. tidak mempunyai kepentingan keuangan yang material dengan LJKNB;
b. tidak mempunyai hubungan pekerjaan dengan LJKNB;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai
derajat kedua baik secara horizontal maupun vertikal dengan direksi dan/atau
dewan komisaris atau yang setara pada LJKNB;
d. tidak mempunyai hubungan usaha yang material dengan LJKNB, karyawan
kunci LJKNB, atau pemegang saham pengendali LJKNB atau yang setara;
e. tidak memiliki sengketa hukum dengan LJKNB; dan
f. tidak terdapat hal-hal lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan antara
LJKNB dan Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e berupa:
a. laporan mengikuti program pendidikan berkelanjutan;
b. laporan perubahan data dan informasi Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik,
atau Penilai; dan
c. laporan mengenai pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di sektor jasa keuangan dan/atau di OJK yang dilakukan oleh LJKNB,
serta kondisi atau perkiraan kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha LJKNB atau para pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e dan program pendidikan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f diatur dalam Surat Edaran OJK.
BAB V

Lampiran tambahan.indb 150 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 13
L-151

PENGHENTIAN PEMBERIAN JASA, PENGUNDURAN DIRI,


DAN TIDAK BERLAKUNYA SURAT TANDA TERDAFTAR
KONSULTAN AKTUARIA, AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI

Bagian Kesatu
Penghentian Pemberian Jasa untuk
Sementara Waktu atas Permintaan Sendiri
Pasal 11
(1) Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dapat mengajukan permohonan
persetujuan penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu atas permintaan
sendiri kepada OJK.
(2) Permohonan persetujuan penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Konsultan Aktuaria, Akuntan
Publik, atau Penilai yang bersangkutan secara tertulis kepada OJK dengan
melampirkan:
a. alasan penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu atas permintaan
sendiri;
b. surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak
sedang dalam perikatan dengan LJKNB; dan
c. formulir penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu atas permintaan
sendiri.
(3) OJK menerbitkan persetujuan penghentian pemberian jasa untuk sementara
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah Konsultan Aktuaria, Akuntan
Publik, dan Penilai menyampaikan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan
diterima secara lengkap.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara permohonan persetujuan
penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Surat Edaran OJK.

Pasal 12
Persetujuan penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) diberikan untuk jangka waktu paling singkat 1 (satu)
tahun.
Pasal 13
(1) Surat tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dinyatakan
tidak berlaku untuk sementara waktu oleh OJK dalam hal:
a. yang bersangkutan telah mendapat surat persetujuan penghentian pemberian
jasa untuk sementara waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3);
b. yang bersangkutan memiliki persetujuan penghentian pemberian jasa untuk
sementara waktu yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan; atau
c. yang bersangkutan belum memperpanjang izin praktik dari Menteri Keuangan
dalam hal masa berlaku izin telah berakhir.

Lampiran tambahan.indb 151 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-152

(2) Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dikecualikan dari kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) selama surat tanda terdaftar atas
nama yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku untuk sementara waktu oleh
OJK.
Pasal 14
(1) Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai yang akan mengakhiri masa
penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) wajib terlebih dahulu memperoleh pengaktifan kembali surat tanda
terdaftar.
(2) Untuk memperoleh pengaktifan kembali surat tanda terdaftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, dan Penilai harus
memberitahukan kepada OJK dengan menyampaikan:
a. permohonan pengaktifan kembali surat tanda terdaftar; dan
b. bukti mengikuti program pendidikan berkelanjutan yang diikuti paling lama
1 (satu) tahun sebelum penyampaian permohonan pengaktifan kembali surat
tanda terdaftar.
(3) OJK mengaktifkan kembali surat tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan
Publik, atau Penilai dengan memberikan surat pemberitahuan kepada Konsultan
Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dalam jangka waktu paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak permohonan pengaktifan kembali surat tanda terdaftar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterima secara lengkap.
(4) OJK berwenang mencabut surat tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan
Publik, atau Penilai yang tidak mengajukan permohonan pengaktifan kembali surat
tanda terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan berakhirnya
masa penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara permohonan pengaktifan
kembali surat tanda terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Surat Edaran OJK.
Pasal 15
(1) Dalam hal Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai mengakhiri masa
penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) huruf b karena memiliki surat pengaktifan kembali yang diterbitkan
oleh Menteri Keuangan, OJK menerbitkan surat yang menyatakan pengaktifan
kembali surat tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai
yang bersangkutan.
(2) Dalam hal Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai mengakhiri masa
penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) huruf c karena telah memperpanjang izin praktik dari Menteri
Keuangan, OJK menerbitkan surat yang menyatakan pengaktifan kembali surat tanda
terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Pengunduran Diri atas Permintaan Sendiri

Lampiran tambahan.indb 152 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 13
L-153

Pasal 16
(1) Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dapat mengajukan permohonan
pengunduran diri atas permintaan sendiri kepada OJK.
(2) Permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai secara tertulis kepada OJK dengan
disertai dokumen sebagai berikut:
a. surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
mengundurkan diri dan telah menyelesaikan seluruh kewajiban yang berasal
dari OJK;
b. surat pernyataan yang menyatakan bahwa Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik,
atau Penilai tidak sedang dalam perikatan dengan LJKNB;
c. asli surat tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai;
dan
d. formulir pengunduran diri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara permohonan pengunduran
diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran OJK.

Pasal 17
(1) OJK memberikan persetujuan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) dengan menerbitkan surat pembatalan surat tanda terdaftar Konsultan
Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai.
(2) OJK menolak permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1), dalam hal yang bersangkutan:
a. sedang diperiksa oleh Kementerian Keuangan atau OJK;
b. telah dikenakan sanksi peringatan tertulis oleh OJK sebanyak 2 (dua) kali
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir terhitung sejak saat permohonan
disampaikan secara lengkap;
c. sedang menjalani kewajiban yang harus dilakukan berdasarkan rekomendasi
Kementerian Keuangan atau OJK; atau
d. sedang menjalani sanksi dari Kementerian Keuangan atau OJK.
(3) OJK menerbitkan surat pembatalan surat tanda terdaftar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) secara lengkap.
(4) Dalam hal permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) tidak lengkap, OJK memberikan surat pemberitahuan kepada pemohon
yang menyatakan bahwa permohonan tidak lengkap dalam jangka waktu paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(5) Pemohon yang tidak melengkapi kekurangan dokumen yang dipersyaratkan
dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal surat pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dianggap telah membatalkan permohonan
pengunduran diri.

Lampiran tambahan.indb 153 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-154

(6) Pemohon dapat kembali mengajukan permohonan baru dengan menyampaikan


kembali permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(2).
Bagian Ketiga
Tidak Berlakunya Surat Tanda Terdaftar

Pasal 18
(1) Surat tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dinyatakan
tidak berlaku dalam hal:
a. OJK membatalkan surat tanda terdaftar berdasarkan permintaan sendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1);
b. yang bersangkutan meninggal dunia;
c. izin Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dicabut oleh Kementerian
Keuangan;
d. yang bersangkutan dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang
keuangan; atau
e. yang bersangkutan menyampaikan dokumen palsu atau yang dipalsukan atau
pernyataan yang tidak benar pada saat pengajuan permohonan pendaftaran.
(2) OJK mengumumkan surat tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik,
atau Penilai yang tidak berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui situs
web OJK.

BAB VI
PENGAWASAN KONSULTAN AKTUARIA,
AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI

Pasal 19
(1) OJK melakukan pengawasan terhadap Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau
Penilai yang terdaftar di OJK.
(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK dapat
melakukan pemeriksaan sewaktu-waktu terhadap Konsultan Aktuaria, Akuntan
Publik, atau Penilai.
(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
(4) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk menilai
ketaatan Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai terhadap ketentuan
dalam Peraturan OJK ini dan peraturan pelaksanaannya.
(5) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan apabila terdapat
informasi baik dari internal maupun eksternal OJK yang perlu ditindaklanjuti.
(6) Dalam pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Konsultan
Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai yang diperiksa wajib:

Lampiran tambahan.indb 154 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 13
L-155

a. memenuhi permintaan untuk memberikan data dan/atau dokumen yang


diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan sesuai dengan jangka waktu yang
ditentukan;
b. memberikan keterangan yang diperlukan secara lisan dan/atau tertulis; dan
c. memberikan data, dokumen, dan/atau keterangan yang diperlukan dari pihak
ketiga yang mempunyai hubungan dengan Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik,
atau Penilai yang diperiksa.
(7) Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), OJK dapat
melakukan penugasan kepada pihak lain untuk melakukan pemeriksaan atas nama
OJK.
(8) OJK wajib merahasiakan data, dokumen, dan/atau keterangan yang diperoleh dari
Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dari pihak yang tidak berhak.

Pasal 20
Dalam melakukan pengawasan terhadap Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau
Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), OJK dapat melakukan koordinasi
dan pertukaran informasi dengan pihak lain yang berkaitan dengan Konsultan Aktuaria,
Akuntan Publik, atau Penilai.

BAB VII
SANKSI

Bagian Kesatu
Jenis Sanksi

Pasal 21
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1),
Pasal 6 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), Pasal 14 ayat (1), dan Pasal 19 ayat (6) Peraturan
OJK ini dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha; dan/atau
c. pembatalan surat tanda terdaftar.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3 Peraturan OJK ini dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha; dan/atau
c. pencabutan izin usaha.

Pasal 22
(1) Pengenaan sanksi peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf
a dikenakan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan jangka waktu paling
lama masing-masing 30 (tiga puluh) hari.

Lampiran tambahan.indb 155 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-156

(2) Dalam hal Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai telah dikenakan
sanksi peringatan terakhir, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
peringatan dimaksud Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai tetap tidak
dapat mengatasi penyebab dari sanksi, Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau
Penilai yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (1) huruf b.

Pasal 23
(1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b berlaku sejak tanggal
ditetapkan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Dalam hal Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dapat mengatasi
penyebab dari sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK mencabut sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b.
(3) Dalam hal Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai tidak dapat mengatasi
penyebab dari sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b dalam
jangka waktu sampai berakhirnya sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disimpulkan bahwa Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai tidak mampu
atau tidak bersedia mengatasi penyebab dari sanksi termaksud, OJK mencabut surat
tanda terdaftar Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai.

Pasal 24
(1) Pengenaan sanksi peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf
a dikenakan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan jangka waktu paling
lama masing-masing 30 (tiga puluh) hari.
(2) Dalam hal LJKNB telah dikenakan sanksi peringatan terakhir, dan dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah peringatan dimaksud LJKNB tetap tidak dapat
mengatasi penyebab dari sanksi, LJKNB yang bersangkutan dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b.

Pasal 25
(1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b berlaku sejak tanggal
ditetapkan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Dalam hal LJKNB dapat mengatasi penyebab dari sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) huruf b dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK
mencabut sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b.
(3) Dalam hal LJKNB tidak dapat mengatasi penyebab dari sanksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b dalam jangka waktu sampai berakhirnya sanksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disimpulkan bahwa LJKNB tidak mampu
atau tidak bersedia mengatasi penyebab dari sanksi termaksud, OJK mencabut izin
usaha LJKNB yang bersangkutan.

Lampiran tambahan.indb 156 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 13
L-157

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26
Selama 12 (dua belas) bulan pertama sejak Peraturan OJK ini berlaku, surat pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan surat tanda terdaftar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) disampaikan OJK kepada pemohon dalam jangka
waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.

Pasal 27
Kontrak perikatan kerja pemberian jasa Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau
Penilai yang telah disepakati sebelum diundangkannya Peraturan OJK ini tetap dapat
dilaksanakan sampai dengan masa berlaku kontrak pemberian jasa berakhir.

Pasal 28
(1) Dalam hal pada saat Peraturan OJK ini berlaku, Menteri Keuangan belum
memberlakukan peraturan mengenai izin praktik Konsultan Aktuaria, dalam rangka
permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), Konsultan
Aktuaria harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. menyampaikan fotokopi sertifikat Fellowship ofthe Society of Actuaries of
Indonesia (FSAI) atau yang setara pada saat mengajukan permohonan; dan
b. menyampaikan fotokopi izin praktik dari Menteri Keuangan paling lambat 6
(enam) bulan sejak Menteri Keuangan memberlakukan peraturan mengenai
izin praktik Konsultan Aktuaria.
(2) OJK menerbitkan surat tanda terdaftar sementara bagi Konsultan Aktuaria yang
telah memenuhi persyaratan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dan dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b sampai dengan huruf g.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29
(1) Peraturan OJK ini mulai berlaku setelah 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal
diundangkan.
(2) Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai dapat melakukan pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) paling cepat 6 (enam) bulan sejak
tanggal Peraturan OJK ini diundangkan.

Lampiran tambahan.indb 157 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-158

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan OJK ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2015

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

ttd

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 361

Salinan sesuai dengan aslinya Direktur Hukum 1 Departemen Hukum

ttd

Sudarmaji

Lampiran tambahan.indb 158 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 14
L-159

LAMPIRAN 14 SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NO 17/SEOJK./05/2015


TENTANG PENUNJUK AKUNTAN PUBLIK, AKTUARIS, DAN/ATAU PENILAI INDPENDEN
SEBAGAI PEMERIKSA LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

Yth.
1. Akuntan Publik;
2. Aktuaris; dan
3. Penilai Independen, di tempat.

SALINAN
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 17/SEOJK.05/2015
TENTANG

PENUNJUKAN AKUNTAN PUBLIK, AKTUARIS,


DAN/ATAU PENILAI INDEPENDEN SEBAGAI PEMERIKSA
LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

Sehubungan dengan amanat ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 11/POJK.05/2014 tentang Pemeriksaan Langsung Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 198,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5576), perlu untuk mengatur
ketentuan pelaksanaan mengenai penunjukan akuntan publik, aktuaris, dan/atau
penilai independen sebagai pemeriksa lembaga jasa keuangan non-bank dalam Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut:

I. KETENTUAN UMUM
1. Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang selanjutnya disingkat LJKNB adalah:
a. perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi,
dan perusahaan reasuransi syariah, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perasuransian;
b. perusahaan pembiayaan, termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau
sebagian usahanya dengan prinsip syariah, sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan;
c. dana pensiun, termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian
usahanya dengan prinsip syariah, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang dana pensiun; dan

Lampiran tambahan.indb 159 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-160

d. lembaga jasa penunjang industri keuangan non-bank yang meliputi


perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, kantor jasa
penilai publik, perusahaan penilai kerugian asuransi, kantor akuntan publik
dan lembaga jasa penunjang lainnya yang mendukung industri keuangan
non-bank.
2. Pemeriksaan Langsung adalah rangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,
mengolah, dan mengevaluasi data dan/atau keterangan mengenai LJKNB yang
dilakukan di kantor LJKNB dan di tempat lain yang terkait langsung maupun
tidak langsung dengan kegiatan LJKNB.
3. Pemeriksa adalah pihak yang ditunjuk Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan
Pemeriksaan Langsung.
4. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan.

II. PENUNJUKAN AKUNTAN PUBLIK, AKTUARIS, DAN/ATAU PENILAI


INDEPENDEN SEBAGAI PEMERIKSA
1. OJK dapat menunjuk akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen
sebagai Pemeriksa.
2. Akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen sebagaimana dimaksud
pada angka 1 harus memenuhi kriteria:
a. bukan pihak terafiliasi terhadap pihak yang diperiksa;
b. memiliki sikap mental yang baik dan etika serta tanggung jawab profesi
yang tinggi;
c. tidak pernah dihukum karena tindak pidana di sektor jasa keuangan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
d. bersikap independen, jujur, dan obyektif; dan
e. kompeten di bidangnya dan memahami peraturan perundang- undangan
di sektor jasa keuangan dan peraturan perundang- undangan lainnya.
3. Akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen sebagaimana dimaksud
pada angka 1 juga harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki izin profesi dari instansi yang berwenang; dan
b. tidak memberikan jasa kepada LJKNB yang akan diperiksa paling singkat
dalam 2 (dua) tahun sebelum tanggal penunjukan sebagai Pemeriksa.
4. Tata cara penunjukan akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen
sebagai Pemeriksa dilakukan sesuai dengan Peraturan Dewan Komisioner OJK
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa OJK.
5. Penunjukan akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen sebagai
Pemeriksa dituangkan dalam surat perintah kerja.
6. Surat perintah kerja sebagaimana dimaksud pada angka 5 ditandatangani oleh
Deputi Komisioner OJK yang membawahkan fungsi pengawasan LJKNB.

Lampiran tambahan.indb 160 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 14
L-161

III. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK, AKTUARIS, DAN/ATAU


PENILAI INDEPENDEN YANG DITUNJUK SEBAGAI PEMERIKSA
1. Akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen yang ditunjuk sebagai
Pemeriksa bertugas melaksanakan Pemeriksaan Langsung sesuai Peraturan
Dewan Komisioner OJK tentang Tata Cara Pemeriksaan Langsung dan Surat
Edaran Dewan Komisioner OJK tentang Pedoman Pemeriksaan Langsung
Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang ditetapkan oleh OJK.
2. Akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen sebagaimana dimaksud
pada angka 1 bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana ditetapkan
dalam surat perintah kerja.

IV. HAK DAN KEWAJIBAN AKUNTAN PUBLIK, AKTUARIS, DAN/ATAU PENILAI


INDEPENDEN YANG DITUNJUK SEBAGAI PEMERIKSA
1. Akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen yang ditunjuk sebagai
Pemeriksa berhak atas honorarium dan/atau imbalan jasa lainnya sebagaimana
ditetapkan dalam surat perintah kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
OJK.
2. Akuntan publik, aktuaris, dan/atau penilai independen yang ditunjuk sebagai
Pemeriksa wajib menjaga kerahasiaan informasi terkait LJKNB yang diperiksa.
V. PENUTUP
Ketentuan dalam Surat Edaran OJK ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengumuman Surat Edaran OJK
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Salinan sesuai dengan aslinya Direktur Ditetapkan di Jakarta


Hukum I Departemen Hukum, pada tanggal 8 Juni 2015
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Otoritas
Jasa Keuangan,

Ttd. Ttd.

Sudarmaji FIRDAUS DJAELANI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 48 TANGGAL 16


JUNI 2015

Lampiran tambahan.indb 161 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-162

Lampiran tambahan.indb 162 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 15
L-163

LAMPIRAN 15 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20


TAHUN 2015 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 20 TAHUN 2015
TENTANG
PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2), Pasal 10 ayat (5), Pasal 44 ayat
(2), dan Pasal 53 ayat (5) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Praktik Akuntan Publik.

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 51 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 5251).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan
jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Publik.
2. Asosiasi Profesi Akuntan Publik, yang selanjutnya disebut Asosiasi Profesi adalah
organisasi profesi Akuntan Publik yang bersifat nasional.
3. Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP adalah badan usaha yang
didirikan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan mendapatkan
izin usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik.

Lampiran tambahan.indb 163 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-164

4. Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat SPAP adalah acuan
yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik
dalam pemberian jasanya.
5. Pendidikan Profesional Berkelanjutan adalah suatu pendidikan dan/atau pelatihan
profesi bagi Akuntan Publik yang bersifat berkelanjutan dan bertujuan untuk
menjaga kompetensi.
6. Kantor Akuntan Publik Asing, yang selanjutnya disingkat KAPA, adalah badan
usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara tempat KAPA berkedudukan dan
melakukan kegiatan usaha sekurang- kurangnya di bidang jasa audit atas informasi
keuangan historis.
7. Organisasi Audit Asing, yang selanjutnya disingkat OAA, adalah organisasi di luar
negeri yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di negara yang
bersangkutan, yang anggotanya terdiri dari badan usaha jasa profesi yang melakukan
kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas informasi keuangan
historis.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan.
9. Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik.

BAB II
UJIAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
(1) Asosiasi Profesi berwenang menyelenggarakan ujian profesi Akuntan Publik.
(2) Penyelenggaraan ujian profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. menetapkan silabus dan mata ujian profesi Akuntan Publik;
b. menetapkan kriteria kelulusan peserta ujian profesi Akuntan Publik;
c. menetapkan ketentuan dan tata cara pendaftaran peserta ujian profesi Akuntan
Publik;
d. melaksanakan ujian profesi Akuntan Publik;
e. menetapkan kelulusan peserta ujian profesi Akuntan Publik;
f. menerbitkan sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan Publik;
g. menetapkan sebutan profesi; dan
h. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan ujian profesi
Akuntan Publik.
(3) Dalam penyelenggaraan ujian profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Asosiasi Profesi dapat membentuk organ Asosiasi Profesi yang bertugas
sebagai pelaksana teknis.

Lampiran tambahan.indb 164 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 15
L-165

(4) Keanggotaan organ Asosiasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling
sedikit terdiri dari unsur Asosiasi Profesi dan akademisi di bidang akuntansi.

Bagian Kedua
Persyaratan Mengikuti Ujian Profesi Akuntan Publik

Pasal 3
(1) Untuk mengikuti ujian profesi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1), seseorang harus memiliki pengetahuan dan kompetensi di bidang
akuntansi atau telah terdaftar dalam register negara untuk akuntan.
(2) Pengetahuan dan kompetensi di bidang akuntansi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diperoleh melalui:
a. program pendidikan sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) di bidang akuntansi
pada perguruan tinggi Indonesia atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
disetarakan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. program pendidikan pascasarjana (S-2) atau doktor (S-3) di bidang akuntansi
yang diselenggarakan perguruan tinggi Indonesia atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah disetarakan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. pendidikan profesi akuntansi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan; atau
d. pendidikan profesi Akuntan Publik sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Sertifikat Tanda Lulus Ujian Profesi Akuntan Publik

Pasal 4
(1) Untuk memperoleh sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan Publik yang
diterbitkan oleh Asosiasi Profesi, seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. lulus ujian profesi Akuntan Publik;
b. lulus pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atau terdaftar
dalam register negara untuk akuntan;
c. lulus penilaian pengalaman kerja di bidang akuntansi dari Asosiasi Profesi;
dan
d. terdaftar sebagai anggota Asosiasi Profesi.
(2) Seseorang yang telah memperoleh sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan
Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapatkan sebutan profesi dari
Asosiasi Profesi.

Lampiran tambahan.indb 165 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-166

Pasal 5
(1) Asosiasi Profesi dapat mengakui kesetaraan antara anggota asosiasi profesi akuntansi
lain dengan anggota Asosiasi Profesi yang disepakati dalam suatu perjanjian saling
pengakuan kesetaraan yang didasarkan pada asas-asas persamaan kualitas.
(2) Perjanjian saling pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan
jaminan bahwa mekanisme saling pengakuan dapat menghasilkan seseorang yang
memiliki kualifikasi yang setara dengan pemegang sertifikat tanda lulus ujian
profesi Akuntan Publik.
(3) Seseorang yang telah memperoleh sertifikat keprofesian dalam bidang akuntansi
yang masih berlaku baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dapat memperoleh
sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Asosiasi
Profesi setelah memenuhi persyaratan yang terdapat dalam perjanjian saling
pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB III
PENDIDIKAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN

Pasal 6
(1) Akuntan Publik wajib menjaga kompetensi dengan mengikuti Pendidikan
Profesional Berkelanjutan dalam jumlah satuan kredit Pendidikan Profesional
Berkelanjutan tertentu.
(2) Akuntan Publik wajib menyampaikan laporan realisasi Pendidikan Profesional
Berkelanjutan tahunan kepada Menteri paling lama pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah satuan kredit Pendidikan Profesional
Berkelanjutan dan tata cara pelaporan realisasi Pendidikan Profesional Berkelanjutan
tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 7
(1) Asosiasi Profesi berwenang menyelenggarakan Pendidikan Profesional
Berkelanjutan.
(2) Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. menentukan materi atau silabus Pendidikan Profesional Berkelanjutan;
b. menentukan metode Pendidikan Profesional Berkelanjutan;
c. melakukan verifikasi atas keikutsertaan Pendidikan Profesional Berkelanjutan;
d. melaksanakan Pendidikan Profesional Berkelanjutan;
e. menerbitkan sertifikat keikutsertaan Pendidikan Profesional Berkelanjutan;
dan
f. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pendidikan
Profesional Berkelanjutan.

Lampiran tambahan.indb 166 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 15
L-167

(3) Dalam penyelenggaraan Pendidikan Profesional Berkelanjutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Asosiasi Profesi dapat membentuk organ Asosiasi Profesi
yang bertugas sebagai pelaksana teknis.
(4) Keanggotaan organ Asosiasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling
sedikit terdiri dari unsur Asosiasi Profesi dan akademisi di bidang akuntansi.

BAB IV
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Pasal 8
(1) Asosiasi Profesi berwenang menyusun dan menetapkan SPAP.
(2) Penyusunan dan penetapan SPAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
meliputi:
a. penyusunan draf SPAP;
b. uji publik terhadap draf SPAP;
c. penetapan dan pemberlakuan SPAP; dan
d. penerbitan SPAP.
(3) Uji publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat dilakukan dengan:
a. meminta pertimbangan kepada Komite Profesi Akuntan Publik; dan/atau
b. meminta pertimbangan kepada masyarakat.
(4) Dalam penyusunan dan penetapan SPAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Asosiasi Profesi dapat membentuk organ Asosiasi Profesi yang bertugas sebagai
pelaksana teknis.
(5) Keanggotaan organ Asosiasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling
sedikit terdiri dari unsur Asosiasi Profesi dan akademisi di bidang akuntansi.

Pasal 9
(1) SPAP yang telah ditetapkan harus disosialisasikan kepada para pemangku
kepentingan oleh Asosiasi Profesi.
(2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan bersama-sama
dengan Menteri.

BAB V
PEMBATASAN JASA AUDIT

Pasal 10
(1) Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:
a. audit atas informasi keuangan historis;
b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan
c. jasa asurans lainnya.
(2) Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik dapat
memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan
manajemen.

Lampiran tambahan.indb 167 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-168

(3) Pemberian jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 11
(1) Pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a terhadap suatu entitas oleh seorang Akuntan Publik
dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
(2) Entitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Industri di sektor Pasar Modal;
b. Bank umum;
c. Dana pensiun;
d. Perusahaan asuransi/reasuransi; atau
e. Badan Usaha Milik Negara;
(3) Pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) juga berlaku bagi Akuntan Publik yang
merupakan Pihak Terasosiasi.
(4) Akuntan Publik dapat memberikan kembali jasa audit atas informasi keuangan
historis terhadap entitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 2 (dua) tahun
buku berturut-turut tidak memberikan jasa tersebut.

BAB VI
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGUNDURAN DIRI AKUNTAN PUBLIK

Pasal 12
(1) Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai Akuntan
Publik.
(2) Permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Menteri.
(3) Untuk memperoleh persetujuan Menteri atas permohonan pengunduran diri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Akuntan Publik harus telah menyelesaikan
seluruh perikatan profesional dengan entitas.
(4) Akuntan Publik dinyatakan telah menyelesaikan seluruh perikatan profesional
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila:
a. telah menerbitkan laporan pemberian jasa;
b. mengundurkan diri dari perikatan dengan pertimbangan yang sesuai dengan
SPAP;
c. mengundurkan diri dari perikatan dan telah menyelesaikan kewajiban kepada
entitas atas pengunduran dirinya; atau
d. telah melimpahkan perikatan kepada Akuntan Publik dan/atau KAP yang lain
dengan persetujuan entitas.

Lampiran tambahan.indb 168 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 15
L-169

Pasal 13
Persetujuan atas permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2) diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap.
Dalam hal permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disetujui, Menteri menerbitkan keputusan pencabutan izin Akuntan Publik.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan pengunduran diri sebagai
Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB VII LAPORAN
Pasal 14
1) Asosiasi Profesi menyampaikan laporan mengenai penyelenggaraan ujian profesi
Akuntan Publik, penyelenggaraan Pendidikan Profesional Berkelanjutan, serta
penyusunan dan penetapan SPAP kepada Menteri.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri paling
sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai isi laporan dan tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII
KERJASAMA KAP DENGAN KAPA ATAU OAA

Pasal 15
(1) KAP dapat melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA.
(2) KAP yang melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat mencantumkan nama KAPA atau OAA bersama-sama dengan
nama KAP setelah mendapat persetujuan Menteri.
(3) KAP dilarang mencantumkan nama KAPA atau OAA bersama-sama dengan nama
KAP tanpa persetujuan Menteri.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 16
(1) Menteri berwenang mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP,
dan/atau cabang KAP atas pelanggaran ketentuan administratif.
(2) Pelanggaran ketentuan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pelanggaran terhadap:
a. Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (4), Pasal 13, Pasal 17, Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27,
Pasal 28 ayat (1), Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (1), Pasal 31, Pasal 32, Pasal 34

Lampiran tambahan.indb 169 22/08/2017 11.07.11


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-170

ayat (3), Pasal 34 ayat (4), Pasal 35 ayat (5), Pasal 35 ayat (6), Pasal 51 ayat (4),
atau Pasal 51 ayat (5) Undang-Undang; atau
b. Pasal 6 ayat (1), Pasal 6 ayat (2), Pasal 11, atau Pasal 15 ayat (3) Peraturan
Pemerintah ini.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu;
d. pembatasan pemberian jasa tertentu;
e. pembekuan izin;
f. pencabutan izin; dan/atau
g. denda.
(4) Menteri mengumumkan Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang dikenai
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e dan huruf f melalui
media.
Bagian Kedua
Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif

Pasal 17
(1) Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang melakukan pelanggaran terhadap
Pasal 13 ayat (1), Pasal 13 ayat (2), Pasal 13 ayat (3), Pasal 19, Pasal 25 ayat (1) huruf d,
Pasal 30 ayat (1) huruf f, Pasal 32, Pasal 34 ayat (3), atau Pasal 34 ayat (4) Undang-
Undang dikenai sanksi administratif berupa rekomendasi untuk melaksanakan
kewajiban tertentu.
(2) Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang melakukan pelanggaran terhadap
Pasal 13 ayat (4), Pasal 17, Pasal 25 ayat (1) huruf e, Pasal 27, Pasal 30 ayat (1) huruf
a, Pasal 31, Pasal 35 ayat (5), atau Pasal 35 ayat (6) Undang-Undang dikenai sanksi
administratif berupa rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu atau
peringatan tertulis.
(3) Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP yang melakukan pelanggaran terhadap
Pasal 9 ayat (4), Pasal 25 ayat (1) huruf a, Pasal 25 ayat (1) huruf b, Pasal 25 ayat (1)
huruf c, Pasal 25 ayat (1) huruf f, Pasal 25 ayat (2) huruf a, Pasal 28 ayat (1), Pasal
29 ayat (1), Pasal 30 ayat (1) huruf b, Pasal 30 ayat (1) huruf c, Pasal 30 ayat (1) huruf
e, Pasal 30 ayat (1) huruf h, Pasal 30 ayat (1) huruf i, Pasal 51 ayat (4), atau Pasal 51
ayat (5) Undang-Undang dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis
atau pembekuan izin.
(4) Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 30 ayat (1) huruf
d Undang-Undang dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin atau
pencabutan izin.
(5) Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 25 ayat (2) huruf b,
Pasal 25 ayat (2) huruf c, atau Pasal 30 ayat (1) huruf g Undang-Undang dikenai
sanksi administratif berupa rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu,

Lampiran tambahan.indb 170 22/08/2017 11.07.11


Lampiran 15
L-171

peringatan tertulis, pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu,
pembatasan pemberian jasa tertentu, pembekuan izin, atau pencabutan izin.
(6) Akuntan Publik yang mengajukan perpanjangan izin hingga masa berlaku izin
berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang dikenai
sanksi administratif berupa denda.
(7) KAP yang melakukan pelanggaran terhadap batas waktu penyampaian laporan
kegiatan usaha dan/atau laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (3) huruf a Undang-Undang dikenai sanksi administratif berupa denda.

Pasal 18
(1) Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 6 ayat (1) Peraturan
Pemerintah ini dikenai sanksi administratif berupa rekomendasi untuk
melaksanakan kewajiban tertentu atau peringatan tertulis.
(2) Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 6 ayat (2) Peraturan
Pemerintah ini dikenai sanksi administratif berupa rekomendasi untuk
melaksanakan kewajiban tertentu dan/atau denda.
(3) Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 11 atau Pasal 15 ayat
(3) Peraturan Pemerintah ini dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis
atau pembekuan izin.

Pasal 19
(1) Sanksi administratif berupa rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu
dikenakan untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan.
(2) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang tidak melaksanakan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa peringatan
tertulis.
(3) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis dapat dikenakan untuk jangka
waktu paling lama 6 bulan untuk perbaikan.
(4) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dikenakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat)
bulan.
(5) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang dalam 24 (dua puluh empat)
bulan terakhir telah dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebanyak
3 (tiga) kali, dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin atas pelanggaran
berikutnya.
(6) Sanksi administratif berupa pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas
tertentu dikenakan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(7) Sanksi administratif berupa pembatasan pemberian jasa tertentu dikenakan untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(8) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang dalam 24 (dua puluh empat)
bulan terakhir telah dikenai sanksi administratif berupa pembatasan pemberian jasa
kepada suatu jenis entitas tertentu dan/atau pembatasan pemberian jasa tertentu
sebanyak 3 (tiga) kali, dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin atas
pelanggaran berikutnya.

Lampiran tambahan.indb 171 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-172

(9) Sanksi administratif berupa pembekuan izin dikenakan untuk jangka waktu paling
lama 2 (dua) tahun.
(10) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang dalam 48 (empat puluh
delapan) bulan terakhir telah dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin
sebanyak 3 (tiga) kali, dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin atas
pelanggaran berikutnya.

Pasal 20
(1) Nilai denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (6) sebesar Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(2) Nilai denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (7) sebesar Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) per 1 (satu) hari kerja keterlambatan dengan paling banyak
sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk masing-masing laporan.
(3) Nilai denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) sebesar Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) per 1 (satu) hari kerja keterlambatan dengan paling banyak
sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur
dalam Peraturan Menteri.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Akuntan Publik yang memberikan
jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas:
a. untuk 1 (satu) tahun buku dapat melanjutkan pemberian jasa audit secara berturut-
turut untuk 4 (empat) tahun buku berikutnya.
b. untuk 2 (dua) tahun buku secara berturut-turut dapat melanjutkan pemberian jasa
audit secara berturut- turut untuk 3 (tiga) tahun buku berikutnya.
c. untuk 3 (tiga) tahun buku secara berturut-turut dapat melanjutkan pemberian jasa
audit secara berturut- turut untuk 2 (dua) tahun buku berikutnya.

Lampiran tambahan.indb 172 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 15
L-173

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 6 April 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 6 April 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 79

Lampiran tambahan.indb 173 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-174

PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2015
TENTANG
PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK

I. UMUM
Profesi Akuntan Publik merupakan profesi yang memiliki peran strategis dalam
mendukung perekonomian yang sehat dan efisien, serta meningkatkan kualitas
dan kredibilitas informasi keuangan. Dalam hal ini profesi Akuntan Publik menjadi
salah satu pilar dalam upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitas.
Dengan mempertimbangkan peran penting profesi Akuntan Publik dalam
mendukung perekonomian tersebut, telah diundangkan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Undang- Undang tersebut mengatur profesi
Akuntan Publik secara komprehensif yang memiliki tujuan utama untuk melindungi
kepentingan publik/masyarakat. Meskipun tujuan utamanya adalah perlindungan
publik, Undang-undang tersebut juga bertujuan untuk melindungi profesi Akuntan
Publik.
Peraturan Pemerintah tentang Praktik Akuntan Publik ini merupakan
salah satu peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Publik yang merupakan pengaturan lebih lanjut atas beberapa ketentuan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Publik dimaksud.
Sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik, Peraturan Pemerintah ini mengatur ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. ujian profesi Akuntan Publik;
b. Pendidikan Profesional Berkelanjutan;
c. penyusunan dan penetapan Standar Profesional Akuntan Publik;
d. pembatasan jasa audit;
e. persyaratan dan tata tata cara pengunduran diri Akuntan Publik;
f. laporan;
g. kerjasama KAP dengan KAPA atau OAA; dan
h. sanksi administratif.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ujian profesi Akuntan Publik” adalah ujian yang
diselenggarakan untuk menguji kompetensi sebagai salah satu persyaratan untuk
mendapatkan sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan Publik.

Lampiran tambahan.indb 174 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 15
L-175

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “tugas lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan
ujian profesi Akuntan Publik” antara lain adalah melakukan kerjasama
dalam penyelenggaraan ujian profesi Akuntan Publik.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Lulus ujian profesi Akuntan Publik dibuktikan dengan surat keterangan
lulus dari Asosiasi Profesi.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.

Lampiran tambahan.indb 175 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-176

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “kualifikasi yang setara” mencakup antara lain
pendidikan, pengalaman, dan ujian sertifikasi profesi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pemangku kepentingan” antara lain adalah Akuntan
Publik, otoritas pengatur, staf auditor, akademisi, dan pengguna jasa Akuntan
Publik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.

Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “Perusahaan asuransi/reasuransi” adalah termasuk
perusahaan asuransi/reasuransi syariah.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “Akuntan Publik yang merupakan Pihak Terasosiasi”
adalah Akuntan Publik yang tidak menandatangani laporan auditor independen
namun terlibat langsung dalam pemberian jasa, misal: Akuntan Publik yang
merupakan partner in charge dalam suatu perikatan audit.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Lampiran tambahan.indb 176 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 15
L-177

Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.

Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “jenis entitas tertentu”, antara lain asuransi,
perbankan, pertambangan, dan telekomunikasi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan” jasa tertentu” antara lain: audit umum atas
informasi keuangan historis dan reviu atas informasi keuangan historis.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan ”media” adalah media elektronik atau media cetak.

Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Lampiran tambahan.indb 177 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-178

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud pelanggaran berikutnya adalah pelanggaran yang seharusnya
dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis.
Contoh penerapan ketentuan ini adalah seorang Akuntan Publik pada tanggal
1 November 2014 dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis. Pada
tanggal 30 Agustus 2015 dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis
atas pelanggaran yang berbeda, pada tanggal 30 Desember 2015 Akuntan Publik
tersebut dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis atas pelanggaran
yang lain. Pada tanggal 1 Oktober 2016 Akuntan Publik melakukan pelanggaran
yang seharusnya dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis. Atas
pelanggaran tersebut Akuntan Publik dikenai sanksi administratif berupa
pembekuan izin. Namun apabila Akuntan Publik melakukan pelanggaran
pada tanggal 15 November 2016, maka Akuntan Publik tidak dikenai sanksi
administratif berupa pembekuan izin melainkan peringatan tertulis. Hal ini
dikarenakan pada tanggal 15 November 2016 Akuntan Publik baru dikenai
sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali dalam 24
(dua puluh empat) bulan terakhir yaitu pada tanggal 30 Agustus 2015 dan 30
Desember 2015, sedangkan sanksi administratif berupa peringatan tertulis pada
tanggal 1 November 2014 telah lewat dari 24 (dua puluh empat) bulan terakhir.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Yang dimaksud pelanggaran berikutnya adalah pelanggaran yang seharusnya
dikenai sanksi administratif berupa pembatasan pemberian jasa kepada suatu
jenis entitas tertentu dan/atau pembatasan pemberian jasa tertentu.
Contoh penerapan ketentuan ini adalah seorang Akuntan Publik pada tanggal
1 November 2014 dikenai sanksi administratif berupa pembatasan pemberian
jasa audit atas laporan keuangan selama 3 (tiga) bulan. Pada tanggal 30 Agustus
2015 dikenai sanksi administratif berupa pembatasan pemberian jasa audit atas
laporan keuangan selama 3 (tiga) bulan. Pada tanggal 30 Desember 2015 Akuntan
Publik tersebut dikenai sanksi administratif berupa pembatasan pemberian
jasa audit atas laporan keuangan selama 3 (tiga) bulan. Pada tanggal 1 Oktober
2016 Akuntan Publik melakukan pelanggaran yang seharusnya dikenai sanksi
administratif berupa pembatasan pemberian jasa audit atas laporan keuangan.
Atas pelanggaran tersebut Akuntan Publik dikenai sanksi administratif berupa
pembekuan izin. Namun apabila Akuntan Publik melakukan pelanggaran
pada tanggal 15 November 2016, maka Akuntan Publik tidak dikenai sanksi

Lampiran tambahan.indb 178 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 15
L-179

administratif berupa pembekuan izin melainkan pembatasan pemberian jasa


audit atas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan pada tanggal 15 November
2016 Akuntan Publik baru dikenai sanksi administratif berupa pembatasan
pemberian jasa audit atas laporan keuangan sebanyak 2 (dua) kali dalam 24
(dua puluh empat) bulan terakhir yaitu pada tanggal 30 Agustus 2015 dan 30
Desember 2015, sedangkan sanksi administratif berupa pembatasan pemberian
jasa audit atas laporan keuangan pada tanggal 1 November 2014 telah lewat dari
24 (dua puluh empat) bulan terakhir.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Yang dimaksud pelanggaran berikutnya adalah pelanggaran yang seharusnya
dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin.
Contoh penerapan ketentuan ini adalah seorang Akuntan Publik pada tanggal
1 November 2014 dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin selama 6
(enam) bulan. Pada tanggal 31 Oktober 2015 dikenai sanksi administratif berupa
pembekuan izin selama 6 (enam) bulan atas pelanggaran yang berbeda. Pada
tanggal 30 Desember 2016 Akuntan Publik tersebut dikenai sanksi administratif
berupa pembekuan izin selama 3 (tiga) bulan atas pelanggaran yang lain. Pada
tanggal 1 Oktober 2018 Akuntan Publik melakukan pelanggaran yang seharusnya
dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin. Atas pelanggaran tersebut
Akuntan Publik dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin. Namun
apabila Akuntan Publik melakukan pelanggaran pada tanggal 15 November 2018,
maka Akuntan Publik tidak dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin
melainkan pembekuan izin dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dikarenakan
pada tanggal 15 November 2018 Akuntan Publik baru dikenai sanksi administratif
berupa pembekuan izin sebanyak 2 (dua) kali dalam 48 (empat puluh delapan)
bulan terakhir yaitu pada tanggal 31 Oktober 2015 dan 30 Desember 2016,
sedangkan sanksi administratif berupa pembekuan izin pada tanggal 1 November
2014 telah lewat 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir.

Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBA RAN NEGA RA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 5690

Lampiran tambahan.indb 179 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-180

Lampiran tambahan.indb 180 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 16
L-181

LAMPIRAN 16 S-400/PPPK/2015 TANGGAL 24 MARET 2015 PEMBERITAHUAN PERUBAHAN


NOMENKLATUR PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI (PPAJP) MENJADI PUSAT
PEMBINAAN PROFESI KEUANGAN (PPPK)

Lampiran tambahan.indb 181 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-182

Lampiran tambahan.indb 182 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-183

LAMPIRAN 17 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS


PASAR MODAL DAN LEBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-347/BL/2012 TENTANG PENYAJIAN
DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASA R MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR: KEP-347/BL/2012

TENTANG
PENYAJIAN DAN PENGUNGKA PAN LA PORAN KEUANGAN
EMITEN ATAU PERUSAHA AN PUBLIK

KETUA BADAN PENGAWAS PASA R MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN,

Menimbang : Bahwa sejalan dengan perubahan Pernyataan Standar


Akuntansi Keuangan (PSAK) dalam rangka program konvergensi
PSAK ke International Financial Reporting Standard (IFRS) serta
guna memberikan kepastian hukum bagi Emiten dan Perusahaan
Publik dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan,
dipandang perlu untuk menyempurnakan Keputusan Ketua Bapepam
dan LK Nomor: KEP-554/BL/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang
Perubahan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:
KEP-06/PM/2000 tentang Perubahan
Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan serta Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Nomor: Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000, dengan
menetapkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK yang baru;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3617) sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4372);

Lampiran tambahan.indb 183 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-184

3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara


Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20/m Tahun 2011;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR
MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PENYAJIAN
DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN EMITEN ATAU
PERUSAHAAN PUBLIK.

Pasal 1
Ketentuan mengenai penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik diatur dalam Peraturan Nomor
VIII.G.7 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2
Kewajiban penyajian dan pengungkapan laporan keuangan sesuai
dengan Ketentuan Peraturan Nomor VIII.G.7 sebagaimana dimuat
dalam Lampiran Keputusan ini berlaku untuk laporan keuangan yang
berakhir pada atau setelah tanggal 31 Desember 2012.

Pasal 3
Penerapan lebih dini Ketentuan Peraturan Nomor VIII.G.7 sebagaimana
dimuat dalam Lampiran Keputusan ini dianjurkan.

Pasal 4
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP- 554/BL/2010 tanggal 30
Desember 2010 tentang Perubahan Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Nomor: KEP-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan
Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan
Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret
2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku sejak 31 Desember 2012.

Pasal 5
Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor: SE- 03/BL/2011 tentang
Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten
atau Perusahaan Publik, Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor:
SE-02/PM/2002 tentang Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik, dan Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor:
SE-02/BL/2008 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan

Lampiran tambahan.indb 184 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-185

Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri


Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi, dan Perbankan dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku sejak 31 Desember 2012.

Pasal 6
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 25 Juni 2012

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal


dan Lembaga Keuangan

ttd.

Nurhaida
NIP 195906271989022001

Salinan sesuai dengan


aslinya Kepala Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 195710281985121001

Lampiran tambahan.indb 185 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-186

LAMPIRAN:
Keputusan Ketua
Bapepam dan LK Nomor : Kep-347/BL/2012
Tanggal : 25 Juni 2012

PERATURAN NOMOR VIII.G.7: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


LAPORAN KEUANGAN EMITEN ATAU
PERUSAHAAN PUBLIK

A. KETENTUAN UMUM
1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Emiten atau Perusahaan Publik adalah entitas yang menyajikan laporan
keuangan, baik laporan keuangan satu entitas maupun Laporan Keuangan
Konsolidasian.
b. Standar Akuntansi Keuangan, yang selanjutnya disebut dengan SAK adalah
Pernyataan dan Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) dan Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) serta peraturan Bapepam dan LK untuk entitas yang
berada di bawah pengawasan Bepepam dan LK.
c. Tanggal Laporan Keuangan Diotorisasi untuk Terbit adalah tanggal manajemen
menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan.
d. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada ukuran
dan sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat pos-pos laporan keuangan, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan
keuangan.
e. Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas
tersebut.
f. Entitas Bertujuan Khusus, yang selanjutnya disebut EBK adalah suatu entitas
yang didirikan untuk mencapai tujuan khusus dimana pengendali memperoleh
manfaat utama dari kegiatan EBK tersebut.
g. Laporan Keuangan Konsolidasian adalah laporan keuangan suatu kelompok
usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal yang menggabungkan
seluruh entitas yang dikendalikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, termasuk
EBK.
h. Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai
kegiatan umum Emiten atau Perusahaan Publik.
i. Setara Kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan
memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
j. Ventura Bersama adalah suatu perjanjian kontraktual dimana dua atau lebih pihak
menjalankan aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian bersama.

Lampiran tambahan.indb 186 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-187

k. Kesalahan Periode Lalu adalah kesalahan yang terjadi dalam pengakuan,


pengukuran, penyajian, atau pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan
yang terjadi pada periode lalu yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
sesuai dengan SAK dan baru ditemukan pada suatu periode kemudian.
l. Hibah Pemerintah adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam
bentuk pemindahan sumber daya kepada Emiten atau Perusahaan Publik sebagai
imbalan atas kepatuhan Emiten atau Perusahaan Publik di masa lalu atau masa
depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan operasi
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.
m. Segmen Operasi adalah suatu komponen dari Emiten atau Perusahaan Publik
yang mempunyai aktivitas bisnis dimana hasil operasinya dievaluasi oleh
manajemen atau pengambil keputusan operasional secara reguler, dan terdapat
informasi keuangan yang disajikan secara terpisah.
n. Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan manfaat ekonomi di masa depan dari
aset tersebut diharapkan diterima oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
o. Pengaruh Signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan
kebijakan keuangan dan operasional investee, tetapi tidak mengendalikan atau
mengendalikan bersama atas kebijakan tersebut.
p. Properti Investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau kedua-duanya), termasuk dalam proses pembangunan dan
pengembangan, yang dikuasai oleh pemilik atau penyewa (lessee) melalui sewa
pembiayaan untuk menghasilkan pendapatan sewa atau untuk kenaikan nilai
atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
1) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau
2) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
q. Nilai Wajar adalah nilai dimana suatu Aset dapat dipertukarkan atau suatu
Liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction ).
r. Aset Tetap adalah aset berwujud yang:
1) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
untuk disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif; dan
2) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
s. Aset Takberwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud
fisik.
t. Liabilitas adalah kewajiban kini Emiten atau Perusahaan Publik yang timbul
dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya dapat mengakibatkan arus
keluar sumber daya Emiten atau Perusahaan Publik yang mengandung manfaat
ekonomi.
u. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang terjadi dari
kegiatan normal Emiten atau Perusahaan Publik selama suatu periode apabila

Lampiran tambahan.indb 187 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-188

arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi pemilik modal.
2. Peraturan ini memberikan pedoman mengenai struktur, isi, dan persyaratan dalam
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang harus disampaikan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik, baik kepada masyarakat maupun Bapepam dan
LK.
3. Peraturan ini merupakan pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
secara umum yang wajib diterapkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam
menyusun laporan keuangan. Hal-hal mengenai struktur, isi, dan persyaratan dalam
penyajian laporan keuangan dan pengungkapan yang tidak diatur dalam Peraturan
ini, harus mengikuti SAK dan praktik akuntansi lainnya yang lazim berlaku di Pasar
Modal.
4. Dalam hal terdapat perubahan dalam SAK setelah berlakunya Peraturan ini, Emiten
atau Perusahaan Publik wajib mengikuti ketentuan SAK terkini, sepanjang tidak
dinyatakan lain oleh Bapepam dan LK.
5. Laporan keuangan dalam Peraturan ini adalah sesuai dengan pengertian laporan
keuangan yang termuat dalam SAK dan terdiri dari:
a. laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b. laporan laba rugi komprehensif selama periode;
c. laporan perubahan ekuitas selama periode;
d. laporan arus kas selama periode;
e. catatan atas laporan keuangan; dan
f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan saat
Emiten atau Perusahaan Publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau
ketika Emiten atau Perusahaan Publik mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
6. Dalam penyajian laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas, harus disertai dengan pernyataan bahwa
catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan.
7. Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas dan pada setiap
halaman laporan keuangan disajikan informasi sebagai berikut:
a. nama Emiten atau Perusahaan Publik;
b. cakupan laporan keuangan, yang menjelaskan entitas tunggal atau
konsolidasian;
c. tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan
keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;
d. mata uang penyajian; dan
e. satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
8. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan
Manajemen Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab atas penyusunan
dan penyajian laporan keuangan.

Lampiran tambahan.indb 188 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-189

9. Bahasa Pelaporan
a. Laporan keuangan wajib dibuat dalam Bahasa Indonesia.
b. Dalam hal laporan keuangan juga dibuat selain dalam Bahasa Indonesia, maka
laporan keuangan dimaksud wajib memuat informasi yang sama.
c. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran akibat penerjemahan bahasa,
maka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan keuangan dalam Bahasa
Indonesia.
10. Mata Uang Penyajian
a. Mata uang penyajian yang digunakan oleh Emiten atau Perusahaan Publik
adalah mata uang rupiah. Mata uang penyajian selain rupiah dapat digunakan
apabila mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional Emiten
atau Perusahaan Publik.
b. Dalam hal mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka Emiten
atau Perusahaan Publik menjabarkan hasil dan posisi keuangannya dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
1) Aset dan Liabilitas untuk setiap laporan posisi keuangan yang disajikan
(termasuk komparatif ) dijabarkan menggunakan kurs penutup yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi keuangan
tersebut;
2) penghasilan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif yang
disajikan (termasuk komparatif ) dijabarkan menggunakan kurs yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal transaksi; dan
3) semua hasil dari selisih kurs diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
11. Periode Pelaporan
a. Periode pelaporan Emiten atau Perusahaan Publik mencakup periode satu
tahun.
b. Dalam hal periode pelaporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a berubah dan
laporan keuangan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek
dari periode satu tahun, maka sebagai tambahan terhadap periode cakupan
laporan keuangan, Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan:
1) alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek
dari periode satu tahun; dan
2) fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
dibandingkan secara keseluruhan.
c. Tanggal pelaporan keuangan entitas anak untuk tujuan konsolidasi wajib sama
dengan tanggal pelaporan keuangan entitas induk.
d. Dalam hal tanggal pelaporan entitas anak sebagaimana dimaksud dalam huruf c
berbeda dengan tanggal pelaporan entitas induk, maka laporan keuangan entitas
anak tersebut dapat digunakan untuk tujuan konsolidasi dengan persyaratan
sebagai berikut:
1) perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan;
2) Emiten atau Perusahaan Publik melakukan penyesuaian atas dampak
transaksi atau peristiwa signifikan yang terjadi antara tanggal laporan

Lampiran tambahan.indb 189 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-190

keuangan entitas anak dengan tanggal laporan keuangan entitas induk;


dan
3) lamanya periode pelaporan dan perbedaan antar akhir periode pelaporan
adalah sama dari periode ke periode.
12. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
a. Peristiwa setelah periode pelaporan merupakan peristiwa yang terjadi antara
akhir periode pelaporan dan Tanggal Laporan Keuangan Diotorisasi untuk
Terbit, baik peristiwa yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan,
yang meliputi:
1) peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi sampai dengan akhir
periode pelaporan (peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan); dan
2) peristiwa yang mengindikasikan terjadinya kondisi setelah periode
pelaporan (peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan).
b. Emiten atau Perusahaan Publik wajib melakukan penyesuaian jumlah yang
diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa penyesuai
setelah periode pelaporan.
13. Saling Hapus (Offsetting)
Emiten atau Perusahaan Publik tidak diperkenankan melakukan saling hapus
(offsetting) atas pos Aset dan Liabilitas atau pendapatan dan beban, kecuali
dipersyaratkan atau diperkenankan oleh suatu SAK.
14. Konsistensi Penyajian
a. Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan dan mengklasifikasikan pos-
pos dalam laporan keuangan antar periode secara konsisten, kecuali:
1) setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi Emiten
atau Perusahaan Publik atau reviu atas laporan keuangan, terlihat secara
jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat
untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan
dan penerapan kebijakan akuntansi dalam SAK; atau
2) perubahan penyajian yang diperkenankan oleh SAK;
b. dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik mengubah penyajian atau
pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka Emiten atau
Perusahaan Publik wajib mereklasifikasi jumlah komparatif, kecuali reklasifikasi
tersebut tidak praktis untuk dilakukan.
15. Materialitas dan Agregasi
a. Materialitas untuk tujuan agregasi dalam Peraturan ini adalah sebagai berikut:
1) 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh Aset untuk pos-pos Aset;
2) 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh Liabilitas untuk pos-pos
Liabilitas;
3) 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh ekuitas untuk pos-pos ekuitas;
4) 10% (sepuluh perseratus) dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi
komprehensif; atau
5) 10% (sepuluh perseratus) dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum
pajak untuk pengaruh suatu peristiwa atau transaksi.

Lampiran tambahan.indb 190 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-191

b. Pos-pos yang material, meskipun bukan merupakan komponen utama laporan


keuangan, wajib disajikan secara terpisah, dirinci, dan dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan.
c. Pos-pos yang nilainya tidak material tetapi merupakan komponen utama laporan
keuangan atau bersifat khusus untuk industri tertentu wajib disajikan secara
terpisah, dirinci, dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
d. Dalam hal komponen utama tidak mempunyai saldo, maka komponen utama
tersebut tidak disajikan dalam laporan keuangan.
e. Pos-pos yang nilainya tidak material dan tidak merupakan komponen utama,
dapat digabungkan dalam pos tersendiri dan wajib dijelaskan sifat dari unsur
utamanya dalam catatan atas laporan keuangan.
f. Dalam hal penggabungan beberapa pos sebagaimana dimaksud dalam huruf
e mengakibatkan jumlah keseluruhan menjadi material, maka unsur yang
jumlahnya terbesar wajib disajikan secara terpisah.
16. Informasi Komparatif
a. Kecuali informasi komparatif laporan keuangan diatur tersendiri dalam
Peraturan Bapepam dan LK, maka:
1) informasi kuantitatif dalam laporan keuangan tahunan diungkapkan
secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang
dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan; atau
2) laporan keuangan tengah tahunan disajikan secara perbandingan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya, kecuali untuk laporan posisi
keuangan dan informasi sehubungan dengan posisi keuangan pada akhir
periode tengah tahunan yang diperbandingkan dengan laporan posisi
keuangan dan informasi sehubungan dengan posisi keuangan pada akhir
tahun buku sebelumnya.
b. Informasi komparatif dalam laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode
sebelumnya wajib diungkapkan kembali.
c. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menerapkan kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-
pos laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan,
maka Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan paling sedikit 3 (tiga)
laporan posisi keuangan, 2 (dua) laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan
catatan atas laporan keuangan terkait.
d. Laporan posisi keuangan sebagaimana dimaksud dalam huruf c adalah pada:
1) akhir periode berjalan;
2) akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode berjalan); dan
3) permulaan dari periode komparatif terawal.
e. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan, namun tidak menyajikan laporan posisi keuangan awal periode
komparatif, maka wajib dijelaskan alasannya.
17. Laporan Keuangan Konsolidasian

Lampiran tambahan.indb 191 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-192

a. Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengkonsolidasikan laporan keuangan


EBK dalam Laporan Keuangan Konsolidasian jika Emiten atau Perusahaan
Publik atau entitas anak memiliki Pengendalian atas EBK tersebut.
b. Pengendalian dianggap ada ketika Emiten atau Perusahaan Publik memiliki
secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak lebih dari 50%
(lima puluh perseratus) hak suara suatu entitas, kecuali kepemilikan tersebut
tidak diikuti dengan Pengendalian. Pengendalian juga ada ketika Emiten atau
Perusahaan Publik memiliki 50% (lima puluh perseratus) hak suara atau kurang,
apabila terdapat:
1) kekuasaan yang melebihi 50% (lima puluh perseratus) hak suara sesuai
perjanjian dengan investor lain;
2) kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
3) kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar direksi dan
dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas
melalui dewan atau organ tersebut; atau
4) kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat direksi atau
organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui direksi atau
organ tersebut.
c. Emiten atau Perusahaan Publik wajib mempertimbangkan keberadaan dan
dampak dari hak suara potensial yang dapat dilaksanakan atau dikonversi pada
tanggal periode pelaporan pada saat menilai adanya kekuasaan untuk mengatur
kebijakan keuangan dan operasional entitas lain.
d. Walaupun entitas anak bergerak dalam jenis aktivitas usaha yang berbeda
atau sama sekali tidak ada hubungannya dengan jenis aktivitas usaha Emiten
atau Perusahaan Publik, laporan keuangan entitas anak tersebut tetap wajib
dimasukkan dalam penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian.
e. Dalam menyusun Laporan Keuangan Konsolidasian, laporan keuangan entitas
induk dan entitas anak digabungkan satu per satu (line by line basis) dengan
menjumlahkan pos-pos yang sejenis dari Aset, Liabilitas, ekuitas, penghasilan,
dan beban.
f. Laporan Keuangan Konsolidasian disusun dengan menggunakan kebijakan
akuntansi yang sama untuk transaksi dan peristiwa lain dalam keadaan
serupa.
18. Laporan Keuangan Tersendiri
a. Emiten atau Perusahaan Publik dapat menyusun laporan keuangan tersendiri
hanya apabila laporan keuangan tersebut merupakan informasi tambahan atas
Laporan Keuangan Konsolidasian dan disajikan sebagai lampiran.
b. Informasi tambahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a terdiri dari:
1) laporan posisi keuangan;
2) laporan laba rugi komprehensif;
3) laporan perubahan ekuitas;
4) laporan arus kas; dan

Lampiran tambahan.indb 192 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-193

5) pengungkapan atas hal-hal sebagai berikut:


a) laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan tersendiri yang merupakan
informasi tambahan atas Laporan Keuangan Konsolidasian;
b) daftar investasi yang signifikan dalam entitas anak, pengendalian bersama
entitas, entitas asosiasi, dan EBK termasuk nama, negara atau tempat kedudukan,
proporsi kepemilikan, dan proporsi hak suara yang dimiliki (jika berbeda);
dan
c) penjelasan tentang metode yang digunakan untuk mencatat investasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf b).
19. Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
a. Ventura Bersama memiliki 3 (tiga) jenis, yaitu pengendalian bersama operasi,
pengendalian bersama aset, dan pengendalian bersama entitas.
b. Emiten atau Perusahaan Publik yang menjadi venturer dalam Ventura Bersama
berupa pengendalian bersama operasi mengakui bagian partisipasi dalam
laporan keuangannya atas:
1) Aset yang dikendalikan dan Liabilitas yang ditanggung; dan
2) beban yang ditanggung dan bagian pendapatan yang diperoleh dari
penjualan barang dan jasa Ventura Bersama.
c. Emiten atau Perusahaan Publik yang menjadi venturer dalam Ventura Bersama
berupa pengendalian bersama aset mengakui bagian partisipasi dalam laporan
keuangannya atas:
1) bagian atas pengendalian bersama aset, yang diklasifikasikan sesuai dengan
sifat Aset;
2) setiap Liabilitas yang terjadi;
3) bagian atas Liabilitas yang terjadi bersama dengan venturer lain yang
berkaitan dengan Ventura Bersama;
4) setiap penghasilan dari penjualan atau penggunaan bagian atas output
Ventura Bersama, bersama dengan bagian atas beban yang terjadi pada
Ventura Bersama; dan
5) setiap beban yang telah terjadi sehubungan dengan bagian partisipasinya
dalam Ventura Bersama.
d. Emiten atau Perusahaan Publik yang menjadi venturer dalam Ventura Bersama
berupa pengendalian bersama entitas mengakui bagian partisipasi dalam
laporan keuangannya dengan menggunakan metode ekuitas atau konsolidasi
proporsional.
e. Penerapan konsolidasi proporsional berarti laporan posisi keuangan venturer
memasukkan bagiannya atas Aset yang dikendalikan bersama dan Liabilitas
yang ditanggung bersama. Laporan laba rugi komprehensif venturer mencakup
bagiannya atas penghasilan dan beban dari pengendalian bersama entitas.
20. Pihak Berelasi
a. Pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang
menyiapkan laporan keuangannya (entitas pelapor). Yang termasuk pihak
berelasi, sebagai berikut:

Lampiran tambahan.indb 193 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-194

1) orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas


pelapor jika orang tersebut:
a) memiliki Pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas
pelapor;
b) memiliki Pengaruh Signifikan atas entitas pelapor; atau
c) merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas
induk entitas pelapor.
2) Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal
sebagai berikut:
a) entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang
sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya
terkait dengan entitas lain);
b) suatu entitas adalah entitas asosiasi atau Ventura Bersama dari entitas
lain (atau entitas asosiasi atau Ventura Bersama yang merupakan
anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah
anggotanya);
c) kedua entitas tersebut adalah Ventura Bersama dari pihak ketiga yang
sama;
d) suatu entitas adalah Ventura Bersama dari entitas ketiga dan entitas
yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga;
e) entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk
imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait
dengan entitas pelapor;
f) entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang
diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 1); atau
g) orang yang diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1) huruf
a) memiliki Pengaruh Signifikan atas entitas atau merupakan personil
manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
b. Entitas berelasi dengan pemerintah merupakan entitas yang dikendalikan,
dikendalikan bersama, atau dipengaruhi secara signifikan oleh pemerintah.
Pemerintah dalam hal ini adalah Menteri Keuangan atau Pemerintah Daerah
yang merupakan pemegang saham dari entitas.
c. Pihak yang bukan merupakan pihak berelasi adalah sebagai berikut:
1) dua entitas hanya karena mereka memiliki direktur atau personil manajemen
kunci yang sama atau karena personil manajemen kunci dari satu entitas
mempunyai pengaruh signifikan atas entitas lain;
2) dua venturer hanya karena mereka mengendalikan bersama atas Ventura
Bersama;
3) penyandang dana, serikat dagang, entitas pelayanan publik, serta
kementerian dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan,
mengendalikan bersama, atau memiliki Pengaruh Signifikan atas entitas
pelapor, hanya karena ada keharusan (simply by virtue) dalam pelaksanaan
urusan normal dengan entitas (meskipun pihak-pihak tersebut dapat
membatasi kebebasan entitas atau ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan).

Lampiran tambahan.indb 194 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-195

4) pelanggan, pemasok, pemegang hak waralaba, distributor, atau agen umum


yang mengadakan transaksi usaha dengan volume signifikan yang hanya
disebabkan ketergantungan ekonomis yang diakibatkan oleh keadaan.
21. Penyajian Kembali
Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik melakukan penyajian kembali
(restatement) laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya, maka
keterangan “disajikan kembali” dan nomor referensi yang mengacu kepada catatan
atas laporan keuangan yang menjelaskan penyajian kembali tersebut wajib disajikan
pada kolom periode dimana laporan keuangan tersebut disajikan kembali, masing-
masing di laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
22. Perubahan Estimasi Akuntansi, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Kesalahan
Periode Lalu
a. Perubahan Estimasi Akuntansi
1) Perubahan estimasi akuntansi terjadi karena adanya perubahan keadaan,
informasi baru, perkembangan baru, atau tambahan pengalaman, dan oleh
karena itu tidak terkait dengan periode lalu dan bukan merupakan koreksi
suatu kesalahan.
2) Emiten atau Perusahaan Publik mengakui dampak perubahan estimasi
akuntansi secara prospektif dalam laba rugi pada:
a) periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu;
atau
b) periode perubahan dan periode mendatang, apabila perubahan
berdampak pada keduanya.
b. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Emiten atau Perusahaan Publik dapat mengubah suatu kebijakan akuntansi
hanya apabila perubahan tersebut:
1) dipersyaratkan oleh suatu SAK;
2) diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan; atau
3) menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa, atau kondisi lainnya
terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas.
c. Kesalahan Periode Lalu
1) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengoreksi Kesalahan Periode Lalu
yang material secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama
yang diterbitkan.
2) Kewajiban mengoreksi sebagaimana dimaksud dalam angka 1), dilakukan
dengan cara:
a) menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian
dimana kesalahan terjadi; atau
b) menyajikan kembali saldo awal Aset, Liabilitas, dan ekuitas untuk
periode lalu sajian paling awal, jika kesalahan terjadi sebelum periode
lalu sajian paling awal.

Lampiran tambahan.indb 195 22/08/2017 11.07.12


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-196

23. Hibah Pemerintah


a. Hibah Pemerintah yang terkait dengan Aset, termasuk hibah nonmoneter pada
Nilai Wajar, disajikan dalam laporan posisi keuangan, baik disajikan sebagai
penghasilan ditangguhkan atau dicatat sebagai pengurang nilai tercatat Aset.
b. Hibah Pemerintah yang terkait penghasilan dapat disajikan sebagai kredit dalam
laporan laba rugi komprehensif baik secara terpisah atau dalam pos umum
seperti “pendapatan lainnya” atau sebagai pengurang dalam beban terkait.
24. Segmen Operasi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan informasi terkait Segmen
Operasi untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi sifat
dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis dan lingkungan ekonomi Emiten atau
Perusahaan Publik.
25. Penurunan Nilai Aset Nonkeuangan
a. Emiten atau Perusahaan Publik wajib melakukan penilaian pada setiap akhir
periode pelaporan untuk mengetahui adanya indikasi atau bukti obyektif
penurunan nilai atas suatu aset nonmoneter .
b. Dalam hal terdapat indikasi atau bukti obyektif penurunan nilai atas suatu
aset nonmoneter sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Emiten atau
Perusahaan Publik wajib mengestimasi jumlah terpulihkan Aset tersebut.
c. Emiten atau Perusahaan Publik wajib membandingkan nilai tercatat dengan
jumlah terpulihkan secara tahunan, untuk Aset di bawah ini:
1) Aset Takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas;
2) Aset Takberwujud yang belum dapat digunakan; dan
3) goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis.
d. Jika jumlah terpulihkan Aset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka jumlah
tercatat Aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Selisih antara
jumlah terpulihkan dengan jumlah tercatat adalah rugi penurunan nilai.
e. Emiten atau Perusahaan Publik yang menggunakan model biaya baik untuk Aset
Tetap maupun Properti Investasi, mengakui rugi penurunan nilai Aset dalam
laba rugi.
f. Emiten atau Perusahaan Publik yang menggunakan model revaluasian mengakui
kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian dalam pendapatan komprehensif
lain dengan mengurangi surplus revaluasi untuk Aset tersebut, sepanjang
kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk Aset
yang sama. Selisih lebih rugi penurunan nilai atas surplus revaluasi diakui dalam
laba rugi.
26. Instrumen Keuangan
a. Aset Keuangan
1) Aset keuangan selain investasi pada Sukuk
a) Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur dengan menggunakan
Nilai Wajar.
b) Dalam hal aset keuangan tidak diklasifikasikan sebagai diukur pada
Nilai Wajar melalui laba rugi, Nilai Wajar sebagaimana dimaksud dalam

Lampiran tambahan.indb 196 22/08/2017 11.07.12


Lampiran 17
L-197

huruf a) ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara


langsung dengan perolehan aset keuangan tersebut.
c) Klasifikasi aset keuangan
Aset keuangan selain investasi pada Sukuk harus diklasifikasikan ke
dalam salah satu kategori sebagai berikut:
(1) aset keuangan yang diukur pada Nilai Wajar melalui laba rugi.
(a) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aset keuangan
yang memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
i. diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan;
atau
ii. pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik untuk diukur pada
Nilai Wajar melalui laba rugi.
(b) setelah pengakuan awal, Emiten atau Perusahaan Publik
mengukur Aset tersebut pada Nilai Wajar, tanpa dikurangi
biaya transaksi yang mungkin terjadi saat penjualan atau
pelepasan lain.
(2) investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo.
(a) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta Emiten
atau Perusahaan Publik mempunyai intensi dan kemampuan
untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh
tempo.
(b) Setelah pengakuan awal, Emiten atau Perusahaan Publik
mengukur Aset tersebut pada biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
(3) pinjaman yang diberikan dan piutang.
(a) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar
aktif.
(b) Keuntungan atau kerugian diakui dalam laba rugi pada
saat pinjaman yang diberikan dan piutang dihentikan
pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, serta
melalui proses amortisasi.
(c) Setelah pengakuan awal, Emiten atau Perusahaan
Publik mengukur Aset tersebut pada biaya perolehan
diamortisasi dengan menggunakan metode suku
bunga efektif.
(4) aset keuangan yang tersedia untuk dijual.
(a) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aset
keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai

Lampiran tambahan.indb 197 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-198

tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan


sebagaimana dimaksud dalam angka (1), angka (2),
atau angka (3).
(b) Setelah pengakuan awal, Emiten atau Perusahaan
Publik mengukur Aset tersebut pada Nilai Wajar,
tanpa harus dikurangi biaya transaksi yang mungkin
terjadi saat penjualan atau pelepasan lain.
d) Dalam hal investasi dalam instrumen ekuitas tidak memiliki kuotasi
harga di pasar aktif dan Nilai Wajarnya tidak dapat diukur secara andal,
serta derivatif yang terkait dengan dan diselesaikan melalui penyerahan
instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif
tersebut, maka diukur pada biaya perolehan.
e) Emiten atau Perusahaan Publik dilarang mengklasifikasikan aset
keuangan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo, apabila dalam
tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya, telah
menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo
dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum
jatuh tempo (dibandingkan dengan total nilai investasi dimiliki hingga
jatuh tempo), dan tidak memenuhi kriteria pengecualian atas penjualan
atau reklasifikasi seperti yang diatur oleh SAK.
f) Dalam hal terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dimiliki
hingga jatuh tempo sebagaimana dimaksud dalam huruf e), maka
sisa investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo wajib
direklasifikasikan menjadi investasi dalam kelompok tersedia untuk
dijual.
g) Aset keuangan diukur pada Nilai Wajar melalui laba rugi dan tersedia
untuk dijual dapat diklasifikasi ke pinjaman yang diberikan dan piutang
apabila memenuhi ketentuan sebagai pinjaman yang diberikan dan
piutang, serta terdapat intensi dan kemampuan memiliki untuk masa
mendatang yang dapat diperkirakan atau sampai jatuh tempo.
h) Dalam hal aset atau liabilitas keuangan telah ditetapkan oleh Emiten
atau Perusahaan Publik untuk diukur pada Nilai Wajar melalui laba
rugi tidak dapat direklasifikasi menjadi kategori lainnya.
i) Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan Emiten atau
Perusahaan Publik menyajikan nilai netonya dalam laporan posisi
keuangan hanya apabila:
(1) terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling
hapus atas jumlah yang telah diakui dari aset keuangan dan
liabilitas keuangan tersebut; dan
(2) bermaksud untuk menyelesaikan dengan menggunakan dasar neto
atau untuk merealisasikan Aset dan menyelesaikan Liabilitasnya
secara bersamaan.

Lampiran tambahan.indb 198 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-199

j) Pada setiap tanggal periode pelaporan, Emiten atau Perusahaan Publik


mengevaluasi adanya bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau
kelompok aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan yang
diamortisasi, biaya perolehan, atau tersedia untuk dijual, mengalami
penurunan nilai. Dalam hal terdapat kerugian penurunan nilai
berdasarkan metode yang diatur dalam SAK, kerugian tersebut diakui
dalam laba rugi.
k) Pembelian dan penjualan aset keuangan secara reguler untuk setiap
kategori aset keuangan, dicatat pada tanggal transaksi, kecuali untuk
industri tertentu yang diperkenankan oleh regulator terkait untuk
dicatat pada tanggal penyelesaian.
2) Investasi pada Sukuk
Investasi pada Sukuk ijarah dan Sukuk mudharabah dapat diklasifikasikan
sebagai diukur pada biaya perolehan atau diukur pada Nilai Wajar.
a) Diukur pada Biaya Perolehan
(1) Investasi diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan
apabila investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang
bertujuan utama untuk memperoleh arus kas kontraktual dan
terdapat persyaratan kontraktual dalam menentukan tanggal
tertentu pembayaran pokok dan/atau hasilnya.
(2) Biaya perolehan Sukuk termasuk biaya transaksi.
(3) Selisih antara biaya perolehan dan nilai nominal diamortisasi
secara garis lurus selama jangka waktu Sukuk.
(4) Rugi penurunan nilai diakui jika jumlah terpulihkan lebih kecil
dari jumlah tercatat dan disajikan sebagai rugi penurunan nilai
di dalam laba rugi.
b) Diukur pada Nilai wajar
(1) Nilai Wajar, ditentukan dengan mengacu pada urutan sebagai
berikut:
(a) kuotasi harga di pasar aktif;
(b) harga yang terjadi dari transaksi terkini, apabila tidak ada
kuotasi harga di pasar aktif; atau
(c) Nilai Wajar instrumen sejenis, apabila tidak ada kuotasi
harga di pasar aktif dan tidak ada harga yang terjadi dari
transaksi terkini.
(2) Biaya perolehan Sukuk tidak termasuk biaya transaksi.
(3) Selisih antara Nilai Wajar dan jumlah tercatat diakui dalam laba
rugi.
3) Penghentian Pengakuan Aset Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik menghentikan pengakuan aset keuangan
hanya apabila:
a) hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut
berakhir; atau

Lampiran tambahan.indb 199 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-200

b) Emiten atau Perusahaan Publik mentransfer aset keuangan dan transfer


tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan.
b. Liabilitas Keuangan
1) Liabilitas Keuangan selain Sukuk
a) Pada saat pengakuan awal diukur dengan menggunakan Nilai Wajar.
b) Dalam hal liabilitas keuangan tidak diklasifikasikan sebagai diukur pada
Nilai Wajar melalui laba rugi, Nilai Wajar tersebut ditambah biaya transaksi
yang dapat diatribusikan secara langsung dengan penerbitan liabilitas
keuangan tersebut.
c) Pengukuran setelah pengakuan awal atas liabilitas keuangan bergantung
pada klasifikasi:
(1) liabilitas keuangan yang diukur pada Nilai Wajar melalui laba rugi, yaitu
mencakup:
(a) liabilitas keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok
diperdagangkan; dan
(b) liabilitas keuangan yang pada saat pengakuan awalnya, telah
ditetapkan untuk diukur pada Nilai Wajar melalui laba rugi.
(2) keuntungan atau kerugian atas perubahan Nilai Wajar Liabilitas dalam
kelompok diperdagangkan harus diakui dalam laba rugi.
(3) liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif dan beban
amortisasinya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
2) Sukuk
Sukuk yang diterbitkan pada umumnya menggunakan akad ijarah dan
mudharabah.
a) Sukuk Ijarah
(1) Sukuk ijarah disajikan sebagai Liabilitas secara neto setelah premium
atau diskonto dan biaya transaksi yang belum diamortisasi.
(2) Sukuk dapat disajikan sebagai liabilitas jangka pendek atau liabilitas
jangka panjang sesuai dengan jatuh tempo Sukuk tersebut.
b) Sukuk Mudharabah
(1) Sukuk mudharabah disajikan sebesar nilai nominal sebagai dana syirkah
temporer.
(2) Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik tidak menyajikan dana
syirkah temporer secara terpisah dari Liabilitas dan ekuitas, maka Sukuk
mudharabah disajikan dalam Liabilitas yang terpisah dari Liabilitas lain
dalam urutan yang paling akhir.
(3) Bagi hasil yang menjadi hak investor Sukuk mudharabah diakui sebagai
pengurang pendapatan, bukan sebagai beban.
3) Penghentian pengakuan liabilitas keuangan
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban yang ditetapkan
dalam kontrak dihentikan, dibatalkan, atau kadaluwarsa.

Lampiran tambahan.indb 200 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-201

27. Revaluasi Aset


a. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menggunakan model revaluasi untuk
Aset Tetap atau Aset Takberwujud, atau model Nilai Wajar untuk Properti
Investasi, maka Emiten atau Perusahaan Publik wajib menggunakan Penilai
dalam penentuan Nilai Wajarnya.
b. Penilai yang digunakan adalah penilai yang terdaftar di Bapepam dan LK.
c. Frekuensi penilaian yang melibatkan Penilai wajib dilakukan dengan keteraturan
yang cukup untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan Nilai Wajar pada
tanggal laporan posisi keuangan.
d. Aset yang mengalami perubahan Nilai Wajar secara signifikan dan fluktuatif
wajib direvaluasi secara tahunan.
e. Aset yang tidak mengalami perubahan Nilai Wajar secara signifikan wajib
direvaluasi paling kurang setiap 3 (tiga) tahun.
28. Operasi yang Dihentikan
a. Operasi yang dihentikan adalah komponen Emiten atau Perusahaan Publik yang
telah dilepaskan atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, dan:
1) mewakili lini usaha atau area geografis operasi utama yang terpisah;
2) bagian dari rencana tunggal terkoordinasi untuk melepaskan lini usaha
atau area geografis operasi utama yang terpisah; atau
3) entitas anak yang diperoleh secara khusus dengan tujuan dijual kembali.
b. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik berhenti untuk mengklasifikasikan
suatu komponen sebagai dimiliki untuk dijual, maka hasil operasi komponen
tersebut yang sebelumnya disajikan dalam operasi yang dihentikan
diklasifikasikan kembali dan termasuk dalam penghasilan dari operasi yang
dilanjutkan untuk semua periode sajian.
c. Setiap keuntungan atau kerugian dalam pengukuran kembali aset tidak lancar
atau kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, yang
tidak memenuhi definisi operasi yang dihentikan, dimasukkan dalam laba (rugi)
dari operasi yang dilanjutkan.

B. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


1. Laporan Posisi Keuangan
a. Pengertian
1) Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menggambarkan posisi
keuangan, yang menunjukkan Aset, Liabilitas, dan ekuitas dari suatu
Emiten atau Perusahaan Publik pada tanggal tertentu.
2) Dalam laporan posisi keuangan, aset lancar dan tidak lancar serta
liabilitas jangka pendek dan jangka panjang disajikan sebagai klasifikasi
yang terpisah, kecuali untuk industri tertentu dimungkinkan penyajian
berdasarkan likuiditas apabila hal tersebut memberikan informasi yang
lebih relevan dan dapat diandalkan. Dalam hal pengecualian tersebut

Lampiran tambahan.indb 201 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-202

diterapkan, maka Emiten atau Perusahaan Publik menyajikan seluruh Aset


dan Liabilitas berdasarkan urutan likuiditas.
b.Komponen Utama 1) Aset
a) Aset lancar, antara lain terdiri dari:
(1) Kas dan Setara Kas;
(2) piutang usaha, antara lain terdiri dari;
(a) pihak ketiga;
(b) pihak berelasi;
(3) aset keuangan lancar lainnya;
(4) persediaan;
(5) pajak dibayar dimuka;
(6) biaya dibayar dimuka; dan
(7) Aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual.
b) Aset tidak lancar, antara lain terdiri dari:
(1) piutang pihak berelasi non-usaha;
(2) aset keuangan tidak lancar lainnya;
(3) investasi pada entitas asosiasi;
(4) Properti Investasi;
(5) Aset Tetap;
(6) Aset Takberwujud; dan
(7) aset pajak tangguhan.

2) Liabilitas
a) Liabilitas jangka pendek, antara lain terdiri dari:
(1) utang usaha;
(2) beban akrual;
(3) utang pajak;
(4) liabilitas imbalan kerja jangka pendek;
(5) bagian lancar atas liabilitas jangka panjang;
(6) liabilitas keuangan jangka pendek lainnya;
(7) liabilitas atas pembayaran berbasis saham jangka pendek;
(8) provisi jangka pendek; dan
(9) Liabilitas terkait aset atau kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual.
b) Liabilitas jangka panjang, antara lain terdiri dari:
(1) utang bank dan lembaga keuangan jangka panjang;
(2) utang pihak berelasi non-usaha;
(3) utang sewa pembiayaan;
(4) utang obligasi;
(5) Sukuk;
(6) obligasi konversi;
(7) liabilitas keuangan jangka panjang lainnya;
(8) liabilitas atas pembayaran berbasis saham jangka panjang;
(9) liabilitas imbalan kerja jangka panjang;

Lampiran tambahan.indb 202 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-203

(10) liabilitas pajak tangguhan;


(11) utang subordinasi; dan
(12) provisi jangka panjang.

3) Ekuitas
a) Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, antara lain terdiri
dari:
(1) modal saham;
(2) tambahan modal disetor (additional paid-in capital);
(3) selisih transaksi dengan pihak nonpengendali;
(4) saham treasuri;
(5) saldo laba; dan
(6) pendapatan komprehensif lainnya.
b) Kepentingan nonpengendali.
c. Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyesuaikan komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam huruf b dengan karakteristik industri Emiten atau
Perusahaan Publik, hanya apabila penyajian tersebut relevan untuk memahami
posisi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
d. Penjelasan Komponen Utama
1) Aset
a) Pengklasifikasian dan pengukuran Aset yang memenuhi kriteria aset
keuangan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
huruf A angka 26 huruf a.
b) Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, apabila Aset tersebut memenuhi
kriteria:
(1) diharapkan akan direalisasikan, dimaksudkan untuk dijual, atau
digunakan dalam siklus operasi normal;
(2) dimiliki untuk tujuan diperdagangkan;
(3) diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan setelah periode pelaporan; atau
(4) berupa Kas atau Setara Kas, kecuali Aset tersebut dibatasi
pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan
Liabilitas paling kurang 12 (dua belas) bulan setelah periode
pelaporan.
c) Emiten atau Perusahaan Publik mengklasifikasikan Aset yang tidak
termasuk kriteria sebagaimana dimaksud dalam huruf b) sebagai aset
tidak lancar.
d) Emiten atau Perusahaan Publik tidak boleh mengklasifikasikan aset
pajak tangguhan sebagai aset lancar.
e) Aset lancar dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:
(1) Kas dan Setara Kas
(a) Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro
(demand deposit).

Lampiran tambahan.indb 203 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-204

(b) Instrumen yang dapat diklasifikasikan sebagai Setara Kas


antara lain adalah:
i. deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam
waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dari tanggal
penempatannya serta tidak dijaminkan; dan
ii. instrumen pasar uang yang diperoleh dan dapat
dicairkan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 (tiga)
bulan.
(2) Piutang Usaha
Pos ini merupakan piutang dari pendapatan yang terjadi dalam hubungannya
dengan kegiatan usaha normal Emiten atau Perusahaan Publik, baik yang
berasal dari pihak ketiga maupun yang berasal dari pihak berelasi.
(3) Aset Keuangan Lancar Lainnya
Pos ini merupakan aset keuangan (termasuk investasi pada Sukuk) yang
bersifat lancar, selain aset keuangan yang berupa Kas dan Setara Kas serta
piutang usaha.
(4) Persediaan
(a) Persediaan adalah Aset:
i. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
ii. dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
iii. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
(b) Persediaan wajib disajikan sebesar biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah.
(5) Pajak Dibayar Dimuka
(a) Pos ini antara lain berupa:
i. kelebihan pembayaran pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai,
yang akan ditagih kembali atau dikompensasikan terhadap
liabilitas pajak masa berikutnya.
ii. aset pajak kini yaitu selisih lebih antara jumlah pajak yang telah
dibayar untuk periode kini dan periode lalu dibandingkan dengan
jumlah pajak terutang untuk periode-periode tersebut.
(b) Aset pajak kini disajikan sebesar jumlah ekspektasi direstitusi
dari otoritas perpajakan.
(c) Aset pajak kini harus dikompensasi dengan liabilitas pajak
kini dan jumlah netonya disajikan pada laporan posisi
keuangan hanya apabila entitas:
i. memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum
untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang
diakui; dan
ii. bermaksud untuk menyelesaikan dengan dasar neto
atau merealisasikan Aset dan menyelesaikan Liabilitas
secara bersamaan.

Lampiran tambahan.indb 204 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-205

Kompensasi ini tidak dilakukan apabila pajak tersebut


untuk entitas hukum yang berbeda dalam suatu
Laporan Keuangan Konsolidasian.
(6) Biaya Dibayar Dimuka
Pos ini merupakan biaya yang telah dibayar namun pembebanannya baru
akan dilakukan pada periode yang akan datang, seperti premi asuransi
dibayar dimuka, bunga dibayar dimuka, dan sewa dibayar dimuka.
(7) Aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual
(a) Pos ini berasal dari aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Aset ini wajib dalam
keadaan dapat dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum
diperlukan dalam penjualan Aset tersebut dan penjualannya sangat
mungkin terjadi (highly probable).
(b) Aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual
disajikan pada nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan Nilai
Wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual.

f) Aset Tidak Lancar


Aset tidak lancar antara lain terdiri dari:
(1) Piutang pihak berelasi non-usaha
Pos ini merupakan piutang yang terjadi sebagai akibat dari
transaksi dengan pihak berelasi yang bukan berasal dari kegiatan
usaha normal Emiten atau Perusahaan Publik. Piutang pihak
berelasi non-usaha dapat disajikan sebagai aset lancar hanya
apabila hal tersebut dapat dibuktikan dan wajib diungkapkan
alasannya.
(2) Aset keuangan tidak lancar lainnya
Pos ini merupakan aset keuangan termasuk investasi pada Sukuk
yang bersifat tidak lancar, selain dari piutang pihak berelasi non-
usaha.
(3) Investasi pada Entitas Asosiasi
(a) Pos ini merupakan investasi Emiten atau Perusahaan Publik
pada entitas asosiasi, termasuk entitas nonkorporasi seperti
persekutuan, yang dipengaruhi secara signifikan oleh Emiten
atau Perusahaan Publik.
(b) Pengaruh Signifikan dianggap ada ketika Emiten atau
Perusahaan Publik memiliki secara langsung atau tidak
langsung 20% (dua puluh perseratus) atau lebih hak suara
suatu entitas, kecuali dapat dibuktikan dengan jelas bahwa
Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki Pengaruh
Signifikan.
(c) Pengaruh Signifikan juga ada ketika Emiten atau Perusahaan
Publik memiliki kurang dari 20% (dua puluh perseratus) hak

Lampiran tambahan.indb 205 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-206

suara suatu entitas, namun dapat dibuktikan dengan jelas


bahwa Emiten atau Perusahaan Publik memiliki Pengaruh
Signifikan.
(4) Properti Investasi
(a) Properti Investasi diakui sebagai Aset hanya apabila:
i. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan
dari Aset yang tergolong Properti Investasi akan
diterima oleh Emiten atau Perusahaan Publik; dan
ii. biaya perolehan Properti Investasi dapat diukur
dengan andal.
(b) Properti Investasi pada awalnya diukur sebesar biaya
perolehan, termasuk biaya transaksi.
(c) Setelah pengakuan awal, Emiten atau Perusahaan Publik
wajib memilih model nilai wajar atau model biaya sebagai
kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
pada seluruh Properti Investasi.
i. Model Nilai Wajar
Dalam model ini, Properti Investasi dicatat pada nilai
wajar pada tanggal pelaporan.
ii. Model biaya
Dalam model ini, Properti Investasi dicatat pada
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai.
(5) Aset Tetap
(a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan nilai dari
Aset yang termasuk dalam kelompok Aset Tetap sebagai Aset
Tetap pemilikan langsung dan aset sewa pembiayaan.
i. Aset Tetap Pemilikan Langsung
Pos ini merupakan Aset Tetap yang dimiliki Emiten
atau Perusahaan Publik yang terdiri dari:
i) Aset Tetap yang siap pakai
(i) Aset Tetap yang siap pakai pada awalnya wajib
diukur sebesar biaya perolehan.
(ii) Setelah pengakuan awal, Emiten atau Perusahaan
Publik wajib memilih model biaya atau model
revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan
menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh
Aset Tetap dalam kelompok yang sama.
1. Model biaya
Dalam model ini, Aset Tetap dicatat pada
biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai.

Lampiran tambahan.indb 206 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-207

2. Model revaluasi
Dalam model ini, Aset Tetap dicatat pada
jumlah revaluasian, yaitu sebesar Nilai
Wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai yang terjadi setelah
tanggal revaluasi.
ii) Aset tetap dalam pembangunan
(i) Pos ini merupakan Aset yang dibangun sendiri
dan tidak ditujukan sebagai Properti Investasi
pada saat siap dipakai.
(ii) Aset ini dinyatakan sebesar biaya yang telah
dikeluarkan.
ii. Aset Sewa Pembiayaan
i) Pos ini merupakan Aset Tetap yang diperoleh
melalui transaksi sewa pembiayaan (finance
lease). Pos ini awalnya disajikan sebesar Nilai
Wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari
pembayaran sewa minimum, apabila nilai kini
lebih rendah dari Nilai Wajar.
ii) Dalam hal pos ini diklasifikasikan sebagai aset
sewa pembiayaan yang dimiliki untuk dijual,
maka pos ini wajib direklasifikasi ke aset tidak
lancar atau kelompok lepasan yang dimiliki
untuk dijual.
(6) Aset Takberwujud
(a) Aset Takberwujud dapat diakui hanya apabila:
i. kemungkinan besar akan diperoleh manfaat ekonomi
masa depan dari Aset tersebut; dan
ii. biaya perolehan Aset tersebut dapat diukur secara
andal.
(b) Aset Takberwujud pada awalnya diakui sebesar biaya
perolehan atau jumlah yang diatribusikan ke Aset tersebut
saat pertama kali diakui, apabila dapat diterapkan.
(c) Setelah pengakuan awal, pencatatan Aset Takberwujud
dapat dibagi menjadi 2 (dua) model, yaitu:
i. Model biaya
Dalam model ini, Aset Takberwujud dicatat pada
biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan
akumulasi rugi penurunan nilai.
ii. Model revaluasi
Dalam model ini, Aset Takberwujud dicatat pada
jumlah revaluasian, yaitu sebesar Nilai Wajar pada

Lampiran tambahan.indb 207 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-208

tanggal revaluasi dikurangi akumulasi amortisasi dan


akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah
tanggal revaluasi.
(d) Aset Takberwujud dengan umur manfaat terbatas
diamortisasi secara sistematis selama umur manfaatnya.
(e) Aset Takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak
perlu diamortisasi, namun secara tahunan wajib dilakukan
perbandingan antara nilai tercatat dengan nilai yang dapat
dipulihkan.
(7) Aset Pajak Tangguhan
(a) Pos ini merupakan jumlah pajak penghasilan yang dapat
dipulihkan pada periode mendatang sebagai akibat
adanya:
i. perbedaan temporer yang dapat dikurangkan; dan
ii. akumulasi rugi pajak belum dikompensasi.
(b) Aset pajak tangguhan wajib dikompensasi dengan liabilitas
pajak tangguhan dan jumlah netonya disajikan pada laporan
posisi keuangan hanya apabila:
i. entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara
hukum untuk saling hapus aset pajak kini terhadap
liabilitas pajak kini; dan
ii. aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan
terkait dengan pajak penghasilan yang dikenakan oleh
otoritas perpajakan yang sama atas entitas kena pajak
yang sama.
(c) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengkaji ulang
jumlah tercatat aset pajak tangguhan pada akhir periode
pelaporan.
(d) Dalam hal terjadi pengurangan jumlah tercatat aset pajak
tangguhan, maka Emiten atau Perusahaan Publik melakukan
pembalikan atas aset pajak tangguhan tersebut sebesar
jumlah yang dikurangkan.
2) Liabilitas
a) Pengklasifikasian dan pengukuran Liabilitas yang memenuhi kriteria
liabilitas keuangan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam huruf A angka 26 huruf b.
b) Liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek apabila
Liabilitas tersebut memenuhi kriteria:
(1) diharapkan akan diselesaikan dalam siklus operasi normal;
(2) dimiliki untuk tujuan diperdagangkan;
(3) jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan setelah periode pelaporan; atau

Lampiran tambahan.indb 208 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-209

(4) tidak terdapat hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian


Liabilitas selama paling kurang 12 (dua belas) bulan setelah
periode pelaporan.
c) Emiten atau Perusahaan Publik mengklasifikasi Liabilitas yang tidak
termasuk kategori sebagaimana dimaksud dalam huruf b) sebagai
liabilitas jangka panjang.
d) Liabilitas jangka pendek dapat diklasifikasikan antara lain sebagai
berikut:
(1) utang usaha.
Pos ini merupakan Liabilitas untuk membayar barang atau jasa
yang telah diterima atau dipasok dan telah ditagih melalui faktur
atau secara formal sudah disepakati dengan pemasok.
(2) beban akrual.
Pos ini merupakan Liabilitas untuk membayar barang atau jasa
yang telah diterima atau dipasok, tetapi belum dibayar, ditagih
atau secara formal disepakati dengan pemasok.
(3) utang pajak
(a) Pos ini merupakan:
i. liabilitas pajak Emiten atau Perusahaan Publik dan pajak
lainnya yang belum dibayar; dan
ii. liabilitas pajak kini, yaitu jumlah pajak penghasilan kini
dan periode sebelumnya yang belum dibayar.
(b) Liabilitas pajak kini harus dikompensasi dengan aset pajak
kini dan jumlah netonya disajikan pada laporan posisi
keuangan hanya apabila entitas:
i. memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum
untuk melakukan saling hapus jumlah yang diakui;
dan
ii. bermaksud untuk menyelesaikan dengan dasar neto,
atau merealisasikan Aset dan menyelesaikan Liabilitas
secara bersamaan.
Kompensasi ini tidak dilakukan apabila pajak tersebut
untuk entitas hukum yang berbeda dalam suatu
Laporan Keuangan Konsolidasian.
(4) Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek
(a) Pos ini merupakan liabilitas imbalan kerja (selain dari
pesangon pemutusan kontrak kerja) yang jatuh tempo dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan
saat pekerja memberikan jasa.
(b) Imbalan kerja jangka pendek meliputi imbalan moneter
(antara lain upah, gaji, dan iuran jaminan sosial) dan
nonmoneter (antara lain imbalan kesehatan, rumah, dan
barang yang diberikan melalui subsidi atau cuma-cuma).

Lampiran tambahan.indb 209 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-210

(c) Pos ini disajikan sebesar selisih antara jumlah tak- terdiskonto
(undiscounted amount) atas imbalan kerja jangka pendek
yang diperkirakan untuk dibayar sebagai imbalan atas
jasa yang telah diberikan oleh pekerja kepada Emiten atau
Perusahaan Publik dengan jumlah yang telah dibayar kepada
pekerja dalam periode berjalan.
(d) Dalam hal jumlah yang telah dibayarkan lebih besar dari pada
jumlah tak-terdiskonto dari imbalan tersebut, maka Emiten
atau Perusahaan Publik wajib mengakui kelebihan tersebut
sebagai Aset (biaya dibayar dimuka) sejauh pembayaran
tersebut akan menimbulkan manfaat ekonomis di masa
mendatang.
(5) Bagian lancar atas Liabilitas Jangka Panjang
Pos ini merupakan bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh
tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan. Pos ini disajikan dengan rincian antara lain:
(a) utang bank dan lembaga keuangan jangka panjang;
(b) utang sewa pembiayaan;
(c) utang obligasi; dan
(d) Sukuk.
(6) Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya
Pos ini mencakup seluruh Liabilitas keuangan yang bersifat
jangka pendek, yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam angka
(1), angka (2), dan angka (5).
(7) Liabilitas atas Pembayaran Berbasis Saham Jangka Pendek
(a) Pos ini merupakan Liabilitas yang terjadi dari transaksi
pembayaran berbasis saham yang diharapkan akan
diselesaikan dengan Kas dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan setelah akhir periode pelaporan.
(b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengukur barang atau
jasa yang diperoleh dan Liabilitas terkait sebesar Nilai Wajar
Liabilitas.
(8) Provisi Jangka Pendek
(a) Pos ini merupakan provisi yang diharapkan akan diselesaikan
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir
periode pelaporan.
(b) Provisi diakui apabila :
i. memiliki kewajiban kini yang bersifat hukum atau
konstruktif sebagai akibat peristiwa masa lalu;
ii. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi; dan
iii. terdapat estimasi yang andal.

Lampiran tambahan.indb 210 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-211

(c) Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang


berhubungan langsung dengan tujuan pembentukan
provisi.
(9) Liabilitas terkait Aset atau Kelompok Lepasan yang Dimiliki
untuk Dijual
Pos ini merupakan Liabilitas yang berhubungan langsung dengan
aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual.
e) Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas jangka panjang antara lain terdiri dari:
(1) Utang Bank dan Lembaga Keuangan Jangka Panjang
Pos ini merupakan Liabilitas Emiten atau Perusahaan Publik kepada pihak
bank atau lembaga keuangan lainnya yang diperkirakan penyelesaiannya
dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi normal Emiten
atau Perusahaan Publik atau jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan.
(2) Utang Pihak Berelasi Non-Usaha
(a) Pos ini merupakan Liabilitas yang terjadi sebagai akibat dari transaksi
dengan pihak berelasi, yang tidak terkait dengan kegiatan usaha normal
Emiten atau Perusahaan Publik.
(b) Utang pihak berelasi non-usaha dapat disajikan sebagai liabilitas jangka
pendek apabila memenuhi kriteria sebagai liabilitas jangka pendek.
(3) Utang Sewa Pembiayaan
(a) Pos ini merupakan Liabilitas Emiten atau Perusahaan Publik kepada
pemberi sewa (lessor) sehubungan dengan sewa pembiayaan (finance
lease) atas penggunaan Aset oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
(b) Pos ini disajikan sebesar Nilai Wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini
dari pembayaran sewa minimum, apabila nilai kini lebih rendah dari
Nilai Wajar.
(4) Utang Obligasi
(a) Pos ini merupakan Liabilitas Emiten atau Perusahaan Publik kepada
pemegang obligasi sehubungan dengan penerbitan obligasi.
(b) Biaya emisi obligasi, kecuali obligasi konversi, merupakan biaya
transaksi yang dapat diatribusikan langsung dengan penerbitan dan
wajib dikurangkan dari hasil emisi dalam rangka menentukan hasil
emisi neto obligasi tersebut.
(c) Selisih antara hasil emisi neto dengan nilai nominal merupakan diskonto
atau premium yang wajib diamortisasi dengan menggunakan metode
suku bunga efektif selama jangka waktu obligasi tersebut.
(5) Sukuk
Pos ini merupakan Sukuk yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan
Publik. Sukuk yang diterbitkan pada umumnya menggunakan akad ijarah
dan mudharabah.

Lampiran tambahan.indb 211 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-212

(a) Sukuk Ijarah


i. Biaya emisi Sukuk ijarah merupakan biaya transaksi yang dapat
diatribusikan langsung dengan penerbitan dan wajib dikurangkan
dari hasil emisi dalam rangka menentukan hasil emisi neto Sukuk
ijarah tersebut.
ii. Selisih antara hasil emisi neto dengan nilai nominal merupakan
diskonto atau premium yang wajib diamortisasi secara garis lurus
selama jangka waktu Sukuk ijarah tersebut.
(b) Sukuk Mudharabah
i. Biaya emisi Sukuk mudharabah merupakan biaya transaksi yang
dapat diatribusikan langsung dengan penerbitan dan diakui secara
terpisah dari Sukuk mudharabah sebagai beban ditangguhkan
dan diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu Sukuk
mudharabah.
ii. Amortisasi tersebut disajikan sebagai beban penerbitan Sukuk
mudharabah.
(6) Obligasi Konversi
(a) Pos ini merupakan utang obligasi yang dapat dikonversikan menjadi
saham Emiten atau Perusahaan Publik di masa yang akan datang.
(b) Pada saat pengakuan awal, harus dilakukan pemisahan obligasi konversi
kedalam komponen Liabilitas dan ekuitas. Komponen ekuitas dari suatu
obligasi konversi adalah jumlah residu dari Nilai Wajar obligasi konversi
secara keseluruhan dikurangi dengan nilai komponen Liabilitas yang
ditetapkan secara terpisah.
(c) Nilai Wajar dari komponen Liabilitas pada saat pengakuan awal adalah
nilai kini (present value) arus kas kontraktual masa depan, yang
didiskontokan dengan tingkat suku bunga pasar yang digunakan pada
instrumen dengan kualitas kredit yang setara, dengan arus kas yang
secara substansial sama, dan jangka waktu yang sama, tetapi tanpa opsi
konversi.
(d) Pos ini disajikan sebesar Nilai Wajar setelah memperhitungkan biaya
emisi obligasi konversi.
(e) Biaya emisi obligasi konversi merupakan biaya transaksi yang dapat
diatribusikan langsung dengan perolehan atau penerbitan yang wajib
dialokasikan secara proporsional pada komponen Liabilitas dan
ekuitas.
(f) Selisih antara komponen Liabilitas neto dengan nilai nominal obligasi
konversi merupakan diskonto atau premium yang wajib diamortisasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif selama jangka waktu
obligasi konversi tersebut.
(7) Liabilitas Keuangan Jangka Panjang Lainnya
Pos ini mencakup seluruh Liabilitas keuangan yang bersifat jangka panjang,
yang tidak dapat dikelompokkan dalam angka

Lampiran tambahan.indb 212 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-213

(1) , angka (2), angka (3), angka (4), angka (5), angka (6), dan angka (11).
(8) Liabilitas atas Pembayaran Berbasis Saham Jangka Panjang Pos ini
merupakan Liabilitas yang terjadi dari transaksi pembayaran berbasis
saham yang diharapkan akan diselesaikan dengan Kas dalam jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan.
(9) Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang
Pos ini merupakan Liabilitas yang terjadi dari imbalan kerja yang jatuh
tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat
pekerja memberikan jasanya.
(10) Liabilitas Pajak Tangguhan
(a) Pos ini merupakan jumlah pajak penghasilan yang terutang pada
periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena
pajak.
(b) Liabilitas pajak tangguhan wajib dikompensasi dengan aset pajak
tangguhan dan jumlah netonya disajikan pada laporan posisi keuangan
hanya apabila:
i. entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk
saling hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini; dan
ii. aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan
pajak penghasilan yang dikenakan oleh otoritas perpajakan yang
sama atas entitas kena pajak yang sama.
(11) Utang Subordinasi
Pos ini merupakan utang yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian
subordinasi, dimana kedudukan hak pemberi pinjaman subordinasi adalah
lebih rendah daripada kedudukan hak pemberi pinjaman lain.
(12) Provisi Jangka Panjang
Pos ini merupakan provisi yang diharapkan akan diselesaikan dalam jangka
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan.
3) Ekuitas
a) Pos ini merupakan hak pemilik dalam Emiten atau Perusahaan Publik, yaitu
selisih antara Aset dan Liabilitas yang ada.
b) Pos ekuitas dalam laporan posisi keuangan wajib memisahkan:
(1) Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk:
(a) Modal Saham Pos ini terdiri dari:
i. Modal Dasar
Pos ini menyajikan jumlah saham, nilai nominal saham, atau nilai
dari saham yang tidak memiliki nilai nominal, untuk setiap jenis
saham, sesuai dengan anggaran dasar Emiten atau Perusahaan
Publik.
ii. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Pos ini menyajikan jumlah saham, untuk setiap jenis saham, yang
telah ditempatkan dan disetor penuh.
(b) Tambahan Modal Disetor (Additional Paid-in Capital)

Lampiran tambahan.indb 213 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-214

Pos ini disajikan secara neto dengan menjumlahkan pos­pos berikut


ini:
i. Agio Saham
i) Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham diatas
nilai nominal, setelah dikurangi biaya emisi Efek ekuitas.
ii) Biaya emisi Efek ekuitas merupakan biaya yang berkaitan
dengan penerbitan Efek ekuitas Emiten atau Perusahaan
Publik, sebagaimana diatur oleh Bapepam dan LK.
iii) Biaya-biaya yang tidak termasuk dalam pos biaya emisi Efek
ekuitas meliputi biaya yang berkaitan dengan pencatatan
saham di Bursa Efek atas saham yang sudah beredar, biaya
yang berkaitan dengan dividen saham dan pemecahan
saham, dan biaya lain yang tidak dapat diatribusikan
langsung dalam penerbitan Efek ekuitas.
ii. Selisih Modal dari Transaksi Saham Treasuri
Pos ini merupakan selisih antara harga perolehan kembali dan
harga jual kembali saham treasuri.
iii. Selisih Kurs atas Modal Disetor
Pos ini merupakan selisih kurs mata uang asing yang terjadi
sehubungan dengan transaksi modal.
iv. Selisih Nilai Transaksi dengan Entitas Sepengendali
Pos ini merupakan selisih jumlah imbalan yang dialihkan atau
diterima dengan nilai tercatat dari setiap transaksi kombinasi
atau pelepasan bisnis antar entitas sepengendali.
v. Tambahan Modal Disetor Lainnya Antara lain berupa:
i) Kelebihan setoran modal diatas modal dasar atau modal
ditempatkan.
ii) Uang muka pemesanan saham dalam Penawaran Umum
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Dalam hal
uang muka tersebut melebihi jumlah yang akan menjadi
modal saham (oversubscribed), maka kelebihan tersebut
harus disajikan sebagai liabilitas jangka pendek.
iii) Nilai waran pisah (detachable warrant) yang belum
dilaksanakan.
iv) Transaksi pembayaran berbasis saham
(i) Pos ini timbul dari transaksi pembayaran berbasis
saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas.
(ii) Emiten atau Perusahaan Publik yang menyelesaikan
pembayaran berbasis saham dengan instrumen ekuitas
wajib mengukur barang atau jasa yang diterima dan
kenaikan di ekuitas secara langsung dengan mengacu
pada Nilai Wajar barang atau jasa yang diterima, atau
secara tidak langsung dengan mengacu pada instrumen

Lampiran tambahan.indb 214 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-215

ekuitas yang diberikan apabila Nilai Wajar dari barang


atau jasa yang diterima tidak dapat diestimasi dengan
andal.
(iii) Emiten atau Perusahaan Publik yang menyelesaikan
pembayaran berbasis saham dengan pilihan Kas (atau
aset lain) atau dengan penerbitan instrumen ekuitas
wajib mengakui transaksi atau komponen transaksi
tersebut sebagai transaksi pembayaran berbasis saham
yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas apabila
tidak terdapat Liabilitas yang terjadi.
v) Bagian ekuitas dari instrumen keuangan majemuk, misalnya
obligasi konversi.
(c) Selisih Transaksi dengan Pihak Nonpengendali
i. Pos ini merupakan selisih yang terjadi dari transaksi dengan pihak
nonpengendali yang mengakibatkan terjadinya perubahan
kepemilikan, baik yang menyebabkan terjadinya kenaikan
maupun penurunan persentase kepemilikan pada entitas anak
tanpa mengakibatkan hilangnya Pengendalian.
ii. Selisih yang terjadi dari transaksi dengan pihak nonpengendali
tersebut merupakan perbedaan antara jumlah penyesuaian atas
kepentingan nonpengendali dengan Nilai Wajar imbalan yang
diberikan atau diterima.
(d) Saham Treasuri
Pos ini merupakan saham yang diperoleh kembali dan dimiliki oleh
Emiten atau Perusahaan Publik. Saham treasuri disajikan sebesar harga
perolehan dan sebagai pengurang dari ekuitas.
(e) Saldo Laba
i. Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi
periode lalu.
ii. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik pernah melakukan
kuasi reorganisasi:
i) Jumlah saldo laba negatif yang dieliminasi wajib disajikan
selama 3 (tiga) tahun berturut- turut sejak tahun dilakukannya
kuasi reorganisasi.
ii) Tanggal terjadinya kuasi reorganisasi wajib dicantumkan
pada pos saldo laba untuk jangka waktu sepuluh tahun ke
depan sejak tahun dimulainya kuasi-reorganisasi.
iii. Pemberian tantiem dan bonus bukan merupakan pengurang
saldo laba.
(f) Pendapatan Komprehensif Lainnya Pos ini antara lain terdiri dari:
i. saldo surplus revaluasi Aset Tetap maupun Aset Takberwujud;
ii. selisih kurs penjabaran laporan keuangan;

Lampiran tambahan.indb 215 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-216

iii. keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan


tersedia untuk dijual; dan
iv. bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen keuangan
lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus Kas.
(2) Kepentingan Nonpengendali
Pos ini merupakan bagian ekuitas entitas anak yang tidak dapat
diatribusikan secara langsung atau tidak langsung pada entitas
induk yang disajikan sebagai bagian dari ekuitas yang terpisah
dari ekuitas pemilik entitas induk.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
a. Pengertian
1) Laporan laba rugi komprehensif merupakan laporan yang
menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam
suatu periode. Laporan laba rugi komprehensif terdiri dari dua
komponen yaitu:
a) laba rugi; dan
b) pendapatan komprehensif lainnya.
2) Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan seluruh
pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode dalam
satu laporan laba rugi komprehensif.
b. Komponen Utama
Komponen utama laporan laba rugi komprehensif disajikan dengan
menggunakan metode beban fungsional, mencakup pos-pos berikut:
1) pendapatan;
2) beban pokok penjualan;
3) laba bruto;
4) beban usaha;
5) pendapatan lainnya;
6) beban lainnya;
7) biaya keuangan;
8) bagian laba (rugi) dari entitas asosiasi dan/ atau Ventura Bersama;
9) laba (rugi) sebelum pajak;
10) beban (penghasilan) pajak;
11) laba (rugi) periode berjalan dari operasi yang dilanjutkan;
12) laba (rugi) periode berjalan dari operasi yang dihentikan setelah
pajak;
13) laba (rugi) periode berjalan;
14) pendapatan komprehensif lain;
15) pajak penghasilan terkait;
16) pendapatan komprehensif lain periode berjalan setelah pajak;
17) total laba (rugi) komprehensif periode berjalan;
18) laba (rugi) periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
a) pemilik entitas induk; dan

Lampiran tambahan.indb 216 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-217

b) kepentingan nonpengendali;
19) total laba (rugi) komprehensif periode berjalan yang dapat
diatribusikan kepada:
a) pemilik entitas induk; dan
b) kepentingan nonpengendali; dan
20) laba (rugi) per saham dasar dan dilusian.
c. Emiten atau Perusahaan Publik menggunakan metode penyajian lain
dan/ atau menyesuaikan komponen utama tersebut di atas dengan
karakteristik industri Emiten atau Perusahaan Publik, apabila penyajian
tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik.
d. Penjelasan Komponen Utama
1) Pendapatan
Jumlah pendapatan diukur pada Nilai Wajar imbalan yang diterima
atau dapat diterima dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat
volume.
2) Beban Pokok Penjualan
Pos ini merupakan biaya persediaan yang diakui sebagai
beban selama periode, meliputi biaya-biaya yang sebelumnya
diperhitungkan dalam pengukuran persediaan yang saat ini telah
dijual, overhead produksi yang tidak teralokasi, dan jumlah biaya
produksi persediaan yang tidak normal.
3) Beban Usaha
Pos ini merupakan beban kegiatan utama Emiten atau Perusahaan
Publik, yang dilaporkan berdasarkan fungsinya.
4) Pendapatan Lainnya
Pendapatan lainnya merupakan pendapatan yang tidak dapat
dihubungkan langsung dengan kegiatan utama Emiten atau
Perusahaan Publik.
5) Beban Lainnya
Beban lainnya merupakan beban yang tidak dapat dihubungkan
langsung dengan kegiatan utama Emiten atau Perusahaan
Publik.
6) Biaya Keuangan
Biaya keuangan pada umumnya adalah biaya bunga dan biaya
lain yang ditanggung Emiten atau Perusahaan Publik sehubungan
dengan peminjaman dana dan biaya keuangan lainnya yang terjadi
dari transaksi instrumen keuangan, antara lain amortisasi premi/
diskonto kontrak berjangka yang bertujuan untuk lindung nilai
dan amortisasi biaya perolehan pinjaman.
7) Bagian Laba (Rugi) dari Entitas Asosiasi dan/ atau Ventura
Bersama

Lampiran tambahan.indb 217 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-218

Pos ini merupakan bagian Emiten atau Perusahaan Publik atas


laba (rugi) entitas asosiasi dan/atau bagian partisipasi Emiten
atau Perusahaan Publik yang dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas pada periode berjalan.
8) Beban (Penghasilan) Pajak
Pos ini pada umumnya merupakan jumlah agregat pajak
kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang
diperhitungkan dalam menentukan laba (rugi) pada suatu
periode.
9) Laba (Rugi) Operasi yang Dihentikan
Laba (rugi) operasi yang dihentikan disajikan sebagai suatu jumlah
tunggal dalam laporan laba rugi komprehensif yang merupakan
jumlah dari:
a) laba (rugi) setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
b) laba (rugi) setelah pajak yang diakui dalam mengukur Nilai
Wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual atau pelepasan
Aset atau kelompok lepasan yang terkait dengan operasi
yang dihentikan.
10) Laba (Rugi) Periode Berjalan
Pos ini merupakan total pendapatan dikurangi beban, tidak
termasuk komponen pendapatan komprehensif lain.
11) Pendapatan Komprehensif Lain
a) Pendapatan komprehensif lain berisi pos Pendapatan dan
beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak
diakui dalam laba rugi sebagaimana dipersyaratkan dan
diperkenankan oleh SAK.
b) Komponen pendapatan komprehensif lain meliputi:
(1) perubahan dalam surplus revaluasi, baik Aset Tetap
maupun Aset Takberwujud;
(2) keuntungan dan kerugian aktuarial atas program
manfaat pasti yang diakui;
(3) keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran
laporan keuangan;
(4) keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali
aset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia
untuk dijual;
(5) bagian efektif dari keuntungan dan kerugian
instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai
arus kas; dan
(6) bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas
asosiasi dan/ atau Ventura Bersama
Pos ini merupakan pendapatan komprehensif lain
entitas asosiasi dan/atau Ventura Bersama yang dicatat

Lampiran tambahan.indb 218 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-219

dengan menggunakan metode ekuitas pada periode


berjalan yang diakui oleh Emiten atau Perusahaan
Publik sesuai dengan persentase kepemilikan.
c) Emiten atau Perusahaan Publik menyajikan komponen
pendapatan komprehensif lain sebesar jumlah sebelum
dampak pajak terkait, kecuali untuk bagian pendapatan
komprehensif lain dari entitas asosiasi dan/ atau Ventura
Bersama disajikan setelah dampak pajak terkait.
12) Pajak Penghasilan Terkait
Pos ini merupakan kumulatif pajak penghasilan terkait dengan
komponen pendapatan komprehensif lain, kecuali untuk bagian
pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan/atau
Ventura Bersama.
13) Laba (Rugi) per Saham Dasar dan Dilusian
a) Emiten atau Perusahaan Publik menyajikan laba (rugi)
per saham dasar dan dilusian untuk seluruh periode sajian
sebagai berikut:
(1) Laba (Rugi) per Saham Dasar
Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) per saham dari
operasi yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk selama periode
pelaporan.
(2) Laba (Rugi) per Saham Dilusian
Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) per saham
dilusian dari operasi yang dilanjutkan yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk selama
periode pelaporan dengan memperhitungkan semua
Efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif dan
beredar sepanjang periode pelaporan.
b) Dalam hal laba per saham dasar dan dilusian sama, maka
keduanya dapat disajikan dalam satu baris pada laporan laba
(rugi) komprehensif.
c) Dalam hal terdapat operasi yang dihentikan, Emiten atau
Perusahaan Publik wajib menyajikan laba (rugi) per saham
dasar dan dilusian yang merupakan kumulatif dari laba
(rugi) per saham operasi yang dilanjutkan dan operasi yang
dihentikan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
a. Pengertian
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan
ekuitas Emiten atau Perusahaan Publik yang menggambarkan peningkatan atau
penurunan aset neto atau kekayaan bersih selama periode pelaporan.
b. Komponen Laporan Perubahan Ekuitas Laporan ini wajib menyajikan:

Lampiran tambahan.indb 219 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-220

1) total laba (rugi) komprehensif selama suatu periode, yang


menunjukkan secara terpisah jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk dan kepada kepentingan
nonpengendali;
2) pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif
yang diperkenankan oleh SAK untuk setiap komponen ekuitas;
3) rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode untuk setiap
komponen ekuitas secara terpisah dengan mengungkapkan masing-masing
perubahan yang terjadi dari:
a) laba (rugi) yang memisahkan antara saldo laba yang telah ditentukan
penggunaannya dan yang belum ditentukan penggunaannya;
b) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
c) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang
menunjukkan secara terpisah:
(1) kontribusi dari pemilik,
(2) distribusi kepada pemilik, dan
(3) perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak
menyebabkan hilangnya Pengendalian.
4. Laporan Arus Kas
a. Pengertian
Laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan pengeluaran Kas dalam aktivitas
Emiten atau Perusahaan Publik selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
b. Komponen Utama Arus Kas
1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi
a) Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang terutama
diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan Emiten atau
Perusahaan Publik, oleh karena itu arus kas ini pada umumnya berasal
dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba
(rugi) neto.
b) Arus kas dari aktivitas operasi antara lain berupa arus kas dari
transaksi:
(1) penjualan barang dan pemberian jasa;
(2) penerimaan royalti, fee, komisi, dan pendapatan lain;
(3) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa baik secara
langsung maupun tidak langsung;
(4) pembayaran kepada dan untuk kepentingan karyawan;
(5) penerimaan dan pembayaran oleh Emiten atau Perusahaan Publik
yang bergerak dalam bidang asuransi sehubungan dengan premi,
klaim, anuitas, dan manfaat polis lain; dan
(6) penerimaan dan pembayaran kontrak yang dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing).

Lampiran tambahan.indb 220 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-221

c) Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan arus kas dari aktivitas
operasi dengan menggunakan metode langsung (direct method).
d) Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan wajib diungkapkan
secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas
operasi, kecuali apabila secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan dan investasi.
2) Arus Kas dari Aktivitas Investasi
a) Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran Kas sehubungan dengan perolehan dan/atau pelepasan
sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus
kas masa depan.
b) Arus kas dari aktivitas investasi antara lain berasal dari transaksi:
(1) pembelian dan penjualan Aset Tetap, Aset Takberwujud, dan aset
jangka panjang lain;
(2) pembelian dan penjualan instrumen utang atau ekuitas dan
kepemilikan dalam Ventura Bersama;
(3) pemberian dan pelunasan uang muka dan pinjaman kepada
pihak lain, kecuali uang muka dan pinjaman yang diberikan oleh
lembaga keuangan;
(4) pembayaran dan penerimaan dari kontrak future, forward, opsi,
dan swap, kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila pembayaran
tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan; dan
(5) perolehan dan kehilangan Pengendalian atas entitas anak atau
bisnis lain.
3) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
a) Arus kas dari aktivitas pendanaan merupakan arus kas yang timbul
dari penerimaan dan pengeluaran Kas sehubungan dengan transaksi
pendanaan jangka panjang dengan penyedia modal Emiten atau
Perusahaan Publik dan kreditur.
b) Arus kas dari aktivitas pendanaan antara lain berasal dari transaksi:
(1) hasil penerbitan saham, obligasi, Sukuk dan lainnya;
(2) hasil perolehan pinjaman jangka pendek dan/atau jangka
panjang;
(3) biaya emisi saham, obligasi, Sukuk dan lainnya;
(4) penarikan atau penebusan saham;
(5) pelunasan pinjaman, obligasi, dan Sukuk; dan
(6) pembayaran sewa pembiayaan untuk mengurangi saldo
Liabilitas.
c. Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan,
masing- masing diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasikan
secara konsisten antar periode sebagai aktivitas operasi, investasi, atau
pendanaan.

Lampiran tambahan.indb 221 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-222

d. Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Neto


1) Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan secara terpisah
kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto
yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan,
kecuali arus kas yang dapat dilaporkan dengan dasar arus kas
neto, yaitu sebagai berikut:
a) penerimaan dan pengeluaran Kas untuk kepentingan
pelanggan apabila arus kas tersebut lebih mencerminkan
aktivitas pelanggan daripada aktivitas Emiten atau
Perusahaan Publik; dan
b) penerimaan dan pengeluaran Kas untuk pos-pos dengan
perputaran cepat, jumlah yang besar, dan dengan jangka
waktu singkat.
2) Selain sebagaimana dimaksud dalam angka 1) huruf a) dan huruf
b), arus kas dari aktivitas lembaga keuangan dapat dilaporkan
dengan dasar arus kas neto, antara lain sebagai berikut:
a) penerimaan dan pembayaran Kas sehubungan dengan
penerimaan dan pembayaran kembali deposito berjangka
dengan jatuh tempo yang tetap;
b) penempatan dan penarikan deposito pada dan dari lembaga
keuangan lain; dan
c) pemberian dan pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada nasabah.
e. Pengaruh perubahan nilai tukar atas Kas dan Setara Kas dalam mata
uang asing dilaporkan pada laporan arus kas untuk merekonsiliasikan
saldo awal dan akhir dari Kas dan Setara Kas. Jumlah keuntungan dan
kerugian selisih kurs yang belum direalisasi terkait perubahan nilai
tukar mata uang asing Kas dan Setara Kas disajikan secara terpisah
dari arus kas aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dan termasuk
perbedaan (jika ada), seandainya arus kas tersebut telah dilaporkan
dengan nilai tukar pada akhir periode.
f. Dalam hal terdapat perbedaan antara saldo Kas dan Setara Kas dalam
laporan posisi keuangan dengan saldo Kas dan Setara Kas dalam laporan
arus kas, maka Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan
rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang
sama dalam laporan posisi keuangan.

C. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 1. Umum


a. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas pos yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas.
b. Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan catatan atas laporan keuangan
yang memberikan penjelasan atau rincian dari pos yang disajikan dalam laporan

Lampiran tambahan.indb 222 22/08/2017 11.07.13


Lampiran 17
L-223

keuangan dan informasi mengenai pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan
dalam laporan keuangan.
c. Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan catatan atas laporan keuangan
dengan urutan sebagai berikut:
1) gambaran umum Emiten atau Perusahaan Publik;
2) dasar penyusunan laporan keuangan dan ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan
yang diterapkan;
3) informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos;
dan
4) pengungkapan lainnya yang antara lain meliputi:
a) informasi yang dipersyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan; dan
b) informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
d. Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan catatan atas laporan keuangan
secara sistematis dan membuat referensi silang atas masing- masing pos dalam
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas untuk informasi yang berhubungan dalam catatan
atas laporan keuangan.
e. Pengungkapan yang dipersyaratkan untuk masing-masing pos wajib diungkapkan
seluruhnya, kecuali pengungkapan tersebut tidak relevan atau tidak dapat
diterapkan pada Emiten atau Perusahaan Publik. Emiten atau Perusahaan Publik
wajib menyesuaikan pengungkapan sesuai dengan karakteristik industri apabila
pengungkapan tersebut dipersyaratkan oleh SAK atau relevan untuk memahami
laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
f. Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyatakan dalam bentuk nilai atau persentase
untuk menjelaskan adanya bagian dari suatu jumlah, tidak menggunakan kata
“sebagian”.
g. Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan dalam penjelasan masing-
masing pos mengenai Aset yang dijaminkan, nama pihak yang menerima jaminan,
dan alasan dijaminkan.
h. Dalam hal Aset Emiten atau Perusahaan Publik diasuransikan, wajib diungkapkan
jenis dan nilai aset yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi, dan risiko
yang ditutup serta pendapat manajemen atas kecukupan pertanggungan asuransi,
apabila tidak diasuransikan wajib diungkapkan alasannya.

2. Unsur-Unsur Catatan Atas Laporan Keuangan


a. Gambaran Umum Emiten atau Perusahaan Publik Hal-hal yang wajib diungkapkan,
antara lain adalah:
1) pendirian Emiten atau Perusahaan Publik, yang terdiri dari:
a) riwayat ringkas Emiten atau Perusahaan Publik;

Lampiran tambahan.indb 223 22/08/2017 11.07.13


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-224

b) nomor dan tanggal akta pendirian serta perubahan terakhir, pengesahan


dari instansi yang berwenang, dan nomor serta tanggal Berita Negara;
c) kegiatan usaha sesuai anggaran dasar Emiten atau Perusahaan Publik dan
yang sedang dijalankan pada periode pelaporan;
d) tempat kedudukan Emiten atau Perusahaan Publik dan lokasi utama
kegiatan usaha;
e) tanggal mulai beroperasinya Emiten atau Perusahaan Publik secara
komersial. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik melakukan ekspansi
atau perampingan usaha secara signifikan pada periode laporan yang
disajikan, wajib disebutkan saat dimulainya operasi komersial dari ekspansi
atau perampingan usaha dan kapasitas produksinya; dan
f) nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha
(ultimate parent of the group). Dalam hal tidak dapat diungkapkan, wajib
disebutkan alasannya.
2) Penawaran Umum Efek, yang terdiri dari:
a) tanggal dan/atau nomor surat efektif penawaran umum, termasuk
penawaran Efek yang diterbitkan di luar Indonesia;
b) jenis dan jumlah Efek yang ditawarkan;
c) bursa tempat Efek dicatatkan; dan
d) tindakan Emiten atau Perusahaan Publik yang dapat mempengaruhi jumlah
Efek yang diterbitkan (corporate action) sejak penawaran umum perdana
sampai dengan periode pelaporan terakhir;
3) struktur Emiten atau Perusahaan Publik, entitas anak, dan EBK, yang terdiri
dari:
a) nama entitas anak dan/atau EBK yang dikendalikan baik secara langsung
maupun tidak langsung;
b) tempat kedudukan;
c) jenis usaha;
d) tahun beroperasi secara komersial;
e) persentase kepemilikan dan proporsi hak suara (jika berbeda);
f) total Aset; dan
g) informasi penting lainnya antara lain:
(1) sifat hubungan antara entitas induk dan entitas anak, apabila entitas
induk tidak memiliki baik langsung maupun tidak langsung melalui
entitas anak, lebih dari 50% (lima puluh perseratus) hak suara yang
sah;
(2) alasan mengapa kepemilikan baik langsung maupun tidak langsung
lebih dari 50% (lima puluh perseratus) hak suara atau hak suara
potensial atas investee tidak diikuti dengan pengendalian;
(3) akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas anak apabila
laporan keuangan tersebut digunakan untuk menyusun laporan
keuangan konsolidasian dan tanggal atau periode berbeda dari tanggal

Lampiran tambahan.indb 224 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-225

laporan keuangan entitas induk, dan alasan menggunakan tanggal atau


periode yang berbeda;
(4) sifat dan luas setiap restriksi signifikan dalam kemampuan entitas anak
untuk mentransfer dana ke entitas induk dalam bentuk dividen tunai,
atau pembayaran kembali pinjaman atau uang muka;
(5) suatu rincian yang menunjukkan dampak setiap perubahan bagian
kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan
hilangnya Pengendalian atas ekuitas yang dapat diatribusikan pada
pemilik entitas induk; dan
(6) dalam hal hilangnya Pengendalian atas entitas anak, maka entitas induk
mengungkapkan:
(a) keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui dari hilangnya
Pengendalian, dan porsi dari keuntungan atau kerugian yang
dapat diatribusikan pada pengakuan sisa investasi pada entitas
anak terdahulu dengan Nilai Wajar pada tanggal hilangnya
Pengendalian;
(b) jumlah persentase kepemilikan yang dilepaskan;
(c) jumlah harga yang diterima;
(d) bagian dari harga yang merupakan Kas dan Setara Kas;
(e) jumlah Kas dan Setara Kas pada entitas anak atau bisnis lainnya
dimana Pengendalian dilepaskan; dan
(f) jumlah Aset dan Liabilitas selain Kas dan Setara Kas pada entitas
anak atau bisnis lainnya dimana Pengendalian dilepaskan, yang
diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya;
4) karyawan, direksi, komisaris, dan komite audit, yang terdiri dari:
a) nama dan jabatan untuk masing-masing anggota direksi, dewan komisaris,
dan komite audit;
b) cakupan manajemen kunci; dan
c) jumlah karyawan tetap pada masing-masing akhir periode atau rata-
rata jumlah karyawan tetap selama periode yang bersangkutan, secara
konsolidasi untuk Emiten atau Perusahaan Publik dan entitas anak.
5) Penerbitan Laporan Keuangan
a. tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit; dan
b. pihak yang bertanggung jawab mengotorisasi laporan keuangan. b. Ikhtisar
Kebijakan Akuntansi Signifikan Dalam bagian ini wajib diungkapkan hal-
hal sebagai berikut:
1) Pernyataan kepatuhan terhadap SAK
Pernyataan ini merupakan pernyataan bahwa laporan keuangan telah
disusun dan disajikan sesuai dengan SAK.
2) Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan
a) Dasar pengukuran laporan keuangan yaitu berdasarkan biaya
historis (historical cost), biaya perolehan kini (current cost), nilai

Lampiran tambahan.indb 225 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-226

realisasi neto (net realizable value), Nilai Wajar (fair value) atau
jumlah yang dapat dipulihkan berdasarkan SAK yang berlaku.
b) Dasar penyusunan laporan keuangan, yaitu dasar akrual, kecuali
untuk laporan arus kas.
c) Mata uang fungsional dan mata uang penyajian yang digunakan,
meliputi:
(1) mata uang fungsional Emiten atau Perusahaan Publik dan
entitas anak;
(2) fakta dan alasan perubahan, apabila terdapat perubahan
mata uang fungsional Emiten atau Perusahaan Publik
maupun kegiatan usaha asing yang signifikan; dan
(3) alasan perubahan mata uang penyajian (jika ada).
d) Alasan perubahan periode pelaporan (jika ada).
3) Penggunaan Pertimbangan, Estimasi, dan Asumsi Signifikan oleh Manajemen
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan dalam ikhtisar kebijakan
akuntansi signifikan atau bagian lain dari catatan atas laporan keuangan,
pertimbangan yang telah dibuat manajemen dalam proses penerapan
kebijakan akuntansi dan memiliki dampak yang paling signifikan terhadap
jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.
b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan informasi tentang
asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan sumber utama dari estimasi
ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko
signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah
tercatat Aset dan Liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya.
c) Berkaitan dengan Aset dan Liabilitas sebagaimana dimaksud dalam huruf
b), catatan atas laporan keuangan memasukkan rincian atas sifat dan
jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
4) Kebijakan Akuntansi Tertentu
Kebijakan akuntansi tertentu merupakan kebijakan akuntansi lainnya yang
diterapkan dan relevan untuk memahami laporan keuangan. Kebijakan akuntansi
tertentu meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal- hal sebagai berikut:
a) Prinsip-prinsip konsolidasi Emiten atau Perusahaan Publik wajib
menjelaskan antara lain:
(1) ruang lingkup Laporan Keuangan Konsolidasian, yang meliputi pos-pos
entitas induk dan entitas anak;
(2) dasar dan kapan suatu entitas anak dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan entitas induk;
(3) kebijakan akuntansi sehubungan dengan perubahan kepemilikan tanpa
kehilangan Pengendalian atas entitas anak;
(4) kebijakan akuntansi sehubungan dengan kehilangan Pengendalian atas
entitas anak;
(5) kebijakan akuntansi sehubungan dengan pencatatan dan penyajian
kepentingan nonpengendali; dan

Lampiran tambahan.indb 226 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-227

(6) pernyataan bahwa saldo pos dan transaksi material antar entitas yang
dikonsolidasi telah dieliminasi.
b) Kombinasi bisnis
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain:
(1) metode yang digunakan dalam kombinasi bisnis, termasuk metode
yang digunakan untuk mengukur kepentingan nonpengendali;
(2) pengakuan awal untuk goodwill;
(3) pengukuran setelah pengakuan awal untuk goodwill; dan
(4) kebijakan lainnya yang relevan terkait dengan kombinasi bisnis yang
ada di Emiten atau Perusahaan Publik, antara lain:
(a) pembelian dengan diskon;
(b) akuisisi secara bertahap; dan
(c) imbalan kontinjensi.
c) Kas dan Setara Kas
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain kebijakan
dalam menentukan komponen Kas dan Setara Kas.
d) Instrumen keuangan
(1) Instrumen keuangan selain Sukuk
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain kebijakan
akuntansi untuk:
(a) pengakuan awal instrumen keuangan setiap kategori, termasuk
perlakuan atas biaya transaksi;
(b) pengukuran setelah pengakuan awal instrumen keuangan setiap
kategori;
(c) ketentuan saling hapus dari instrumen keuangan;
(d) metode yang digunakan untuk menentukan Nilai Wajar instrumen
keuangan;
(e) metode perhitungan yang digunakan untuk menentukan
penurunan nilai dari aset keuangan;
(f) ketentuan penghentian pengakuan instrumen keuangan; dan
(g) khusus instrumen keuangan derivatif dan akuntansi lindung
nilai, selain penjelasan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a),
huruf (b), huruf (c), huruf (d), huruf (e), dan huruf (f ), wajib
ditambahkan penjelasan mengenai:
i. ketentuan pemenuhan kriteria akuntansi lindung nilai,
ii. klasifikasi lindung nilai untuk tujuan akuntansi lindung nilai
atas instrumen keuangan derivatif, dan
iii. perlakuan akuntansi lindung nilai untuk tujuan akuntansi
lindung nilai.
(2) Investasi pada Sukuk
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain kebijakan
akuntansi untuk:
(a) klasifikasi dan reklasifikasi investasi pada Sukuk;

Lampiran tambahan.indb 227 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-228

(b) pengakuan awal Sukuk;


(c) pengukuran setelah pengakuan awal Sukuk;
(d) penjelasan penyajian pendapatan Sukuk; dan
(e) penyajian amortisasi biaya transaksi.
(3) Sukuk yang diterbitkan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain kebijakan
akuntansi untuk:
(a) pengakuan awal Sukuk;
(b) pengukuran setelah pengakuan awal Sukuk;
(c) biaya transaksi penerbitan Sukuk;
(d) posisi penyajian Sukuk; dan
(e) akad syariah yang digunakan.
e) Persediaan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan dan rumus biaya
yang digunakan.
f) Properti Investasi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain kebijakan
akuntansi untuk:
(1) pengakuan awal Properti Investasi;
(2) pengukuran setelah pengakuan awal Properti Investasi;
(3) metode penyusutan yang digunakan, khusus untuk model biaya;
(4) estimasi umur manfaat dan/atau tarif penyusutan untuk model biaya;
dan
(5) penghentian pengakuan Properti Investasi.
g) Aset Tetap
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain kebijakan
akuntansi untuk:
(1) pengakuan awal Aset Tetap;
(2) pengukuran setelah pengakuan awal Aset Tetap;
(3) pengelompokan Aset Tetap;
(4) metode penyusutan yang digunakan;
(5) kapitalisasi biaya yang terkait dengan Aset Tetap;
(6) estimasi umur manfaat dan tarif penyusutan;
(7) penghentian pengakuan;
(8) nilai residu; dan
(9) pernyataan bahwa manajemen telah mengkaji ulang atas estimasi
umur ekonomis, metode penyusutan, dan nilai residu pada setiap akhir
periode pelaporan.
h) Investasi pada entitas asosiasi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain metode yang
digunakan untuk mencatat investasi pada entitas asosiasi.

Lampiran tambahan.indb 228 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-229

i) Bagian partisipasi dalam Ventura Bersama Emiten atau Perusahaan Publik


wajib menjelaskan antara lain metode yang digunakan untuk mencatat
bagian partisipasi dalam Ventura Bersama.
j) Aset Takberwujud Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara
lain kebijakan akuntansi untuk:
(1) pengakuan awal Aset Takberwujud;
(2) pengukuran setelah pengakuan awal Aset Takberwujud;
(3) umur manfaat tidak terbatas atau terbatas, dan apabila umur manfaat
terbatas, diungkapkan tarif amortisasi yang digunakan dan umur
manfaatnya;
(4) sumber terjadinya Aset Takberwujud;
(5) metode amortisasi yang digunakan;
(6) penghentian pengakuan Aset Takberwujud; dan
(7) riset dan pengembangan (jika ada).
k) Aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual Emiten
atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain:
(1) kebijakan tentang kondisi suatu aset tidak lancar diklasifikasikan
sebagai aset yang dimiliki untuk dijual; dan
(2) pengukuran aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang dimiliki
untuk dijual.
l) Penurunan nilai aset nonkeuangan Emiten atau Perusahaan Publik wajib
menjelaskan antara lain:
(1) ketentuan peristiwa dan kondisi yang mengindikasikan kemungkinan
terjadinya penurunan nilai; dan
(2) kebijakan akuntansi pengakuan penurunan nilai aset nonkeuangan dan
pembalikannya.
m) Sewa Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain:
(1) kebijakan penentuan suatu perjanjian mengandung suatu sewa;
(2) kebijakan penentuan suatu sewa merupakan sewa pembiayaan atau
sewa operasi; dan
(3) kebijakan akuntansi apabila Emiten atau Perusahaan Publik bertindak
sebagai lessee dan/ atau lessor.
n) Provisi Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara lain:
(1) kondisi provisi yang harus diakui; dan
(2) dasar penentuan nilai provisi.
o) Imbalan kerja Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara
lain:
(1) jenis imbalan kerja yang diberikan kepada karyawan;
(2) deskripsi umum mengenai jenis program imbalan pascakerja yang
diselenggarakan oleh Emiten atau Perusahaan Publik;
(3) kebijakan akuntansi Emiten atau Perusahaan Publik dalam mengakui
keuntungan dan kerugian aktuarial; dan
(4) pengakuan keuntungan dan kerugian untuk curtailment dan
penyelesaian.

Lampiran tambahan.indb 229 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-230

p) Saham treasuri Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara


lain metode pengakuan dan pengukuran atas pembelian, penjualan, atau
pembatalan saham treasuri.
q) Pembayaran berbasis saham Emiten atau Perusahaan Publik wajib
menjelaskan antara lain kebijakan akuntansi untuk transaksi pembayaran
berbasis saham yang diselesaikan melalui instrumen ekuitas dan/atau
diselesaikan melalui Kas, termasuk pengukurannya.
r) Pengakuan pendapatan Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan
antara lain:
(1) kondisi dan metode pengakuan pendapatan serta dasar pengukuran
yang digunakan berdasarkan jenis pendapatan yang ada; dan
(2) dalam hal terdapat transaksi hubungan keagenan, kebijakan pengakuan
pendapatan dan penjualan dari hubungan keagenan serta beban
terkait.
s) Transaksi dan saldo dalam mata uang asing Emiten atau Perusahaan Publik
wajib menjelaskan antara lain:
(1) ketentuan dalam penjabaran transaksi dan saldo dalam mata uang
asing;
(2) perlakuan akuntansi selisih kurs yang timbul dari penjabaran aset dan
liabilitas moneter; dan
(3) referensi dan kurs yang digunakan untuk menjabarkan transaksi dan
saldo dalam mata uang asing.
t) Hibah Pemerintah Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan
antara lain kebijakan akuntansi tentang metode penyajian dalam laporan
keuangan.
u) Pajak penghasilan Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara
lain:
(1) dasar penentuan tarif pajak untuk mengukur pajak kini dan pajak
tangguhan;
(2) ketentuan mengenai saling hapus;
(3) pengakuan dan pengukuran aset pajak tangguhan; dan
(4) metode yang digunakan dalam menilai aset (liabilitas) pajak
tangguhan.
v) Biaya pinjaman Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara
lain kondisi yang mengharuskan biaya pinjaman dikapitalisasikan sebagai
bagian dari biaya perolehan aset kualifikasian.
w) Segmen Operasi Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan antara
lain dasar yang digunakan oleh manajemen untuk mengidentifikasikan
Segmen Operasi.
x) Laba (rugi) per saham Emiten atau Perusahaan Publik wajib menjelaskan
antara lain dasar perhitungan laba (rugi) per saham dasar dan laba (rugi)
per saham dilusian.

Lampiran tambahan.indb 230 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-231

c. Pengungkapan atas Pos-Pos Laporan Keuangan 1) Aset


a) Aset Lancar
(1) Kas dan Setara Kas
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) unsur Kas dan Setara Kas pada pihak berelasi dan pihak ketiga;
(b) rincian jumlah penempatan di bank berdasarkan nama bank serta
jenis mata uang asing;
(c) kisaran suku bunga kontraktual dari Setara Kas selama periode
pelaporan; dan
(d) jumlah saldo Kas dan Setara Kas yang signifikan yang tidak dapat
digunakan oleh kelompok usaha disertai pendapat manajemen.
(2) Piutang Usaha
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) jumlah piutang yang dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak
berelasi;
(b) jumlah piutang menurut mata uang;
(c) alasan dan dasar pembentukan cadangan kerugian penurunan
nilai;
(d) jumlah cadangan kerugian penurunan nilai, beban cadangan
kerugian penurunan nilai secara individual dan kolektif, dan
penghapusan piutang;
(e) pendapat manajemen akan kecukupan jumlah cadangan atau
keyakinan manajemen atas ketertagihan piutang apabila tidak
dibentuk cadangan;
(f) jumlah diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif; dan
(g) informasi keterlibatan berkelanjutan atas piutang yang ditransfer,
meliputi:
i. jumlah yang ditransfer, beban bunga, retensi, jatuh tempo,
dan ikatan penting lain yang diatur dalam perjanjian; dan
ii. jaminan yang diberikan (bila ada).
(3) Aset Keuangan Lainnya
(a) Pengungkapan untuk aset keuangan lainnya berlaku untuk aset
keuangan lainnya yang bersifat lancar dan tidak lancar;
(b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengelompokkan aset
keuangan lainnya sesuai klasifikasi yang dipisahkan antara pihak
ketiga dan pihak berelasi;
(c) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara
lain:
i. nilai tercatat aset keuangan untuk setiap kelompok dan
rincian investasinya;
ii. laba atau rugi neto pada setiap kelompok aset keuangan
berdasarkan klasifikasi, baik yang disajikan pada pos

Lampiran tambahan.indb 231 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-232

pendapatan komprehensif lainnya maupun yang diakui


sebagai laba atau rugi periode berjalan;
iii. total pendapatan bunga yang dihitung menggunakan metode
suku bunga efektif untuk aset keuangan selain yang diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi;
iv. biaya perolehan termasuk jumlah premium dan diskonto
yang belum diamortisasi, untuk Efek dimiliki hingga jatuh
tempo;
v. peringkat Efek utang berikut nama pemeringkat (jika ada).
vi. uraian tentang alasan diambilnya keputusan menjual untuk
aset keuangan yang diklasifikasikan dimiliki hingga jatuh
tempo;
vii. jika terdapat reklasifikasi aset keuangan, maka wajib
diungkapkan:
i) jumlah yang direklasifikasi ke dan dari setiap
kategori;
ii) alasan reklasifikasi; dan
iii) sisa investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh
tempo yang telah direklasifikasi dalam kelompok
tersedia untuk dijual.
viii. jumlah tercatat aset keuangan yang dijaminkan sebagai
agunan untuk Liabilitas atau liabilitas kontinjensi serta syarat
dan kondisi yang terkait dengan penjaminan tersebut;
ix. jumlah penurunan nilai atas aset keuangan (jika ada),
termasuk mutasinya, dipisahkan antara aset keuangan
yang mengalami penurunan nilai dan aset keuangan yang
tidak mengalami penurunan nilai, serta dipisahkan antara
penurunan nilai yang dihitung secara kolektif dan individual,
termasuk beban penurunan nilai yang diakui dalam laba
rugi; dan
x. jumlah amortisasi keuntungan (kerugian) yang belum
direalisasi atas investasi yang tersedia untuk dijual yang
direklasifikasi menjadi dimiliki hingga jatuh tempo.
(d) Khusus deposito selain pengungkapan sebagaimana dimaksud
dengan huruf (c), wajib ditambahkan pengungkapan hal-hal
sebagai berikut:
i. nama bank, dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak
berelasi;
ii. kisaran suku bunga kontraktual selama periode pelaporan;
iii. jenis dan jumlah deposito dalam mata uang asing; dan
iv. hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kualitas pencairan
deposito tersebut.

Lampiran tambahan.indb 232 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-233

(e) Khusus investasi pada Sukuk selain pengungkapan sebagaimana


dimaksud dengan huruf (c), harus ditambah pengungkapan hal-
hal sebagai berikut:
i. rincian Sukuk berdasarkan nama penerbit dan akad
syariah;
ii. tujuan model usaha yang digunakan;
iii. jumlah investasi yang direklasfikasikan, jika ada, dan
penyebabnya; dan
iv. Nilai Wajar untuk investasi yang diukur pada biaya
perolehan.
(4) Persediaan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain
adalah:
(a) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut
klasifikasi yang sesuai bagi Emiten atau Perusahaan Publik;
(b) jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan Nilai Wajar
dikurangi biaya untuk menjual;
(c) jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode
berjalan;
(d) jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
berjalan;
(e) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang
diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai
beban dalam periode berjalan;
(f) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai
persediaan yang diturunkan; dan
(g) dalam hal terdapat kapitalisasi biaya pinjaman untuk persediaan
yang memenuhi kriteria aset kualifikasian, maka diungkapkan:
i. jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama periode
berjalan; dan
ii. tarif kapitalisasi yang digunakan untuk menentukan jumlah
biaya pinjaman yang layak dikapitalisasi.
(5) Pajak Dibayar Dimuka
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain
adalah:
(a) rincian menurut jenis dan jumlah masing-masing pajaknya; dan
(b) uraian mengenai jumlah restitusi pajak yang diajukan dan
statusnya.
(6) Biaya Dibayar Dimuka
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain
rincian menurut jenis dan jumlah.
(7) Aset tidak lancar atau kelompok lepasan yang Dimiliki untuk Dijual

Lampiran tambahan.indb 233 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-234

Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:


(a) uraian dari aset yang dimiliki untuk dijual atau kelompok
lepasan;
(b) uraian fakta dan keadaan dari penjualan, atau yang mengarah
kepada pelepasan yang diharapkan, serta cara dan waktu
pelepasan;
(c) kerugian penurunan nilai atau keuntungan pemulihan penurunan
nilai;
(d) dalam hal aset yang dimiliki untuk dijual belum dapat direalisasikan
dalam satu tahun, diungkapkan peristiwa atau keadaan yang
dapat memperpanjang periode penyelesaian penjualan menjadi
lebih dari satu tahun;
(e) dalam hal dapat diterapkan, segmen yang dilaporkan dari aset
yang dimiliki untuk dijual dan kelompok lepasan disajikan sesuai
dengan SAK yang berlaku; dan
(f) dalam hal aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk
dijual atau kelompok lepasan dihentikan pengklasifikasiannya,
diungkapkan:
i. nilai dari aset tersebut, yaitu nilai yang lebih rendah
antara:
(i) jumlah tercatat aset tersebut sebelum aset atau
kelompok lepasan diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual, disesuaikan dengan penyusutan,
amortisasi atau penilaian kembali yang telah diakui
apabila aset atau kelompok lepasan tersebut tidak
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual; dan
(ii) jumlah terpulihkan pada saat tanggal keputusan
untuk tidak menjual;
ii. uraian fakta dan keadaan yang mengarah kepada keputusan
tersebut; dan
iii. dampaknya terhadap hasil operasi untuk periode tersebut
dan periode sajian sebelumnya.
b) Aset Tidak Lancar
(1) Piutang Pihak Berelasi Non-Usaha
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) rincian jenis, nama pihak berelasi, dan jumlah piutang;
(b) alasan dan dasar pembentukan cadangan kerugian penurunan
nilai serta penjelasan terjadinya piutang pihak berelasi tersebut;
(c) jumlah cadangan kerugian penurunan nilai, beban cadangan
kerugian penurunan nilai secara individual dan kolektif, dan
penghapusan piutang;
(d) pendapat manajemen akan kecukupan jumlah cadangan kerugian
penurunan nilai; dan

Lampiran tambahan.indb 234 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-235

(e) dalam hal piutang berelasi non usaha disajikan dalam aset lancar,
hal tersebut harus dibuktikan serta diungkapkan alasannya.
(2) Investasi pada Entitas Asosiasi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) nama entitas asosiasi;
(b) persentase kepemilikan dan penjelasan adanya pengaruh
signifikan, beserta alasannya;
(c) nilai tercatat dan Nilai Wajar investasi dalam entitas asosiasi yang
kuotasi harganya tersedia;
(d) ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi termasuk jumlah
agregat Aset, Liabilitas, pendapatan, dan laba atau rugi;
(e) alasan tidak adanya pengaruh signifikan walaupun Emiten atau
Perusahaan Publik memiliki lebih dari 20% (dua puluh perseratus)
hak suara atau hak suara potensial investee secara langsung atau
tidak langsung;
(f) akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas asosiasi,
ketika laporan keuangan tersebut digunakan dalam menerapkan
metode ekuitas dan tanggal atau periode yang berbeda dengan
Emiten atau Perusahaan Publik, dan alasan menggunakan tanggal
atau periode yang berbeda;
(g) sifat dan tingkatan setiap pembatasan signifikan atas kemampuan
entitas asosiasi untuk mentransfer dana kepada Emiten atau
Perusahaan Publik;
(h) bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui dan alasannya,
apabila Emiten atau Perusahaan Publik menghentikan pengakuan
bagiannya atas rugi entitas asosiasi, baik untuk periode terjadinya
kerugian tersebut maupun secara kumulatif;
(i) bagian atas liabilitas kontinjensi entitas asosiasi yang terjadi
bersama-sama dengan investor lain;
(j) liabilitas kontinjensi yang terjadi karena investor berkewajiban
bersama-sama untuk semua atau sebagian Liabilitas entitas
asosiasi; dan
(k) ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi, secara individual
atau dalam kelompok, yang tidak dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas termasuk total Aset, total Liabilitas, Pendapatan,
dan laba atau rugi.
(3) Properti Investasi
(a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara
lain:
i. model pengukuran setelah pengakuan awal yang digunakan,
model Nilai Wajar atau model biaya;
ii. metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam
menentukan Nilai Wajar dari Properti Investasi;

Lampiran tambahan.indb 235 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-236

iii. pernyataan bahwa penentuan Nilai Wajar didukung oleh


bukti pasar atau lebih banyak berdasarkan faktor lain karena
sifat properti tersebut dan keterbatasan data pasar yang
dapat diperbandingkan;
iv. nama Penilai, tanggal penilaian, dan tanggal laporan
penilaian terakhir;
v. jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk:
i) penghasilan sewa dari Properti Investasi;
ii) beban operasi langsung yang terjadi baik dari Properti
Investasi yang menghasilkan maupun yang tidak
menghasilkan penghasilan sewa selama periode
tersebut; dan
iii) perubahan kumulatif dalam Nilai Wajar yang diakui
dalam laba rugi atas penjualan Properti Investasi dari
sekelompok aset yang menggunakan model biaya
ke kelompok aset yang menggunakan model Nilai
Wajar;
vi. keberadaan dan jumlah pembatasan atas realisasi dari
Properti Investasi atau pembayaran penghasilan dan hasil
pelepasan; dan
vii. kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau
mengembangkan Properti Investasi atau untuk perbaikan,
pemeliharaan atau peningkatan.
(b) Khusus untuk Properti Investasi yang menggunakan model Nilai
Wajar, selain pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf
(a) ditambahkan pengungkapan:
i. rekonsiliasi antara jumlah tercatat Properti Investasi pada
awal dan akhir periode dengan menunjukkan penambahan,
pengurangan, dan reklasifikasi;
ii. saat suatu penilaian terhadap Properti Investasi disesuaikan
secara signifikan untuk tujuan pelaporan keuangan,
maka Emiten atau Perusahaan Publik mengungkapkan
rekonsiliasi antara penilaian tersebut dan penilaian yang
telah disesuaikan yang dilaporkan dalam laporan keuangan,
dengan menunjukkan secara terpisah:
i) jumlah agregat dari pengakuan kewajiban sewa yang
telah ditambahkan kembali; dan
ii) penyesuaian signifikan lain.
(c) Khusus untuk Properti Investasi yang menggunakan model biaya,
selain pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a)
ditambahkan pengungkapan:
i. umur manfaat;

Lampiran tambahan.indb 236 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-237

ii. rekonsiliasi jumlah tercatat bruto dan akumulasi


penyusutan Properti Investasi pada awal dan akhir periode
dengan menunjukkan penambahan, pengurangan, dan
reklasifikasi;
iii. jumlah penyusutan untuk masing-masing periode penyajian
dan alokasi beban penyusutan;
iv. jumlah rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah
pemulihan rugi penurunan nilai, selama satu periode sesuai
SAK yang berlaku;
v. transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan
sendiri; dan
vi. Nilai Wajar Properti Investasi.
(d) Khusus untuk Properti Investasi dalam proses pembangunan
dan pengembangan, Emiten atau Perusahaan Publik wajib
mengungkapkan:
i. rincian Properti Investasi dalam proses pembangunan dan
pengembangan;
ii. persentase jumlah tercatat terhadap nilai kontrak;
iii. estimasi saat penyelesaian;
iv. hambatan kelanjutan penyelesaian;
v. jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat
Properti Investasi dalam proses pembangunan dan
pengembangan; dan
vi. dalam hal terdapat kapitalisasi biaya pinjaman untuk
properti investasi yang memenuhi kriteria aset kualifikasian,
maka wajib diungkapkan:
i) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama
periode berjalan; dan
ii) tarif kapitalisasi yang digunakan untuk menentukan
jumlah biaya pinjaman yang layak dikapitalisasi.
(4) Aset Tetap
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) setiap kelompok Aset Tetap wajib diungkapkan secara terpisah
berdasarkan kepemilikan aset yaitu aset pemilikan langsung dan/
atau aset sewa pembiayaan);
(b) rekonsiliasi jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan
Aset Tetap pada awal dan akhir periode dengan menunjukkan
penambahan, pengurangan, dan reklasifikasi;
(c) jumlah penyusutan untuk masing-masing periode penyajian dan
alokasi beban penyusutan;
(d) rugi penurunan nilai dan jumlah yang dijurnal balik yang diakui
dalam laba rugi dan ekuitas (jika ada);
(e) jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan Aset Tetap;

Lampiran tambahan.indb 237 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-238

(f) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk Aset Tetap yang
mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang
dimasukkan dalam laba rugi, apabila tidak diungkapkan secara
terpisah pada laporan laba rugi komprehensif;
(g) Dalam hal Aset Tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal
berikut wajib diungkapkan:
i. tanggal efektif revaluasi (Tanggal Penilaian);
ii. tanggal efektif persetujuan dari Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) apabila Aset Tetap untuk perhitungan pajak
menggunakan jumlah revaluasian;
iii. nama Penilai dan tanggal laporan penilaian terakhir;
iv. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam
mengestimasi Nilai Wajar aset;
v. jumlah tercatat untuk setiap Aset Tetap seandainya aset
tersebut dicatat dengan model biaya; dan
vi. surplus revaluasi atau rugi penurunan nilai, yang
menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusi saldo surplus kepada para pemegang
saham.
(h) Khusus untuk Aset Tetap dalam proses pembangunan, Emiten
atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan:
i. rincian Aset Tetap yang sedang dalam pembangunan;
ii. persentase jumlah tercatat terhadap nilai kontrak;
iii. estimasi saat penyelesaian;
iv. hambatan kelanjutan penyelesaian (jika ada);
v. jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset
tetap dalam pembangunan; dan
vi. dalam hal terdapat kapitalisasi biaya pinjaman untuk aset
yang memenuhi kriteria aset kualifikasian, maka wajib
diungkapkan:
i) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama
periode berjalan; dan
ii) tarif kapitalisasi yang digunakan untuk menentukan
jumlah biaya pinjaman yang layak dikapitalisasi.
(i) Pengungkapan lainnya antara lain:
i. jumlah tercatat Aset Tetap yang tidak dipakai sementara;
ii. jumlah tercatat bruto dari setiap Aset Tetap yang telah
disusutkan penuh dan masih digunakan;
iii. jumlah tercatat Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan
aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai tersedia untuk
dijual;
iv. dalam hal model biaya digunakan, Nilai Wajar Aset Tetap
apabila berbeda secara material dari jumlah tercatat;

Lampiran tambahan.indb 238 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-239

v. nilai buku, hasil penjualan neto, keuntungan (kerugian) dari


Aset Tetap yang dihentikan pengakuannya;
vi. dalam hal terdapat Aset Tetap yang berasal dari hibah,
agar diungkapkan jenis Aset, nilai tercatat, dan tanggal
perolehan;
vii. perubahan estimasi masa guna dan/ atau metode penyusutan
menurut jenis Aset Tetap; dan
viii. Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya
penurunan nilai atau pemulihan penurunan nilai.
(5) Aset Takberwujud
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan untuk setiap
jenis Aset Takberwujud antara lain:
(a) jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi;
(b) alokasi jumlah amortisasi Aset Takberwujud ke dalam pos laporan
laba rugi komprehensif;
(c) rekonsiliasi jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi Aset
Takberwujud pada awal dan akhir periode dengan menunjukkan
penambahan, pengurangan, dan reklasifikasi;
(d) dalam hal terdapat kapitalisasi biaya pinjaman untuk aset yang
memenuhi kriteria aset kualifikasian, maka wajib diungkapkan:
i. jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama periode
berjalan; dan
ii. tarif kapitalisasi yang digunakan untuk menentukan jumlah
biaya pinjaman yang layak dikapitalisasi;
(e) jumlah tercatat Aset dan faktor signifikan yang mendukung
penentuan dan penilaiannya untuk Aset Takberwujud yang dinilai
dengan umur manfaat tidak terbatas;
(f) penjelasan atas jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi
dari setiap Aset Takberwujud yang material terhadap laporan
keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
(g) Aset Takberwujud yang diperoleh melalui Hibah Pemerintah
dan awalnya diakui pada Nilai Wajar sesuai SAK yang berlaku,
diungkapkan:
i. Nilai Wajar pada pengakuan awal atas aset-aset tersebut;
ii. jumlah tercatatnya; dan
iii. Aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model
biaya atau model revaluasi;
(h) keberadaan dan jumlah tercatat Aset Takberwujud yang
kepemilikannya dibatasi dan jumlah tercatat Aset Takberwujud
yang menjadi jaminan untuk Liabilitas;
(i) nilai komitmen kontraktual untuk akuisisi Aset Takberwujud;
(j) Aset Takberwujud disajikan pada jumlah revaluasian,
diungkapkan:

Lampiran tambahan.indb 239 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-240

i. tanggal efektif revaluasi (Tanggal Penilaian);


ii. nama Penilai dan tanggal laporan penilaian terakhir;
iii. jumlah tercatat Aset Takberwujud yang direvaluasi;
iv. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam
mengestimasi Nilai Wajar aset;
v. jumlah tercatat untuk setiap Aset Takberwujud seandainya
Aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan
vi. surplus revaluasi atau rugi penurunan nilai, yang
menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusi saldo surplus kepada para pemegang
saham.
2) Liabilitas
a) Liabilitas Jangka Pendek
(1) Utang Usaha
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara
lain:
(a) jumlah utang usaha yang dipisahkan antara pihak ketiga dan
pihak berelasi;
(b) jumlah utang usaha menurut mata uang; dan
(c) jaminan yang diberikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik
dengan menunjuk pos-pos yang berhubungan.
(2) Provisi
(a) Pengungkapan untuk provisi berlaku untuk provisi jangka
pendek dan provisi jangka panjang.
(b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan
antara lain:
i. nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
ii. provisi tambahan dalam periode bersangkutan;
iii. jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi
selama periode bersangkutan;
iv. jumlah yang dibatalkan selama periode bersangkutan
atas jumlah yang belum digunakan;
v. peningkatan selama periode yang bersangkutan,
dalam nilai kini, yang terjadi karena berlalunya waktu
dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto;
vi. uraian mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan
saat terjadinya arus keluar sumber daya ekonomi;
vii. indikasi ketidakpastian waktu atau jumlah arus
keluar sebagaimana dimaksud dalam butir vi. Dalam
hal diperlukan, Emiten atau Perusahaan Publik
mengungkapkan asumsi utama yang mendasari
prakiraan peristiwa masa depan; dan

Lampiran tambahan.indb 240 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-241

viii. jumlah estimasi penggantian yang akan diterima


dengan menyebutkan jumlah Aset yang telah diakui
untuk estimasi penggantian tersebut.
(3) Beban Akrual
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara
lain jenis dan jumlah dari unsur utama beban yang belum jatuh
tempo.
(4) Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain
jenis dan jumlahnya.
(5) Utang Pajak
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara
lain:
(a) jenis dan jumlahnya; dan
(b) informasi mengenai ketetapan pajak.
(6) Bagian Lancar atas Liabilitas Jangka Panjang
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan bagian
lancar atas liabilitas jangka panjang sesuai dengan pengungkapan
utang bank dan lembaga keuangan jangka panjang sebagaimana
diatur dalam Peraturan ini.
(7) Liabilitas Keuangan Lainnya
(a) Pengungkapan untuk liabilitas keuangan lainnya berlaku
untuk liabilitas keuangan lainnya yang bersifat jangka
pendek dan jangka panjang;
(b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengelompokkan
sesuai klasifikasi yang dipisahkan antara pihak ketiga dan
pihak berelasi;
(c) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan
antara lain:
i. nilai tercatat liabilitas keuangan untuk setiap
kategori;
ii. laba atau rugi neto pada setiap liabilitas keuangan;
dan
iii. kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan Emiten
atau Perusahaan Publik dalam memenuhi persyaratan
dan kondisi utang (misalnya restrukturisasi utang dan
kondisi default).
(8) Liabilitas terkait aset atau kelompok lepasan yang dimiliki untuk
dijual.
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan liabilitas
terkait aset atau kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual
sesuai dengan dan dapat digabung dengan pengungkapan aset
tidak lancar atau kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka
1) huruf a) angka (7).

Lampiran tambahan.indb 241 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-242

b) Liabilitas Jangka Panjang


(1) Utang Pihak Berelasi Non-Usaha
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) rincian nama pihak berelasi, jenis, dan jumlah utang;
(b) jumlah utang menurut mata uang; dan
(c) jaminan yang diberikan dengan menunjuk pos-pos yang
berhubungan.
(2) Utang Bank dan Lembaga Keuangan Jangka Panjang
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) rincian jumlah utang berdasarkan nama bank/lembaga keuangan dan
jenis mata uang;
(b) kisaran suku bunga kontraktual selama periode pelaporan;
(c) tanggal jatuh tempo;
(d) jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)
bulan;
(e) penjelasan tentang fasilitas pinjaman yang diperoleh, termasuk jumlah
dan tujuan perolehannya;
(f) pembayaran yang dilakukan pada periode berjalan untuk masing-
masing fasilitas pinjaman;
(g) kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan Emiten atau Perusahaan
Publik dalam memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya
restrukturisasi utang dan kondisi default);
(h) jaminan yang diberikan dengan menunjuk pos-pos yang
berhubungan;
(i) persyaratan lain yang penting, seperti adanya pembatasan pembagian
dividen, pembatasan rasio tertentu, dan/atau pembatasan perolehan
utang baru; dan
(j) pengungkapan informasi sehubungan dengan liabilitas berbunga jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal laporan posisi keuangan tetapi tetap diklasifikasikan
sebagai liabilitas jangka panjang, antara lain adalah:
i. nama bank/lembaga keuangan dan jumlahnya; dan
ii. ringkasan perjanjian lama dan baru, yang meliputi tanggal
kesepakatan, jangka waktu pinjaman, tanggal jatuh tempo, dan
persyaratan penting.
(3) Utang Sewa Pembiayaan
Selain pengungkapan untuk liabilitas keuangan, Emiten atau Perusahaan
Publik wajib menambahkan pengungkapan antara lain:
(a) jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset dan pemberi sewa
(lessor) pada tanggal laporan posisi keuangan;
(b) rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan
pada tanggal laporan posisi keuangan, dengan nilai kininya. Selain itu
wajib mengungkapkan total pembayaran sewa minimum di masa depan

Lampiran tambahan.indb 242 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-243

pada tanggal laporan posisi keuangan, dan nilai kininya, untuk setiap
periode berikut:
i. sampai dengan satu tahun;
ii. lebih dari satu tahun sampai 5 (lima) tahun; dan
iii. lebih dari 5 (lima)tahun.
(c) pembayaran sewa kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode
tersebut;
(d) total pembayaran minimum sewa-lanjut (sublease) masa depan yang
diperkirakan akan diterima dari kontrak sewa- lanjut yang tidak dapat
dibatalkan (non-cancellable sublease) pada tanggal laporan posisi
keuangan;
(e) keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale
and leaseback); dan
(f) penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material, antara lain:
i. dasar penentuan utang sewa kontinjen;
ii. ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi
perpanjangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-
syaratnya; dan
iii. pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian
sewa.
(4) Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang
Ketentuan pengungkapan pada program imbalan pascakerja (imbalan
pasti dan iuran pasti), imbalan kerja jangka panjang lainnya, dan pesangon
pemutusan kontrak kerja adalah sebagai berikut:
(a) imbalan Pasti
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan:
i. gambaran umum mengenai jenis program.
ii. rekonsiliasi saldo awal dan akhir dari nilai kini kewajiban imbalan
pasti yang menunjukkan secara terpisah, pengaruhnya selama
periode berjalan yang dapat diatribusikan ke dalam:
i) biaya jasa kini;
ii) biaya bunga;
iii) iuran oleh peserta program;
iv) keuntungan dan kerugian aktuarial;
v) perubahan kurs mata uang asing pada program yang
diukur dengan mata uang yang berbeda dengan mata uang
penyajian;
vi) imbalan yang dibayarkan;
vii) biaya jasa lalu;
viii) kombinasi bisnis;
ix) curtailment; dan
x) penyelesaian.

Lampiran tambahan.indb 243 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-244

iii. analisis kewajiban imbalan pasti terhadap jumlah yang dihasilkan


dari program yang seluruhnya tidak didanai dan jumlah yang
dihasilkan dari program yang seluruhnya atau sebagian didanai;
iv. rekonsiliasi saldo awal dan akhir dari Nilai Wajar aset program
serta saldo awal dan akhir dari setiap hak penggantian yang diakui
sebagai Aset sesuai dengan SAK menunjukkan secara terpisah,
dampak selama periode yang dapat diatribusikan pada setiap:
i) hasil yang diharapkan dari aset program;
ii) keuntungan dan kerugian aktuarial;
iii) perubahan kurs mata uang asing pada program yang
diukur dengan mata uang yang berbeda dengan mata uang
penyajian;
iv) iuran oleh pemberi pekerja;
v) iuran oleh peserta program;
vi) imbalan yang dibayarkan;
vii) kombinasi bisnis; dan
viii) penyelesaian;
v. rekonsiliasi nilai kini kewajiban imbalan pasti sebagaimana
dimaksud dalam butir ii dan Nilai Wajar aset program sebagaimana
dimaksud dalam butir iv atas Aset dan Liabilitas yang diakui dalam
laporan posisi keuangan, paling kurang mengungkapkan:
i) keuntungan dan kerugian aktuarial neto yang tidak diakui
dalam laporan posisi keuangan;
ii) biaya jasa lalu yang tidak diakui dalam laporan posisi
keuangan;
iii) setiap jumlah yang tidak diakui sebagai Aset, dikarenakan
oleh batasan dalam SAK;
iv) Nilai Wajar pada akhir periode pelaporan dari setiap hak
penggantian yang diakui sebagai Aset sesuai dengan SAK;
dan
v) jumlah lainnya yang diakui dalam laporan posisi keuangan;
vi. total beban yang diakui di laba rugi untuk setiap hal- hal berikut
dan nama pos dimana hal tersebut termasuk:
i) biaya jasa kini;
ii) biaya bunga;
iii) hasil yang diharapkan dari aset program;
iv) hasil yang diharapkan dari setiap hak penggantian yang
diakui sebagai Aset sesuai dengan SAK;
v) keuntungan dan kerugian aktuarial, jika Emiten atau
Perusahaan Publik memilih metode koridor 10% (sepuluh
per seratus);
vi) biaya jasa lalu;

Lampiran tambahan.indb 244 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-245

vii) dampak dari curtailment terutama terkait dengan


penyelesaiannya; dan
viii) dampak dari batasan dalam SAK;
vii. jumlah total yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain
yang akan diakui segera dalam saldo laba, meliputi:
i) keuntungan dan kerugian aktuarial; dan
ii) dampak dari batasan dalam SAK;
viii. jumlah kumulatif dari keuntungan dan kerugian aktuarial yang
diakui pada pendapatan komprehensif lain, dalam hal Emiten
atau Perusahaan Publik mengakui keuntungan dan kerugian
dalam pendapatan komprehensif lain sesuai dengan SAK;
ix. persentase atau jumlah setiap kategori utama yang merupakan
Nilai Wajar total aset program, untuk setiap kategori utama
dari aset program, yang mencakup, namun tidak terbatas pada,
instrumen ekuitas, instrumen utang, properti, dan seluruh aset
lain;
x. jumlah yang mencakup Nilai Wajar aset program untuk:
i) setiap kategori instrumen keuangan milik Emiten atau
Perusahaan Publik; dan
ii) setiap properti atau Aset lain yang digunakan oleh Emiten
atau Perusahaan Publik;
xi. penjelasan atas dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat
pengembalian yang diharapkan atas Aset secara keseluruhan,
termasuk dampak kategori utama dari aset program;
xii. imbal hasil aktual atas aset program, serta imbal hasil aktual atas
setiap hak penggantian yang diakui sebagai Aset;
xiii. Asumsi aktuarial utama yang digunakan sampai pada akhir
periode pelaporan dan diungkapkan dalam ukuran yang
absolut dan tidak hanya sebagai marjin antara persentase
dan variabel lainnya, termasuk:
i) tingkat diskonto;
ii) tingkat imbal hasil yang diharapkan atas setiap aset program
untuk periode yang disajikan dalam laporan keuangan;
iii) tingkat imbal hasil yang diharapkan untuk periode
yang disajikan dalam laporan keuangan pada setiap hak
penggantian yang diakui sebagai Aset;
iv) tingkat kenaikan gaji yang diharapkan (dan perubahan dalam
indeks atau variabel tertentu lainnya dalam masa program
formal atau konstruktif sebagai dasar untuk kenaikan
imbalan masa depan);
v) tingkat tren biaya kesehatan; dan
vi) asumsi material lain yang digunakan dalam aktuaria;

Lampiran tambahan.indb 245 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-246

xiv. dampak kenaikan atau penurunan satu angka persentase dalam


tingkat tren biaya kesehatan yang diasumsikan pada:
i) biaya jasa kini agregat dan komponen biaya bunga dari biaya
kesehatan pascakerja periodik neto; dan
ii) akumulasi kewajiban imbalan pascakerja untuk biaya
kesehatan.
Dalam hal program dioperasikan dalam lingkungan
inflasi yang tinggi, wajib diungkapkan dampak persentase
kenaikan atau penurunan tingkat tren biaya kesehatan yang
diasumsikan dari makna yang serupa dengan satu angka
persentase dalam lingkungan inflasi yang rendah.
xv. Jumlah periode tahunan saat ini dan periode empat tahun
sebelumnya dari:
i) nilai kini kewajiban imbalan pasti, Nilai Wajar aset program
dan surplus atau defisit pada program; dan
ii) penyesuaian yang timbul pada:
(i) liabilitas program dinyatakan sebagai jumlah atau
persentase dari liabilitas program pada akhir periode
pelaporan; dan
(ii) aset program dinyatakan sebagai jumlah atau
persentase dari aset program pada akhir periode
pelaporan;
xvi. estimasi terbaik pemberi kerja, segera setelah dapat ditentukan
secara andal, dari iuran yang diharapkan akan dibayar dalam
program selama periode tahunan dimulai setelah periode
pelaporan;
xvii. khusus untuk program imbalan pasti yang membagi risiko antar
entitas sepengendali, wajib diungkapkan sebagai berikut:
i) perjanjian kontraktual atau kebijakan tertulis untuk
pembebanan biaya imbalan pasti neto atau bukti bahwa
tidak ada kebijakan seperti itu;
ii) dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik mencatat alokasi
biaya imbalan pasti neto sesuai SAK, maka Emiten atau
Perusahaan Publik mengungkapkan:
(i) informasi yang memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi sifat program imbalan
pasti dan dampak keuangan atas perubahan program
selama periode tersebut;
(ii) pengungkapan gambaran umum jenis program sesuai
dengan huruf (a) butir i mencakup penjelasan praktik
informal yang menimbulkan kewajiban konstruktif
termasuk dalam pengukuran kewajiban imbalan pasti;
dan

Lampiran tambahan.indb 246 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-247

(iii) jika Emiten atau Perusahaan Publik mencatat iuran


yang terutang untuk periode sesuai SAK informasi
tentang program secara keseluruhan disyaratkan
sesuai dengan butir i, butir ii, butir iii, butir iv, butir
ix, butir xiii, butir xiv, dan butir xvi serta butir (ii).
(b) Iuran Pasti
Emiten atau Perusahaan Publik yang menyelenggarakan program iuran
pasti, wajib mengungkapkan jumlah yang diakui sebagai beban untuk
program iuran pasti.
(c) Imbalan Kerja Jangka Panjang Lainnya
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan paling kurang
jenis dan jumlah imbalan kerja jangka panjang lainnya.
(d) Pesangon Pemutusan Kontrak Kerja
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan paling kurang:
i. uraian program dan jumlah pesangon pemutusan kontrak kerja;
dan
ii. penjelasan mengenai liabilitas kontinjen (jika ada).
(5) Utang Obligasi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) rincian mengenai jenis, nilai nominal dan nilai tercatat dalam rupiah dan
mata uang asing, tanggal jatuh tempo, jadwal pembayaran bunga, suku
bunga, bursa tempat obligasi dicatatkan, dan tujuan penerbitannya;
(b) peringkat dan nama Perusahaan Pemeringkat Efek;
(c) jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)
bulan;
(d) nama Wali Amanat dan keterkaitan usaha dengan Emiten atau
Perusahaan Publik;
(e) jaminan serta pembentukan dana untuk pelunasan utang pokok obligasi
dengan menunjuk pos-pos yang berhubungan, jika ada;
(f) pembatasan yang dipersyaratkan dalam Kontrak Perwaliamanatan;
(g) kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan Emiten atau Perusahaan
Publik dalam memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya
restrukturisasi utang dan kondisi default); dan
(h) persyaratan penting lainnya.
(6) Sukuk
(a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengelompokkan Sukuk
berdasarkan akad syariah yang digunakan.
(b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
i. uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan Sukuk,
termasuk:
i) ringkasan akad syariah dan skema transaksi syariah yang
digunakan;
ii) Aset, manfaat, atau aktivitas yang mendasari;

Lampiran tambahan.indb 247 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-248

iii) nilai nominal;


iv) besaran imbalan (untuk Sukuk ijarah);
v) prinsip pembagian hasil usaha, dasar bagi hasil, dan besaran
nisbah bagi hasil (untuk Sukuk mudharabah);
vi) rencana jadwal dan tata cara pembagian dan/ atau
pembayaran imbalan atau bagi hasil;
vii) jangka waktu;
viii) tujuan penerbitannya; dan
ix) persyaratan penting lain;
ii. peringkat dan nama Perusahaan Pemeringkat Efek;
iii. bursa tempat Sukuk dicatatkan;
iv. jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)
bulan;
v. nama Wali Amanat dan keterkaitan usaha dengan Emiten atau
Perusahaan Publik;
vi. jaminan dengan menunjuk pos-pos yang berhubungan (jika
ada);
vii. pembatasan yang dipersyaratkan dalam Kontrak Perwaliamanatan;
dan
viii. kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan Emiten atau
Perusahaan Publik dalam memenuhi persyaratan dan kondisi
Sukuk (misalnya restrukturisasi Sukuk dan kondisi default).
(7) Utang Subordinasi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) nama kreditur, sifat ikatan, jangka waktu, jenis mata uang, dan kisaran
suku bunga kontraktual selama periode pelaporan;
(b) tujuan perolehannya;
(c) persyaratan terkait dengan pelunasan utang subordinasi;
(d) kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan Emiten atau Perusahaan
Publik dalam memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya
restrukturisasi utang dan kondisi default);
(e) pembatasan yang dipersyaratkan dalam Kontrak Perwaliamanatan;
dan
(f) persyaratan penting lainnya.
(8) Obligasi Konversi Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan
antaralain:
(a) rincian mengenai jenis, nilai nominal dan nilai tercatat, tanggal jatuh
tempo, jadwal pembayaran bunga, suku bunga, bursa tempat obligasi
konversi dicatatkan, dan tujuan penerbitannya;
(b) periode konversi dan persyaratan konversi, antara lain meliputi rasio
konversi, harga pelaksanaan, hak konversi sebelum jatuh tempo serta
persyaratannya, dan penalti;

Lampiran tambahan.indb 248 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-249

(c) dampak dilusi apabila seluruh obligasi dikonversikan, dengan


memperhatikan tingkat konversi atau harga pelaksanaan (exercise
price) yang paling menguntungkan dari sudut pandang pemegang
obligasi konversi;
(d) jumlah obligasi yang telah dikonversikan dan dampak dilusinya;
(e) peringkat dan nama Perusahaan Pemeringkat Efek;
(f) jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)
bulan;
(g) nama Wali Amanat dan keterkaitan usaha dengan Emiten atau
Perusahaan Publik;
(h) jaminan serta pembentukan dana untuk pelunasan utang pokok obligasi
dengan menunjuk pos-pos yang berhubungan (jika ada);
(i) kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan Emiten atau Perusahaan
Publik dalam memenuhi persyaratan dan kondisi utang (misalnya
restrukturisasi utang dan kondisi default);
(j) dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menerbitkan obligasi konversi
tanpa melalui penawaran umum, wajib diungkapkan tujuan penerbitan
dan nama pembeli;
(k) komponen Liabilitas dari obligasi konversi;
(l) keberadaan fitur derivatif melekat; dan
(m) persyaratan penting lainnya.
3) Ekuitas
a) Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk:
(1) Modal SahamEmiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan
antara lain:
(a) bagi setiap jenis saham, antara lain:
i. rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir
periode;
ii. hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada
setiap jenis saham, termasuk pembatasan atas dividen dan
pembayaran kembali atas modal; dan
iii. saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak
opsi dan kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan
persyaratan;.
(b) penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam
ekuitas;
(c) susunan pemegang saham dengan mengungkapkan jumlah
lembar saham dan persentase kepemilikan, yaitu:
i. pemegang saham yang memiliki 5% (lima perseratus) atau
lebih;
ii. nama direktur dan komisaris yang memiliki saham; dan
iii. pemegang saham lainnya;

Lampiran tambahan.indb 249 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-250

(d) dalam hal terjadi perubahan modal saham dalam periode


berjalan:
i. keputusan yang berhubungan dengan perubahan modal
saham tersebut, seperti pengesahan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia, persetujuan dan/atau pemberitahuan
Menteri terkait, dan keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS);
ii. sumber peningkatan modal saham, antara lain dari
kapitalisasi agio, saldo laba, penerbitan saham baru dari
Penawaran Umum dengan dan/ atau tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (right issue dan private placement),
pelaksanaan waran, serta konversi obligasi; dan
iii. tujuan perubahan modal saham, antara lain dalam rangka
ekspansi, penyelesaian pinjaman, atau pemenuhan
kecukupan modal;
(e) dalam hal hanya sebagian saham Emiten atau Perusahaan Publik
yang dicatatkan di Bursa Efek, agar disebutkan jumlah saham
yang dicatatkan dan yang tidak dicatatkan pada Bursa Efek.
(2) Tambahan Modal Disetor (Additional Paid-in Capital)
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) rincian jumlah tambahan modal disetor
(b) uraian sumber agio saham;
(c) rincian biaya emisi Efek ekuitas berdasarkan penerbitan Efek
ekuitas;
(d) uraian mengenai sifat dan asal selisih kurs atas modal disetor;
(e) uraian mengenai sifat dan asal tambahan modal disetor lainnya;
(f) pengungkapan untuk selisih nilai transaksi dengan entitas
sepengendali, antara lain:
i. nama dan penjelasan tentang entitas atau bisnis yang
berkombinasi;
ii. penjelasan mengenai hubungan sepengendali dari entitas-
entitas yang bertransaksi dan bahwa hubungan tersebut
tidak bersifat sementara;
iii. tanggal efektif transaksi;
iv. operasi atau kegiatan bisnis yang telah diputuskan untuk
dijual atau dihentikan akibat kombinasi bisnis tersebut;
v. kepemilikan entitas atau bisnis yang dialihkan serta jenis dan
jumlah imbalan yang terjadi;
vi. nilai tercatat bisnis yang dikombinasikan atau dialihkan
serta selisih antara nilai tercatat tersebut dengan jumlah
imbalan yang diserahkan atau diterima; dan

Lampiran tambahan.indb 250 22/08/2017 11.07.14


Lampiran 17
L-251

vii. pengungkapan mengenai penyajian kembali laporan


keuangan sebagaimana diatur dalam SAK, yang memberikan
informasi paling kurang sebagai berikut:
i) ikhtisar angka-angka laporan keuangan yang telah
dilaporkan sebelumnya untuk periode yang disajikan
kembali;
ii) ikhtisar jumlah tercatat Aset dan Liabilitas entitas
atau bisnis yang dikombinasikan;
iii) dampak penyesuaian kebijakan akuntansi; dan
iv) ikhtisar angka-angka laporan keuangan setelah
disajikan kembali.
(3) Selisih Transaksi dengan Pihak Nonpengendali
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) uraian transaksi perubahan kepemilikan tanpa hilangnya
Pengendalian yang meliputi:
i. jenis transaksi dan perubahan persentase kepemilikan;
ii. nama entitas anak; dan
iii. nama pihak yang bertransaksi;
(b) perhitungan selisih transaksi perubahan kepemilikan tanpa
hilangnya Pengendalian; dan
(c) jumlah yang direalisasi ke laba rugi atas pelepasan investasi pada
saat hilangnya Pengendalian.
(4) Saham Treasuri
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) latar belakang pembelian kembali saham, pelepasan, atau
pengurangan modal disetor;
(b) tanggal atau periode perolehan serta jumlah lembar dan nilai
saham treasuri yang diperoleh;
(c) tanggal dan jumlah saham treasuri yang digunakan sebagai
pengurangan modal disetor;
(d) tanggal dan jumlah saham treasuri yang dilepaskan kembali serta
selisih antara harga perolehan dengan harga pelepasan saham
treasuri; dan
(e) akumulasi jumlah lembar dan nilai saham treasuri.
(5) Saldo Laba
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(a) alasan dan jumlah penyesuaian periode yang lalu (jika ada);
(b) perubahan saldo laba pada periode bersangkutan dan persetujuan
RUPS yang terkait; dan
(c) saldo laba yang ditentukan penggunaannya, sifat, dan tujuan
setiap pos cadangan.
(6) Pendapatan Komprehensif Lainnya

Lampiran tambahan.indb 251 22/08/2017 11.07.14


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-252

Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara


lain keterangan mengenai perubahan masing-masing komponen
pendapatan komprehensif lainnya.
b) Kepentingan Nonpengendali
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain rincian
bagian pemegang saham nonpengendali atas ekuitas masing-masing entitas
anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung atau tidak langsung
pada entitas induk.
4) Pendapatan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
periode, termasuk pendapatan yang berasal dari:
i. penjualan barang;
ii. penjualan jasa;
iii. bunga;
iv. royalti; dan/ atau
v. dividen;
diungkapkan secara terpisah berdasarkan pihak berelasi dan pihak
ketiga;
b) rincian jumlah dari kelompok produk/ jasa utama;
c) nama pihak pembeli dan jumlah nilai penjualan yang melebihi 10% (sepuluh
perseratus) dari pendapatan;
d) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang
tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan (jika ada), yang
diungkapkan terpisah berdasarkan pihak berelasi dan pihak ketiga;
e) khusus untuk kontrak konstruksi, diungkapkan antara lain:
(1) pendapatan kontrak konstruksi:
(a) jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan
dalam periode berjalan;
(b) metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak
yang diakui dalam periode berjalan; dan
(c) metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian
kontrak;
(2) pekerjaan dalam proses penyelesaian pada tanggal akhir periode
pelaporan:
(a) jumlah agregat biaya yang terjadi dan laba/rugi yang diakui
sampai tanggal pelaporan;
(b) jumlah uang muka yang diterima; dan
(c) jumlah retensi;
(3) jumlah tagihan dan utang bruto kepada pemberi kerja, masing- masing
sebagai Aset dan Liabilitas;
f) dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik memiliki transaksi hubungan
keagenan, diungkapkan secara terpisah, maka:

Lampiran tambahan.indb 252 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-253

(1) penjualan biasa dan penjualan dari hubungan keagenan;


(2) pendapatan komisi yang diperoleh Emiten atau Perusahaan Publik
sebagai agen dari transaksi keagenan dengan pendapatan lainnya;
dan
(3) perincian dari komponen pendapatan neto yang diperoleh Emiten atau
Perusahaan Publik sebagai prinsipal dari transaksi keagenan, yang
antara lain terdiri dari:
(a) pendapatan bruto;
(b) retur/rabat/ diskon terkait; dan
(c) total pendapatan neto.
5) Beban
a) Beban Pokok Penjualan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan, antara lain:
(1) beban pokok produksi yang dirinci:
(a) biaya bahan baku;
(b) biaya tenaga kerja; dan
(c) biaya overhead ditambah dan dikurangi saldo awal dan akhir
persediaan;
(2) nama pihak penjual dan nilai pembelian yang melebihi 10% (sepuluh
perseratus) dari pendapatan.
b) Beban Usaha
Pada umumnya, yang harus diungkapkan rincian sifat beban berdasarkan
kategori fungsinya, yaitu antara lain:
(1) beban penjualan;
(2) beban distribusi; dan
(3) beban umum dan administrasi.
6) Pendapatan dan Beban Lainnya
a) Pendapatan Lainnya
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain rincian
dan jumlah pendapatan lainnya.
b) Beban Lainnya
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain rincian
dan jumlah beban lainnya.
c) Biaya Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) biaya pinjaman meliputi:
(a) beban keuangan yang dihitung dengan menggunakan metode
suku bunga efektif;
(b) beban keuangan dalam sewa pembiayaan yang diakui sesuai SAK
yang berlaku; dan
(c) selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing
sepanjang selisih kurs tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian
terhadap bunga;

Lampiran tambahan.indb 253 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-254

(2) biaya keuangan lainnya yang terjadi dari transaksi instrumen keuangan
meliputi:
(a) rugi penurunan nilai dari kuotasi atas investasi tersedia untuk
dijual;
(b) rugi neto dari instrumen keuangan yang diakui pada Nilai Wajar
melalui laba rugi; dan
(c) amortisasi premi/diskonto kontrak berjangka yang bertujuan
untuk lindung nilai.
d) Bagian Laba Rugi dari Entitas Asosiasi dan/atau Ventura Bersama
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) bagian laba rugi dari masing-masing entitas asosiasi dan/ atau Ventura
Bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan
(2) bagian laba rugi dari entitas asosiasi dari operasi yang dihentikan, yang
diungkapkan secara terpisah.
7) Pendapatan Komprehensif Lain
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) perubahan dalam surplus revaluasi Aset Tetap maupun Aset
Takberwujud;
b) keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti;
c) selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan;
d) keuntungan (kerugian) dari aset keuangan tersedia untuk dijual;
e) bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas; dan
f) bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan/ atau
Ventura Bersama.
d. Pengungkapan Lainnya
1) Transaksi Pihak Berelasi
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan transaksi atau saldo
dengan pihak berelasi, yang jumlahnya:
(1) lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk transaksi
dengan orang atau anggota keluarga terdekat; dan/ atau
(2) lebih dari 0,5% (nol koma lima perseratus) dari modal disetor untuk
transaksi dengan entitas berelasi.
b) Pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a), dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) pengungkapan yang terkait dengan transaksi dengan orang atau
anggota keluarga terdekat meliputi nama, sifat dan hubungan dengan
pihak berelasi serta informasi tentang transaksi dan saldo dengan pihak
dimaksud;
(2) pengungkapan yang terkait dengan transaksi dengan entitas berelasi
meliputi sifat dan hubungan dengan pihak-pihak berelasi serta informasi
mengenai transaksi dan saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan

Lampiran tambahan.indb 254 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-255

untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan


keuangan, paling kurang:
(a) jumlah transaksi beserta persentasenya terhadap total pendapatan
dan beban terkait;
(b) jumlah saldo beserta persentasenya terhadap total Aset atau
Liabilitas, termasuk komitmen, dan:
i. persyaratan dan ketentuannya, termasuk apakah terdapat
jaminan, dan sifat imbalan yang akan diberikan, untuk
penyelesaian; dan
ii. rincian garansi yang diberikan atau diterima;
(c) jumlah cadangan kerugian penurunan nilai, beban cadangan
kerugian penurunan nilai secara individual dan kolektif, dan
penghapusan piutang terkait dengan jumlah saldo piutang usaha
dan piutang pihak berelasi non- usaha; dan
(d) alasan dan dasar pembentukan cadangan kerugian penurunan
nilai, jika dilakukan pembentukan;
(3) pengungkapan yang disyaratkan sebagaimana dimaksud dalam angka
(1) dan angka (2) dilakukan secara terpisah untuk masing-masing
kategori berikut:
(a) entitas induk;
(b) entitas dengan pengendalian bersama atau Pengaruh Signifikan
terhadap entitas;
(c) entitas anak;
(d) entitas asosiasi;
(e) Ventura Bersama dimana entitas merupakan venturer;
(f) personil manajemen kunci dari entitas pelapor atau entitas
induknya; dan
(g) pihak-pihak berelasi lainnya.
c) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan seluruh kompensasi
yang diberikan kepada masing-masing anggota atau kelompok direksi,
komisaris, pemegang saham utama yang juga sebagai karyawan, dan
manajemen kunci lainnya untuk masing- masing kategori berikut:
(1) imbalan kerja jangka pendek;
(2) imbalan pascakerja;
(3) imbalan kerja jangka panjang lainnya;
(4) pesangon pemutusan kontrak kerja; dan
(5) pembayaran berbasis saham.
d) Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik merupakan entitas berelasi
dengan pemerintah, maka untuk transaksi dengan sesama entitas berelasi
dengan pemerintah, Emiten atau Perusahaan Publik tidak mengikuti
ketentuan pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf b) angka
(2), namun wajib mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

Lampiran tambahan.indb 255 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-256

(1) nama entitas berelasi dengan pemerintah dan sifat hubungannya


dengan Emiten atau Perusahaan Publik;
(2) sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifikan;
dan
(3) untuk transaksi lainnya yang secara kolektif, tetapi tidak secara
individual, signifikan, indikasi secara kuantitatif atau kualitatif atas
luasnya transaksi tersebut. Dalam hal ini, transaksi tersebut tidak wajib
disajikan secara terpisah sebagai komponen utama dalam laporan
keuangan.
e) Pengungkapan bahwa transaksi pihak berelasi dilakukan dengan ketentuan
yang setara dengan yang berlaku dalam transaksi yang wajar, hanya jika
pernyataan tersebut dapat dibuktikan.
2) Pajak Penghasilan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) komponen beban (penghasilan) pajak yang terdiri dari:
(1) beban (penghasilan) pajak kini;
(2) penyesuaian yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari
periode lalu;
(3) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang berasal dari
perbedaan temporer dan pembalikannya;
(4) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan
tarif pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru;
(5) jumlah manfaat yang berasal dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya
atau perbedaan temporer suatu periode lalu yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak kini dan beban pajak tangguhan;
(6) beban pajak tangguhan yang disebabkan oleh penurunan atau
pembalikan penurunan sebelumnya atas aset pajak tangguhan; dan
(7) jumlah beban (penghasilan) terkait dengan perubahan kebijakan
akuntansi dan kesalahan yang diperhitungkan dalam laporan laba
rugi komprehensif, dikarenakan tidak dapat diperlakukan secara
retrospektif;
b) agregat pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan transaksi yang
dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas;
c) jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen pendapatan
komprehensif lain, kecuali untuk bagian pendapatan komprehensif lain
dari entitas asosiasi dan/ atau Ventura Bersama;
d) penjelasan hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi
dalam satu atau kedua bentuk berikut ini:
(1) rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dan hasil perkalian laba
akuntansi dengan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan
dasar perhitungan tarif pajak yang berlaku; atau

Lampiran tambahan.indb 256 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-257

(2) rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak yang
berlaku, dengan mengungkapkan dasar perhitungan tarif pajak yang
berlaku;
e) penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan
dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya;
f) jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang
dapat dikurangkan dan rugi pajak belum dikompensasi yang tidak diakui
sebagai aset pajak tangguhan dalam laporan keuangan;
g) jumlah agregat perbedaan temporer yang terkait dengan investasi pada
entitas anak, cabang, entitas asosiasi, dan bagian partisipasi dalam Ventura
Bersama atas liabilitas pajak tangguhan yang belum diakui;
h) rekonsiliasi fiskal dan perhitungan beban pajak kini dengan cara sebagai
berikut:
(1) laba sebelum pajak menurut akuntansi;
(2) ditambah/dikurangi koreksi positif atau negatif (dirinci);
(3) laba kena pajak;
i) perhitungan beban dan liabilitas pajak kini dengan menerapkan tarif pajak
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pajak yang berlaku;
j) pernyataan bahwa laba kena pajak hasil rekonsiliasi menjadi dasar dalam
pengisian SPT Tahunan PPh Badan;
k) setiap jenis perbedaan temporer dan setiap jenis rugi pajak yang belum
dikompensasi:
(1) jumlah aset dan liabilitas pajak tangguhan yang diakui pada laporan
posisi keuangan untuk periode sajian; dan
(2) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui dalam laba
rugi, apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah
aset atau liabilitas pajak tangguhan yang diakui dalam laporan posisi
keuangan;
l) beban pajak terkait dengan operasi yang dihentikan:
(1) keuntungan atau kerugian atas penghentian; dan
(2) laba rugi dari kegiatan normal atas operasi yang dihentikan selama
periode, bersama dengan jumlah terkait untuk setiap periode sajian;
m) jumlah konsekuensi pajak penghasilan atas dividen kepada pemegang
saham Emiten atau Perusahaan Publik yang diusulkan atau diumumkan
sebelum Laporan Keuangan Diotorisasi untuk Terbit namun tidak diakui
sebagai Liabilitas dalam laporan keuangan;
n) uraian jumlah perubahan pada jumlah pengakuan untuk aset pajak
tangguhan praakuisisi apabila Emiten atau Perusahaan Publik adalah pihak
pengakuisisi dalam suatu kombinasi bisnis;
o) peristiwa atau perubahan keadaan yang menyebabkan manfaat pajak
tangguhan wajib diakui apabila manfaat pajak tangguhan yang diperoleh
dari kombinasi bisnis tidak diakui pada tanggal akuisisi tetapi diakui setelah
tanggal akuisisi;

Lampiran tambahan.indb 257 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-258

p) jumlah aset pajak tangguhan dan alasan atau bukti yang mendukung
pengakuan atas aset pajak tangguhan, apabila:
(1) penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada kondisi laba kena
pajak mendatang lebih besar dari laba pembalikan perbedaan temporer
kena pajak yang telah ada; dan
(2) entitas mengalami kerugian pada periode kini atau periode sebelumnya
yang mengakibatkan diakuinya aset pajak tangguhan terkait.
3) Penurunan Nilai Aset Nonkeuangan
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan hal-hal berikut
untuk setiap rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik selama periode
tertentu untuk suatu aset individual, termasuk goodwill atau suatu unit
penghasil kas:
(1) peristiwa dan kondisi yang mengindikasikan pengakuan atau
pembalikan rugi penurunan nilai;
(2) jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode
tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya
tercakup rugi penurunan nilai;
(3) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi
selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang
di dalamnya tercakup rugi penurunan nilai yang dibalik;
(4) goodwill yang telah diakui rugi penurunan nilainya;
(5) jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lain selama periode tersebut; dan
(6) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang
diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama periode tersebut.
b) Pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a) dilakukan
untuk setiap kelompok aset.
4) Kombinasi Bisnis
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut untuk setiap kombinasi bisnis yang terjadi selama periode pelaporan,
yaitu:
(1) nama dan penjelasan tentang pihak yang diakuisisi;
(2) tanggal akuisisi;
(3) biaya terkait akuisisi, di luar biaya penerbitan Efek utang dan Efek
ekuitas, periode berjalan, dan akumulasinya untuk masing-masing
kombinasi bisnis;
(4) persentase kepentingan ekuitas berhak suara yang diperoleh;
(5) alasan utama untuk kombinasi bisnis dan penjelasan tentang cara pihak
pengakuisisi memperoleh Pengendalian atas pihak yang diakuisisi;
(6) penjelasan kualitatif tentang faktor yang membentuk goodwill yang
diakui;

Lampiran tambahan.indb 258 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-259

(7) Nilai Wajar pada saat tanggal akuisisi atas total imbalan yang dialihkan
dan Nilai Wajar tanggal akuisisi untuk setiap kelompok utama
imbalan;
(8) kesepakatan imbalan kontinjensi dan aset indemnifikasi:
(a) jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi;
(b) penjelasan tentang kesepakatan dan dasar penentuan jumlah
pembayaran; dan
(c) estimasi kisaran hasil (tidak didiskonto) atau, jika apabila kisaran
tidak dapat diestimasikan maka fakta dan alasan mengapa
kisaran tersebut tidak dapat diestimasikan. Dalam hal jumlah
maksimum pembayaran tidak terbatas, maka pihak pengakuisisi
mengungkapkan fakta tersebut;
(9) Emiten dan Perusahaan Publik wajib mengungkapkan piutang yang
diperoleh berdasarkan kelompok utama piutang, misalnya pinjaman
yang diberikan, sewa pembiayaan langsung, dan kelompok piutang
lain, yaitu sebagai berikut:
(a) Nilai Wajar piutang;
(b) jumlah piutang bruto kontraktual; dan
(c) estimasi terbaik pada tanggal akuisisi atas jumlah arus kas
kontraktual yang diperkirakan tidak tertagih;
(10) jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi untuk setiap kelompok utama
Aset yang diperoleh dan Liabilitas yang diambil alih;
(11) setiap liabilitas kontinjensi yang diakui pada Nilai Wajar:
(a) uraian mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus
keluar sumber daya ekonomi terjadi;
(b) indikasi ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut.
Dalam hal diperlukan, Emiten atau Perusahaan Publik wajib
mengungkapkan asumsi utama yang mendasari prakiraan
peristiwa masa depan; dan
(c) jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan
menyebutkan jumlah Aset yang telah diakui untuk estimasi
penggantian tersebut;
(12) dalam hal liabilitas kontinjensi tidak diakui karena Nilai Wajarnya tidak
dapat diukur secara andal, maka pihak pengakuisisi mengungkapkan:
(a) informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 16) huruf
b) angka (4) terkait perikatan dan kontijensi; dan
(b) alasan Liabilitas tidak dapat diukur secara andal;
(13) dalam hal pembelian dengan diskon:
(a) jumlah keuntungan yang diakui dan pos dalam laporan laba rugi
komprehensif dimana keuntungan tersebut diakui; dan
(b) penjelasan tentang alasan transaksi tersebut menghasilkan
keuntungan;

Lampiran tambahan.indb 259 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-260

(14) setiap kombinasi bisnis dimana pihak pengakuisisi memiliki kurang


dari 100% (seratus perseratus) dari kepentingan ekuitas pihak yang
diakuisisi pada tanggal akuisisi:
(a) jumlah dari kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi,
yang diakui pada tanggal akuisisi dan dasar pengukurannya;
dan
(b) teknik penilaian dan input model utama yang digunakan dalam
penentuan nilai tersebut, untuk setiap kepentingan nonpengendali
pada pihak yang diakuisisi yang diukur pada Nilai Wajar;
(15) dalam hal suatu kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap:
(a) Nilai Wajar pada tanggal akuisisi atas kepentingan ekuitas pihak
yang diakuisisi yang dimiliki oleh pihak pengakuisisi segera
sebelum tanggal akuisisi; dan
(b) jumlah keuntungan atau kerugian yang diakui sebagai hasil dari
pengukuran kembali Nilai Wajar dari kepentingan ekuitas pada
pihak yang diakuisisi yang dimiliki oleh pihak pengakuisisi sebelum
kombinasi bisnis dan pos dalam laporan laba rugi komprehensif
untuk mengakui keuntungan atau kerugian tersebut;
(16) Informasi sebagai berikut:
(a) jumlah pendapatan dan laba atau rugi dari pihak yang diakuisisi
sejak tanggal akuisisi yang dimasukkan dalam laporan laba rugi
komprehensif pada periode pelaporan; dan
(b) pendapatan dan laba atau rugi dari entitas hasil penggabungan
untuk periode pelaporan berjalan seolah- olah tanggal akuisisi
untuk semua kombinasi bisnis yang terjadi selama tahun berjalan
telah diperhitungkan sejak awal periode pelaporan.
b) Terhadap kombinasi bisnis yang terjadi pada periode sekarang dan
periode sebelumnya, Emiten atau Perusahaan Publik yang menjadi pihak
pengakuisisi wajib mengungkapkan informasi berikut untuk setiap
kombinasi bisnis yang material atau secara kolektif material:
(1) dalam hal akuntansi awal untuk kombinasi bisnis belum selesai untuk
Aset, Liabilitas, kepentingan nonpengendali tertentu atau jenis imbalan
dan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan kombinasi bisnis
sehingga ditentukan hanya bersifat penyisihan, maka diungkapkan:
(a) alasan akuntansi awal untuk kombinasi bisnis belum selesai;
(b) Aset, Liabilitas, kepentingan ekuitas atau jenis imbalan yang
akuntansi awalnya belum selesai; dan
(c) sifat dan jumlah dari setiap penyesuaian periode pengukuran yang
diakui selama periode pelaporan;
(2) setiap periode pelaporan setelah tanggal akuisisi sampai dengan Emiten
atau Perusahaan Publik mendapatkan, menjual atau kehilangan
hak atas aset imbalan kontinjensi, atau sampai dengan Emiten atau

Lampiran tambahan.indb 260 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-261

Perusahaan Publik menyelesaikan liabilitas imbalan kontinjensi atau


liabilitas tersebut dibatalkan atau lewat waktu, maka diungkapkan:
(a) setiap perubahan dalam jumlah yang diakui, termasuk setiap
perbedaan yang timbul selama penyelesaian;
(b) setiap perubahan dalam kisaran hasil (tidak didiskonto) dan
alasan perubahan tersebut; dan
(c) teknik penilaian dan input model utama yang digunakan untuk
mengukur imbalan kontinjensi;
(3) liabilitas kontinjensi yang diakui dalam kombinasi bisnis, jika ada;
(4) rekonsiliasi atas nilai tercatat goodwill pada awal dan akhir periode
pelaporan;
(5) jumlah dan penjelasan dari setiap keuntungan atau kerugian yang
diakui pada periode pelaporan yang:
(a) terkait dengan aset teridentifikasi yang diperoleh atau liabilitas
yang diambil-alih dalam kombinasi bisnis pada periode pelaporan
berjalan atau periode pelaporan sebelumnya; dan
(b) ukuran, sifat, atau kejadian relevan yang diungkapkan untuk
memahami laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik
hasil penggabungan;
c) pernyataan kesesuaian dengan peraturan Bapepam dan LK dalam
pelaksanaan transaksi kombinasi bisnis;
d) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan hal-hal berikut
secara keseluruhan, sehubungan dengan perolehan atas entitas anak dan
unit bisnis lainnya selama suatu periode:
(1) jumlah harga yang dibayarkan;
(2) bagian dari harga yang merupakan Kas dan Setara Kas;
(3) jumlah Kas dan Setara Kas pada entitas anak atau bisnis lainnya apabila
Pengendalian diperoleh; dan
(4) jumlah aset dan liabilitas selain Kas dan Setara Kas pada entitas anak
atau bisnis lainnya apabila Pengendalian diperoleh, diikhtisarkan
berdasarkan kategori utamanya.
5) Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) jumlah agregat dari liabilitas kontinjensi dengan jumlah liabilitas
kontinjensi lainnya secara terpisah;
b) jumlah agregat dari komitmen modal terkait dengan bagian
partisipasinya dalam Ventura Bersama secara terpisah dari komitmen
lainnya;
c) daftar dan penjelasan bagian partisipasi dalam Ventura Bersama yang
signifikan dan bagian partisipasi kepemilikan dalam pengendalian
bersama entitas; dan
d) dalam hal Ventura Bersama diakui dalam pengendalian bersama entitas,
agar ditambahkan pengungkapan tambahan tentang:

Lampiran tambahan.indb 261 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-262

(1) metode yang digunakan untuk mengakui bagian partisipasinya;


dan
(2) jumlah agregat setiap aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas jangka
pendek, liabilitas jangka panjang, penghasilan dan beban yang
terkait dengan bagian partisipasinya dalam Ventura Bersama.
6) Aset dan Liabilitas dalam Mata Uang Asing
a) Mata uang asing yang dimaksud adalah mata uang selain mata uang
fungsional.
b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) rincian aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing serta
ekuivalennya dalam mata uang fungsional;
(2) posisi neto dari aset dan liabilitas moneter dalam mata uang
asing;
(3) rincian kontrak valuta berjangka dan ekuivalen dalam mata uang
fungsional;
(4) jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk
selisih kurs yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi; dan
(5) selisih kurs neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta
rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
7) Operasi yang Dihentikan
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut:
(1) uraian tentang alasan operasi dihentikan;
(2) uraian fakta dan keadaan dari penjualan, atau yang mengarah
kepada pelepasan yang diharapkan, cara, dan waktu pelepasan
dari aset dan liabilitas operasi yang dihentikan; dan
(3) pengaruh dari operasi yang dihentikan terhadap segmen yang
dilaporkan dari aset tidak lancar atau kelompok lepasan disajikan
sesuai SAK yang berlaku.
b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan informasi terkait
dengan laba (rugi) operasi yang dihentikan, antara lain:
(1) analisa atas jumlah tunggal yang disajikan dalam laporan laba rugi
komprehensif meliputi:
(a) pendapatan, beban, dan laba atau rugi sebelum pajak dari
operasi yang dihentikan dan beban pajak penghasilan yang
terkait; dan
(b) laba atau rugi yang diakui dalam pengukuran ke Nilai Wajar
setelah dikurangi biaya untuk menjual atau pelepasan aset
atau kelompok lepasan yang terkait dengan operasi yang
dihentikan dan beban pajak penghasilan yang terkait;

Lampiran tambahan.indb 262 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-263

(2) arus kas neto yang dapat diatribusikan pada aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan dari operasi yang dihentikan; dan
(3) jumlah penghasilan dari operasi yang dilanjutkan dan operasi
yang dihentikan yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas
induk.
8) Laba (Rugi) per Saham Dasar dan Dilusian
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) jumlah yang digunakan sebagai pembilang dalam penghitungan laba
per saham dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi jumlah tersebut terhadap
laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk untuk
periode tersebut. Rekonsiliasi tersebut mencakup dampak individual
dari setiap jenis instrumen yang mempengaruhi laba per saham;
b) jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang digunakan sebagai
penyebut dalam penghitungan laba per saham dasar dan dilusian,
dan rekonsiliasi penyebut tersebut. Rekonsiliasi tersebut mencakup
dampak individual dari setiap jenis instrumen yang mempengaruhi
laba per saham;
c) instrumen (termasuk saham yang dapat diterbitkan secara kontinjen)
yang berpotensi mendilusi laba per saham dasar di masa depan, namun
tidak dimasukkan dalam penghitungan laba per saham dilusian karena
instrumen tersebut bersifat antidilutif untuk periode sajian;
d) penjelasan transaksi saham biasa atau transaksi instrumen berpotensi
saham biasa, selain yang dihitung sesuai dengan SAK yang berlaku,
yang terjadi setelah periode pelaporan dan akan secara signifikan
mengubah jumlah saham biasa atau instrumen berpotensi saham
biasa yang beredar pada akhir periode tersebut seandainya transaksi
dimaksud terjadi sebelum akhir periode pelaporan; dan
e) laba per saham dasar dan dilusian untuk operasi yang dihentikan.
9) Dividen
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) jumlah dividen dan dividen per saham yang telah dideklarasikan dan
dibayarkan sebagai distribusi kepada pemilik pada periode pelaporan;
b) jumlah utang dividen untuk:
(1) periode pelaporan, dan
(2) periode sebelumnya;
c) jumlah dividen dan dividen per saham yang diusulkan atau dideklarasikan
setelah periode pelaporan tetapi sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan dan tidak diakui sebagai Liabilitas kepada pemilik pada akhir
periode pelaporan; dan
d) jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.
10) Nilai Wajar Instrumen Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan untuk setiap
kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan:

Lampiran tambahan.indb 263 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-264

a) Nilai Wajar setiap kelompok Aset dan Liabilitas tersebut dengan cara
yang memungkinkan untuk dapat diperbandingkan dengan nilai
tercatat dalam laporan posisi keuangan; dan
b) hierarki, metode, dan asumsi signifikan yang digunakan dalam
menentukan Nilai Wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan.
11) Waran
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) jenis waran dan harga pelaksanaan dari masing-masing waran;
b) dasar penentuan Nilai Wajar waran;
c) nilai waran yang belum dan tidak dilaksanakan (kadaluwarsa);
d) jumlah waran yang diterbitkan dan beredar serta dampak dilusinya;
dan
e) ikatan-ikatan yang terkait dengan penerbitan waran.
12) Instrumen Derivatif selain Derivatif Melekat
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengelompokkan instrumen
derivatif sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk lindung nilai atau tujuan
lainnya (non lindung nilai), seperti untuk tujuan spekulasi;
b) Emiten atau Perusahaan Publik yang memiliki atau menerbitkan
instrumen derivatif wajib mengungkapkan untuk setiap kontrak
instrumen derivatif dalam kelompok klasifikasi lindung nilai dan
kelompok non lindung nilai:
(1) hakikat dan sifat dari transaksi, berupa transaksi berjangka dalam
bentuk valuta, bunga, komoditas atau lain-lain;
(2) pihak lawan transaksi (counterparties);
(3) tanggal jatuh tempo;
(4) nilai keseluruhan kontrak dan Nilai Wajar pada tanggal laporan
posisi keuangan;
(5) beban atau Pendapatan pada periode pelaporan;
(6) pos Aset dan/ atau Liabilitas yang dilindung nilai; dan
(7) persyaratan penting lainnya.
c) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan:
(1) Hal-hal yang diperlukan untuk memahami tujuan transaksi
derivatif dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut;
(2) Kebijakan manajemen risiko untuk setiap klasifikasi lindung nilai,
termasuk penjelasan mengenai Aset dan/ atau Liabilitas dan jenis
transaksi yang dilindung nilai; dan
(3) Bagi instrumen yang tidak dimaksudkan sebagai suatu lindung
nilai, disebutkan tujuannya.
13) Manajemen Risiko Keuangan
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
sifat dan luas risiko yang timbul dari instrumen keuangan, serta

Lampiran tambahan.indb 264 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-265

kebijakan dalam pengelolaan risiko, termasuk, namun tidak terbatas


pada risiko sebagai berikut:
(1) risiko kredit, antara lain ikhtisar analisis umur aset keuangan yang
belum jatuh tempo atau tidak mengalami penurunan nilai dan
yang lewat jatuh tempo pada akhir periode pelaporan tetapi tidak
mengalami penurunan nilai;
(2) risiko likuiditas, antara lain:
(a) analisis jatuh tempo untuk liabilitas keuangan derivatif dan
nonderivatif yang menunjukkan sisa jatuh tempo kontraktual
yang bertujuan untuk pemahaman terhadap periode arus
kas; dan
(b) deskripsi mengenai cara Emiten atau Perusahaan Publik
mengelola risiko likuiditas;
(3) risiko pasar, antara lain analisis sensitivitas untuk setiap jenis risiko
pasar dimana entitas terdampak pada akhir periode pelaporan,
yang menunjukkan dampak perubahan pada variabel risiko yang
relevan pada tanggal tersebut terhadap laba rugi dan ekuitas;
dan
(4) risiko lainnya yang dimiliki oleh Emiten atau Perusahaan
Publik.
b) Pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a) terdiri dari
pengungkapan kualitatif dan pengungkapan kuantitatif untuk setiap
jenis risiko yang timbul dari instrumen keuangan.
14) Pengelolaan Modal
a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) informasi kualitatif tentang tujuan, kebijakan, dan proses Emiten
atau Perusahaan Publik dalam mengelola permodalannya,
termasuk:
(a) deskripsi tentang bagian yang dikelola sebagai modal;
(b) sifat persyaratan dan implementasinya dalam hal Emiten atau
Perusahaan Publik diharuskan untuk memenuhi persyaratan
permodalan yang disyaratkan oleh pihak eksternal; dan
(c) cara Emiten atau Perusahaan Publik memenuhi tujuannya
dalam mengelola permodalannya;
(2) ringkasan data kuantitatif tentang bagian yang dikelola sebagai
modal;
(3) setiap perubahan pada angka (1) dan angka (2) dari periode
sebelumnya;
(4) pernyataan atas kepatuhan terhadap setiap persyaratan
permodalan dari pihak eksternal (jika ada); dan
(5) konsekuensi dari ketidakpatuhan persyaratan permodalan dari
pihak eksternal, apabila terjadi ketidakpatuhan.
15) Transaksi Nonkas

Lampiran tambahan.indb 265 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-266

a) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan aktivitas


investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan Kas dan
Setara Kas yang tidak termasuk dalam laporan arus kas.
b) Transaksi yang tidak mempengaruhi arus kas antara lain berupa
perolehan Aset secara kredit atau sewa pembiayaan, akuisisi melalui
penerbitan saham, dan konversi utang menjadi modal.
16) Perikatan dan Kontinjensi
a) Perikatan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) perikatan yang meliputi:
(a) perjanjian sewa, keagenan dan distribusi, bantuan
manajemen dan teknis, royalti, dan lisensi, diungkapkan:
i. pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
ii. periode berlakunya perikatan;
iii. dasar penentuan kompensasi dan denda;
iv. jumlah beban atau pendapatan pada periode
pelaporan; dan
v. pembatasan-pembatasan lainnya;
(b) kontrak atau perjanjian yang memerlukan penggunaan
dana di masa yang akan datang, seperti: pembangunan
pabrik, perjanjian pembelian, ikatan untuk investasi,
diungkapkan:
i. pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
ii. periode berlakunya perikatan;
iii. nilai keseluruhan, mata uang, dan bagian yang telah
direalisasi; dan
iv. sanksi-sanksi;
(2) pemberian jaminan atau garansi, diungkapkan:
(a) pihak-pihak yang dijamin dan yang menerima jaminan, yang
dipisahkan antara pihak berelasi dan pihak ketiga untuk
pihak yang dijamin;
(b) latar belakang dikeluarkannya jaminan;
(c) periode berlakunya jaminan; dan
(d) nilai jaminan;
(3) fasilitas kredit yang belum digunakan, misalnya fasilitas L/C,
cerukan bank; dan
(4) uraian mengenai sifat, jenis, jumlah dan batasan-batasannya.
b) Kontinjensi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) perkara atau sengketa hukum, diungkapkan:
(a) pihak-pihak yang terkait;
(b) jumlah yang diperkarakan;

Lampiran tambahan.indb 266 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-267

(c) latar belakang, isi dan status perkara dan pendapat hukum
(legal opinion); dan
(d) dampak keuangan;
(2) Peraturan Pemerintah yang berdampak terhadap Emiten
atau Perusahaan Publik, misalnya masalah lingkungan hidup,
diungkapkan uraian singkat tentang peraturan dan estimasi
dampak keuangannya;
(3) kemungkinan liabilitas pajak tambahan:
(a) jenis ketetapan atau tagihan pajak, jenis pajak, tahun pajak
serta jumlah pokok dan denda atau bunganya; dan
(b) sikap Emiten atau Perusahaan Publik terhadap ketetapan
atau tagihan pajak (keberatan atau banding);
(4) peristiwa kontinjensi lainnya, yang diungkapkan antara lain:
(a) karakteristik aset atau liabilitas kontinjensi;
(b) estimasi dari dampak keuangannya;
(c) indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah
atau waktu arus keluar sumber daya; dan
(d) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
17) Segmen Operasi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut:
a) pengungkapan pada level segmen;
(1) informasi umum, yang terdiri dari:
(a) faktor-faktor yang digunakan oleh manajemen untuk
mengidentifikasi segmen dilaporkan; dan
(b) jenis produk dan jasa yang menghasilkan pendapatan dari
setiap segmen dilaporkan;
(2) informasi mengenai laba atau rugi segmen, termasuk pendapatan
dan beban tertentu, aset segmen, dan liabilitas segmen dari
segmen dilaporkan, serta dasar pengukurannya;
(3) rekonsiliasi dari total pendapatan segmen, ukuran laba atau rugi
segmen dilaporkan, aset segmen, liabilitas segmen, dan unsur
segmen material lainnya terhadap jumlah yang terkait dalam
laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
b) pengungkapan pada level entitas
(1) Informasi produk dan jasa
Pendapatan dari pelanggan eksternal untuk setiap produk dan
jasa atau setiap kelompok produk dan jasa yang serupa.
(2) Informasi wilayah geografis
(a) Pendapatan dari pelanggan eksternal yang diatribusikan
kepada:
i. negara domisili Emiten atau Perusahaan Publik; dan

Lampiran tambahan.indb 267 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-268

ii. semua negara asing secara total dimana Emiten


atau Perusahaan Publik memperoleh pendapatan.
Dalam hal pendapatan dari suatu negara asing
secara individual jumlahnya material, pendapatan
tersebut diungkapkan secara terpisah, termasuk
dasar pengatribusian pendapatannya kepada negara
tersebut secara individual.
(b) Aset tidak lancar selain instrumen keuangan, aset pajak yang
ditangguhkan, aset imbalan pascakerja, dan hak yang terjadi
akibat kontrak asuransi yang berlokasi di:
i. negara domisili Emiten atau Perusahaan Publik; dan
ii. semua negara asing secara total dimana Emiten atau
Perusahaan Publik memiliki aset. Dalam hal aset
dari suatu negara asing secara individual jumlahnya
material, maka aset tersebut diungkapkan secara
terpisah.
(3) Informasi pelanggan utama
Dalam hal pendapatan dari transaksi dengan pelanggan eksternal
tunggal mencapai 10% (sepuluh perseratus) atau lebih dari
pendapatan konsolidasi, Emiten atau Perusahaan Publik harus
mengungkapkan:
(a) fakta;
(b) total pendapatan dari setiap pelanggan; dan
(c) identitas segmen yang melaporkan pendapatan tersebut.
18) Pembayaran Berbasis Saham
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) rincian jumlah Liabilitas atas pembayaran berbasis saham baik untuk
jangka pendek ataupun jangka panjang;
b) penjelasan mengenai setiap jenis perjanjian pembayaran berbasis saham
yang ada pada suatu periode, termasuk syarat dan ketentuan umum
setiap perjanjian, seperti kondisi vesting, jangka waktu maksimum atas
opsi yang diberikan, dan metode penyelesaian;
c) jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi saham untuk
setiap kelompok opsi saham;
d) untuk opsi saham yang dieksekusi selama periode, rata-rata tertimbang
harga saham pada tanggal eksekusi atau selama periode pelaporan;
e) kisaran harga eksekusi dan rata-rata tertimbang sisa umur kontrak
untuk opsi saham yang beredar pada akhir periode;
f) penentuan Nilai Wajar dengan mengungkapkan paling kurang hal-hal
sebagai berikut:
(1) opsi yang diberikan selama suatu periode, rata-rata tertimbang
Nilai Wajar opsi tersebut pada tanggal pengukuran dan informasi
tentang bagaimana Nilai Wajar tersebut diukur; dan

Lampiran tambahan.indb 268 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-269

(2) jumlah dan rata-rata tertimbang nilai wajar instrumen ekuitas


tersebut pada tanggal pengukuran, dan informasi tentang
pengukuran Nilai Wajar tersebut untuk instrumen ekuitas lain
yang diberikan selama suatu periode (yaitu selain opsi saham);
g) dampak transaksi pembayaran berbasis saham terhadap laba rugi
Emiten atau Perusahaan Publik dalam suatu periode dan terhadap
posisi keuangannya.
19) Perubahan Estimasi Akuntansi, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Kesalahan Periode Lalu
a) Perubahan Estimasi Akuntansi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) sifat dan alasan perubahan estimasi akuntansi;
(2) jumlah perubahan estimasi yang berdampak pada periode
berjalan; dan
(3) perkiraan dampak estimasi pada periode mendatang. Dalam hal
jumlah dampak pada periode mendatang tidak praktis, fakta
tersebut harus diungkapkan.
b) Perubahan Kebijakan Akuntansi
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
(2) alasan penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi
yang andal dan relevan;
(3) jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode
lalu sajian:
(a) setiap pos laporan keuangan yang terpengaruh; dan
(b) laba per saham dasar dan dilusian;
(4) jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum
periode yang disajikan. Dalam hal tidak praktis dilakukan, maka
diungkapkan alasannya; dan
(5) keadaan yang membuat penerapan retrospektif tidak praktis
untuk suatu periode tertentu atau untuk periode-periode sebelum
periode-periode tersebut disajikan dan tanggal dimulainya
perubahan kebijakan akuntansi.
c) Kesalahan Periode Lalu
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) sifat dari kesalahan periode lalu;
(2) jumlah koreksi untuk setiap periode sajian:
(a) bagi setiap pos laporan keuangan; dan
(b) laba per saham dasar dan dilusian;
(3) jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
(4) keadaan yang membuat penerapan retrospketif tidak praktis
dilakukan dan penjelasan mengenai cara dan waktu dilakukannya
koreksi apabila penyajian kembali retrospektif tidak praktis.

Lampiran tambahan.indb 269 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-270

20) Hibah Pemerintah


Setiap Hibah Pemerintah yang diterima, Emiten atau Perusahaan Publik
wajib mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a) sifat dan luas Hibah Pemerintah yang diakui dalam laporan keuangan
dan indikasi bentuk lain dari bantuan pemerintah; dan
b) kondisi yang belum terpenuhi dan kontinjensi lain yang melekat atas
bantuan pemerintah yang telah diakui.
21) Informasi Penting Lainnya
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain sifat,
jenis, jumlah, dan dampak dari peristiwa atau keadaan tertentu yang
mempengaruhi kinerja Emiten atau Perusahaan Publik.
22) Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
a) dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menerima informasi
setelah periode pelaporan tentang kondisi yang ada pada akhir
periode pelaporan, maka Emiten atau P e r u s a h a a n
Publik memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut sesuai dengan
informasi terkini; dan
b) dalam hal terdapat peristiwa nonpenyesuai yang material setelah
periode pelaporan, maka Emiten atau Perusahaan Publik
mengungkapkan uraian peristiwa, misalnya:
(1) tanggal terjadinya,
(2) sifat peristiwa, dan
(3) estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan dan alasan
bahwa estimasi tersebut tidak dapat dibuat.
23) Perkembangan Terakhir Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan yang
Terkait dengan Aktivitas Emiten atau Perusahaan Publik
Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik belum menerapkan suatu SAK
dan/ atau peraturan yang terkait dengan aktivitas Emiten atau Perusahaan
Publik, yang telah diterbitkan tetapi belum efektif berlaku, maka Emiten
atau Perusahaan Publik mengungkapkan:
a) judul SAK dan jenis peraturan baru tersebut;
b) sifat dari perubahan yang belum berlaku efektif atau perubahan
kebijakan akuntansi;
c) tanggal penerapan SAK dan peraturan baru tersebut disyaratkan; dan
d) pembahasan mengenai dampak penerapan awal SAK dan peraturan
baru atas laporan keuangan atau pernyataan manajemen bahwa dampak
tersebut tidak dapat diketahui atau diestimasi secara wajar.
24) Reklasifikasi
a) Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik mengubah penyajian atau
pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka Emiten atau
Perusahaan Publik wajib mengungkapkan:
(1) sifat reklasifikasi;

Lampiran tambahan.indb 270 22/08/2017 11.07.15


Lampiran 17
L-271

(2) jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang


direklasifikasi; dan
(3) alasan reklasifikasi.
b) Dalam hal reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan,
maka Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan:
(1) alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut; dan
(2) sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut
direklasifikasi.
25) Rekonsiliasi antara SAK dengan Standar Akuntansi di Negara Lain
a) Ketentuan ini berlaku bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang
menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi
selain SAK untuk memenuhi persyaratan otoritas pasar modal di negara
lain atau dalam rangka penawaran Efek di negara lain.
b) Emiten atau Perusahaan Publik wajib mengungkapkan antara lain:
(1) ringkasan perbedaan SAK dengan standar akuntansi di negara
lain;
(2) rekonsiliasi pos-pos yang berbeda untuk laporan posisi keuangan
beserta penjelasannya; dan
(3) rekonsiliasi pos-pos yang berbeda untuk laporan laba rugi
komprehensif beserta penjelasannya.
c) Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik dipersyaratkan oleh
otoritas pasar modal di negara lain untuk melakukan pengungkapan
tambahan mengikuti ketentuan yang berlaku di negara tersebut, maka
pengungkapan tersebut wajib ditambahkan dalam laporan keuangan.

D. KETENTUAN PENUTUP
Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam dan
LK berwenang mengenakan sanksi terhadap setiap Pihak yang melanggar ketentuan
peraturan ini atau Pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran ketentuan
peraturan ini.

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal


Bagian Umum : 25 Juni 2012
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan

ttd. ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo Nurhaida


NIP 195710281985121001 NIP 195906271989022001

Lampiran tambahan.indb 271 22/08/2017 11.07.15


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
L-272
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN : 1
Peraturan Nomor : VIII.G.7

PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
PADA 31 DESEMBER 20X2 DAN 20X1
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1
Catatan

ASET

ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Piutang usaha
Pihak ketiga xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pihak berelasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset keuangan lancar lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Persediaan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pajak dibayar dimuka xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Biaya dibayar dimuka xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset tidak lancar atau kelompok lepasan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
yang dimiliki untuk dijual

Total Aset Lancar xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

ASET TIDAK LANCAR


Piutang pihak berelasi non-usaha xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset keuangan tidak lancar lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Investasi pada entitas asosiasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Properti Investasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset Tetap xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset Takberwujud xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset pajak tangguhan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Total Aset Tidak Lancar xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

TOTAL ASET xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

Lampiran tambahan.indb 272 22/08/2017 11.07.16


Lampiran 17
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
L-273
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN : 1
Peraturan Nomor : VIII.G.7

PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
PADA 31 DESEMBER 20X2 DAN 20X1
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1
Catatan

ASET

ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Piutang usaha
Pihak ketiga xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pihak berelasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset keuangan lancar lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Persediaan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pajak dibayar dimuka xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Biaya dibayar dimuka xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset tidak lancar atau kelompok lepasan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
yang dimiliki untuk dijual

Total Aset Lancar xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

ASET TIDAK LANCAR


Piutang pihak berelasi non-usaha xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset keuangan tidak lancar lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Investasi pada entitas asosiasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Properti Investasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset Tetap xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset Takberwujud xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aset pajak tangguhan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Total Aset Tidak Lancar xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

TOTAL ASET xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

Lampiran tambahan.indb 273 22/08/2017 11.07.16


PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN
AUDITING: KONSOLIDASIAN
Petunjuk Praktis (lanjutan)
Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-274 PADA 31 DESEMBER 20X2 DAN 20X1
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1
Catatan
LIABILITAS DAN EKUITAS

LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Beban akrual xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Utang pajak xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas imbalan kerja jangka pendek xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Bagian lancar atas liabilitas jangka panjang xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas atas pembayaran berbasis saham
jangka pendek xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Provisi jangka pendek xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas terkait aset atau kelompok
lepasan yang dimiliki untuk dijual xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Total Liabilitas Jangka Pendek xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

LIABILITAS JANGKA PANJANG


Utang bank dan lembaga keuangan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
jangka panjang
Utang pihak berelasi non-usaha xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Utang sewa pembiayaan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Utang obligasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Sukuk Ijarah xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Obligasi konversi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas keuangan jangka panjang lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas atas pembayaran berbasis saham
jangka panjang xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas imbalan kerja jangka panjang xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Liabilitas pajak tangguhan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Utang subordinasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Provisi jangka panjang xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Total Liabilitas Jangka Panjang xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

TOTAL LIABILITAS xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

Lampiran tambahan.indb 274 22/08/2017 11.07.16


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK


Lampiran 17 LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan)
PADA 31 DESEMBER 20X2 DAN 20X1 L-275
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1
Catatan
EKUITAS

Ekuitas yang Dapat Diatribusikan kepada


Pemilik Entitas Induk
Modal saham
Modal dasar - xxxxxx saham pada
tanggal 31 Desember 20x2 (31
Desember 20x1: xxxxxx saham), -
nilai nominal Rpxxx per saham
pada tanggal 31 Desember 20x2 (31
Desember 20x1: nilai nominal
Rpxxxxxx per saham) (angka
penuh)
Modal ditempatkan dan disetor penuh
- xxxxxx saham pada tanggal 31
Desember 20x2 (31 Desember 20x1:
xxxxxx saham) xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Tambahan modal disetor - neto xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Selisih transaksi dengan pihak
nonpengendali xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Saham treasuri xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Saldo laba xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pendapatan komprehensif lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

TOTAL EKUITAS YANG DAPAT


DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
ENTITAS INDUK

Kepentingan Nonpengendali xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx


TOTAL EKUITAS xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
TOTAL LIABILITAS & EKUITAS xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

Lampiran tambahan.indb 275 22/08/2017 11.07.16


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-276 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN : 2
Peraturan Nomor : VIII.G.7

PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1
Catatan

OPERASI YANG DILANJUTKAN


Pendapatan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Beban pokok penjualan (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)

LABA BRUTO xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Pendapatan lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx


Beban usaha (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Beban lainnya (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
LABA USAHA xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Biaya keuangan (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)


Bagian laba rugi dari entitas asosiasi
dan/atau ventura bersama xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
LABA (RUGI) DARI OPERASI YANG
DILANJUTKAN SEBELUM PAJAK xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Beban (penghasilan) pajak (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)

LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN


DARI OPERASI YANG DILANJUTKAN xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
OPERASI YANG DIHENTIKAN
Laba (rugi) tahun berjalan dari operasi
yang dihentikan setelah pajak xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

Lampiran tambahan.indb 276 22/08/2017 11.07.16


BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN
Lampiran 17 LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN (lanjutan)
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1 L-277
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1
Catatan
Pendapatan Komprehensif Lain
Perubahan dalam surplus revaluasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Keuntungan (kerugian) aktuarial atas
program manfaat pasti xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Keuntungan (kerugian) dari
penjabaran laporan keuangan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Keuntungan (kerugian) dari
pengukuran kembali aset keuangan
yang dikategorikan sebagai tersedia
untuk dijual xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Bagian efektif dari keuntungan dan
kerugian instrumen lindung nilai
dalam rangka lindung nilai arus kas xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Bagian Pendapatan Komprehensif Lain
dari Entitas Asosiasi dan/atau
Ventura Bersama xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pajak penghasilan terkait (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
PENDAPATAN KOMPREHENSIF
LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH
PAJAK xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

TOTAL LABA RUGI KOMPREHENSIF


TAHUN BERJALAN xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Laba rugi tahun berjalan yang dapat


diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kepentingan nonpengendali xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Total laba rugi komprehensif tahun
berjalan yang dapat diatribusikan
kepada:
Pemilik entitas induk xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kepentingan nonpengendali xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

Lampiran tambahan.indb 277 22/08/2017 11.07.16


PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN (lanjutan)
Tahun yang BerakhirAUDITING: Petunjuk Praktis31
pada Tanggal-tanggal Pemeriksaan
DesemberAkuntan oleh20X1
20X2 dan Akuntan Publik
L-278 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1

Catatan
LABA (RUGI) PER SAHAM
 Dasar, laba tahun berjalan yang
diatribusikan kepada pemegang
saham biasa entitas induk xxx xxx
 Dilusian, laba tahun berjalan yang
diatribusikan kepada pemegang
saham biasa entitas induk xxx xxx
LABA (RUGI) PER SAHAM UNTUK
OPERASI YANG DILANJUTKAN
 Dasar, laba dari operasi yang
dilanjutkan yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham biasa
entitas induk xxx xxx
 Dilusian, laba dari operasi yang
dilanjutkan yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham biasa
entitas induk xxx xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.

Lampiran tambahan.indb 278 22/08/2017 11.07.16


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN : 3
Peraturan Nomor : VIII.G.7

Lampiran tambahan.indb 279


PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK
Lampiran 17

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN


Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk

Pendapatan Komprehensif Lainnya**)

Saldo Laba*) Aset


Selisih Keuangan
Tambahan Transaksi Yang Telah Yang Belum Surplus Penjabaran Tersedia Lindung Modal Disetor
Modal Modal Pihak Saham Ditentukan Ditentukan Revaluasi Laporan untuk Nilai Kepentingan
Catatan Saham Neto Nonpengendali Treasuri Penggunaannya Penggunaannya Aset Keuangan Dijual Arus Kas Total Total Nonpengendali Total

Saldo pada 1 Januari 20X1 xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx
Perubahan Kebijakan Akuntansi - - - - - xx.xxx - - - - - xx.xxx xx.xxx xx.xxx

Saldo yang disajikan kembali xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx

Perubahan ekuitas pada


tahun 20X1
Dividen - - - - - (xx.xxx) - - - - - (xx.xxx) - (xx.xxx)
Total laba rugi komprehensif
tahun berjalan - - - - xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx (xx.xxx) xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx

Saldo pada 31 Desember 20X1 xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx

Perubahan ekuitas pada


tahun 20X2
Penerbitan modal saham xx.xxx xx.xxx - - - - - - - - - xx.xxx - xx.xxx
Dividen - - - - - (xx.xxx) - - - - - (xx.xxx) - (xx.xxx)
Total laba rugi komprehensif
tahun berjalan - - - - xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx (xx.xxx) (xx.xxx) xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx
Transfer ke saldo laba - - - - - xx.xxx (xx.xxx) - - - (xx.xxx) xx.xxx - -

Saldo pada 31 Desember 20X2 xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx xx.xxx

*)Saldo laba termasuk keuntungan kerugian aktuarial.


**) termasuk bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan/atau ventura bersama

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.
L-279

22/08/2017 11.07.17
AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-280 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN : 4
Peraturan Nomor : VIII.G.7

PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20X2 20X1
Catatan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pembayaran kas kepada pemasok ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Pembayaran untuk beban usaha ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Pembayaran kepada karyawan ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Penerimaan bunga xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pembayaran pajak ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Pembayaran bunga ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Penerimaan kas dari hibah pemerintah
terkait dengan penghasilan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Penerimaan (pembayaran) lainnya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Arus Kas Neto dari (untuk) Aktivitas Operasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI


Aset tetap
Penjualan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pembelian ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Properti investasi
Penjualan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pembelian ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Perolehan entitas anak, setelah dikurangi kas
yang diperoleh ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Penambahan investasi di entitas asosiasi ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Penerimaan kas dari hibah pemerintah
terkait dengan aset xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Arus Kas Neto dari (untuk) Aktivitas
Investasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

Lampiran tambahan.indb 280 22/08/2017 11.07.17


BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PT EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK TBK DAN ENTITAS ANAK


LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN (lanjutan)
Lampiran 17
Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1
L-281
(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS


PENDANAAN
Hasil dari penerbitan modal saham xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hasil dari pelaksanaan opsi saham xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Biaya transaksi penerbitan saham ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Pembayaran utang sewa pembiayaan ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Pinjaman jangka panjang
Penerimaan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pembayaran ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Pembayaran dividen kepada:
Pemilik entitas induk ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Kepentingan nonpengendali ( xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Arus Kas Neto dari (untuk) Aktivitas
Pendanaan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Kenaikan (Penurunan) Neto Kas dan Setara


Kas xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kas dan Setara Kas pada Awal Periode xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kas dan Setara Kas pada Akhir Periode xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian terlampir merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

Lampiran tambahan.indb 281 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-282

LAMPIRAN 21 KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-26/


PM/2003 TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR: KEP-26/PM/2003
TENTANG

HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU


KETUA BADAN PENGAWAS PASA R MODAL

Menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan


penambahan modal perusahaan yang telah melakukan Penawaran
Umum saham atau Perusahaan Publik dengan tetap memperhatikan
perlindungan kepada masyarakat pemodal, dipandang perlu untuk
menyempurnakan Peraturan Bapepam Nomor IX.D. 1 tentang Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam
Nomor Kep 07/PM/2001 tanggal 23 Maret 2001;
Mengingat 1. Undang undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3617);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun
1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7/M Tahun
2000;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASA R
MODAL TENTANG
HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU.

Pasal 1
Ketentuan mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu diatur dalam Peraturan
Nomor IX.D. 1 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Lampiran tambahan.indb 282 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 17
L-283

Pasal 2
Dengan berlakunya keputusan ini, maka Peraturan Bapepam Nomor IX.D. 1 tentang
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep
07/PM/2001 tanggal 23 Maret 2001 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 17 Juli 2003


Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 283 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-284

LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep 26/PM/2003
Tanggal : 17 Juli 2003

PERATURAN NOMOR IX.D.1: HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU


1. Definisi :
a. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang
memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru,
termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,
sebelum ditawarkan kepada Pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan.
b. Waran adalah Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak
kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada
harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya
Waran tersebut.
2. Apabila suatu perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum saham atau
Perusahaan Publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk
melalui penerbitan Waran atau Efek konversi, maka setiap pemegang saham wajib
diberi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud sebanding
dengan persentase pemilikan mereka.
3. Jika suatu perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini mempunyai
lebih dari satu jenis saham, dan jika jumlah saham dalam setiap jenis ditambah
secara proporsional, maka para pemegang saham yang ada wajib mempunyai Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan mereka
dalam masing masing jenis saham.
4. Jika suatu perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini mempunyai
lebih dari satu jenis saham tetapi penambahan hanya terjadi pada satu jenis saham
saja, atau jumlah penambahan dari setiap jenis saham tidak sebanding, atau jika
Penawaran Umum terdiri dari Efek yang dapat ditukar dengan saham, maka semua
pemegang saham wajib mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding
dengan persentase pemilikan dalam perusahaan. Penawaran Umum dimaksud wajib
disetujui oleh pemegang saham yang mewakili sebagian besar saham dalam setiap
jenis saham.
5. Dalam hal perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini
menerbitkan Waran, maka jumlah Waran yang diterbitkan dan Waran yang telah
beredar tidak melebihi 35% (tiga puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang telah
ditempatkan dan disetor penuh pada saat Pernyataan Pendaftaran disampaikan.
6. Dalam hal perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 peraturan ini,
bermaksud untuk menambah modal sahamnya melalui Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu atau melalui Penawaran Umum Waran atau Efek konversi wajib mengadakan
Rapat Umum Pemegang Saham untuk mempertimbangkan dan menyetujui
rencana penawaran dimaksud. Perusahaan tersebut wajib mengumumkan

Lampiran tambahan.indb 284 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 17
L-285

informasi sebagaimana dimaksud pada angka 14 peraturan ini dan menyediakan


Prospektus bagi pemegang saham sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor
IX.D.3, selambat lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum Rapat Umum
Pemegang Saham dilaksanakan. Setiap perubahan atau penambahan informasi
mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana dimaksud Peraturan
Nomor IX.D.3 wajib tersedia bagi pemegang saham paling lambat pada saat Rapat
Umum Pemegang Saham dilaksanakan.
7. Untuk dapat melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka
Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu wajib dipenuhi hal
hal berikut:
a. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini telah mengajukan
Pernyataan Pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dalam
bentuk serta mencakup informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sesuai dengan Peraturan Nomor
IX.D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu selambat lambatnya 28
(dua puluh delapan) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham; dan
b. Bapepam tidak mempunyai tanggapan lebih lanjut secara tertulis terhadap
Pernyataan Pendaftaran yang telah disampaikan.
8. Kecuali dinyatakan lain oleh Bapepam, maka Pernyataan Pendaftaran yang
disyaratkan dalam angka 7 peraturan ini menjadi efektif setelah memperoleh
persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham
mengenai penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
9. Dalam hal suatu rencana Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, sebagian atau seluruh dana hasil Penawaran Umum dengan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu tersebut akan digunakan untuk transaksi yang mempunyai
benturan kepentingan, maka wajib memenuhi ketentuan peraturan ini dan
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor IX. E.l.
10. Persyaratan untuk memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana
dimaksud dalam angka 2 peraturan ini tidak berlaku jika perusahaan mengeluarkan
saham sebagai hasil kapitalisasi dari laba yang ditahan dan atau modal disetor
lainnya seperti dividen saham atau saham bonus.
11. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu merupakan hak yang dapat dialihkan dan
dibuktikan dengan :
a. catatan pemilikan dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan atau Biro
Administrasi
b. Sertifikat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tertentu.
Sertifikat tersebut wajib tersedia sebelum dimulai dan selama periode
perdagangan sebagaimana dimaksud pada angka 17 peraturan ini;
c. kupon yang dapat dilepas dari surat saham; atau
d. konfirmasi atau laporan rekening Efek yang diterbitkan oleh Kustodian.

Lampiran tambahan.indb 285 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-286

12. Pemegang saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana
dimaksud pada angka 14 huruf d peraturan ini adalah pemegang saham yang
tercatat pada Daftar Pemegang Saham 8 (delapan) hari kerja setelah Rapat Umum
Pemegang Saham.
13. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sudah dapat ditukarkan dengan Efek baru
selama periode perdagangan. Efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan
tersedia dalam 2 (dua) hari kerja setelah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
dilaksanakan.
14. Informasi penting penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang wajib
diumumkan sebelum Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud
dalam angka 6 peraturan ini meliputi antara lain :
a. nama lengkap Emiten atau Perusahaan Publik, alamat kantor pusat, telepon,
teleks, faksimili, E mail dan kotak pos;
b. uraian mengenai Efek yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan penerbitan
Elak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
c. tanggal Rapat Umum Pemegang Saham;
d. tanggal pencatatan pemegang saham yang mempunyai Efak Memesan Efek
Terlebih Dahulu pada Daftar Pemegang Saham atau nomor kupon untuk
menentukan Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
e. tanggal terakhir dari pelaksanaan Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan
pemberitahuan bahwa hak yang tidak dilaksanakan pada tanggal tersebut tidak
berlaku ragi dan tanggal terakhir pembayaran;
f. periode perdagangan Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
g. harga pelaksanaan Efek;
h. rasio Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas saham yang ada;
i. tata cara pemesanan Efek;
j. uraian mengenai perlakuan Efek yang tidak dibeli oleh yang berhak dan Efak
Memesan Efek Terlebm Dahulu dalam bentuk pecahan;
k. pernyataan mengenai tata cara pengalihan Efak Memesan Efek Terlebih
Dahulu;
l. tata cara penerbitan dan penyampaian bukti Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu
serta Efek;
m. nama Bursa Efek tempat diperdagangkannya Efak Memesan Efek Terlebih
Dahulu dan saham yang mendasarinya tercatat (jika acfa);
n. rencana Emiten atau Perusahaan Publik untuk mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan saham atau Efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal efektif;
o. nama lengkap Pihak yang bertindak sebagai pembeli siaga (jika ada);
p. dampak dilusi dari penerbitan Efek baru;
q. penggunaan dana hasil Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu;
r. ringkasan analisis dan pembahasan oleh manajemen; dan
s. informasi tentang tempat Prospektus dapat diperoleh.

Lampiran tambahan.indb 286 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 17
L-287

15. Dalam hal penerbitan hak untuk Efek utang konversi, Emiten atau Perusahaan
Publik selain sebagaimana informasi pada angka 14 wajib pula menyajikan hal hal
sebagai berikut:
a. hak para pemegang Efek;
b. sifat Efek yang dapat dikonversikan ke jenis Efek lain;
c. sifat Efek utang konversi yang memungkinkan pelunasan lebih dini atas pilihan
Emiten atau pemegang Efek;
d. harga dan tingkat suku bunga dari Efek utang konversi. Dalam hal suku bunga
ditetapkan mengambang, wajib diuraikan cara penentuan tingkat suku bunga
yang mengambang tersebut;
e. jadwal pelunasan atau cicilan termasuk jumlahnya;
f. jadwal pembayaran bunga;
g. jadwal konversi;
h. ketentuan tentang dana pelunasan atau sinking fund (jika ada);
i. denominasi mata uang yang menjadi denominasi utang dan mata uang lain
yang menjadi alternatif (jika ada) digunakan dalam penerbitan Efek utang
bersangkutan (jika ada); dan
j. nama, alamat kantor pusat dan uraian mengenai Pihak pihak yang bertindak
sebagai Wali Amanat dan Penanggung (jika ada).

Setiap perubahan atau penambahan informasi mengenai ffak Memesan Efek


Terlebih Dahulu di atas dan sebagaimana dimaksud pada angka 14 wajib diumumkan
selambat lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum Rapat Umum Pemegang Saham
dilaksanakan.
16. Dalam hal pemegang saham mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dalam
bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut wajib dijual oleh perusahaan
dan hasil penjualannya dimasukkan ke dalam rekening perusahaan.
17. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini wajib mengambil
langkah langkah untuk mempermudah pengalihan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu. Jika Efek yang mendasari hak tersebut tercatat di Bursa Efek maka Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib dicatatkan pula di Bursa Efek yang
sama. Perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dimulai setelah berakhirnya
distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan berlangsung sekurang kurangnya
5 (lima) hari kerja dan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal distribusi
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berakhir. Bukti Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu tersebut wajib tersedia dan didistribusikan dalam 1 (satu) hari kerja setelah
Daftar Pemegang Saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
18. Bursa Efek wajib secara otomatis mencatatkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
yang berhubungan dengan Efek yang tercatat, tanpa biaya pencatatan tambahan.
19. Kecuali ditentukan lain oleh Bapepam, Bursa Efek wajib secara otomatis mencatat
Efek yang sama dengan Efek yang tercatat dan yang timbul dari :
a. pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Waran atau Efek konversi;

Lampiran tambahan.indb 287 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-288

b. penerbitan saham yang berasal dari kapitalisasi dari laba yang ditahan dan atau
modal disetor lainnya seperti dividen saham atau saham bonus; atau
c. pemecahan saham.
Biaya pencatatan atas Efek yang timbul sebagai akibat adanya pelaksanaan hak
tersebut wajib didasarkan pada perhitungan yang sama dengan Efek sejenis yang
berlaku.
20. Efek yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu yang berbeda dari Efek yang mendasari atas mana hak tersebut melekat dan
berbeda dari Efek lain dari perusahaan tersebut yang telah tercatat di bursa, tidak
wajib dicatatkan di bursa.
21. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang tercatat dapat juga diperdagangkan di
luar bursa.
22. Dalam hubungannya dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, perusahaan
wajib mengadakan alokasi Efek yang tidak dipesan, pada harga pemesanan yang
sama kepadasemua pemegang saham vang menyatakan berminat untuk membeli
Efek tambahan pada periode pelaksanaan hak dimaksud. Pembayaran untuk Efek
tambahan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan angka 24 Peraturan ini. Apabila
jumlah permintaan atas Efek yang tidak dipesan melebihi Efek yang tersedia, Efek
dimaksud akan dijatahkan secara proporsional, berdasarkan atas jumlah Elak
Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dilaksanakan oleh masing masing pemegang
saham yang meminta penambahan Efek berdasarkan harga pemesanan.
23. Dalam hal terjadi pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, tanda terima
wajib diberikan oleh Perusahaan sebagai bukti bahwa hak telah dilaksanakan. Tanda
terima dimaksud wajib menunjukkan apakah pemegang hak atau pemegang saham
bermaksud memesan Efek tambahan yang berasal dari hak yang tidak dilaksanakan.
Dalam hal ini perusahaan wajib menyimpan tembusan dari tanda terima yang
memuat jumlah saham atau Efek tambahan yang dipesan.
24. Penjatahan sebagaimana dimaksud dalam angka 22 peraturan ini ditetapkan dalam
1 (satu) hari kerja setelah berakhirnya pembayaran pesanan Efek tambahan. Para
pemesan Efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh kepada perusahaan
untuk Efek tambahan dimaksud dalam 2 (dua) hari kerja setelah berakhirnya
perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 Peraturan ini wajib mengembalikan
uang untuk bagian pemesanan yang tidak terpenuhi, pada 2 (dua) hari kerja setelah
tanggal penjatahan.
25. Setelah penjatahan Efek sebagaimana dimaksud pada angka 24 peraturan ini selesai
dilaksanakan, maka semua dokumen vang berhubungan dengan pelaksanaan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, termasuk tembusan tanda terima, wajib
disimpan oleh perusahaan untuk jangka waktu sekurang kurangnya 5 (lima) tahun.
Perusahaan dimaksud wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk
melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu. Laporan hasil pemeriksaan mengenai kewajaran pelaksanaan tersebut

Lampiran tambahan.indb 288 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 17
L-289

wajib disampaikan oleh perusahaan kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal penjatahan berakhir.
26. Dalam hal perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini bermaksud
untuk menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum
dilaksanakannya penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dimaksud,
perusahaan yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari Pihak tertentu
untuk membeli Efek sekurang kurangnya pada harga penawaran atas Efek dalam
hal terdapat sisa Efek yang tidak diambil.
27. Informasi yang disyaratkan untuk diumumkan sesuai dengan peraturan ini wajib
diumumkan dalam sekurang kurangnya 1 (satu) surat kabar berbahasa Indonesia
yang berperedaran nasional. Salinan dari pengumuman tersebut wajib disampaikan
kepada Bapepam selambat lambatnya pada akhir hari kerja ke 2 (kedua) setelah
pengumuman dimaksud. Pengumuman tersebut dapat digantikan dengan cara lain
yang disetujui oleh Bapepam.
28. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal,
Bapepam berwenang mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan
peraturan ini, termasuk kepada Pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 17 Juli 2003
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 289 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-290

Lampiran tambahan.indb 290 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 18
L-291

LAMPIRAN 18

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA


(LEASING)
…../…../…..

Perjanjian Sewa Guna Usaha ini dibuat di Palembang, pada hari Senin tanggal 19 bulan
Juni tahun 1996 ( . . . ) antara:
1. Sri. S berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta Jl. Akasia dengan kantor
cabangnya di Palembang dalam hal ini diwakili oleh:
• Sri dan Ati, masing-masing selaku Pimpinan Kantor Cabang Palembang dan
Legal Officer PT Soraya Leasing.
Selanjutnya disebut “YANG MENYEWAKAN”
• Vonny B, swasta, Pemegang KTP Pemerintah Kotamadya Dati II Palembang No.
007131247, bertempat tinggal di Palembang, beralamat di Komering Hulu RT/
RW.01/17, kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Padasuka.
• Dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri dan juga selaku Direktur Perseroan
Terbatas Padamulia, berkedudukan di Palembang, beralamat di Jl. Mawar
Merah, Yang Anggaran Dasar Perseroan tertanggal 7/10/90, No. 15 dibuat di
hadapan Ny. Wati Notaris di Palembang. Dan belum mendapat pengesahan dari
Menteri Kehakiman RI. Dan akan mengikat Perseroan apabila telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman RI. Untuk melakukan tindakan hukum
yang akan disebut, telah mendapat persetujuan dari Imanuela (Komisaris)
berdasarkan Persetujuan Komisaris/Komanditer/Pemegang Saham tertanggal
10 Juni 1996.
Selanjutnya disebut “(PARA) PENYEWA”

Bahwa atas permintaan PENYEWA, maka YANG MENYEWAKAN setuju untuk


membeli Barang Modal yang akan disebutkan dalam Daftar terlampir untuk kemudian
disewagunausahakan kepada PENYEWA sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1988 jo Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988.
Bahwa para pihak masing-masing dalam kedudukan mereka menyatakan berwenang
bertindak menurut hukum untuk membuat dan menandatangani Perjanjian Sewa Guna
Usaha ini dan oleh karenanya menerima dan menyetujui syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan seperti yang disebutkan berikut ini:

Pasal 1 (Barang Modal)


Pihak YANG MENYEWAKAN dengan ini menyetujui untuk menyewagunausahakan
kepada PENYEWA dan PENYEWA dengan ini menyetujui untuk menyewa guna usaha

Lampiran tambahan.indb 291 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-292

dari YANG MENYEWAKAN Barang Modal (yang dengan istilah tersebut mengandung
pengertian mencakup semua penggantian dan pembaharuan dari semua atau segala
sesuatu yang menyertainya baik yang ada sesudah atau sebelum Perjanjian Sewa Guna
Usaha ini) yang perinciannya diuraikan dalam Daftar dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Sewa Guna Usaha ini.

Pasal 2 (Jangka Waktu)


Kecuali karena ketentuan-ketentuan untuk persetujuan pengakhiran, sebagaimana
diatur dalam bagian lain Perjanjian Sewa Guna Usaha ini, maka jangka waktu sewa
guna usaha untuk permulaan adalah untuk satu dan lain seperti dimulai terhitung dari
tanggal Tanda Penerimaan.

Pasal 3 (Pemilikan)
PENYEWA mengakui bahwa Barang Modal adalah dan selama seluruh jangka waktu
sewa guna usaha merupakan milik tunggal dan khusus dari YANG MENYEWAKAN, dan
PENYEWA tidak mempunyai hak, hak milik atau kepentingan atasnya, kecuali yang
dengan tegas disebutkan dalam Perjanjian ini. Untuk memberi akibat atas pemilikan
YANG MENYEWAKAN, PENYEWA setuju untuk membuat surat kuasa yang tidak dapat
dibatalkan, dicabut atau ditarik kembali dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Sewa Guna Usaha yang bila mana perlu akan dipergunakan
oleh YANG MENYEWAKAN untuk menguasai kembali Barang Modal sebagaimana
layaknya seorang pemilik yang sah.

Pasal 4 (Pembayaran Sewa Guna Usaha)


PENYEWA akan membayar kepada YANG MENYEWAKAN uang sewa guna usaha
menurut waktu, jumlah, mata uang, cara dan tempat pembayaran sebagaimana diatur
dalam Daftar.

Pasal 5 (Pembaharuan Perjanjian Sewa Guna Usaha)


Apabila PENYEWA, dalam jangka waktu paling sedikit 2 (dua) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu permulaan-mengajukan permohonan tertulis kepada
YANG MENYEWAKAN untuk memperbaharui Perjanjian Sewa Guna Usaha ini
dan apabila mulai saat permohonan itu diajukan sampai berakhirnya jangka waktu
permulaan, PENYEWA tidak melanggar syarat-syarat dalam Perjanjian ini, maka
YANG MENYEWAKAN bersedia meneruskan sewa guna usaha Barang Modal kepada
PENYEWA dengan ketentuan:
a. Kecuali ditentukan lain oleh YANG MENYEWAKAN, YANG MENYEWAKAN akan
melanjutkan sewa guna usaha atas Barang Modal itu kepada PENYEWA dengan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Perjanjian Sewa Guna
Usaha ini;

Lampiran tambahan.indb 292 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 18
L-293

b. Jangka waktu (selanjutnya disebut jangka waktu baru) dari pembaharuan sewa guna
usaha akan berlangsung untuk 1 (satu) tahun segera sesudah lampaunya masa jangka
waktu permulaan (kecuali apabila para pihak secara tertulis menyetujui lain);
c. Uang sewa guna usaha sama dengan apa yang diatur pada butir 8 dalam Daftar;
d. Nilai ganti rugi yang disetujui akan seperti apa yang ditentukan pada butir 10 dalam
Daftar.

Pasal 6 (Penyerahan Barang Modal)


1. PENYEWA menegaskan telah berunding dengan PENJUAL yang disebutkan pada
butir 2 dalam Daftar (selanjutnya disebut PENJUAL) mengenai Barang Modal yang
akan dipilihnya. PENYEWA dengan ini menyatakan, bahwa YANG MENYEWAKAN
tidak bertanggung jawab atas keterlambatan penyerahan atau tidak diserahkannya
Barang Modal oleh PENJUAL atau tidak berfungsinya Barang Modal atau atas suatu
kerusakan atau atas mutu atau ketidakcocokkan Barang Modal baik untuk sebagian
atau bagian-bagian Barang Modal itu maupun keseluruhannya.
2. PENYEWA harus memeriksa Barang Modal itu dan memberikan/menandatangani
Berita Acara Serah Terima/ Tanda Terima (selanjutnya disebut Tanda Penerimaan)
kepada YANG MENYEWAKAN dalam bentuk sebagaimana yang dikehendaki oleh
YANG MENYEWAKAN setelah menerima Barang Modal itu dari PENJUAL ataupun
dari YANG MENYEWAKAN.
3. Apabila PENYEWA menderita rugi sebagai akibat keterlambatan penyerahan atau
tidak diserahkannya Barang Modal atau karena mutu atau ketidak-cocokkan Barang
Modal sedangkan PENYEWA telah menandatangani Tanda Penerimaan menurut
pasal ini-maka setelah PENYEWA memenuhi segala kewajiban pembayaran menurut
Perjanjian Sewa Guna Usaha, YANG MENYEWAKAN menyetujui mengalihkan
kepada PENYEWA (atas biaya PENYEWA sendiri), hak-hak apapun juga yang
dimiliki oleh YANG MENYEWAKAN, untuk menuntut ganti rugi kepada PENJUAL,
dengan ketentuan bahwa YANG MENYEWAKAN tidak menjamin diperolehnya
ganti rugi termaksud.
4.a. Apabila PENYEWA menemukan suatu kerusakan pada Barang Modal atau
mempunyai suatu keluhan atas Barang Modal itu pada waktu menerima
Barang Modal maka PENYEWA wajib memberitahukan kepada PENJUAL dan
YANG MENYEWAKAN dengan penjelasan kerusakan-kerusakan dan keluhan-
keluhan tersebut didalam Tanda Penerimaan dengan catatan bahwa klausula ini
tidak dapat ditafsirkan bahwa YANG MENYEWAKAN bertanggung jawab atas
kerusakan-kerusakan atau keluhan-keluhan itu.
b. Apabila PENYEWA tidak memberitahukan kepada YANG MENYEWAKAN
menurut ayat 4a pasal ini, maka ini berarti bahwa PENYEWA mengakui Barang
Modal telah diserahkan dalam kondisi yang sempurna dan bahwa PENYEWA
tidak akan mengajukan sesuatu keberatan apapun dikemudian hari dengan
alasan apapun juga.

Lampiran tambahan.indb 293 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-294

Pasal 7 (Cacat atau Kerusakan Barang Modal)


1. Ketentuan-ketentuan dari pasal 6 juga berlaku atas kerusakan atau cacat yang
tersembunyi dari Barang Modal kecuali jika terdapat suatu perjanjian khusus
dengan PENJUAL, yang mengecualikan hal itu, dengan catatan bahwa tidak ada
sesuatupun didalam Perjanjian ini yang dengan cara bagaimanapun dapat ditafsirkan
sebagai jaminan dari YANG MENYEWAKAN kepada PENYEWA atas tidak adanya
kerusakan/cacat yang tersembunyi atau kekurang-cocokkan.
2. Tiap kewajiban yang mungkin dibebankan kepada YANG MENYEWAKAN atas
setiap hak yang mungkin dimiliki PENYEWA berkenaan dengan syarat-syarat
dan keadaan Barang Modal atau mutu atau dapat tidaknya diperdagangkannya
Barang Modal atau kecocokan Barang Modal atau kepantasan Barang Modal atau
kegunaan Barang Modal secara tegas atau tersirat baik yang timbul dari Perjanjian
Sewa Guna Usaha atau dari Perjanjian sebelumnya, pernyataan lisan atau tertulis
untuk dan atas nama seseorang pada waktu perundingan sedang berjalan yang telah
mempengaruhi PENYEWA sebelum Perjanjian Sewa Guna Usaha dibuat, YANG
MENYEWAKAN tidak dapat dimintai tanggung jawab baik menurut Perjanjian ini
maupun terbatas pada karena cacat atau kerusakan tersembunyi atau nyata. YANG
MENYEWAKAN tidak wajib mengganti kerugian kepada PENYEWA atas tuntutan
ganti rugi terhadap PENYEWA yang dilakukan oleh pihak ketiga atas dasar kerugian
atau kerusakan apapun juga.
3. Baik PENJUAL maupun dealer atau penyalur melalui siapa Perjanjian Sewa Guna
Usaha dirundingkan atau oleh siapa Barang Modal ini disalurkan, juga seorang
pegawai PENJUAL atau dealer atau penyalur tidak boleh dianggap wakil YANG
MENYEWAKAN dalam transaksi ini dan YANG MENYEWAKAN tidak bertanggung
jawab terhadap syarat-syarat dan jaminan yang dibuat oleh pegawai PENJUAL atau
dealer atau penyalur.

Pasal 8 (Pemeliharaan dan Pemakaian Barang Modal)


1. YANG MENYEWAKAN akan membubuhkan merek-merek, pelat-pelat atau tanda-
tanda/marker lainnya pada Barang Modal untuk menandakan, bahwa Barang Modal
itu dimiliki oleh YANG MENYEWAKAN.
2. PENYEWA tidak akan memindahkan Barang Modal dari tempat/lokasi seperti
yang telah disepakati bersama tanpa izin tertulis terlebih dahulu dari YANG
MENYEWAKAN. Apabila PENYEWA lalai, PENYEWA wajib membayar segala biaya
yang dikeluarkan oleh atau atas nama YANG MENYEWAKAN dalam penentuan
letak, pengambil alihan dan penyimpanan Barang Modal itu, dan biaya berperkara
yang dikeluarkan oleh YANG MENYEWAKAN untuk pelaksanaan ketentuan-
ketentuan Perjanjian Sewa Guna Usaha ini.
3. PENYEWA akan mempergunakan Barang Modal itu sebagai seorang penjaga dan
pemakai yang baik, dengan memperhatikan waktu dan cara pemakaiannya dan atas
biaya sendiri mengusahakan dan menyimpan semua surat pendaftaran yang perlu,
lisensi dan izin untuk pemakaian Barang Modal dan akan mematuhi semua peraturan

Lampiran tambahan.indb 294 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 18
L-295

dan instruksi dari Badan Pemerintah atau dari pihak penguasa/ yang berwenang
dan/atau mematuhi semua Undang-Undang, kebijaksanaan-kebijaksanaan, serta
peraturan-peraturan lainnya yang berkenaan dengan penyimpanan, pemakaian
serta pemeliharaan Barang Modal.
4. PENYEWA akan mengikuti dengan penuh tanggung jawab dan mematuhi setiap
nasehat-nasehat atau anjuran-anjuran pabrik pembuat Barang Modal perihal
pemakaian dan perawatannya.
5. PENYEWA wajib memperbaiki Barang Modal sebaik-baiknya, mengganti bagian-
bagian yang hilang, rusak dengan suku cadang yang diberikan atau disarankan oleh
pabrik pembuat Barang Modal atau dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari
YANG MENYEWAKAN, dengan suku cadang yang mutu dan nilainya sama dengan
itu dan apabila ini diabaikan, maka YANG MENYEWAKAN berhak mengambil
Barang Modal itu supaya dapat diperbaiki, dan PENYEWA wajib mengganti penuh
segala biaya perbaikan yang dikeluarkan. YANG MENYEWAKAN mempunyai hak
untuk menahan Barang Modal tersebut sampai semua biaya tadi diganti, dengan
catatan semua pelaksanaan dari hal tersebut di atas tidak menghentikan pembayaran
uang sewa guna usaha yang berjalan.
6. PENYEWA bertanggung jawab untuk membayar tepat pada waktunya biaya
pemeliharaan dan perbaikan serta kewajiban lain termasuk penggantian suku
cadang dan peralatan Barang Modal serta menjamin agar Barang Modal bebas dari
tuntutan hukum dari yang berwenang.
7. PENYEWA berkewajiban membayar tepat pada waktunya lisensi, uang sewa
guna usaha, bunga, pajak, pungutan dan pengeluaran lain sehubungan dengan
penggunaan, pemeliharaan, penyimpanan, dan penitipan Barang Modal, dan wajib
mentaati semua peraturan. Atas permintaan YANG MENYEWAKAN, PENYEWA
wajib menyerahkan tanda terima untuk pembayaran segala biaya tersebut diatas dan
apabila PENYEWA cidera/ingkar janji maka YANG MENYEWAKAN akan membayar
semua biaya termaksud, dan PENYEWA membayar kepada YANG MENYEWAKAN
secara tunai dan sekaligus pada saat ditagih.
8. Menjamin bahwa Barang Modal dijalankan dengan cara yang baik dan pantas oleh
orang-orang yang mampu dan cakap dan jika dikehendaki oleh Undang-Undang/
peraturan lainnya untuk memiliki surat izin untuk menjalankan.
9. PENYEWA akan membayar kepada YANG MENYEWAKAN segala kerugian, biaya,
klaim termasuk biaya perkara yang dituntut kepada YANG MENYEWAKAN karena
suatu kerugian, cedera fisik atau kerusakan Barang yang diderita oleh seseorang
atau pihak lain atau kematian yang terjadi karena penempatan, penyimpanan,
pemeliharaan, penggunaan Barang Modal dan/ atau karena sebab apapun juga.

Pasal 9 (Perubahan Barang Modal)


1. Tanpa izin tertulis dari YANG MENYEWAKAN, PENYEWA tidak akan melakukan
penambahan-penambahan, perubahan bagian-bagian baik sebagian maupun
seluruhnya dari Barang Modal atau mengubah urutan jenis/bentuk serta kerja,
fungsi ataupun mutu dari Barang Modal, sehingga berbeda dari bentuk, spesifikasi

Lampiran tambahan.indb 295 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-296

dan identitas semula sebagaimana diuraikan dalam Tanda Penerimaan Barang


Modal.
2. Apabila PENYEWA membuat penambahan-penambahan atau perubahan-perubahan
Barang Modal tanpa izin tertulis terlebih dahulu dari YANG MENYEWAKAN, maka
PENYEWA segera atas permintaan YANG MENYEWAKAN mengembalikan Barang
Modal pada keadaan seperti semula atas biaya dan ongkos PENYEWA.
3. Segala penambahan-penambahan, perubahan-perubahan dan penyempurnaan
yang dilakukan terhadap Barang Modal (dengan atau tanpa izin tertulis YANG
MENYEWAKAN) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Barang Modal.

Pasal 10 (Barang Modal Tidak Dilekatkan pada Tanah


dan/atau Bangunan)
1. Tanpa izin tertulis dari YANG MENYEWAKAN maka PENYEWA tidak boleh
menanamkan, mengikatkan, melekatkan atau dengan cara bagaimanapun
menyatukan Barang Modal terhadap tanah dan bangunan atau harta tak bergerak
lainnya dimana Barang Modal tersebut terletak dan dipakai.
2. Apabila PENYEWA meminta izin YANG MENYEWAKAN untuk hal-hal yang
disebutkan dalam ayat (1) pasal ini, maka PENYEWA hendaknya menyerahkan izin
tertulis dari pemilik tanah dan bangunan atau pemilik harta tak bergerak itu yang
isinya menyatakan bahwa si pemilik itu menyetujui dan mengakui, bahwa ia tidak
akan memperlakukan Barang Modal itu sebagai bagian dari tanah dan bangunan
atau harta tak bergerak miliknya dan oleh karena itu Barang Modal yang disewa guna
usaha ini tetap dianggap sebagai milik tunggal YANG MENYEWAKAN, walaupun
Barang Modal ini mungkin saja telah dilekatkan pada tanah dan bangunan tadi.
PENYEWA memikul tanggung jawab bagi setiap kerusakan yang timbul terhadap
tanah dan bangunan atau harta tidak bergerak/ barang lainnya karena dilekatkan
atau dilepasnya nanti Barang Modal yang disewa guna usaha (baik yang dilakukan
oleh YANG MENYEWAKAN maupun PENYEWA) dan PENYEWA akan membayar
ganti rugi apabila ada tuntutan karena kerusakan yang timbul.
3. PENYEWA dengan ini menjamin YANG MENYEWAKAN, bahwa ia akan mematuhi
semua pembayaran sewa, tarip, pajak dan ongkos lainnya sehubungan dengan tanah
dan bangunan, atau harta tidak bergerak lainnya dimana Barang Modal untuk
sementara waktu ditempatkan serta disimpan dan/atau dipakai dan apabila diminta
akan memperlihatkan kepada YANG MENYEWAKAN bukti pembayaran terakhir
berkenaan dengan itu.

Pasal 11 (Kehilangan dan/atau Kerusakan Barang Modal)


1. PENYEWA bersama ini menyatakan memikul dan menanggung seluruh risiko
kehilangan dan/atau kerusakan pada Barang Modal atau sesuatu bagian daripadanya
karena sebab apapun juga sejak jangka waktu permulaan sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 2 Perjanjian ini.

Lampiran tambahan.indb 296 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 18
L-297

2. Apabila terjadi kehilangan atau kerusakan atas Barang Modal atau bagian-bagiannya
maka PENYEWA atas biayanya sendiri seketika akan melakukan tindakan sebagai
berikut:
a. Mengganti keseluruhan ataupun bagian yang rusak/hilang itu;
b. Memperbaikinya menjadi seperti keadaan semula dan dapat dipakai lagi dengan
baik.
3. Menyimpang dari ayat-ayat pasal ini, apabila seluruh Barang Modal hilang dan/
atau menjadi tidak bermanfaat sama sekali (termasuk tetapi tidak terbatas pada
karena rusak/tidak berguna lagi secara ekonomis) atau karena alasan apapun atau
terjadi pelanggaran atas hak kepemilikan YANG MENYEWAKAN karena sebab
apapun maka PENYEWA dengan seketika atas permintaan YANG MENYEWAKAN,
membayar nilai ganti rugi yang disetujui sebagaimana diuraikan pada butir 9 dalam
Daftar (selanjutnya disebut Nilai Ganti Rugi Yang Disetujui).
4. Apabila ayat 2 pasal ini yang berlaku, maka Perjanjian Sewa Guna Usaha ini berlaku
terus tanpa perubahan apapun, dan uang sewa guna usaha wajib dibayar terus secara
penuh.
5. Apabila ayat 3 pasal ini yang berlaku, maka Perjanjian Sewa Guna Usaha ini dianggap
berakhir pada saat dilakukannya pembayaran penuh dari Nilai Ganti Rugi Yang
Disetujui-setelah mana kedua belah pihak tidak akan saling menuntut lagi kecuali
tuntutan ganti rugi lain sebelumnya.
6. Apabila pembayaran penuh Nilai Ganti Rugi Yang Disetujui telah terjadi, maka
YANG MENYEWAKAN akan mengalihkan kepemilikan Barang Modal kepada
PENYEWA di tempat dan dalam kondisi sebagaimana adanya pada saat itu
berikut jika ada segala hak dan kewajiban yang dimiliki YANG MENYEWAKAN
terhadap pihak ketiga tanpa suatu janji dan/atau jaminan apapun juga dari YANG
MENYEWAKAN.
7. PENYEWA akan membayar kepada YANG MENYEWAKAN kerugian atau kerusakan
Barang Modal yang tidak diasuransikan sebagaimana mestinya atau ganti rugi
asuransi tidak mencukupi tanpa memperhatikan alasannya, baik yang disebabkan
oleh perbuatan, kelalaian atau kesalahan PENYEWA maupun pihak lain.

Pasal 12 (Simpanan Jaminan)


Dengan ditandatanganinya Perjanjian Sewa Guna Usaha, PENYEWA harus menyerahkan
kepada YANG MENYEWAKAN sejumlah uang sebesar seperti yang disebutkan pada
butir 5 dalam Daftar sebagai Jaminan (selanjutnya disebut Simpanan Jaminan/
Tanggungan) untuk dibayarnya tepat pada waktunya dan dengan penuh uang sewa
guna usaha, setiap jumlah kerugian dan kewajiban-kewajiban PENYEWA lainnya
yang harus dibayar berdasarkan Perjanjian ini. Dengan terjadinya peristiwa kelalaian
yang tercantum dalam pasal 16, maka YANG MENYEWAKAN berhak akan tetapi
tidak diwajibkan menggunakan Simpanan Jaminan untuk membayar setiap jumlah
kerugian, tunggakan pembayaran sewa guna usaha, nilai ganti rugi yang disetujui dan
kewajiban-kewajiban PENYEWA lainnya. Apabila YANG MENYEWAKAN menghendaki

Lampiran tambahan.indb 297 22/08/2017 11.07.17


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-298

mengakhiri sewa guna usaha sesuai dengan pasal 16 Perjanjian ini - maka PENYEWA
harus membayar kepada YANG MENYEWAKAN jumlah-jumlah sampai dipenuhinya
Simpanan Jaminan yang tercantum pada butir 5 dalam Daftar, atau suatu jumlah lain
yang harus dibayar. Simpanan Jaminan tidak berbunga, Jika ditetapkan dibentuk
jaminan lain sebagai tambahan, maka jaminan tersebut dianggap menjamin semua
tuntutan YANG MENYEWAKAN dengan urutan penggunaan jaminan ditetapkan oleh
YANG MENYEWAKAN.

Pasal 13 (Asuransi)
1. Selama berlangsungnya sewa guna usaha - YANG MENYEWAKAN mensyaratkan
mengasuransikan Barang Modal pada Maskapai Asuransi yang ditunjuk oleh YANG
MENYEWAKAN, atas nama YANG MENYEWAKAN dan pembayaran premi oleh
PENYEWA.
2. YANG MENYEWAKAN berhak menentukan terhadap risiko-risiko apa Barang
Modal itu harus diasuransikan dan besarnya asuransi harus cukup untuk menutupi
Nilai Ganti Rugi Yang Disetujui sebagaimana diuraikan pada butir 9 dalam Daftar.
PENYEWA juga wajib mengasuransikan barang Modal ini terhadap tuntutan ganti
rugi dari pihak ketiga yang timbul dari penjagaan, pemeliharaan atau pemakaian
Barang Modal, sebesar jumlah yang dirasa cocok oleh YANG MENYEWAKAN.
3. PENYEWA harus membayar premi-premi asuransi yang ditentukan dalam pasal ini
serta membayar premi setiap perpanjangan pertanggungan asuransi.
4. PENYEWA boleh atas biayanya sendiri mengasuransikan Barang Modal terhadap
risiko lain yang dikehendakinya, tetapi asuransi itu tidak akan membebaskannya
dengan cara bagaimanapun juga dari semua atau setiap pertanggungan jawab
berdasarkan Perjanjian Sewa Guna Usaha ini.
5. PENYEWA dapat pula mempertanggungkan Barang Modal kepada Maskapai Asuransi
yang ditunjuknya sendiri setelah terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari YANG
MENYEWAKAN serta menyerahkan Polis Asuransi kepada YANG MENYEWAKAN
untuk disimpan selama berlakunya Perjanjian Sewa Guna Usaha selambat-lambatnya
7 (tujuh) hari setelah Polis diterima dari Maskapai Asuransi. Setiap risiko dan kerugian
yang timbul akibat kelalaian PENYEWA mempertanggungkan Barang Modal menjadi
beban dan tanggung jawab dari PENYEWA.
6. PENYEWA tidak boleh melakukan suatu tindakan atau hal yang dapat membatalkan
pertanggungan-pertanggungan asuransi-asuransi yang ditutup menurut pasal ini.
7. Bilamana ternyata, baik disengaja ataupun tidak disengaja PENYEWA melakukan
tindakan yang mengakibatkan batalnya klaim asuransi, maka PENYEWA akan
menanggung semua risiko yang telah ditutup pada Maskapai Asuransi dan mengganti
segala kerugian yang diderita oleh YANG MENYEWAKAN akibat batalnya asuransi
tersebut.
8. Kegagalan mendapatkan ganti rugi dari asuransi yang ditutup tidak akan
membebaskan PENYEWA dari pertanggungan jawabnya atas Barang Modal menurut
Perjanjian Sewa Guna Usaha ini.

Lampiran tambahan.indb 298 22/08/2017 11.07.17


Lampiran 18
L-299

9. Apabila kejadian-kejadian yang ditutup dengan asuransi tersebut terjadi, maka


PENYEWA wajib dalam jangka waktu 2X24 jam memberitahu YANG MENYEWAKAN
dan Maskapai Asuransi tentang hal itu secara tertulis dan segera menyerahkan
dokumen-dokumen tentang kejadian tersebut yang diperlukan, agar YANG
MENYEWAKAN, dapat menerima semua klaim ganti rugi asuransi.
10. Dalam hal terjadi suatu peristiwa/risiko yang secara kebetulan tidak ditutup dengan
asuransi atau ganti rugi asuransi tidak mencukupi, maka setiap kerugian yang
diderita YANG MENYEWAKAN atas Barang Modal sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dari PENYEWA.
11. Pembayaran ganti rugi asuransi adalah hak YANG MENYEWAKAN sehingga hanya
dapat diterima oleh YANG MENYEWAKAN.
12. Ganti rugi asuransi tersebut, atas keinginan YANG MENYEWAKAN akan digunakan
sebagai berikut:
a. Untuk membayar biaya-biaya yang ditentukan pasal 12;
b. Untuk membayar seluruh Nilai Ganti Rugi Yang Disetujui atau sebagian sesuai
dengan Perjanjian Sewa Guna Usaha ini dalam hal mana PENYEWA akan
dibebaskan dari kewajibannya untuk membayar Nilai Ganti Rugi Yang Disetujui
sampai sebesar ganti rugi asuransi yang diterima oleh YANG MENYEWAKAN
dan;
c. Untuk membayar kerusakan-kerusakan yang diderita pihak ketiga dan/atau
PENYEWA karena terjadinya kejadian yang ditutup dengan asuransi.

Pasal 14 (Larangan bagi PENYEWA)


1. PENYEWA berjanji untuk menjaga agar pemilikan YANG MENYEWAKAN atas
Barang Modal tidak dirugikan/dilanggar atau berada dalam ancaman. Jika hal ini
terjadi karena tindakan PENYEWA sendiri maupun pihak manapun juga maka
PENYEWA wajib atau YANG MENYEWAKAN atas ongkos dan biaya PENYEWA
sendiri akan segera mengatasi, pelanggaran atau ancaman tersebut.
2. Dengan mengindahkan ayat terdahulu dari pasal ini, maka PENYEWA dilarang :
• Menjual, mengalihkan hak, mengalih sewakan, membebani, menjaminkan,
menggadaikan, menghipotikkan, atau memindahkan atau membiarkan
berpindahnya Barang Modal baik untuk reparasi atau tindakan lain, dan
apabila PENYEWA melanggar salah satu ketentuan dalam ayat ini maka YANG
MENYEWAKAN berhak (akan tetapi tidak bersifat mengikat) untuk membayar
kepada pihak ketiga suatu jumlah yang diperlukan guna membebaskan Barang
Modal-dengan hak untuk meminta dibayar kembali jumlah uang itu dari
PENYEWA.
• Menjual, menghipotikkan, membebankan, menyewakan atau dengan cara
lain melepaskan tanah dan/atau bangunan atau barang tidak bergerak lainnya
yang menjadi tempat Barang Modal- tanpa persetujuan tertulis dari YANG
MENYEWAKAN dan PENYEWA menjamin sepenuhnya bahwa Pembeli, Kreditur
atau pihak lainnya akan tunduk dan mentaati Perjanjian Sewa Guna Usaha.

Lampiran tambahan.indb 299 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-300

Pasal 15 (Janji Pengikatan Diri PENYEWA)


PENYEWA berjanji:
1. Barang Modal akan digunakan untuk keperluan Usaha sehari-hari dari
PENYEWA;
2. Membayar uang sewa guna usaha yang disebutkan pada butir 6 dalam Daftar kepada
YANG MENYEWAKAN atau kepada orang lain yang sewaktu-waktu ditunjuk
secara tertulis oleh YANG MENYEWAKAN, bebas dari semua pengurangan atau
pemotongan;
3. Atas biaya sendiri, menguasai dan memelihara Barang Modal dalam keadaan terawat
baik dan dapat digunakan setiap saat.
4. Mengijinkan setiap orang atau badan yang diberi kuasa oleh YANG MENYEWAKAN
untuk sewaktu-waktu memasuki tempat dimana Barang Modal berada dengan tujuan
memeriksa Barang Modal tersebut, dan memberitahukan YANG MENYEWAKAN
mengenai setiap perubahan alamat/domisili PENYEWA dan atas permintaan YANG
MENYEWAKAN segera memberitahukan YANG MENYEWAKAN tempat Barang
Modal berada.
5. Tanpa mengesampingkan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Perjanjian ini dalam
hal Barang Modal terdiri dari kendaraan (Kendaraan) maupun alat-alat berat
maka:
a. Sekalipun adanya ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini, YANG
MENYEWAKAN dapat mengijinkan PENYEWA untuk mendapatkan Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) atas
namanya dan atas beban sepenuhnya dari PENYEWA. PENYEWA setuju untuk
menyerahkan BPKB dan duplikat Faktur kepada YANG MENYEWAKAN yang
akan menahannya sampai semua kewajiban PENYEWA berdasarkan Perjanjian
ini telah dilunasi. YANG MENYEWAKAN dapat menetapkan persyaratan apapun
yang dipandangnya baik untuk menjamin hak-hak dan kepentingannya atas
Kendaraan.
b. YANG MENYEWAKAN dibebaskan dari tanggung jawab dan kerugian yang
berkenaan dengan dokumen-dokumen Kendaraan yang tidak Asli dan/atau
diterbitkan sebagaimana mestinya.
c. Hanya seorang pengemudi yang ahli- memiliki Surat Izin Mengemudi
yang berlaku untuk jenis Barang Modal, serta memenuhi syarat yang boleh
mengemudikan Barang Modal untuk tujuan yang tidak melawan hukum.
d. Untuk segera memperbaharui pendaftaran Barang Modal dan mentaati Undang-
Undang dan peraturan-peraturan mengenai lalu lintas jalan, memenuhi semua
panggilan Polisi dan/atau Polisi Lalu Lintas serta melunasi tepat pada waktunya
semua denda berkenaan dengan hal tersebut. Segala akibat yang timbul karena
kelalaian/pelanggaran terhadap Undang-Undang dan/atau peraturan-peraturan
lainnya adalah menjadi tanggung jawab PENYEWA sendiri.
6. Tidak memindahkan, mengubah, menghilangkan atau merusak atau dengan cara
lain mengganggu nomor mesin, rangka, pendaftaran atau nomor-nomor seri atau

Lampiran tambahan.indb 300 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 18
L-301

setiap pelat merek dagang atau pelat tanda pengenal yang terletak pada Barang
Modal atau setiap bagiannya.
7. Membayar atau memberikan penggantian kepada YANG MENYEWAKAN
terhadap semua pajak yang dikenakan terhadap YANG MENYEWAKAN maupun
terhadap Barang Modal berdasarkan sewa guna usaha-termasuk setiap pajak baru
yang dikenakan setelah tanggal Perjanjian Sewa Guna Usaha serta pada semua
biaya pendaftaran, premi asuransi dan lain sebagainya yang berkenaan dengan
pengoperasian atau pemilikan Barang Modal.
8. Membayar, denda keterlambatan sebesar yang disebutkan pada butir 11 dalam
Daftar (sebelum maupun setelah putusan Pengadilan) atas setiap jumlah yang harus
dibayar berdasarkan Perjanjian Sewa Guna Usaha yang tidak dibayar pada tanggal
jatuh waktu.
9. Membayar semua biaya materai, biaya notaris, biaya penagihan, biaya penarikan
kembali Barang Modal, biaya hukum dan biaya-biaya lainnya (termasuk biaya
penasihat hukum YANG MENYEWAKAN) berkenaan dengan pembuatan atau
pelaksanaan Perjanjian Sewa Guna Usaha.
10. Tidak mengijinkan Barang Modal dipindahkan dari wilayah Indonesia dan tidak
boleh memindahkan tempat pendaftaran Barang Modal tanpa persetujuan tertulis
dari YANG MENYEWAKAN.
11. Semua hak yang dimiliki PENYEWA berdasarkan uang muka atau pembayaran lain
yang diberikan PENYEWA kepada PENJUAL/SUPPLIER, Pabrikan atau Pembekal
dari Barang Modal untuk pembelian Barang Modal dengan ini dialihkan kepada
YANG MENYEWAKAN.

Pasal 16 (Kelalaian)
a. Peristiwa-peristiwa berikut ini merupakan kelalaian :
i. PENYEWA lalai untuk membayar uang sewa guna usaha, sekalipun untuk 1
(satu) kali angsuran saja.
ii. PENYEWA lalai untuk melakukan pembayaran lain apabila jatuh waktu atau
Penjamin (Borg) atau PENYEWA lalai mematuhi atau melaksanakan salah satu
ketentuan Perjanjian Sewa Guna Usaha ini.
iii. Apabila YANG MENYEWAKAN dengan alasan yang cukup merasa tidak
terjamin lagi kepentingannya atau menurut pendapat yang layak dari YANG
MENYEWAKAN dengan memperhatikan semua keadaan yang bersangkutan,
telah terjadi perubahan materil yang akan merugikan keadaan keuangan atau
keadaan lainnya dari PENYEWA.
iv. PENYEWA meninggalkan Barang Modal
Dengan terjadinya suatu Kejadian Kelalaian, YANG MENYEWAKAN atas
kehendaknya sendiri dapat tanpa diperlukan pernyataan/penetapan/putusan lalai
dari pengadilan/instansi manapun juga serta tanpa keharusan menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu atau mengajukan permintaan terlebih dahulu
kepada PENYEWA untuk segera atau salah satu cara, yaitu (i) menyatakan

Lampiran tambahan.indb 301 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-302

semua pembayaran sewa guna usaha harus segera dan seketika dibayar, (ii)
melakukan tindakan hukum melalui pihak yang berwajib, instansi pemerintah
dan/atau pihak lain untuk memaksa pelaksanaan oleh PENYEWA dan untuk
mendapatkan kembali dari PENYEWA setiap atau semua kerugian dan biaya
yang diderita atau dikeluarkan oleh YANG MENYEWAKAN, dan mulai saat itu
PENYEWA harus segera menghentikan segala bentuk pemakaian Barang Modal
atau (iii) mengakhiri hak-hak PENYEWA berdasarkan Perjanjian ini, mengambil
kembali Barang Modal dengan atau tanpa bantuan Pengadilan dan/atau alat-alat
Negara dan/atau Pejabat Pemerintah dan/atau pihak lain serta berhak memasuki
tanah dan bangunan serta barang tidak bergerak lainnya yang diduga menjadi
tempat penyimpanan Barang Modal dan menuntut semua kerugian langsung
atau tidak langsung yang diderita YANG MENYEWAKAN termasuk biaya-biaya
yang dikeluarkan YANG MENYEWAKAN sehubungan dengan pengambilan
kembali Barang Modal.
b. Dalam hal YANG MENYEWAKAN menghendaki untuk mengambil kembali Barang
Modal, PENYEWA melepaskan semua hak untuk pemberitahuan sebelumnya serta
hak menuntut ganti kerugian yang ditimbulkan karena pengambilan kembali Barang
Modal tersebut dan dengan ini memberi kuasa kepada YANG MENYEWAKAN
untuk menjual atau memindah tangankan Barang Modal dimuka umum atau
dibawah tangan dengan harga yang dipandang baik oleh YANG MENYEWAKAN
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada PENYEWA. Dengan berakhirnya
Perjanjian ini, PENYEWA atas permintaan YANG MENYEWAKAN setuju untuk
membayar kepada YANG MENYEWAKAN Nilai Ganti Rugi yang Disetujui (yang
disebutkan pada butir 9 dalam Daftar) dan setiap jumlah lain yang pada waktu itu
jatuh waktu berdasarkan Perjanjian ini, ditambah bunga keterlambatan atas setiap
pembayaran yang pada waktu itu tertunggak sampai tanggal pembayaran, dan harus
membayar seluruh kerugian serta kehilangan keuntungan YANG MENYEWAKAN
dikurangi dengan hasil bersih penjualan Barang Modal.
c. Untuk keperluan-keperluan ini, PENYEWA memberi kuasa mutlak yang seluas-
luasnya kepada YANG MENYEWAKAN dengan hak substitusi tidak dapat
dibatalkan dengan alasan apapun juga dan oleh karenanya PENYEWA dan YANG
MENYEWAKAN sepakat untuk mengabaikan/mengesampingkan PASAL 1814
KUH Perdata untuk memasuki setiap tempat dimana Barang Modal pada waktu
itu berada dan memindahkannya dari tempat tersebut apabila perlu secara paksa
tanpa suatu halangan atau gangguan dari PENYEWA dan/atau pegawai dan/atau
orang yang ditunjuk dan/atau mendapatkan perintah dari PENYEWA dan setuju
bahwa setiap pemasukan dan pengambilan kembali Barang Modal tersebut tidak
merupakan tindakan memasuki pekarangan tanpa hak. Semua hak dan upaya
hukum dari YANG MENYEWAKAN berdasarkan Perjanjian ini adalah kumulatif
dan merupakan tambahan terhadap hak-hak dan upaya-upaya hukum lainnya
yang dapat dipergunakan oleh YANG MENYEWAKAN. Kelalaian dipihak YANG
MENYEWAKAN untuk melaksanakan dan keterlambatan dalam melaksanakan
sesuatu hak, wewenang atau upaya hukum berdasarkan Perjanjian ini tidak

Lampiran tambahan.indb 302 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 18
L-303

merupakan suatu pelepasan daripadanya, dan pelaksanaan tunggal sebagian dari


suatu hak, wewenang atau upaya hukum oleh YANG MENYEWAKAN berdasarkan
Perjanjian ini tidak meniadakan wewenang atau upaya hukum oleh YANG
MENYEWAKAN berdasarkan Perjanjian ini tidak meniadakan setiap pelaksanaan
lain atau lebih lanjut dari padanya atau pelaksanaan dari hak atau upaya hukum
lainnya.
d. PENYEWA menjamin dan bertanggung jawab sepenuhnya serta menanggung segala
risiko apabila terjadi suatu halangan dan/atau gangguan dalam pelaksanaan YANG
MENYEWAKAN mengadakan pengambilan atau penarikan kembali Barang Modal
baik secara paksa atau tidak.
e. Untuk maksud pengakhiran Perjanjian Sewa Guna Usaha dan/atau penarikan atau
pengambilan kembali Barang Modal sampai dengan dijualnya Barang Modal oleh
YANG MENYEWAKAN, para pihak dengan ini sepakat untuk mengabaikan dan
mengesampingkan Pasal 1266 KUH Perdata dan oleh karenanya setiap pelaksanaan
hal tersebut tidak perlu dan/atau tidak diharuskan terlebih dahulu meminta
keputusan melalui Badan Peradilan.
f. Walaupun YANG MENYEWAKAN memilih salah satu dari cara penanggulangan
yang tercantum dalam pasal ini-namun PENYEWA tidak dibebaskan dari setiap
tanggung jawab kepada pihak-pihak lain yang timbul karenanya.

Pasal 17 (Denda Karena Keterlambatan Pembayaran)


Tanpa mengurangi hak YANG MENYEWAKAN terhadap PENYEWA berdasarkan
Perjanjian Sewa Guna Usaha ini, maka apabila PENYEWA gagal membayar apapun
juga yang harus dibayar menurut Perjanjian Sewa Guna Usaha ini (termasuk tetapi tidak
terbatas pada angsuran sewa guna usaha,ganti rugi yang disetujui dan setiap biaya yang
dikeluarkan YANG MENYEWAKAN untuk kepentingan PENYEWA dan biaya-biaya
yang harus dibayar dimuka oleh YANG MENYEWAKAN untuk PENYEWA) PENYEWA
dengan ini menyetujui untuk membayar denda keterlambatan yang ditetapkan pada
butir (11) dalam Daftar sejak tanggal harus dibayarnya sampai saat pelunasan.

Pasal 18 (Opsi Untuk Membeli)


Dengan dibayarnya tepat pada waktunya jumlah uang sewa guna usaha dan pembayaran
kewajiban lainnya oleh PENYEWA selama jangka waktu sewa guna usaha dan dengan
telah ditaatinya dan dilaksanakannya semua janji pengikatan diri dan ketentuan-
ketentuan dari Perjanjian ini-pada akhir jangka waktu sewa guna usaha, PENYEWA
mempunyai opsi untuk membeli Barang Modal ditempat dimana Barang Modal
tersebut berada pada waktu itu dengan harga pembelian yang sama dengan Nilai
Sisa yang disebutkan pada butir 8 dalam Daftar, ditambah dengan setiap pajak yang
dikenakan atasnya, PENYEWA berhak untuk tidak melakukan pilihan untuk membeli
dan sebaliknya dapat meminta untuk memperpanjang/memperbaharui masa sewa
guna sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 Perjanjian ini.

Lampiran tambahan.indb 303 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-304

Pasal 19 (Pembayaran Sebelum Berakhirnya Perjanjian)


1. PENYEWA atas persetujuannya YANG MENYEWAKAN dapat mengakhiri
Perjanjian Sewa Guna Usaha ini sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha
tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diatas dengan membayar semua
sisa nilai pokok pembiayaan yang dikeluarkan oleh YANG MENYEWAKAN dan
denda keterlambatan beserta pembayaran sewa guna usaha yang tertunggak yang
wajib dibayar berdasarkan Perjanjian ini dan menurut syarat dan ketentuan lain
yang ditetapkan oleh YANG MENYEWAKAN.
2. Demikian juga dalam hal pembayaran sebelum jangka waktu permulaan berakhir
PENYEWA berhak untuk melaksanakan pilihan untuk membeli atau memperpanjang
sewa guna usaha, pilihan mana harus diberitahukan secara tertulis kepada YANG
MENYEWAKAN dalam waktu 30 (tiga puluh) hari dari tanggal pembayaran sebelum
jangka waktu permulaan dilunasi seluruhnya.

Pasal 20 (Jaminan Dari Penyewa)


PENYEWA dengan ini menegaskan bahwa PENYEWA sendiri yang telah menunjuk
PENJUAL/SUPPLIER serta menentukan jenis, kwalitas, design dan sebagainya dari
Barang Modal -serta segala persyaratan dalam kaitannya dengan transaksi Jual Beli
Barang Modal-semata-mata atas kebijaksanaan PENYEWA sendiri dan PENYEWA
bertanggung jawab sepenuhnya atas penyelesaian apabila timbul suatu sengketa antara
PENJUAL/SUPPLIES dengan YANG MENYEWAKAN. YANG MENYEWAKAN tidak
dan tidak akan membuat suatu pernyataan atau jaminan baik secara tegas maupun
secara tidak langsung mengenai keadaan, design, pengoperasian atau kecocokan
Barang Modal untuk suatu penggunaan tertentu atau suatu pernyataan atau jaminan
lainnya akan tetapi YANG MENYEWAKAN setuju untuk mengalihkan atau dengan cara
lain menyediakan kepada PENYEWA hak-hak yang dimiliki YANG MENYEWAKAN
berdasarkan jaminan-jaminan atas Barang Modal yang diberikan oleh PENJUAL/
SUPPLIES atau Pabrik Barang Modal tersebut.

Pasal 21 (Hak-Hak Tertentu Yang Menyewakan)


YANG MENYEWAKAN tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada PENYEWA dapat
menjalankan setiap dan segala cara penanggulangan persoalan yang tercantum dalam
pasal 16 Perjanjian ini, jika terjadi salah satu peristiwa-peristiwa berikut ini:
a. PENYEWA telah gagal dalam membayar sejumlah uang yang sudah jatuh waktu dan
sebagaimana mestinya menurut Perjanjian ini dan Perjanjian dengan Pihak Ketiga
lainnya, atau
b. Penghentian atau penundaan dengan ancaman-hubungan dagang dengan
PENYEWA, atau
c. Diajukan permohonan pailit baik oleh PENYEWA maupun oleh Pihak Ketiga atau
PENYEWA melakukan pemindahan/pengalihan hak milik bagi keuntungan para
Kreditur, atau

Lampiran tambahan.indb 304 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 18
L-305

d. PENYEWA membuat suatu permohonan untuk merencanakan atau mengatur


kembali pembayaran hutang-hutang kepada Krediturnya (surseance van betaling),
atau
e. Harta PENYEWA termasuk Barang Modal atau harta Penjamin terkena sitaan oleh
Pengadilan atau instansi Pemerintah yang berwenang, atau
6. PENYEWA menolak atau tidak dapat mematuhi syarat-syarat dari Perjanjian ini,
atau
g. PENYEWA mengajukan tuntutan dan/atau keberatan/gugatan kepada YANG
MENYEWAKAN melalui pihak yang berwajib atau Badan Peradilan maka PENYEWA
menyetujui segera menghentikan segala bentuk pemakaian Barang Modal YANG
MENYEWAKAN tetap dapat melaksanakan seluruh hak-haknya berdasarkan
Perjanjian Sewa Guna Usaha, atau
h. PENYEWA menjadi subjek surat paksa atau sita tanpa mengindahkan apakah hal
ini mempengaruhi Barang Modal atau tidak, atau
i. Barang Modal hilang atau rusak berat sehingga perbaikannya tidak dibenarkan
menurut pendapat YANG MENYEWAKAN, atau
j. Setiap ijin, persetujuan atau ijin-ijin dari Pemerintah untuk melaksanakan usaha
PENYEWA dicabut atau dibatasi kecuali pencabutan demikian dapat diperbaharui
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, atau
k. Bila PENYEWA melakukan kompromi, pengaturan atau perencanaan dengan
Krediturnya atau setiap tindakan demi keuntungan Kreditur-kreditur itu, atau
l. Bila keputusan Pengadilan yang berkekuatan tetap terhadap PENYEWA tidak
dilaksanakan dengan baik dalam waktu lebih dari 14 (empat belas) hari, atau
m. Jika PENYEWA menyia-nyiakan Barang Modal.

Pasal 22 (Laporan Usaha Dan Lain-lain)


PENYEWA dengan segera dan atas permintaan YANG MENYEWAKAN setiap waktu wajib
memberikan laporan tertulis dan secara mendetail mengenai keadaan keuangannya,
lokasi serta keadaan Barang Modal.

Pasal 23 (Pengembalian Barang Modal)


Apabila setelah PENYEWA memenuhi kewajibannya yaitu membayar seluruh apa yang
harus dibayar menurut Perjanjian ini atau pada waktu Perjanjian ini berakhir karena
alasan apapun-PENYEWA tidak mempergunakan haknya untuk membeli Barang Modal
atau memperpanjang/memperbaharui Perjanjian-maka PENYEWA wajib menyerahkan
Barang Modal kepada YANG MENYEWAKAN pada alamat YANG MENYEWAKAN atau
pada alamat yang ditentukan oleh YANG MENYEWAKAN atau apabila dikehendaki
oleh YANG MENYEWAKAN mempersiapkan Barang Modal dalam keadaan siap untuk
diambil oleh YANG MENYEWAKAN atau wakilnya.
PENYEWA akan memikul semua biaya yang dikeluarkan oleh YANG MENYEWAKAN
berkenaan dengan penyerahan, pengiriman atau pemilikan kembali Barang Modal
tersebut oleh YANG MENYEWAKAN.

Lampiran tambahan.indb 305 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-306

Pasal 24 (Tidak Dapat Dibatalkannya Kuasa)


PENYEWA setuju bahwa kuasa yang diberikan kepada YANG MENYEWAKAN menurut
atau berkenaan dengan Perjanjian ini merupakan bagian yang penting dan yang
tidak terpisahkan dari Perjanjian ini yang tanpa adanya kuasa tersebut Perjanjian
ini tidak akan dibuat dan oleh karenanya semua kuasa yang diberikan kepada YANG
MENYEWAKAN tidak dapat dibatalkan/dicabut karena sebab apapun, termasuk akan
tetapi tidak terbatas pada sebab-sebab yang tercantum dalam pasal 1813 dari KUH
Perdata.

Pasal 25 (Larangan Untuk Mengalihkan Hak Dan Kewajiban PENYEWA)


1. Sewa Guna Usaha ini khusus diberikan kepada PENYEWA oleh sebab itu PENYEWA
tidak diperkenankan untuk mengalihkan hak maupun kewajibannya baik sebagian
maupun seluruhnya pada pihak ketiga, kecuali dengan ijin tertulis terlebih dahulu
dari YANG MENYEWAKAN.
2. Tidak ada kewajiban-kewajiban pembayaran PENYEWA berdasarkan Perjanjian
Sewa Guna Usaha ini yang dapat diperhitungkan dengan tagihan-tagihan PENYEWA
terhadap YANG MENYEWAKAN atau PENJUAL/SUPPLIER atau wakil-wakil YANG
MENYEWAKAN dan/atau orang yang digantikan serta pengganti-pengganti hak
dari YANG MENYEWAKAN.

Pasal 26 (Pengalihan Hak YANG MENYEWAKAN)


YANG MENYEWAKAN dapat tanpa ijin PENYEWA- mengalihkan atau menjaminkan
semua atau sebagian dari hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Sewa Guna
Usaha kepada para Kreditor dan/atau Pemegang Obligasi/Wali Amanat termasuk
haknya untuk memasuki tanah pekarangan dan/atau bangunan-bangunan serta
barang tak bergerak lainnya yang menjadi tempat penyimpanan Barang Modal untuk
memeriksa Barang Modal dan untuk melepaskan/ memisahkan serta mengambil
kembali Barang Modal.

Pasal 27 (Ketentuan Tambahan Dan Judul)


1. PENYEWA bersama ini menyetujui bahwa ketentuan tambahan yang diuraikan
pada butir 12 dari Daftar adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian Sewa Guna Usaha dan Perjanjian Sewa Guna Usaha ini akan ditambah
atau dirubah menurut kebutuhan dengan persetujuan tertulis PENYEWA dan YANG
MENYEWAKAN.
2. Dalam hal PENYEWA adalah suatu Badan, maka PENYEWA tidak akan mengadakan
perubahan anggaran dasar dan/atau perubahan susunan pengurus/penanggung
jawab serta anggota Komisaris/Komanditer dan atau menjual/mengalihkan
Perusahaannya (saham-sahamnya) baik sebagian maupun keseluruhannya dan/
atau menerbitkan/mengeluarkan saham-saham baru tanpa persetujuan tertulis
dari YANG MENYEWAKAN.

Lampiran tambahan.indb 306 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 18
L-307

3. Setiap perubahan yang dilakukan menurut ayat 2 pasal ini tidak mengakibatkan
batalnya Perjanjian ini dan hak serta kewajiban PENYEWA baik para pengurus
maupun pemegang saham lama dan baru terikat pada syarat dan ketentuan yang
termuat dalam Perjanjian ini.
4. Pengurus maupun pemegang saham lama menjamin pula bahwa pengurus maupun
pemegang saham baru akan tunduk serta mematuhi seluruh ketentuan dalam
Perjanjian ini.
5. Judul pasal-pasal dalam Perjanjian ini dimaksudkan untuk mempermudah saja dan
tidak akan mempengaruhi arti, maksud dan tujuan Perjanjian ini.

Pasal 28 (Toleransi)
Toleransi YANG MENYEWAKAN dalam menegakkan ketentuan serta syarat-syarat
Perjanjian Sewa Guna Usaha ini atau dimana YANG MENYEWAKAN memberi waktu
kepada PENYEWA tidak boleh ditafsirkan sebagai mempengaruhi atau membatasi
hak-hak/wewenang YANG MENYEWAKAN, serta tidak boleh ditafsirkan bahwa bila
YANG MENYEWAKAN membiarkan suatu pelanggaran oleh PENYEWA sebagai suatu
pelepasan pelaksanaan hak dan wewenang YANG MENYEWAKAN terhadap terjadinya
pelanggaran berikutnya/lainnya dari PENYEWA atas isi Perjanjian ini.

Pasal 29 (Batalnya Persiapan Pendahuluan)


Perjanjian Sewa Guna Usaha ini mengatur semua hubungan kedua belah pihak dalam
Perjanjian ini dan menggantikan serta membatalkan segala persetujuan, perjanjian-
perjanjian dan kesanggupan sebelumnya, jika ada antara kedua belah pihak baik secara
tertulis maupun lisan.

Pasal 30 (Pemberitahuan)
Setiap pemberitahuan, permintaan atau tuntutan oleh pihak yang satu terhadap yang
lain menurut ketentuan-ketentuan Perjanjian Sewa Guna Usaha harus tertulis dan akan
dianggap telah diterima oleh pihak lainnya :
a. Apabila disampaikan langsung oleh salah satu pihak atau kuasanya atau
pengacaranya melalui pos tercatat kepada pihak lain ke alamat yang telah disebut
dalam bagian awal Perjanjian ini dan dengan demikian dianggap telah diterima oleh
yang bersangkutan dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung dari tanggal surat tersebut,
atau
b. Apabila disampaikan langsung oleh salah satu pihak atau kuasanya atau
pengacaranya ketangan pihak lain, maka dianggap telah diterima terhitung sejak
tanggal penyerahan surat tersebut.
PENYEWA harus segera memberitahukan kepada YANG MENYEWAKAN apabila
mengalami hal-hal sebagai berikut:
a. Pindah alamat/tempat tinggal domisili;
b. Yang mewakili diganti;

Lampiran tambahan.indb 307 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-308

c. Sebagian besar usahanya diganti;


d. Status Perusahaannya berubah.

Pasal 31 (Definisi)
Dalam Perjanjian Sewa Guna Usaha ini berlaku:
1. Apabila dalam pengertian PENYEWA terdapat dua atau lebih pihak yang tercakup
dalam istilah PENYEWA maka tanggung jawab mereka menurut Perjanjian ini
adalah bersama-sama dan sendiri-sendiri atau tanggung jawab renteng, dan
2. Kata-kata yang menunjukkan jenis pria harus dianggap meliputi jenis wanita dan
jenis netral dan kata-kata yang menyatakan arti tunggal adalah termasuk bentuk
jamaknya dan sebaliknya.

Pasal 32 (Perjanjian Sewa Guna Usaha Mengikat Para Pengganti Hak)


Perjanjian Sewa Guna Usaha ini akan mengikat para pengganti hak berdasarkan
Undang-undang dan orang-orang yang ditunjuk oleh Pengadilan untuk menggantikan
hak-hak PENYEWA dan YANG MENYEWAKAN.

Pasal 33 (Hukum)
Mengenai Perjanjian ini dan segala akibatnya tunduk pada dan ditafsirkan dalam segala
hal sesuai dengan hukum Republik Indonesia dan kedua belah pihak telah memilih
tempat kediaman yang tetap dan seumumnya di Kantor Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, dengan ketentuan bahwa YANG MENYEWAKAN bebas untuk
mengambil tindakan hukum dalam Pengadilan-Pengadilan di Republik Indonesia atau
ditempat lain untuk melindungi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan Perjanjian
Sewa Guna Usaha ini atau dengan cara lain mendapat pembayaran dari jumlah-jumlah
uang yang harus dibayar oleh PENYEWA berdasarkan Perjanjian ini.

Pasal 34 (Ketentuan Lain-lain)


1. Apabila dengan PENYEWA dibuat lebih dari satu Perjanjian Sewa Guna Usaha/
Perjanjian lainnya (selanjutnya baik Perjanjian Sewa Guna Usaha maupun Perjanjian
lainnya cukup disebut Perjanjian Pembiayaan) maka semua Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan tersebut dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga
YANG MENYEWAKAN berhak menahan semua dokumen-dokumen pemilikan
Barang Modal/Barang yang memperoleh pembiayaan, Jaminan tambahan atau juga
bukti surat berharga lainnya yang tercantum dalam semua Perjanjian Pembiayaan
sebelum PENYEWA melunasi seluruh kewajiban pembayarannya kepada YANG
MENYEWAKAN.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Perjanjian Sewa Guna Usaha secara mutatis-
mutandis berlaku juga ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal KUH
Perdata dan perundang-undangan lain-baik yang sudah ada maupun yang baru
akan ada setelah Perjanjian Sewa Guna Usaha dibuat dan/atau peraturan-peraturan

Lampiran tambahan.indb 308 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 18
L-309

yang dikeluarkan oleh yang berwenang dan/atau kebiasaan yang berlaku dan/atau
tambahan-tambahan perjanjian lain baik secara tertulis maupun lisan, sepanjang
tidak mengurangi arti, maksud dan tujuan Perjanjian Sewa Guna Usaha.

Demikian Perjanjian Sewa Guna Usaha ini dibuat dan ditanda tangani pada hari dan
tanggal tersebut diatas dalam rangkap 2 dibubuhi materai secukupnya dan masing-
masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PENYEWA YANG MENYEWAKAN

(Vony Barlianto ) ( Sri Sudarmiatin )

Lampiran tambahan.indb 309 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-310

Lampiran tambahan.indb 310 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-311

LAMPIRAN 19 KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-26/


PM/2003 TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR: KEP-26/PM/2003
TENTANG

HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU


KETUA BADAN PENGAWAS PASA R MODAL

Menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan


penambahan modal perusahaan yang telah melakukan Penawaran
Umum saham atau Perusahaan Publik dengan tetap memperhatikan
perlindungan kepada masyarakat pemodal, dipandang perlu untuk
menyempurnakan Peraturan Bapepam Nomor IX.D. 1 tentang Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam
Nomor Kep 07/PM/2001 tanggal 23 Maret 2001;
Mengingat 1. Undang undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3617);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun
1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7/M Tahun
2000;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASA R
MODAL TENTANG
HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU.

Pasal 1
Ketentuan mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu diatur dalam Peraturan
Nomor IX.D. 1 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Lampiran tambahan.indb 311 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-312

Pasal 2
Dengan berlakunya keputusan ini, maka Peraturan Bapepam Nomor IX.D. 1 tentang
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep
07/PM/2001 tanggal 23 Maret 2001 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 17 Juli 2003


Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 312 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-313

LAMPIRAN
Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep 26/PM/2003
Tanggal : 17 Juli 2003

PERATURAN NOMOR IX.D.1: HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU


1. Definisi :
a. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang
memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru,
termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,
sebelum ditawarkan kepada Pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan.
b. Waran adalah Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak
kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada
harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya
Waran tersebut.
2. Apabila suatu perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum saham atau
Perusahaan Publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk
melalui penerbitan Waran atau Efek konversi, maka setiap pemegang saham wajib
diberi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud sebanding
dengan persentase pemilikan mereka.
3. Jika suatu perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini mempunyai
lebih dari satu jenis saham, dan jika jumlah saham dalam setiap jenis ditambah
secara proporsional, maka para pemegang saham yang ada wajib mempunyai Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan mereka
dalam masing masing jenis saham.
4. Jika suatu perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini mempunyai
lebih dari satu jenis saham tetapi penambahan hanya terjadi pada satu jenis saham
saja, atau jumlah penambahan dari setiap jenis saham tidak sebanding, atau jika
Penawaran Umum terdiri dari Efek yang dapat ditukar dengan saham, maka semua
pemegang saham wajib mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding
dengan persentase pemilikan dalam perusahaan. Penawaran Umum dimaksud wajib
disetujui oleh pemegang saham yang mewakili sebagian besar saham dalam setiap
jenis saham.
5. Dalam hal perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini
menerbitkan Waran, maka jumlah Waran yang diterbitkan dan Waran yang telah
beredar tidak melebihi 35% (tiga puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang telah
ditempatkan dan disetor penuh pada saat Pernyataan Pendaftaran disampaikan.
6. Dalam hal perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 peraturan ini,
bermaksud untuk menambah modal sahamnya melalui Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu atau melalui Penawaran Umum Waran atau Efek konversi wajib mengadakan
Rapat Umum Pemegang Saham untuk mempertimbangkan dan menyetujui
rencana penawaran dimaksud. Perusahaan tersebut wajib mengumumkan

Lampiran tambahan.indb 313 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-314

informasi sebagaimana dimaksud pada angka 14 peraturan ini dan menyediakan


Prospektus bagi pemegang saham sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor
IX.D.3, selambat lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum Rapat Umum
Pemegang Saham dilaksanakan. Setiap perubahan atau penambahan informasi
mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana dimaksud Peraturan
Nomor IX.D.3 wajib tersedia bagi pemegang saham paling lambat pada saat Rapat
Umum Pemegang Saham dilaksanakan.
7. Untuk dapat melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka
Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu wajib dipenuhi hal
hal berikut:
a. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini telah mengajukan
Pernyataan Pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dalam
bentuk serta mencakup informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum
dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sesuai dengan Peraturan Nomor
IX.D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu selambat lambatnya 28
(dua puluh delapan) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham; dan
b. Bapepam tidak mempunyai tanggapan lebih lanjut secara tertulis terhadap
Pernyataan Pendaftaran yang telah disampaikan.
8. Kecuali dinyatakan lain oleh Bapepam, maka Pernyataan Pendaftaran yang
disyaratkan dalam angka 7 peraturan ini menjadi efektif setelah memperoleh
persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham
mengenai penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
9. Dalam hal suatu rencana Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, sebagian atau seluruh dana hasil Penawaran Umum dengan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu tersebut akan digunakan untuk transaksi yang mempunyai
benturan kepentingan, maka wajib memenuhi ketentuan peraturan ini dan
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor IX. E.l.
10. Persyaratan untuk memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana
dimaksud dalam angka 2 peraturan ini tidak berlaku jika perusahaan mengeluarkan
saham sebagai hasil kapitalisasi dari laba yang ditahan dan atau modal disetor
lainnya seperti dividen saham atau saham bonus.
11. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu merupakan hak yang dapat dialihkan dan
dibuktikan dengan :
a. catatan pemilikan dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan atau Biro
Administrasi
b. Sertifikat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tertentu.
Sertifikat tersebut wajib tersedia sebelum dimulai dan selama periode
perdagangan sebagaimana dimaksud pada angka 17 peraturan ini;
c. kupon yang dapat dilepas dari surat saham; atau
d. konfirmasi atau laporan rekening Efek yang diterbitkan oleh Kustodian.

Lampiran tambahan.indb 314 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-315

12. Pemegang saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana
dimaksud pada angka 14 huruf d peraturan ini adalah pemegang saham yang
tercatat pada Daftar Pemegang Saham 8 (delapan) hari kerja setelah Rapat Umum
Pemegang Saham.
13. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sudah dapat ditukarkan dengan Efek baru
selama periode perdagangan. Efek baru tersebut wajib sudah diterbitkan dan
tersedia dalam 2 (dua) hari kerja setelah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
dilaksanakan.
14. Informasi penting penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang wajib
diumumkan sebelum Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud
dalam angka 6 peraturan ini meliputi antara lain :
a. nama lengkap Emiten atau Perusahaan Publik, alamat kantor pusat, telepon,
teleks, faksimili, E mail dan kotak pos;
b. uraian mengenai Efek yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan penerbitan
Elak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
c. tanggal Rapat Umum Pemegang Saham;
d. tanggal pencatatan pemegang saham yang mempunyai Efak Memesan Efek
Terlebih Dahulu pada Daftar Pemegang Saham atau nomor kupon untuk
menentukan Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
e. tanggal terakhir dari pelaksanaan Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan
pemberitahuan bahwa hak yang tidak dilaksanakan pada tanggal tersebut tidak
berlaku ragi dan tanggal terakhir pembayaran;
f. periode perdagangan Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
g. harga pelaksanaan Efek;
h. rasio Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas saham yang ada;
i. tata cara pemesanan Efek;
j. uraian mengenai perlakuan Efek yang tidak dibeli oleh yang berhak dan Efak
Memesan Efek Terlebm Dahulu dalam bentuk pecahan;
k. pernyataan mengenai tata cara pengalihan Efak Memesan Efek Terlebih
Dahulu;
l. tata cara penerbitan dan penyampaian bukti Efak Memesan Efek Terlebih Dahulu
serta Efek;
m. nama Bursa Efek tempat diperdagangkannya Efak Memesan Efek Terlebih
Dahulu dan saham yang mendasarinya tercatat (jika acfa);
n. rencana Emiten atau Perusahaan Publik untuk mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan saham atau Efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal efektif;
o. nama lengkap Pihak yang bertindak sebagai pembeli siaga (jika ada);
p. dampak dilusi dari penerbitan Efek baru;
q. penggunaan dana hasil Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu;
r. ringkasan analisis dan pembahasan oleh manajemen; dan
s. informasi tentang tempat Prospektus dapat diperoleh.

Lampiran tambahan.indb 315 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-316

15. Dalam hal penerbitan hak untuk Efek utang konversi, Emiten atau Perusahaan
Publik selain sebagaimana informasi pada angka 14 wajib pula menyajikan hal hal
sebagai berikut:
a. hak para pemegang Efek;
b. sifat Efek yang dapat dikonversikan ke jenis Efek lain;
c. sifat Efek utang konversi yang memungkinkan pelunasan lebih dini atas pilihan
Emiten atau pemegang Efek;
d. harga dan tingkat suku bunga dari Efek utang konversi. Dalam hal suku bunga
ditetapkan mengambang, wajib diuraikan cara penentuan tingkat suku bunga
yang mengambang tersebut;
e. jadwal pelunasan atau cicilan termasuk jumlahnya;
f. jadwal pembayaran bunga;
g. jadwal konversi;
h. ketentuan tentang dana pelunasan atau sinking fund (jika ada);
i. denominasi mata uang yang menjadi denominasi utang dan mata uang lain
yang menjadi alternatif (jika ada) digunakan dalam penerbitan Efek utang
bersangkutan (jika ada); dan
j. nama, alamat kantor pusat dan uraian mengenai Pihak pihak yang bertindak
sebagai Wali Amanat dan Penanggung (jika ada).

Setiap perubahan atau penambahan informasi mengenai ffak Memesan Efek


Terlebih Dahulu di atas dan sebagaimana dimaksud pada angka 14 wajib diumumkan
selambat lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum Rapat Umum Pemegang Saham
dilaksanakan.
16. Dalam hal pemegang saham mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dalam
bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut wajib dijual oleh perusahaan
dan hasil penjualannya dimasukkan ke dalam rekening perusahaan.
17. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini wajib mengambil
langkah langkah untuk mempermudah pengalihan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu. Jika Efek yang mendasari hak tersebut tercatat di Bursa Efek maka Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib dicatatkan pula di Bursa Efek yang
sama. Perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dimulai setelah berakhirnya
distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan berlangsung sekurang kurangnya
5 (lima) hari kerja dan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal distribusi
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berakhir. Bukti Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu tersebut wajib tersedia dan didistribusikan dalam 1 (satu) hari kerja setelah
Daftar Pemegang Saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
18. Bursa Efek wajib secara otomatis mencatatkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
yang berhubungan dengan Efek yang tercatat, tanpa biaya pencatatan tambahan.
19. Kecuali ditentukan lain oleh Bapepam, Bursa Efek wajib secara otomatis mencatat
Efek yang sama dengan Efek yang tercatat dan yang timbul dari :
a. pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Waran atau Efek konversi;

Lampiran tambahan.indb 316 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-317

b. penerbitan saham yang berasal dari kapitalisasi dari laba yang ditahan dan atau
modal disetor lainnya seperti dividen saham atau saham bonus; atau
c. pemecahan saham.
Biaya pencatatan atas Efek yang timbul sebagai akibat adanya pelaksanaan hak
tersebut wajib didasarkan pada perhitungan yang sama dengan Efek sejenis yang
berlaku.
20. Efek yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu yang berbeda dari Efek yang mendasari atas mana hak tersebut melekat dan
berbeda dari Efek lain dari perusahaan tersebut yang telah tercatat di bursa, tidak
wajib dicatatkan di bursa.
21. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang tercatat dapat juga diperdagangkan di
luar bursa.
22. Dalam hubungannya dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, perusahaan
wajib mengadakan alokasi Efek yang tidak dipesan, pada harga pemesanan yang
sama kepadasemua pemegang saham vang menyatakan berminat untuk membeli
Efek tambahan pada periode pelaksanaan hak dimaksud. Pembayaran untuk Efek
tambahan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan angka 24 Peraturan ini. Apabila
jumlah permintaan atas Efek yang tidak dipesan melebihi Efek yang tersedia, Efek
dimaksud akan dijatahkan secara proporsional, berdasarkan atas jumlah Elak
Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dilaksanakan oleh masing masing pemegang
saham yang meminta penambahan Efek berdasarkan harga pemesanan.
23. Dalam hal terjadi pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, tanda terima
wajib diberikan oleh Perusahaan sebagai bukti bahwa hak telah dilaksanakan. Tanda
terima dimaksud wajib menunjukkan apakah pemegang hak atau pemegang saham
bermaksud memesan Efek tambahan yang berasal dari hak yang tidak dilaksanakan.
Dalam hal ini perusahaan wajib menyimpan tembusan dari tanda terima yang
memuat jumlah saham atau Efek tambahan yang dipesan.
24. Penjatahan sebagaimana dimaksud dalam angka 22 peraturan ini ditetapkan dalam
1 (satu) hari kerja setelah berakhirnya pembayaran pesanan Efek tambahan. Para
pemesan Efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh kepada perusahaan
untuk Efek tambahan dimaksud dalam 2 (dua) hari kerja setelah berakhirnya
perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 Peraturan ini wajib mengembalikan
uang untuk bagian pemesanan yang tidak terpenuhi, pada 2 (dua) hari kerja setelah
tanggal penjatahan.
25. Setelah penjatahan Efek sebagaimana dimaksud pada angka 24 peraturan ini selesai
dilaksanakan, maka semua dokumen vang berhubungan dengan pelaksanaan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, termasuk tembusan tanda terima, wajib
disimpan oleh perusahaan untuk jangka waktu sekurang kurangnya 5 (lima) tahun.
Perusahaan dimaksud wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk
melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu. Laporan hasil pemeriksaan mengenai kewajaran pelaksanaan tersebut

Lampiran tambahan.indb 317 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-318

wajib disampaikan oleh perusahaan kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal penjatahan berakhir.
26. Dalam hal perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini bermaksud
untuk menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum
dilaksanakannya penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dimaksud,
perusahaan yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari Pihak tertentu
untuk membeli Efek sekurang kurangnya pada harga penawaran atas Efek dalam
hal terdapat sisa Efek yang tidak diambil.
27. Informasi yang disyaratkan untuk diumumkan sesuai dengan peraturan ini wajib
diumumkan dalam sekurang kurangnya 1 (satu) surat kabar berbahasa Indonesia
yang berperedaran nasional. Salinan dari pengumuman tersebut wajib disampaikan
kepada Bapepam selambat lambatnya pada akhir hari kerja ke 2 (kedua) setelah
pengumuman dimaksud. Pengumuman tersebut dapat digantikan dengan cara lain
yang disetujui oleh Bapepam.
28. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal,
Bapepam berwenang mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan
peraturan ini, termasuk kepada Pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 17 Juli 2003
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 318 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-319

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR KEP-08/PM/2000
TENTANG

PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.D.2 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK


DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENERBITAN HAK
MEMESANEFEK TERLEBIH DAHULU

KETUA BADAN PENGAWAS PASA R MODAL,

Menimbang bahwa untuk mendorong terciptanya efisiensi dalam penyusunan


laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum yang terdapat
dalam Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penerbitan ffak
Memesan Efek Terlebih Dahulu serta meningkatkan perlindungan
kepada investor terhadap batasan batasan dalam perjanjian yang
dapat merugikan pemegang saham (negatif covenant), dipandang
perlu untuk mengubah Peraturan Nomor IX.D.2 Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep 42/PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998
tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran
Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
Mengingat 1. Undang undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3617);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun
1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7/M Tahun
2000;
5. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 42/PM/1998;

Lampiran tambahan.indb 319 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-320

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.D.2 TENTANG PEDOMAN
MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN
DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH
DAHULU.
Pasal 1
Ketentuan mengenai Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu diatur dalam Peraturan Nomor
IX.D.2 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 42/
PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13 Maret 2000

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 320 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-321

LAMPIRAN
Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal
diubah dengan Nomor :
Kep-42/PM/1998 diubah dengan
Nomor : Kep 08/PM/2000
Tanggal :13 Maret 2000

PERATURAN NOMOR IX.D.2 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI


PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENERBITAN
HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

1. Pedoman mengenai bentuk dan isi Pernyataan Pendaftaran berdasarkan peraturan


ini akan digunakan bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud untuk
menawarkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sebagaimana disyaratkan oleh
Peraturan Nomor IX.D.l. Dalam mempersiapkan Pernyataan Pendaftaran, Emiten
atau Perusahaan Publik wajib mengikuti Peraturan Nomor IX.A. 1 tentang Ketentuan
Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran dan Peraturan Nomor IX.A.2 tentang
Tata Cara Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum kecuali angka 5, angka 8,
angka 17, angka 21, angka 22 dan angka 23.
2. Pernyataan Pendaftaran untuk suatu penawaran sebagaimana diatur dalam angka
1 sekurang kurangnya terdiri dari :
a. surat pengantar Pernyataan Pendaftaran;
b. Prospektus; dan
c. dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran
tersebut.
3. Surat pengantar yang dimaksud dalam angka 2 huruf a peraturan ini harus dalam
bentuk dan mengandung informasi yang ditetapkan dalam Formulir Nomor IX.C.
1 1 Lampiran 1 Peraturan Nomor
4. Prospektus yang dimaksud dalam angka 2 huruf b peraturan ini harus dalam bentuk
dan mengandung informasi yang ditetapkan dalam Peraturan Nomor IX.D.3.
5. Dokumen lain yang dimaksud dalam angka 2 huruf c peraturan ini meliputi :
a. rencana jadwal Penawaran Umum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
b. perjanjian yang menetapkan pembelian Efek yang tidak dipesan melalui
penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (jika ada);
c. perjanjian perwaliamanatan (jika ada);
d. perjanjian penanggungan (jika ada);
e. informasi penggunaan dana dari hasil Penawaran Umum sebelumnya;
f. Laporan Keuangan
1) laporan Akuntan berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan;
2) menyajikan laporan keuangan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir
terdiri dari:

Lampiran tambahan.indb 321 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-322

a) neraca;
b) laporan laba rugi;
c) laporan perubahan Ekuitas;
d) laporan arus kas;
e) catatan atas laporan keuangan; dan
f) laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti laporan komitmen
dan kontinjensi untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang bergerak
dalam bidang perbankan. Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran
melebihi 180 (seratus delapan puluh) hari dari laporan keuangan
terakhir, maka laporan keuangan tahunan terakhir harus dilengkapi
dengan laporan keuangan interim yang telah diaudit, sehingga jangka
waktu antara tanggal efektif Pernyataan Pendaftaran dan tanggal
laporan keuangan interim tidak melampaui 180 (seratus delapan puluh)
hari;
g. surat dari Akuntan (comfort letter) sehubungan dengan perubahan
keadaan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi setelah
tanggal laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan;
h. surat pernyataan dari Emiten atau Perusahaan Publik di bidang
akuntansi;
i. keterangan lebih lanjut tentang prakiraan dan atau proyeksi, jika
dicantumkan dalam
j. kebijakan dividen serta riwayat pembayaran dividen;
k. laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum (sehubungan
dengan perubahan yang terjadi setelah tanggal dikeluarkannya pendapat
hukum sebelumnya dan hal yang berkaitan dengan penggunaan dana
hasil Penawaran Umum);
l. surat pencabutan pembatasan pembatasan (negative covenant) yang
dapat merugikan kepentingan pemegang saham publik dari kreditur;
m. dokumen dokumen sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor
IX.E. 1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu atau Peraturan
Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material Dan Perubahan Kegiatan
Usaha Utama Perusahaan, dalam hal penggunaan dana untuk ekspansi
termasuk pembelian aktiva;
n. pernyataan Profesi Penunjang Pasar Modal sesuai dengan Formulir
Nomor IX.C.1 -4 Lampiran 4 Peraturan Nomor IX.C.1; dan
o. informasi lain sesuai dengan permintaan Bapepam yang dipandang
perlu dalam penelaahan Pernyataan Pendaftaran, sepanjang dapat
diumumkan kepada masyarakat tanpa merugikan kepentingan Emiten
atau Perusahaan Publik.
6. Bapepam dapat memperoleh informasi lain yang tidak merupakan bagian dari
Pernyataan Pendaftaran dan tidak dimaksudkan untuk diumumkan kepada

Lampiran tambahan.indb 322 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-323

masyarakat karena dapat merugikan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik


atau Pihak yang terafiliasi seperti:
a. NPWP dari anggota komisaris, direksi dan pemegang saham utama;
b. fotokopi KTP dan atau bukti kewarganegaraan bagi Warga Negara Indonesia,
dan fotokopi paspor atau tanda bukti lain bagi Warga Negara Asing;
c. fotokopi anggaran dasar para pemegang saham yang bukan perorangan;
d. surat pernyataan yang dibubuhi meterai Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah) dari
anggota komisaris dan direksi tentang keterlibatan atau tidaknya dalam kasus
hukum; dan
e. keterangan lain yang diterima oleh Bapepam dari Pihak yang terlibat dalam
suatu Penawaran Umum untuk mendukung kecukupan dan ketelitian dari
pengungkapan yang diwajibkan.
7. Pelanggaran terhadap ketentuan peraturan ini dikenakan sanksi berdasarkan
peraturan perundang undangan di bidang Pasar Modal.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13 Maret 2000
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 323 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-324

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR KEP-09/PM/2000
TENTANG

PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.D.3 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK


DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH
DAHULU

KETUA BADAN PENGAWAS PASA R MODAL,


Menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas keterbukaan dalam
Prospektus dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, maka dipandang perlu untuk mengubah Peraturan Nomor
IX.D.3 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 43/PM/1998
tanggal 14 Agustus 1998 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu;
Mengingat 1. Undang undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3617);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7/M Tahun
2000;
5. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 43/PM/1998;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG


PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.D.3 TENTANG PEDOMAN
MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA
PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU.

Pasal 1
Ketentuan mengenai Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka
Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu diatur dalam Peraturan Nomor IX.D.3
sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Lampiran tambahan.indb 324 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-325

Pasal 2
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 43/
PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13 Maret 2000
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 325 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-326

LAMPIRAN
Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor :Kep-59/PM/1996
diubah dengan
Nomor :Kep-43/PM/1998
diubah dengan
Nomor :Kep 09/PM/2000
Tanggal : 13 Maret 2000

PERATURAN NOMOR IX.D.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI


PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN
EFEK TERLEBIH DAHULU

Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan Informasi atau Fakta Material
mengenai Penawaran Umum dari Emiten atau Perusahaan Publik, yang dapat
mempengaruhi keputusan pemodal, yang diketahui atau layak diketahui oleh Emiten
atau Perusahaan Publik. Prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan
komunikatif. Fakta fakta dan pertimbangan pertimbangan yang paling penting harus
dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian awal Prospektus. Urutan penyampaian
fakta pada Prospektus ditentukan oleh relevansi fakta tersebut terhadap masalah tertentu,
bukan urutan sebagaimana dinyatakan pada peraturan ini. Emiten atau Perusahaan Publik
harus berhati hati apabila menggunakan foto, diagram, atau tabel pada Prospektus, karena
bahan bahan tersebut dapat memberikan kesan yang menyesatkan kepada masyarakat.
Emiten atau Perusahaan Publik juga harus menjaga agar penyampaian informasi penting
tidak dikaburkan dengan informasi yang kurang penting yang mengakibatkan informasi
penting tersebut terlepas dari perhatian pembaca.
Sebagian informasi yang dicantumkan dalam peraturan ini mungkin kurang relevan
dengan keadaan Emiten atau Perusahaan Publik tertentu. Emiten atau Perusahaan
Publik dapat melakukan penyesuaian atas pengungkapan Informasi atau Fakta
Material tidak terbatas hanya pada Informasi atau Fakta Material yang telah diatur
dalam ketentuan ini. Pengungkapan atas Informasi atau Fakta Material tersebut
harus dilakukan secara jelas dengan penekanan yang sesuai dengan bidang usaha atau
sektor industrinya, sehingga Prospektus tidak menyesatkan. Emiten atau Perusahaan
Publik serta Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal bertanggung jawab untuk
menentukan dan mengungkapkan fakta tersebut secara jelas dan mudah dibaca.
Prospektus untuk penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sekurang kurangnya
harus memuat :
1. Aspek aspek penting dari penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, seperti :
a. nama lengkap Emiten atau Perusahaan Publik, alamat kantor pusat, telepon,
teleks, faksimili, E mail dan kotak pos;
b. uraian mengenai Efek yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan penerbitan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;

Lampiran tambahan.indb 326 22/08/2017 11.07.18


Lampiran 19
L-327

c. tanggal Rapat Umum Pemegang Saham;


d. tanggal daftar pemegang saham yang berhak memperoleh Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu;
e. tanggal terakhir dari pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan
pemberitahuan bahwa hak yang tidak dilaksanakan pada tanggal tersebut tidak
berlaku lagi dan tanggal terakhir pembayaran;
f. periode perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
g. harga pemesanan Efek;
h. rasio Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas saham yang ada; tata cara
pemesanan Efek;
i. uraian mengenai perlakuan Efek yang tidak dibeli oleh yang berhak dan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu dalam bentuk pecahan;
j. pernyataan mengenai tata cara pengalihan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu;
k. tata cara penerbitan dan penyampaian bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
serta surat Efek;
l. nama Bursa Efek tempat diperdagangkannya Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu dan saham yang mendasarinya tercatat (jika ada);
m. rencana Emiten atau Perusahaan Publik untuk mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan saham atau Efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal efektif;
n. nama lengkap Pihak yang bertindak sebagai pembeli siaga (jika ada);
o. pernyataan berikut dalam huruf cetak besar yang dapat secara langsung menarik
perhatian para pembaca :
p BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU
TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN
ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG
BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN
MELANGGAR HUKUM.
q. EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA
ATAS KEBENARAN SEMUA KETERANGAN, DATA, ATAU LAPORAN DAN
KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS.
r. pernyataan bahwa sehubungan dengan Penawaran Umum, setiap Pihak terafiliasi
dilarang untuk memberikan keterangan atau pernyataan mengenai data yang
tidak diungkapkan dalam Prospektus, tanpa persetujuan tertulis dari Emiten
atau Perusahaan Publik;
s. pernyataan ringkas dalam huruf cetak besar yang dapat secara langsung menarik
perhatian para pembaca tentang faktor risiko yang material yang mungkin
mempunyai dampak merugikan bagi pemodal; dan
t. pernyataan ringkas dalam huruf cetak besar yang dapat secara langsung menarik
perhatian para pembaca tentang dampak dilusi dari penerbitan efek baru.
2. Jika para pemegang saham setelah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu selesai akan
menerima Efek yang tidak mempunyai sifat sifat yang sama seperti hak suara atau

Lampiran tambahan.indb 327 22/08/2017 11.07.18


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-328

dividen, sebagaimana yang mereka miliki pada saat itu, maka uraian mengenai
Efek dimaksud dengan penjelasan perbedaan sifat sifatnya dan alasan perbedaan
tersebut harus diungkapkan.
3. Dalam hal penerbitan hak untuk Efek utang konversi, Emiten atau Perusahaan
Publik wajib menyajikan hal hal sebagai berikut :
a. hak para pemegang Efek;
b. sifat Efek yang dapat dikonversikan ke jenis Efek lain;
c. sifat Efek utang konversi yang memungkinkan pelunasan lebih dini atas pilihan
Emiten atau Perusahaan Publik atau pemegang Efek;
d. harga dan tingkat suku bunga dari Efek utang konversi. Dalam hal suku bunga
ditetapkan mengambang, wajib diuraikan cara penentuan tingkat suku bunga
yang mengambang tersebut;
e. jadwal pelunasan atau cicilan termasuk jumlahnya;
f. jadwal pembayaran bunga;
g. jadwal konversi;
sinking fund
i. denominasi mata uang yang menjadi denominasi utang dan mata uang lain
yang menjadi alternatif (jika ada) digunakan dalam penerbitan Efek utang
bersangkutan (jika ada);
j. nama, alamat kantor pusat dan uraian mengenai Pihak pihak yang bertindak
sebagai Wali Amanat dan Penanggung (jika ada);
k. ringkasan pokok pokok perjanjian penanggungan (jika ada);
l. ringkasan pokok pokok perjanjian perwaliamanatan, termasuk tingkat senioritas
dari utang dibandingkan dengan utang Emiten atau Perusahaan Publik yang
masih ada dan utang lainnya yang mungkin diperoleh Emiten atau Perusahaan
Publik pada masa yang akan datang; dan
m. ringkasan tentang setiap tuntutan atas aktiva dari Emiten atau Perusahaan
Publik yang dijadikan agunan untuk Efek yang ditawarkan.
4. Pernyataan tentang dicatatkan atau tidaknya Efek yang bersangkutan di Bursa Efek.
Jika dicatatkan maka jumlah dan persentasenya harus diungkapkan.
5. Rincian struktur modal sebelum dan sesudah Penawaran Umum yang disajikan dalam
bentuk tabel. Informasi dalam tabel dimaksud meliputi sekurang kurangnya:
a. modal dasar, modal ditempatkan dan disetor penuh yang meliputi jumlah saham
dan nilai nominal;
b. jumlah dan nilai nominal saham yang baru diterbitkan pada saat Penawaran
Umum.
6. Uraian tentang persyaratan penting dari perjanjian pembelian sisa Efek atau
persetujuan untuk membeli Efek oleh Pihak yang disebut namanya (jika ada).
7. Uraian tentang penggunaan dana secara terinci yang diperoleh dari Penawaran
Umum dimaksud yang meliputi antara lain :
a. dalam hal penggunaan dana untuk membayar hutang wajib mengungkapkan
jumlah hutang, nama kreditur, terafiliasi atau tidak terafiliasi, penggunaan
nutang dan riwayat hutang;

Lampiran tambahan.indb 328 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 19
L-329

b. dalam hal penggunaan dana untuk transaksi yang mengandungBenturan


Kepentingan wajib mengungkapkan informasi sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Nomor IXT.l tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu;
c. dalam hal penggunaan dana untuk Transaksi Material namun tidak
mengandungBenturan Kepentingan wajib mengungkapkan informasi
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.E.2 tentang Transaksi
Material Dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.
8. Uraian tentang sisa penggunaan dana secara terinci yang diperoleh dari Penawaran
Umum sebelumnya (jika ada).
9. Informasi sebagaimana disyaratkan dalam angka 5 sampai dengan 14 Peraturan
Nomor IX.C.3 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Ringkas
Dalam Rangka Penawaran Umum.
10. Keterangan tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
11. Persyaratan tentang pemesanan pembelian saham.
12. Dalam hal penerbitan Waran, Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan hal
hal antara lain :
a. rasio konversi;
b. tanggal dimulai dan diakhirinya konversi tersebut;
c. harga konversi;
d. nilai terakhir, jika hak konversi tidak dilaksanakan;
e. informasi tentang Waran yang bersifat tetap atau yang tergantung pada suatu
kondisi
f. perubahan rasio konversi sebagai akibat adanya pertambahan jumlah modal
disetor, saham bonus, dividen saham atau pemecahan saham;
g. faktor faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas Waran tersebut
termasuk perkiraan jumlah pemegang Waran, dan likuiditas saham yang
mendasarinya serta rencana pencatatan Efek di Bursa Efek tersebut (jika ada).
13. Pelanggaran terhadap ketentuan peraturan ini dikenakan sanksi berdasarkan
peraturan perundang undangan di bidang Pasar Modal.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13 Maret 2000
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 329 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-330

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN

NOMOR: KEP- 429/BL/2009


TENTANG
PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN,
Menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan dari Pasar
Modal bagi Emiten atau Perusahaan Publik sehingga dapat membuat
Pasar Modal sebagai pilihan alternatif sumber pembiayaan yang
lebih kompetitif bagi dunia usaha dan mendorong peningkatan
kepemilikan publik secara lebih meluas atas perusahaan terbuka,
dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Bapepam
Nomor IX.D.4, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
44/PM/1998 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu dengan menetapkan Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang baru;
Mengingat 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1 9 9 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3617) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 t e n t a n g
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun
1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun
2006;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL TANPA
HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU.

Lampiran tambahan.indb 330 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 19
L-331

Pasal 1
Ketentuan mengenai penambahan modal tanpa hak memesan Efek terlebih dahulu diatur
dalam Peraturan Nomor IX.D.4 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-44/
PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 9 Desember 2009.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 9 Desember 2009
Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 060063058
Salinan sesuai dengan
aslinya Kepala Bagian
Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 060076008

Lampiran tambahan.indb 331 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-332

LAMPIRAN
Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor : Kep-429/BL/2009
Tanggal : 9 Desember 2009

PERATURAN NOMOR IX.D.4: PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN


EFEK TERLEBIH DAHULU

1. KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Perusahaan adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat
Ekuitas atau Perusahaan Publik.
b. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang selanjutnya disebut HMETD adalah
hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang
ada untuk membeli Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan
menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada Pihak lain.
2. PERSYARATAN PENAMBAHAN MODAL TANPA HMETD
a. Perusahaan dapat menambah modal tanpa memberikan HMETD kepada
pemegang saham sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Nomor IX.D.1,
sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) jika dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, penambahan modal tersebut paling
banyak 10 % (sepuluh perseratus) dari modal disetor; atau
2) jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki
posisi keuangan Perusahaan yang mengalami salah satu kondisi sebagai
berikut:
a) bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga
pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 100% (seratus perseratus)
dari modal disetor atau kondisi lain yang dapat mengakibatkan
restrukturisasi bank oleh instansi Pemerintah yang berwenang;
b) Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih negatif
dan mempunyai kewajiban melebihi 80% (delapan puluh perseratus)
dari aset Perusahaan tersebut pada saat Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) yang menyetujui penambahan modal; atau
c) Perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari kegagalan
atas kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi
dan jika pemberi pinjaman tidak terafiliasi tersebut menyetujui
untuk menerima saham atau obligasi konversi Perusahaan untuk
menyelesaikan pinjaman tersebut.
b. Penambahan modal tanpa HMETD wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan RUPS.

Lampiran tambahan.indb 332 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 19
L-333

3. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM


a. RUPS sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf b wajib dilakukan sesuai
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor IXJ.1.
b. Paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum RUPS, Perusahaan wajib
mengumumkan informasi kepada pemegang saham yang paling kurang
memuat:
1) perkiraan periode pelaksanaan (jika ada); dan
2) analisis dan pembahasan manajemen mengenai kondisi keuangan
Perusahaan sebelum dan sesudah penambahan modal tanpa HMETD
serta pengaruhnya terhadap pemegang saham setelah penambahan modal;
dengan memenuhi Prinsip Keterbukaan.
c. Dalam hal penambahan modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan angka 2
huruf a butir 2), maka selain informasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b,
Perusahaan juga wajib mengungkapkan Fakta Material tentang kondisi keuangan
terakhir yang antara lain meliputi:
1) penjelasan mengenai akun persediaan yang tidak likuid;
2) pinjaman atau piutang ragu-ragu;
3) Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dan Fasilitas Pembiayaan Darurat
(khusus untuk perbankan); dan/atau
4) pinjaman atau piutang macet termasuk pinjaman atau piutang kepada
Pihak terafiliasi.
4. PELAKSANAAN PENAMBAHAN MODAL TANPA HMETD
a. Paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan penambahan modal tanpa
HMETD, Perusahaan wajib memberitahukan kepada Bapepam dan LK serta
mengumumkan kepada masyarakat mengenai waktu pelaksanaan penambahan
modal tersebut.
b. Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah pelaksanaan penambahan modal tanpa
HMETD, Perusahaan wajib memberitahukan kepada Bapepam dan LK serta
masyarakat mengenai hasil pelaksanaan penambahan modal tersebut, yang
meliputi informasi antara lain jumlah dan harga saham yang diterbitkan.
c. Dalam hal penambahan modal dilaksanakan melalui Penawaran Umum, maka
pelaksanaannya wajib mengikuti ketentuan Peraturan Nomor IX.A.1.
5. KETENTUAN PENUTUP
a. Dalam hal penambahan modal tanpa HMETD merupakan Transaksi Afiliasi
atau Transaksi yang mengandung Benturan Kepentingan, maka Perusahaan
disamping wajib memenuhi Peraturan ini juga wajib memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.E.1.

Lampiran tambahan.indb 333 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-334

b. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal,


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan berwenang mengenakan
sanksi terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan Peraturan ini termasuk
pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 9 Desember 2009
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 060063058

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala


Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP 060076008

Lampiran tambahan.indb 334 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-335

LAMPIRAN 20 SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR: KEP- 554/BL/2010

TENTANG

PERUBAHAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR: KEP- 06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR
VM.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN,

Menimbang a. bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang


diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) merupakan pedoman umum dalam
penyusunan laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik;
b. bahwa Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK-IAI) sedang melakukan proses konvergensi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke International
Financial Reporting Standard (IFRS);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, dipandang perlu untuk mengubah Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-06/PM/2000
tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor
VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun
2006;

Lampiran tambahan.indb 335 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-336

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN
KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-06/
PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7
TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN.

Pasal 1
Diantara Pasal 1 dan Pasal 2 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor:
Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7
tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, disisipkan satu pasal yakni Pasal 1A
sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 1A
(1) Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan berlaku
sepanjang tidak diatur atau tidak bertentangan dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK- IAI).
(2) Dalam hal terdapat ketentuan dalam Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman
Penyajian Laporan Keuangan yang bertentangan dengan PSAK yang diterbitkan
oleh DSAK-IAI, maka penyusunan dan penyajian laporan keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik wajib mengacu pada PSAK yang diterbitkan oleh DSAK-IAI.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari
2011.”
Pasal 2
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 30 Desember 2010
Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

ttd.

A. Fuad Rahmany
NIP 195411111981121001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Umum

ttd.

Prasetyo Wahyu Adi Suryo


NIP. 195710281985121001

Lampiran tambahan.indb 336 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-337

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL


NOMOR KEP-06/PM/2000
TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIM.G.7 TENTANG
PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

Menimbang a. bahwa untuk memenuhi prinsip keterbukaan, Emiten dan


Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan keuangan yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum;
b. bahwa untuk meningkatkan kualitas keterbukaan laporan
keuangan Emiten good corporate governance perlu disesuaikan
dengan perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK);
c. bahwa sehubungan dengan hal hal tersebut, maka dipandang perlu
untuk menyempurnakan Peraturan Nomor VIII.G.7 Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-97/PM/1996 tanggal 28
Mei 1996 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan;
Mengingat 1. Undang undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3617);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7/M Tahun
2000;
5. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 97/PM/1996;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN.

Pasal 1
Ketentuan mengenai Pedoman Penyajian Laporan Keuangan diatur dalam Peraturan
Nomor VIII.G.7 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan ini.

Lampiran tambahan.indb 337 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-338

Pasal 2
Ketentuan dalam peraturan ini berlaku untuk penyusunan laporan keuangan yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000.

Pasal 3
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 97/
PM/1996 tanggal 28 Mei 1996 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 4
Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2000
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 338 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-339

PERATURAN NOMOR VIII.G.7 : PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


1. UMUM
a. Peraturan ini menetapkan bentuk, isi, dan persyaratan dalam penyajian laporan
keuangan yang harus disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, baik
untuk keperluan penyajian kepada masyarakat maupun untuk disampaikan
kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
b. Peraturan ini merupakan pedoman penyajian laporan keuangan bagi industri
secara umum. Hal hal mengenai bentuk, isi dan persyaratan dalam penyajian
laporan keuangan yang tidak diatur dalam peraturan ini, harus mengikuti
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAl) dan praktik akuntansi lainnya yang lazim berlaku di
Pasar Modal.
c. Laporan keuangan dalam ketentuan ini adalah sesuai dengan pengertian laporan
keuangan yang termuat dalam PSAK yang diterbitkan oleh IAl, yaitu meliputi
Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
d. Seluruh data yang disajikan dalam laporan keuangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c di atas terbuka dan tersedia untuk publik.

2. KHUSUS
a. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan
Manajemen Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab atas penyusunan
dan penyajian laporan keuangan.
b. Bahasa Pelaporan
Laporan keuangan harus dibuat dalam bahasa Indonesia. Jika laporan keuangan
juga dibuat selain dalam bahasa Indonesia, maka laporan keuangan dimaksud
harus memuat informasi yang sama.
Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran akibat penerjemahan bahasa,
maka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan keuangan dalam bahasa
Indonesia.
c. Mata Uang Pelaporan
1) Mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan di Indonesia adalah
mata uang rupiah. Perusahaan dapat menggunakan mata uang selain rupiah
sebagai mata uang pelaporan hanya apabila mata uang tersebut memenuhi
kriteria mata uang fungsional.
2) Laporan keuangan konsolidasi disajikan dalam mata uang fungsional
setelah mempertimbangkan indikator mata uang fungsional terhadap
induk perusahaan dan tiap anak perusahaan.
d. Periode Pelaporan
1) Tahun buku perusahaan mencakup periode satu tahun. Apabila, dalam
keadaan luar biasa, tahun buku perusahaan berubah dan laporan keuangan
disajikan untuk periode yang lebih panjang atau pendek dari periode
satu tahun, maka sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan
keuangan, perusahaan harus mengungkapkan :

Lampiran tambahan.indb 339 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-340

a) alasan penggunaan tahun buku yang lebih panjang atau pendek dari
periode satu tahun; dan
b) fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan tidak dapat diperbandingkan.
2) Untuk tujuan konsolidasi, tanggal pelaporan keuangan anak perusahaan
pada dasarnya harus sama dengan tanggal pelaporan keuangan perusahaan
induk. Apabila tanggal pelaporan tersebut berbeda maka laporan keuangan
anak perusahaan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat
digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang:
a) Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan;
dan
b) Peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal
pelaporan tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
Konsolidasi.
Apabila laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda
(yang lebih dari tiga bulan) digunakan untuk tujuan konsolidasi, maka
penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh dari
setiap peristiwa atau transaksi antar perusahaan yang signifikan, yang
terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut.
e. Saling ffapus (Offseting)
Pos aktiva dan kewajiban, dan pos penghasilan dan beban tidak boleh saling
hapus, kecuali diperkenankan oleh PSAK.
f. Konsistensi Penyajian
1) Penyajian dan klasifikasi pos pos dalam laporan keuangan antar periode
harus konsisten, kecuali :
a) Terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perusahaan
atau perubahan penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih
tepat atas suatu transaksi atau peristiwa; atau
b) Perubahan penyajian yang diperkenankan oleh PSAK.
2) Apabila penyajian atau klasifikasi pos pos dalam laporan keuangan diubah
maka penyajian periode sebelumnya direklasiflkasi untuk memastikan
daya banding. Sifat, jumlah, serta alasan reklasifikasi harus diungkapkan.
Apabila reklasifikasi tersebut tidak praktis dilakukan, maka alasan dan sifat
perubahan seandainya dilakukan reklasifikasi harus diungkapkan.
g. Materialitas dan Agregasi
1) “Material” adalah istilah yang digunakan untuk mengemukakan sesuatu
yang dianggap wajar untuk diketahui oleh pengguna laporan keuangan dan
Bapepam. Kecuali ditentukan secara khusus, pengertian material adalah
5% dari jumlah seluruh aktiva untuk akun akun aktiva, 5% dari jumlah
seluruh kewajiban untuk akun akun kewajiban, 5% dari jumlah seluruh
ekuitas untuk akun akun ekuitas, 10% dari pendapatan untuk akun akun
laba rugi, dan 10% dari laba sebelum pajak untuk pengaruh suatu peristiwa
atau transaksi seperti perubahan estimasi akuntansi.

Lampiran tambahan.indb 340 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-341

2) Akun akun yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan. Untuk
akun akun yang nilainya tidak material, tetapi merupakan komponen utama
laporan keuangan, harus disajikan tersendiri. Sedangkan untuk akun akun
yang nilainya tidak material, dan tidak merupakan komponen utama, dapat
digabungkan dalam pos tersendiri, namun harus dijelaskan sifat dari unsur
utamanya dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
3) Akun yang berbeda tetapi mempunyai sifat atau fungsi yang sama dapat
digabungkan dalam satu pos jika saldo masing masing akun tidak material.
Contoh pos hasil penggabungan antara lain Biaya Dibayar di Muka,
Pendapatan Diterima di Muka dan lain sebagainya. Jika penggabungan
beberapa akun di atas mengakibatkan jumlah keseluruhan menjadi
material, maka unsur yang jumlahnya terbesar agar disajikan tersendiri.
h. Informasi Komparatif
1) Dalam rangka penyampaian laporan berkala, laporan keuangan tahunan
harus disajikan secara perbandingan untuk 2 (dua) tahun terakhir.
Sedangkan untuk laporan keuangan interim harus disajikan secara
perbandingan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Laporan
laba rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai
dengan periode interim terakhir yang dilaporkan.
2) Dalam rangka Penawaran Umum oleh perusahaan yang bukan dikategorikan
sebagai Perusahaan Menengah atau Kecil, laporan keuangan yang disajikan
adalah untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun buku terakhir atau sejak berdirinya
bagi perusahaan yang berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun buku.
3) Dalam rangka Penawaran Umum oleh perusahaan yang dikategorikan
sebagai Perusahaan Menengah atau Kecil, laporan keuangan yang disajikan
adalah untuk jangka waktu 2 (dua) tahun buku terakhir atau sejak berdirinya
bagi Perusahaan Menengah atau Kecil yang berdiri kurang dari 2 (dua)
tahun buku.
4) Dalam rangka Penawaran Umum dengan ffak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, laporan keuangan yang disajikan adalah untuk jangka waktu 2
(dua) tahun buku terakhir. Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran
melebihi 180 (seratus delapan puluh) hari dari laporan keuangan tahunan
terakhir, maka laporan keuangan interim harus disertakan dengan ketentuan
jangka waktu antara tanggal efektifnya Pernyataan Pendaftaran dan tanggal
laporan keuangan interim tidak melampaui 180 (seratus delapan puluh)
hari.
i. Laporan Keuangan Konsolidasi
1) Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan seluruh perusahaan
yang dikendalikan oleh induk perusahaan. Pengendalian dianggap ada
apabila induk perusahaan memiliki baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalui anak perusahaan), lebih dari 50% hak suara pada suatu
perusahaan. Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% atau
kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya
salah satu kondisi berikut :

Lampiran tambahan.indb 341 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-342

a) Mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu perjanjian
dengan investor lainnya;
b) Mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial
dan operasional perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau
perjanjian;
c) Mampu menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus
perusahaan; atau
d) Mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus.
2) Anak pemsahaan tidak dikonsolidasikan dalam hal:
a) Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham anak
perusahaan dibeli dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam
jangka pendek; atau
b) Anak pemsahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga
mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer
dana kepada induk perusahaan.
3) Walaupun anak pemsahaan bergerak dalam jenis usaha yang berbeda atau
sama sekali tidak ada hubungannya dengan jenis usaha induk pemsahaan,
laporan keuangan anak perusahaan tersebut tetap harus dimasukkan dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasi.
4) Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan induk
pemsahaan dan anak perusahaan digabungkan satu per satu (line by
line basis) dengan menjumlahkan unsur unsur yang sejenis dari aktiva,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban.
5) Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan
akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau
sejenis. Apabila tidak mungkin digunakan kebijakan akuntansi yang sama
dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, maka harus diungkapkan
penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda tersebut dan proporsi unsur
yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut terhadap unsur sejenis
dalam laporan keuangan konsolidasi.
j. “Pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa” adalah :
1) Pemsahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan,
atau dikendalikan oleh, atau holding companies, subsidiariesdan fellow
subsidiaries);
2) Pemsahaan asosiasi (associatedcompany);
3) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung,
suatu kepentingan hak suara di pemsahaan pelapor yang berpengaruh
secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut
(yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang
dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut
dalam transaksinya dengan pemsahaan pelapor);
4) Karyawan kunci, yaitu orang orang yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan
kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris,

Lampiran tambahan.indb 342 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-343

direksi dan manajer dari pemsahaan serta anggota keluarga dekat orang
orang tersebut; dan
5) Pemsahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki
baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh setiap orang yang
diuraikan dalam angka 3) atau 4), atau setiap orang tersebut mempunyai
pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan
perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang
saham utama dari perusahaan pelapor dan pemsahaan pemsahaan yang
mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan pemsahaan
pelapor.
k. Dalam penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Laporan Arus Kas, harus disertai dengan pernyataan bahwa Catatan atas Laporan
Keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan.
l. Apabila perusahaan melakukan penyajian kembali (restatement) laporan
keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya, maka keterangan “disajikan
kembali” dan nomor referensi yang mengacu kepada Catatan atas Laporan
Keuangan yang menjelaskan penyajian kembali tersebut harus disajikan pada
kolom tahun dimana laporan keuangan tersebut disajikan kembali, masing
masing di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan
Arus Kas.
m. Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar harus diperlakukan sebagai
berikut :
1) Perubahan estimasi akuntansi
Suatu estimasi direvisi jika ada perubahan kondisi yang mendasari estimasi
tersebut, atau karena adanya informasi baru, bertambahnya pengalaman
atau perkembangan lebih lanjut. Dampak perubahan ini harus diperlakukan
secara prospektif.
2) Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perubahan kebijakan akuntansi dilakukan hanya jika penerapan suatu
kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan
atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan
bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau
transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
3) Kesalahan Mendasar
Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan
mendasar harus restatement ) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya
dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai
suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan
apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan
masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru.

Lampiran tambahan.indb 343 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-344

3. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


a. Laporan Keuangan terdiri dari :
1) Neraca;
2) Laporan Laba Rugi;
3) Laporan Perubahan Ekuitas;
4) Laporan Arus Kas; dan
5) Catatan atas Laporan Keuangan.
b. NERACA
1) Pengertian
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang
menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas aari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu. Dalam neraca, aktiva lancar disajikan terpisah dari aktiva
tidak lancar dan kewajiban lancar terpisah dari kewajiban tidak lancar,
kecuali untuk industri tertentu yang diatur secara khusus. Aktiva lancar
disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan
menurut urutan jatuh temponya.
2) Komponen Utama Neraca
a) AKTIVA
(1) Aktiva Lancar :
(a) Kas dan Setara Kas;
(b) Investasi Jangka Pendek;
(c) Wesel Tagih;
(d) Piutang Usaha;
(e) Piutang Lain Lain;
(f) Persediaan;
(g) Pajak Dibayar Dimuka;
(h) Biaya Dibayar di Muka; dan
(i) Aktiva Lancar Lain lain.
(2) Aktiva Tidak Lancar
(a) Piutang Hubungan Istimewa;
(b) Aktiva Pajak Tangguhan;
(c) Investasi Pada Perusahaan Asosiasi;
(d) Investasi Jangka Panjang Lain;
(e) Aktiva Tetap;
(f) Aktiva Tak Berwujud; dan
(g) Aktiva Lain Lain.
b) KEWAJIBAN
(1) Kewajiban Lancar:
(a) Pinjaman Jangka Pendek;
(b) Wesel Bayar;
(c) Hutang Usaha;
(d) Hutang Pajak;
(e) Beban Masih Harus Dibayar;

Lampiran tambahan.indb 344 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-345

(f) Bagian Kewajiban Jangka Panjang yang akan Jatuh Tempo


dalam Waktu Satu Tahun; dan
(g) Kewajiban Lancar Lain lain.

(2) Kewajiban Tidak Lancar


(a) Hutang Hubungan Istimewa;
(b) Kewajiban Pajak Tangguhan;
(c) Pinjaman Jangka Panjang;
(d) Hutang Sewa Guna Usaha;
(e) Hutang Obligasi;
(f) Kewajiban Tidak Lancar Lainnya;
(g) Hutang Subordinasi; dan
(h) Obligasi Konversi.
c) HAK MINORITAS
d) EKUITAS
(1) Modal Saham;
(2) Tambahan Modal Disetor;
(3) Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan;
(4) Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan /
Perusahaan Asosiasi;
(5) Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali;
(6) Keuntungan (Kerugian) yang Belum Direalisasi dari Efek Tersedia
Untuk Dijual;
(7) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap;
(8) Saldo Laba; dan
(9) Modal Saham Diperoleh Kembali.
3) Rincian Komponen Neraca
a) AKTIVA
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu, dan di masa depan manfaat ekonomi
dari sumber daya tersebut diharapkan akan diperoleh perusahaan.
(1) Aktiva Lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva
tersebut :
(a) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu satu siklus operasi normal
perusahaan; atau
(b) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka
pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu
12 (dua belas bulan) bulan dari tanggal neraca; atau

Lampiran tambahan.indb 345 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-346

(c) Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak


dibatasi. Aktiva lancar dapat diklasifikasikan antara lain
sebagai berikut :
(a) Kas dan Setara Kas
Kas merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum
perusahaan.
Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan
kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa
menghadapi resiko pembahan nilai yang signifikan.
Instrumen yang dapat diklasifikasikan sebagai setara
kas antara lain adalah:
• Deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam
waktu 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal
penempatannya serta tidak dijaminkan; dan
• Instrumen pasar uang yang diperoleh dan dapat
dicairkan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3
(tiga) bulan.
Kas dan setara kas yang telah ditentukan
penggunaannya atau yang tidak dapat digunakan
secara bebas tidak tergolong dalam kas dan
setara kas.
(b) Investasi Jangka Pendek
Pos ini merupakan bentuk investasi yang segera dapat
direalisasi dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam
jangka waktu satu tahun atau kurang.
Investasi ini meliputi deposito dan Efek yang jatuh
tempo atau dimaksudkan untuk dimiliki tidak lebih
dari 12 (dua belas) bulan.
Investasi jangka pendek dalam Efek harus
dikelompokkan ke dalam salah satu dari tiga kategori
berikut:
• Diperdagangkan (trading )
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah efek
vang dibeli dan dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan dari perbedaan harga jangka
pendek. Suatu Efek harus diklasifikasikan sebagai
‘Diperdagangkan”, tanpa memperhatikan alasan
perolehannya, jika Efek tersebut merupakan
bagian dari suatu portofolio Efek sejenis dimana
terdapat bukti bahwa pola pembelian dan
penjualan Efek yang sekarang terjadi adalah
untuk memperoleh keuntungan jangka pendek.

Lampiran tambahan.indb 346 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-347

Efek untuk “Diperdagangkan” disajikan di


Neraca sebesar nilai wajarnya, dan keuntungan
atau kerugian yang belum direalisasi termasuk
dalam Laporan Laba Rugi.
• Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity)
Merupakan aktiva keuangan dengan kepastian
pembayaran dan kepastian tanggal jatuh tempo,
dimana perusahaan bermaksud dan mampu
memilikinya hingga jatuh tempo.
Efek yang dimiliki hingga jatuh tempo
disajikan di Neraca sebesar biaya perolehan
setelah amortisasi. Perusahaan harus secara
konsisten menggunakan metode amortisasi
yang menghasilkan penyajian yang wajar dalam
laporan keuangan.
• Tersedia untuk dijual (available forsale) :
Efek yang termasuk dalam kelompok ini
adalah efek yang tidak memenuhi kriteria
Diperdagangkan atau Dimiliki hingga jatuh
tempo.
Efek ini disajikan di Neraca sebesar nilai
wajarnya, dan keuntungan atau kerugian as,
sampai Efek tersebut dijual atau dilepas, dan
pada saat tersebut akumulasi keuntungan
atau kerugian yang sebelumnya diakui sebagai
komponen ekuitas harus diakui dalam Laporan
Laba Rugi.
Investasi pada efek yang seharusnya disajikan
sebesar nilai wajar, tetapi efek tersebut tidak
aktif diperdagangkan dan nilai wajarnya tidak
dapat ditentukan secara andal, harus disajikan
sebesar biaya perolehan.
Investasi jangka pendek pada aktiva non
keuangan harus disajikan sebesar nilai terendah
antara biaya dan harga pasar.
(c) Wesel Tagih
Pos ini merupakan piutang usaha pada pihak ketiga
yang didukung janji tertulis untuk membayar dalam
jangka waktu kurang dari 12 (dua belas) Dulan atau
satu siklus operasi normal perusahaan.
Wesel tagih disajikan sebesar jumlah yang dapat
direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan
bagian yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

Lampiran tambahan.indb 347 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-348

(d) Piutang Usaha


Pos ini merupakan piutang dari penjualan yang
timbul dalam hubungannya dengan kegiatan normal
perusahaan, baik yang Derasal dari pihak ketiga
maupun yang berasal dari pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Piutang usaha disajikan sebesar jumlah yang dapat
direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan
bagian yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
Saldo masing masing piutang dan penyisihan piutang
tak tertagih harus disajikan.
(e) Piutang Lain-Lain
Pos ini merupakan tagihan perusahaan pada pihak ketiga
yang menurut sifat dan jenisnya tidak dapat dikelompokkan
dalam pos piutang usaha dan wesel tagih.
Piutang ini disajikan sebesar jumlah yang dapat
direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan
bagian yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
(f) Persediaan
Persediaan adalah aktiva :
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan;
atau supplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa. Persediaan disajikan sebesar
biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang
lebih rendah (the lower of cost or net realizable value
(g) Pajak Dibayar Dimuka
Pos ini merupakan :
Kelebihan pembayaran pajak, misalnya Pajak
Pertambahan Nilai, yang akan ditagih kembali atau
dikompensasikan terhadap kewajiban pajak masa
berikutnya.
- Aktiva Pajak Kini yaitu kelebihan jumlah Pajak
Penghasilan yang telah dibayar pada periode
berjalan dan periode sebelumnya dari jumlah
pajak yang terhutang untuk periode offset
Kini dan jumlah netonya harus disajikan pada
TMeraca. Kompensasi ini tidak dilakukan
apabila pajak tersebut untuk entitas hukum
yang berbeda dalam suatu laporan keuangan
konsolidasi.

Lampiran tambahan.indb 348 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-349

(h) Biaya Dibayar Dimuka


Pos ini merupakan biaya yang telah dibayar namun
pembebanannya baru akan dilakukan pada periode
yang akan datang seperti premi asuransi dibayar
dimuka, bunga dibayar dimuka dan sewa dibayar
dimuka.
(i) Aktiva Lancar Lain-lain
Pos ini mencakup aktiva lancar yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam huruf (a) sampai dengan
(h) di atas, termasuk pembayaran di muka untuk
memperoleh barang atau jasa yang akan digunakan
dalam waktu 12 (dua belas) bulan atau satu siklus
operasi normal perusahaan.
(2) Aktiva Tidak Lancar
(a) Piutang Hubungan Istimewa
Pos ini merupakan piutang yang timbul sebagai akibat dari
transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya yaitu
Kas dan Setara Kas, serta Piutang Usaha.
Piutang Hubungan Istimewa disajikan sebesar jumlah yang
dapat direalisasikan. Jika dibentuk penyisihan untuk piutang
hubungan istimewa, maka harus diungkapkan alasan, dasar
pembentukan penyisihan dan penjelasan terjadinya piutang
hubungan istimewa tersebut.
(b) Aktiva Pajak Tangguhan recoverable) pada periodemendatang
sebagai akibat adanya : Perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan; dan Sisa kompensasi kerugian. Saldo rugi
fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai Aktiva Pajak
Tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal
pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi.
Aktiva pajak tangguhan disajikan sebesar jumlah yang dapat
offset Kewajiban Pajak Tangguhan dan jumlah netonya
disajikan pada Neraca. Kompensasi ini tidak dilakukan
apabila pajak tersebut untuk entitas hukum yang berbeda
dalam suatu laporan keuangan konsolidasi.
(c) Investasi Pada Perusahaan Asosiasi
Pos ini merupakan investasi pada perusahaan asosiasi yang
dimaksudkan untuk dimiliki oleh perusahaan dalam jangka
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Investasi pada perusahaan asosiasi (perusahaan memiliki
20% sampai dengan 50% bagian ekuitas perusahaan
investee), harus disajikan menggunakan metode ekuitas.

Lampiran tambahan.indb 349 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-350

(d) Investasi Jangka Panjang Lain


Pos ini merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
oleh perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan.
Investasi ini dapat berbentuk investasi dalam efek hutang dan
efek ekuitas, investasi dalam properti dan investasi lainnya.
Investasi dalam efek ekuitas (perusahaan memiliki kurang
dari 20% saham perusahaan investee), harus diklasifikasikan
sebagai “Tersedia untuk dijual”. Dalam hal ini, prosedur untuk
pengklasifikasian, pengukuran dan pengakuan sama dengan yang
digunakan untuk investasi jangka pendek.
Investasi dalam efek hutang, harus diklasifikasikan sebagai “Dimiliki
hingga jatuh tempo” atau “Tersedia untuk dijual”. Dalam hal ini,
prosedur untuk pengklasifikasian, pengukuran dan pengakuan sama
dengan yang digunakan untuk investasi jangka pendek.
Investasi pada efek yang seharusnya disajikan sebesar nilai
wajar, tetapi efek tersebut tidak aktif diperdagangkan dan nilai
wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal, harus disajikan
sebesar biaya perolehan.
Investasi dalam properti, harus disajikan di neraca sebesar
harga perolehan.
Investasi pada Kerja Sama Operasi (hak bagi pendapatan)
harus disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu biaya perolehan setelah
memperhitungkan akumulasi amortisasinya.
Investasi lainnya harus disajikan sebesar nilai wajar.
Apabila suatu investasi jangka panjang disajikan sebesar biaya,
namun jumlah yang dapat dipulihkan ternyata kurang dari nilai
tercatat (penurunan nilai permanen), maka nilai tercatat investasi
tersebut harus dikurangi sampai jumlah yang dapat dipulihkan
tersebut. Pengurangan ini adalah kerugian penurunan nilai, yang
termasuk dalam Laporan Laba Rugi.
Investasi “Tersedia untuk dijual” yang disajikan sebesar nilai
wajarnya dapat mengalami penurunan nilai secara permanen
apabila terdapat bukti yang obyektif. Keadaan ini terjadi akibat
penurunan kondisi keuangan dan kondisi lainnya dari perusahaan
penerbit Efek tersebut. Penurunan permanen ini menyebabkan
nilai tercatat Efek melebihi estimasi jumlah yang dapat dipulihkan.
Dalam hal ini kerugian penurunan nilai ini diperlakukan sebagai
berikut :
• Kerugian bersih kumulatif untuk Efek tertentu yang telah
diakui secara langsung dalam komponen ekuitas harus
dipindahkan dari komponen ekuitas dan dimasukkan dalam
Laporan Laba Rugi periode berjalan meskipun Efek tersebut
belum dijual atau dilepas.

Lampiran tambahan.indb 350 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-351

• Jumlah kerugian yang harus dipindahkan dari ekuitas ke


Laporan Laba Rugi, adalah perbedaan antara biaya perolehan
Efek dan nilai wajar Efek (nilai tercatatnya), dikurangi
dengan kerugian penurunan nilai dari Efek yang sebelumnya
sudah diakui dalam Laporan Laba Rugi.
• Jika dalam periode berikutnya, nilai wajar Efek mengalami
kenaikan dan kenaikan tersebut secara obyektif dapat
dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi setelah kerugian
penurunan nilai sebelumnya diakui dalam Laporan Laba
Rugi, maka kerugian penurunan nilai harus dipulihkan
melalui Laporan Laba Rugi periode berjalan.
(e) Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai, baik melalui pembelian atau dibangun lebih
dahulu, yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Yang termasuk dalam aktiva tetap adalah aktiva tetap pemilikan
langsung, aktiva sewa guna usaha, aktiva dalam penyelesaian, dan
aktiva Kerja Sama Operasi (KSO).
Pemilikan Langsung
Pos ini merupakan aktiva tetap yang siap pakai, transaksinya
telah selesai, dan menjadi hak perusahaan. Aktiva ini dinyatakan
sebesar harga perolehan.
Aktiva Sewa Guna Usaha
Pos ini merupakan aktiva tetap yang diperoleh melalui
transaksi sewa guna usaha capital lease
Aktiva sewa guna usaha dinyatakan sebesar nilai tunai dari
seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga
opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir
masa sewa guna usaha.
Aktiva dalam Penyelesaian
Pos ini merupakan aktiva yang masih dalam proses pembangunan
dan belum siap untuk digunakan, serta dimaksudkan untuk
dipergunakan oleh perusahaan sebagai aktiva tetap dalam
kegiatan usahanya. Aktiva ini dinyatakan sebesar biaya yang telah
dikeluarkan.
Dalam hal proses pembangunan aktiva tersebut terhenti
dan tidak mungkin dilanjutkan, maka harus dikeluarkan dari
komponen aktiva tetap.
- Aktiva KSO
Pos ini merupakan aktiva yang dibangun dalam rangka
kerjasama operasi yang dikelola oleh perusahaan.

Lampiran tambahan.indb 351 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-352

Untuk KSO dengan pola Bangun Kelola Serah, aktiva KSO


akan diserahkan oleh erah Kelola, aktiva KSO akan diserahkan
oleh mitra KSO kepada perusahaan pada awal masa KSO.
Aktiva KSO dinyatakan sebesar biaya perolehannya, atau biaya
pembangunan yang tercantum di perjanjian KSO, atau sebesar nilai
wajar, dipilih mana yang paling obyektif atau paling berdaya uji.
Aktiva tetap disajikan sebesar biaya perolehannya, dan
dikurangi akumulasi depresiasinya (kecuali tanah).
Biaya perolehan di atas harus mempertimbangkan hal hal sebagai
berikut (jika ada) : biaya pinjaman yang secara langsung dapat
diatribusikan dengan perolehan atau konstruksi aktiva tetap yang
memenuhi syarat untuk dikapitalisasi;
penurunan nilai aktiva tetap (impairment); dan penilaian
kembali aktiva tetap.
(f) Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter dan tidak memiliki
wujud fisik, yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
pemasokan barang/jasa, untuk disewakan kepada pihak lainnya,
atau untuk tujuan administratif lainnya.
franchise), merk dagang, dan goodwill.
Aktiva tak berwujud disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu biaya
perolehan setelah memperhitungkan akumulasi amortisasi dan
penurunan nilai aktiva tidak berwujud.
(g) Aktiva Lain-Lain
Akun akun yang tidak dapat digolongkan dalam kelompok aktiva
di atas disajikan dalam kelompok Aktiva Lain lain.
Pos ini mencakup antara lain :
Aktiva tetap yang tidak digunakan lagi;
Aktiva dari segmen usaha yang telah diputuskan oleh manajemen
untuk dihentikan atau akan dijual;
Aktiva perusahaan yang dikelola oleh pihak lain dalam rangka
KSO; dan Beban tangguhan, misalnya: biaya yang timbul untuk
pengurusan legal tanah dan biaya perluasan usaha. Beban
tangguhan harus diamortisasi sesuai dengan masa manfaat masing
masing jenis beban. Saldo beban tangguhan sesudah amortisasi
yang berkaitan dengan suatu kewajiban, harus dihapuskan secara
proporsional, bila sebagian dari kewajiban tersebut dilunasi atau
diselesaikan. Aktiva lain lain disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu
biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi dan
penurunan nilai (jika ada).
b) KEWAJIBAN
Kewajiban merupakan tanggung jawab perusahaan pada saat ini yang
timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diperkirakan

Lampiran tambahan.indb 352 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-353

akan membutuhkan sumber daya perusahaan. Kewajiban disajikan


sebesar jumlah yang harus dibayar.
(1) Kewajiban Lancar
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar jika
diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan dari tanggal neraca atau satu siklus operasi normal
perusahaan. Kewajiban lancar dapat diklasifikasikan antara lain
sebagai berikut :
(a) Pinjaman Jangka Pendek
Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak bank
atau lembaga keuangan lainnya.
(b) Wesel Bayar
Pos ini merupakan hutang usaha pada pihak ketiga yang
didukung janji tertulis untuk membayar dalam jangka waktu
kurang dari 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca atau
satu siklus operasi normal perusahaan.
c) Hutang Usaha
Pos ini merupakan kewajiban yang timbul dalam rangka kegiatan
normal perusahaan, baik kewajiban kepada pihak ketiga maupun
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Saldo
masing masing hutang tersebut harus disajikan.
(d) Hutang Pajak
Pos ini mempakan : Kewajiban dalam rangka pajak
perusahaan dan pajak lainnya yang belum dibayar.
Kewajiban pajak kini, yaitu jumlah pajak penghasilan
temtang atas penghasilan kena pajak offset
Kini dan jumlah netonya harus disajikan pada Neraca.
Kompensasi ini tidak dilakukan apabila pajak tersebut untuk
entitas hukum yang berbeda dalam suatu laporan keuangan
konsolidasi.
(e) Beban Masih Harus Dibayar
Pos ini mempakan kumpulan dari beberapa jenis beban yang
telah menjadi kewajiban perusahaan namun belum jatuh
tempo.
(f) Bagian Kewajiban Jangka Panjang yang akan Jatuh Tempo
dalam Waktu Satu Tahun
Pos ini mempakan bagian dari kewajiban jangka panjang
yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
dari tanggal neraca. Pos ini disajikan dalam neraca dengan
rincian antara lain sebagai berikut:
- Pinjaman Jangka Panjang;
- Hutang Sewa Guna Usaha; dan
- Hutang Obligasi.

Lampiran tambahan.indb 353 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-354

(g) Kewajiban Lancar Lain-Lain


Pos ini mencakup seluruh kewajiban lancar lainnya, yang
tidak dapat dikelompokkan ke dalam huruf (a) sampai
dengan (f) di atas.
(2) Kewajiban Tidak Lancar
Semua kewajiban lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai
kewajiban lancar merupakan kewajiban tidak lancar. Kewajiban
tidak lancar antara lain terdiri dari :
(a) Hutang Hubungan Istimewa
Pos ini merupakan kewajiban yang timbul sebagai akibat
dari adanya transaksi dengan pihak pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, diluar kegiatan normal perusahaan.
(b) Kewajiban Pajak Tangguhan
Pos ini merupakan jumlah pajak penghasilan terutang
untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan
temporer kena pajak. Kewajiban Pajak Tangguhan harus
offset pada Neraca. Kompensasi ini tidak dilakukan apabila
pajak tersebut untuk entitas hukum yang berbeda dalam
suatu laporan keuangan konsolidasi.
(c) Pinjaman Jangka Panjang
Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak
bank atau lembaga keuangan lainnya yang diperkirakan
penyelesaiannya tidak akan dilakukan dalam jangka waktu
lebih dari satu siklus operasi normal perusahaan atau jatuh
tempo dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal neraca.
(d) Hutang Sewa Guna Usaha
Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada perusahaan
sewa guna usaha (leasing company) sehubungan dengan
perolehan aktiva pemsahaan. Pos ini disajikan sebesar nilai
tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah
nilai sisa (harga opsi) dikurangi angsuran pokok.
(e) Hutang Obligasi
Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada
pemegang obligasi sehubungan dengan penerbitan obligasi
perusahaan. Pos ini disajikan sebesar nilai nominal setelah
memperhitungkan amortisasi premium atau diskonto.
(f) Kewajiban Tidak Lancar Lainnya
Pos ini mencakup kewajiban tidak lancar lainnya yang tidak
dapat dikelompokkan dalam huruf (a) sampai dengan (e)
diatas. Penyajian pos ini dalam neraca disesuaikan dengan
urutan jatuh temponya.

Lampiran tambahan.indb 354 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-355

(g) Hutang Subordinasi


Pos ini mempakan pinjaman yang diperoleh berdasarkan
suatu perjanjian subordinasi, di mana pinjaman tersebut
baru dapat dibayar kembali apabila perusahaan telah
melunasi kewajiban tertentu.
(h) Obligasi Konversi
Pos ini merupakan hutang obligasi yang dapat dikonversikan
menjadi saham perusahaan dimasa yang akan datang. Pos ini
disajikan sebesar nilai nominal setelah memperhitungkan
amortisasi premium atau diskonto.
Biaya emisi efek hutang merupakan biaya transaksi yang
harus dikurangkan langsung dari hasil emisi dalam rangka
menentukan hasil emisi neto efek hutang tersebut. Selisih
antara hasil emisi neto dengan nilai nominal merupakan
diskonto atau premium yang harus diamortisasi selama
jangka waktu efek hutang tersebut.
Saldo biaya emisi efek hutang sebelum berlakunya peraturan
ini harus diperlakukan sesuai dengan peraturan ini.
Kewajiban berbunga jangka panjang meskipun akan jatuh
tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
neraca tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban tidak lancar
apabila :
(a) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan;
(b) perusahaan bermaksud membiayai kembali
kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang; dan
(c) maksud tersebut pada huruf b didukung dengan
perjanjian pembiayaan kembali atau penjadwalan
kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum
laporan keuangan disetujui.
c) HAK MINORITAS
Pos ini merupakan bagian aktiva neto dari anak perusahaan yang tidak
dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh induk
perusahaan.
d) EKUITAS
Pos ini merupakan hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara
aktiva dan kewajiban yang ada.
Penyajian Ekuitas dalam Neraca harus memisahkan :
(1) Modal Saham
Pada pos ini disajikan nilai nominal untuk setiap jenis saham.
Disamping itu, pada pos ini disajikan :
(a) Modal Dasar
Jumlah saham, untuk setiap jenis saham, sesuai dengan
anggaran dasar perusahaan.

Lampiran tambahan.indb 355 22/08/2017 11.07.19


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-356

(b) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh


Jumlah saham, untuk setiap jenis saham, yang telah
ditempatkan dan disetor penuh.
(2) Tambahan Modal Disetor (Additional Paid-in Capital ) - Bersih
Tambahan modal disetor disajikan di neraca dengan menjumlahkan
pos pos berikut ini :
(a) Agio Saham
Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham
diatas nilai nominal.
(b) Biaya Emisi Efek Ekuitas
Pos ini merupakan biaya yang berkaitan dengan penerbitan
efek ekuitas perusahaan. Biaya ini mencakup fee dan komisi
yang dibayarkan kepada penjamin emisi, lembaga dan profesi
penunjang pasar modal, dan biaya pencetakan dokumen
pernyataan pendaftaran, biaya pencatatan efek ekuitas di
bursa efek, serta biaya promosi. Biaya biaya yang berkaitan
dengan pencatatan saham di bursa efek atas saham yang
sudah beredar dan biava yang berkaitan dengan dividen
saham dan pemecahan saham tidak termasuk dalam pos
biaya emisi efek ekuitas.
Saldo biaya emisi efek ekuitas sebelum berlakunya peraturan
ini harus diperlakukan sesuai dengan peraturan ini.
Dalam hal perusahaan melakukan pembagian saham bonus
yang berasal dari Agio Saham, jumlah yang dapat dibagikan
adalah jumlah Agio Saham setelah dikurangi Biaya Emisi
Efek Ekuitas.
(c) Selisih Modal Dari Perolehan Kembali Saham
(d) Modal Sumbangan
(e) Selisih Kurs atas Modal Disetor
Pos ini merupakan selisih kurs mata uang asing yang timbul
sehubungan dengan transaksi modal.
(f) Modal Disetor Lainnya Antara lain merupakan :
Kelebihan setoran modal di atas Modal Dasar atau Modal
Ditempatkan.
Dalam hal Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu, uang muka pemesanan saham disajikan
sebagai Modal Disetor Lainnya. Namun apabila uang
oversubscribed maka kelebihan tersebut harus disajikan
sebagai kewajiban lancar. Nilai waran pisah (detachable
warrant) yang belum dan tidak dilaksanakan.
(3) Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan.
Pos ini merupakan selisih pos pos aktiva dan kewajiban di Neraca
dan pos pos Laporan Laba Rugi anak perusahaan di luar negeri

Lampiran tambahan.indb 356 22/08/2017 11.07.19


Lampiran 20
L-357

yang menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang negara


tempat berusaha.
(4) Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan /
Perusahaan Asosiasi
Pos ini merupakan perbedaan nilai investasi perusahaan pada
anak perusahaan/perusahaan asosiasi sebagai akibat adanya
perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang
bukan berasal dari transaksi antara perusahaan dengan anak
perusahaan / perusahaan asosiasi tersebut.
(5) Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Pos ini merupakan selisih antara harga pengalihan dengan
nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas
sepengendali.
(6) Keuntungan (Kerugian) yang Belum Direalisasi dari Efek Tersedia
Untuk Dijual
Pos ini merupakan keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi dari efek ekuitas dan efek hutang yang tersedia untuk
dijual.
(7) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Pos ini merupakan tambahan nilai aktiva tetap sebagai hasil
penilaian kembali sesuai ketentuan Pemerintah, setelah
memperhitungkan pajak yang terkait.
(8) Saldo Laba
Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi
periode lalu.
Dalam hal dilakukan kuasi reorganisasi, jumlah saldo laba negatif
yang dieliminasi harus disajikan selama tiga tahun berturut turut
sejak tahun dilakukannya kuasi reorganisasi. Tanggal terjadinya
kuasi reorganisasi harus diungkapkan pada akun saldo laba untuk
jangka waktu sepuluh tahun ke depan.
(9) Modal Saham Diperoleh Kembali
Pos ini merupakan nilai saham perusahaan yang diperoleh
kembali, yang disajikan sebagai pengurang ekuitas.

b. LAPORAN LABA RUGI


1) Pengertian
Laporan laba rugi merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk
periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang
timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya.
2) Komponen Utama Laporan Laba Rugi
Komponen utama laporan laba rugi yang diuraikan di bawah ini
menggunakan metode beban fungsional. Bagi jenis jenis industri tertentu,
dimungkinkan untuk menggunakan metode lain yang telah ditentukan.

Lampiran tambahan.indb 357 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-358

a) Penjualan bersih atau Pendapatan Usaha;


b) Beban Pokok Penjualan;
c) Laba (Rugi) Kotor;
d) Beban Usaha;
e) Laba (Rugi) Usaha;
f) Penghasilan (Beban) Lain lain;
g) Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi;
h) Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan;
i) Beban (Penghasilan) Pajak;
j) Laba (Rugi) dari Aktivitas Normal;
k) Pos Luar Biasa;
l) Laba (Rugi) Sebelum Hak Minoritas;
m) Hak Minoritas atas Laba (Rugi) Bersih Anak Perusahaan;
n) Laba (Rugi) Bersih;
Pada bagian bawah Laporan Laba Rugi agar dicantumkan:
o) Laba (Rugi) Per Saham Dasar; dan
p) Laba (Rugi) Per Saham Dilusian.
3) Rincian Komponen Laporan Laba Rugi
a) Penjualan Bersih atau Pendapatan Usaha
Penjualan bersih atau pendapatan usaha merupakan pendapatan yang
bersumber dari kegiatan utama perusahaan, seperti penjualan produk,
penjualan barang dagangan utama, dan pendapatan jasa.
Penjualan atau pendapatan usaha disajikan bersih setelah dikurangi
potongan penjualan, retur penjualan dan lain lain.
b) Beban Pokok Penjualan
Pos ini merupakan nilai tercatat dari persediaan yang dijual untuk
menghasilkan penjualan atau pendapatan usaha.
c) Beban Usaha
Pos ini merupakan beban kegiatan utama perusahaan, yang pada
umumnya dilaporkan dalam dua kategori, yaitu :
(1) Beban Penjualan; dan
(2) Beban Umum dan Administrasi.
d) Penghasilan (Beban) Lain lain
(1) Penghasilan (Beban) Lain lain mempakan penghasilan dan beban
yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan kegiatan usaha
utama perusahaan.
(2) Penghasilan (Beban) Lain Lain disajikan dengan merinci
antara lain: laba (rugi) penjualan aktiva tetap, laba (rugi) kurs,
pendapatan bunga, dan beban bunga.
e) Bagian Laba (Rugi) Pemsahaan Asosiasi
Pos ini mempakan laba (rugi) pemsahaan asosiasi pada periode berjalan
yang diakui oleh pemsahaan sesuai dengan persentase kepemilikan.

Lampiran tambahan.indb 358 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-359

f) Beban (Penghasilan) Pajak


Pos ini merupakan jumlah agregat pajak kini (current taX dan pajak
tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam perhitungan laba
atau rugi pada periode berjalan.
g) Pos Luar Biasa
Pos ini berasal dari suatu kejadian atau transaksi yang memenuhi
kriteria tidak normal (unusual) dan tidak sering terjadi (infrequent).
Pos luar biasa disajikan bersih setelah memperhitungkan pajak.
h) Hak Minoritas Atas Laba (Rugi) Bersih Anak Perusahaan
Pos ini mempakan bagian laba (rugi) bersih dari anak perusahaan yang
tidak dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh induk
perusahaan.
i) Laba (Rugi) Per Saham Dasar
Pos ini mempakan jumlah laba (rugi) bersih pada suatu periode
yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode
pelaporan.
j) Laba (Rugi) Per Saham Dilusian
Pos ini mempakan jumlah laba (rugi) pada suatu periode yang tersedia
untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan
saham biasa yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi
saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode
pelaporan. Jumlah saham biasa yang akan diterbitkan saat konversi
efek berpotensi saham biasa ditentukan sesuai persyaratan efek
berpotensi saham biasa tersebut. Penghitungan ini mengasumsikan
nilai konversi atau harga pelaksanaan yang paling menguntungkan dari
sudut pandang pemegang efek berpotensi saham biasa.

c. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


1) Pengertian
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan
ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan.
2) Komponen Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan ini harus menyajikan :
a) Laba (rugi) bersih periode pelaporan;
b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian yang
diakui secara langsung dalam ekuitas;
Contoh pos ini antara lain keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi
dari efek tersedia untuk dijual.
c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
atas kesalahan mendasar;
Pengaruh kumulatif ini disajikan bersih setelah memperhitungkan
pajak. Perubahan kebijakan akuntansi dapat berupa perubahan
kebijakan penilaian persediaan dari metode Masuk Pertama Keluar

Lampiran tambahan.indb 359 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-360

Pertama (FIFO) menjadi metode Masuk Terakhir Keluar Pertama


(LIFO).
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, antara
lain berupa penyetoran modal saham dan pembagian dividen;
e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya. Saldo ini disajikan dengan memisahkan :
(1) Yang Telah Ditentukan Penggunaannya
Dalam pos ini dilakukan pemisahan antara jumlah yang telah
ditentukan penggunaannya oleh perusahaan dan yang diwajibkan
oleh peraturan yang berlaku.
(2) Yang Belum Ditentukan Penggunaannya
Pos ini merupakan saldo laba yang belum ditentukan
penggunaannya oleh perusahaan.
f) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing masing jenis modal
ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor dan pos pos
ekuitas lainnya pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan
secara terpisah setiap perubahan.

d. LAPORAN ARUS KAS


1) Pengertian
Laporan ini menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas
perusahaan selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan.
2) Komponen Utama Laporan Arus Kas
a) Arus kas dari aktivitas operasi
Adalah arus kas yang terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan, oleh karena itu arus kas ini pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan
laba (rugi) bersih.
Arus kas dari aktivitas operasi antara lain dapat berupa arus kas dari
transaksi penjualan, pembayaran kepada pemasok, karyawan, bunga,
beban operasional lainnya dan pajak penghasilan.
Perusahaan harus menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung (direct method
b) Arus kas dari aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan perolehan dan atau pelepasan
sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus
kas masa depan.
Arus kas dari aktivitas investasi antara lain dapat berasal dari transaksi
pembelian dan penjualan aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva
lain, serta uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.

Lampiran tambahan.indb 360 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-361

Tidak termasuk di sini adalah penempatan dana perusahaan untuk


jangka pendek seperti deposito yang kurang dari satu tahun dan
investasi pada efek untuk diperdagangkan.
c) Arus kas dari aktivitas pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan timbul dari penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan transaksi pendanaan jangka
panjang dengan pemegang saham perusahaan dan kreditur.
Arus kas dari aktivitas pendanaan antara lain dapat berupa penerimaan
kas dari emisi saham dan obligasi, pembayaran dividen, serta pelunasan
pinjaman.
3) Aktivitas yang Tidak Mempengaruhi Arus Kas
Aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempengaruhi arus kas,
dirinci dan disajikan tersendiri di luar Laporan Arus Kas. Transaksi ini
antara lain dapat berupa perolehan aktiva tetap dengan menerbitkan efek
bersifat hutang atau melalui sewa guna usaha, konversi hutang menjadi
modal, kapitalisasi biaya pinjaman selama masa pembangunan, serta
akuisisi perusahaan melalui emisi saham.
4) Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya
dan disajikan tersendiri.

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


a. Umum
1) Catatan atas Laporan Keuangan memberikan penjelasan mengenai
gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos
pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya.
2) Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Laporan Arus Kas harus berkaitan dengan informasi yang ada dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
3) Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan :
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting;
b) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam
Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan
Arus Kas; dan
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam Neraca, Laporan
Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
4) Untuk pos pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan untuk pos pos yang bersifat

Lampiran tambahan.indb 361 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-362

khusus untuk industri tertentu, harus dirinci dan dijelaskan pada Catatan
atas Laporan Keuangan tanpa mempertimbangkan materialitasnya.
5) Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa akun sejenis
dirinci dan dijelasKan sifat dari unsur utamanya dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
6) Catatan atas Laporan Keuangan harus menunjukkan secara terpisah
jumlah dari setiap jenis transaksi dan saldo dengan para direktur, pegawai,
komisaris, pemegang saham utama, dan Pihak pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf j peraturan
ini. Ikhtisar terpisah tersebut diperlukan untuk piutang, hutang, penjualan
atau pendapatan dan beban. Apabila jumlah transaksi untuk masing masing
kategori tersebut dengan Pihak tertentu melebihi Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah), maka jumlah tersebut harus disajikan secara terpisah dan
nama Pihak tersebut wajib diungkapkan.
7) Pengungkapan dengan menggunakan kata “sebagian” tidak diperkenankan
untuk menjelaskan adanya bagian dari suatu jumlah. Pengungkapan hal
tersebut harus menyatakan nilai atau persentasenya.
8) Aktiva yang dijaminkan harus diungkapkan dalam penjelasan masing
masing pos. Apabila aktiva perusahaan diasuransikan, harus diungkapkan
jenis dan nilai aktiva yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi serta
pendapat manajemen atas kecukupan pertanggungan asuransi. Dalam hal
tidak diasuransikan, harus diungkapkan alasannya.
9) Peraturan ini tidak menentukan bentuk penyajian Catatan atas Laporan
Keuangan. Namun demikian, pengungkapannya mencakup tetapi tidak
terbatas pada unsur unsur yang diuraikan dalam huruf b berikut ini.
b. Unsur-unsur Catatan Atas Laporan Keuangan
1) Gambaran Umum Perusahaan ffal hal yang harus diungkapkan, antara lain
adalah :
a) Pendirian perusahaan
(1) Riwayat ringkas perusahaan;
(2) Nomor dan tanggal akta pendirian serta perubahan terakhir,
pengesahan Departemen ffukum dan Berundang undangan dan
atau nomor dan tanggal Berita Negara yang bersangkutan;
(3) Bidang usaha utama perusahaan sesuai anggaran dasar dan
kegiatan utama perusahaan pada periode pelaporan;
(4) Tempat kedudukan perusahaan dan lokasi utama kegiatan usaha;
dan
(5) Tanggal mulai beroperasinya perusahaan secara komersial.
Apabila perusahaan melakukan ekspansi atau penciutan usaha
secara signifikan pada periode laporan yang disajikan, harus
disebutkan saat dimulainya operasi komersial dari ekspansi atau
penciutan perusahaan dan kapasitas produksinya.

Lampiran tambahan.indb 362 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-363

b) Penawaran Umum Efek Perusahaan


Penjelasan penawaran umum efek perusahaan yang meliputi tanggal
efektif penawaran umum perdana, kebijakan / tindakan perusahaan
yang dapat mempengaruhi efek yang corporate action
pelaporan terakhir, jenis dan jumlah efek yang ditawarkan pada saat
penawaran terakhir, dan tempat pencatatan efek perusahaan.
c) Struktur Perusahaan dan Anak Perusahaan
Menjelaskan struktur perusahaan yang menggambarkan perusahaan
dan anak perusahaan yang dimiliki perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penjelasan tersebut mencakup hal hal sebagai
berikut :
(1) Nama perusahaan yang dimiliki;
(2) Tempat kedudukan perusahaan;
(3) Jenis usaha;
(4) Tahun beroperasi secara komersial;
(5) Persentase kepemilikan;
(6) Total aktiva; dan
(7) Informasi penting lainnya yang berkaitan dengan anak perusahaan,
seperti alasan tidak dikonsolidasikannya laporan keuangan anak
perusahaan, dampak penggunaan kebijakan akuntansi yang
berbeda oleh anak perusahaan dan proporsi unsur unsur yang
terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut.
d) Karyawan, direksi dan komisaris Yang harus diungkapkan adalah :
(1) Nama anggota direksi dan dewan komisaris; dan
(2) Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata rata jumlah
karyawan selama periode yang bersangkutan.
2) Ikhtisar Kebijakan Akuntansi
Dalam bagian ini harus diungkapkan hal hal sebagai berikut :
a) Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan
(1) Dasar pengukuran laporan keuangan yaitu historical cost current
cost realizable value (fair value) berdasarkan standar akuntansi
yang berlaku.
(2) Dasar penyusunan laporan keuangan yaitu dasar akrual kecuali
untuk laporan arus kas.
(3) Mata uang pelaporan yang digunakan dan alasan menggunakan
mata uang pelaporan selain rupiah. Apabila terdapat perubahan
mata uang pelaporan, diungkapkan alasannya, kurs yang
digunakan dalam pengukuran kembali atau penjabaran, dan
ikhtisar neraca dan laporan laba rugi yang disajikan sebagai
perbandingan dalam mata uang sebelumnya.
(4) Alasan perubahan periode pelaporan,

Lampiran tambahan.indb 363 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-364

b) Kebijakan Akuntansi Tertentu


Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal hal sebagai
berikut :
(1) Prinsip prinsip konsolidasi;
(2) Kas dan setara kas;
(3) Investasi dalam Efek;
(4) Investasi non Efek;
(5) Penyisihan piutang;
(6) Persediaan;
(7) Aktiva tetap;
(8) Sewa guna usaha;
(9) Kerjasama operasi;
(10) Aktiva dalam penyelesaian;
(11) Aktiva tidak berwujud;
(12) Aktiva lain-lain;
(13) Penurunan nilai aktiva;
(14) Penggabungan usaha;
(15) Pengakuan pendapatan;
(16) Transaksi dan saldo dalam mata uang asing;
(17) Instrumen derivatif;
(18) Pajak penghasilan;
(19) Program pensiun;
(20) Restrukturisasi hutang bermasalah;
(21) Biaya pinjaman;
(22) Segmen usaha; dan
(23) Laba (rugi) per saham.
3) Penjelasan atas Pos-pos Laporan Keuangan
Penjelasan atas pos pos laporan keuangan disusun dengan memperhatikan
urutan penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas
dan Laporan Arus Kas, serta informasi tambahan.
a) Aktiva
(1) Kas dan Setara Kas
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Unsur kas dan setara kas pada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dan pihak ketiga;
(b) Rincian jumlah penempatan di bank berdasarkan nama
bank serta jenis mata uang asing; dan
(c) Kisaran tingkat bunga dari setara kas selama periode
pelaporan.
(2) Investasi Jangka Pendek
Pengungkapan investasi jangka pendek dipisahkan antara deposito
dan surat berharga (Efek)
(a) Untuk deposito, harus diungkapkan hal hal sebagai berikut:

Lampiran tambahan.indb 364 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-365

- Nama bank, dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak


yang mempunyai hubungan istimewa;
- Kisaran tingkat bunga; Jenis dan jumlah deposito
dalam mata uang asing; dan ffal
- hal lain yang dapat mempengaruhi kualitas pencairan
deposito tersebut.
(b) Pengelompokkan Efek sesuai kategori (diperdagangkan,
dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual) dan
dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa :
Yang harus diungkapkan :
- Nilai wajar agregat, (marked to market);
- Metode dan asumsi yang digunakan dalam
menentukan nilai wajar Efek;
- Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari
pemilikan efek tersedia untuk dijual;
- Biaya perolehan termasuk jumlah premi dan diskonto
yang belum diamortisasi, untuk efek dimiliki hingga
jatuh tempo;
- Metode amortisasi yang digunakan;
- Peringkat efek hutang berikut nama pemeringkat (jika
ada); dan Uraian tentang alasan diambilnya keputusan
menjual atau memindahkan kelompok efek.
(3) Wesel Tagih
Yang harus diungkapkan antara lain pihak penerbit, kisaran
tingkat bunga, jatuh tempo, jenis mata uang, dan uraian tentang
sifat dan asal terjadinya (dari transaksi usaha atau lainnya).
(4) Piutang Usaha
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Jumlah piutang dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa;
(b) Jumlah piutang menurut mata uang;
(c) Jumlah piutang menurut umur;
(d) Jumlah penyisihan piutang ragu ragu, beban penyisihan dan
penghapusan piutang;
(e) Pendapat manajemen akan kecukupan jumlah penyisihan;
(f) Piutang yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima
jaminan; dan
(g) Informasi piutang yang telah dijual secara with recourse,
meliputi:
- jumlah yang dialihkan, beban bunga, retensi, jatuh
tempo dan ikatan penting lain yang diatur dalam
perjanjian,
- jaminan yang diberikan (bila ada).

Lampiran tambahan.indb 365 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-366

(5) Piutang Lain-Lain


Yang harus diungkapkan antara lain adalah :
(a) Rincian jenis dan jumlah piutang;
(b) Jumlah penyisihan piutang ragu ragu, beban penyisihan dan
penghapusan piutang; dan
(c) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan.
(6) Persediaan
Yang harus diungkapkan antara lain adalah :
(a) Total nilai tercatat persediaan dan nilai tercatat menurut
klasifikasi barang jadi, barang dalam proses, bahan baku
dan pembantu, serta bahan persediaan lain sesuai dengan
industrinya;
(b) Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai persediaan;
(c) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai
persediaan yang diturunkan;
(d) Jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan rusak atau
usang;
(e) Persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima
jaminan;
(f) Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai pertanggungan
asuransi dan risiko yang ditutup;
(g) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan
asuransi;
(h) Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya
material atau sifatnya luar biasa;
(i) Nilai tercatat persediaan yang dijadikan jaminan; dan
(j) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dan tingkat
kapitalisasi yang dipergunakan qualifying asset
(7) Pajak Dibayar Dimuka
Yang harus diungkapkan antara lain adalah :
(a) rincian menurut jenis dan jumlah masing masing pajaknya;
dan
(b) uraian mengenai jumlah restitusi pajak yang diajukan dan
statusnya.
(8) Biaya Dibayar di Muka
Yang diungkapkan antara lain rincian menurut jenis dan
jumlah.
(9) Aktiva Lancar Lain lain
Yang harus diungkapkan antara lain rincian menurut jenis dan
jumlah.
10) Piutang Hubungan Istimewa
Yang harus diungkapkan antara lain :

Lampiran tambahan.indb 366 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-367

(a) Rincian jenis, nama pihak yang memiliki hubungan istimewa,


dan jumlah piutang;
(b) Alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
(c) Jumlah penyisihan dan penghapusan piutang; dan
(d) Pendapat manajemen akan kecukupan jumlah penyisihan.
(11) Investasi Pada Perusahaan Asosiasi Yang harus diungkapkan
antara lain :
(a) Nama perusahaan dan persentase kepemilikan; dan
(b) Rekonsiliasi nilai tercatat penyertaan pada awal dan akhir
periode dengan memperlihatkan bagian laba rugi yang
diakui dan dividen yang diperoleh pada periode berjalan
serta penurunan permanen nilai penyertaan.
(12) Investasi Jangka Panjang Lain
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian menurut jenis investasi, seperti investasi dalam
Efek hutang dan Efek ekuitas, investasi dalam properti dan
investasi lainnya;
(b) Pemisahan antara investasi pada pihak ketiga dan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa untuk investasi dalam
Efek hutang dan Efek ekuitas, investasi dalam properti dan
investasi lainnya;
(c) Untuk Efek ekuitas yang tersedia untuk dijual harus
diungkapkan:
Nilai wajar agregat;
Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan
nilai wajar Efek; dan Keuntungan (kerugian) yang belum
direalisasi.
(d) Pengungkapan investasi jangka panjang dalam Efek hutang
(dimiliki hingga jatuh tempo dan tersedia untuk dijual)
seoagai berikut :
Rincian menurut penerbit, nilai nominal, diskonto atau
premium yang belum diamortisasi, nilai tercatat, tingkat
bunga, dan tanggal jatuh tempo;Efek yang pembayarannya
dijamin dengan hipotik atau jaminan lain;
Persyaratan efek hutang;
Nilai wajar agregat;
Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai
wajar Efek;
Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari efek
tersedia untuk dijual; dan Peringkat efek hutang berikut
nama pemeringkatnya.
(e) Uraian tentang alasan pengambilan keputusan menjual atau
memindahkan kelompok efek;

Lampiran tambahan.indb 367 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-368

(f) Pengungkapan investasi dalam Efek yang menggunakan


metode biaya adalah :
Nama perusahaan dan persentase yang dimiliki, nilai tercatat
penyertaan; Alasan tidak dapat ditentukannya nilai wajar
Efek; dan
Rekonsiliasi nilai tercatat penyertaan pada awal dan
akhir periode yang memperlihatkan penambahan dan
pengurangan penyertaan serta penurunan permanen nilai
penyertaan.
(g) Pengungkapan investasi dalam properti meliputi jenis,
lokasi, biaya perolehan dan nilai wajarnya;
(h) Pengungkapan investasi jangka panjang lainnya meliputi
jenis dan nilai wajarnya;
(i) Apabila investasi jangka panjang dijaminkan, syarat dan
kondisi yang berdampak signifikan terhadap perusahaan,
harus diungkapkan baik jumlah maupun pihak penerima
jaminan;
(j) Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya
penurunan nilai atau pemulihan penurunan nilai;
(k) Rugi penurunan nilai yang diakui selama periode berjalan
dan komponen Laporan Laba Rugi dimana kerugian tersebut
dilaporkan. Pengungkapan dilakukan untuk setiap jenis
investasi; dan
(l) Pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama
periode berjalan dan komponen Laporan Laba Rugi dimana
kerugian tersebut dilaporkan. Pengungkapan dilakukan
untuk setiap jenis investasi.
(13) Aktiva Tetap
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Pemilikan Langsung
- Rincian aktiva tetap menurut jenis dan akumulasi
depresiasi, serta jumlah depresiasi pada tahun
berjalan;
- Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir
periode yang memperlihatkan penambahan dan
pengurangan;
- Aktiva tetap yang dijaminkan dan nama pihak yang
menerima jaminan;
- Nilai aktiva tetap yang diasuransikan, nilai
pertanggungan asuransi dan risiko yang ditutup;
- Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah
pertanggungan asuransi;

Lampiran tambahan.indb 368 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-369

- Jika dilakukan penilaian kembali pada periode yang


disajikan, harus diungkapkan :
• Dasar hukum;
• Tanggal efektif (persetujuan dari Direktorat
Jenderal Pajak);
• Nama penilai independen;
• Dasar/metode yang digunakan untuk
menentukan nilai revaluasi;
• Nilai tercatat setiap jenis aktiva tetap; dan
• Selisih penilaian kembali setiap jenis aktiva
tetap.
- Pengungkapan menurut jenis aktiva tetap yang
mengalami perubahan estimasi masa guna dan atau
metode depresiasi;
- Pengungkapan nilai buku, hasil penjualan bersih,
keuntungan (kerugian) dari aktiva tetap yang dijual;
- Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya
penurunan nilai atau pemulihan penurunan nilai;
- Rugi penurunan nilai yang diakui selama periode
berjalan dan komponen Laporan Laba Rugi dimana
kerugian tersebut dilaporkan; dan
- Pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui
selama periode berjalan dan komponen Laporan Laba
Rugi dimana kerugian tersebut dilaporkan.
(b) Aktiva Sewa Guna Usaha
Rincian jenis aktiva sewa guna usaha berdasarkan nilai tunai
seluruh pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa
ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada
akhir masa sewa guna usaha. Di samping itu dijelaskan
mengenai akumulasi depresiasi masing masing kelompok
aktiva sewa guna usaha dan jumlah depresiasi pada tahun
berjalan; dan
Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan penambahan dan pengurangan.
(c) Aktiva KSO
Rincian aktiva berdasarkan jenis dan jumlah aktiva yang
dikelola;
Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode yang
memperlihatkan penambahan dan pengurangan; dan
Penjelasan mengenai biaya perolehan, akumulasi depresiasi
masing masing kelompok aktiva dan jumlah depresiasi pada
tahun berjalan.

Lampiran tambahan.indb 369 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-370

(d) Aktiva Dalam Penyelesaian


Rincian aktiva yang sedang dalam penyelesaian;
Persentase jumlah tercatat terhadap nilai kontrak;
Estimasi saat penyelesaian proyek;
Hambatan kelanjutan penyelesaian proyek; dan
Penjelasan mengenai jumlah biaya pinjaman yang
dikapitalisasi pada periode pelaporan.
(14) Aktiva Tak Berwujud
Yang harus diungkapkan antara lain jenis, sumber terjadinya,
biaya perolehan dan jumlah amortisasi.
(15) Aktiva Lain-Lain
Yang harus diungkapkan antara lain adalah :
(a) Rincian aktiva lain lain;
(b) Sifat dan uraian penting dari aktiva yang bersangkutan;
(c) Amortisasi beban tangguhan;
(d) Alasan perubahan klasifikasi aktiva yang sebelumnya tidak
termasuk dalam aktiva lain lain; dan
(e) Untuk jenis aktiva tetap yang sudah tidak dapat digunakan
secara aktif dan dimiliki scrapped
b) Kewajiban
Kewajiban Lancar
(1) Pinjaman Jangka Pendek
Yang harus diungkapkan antara lain adalah :
(a) Rincian hutang berdasarkan jenis hutang, nama kreditur,
jenis mata uang serta nilainya;
(b) Kisaran tingkat bunga dan saat jatuh tempo;
(d) Jaminan yang diberikan dengan menunjuk akun akun yang
berhubungan;
(e) Persyaratan lain yang penting, seperti adanya pembatasan
pembagian dividen, pembatasan perolehan hutang baru dan
ketentuan mengenai rasio keuangan;
(f) Penjelasan mengenai kondisi hutang (misalnya kondisi
default); dan with recourse piutang, retensi, bunga yang
belum diamortisasi dan kewajiban anjak piutang bersih.
(2) Wesel Bayar
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian jenis, nilai nominal dan nilai tercatat dalam mpiah dan
mata uang asing, tanggal jatuh tempo, dan tingkat bunga;
(b) Penjelasan tentang jaminan dan persyaratan lain; dan
(c) Penjelasan mengenai kondisi wesel bayar (misalnya kondisi
default).
(3) Hutang Usaha
Yang harus diungkapkan antara lain :

Lampiran tambahan.indb 370 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-371

(a) Pemisahan antara hutang usaha pada pihak ketiga dengan


pihak yang memiliki hubungan istimewa;
(b) Rincian hutang berdasarkan jenis mata uang serta nilainya;
(c) Sifat dari transaksi; dan
(d) Jaminan yang diberikan oleh perusahaan dengan menunjuk
akun akun yang berhubungan.
(4) Hutang Pajak
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Jenis dan jumlahnya; dan
(b) Informasi mengenai ketetapan pajak.
(5) Beban Masih Harus Dibayar
Yang harus ungkapkan antara lain jenis dan jumlah dari unsur
utama beban yang belum jatuh tempo.
(6) Kewajiban Lancar Lain-lain
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian menurut jenis dan jumlahnya;
default : pokok pinjaman dan bunga, alasan default
(c) Untuk garansi produk: jenis produk, sifat garansi dan masa
berlakunya garansi; dan
(d) Untuk beban tangguhan atas perjanjian kepegawaian seperti
jaminan kesehatan masa pensiun: uraian mengenai jaminan
dan jumlah pegawai yang berhak atas jaminan tersebut.
Kewajiban Tidak Lancar
(7) Pinjaman Jangka Panjang
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian hutang berdasarkan nama bank, jenis mata uang
serta nilainya;
(b) Kisaran tingkat bunga dan saat jatuh tempo;
(c) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan;
(d) Penjelasan tentang fasilitas pinjaman yang diperoleh,
termasuk jumlah dan tujuan perolehannya;
(e) Penjelasan mengenai kondisi hutang (misalnya restrukturisasi
hutang, kondisi default);
(f) Jaminan yang diberikan dengan menunjuk akun akun yang
berhubungan;
(g) Persyaratan lain yang penting seperti adanya pembatasan
pembagian dividen, pembatasan rasio tertentu dan atau
pembatasan perolehan hutang baru;
(h) Pengungkapan informasi sehubungan dengan kewajiban
berbunga jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal neraca tetapi
tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang,
antara lain adalah :

Lampiran tambahan.indb 371 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-372

- Nama bank dan jumlahnya; dan


- Ringkasan perjanjian lama dan baru yang meliputi
tanggal kesepakatan, jangka waktu pinjaman, tanggal
jatuh tempo, dan persyaratan penting.
(8) Hutang Sewa Guna Usaha
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian perusahaan sewa guna usaha (lessor) dan nilainya;
(b) Jumlah angsuran sewa guna usaha tahunan yang harus
dibayar paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya, bagian
bunga dan nilai tunainya;
(c) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam 12 (dua belas)
bulan;
(d) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa
guna usaha;
(e) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta
amortisasinya sehubungan sale and leaseback major
covenants
(9) Hutang Obligasi
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian mengenai : jenis, nilai nominal dan nilai tercatat
dalam rupiah dan mata uang asing, tanggal jatuh tempo,
jadual pembayaran bunga, tingkat bunga, serta tempat
pencatatan;
(b) Peringkat dan nama pemeringkat (jika ada);
(c) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan;
(d) Nama Wali Amanat dan keterkaitan usaha dengan
perusahaan;
(e) Jaminan serta pembentukan dana untuk pelunasan hutang
pokok obligasi (jika ada) dengan menunjuk pos pos yang
berhubungan;
(f) Persyaratan lain yang penting, seperti adanya pembatasan
pembagian dividen, pembatasan rasio tertentu, dan atau
pembatasan perolehan hutang baru; dan
(g) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan
dalam memenuhi persyaratan dan konclisi hutang.
(10) Program Pensiun
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Program pensiun yang diikuti, apakah Program Pensiun
Iuran Pasti atau Program Pensiun Manfaat Pasti;
(b) Apabila perusahaan menyelenggarakan program pensiun
iuran pasti :

Lampiran tambahan.indb 372 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-373

- Gambaran umum tentang program pensiun, pengelola


dana pensiun, persentase iuran yang menjadi
kontribusi perusahaan, manfaat, karyawan yang ikut
menjadi peserta program pensiun dan lain lain;
- Jumlah beban (iuran) pensiun periode berjalan dan
jumlah iuran pensiun yang masih harus dibayar; dan
- Hal hal penting lainnya yang berhubungan dengan
program pensiun yang dapat mempengaruhi daya
banding laporan Keuangan periode berjalan dan
periode sebelumnya.
(c) Apabila perusahaan menyelenggarakan program pensiun manfaat
pasti :
- Gambaran umum tentang program pensiun, manfaat,
karyawan yang ikut menjadi peserta program pensiun, dan
pengelolanya;
Kebijakan pendanaan;
- Rincian beban pensiun yang terdiri dari beban jasa kini,
amortisasi beban jasa lalu, amortisasi koreksi dan bunga
atas beban pensiun yang masih harus dibayar, jangka waktu
amortisasi beban jasa lalu;
- Asumsi dan metode aktuarial yang digunakan aktuaris, nilai
wajar aktiva bersih dana ersih;
Rekonsiliasi beban pensiun yang masih harus dibayar
(dibayar dimuka);
- Bila dilakukan perubahan metode aktuarial, alasan
perubahan, jumlah penyesuaian erhubungan dengan masa
sebelum periode sajian;
- Tanggal penilaian aktuaria terakhir, nama aktuaris, dan
frekuensi penilaian dilakukan; dan
- Hal hal penting lain yang berhubungan dengan manfaat
pensiun, termasuk dampak pembubaran, pengurangan
peserta yang dapat mempengaruhi daya banding laporan
keuangan.
(11) Kewajiban Tidak Lancar Lainnya
Yang hams diungkapkan antara lain :
(a) Jenis, jumlah, tingkat bunga dan tanggal jatuh tempo;
(b) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam 12 (dua belas)
bulan; dan
(c) Uraian mengenai nama kreditur dan sifat kewajiban jangka
panjang tersebut dan jaminan yang terkait dengan menunjuk
akun akun yang berhubungan.
(12) Hutang Subordinasi
Yang perlu diungkapkan antara lain nama kreditur, sifat ikatan,
jangka waktu, jenis mata uang, dan kisaran tingkat bunga.

Lampiran tambahan.indb 373 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-374

(13) Obligasi Konversi


Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian mengenai jenis, nilai nominal dan nilai tercatat
dalam rupiah dan mata uang asing, tanggal jatuh tempo,
jadwal pembayaran bunga, tingkat bunga, serta tempat
pencatatan;
(b) Periode konversi dan persyaratan konversi, antara lain
meliputi rasio konversi, harga pelaksanaan, hak konversi
sebelum jatuh tempo serta persyaratannya, dan penalti;
(c) Efek dilusi jika seluruh obligasi dikonversikan, dengan
memperhatikan tingka exercise price sudut pandang
pemegang obligasi konversi;
(d) Jumlah obligasi yang telah dikonversikan dan efek
dilusinya;
(e) Peringkat dan nama pemeringkat;
(f) Jumlah bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) bulan;
(g) Nama Wali Amanat dan keterkaitan usaha dengan
perusahaan;
(h) Jaminan serta pembentukan dana untuk pelunasan hutang
pokok obligasi (jika ada) dengan menunjuk pos pos yang
berhubungan;
(i) Kejadian penting lainnya antara lain kepatuhan perusahaan
dalam memenuhi persyaratan penerbitan, kondisi hutang;
dan
(j) Dalam hal perusahaan menerbitkan obligasi konversi tanpa
melalui penawaran umum juga harus diungkapkan tujuan
penerbitan dan nama pembeli.
c) Hak Minoritas
Yang perlu diungkapkan antara lain rincian bagian pemegang saham
minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan untuk masing masing
anak perusahaan.
d) Ekuitas
(1) Modal Saham
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Uraian jenis jenis saham perusahaan;
(b) Susunan pemegang saham, yaitu :
- Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih;
- Nama Direktur dan Komisaris yang memiliki saham;
dan
- Pemegang saham lainnya dengan mengungkapkan
jumlah saham, persentase pemilikan dan jumlah
nilai nominal untuk masing masing pemegang saham
tersebut;

Lampiran tambahan.indb 374 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-375

(c) Jika terjadi perubahan modal saham dalam tahun berjalan :


- keputusan yang berhubungan dengan perubahan modal
saham tersebut, seperti pengesahan Menteri Hukum
dan Perundang-undangan dan keputusan RUPS:
- sumber peningkatan modal saham, antara lain dari
kapitalisasi agio, modal sumbangan dan tambahan
modal disetor lainnya, selisih penilaian kembali aktiva
tetap dan saldo laba, penerbitan saham baru dari
Penawaran Umum right issue dan private placement
- Metode pencatatan dan jumlah lembar saham yang
diperoleh kembali, dalam hal terjadi perolehan
kembali saham yang telah diterbitkan; dan
- Tujuan perubahan modal saham, antara lain dalam
rangka ekspansi, pelunasan hutang, atau pemenuhan
kecukupan modal bagi perbankan.
(d) Dalam hal hanya sebagian saham perusahaan yang dicatat di
Bursa Efek, agar disebutkan jumlah saham yang dicatat dan
yang tidak dicatatkan pada Bursa Efek.
(2) Tambahan Modal Disetor
(a) Agio saham: diuraikan sumber agio saham selama periode
yang disajikan.
(b) Biaya emisi efek ekuitas: dirinci berdasarkan penerbitan efek
ekuitas.
(c) Modal sumbangan: dirinci jenis aktiva dan jumlah.
(d) Selisih kurs atas modal disetor: diuraikan sifat dan asal
akun.
(e) Modal disetor lainnya: diuraikan sifat dan asal akun ini.
(3) Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan Yang harus
diungkapkan antara lain :
(a) Jumlah beda nilai tukar bersih dan rekonsiliasinya pada awal
dan akhir periode;
(b) Alasan untuk menggunakan mata uang yang berbeda jika
mata uang pelaporan berbeda dengan mata uang negara
tempat perusahaan berdomisili;
(c) Alasan untuk setiap perubahan dalam mata uang
pelaporan;
(d) Jika terdapat suatu perubahan dalam klasifikasi suatu
kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, perusahaan
harus mengungkapkan : alasan dan sifat perubahan dalam
klasifikasi; dampak perubahan atas klasifikasi modal
pemegang saham; dan dampak pada laba (mgi) bersih untuk
setiap periode sebelumnya jika perubahan klasifikasi terjadi
pada periode sebelumnya yang paling awal.

Lampiran tambahan.indb 375 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-376

(4) Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan /


Perusahaan Asosiasi
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Transaksi yang menimbulkan selisih transaksi perubahan
ekuitas anak perusahaan / perusahaan asosiasi;
(b) Jumlah selisih transaksi perubahan ekuitas yang menjadi
bagian perusahaan setelah memperhitungkan dampak
pajaknya; dan
(c) Jumlah yang direalisasi ke laba rugi atas pelepasan
investasi.
(5) Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Jenis, nilai buku dan harga pengalihan untuk aktiva,
kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang
dialihkan;
(b) Tanggal transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali;
dan
(c) Nama entitas terkait.
(6) Saldo Laba
Yang perlu diungkapkan antara lain adalah alasan dan jumlah
penyesuaian periode yang lalu (jika ada), perubahan saldo laba
pada periode bersangkutan dan persetujuan RUPS yang terkait,
misalnya jumlah dividen yang dibayarkan, saldo laba yang
ditentukan penggunaannya, dan lain lain.
(7) Waran
Yang perlu diungkapkan antara lain :
(a) Jenis waran (waran pisah, waran lekat, dan waran bebas);
(b) Dasar penentuan nilai wajar waran;
(c) Nilai waran pisah yang belum dan tidak dilaksanakan
(kadaluwarsa);
(d) Jumlah waran yang diterbitkan dan beredar serta dampak
dilusinya; dan
(e) Ikatan ikatan yang terkait dengan penerbitan waran.
(8) Kompensasi Berbasis Saham Yang perlu diungkapkan antara lain :
(a) Penjelasan mengenai program kompensasi, termasuk
persyaratan umum program kompensasi seperti :
Persyaratan pemberian hak kompensasi;
Periode maksimum opsi; dan
- Jumlah saham yang ditetapkan untuk opsi atau
instrumen ekuitas lainnya.
(b) Jumlah dan rata rata tertimbang harga eksekusi opsi untuk
setiap kelompok opsi;

Lampiran tambahan.indb 376 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-377

(c) Rata rata tertimbang nilai wajar opsi pada tanggal pemberian
kompensasi yang diberikan alam suatu periode;
(d) Jumlah dan rata rata tertimbang nilai wajar pada tanggal
pemberian kompensasi dari instrumen ekuitas selain opsi
yang diberikan dalam suatu periode;
(e) Penjelasan mengenai metode dan asumsi signifikan yang
digunakan dalam suatu periode untuk mengestimasi nilai
wajar opsi;
(f) Jumlah beban kompensasi yang diakui untuk program
kompensasi berbasis saham;
(g) Perubahan persyaratan signifikan dari program kompensasi
yang sedang berjalan; dan
(h) Rentang harga eksekusi, rata rata tertimbang harga eksekusi,
dan rata rata tertimbang sisa periode opsi.
e) Laba Rugi
(1) Penjualan Bersih / Pendapatan Usaha
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Penjualan bersih kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dan pihak ketiga;
(b) Rincian jumlah dari kelompok produk/jasa utama; dan
(c) Nama pihak pembeli dan jumlah nilai penjualan yang
melebihi 10% dari pendapatan.
(2) Beban Pokok Penjualan
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Beban pokok produksi yang dirinci :
Biaya bahan baku;
Biaya tenaga kerja; dan Biaya overhead
ditambah dan dikurangi saldo awal dan akhir barang jadi.
(b) Nama pihak penjual dan nilai pembelian yang melebihi 10%
dari pendapatan.
(3) Beban Usaha
Yang harus diungkapkan antara lain rincian beban penjualan, dan
beban umum dan administrasi.
(4) Penghasilan (Beban) Lain-lain
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Rincian penghasilan (beban) lain lain dan jumlahnya;
(b) Rincian beban keuangan yang merupakan bagian beban lain
lain, sebagai berikut :
Jumlah beban keuangan, yang dirinci sebagai berikut :
• Bunga;
• Selisih kurs bersih atas penanaman dan pinjaman
dalam mata uang asing (sepanjang selisih kurs bersih
tersebut merupakan penyesuaian terhadap biaya

Lampiran tambahan.indb 377 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-378

bunga); forward contract) yang bertujuan untuk


lindung nilai; dan
• Amortisasi biaya perolehan pinjaman, seperti
biaya konsultan, biaya provisi, biaya komitmen
dan seDagainya. Dikurangi beban keuangan yang
dikapitalisasi; Jumlah beban keuangan yang dibebankan
pada periode berjalan; Ditambah (dikurangi) kerugian
(keuntungan) transaksi derivatif yang tidak bertujuan
untuk lindung nilai Jnedg/’ng); dan Jumlah beban
keuangan dan kerugian (keuntungan) transaksi
derivatif yang dibebankan pada periode berjalan.
Jika terjadi depresiasi atau apresiasi, maka disajikan
rincian perhitungan keuntungan atau kerugian selisih
kurs, demikian juga kebijakan pembebanan yang
dilakukan.
(c) Untuk laba atau rugi penjualan surat berharga yang harus
diungkapkan adalah rincian untuk setiap klasifikasi investasi
efek hutang dan ekuitas :
Efek tersedia untuk dijual
• penerimaan dari penjualan efek;
• keuntungan (kerugian) yang direalisasikan; dan
• rugi akibat penurunan permanen nilai efek. Efek
diperdagangkan
• keuntungan (kerugian) pemilikan efek yang telah
maupun belum direalisasikan. Efek dimiliki hingga
jatuh tempo
• keuntungan (kerugian) pemilikan efek yang telah
maupun belum direalisasikan; dan
• rugi akibat penurunan permanen nilai efek.
(5) Pajak Penghasilan
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Unsur unsur beban (penghasilan) pajak yang terdiri dari
pajak kini dan pajak tangguhan;
(b) Rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan
hasil perkalian laba akuntansi dengan tarif yang berlaku
dengan mengungkapkan dasar perhitungan tarif pajak yang
berlaku;
(c) Rekonsiliasi fiskal dan perhitungan beban pajak kini dengan
cara sebagai berikut :
Laba sebelum pajak menurut akuntansi.
Ditambah / dikurangi koreksi positif atau negatif (dirinci).
Laba Kena Pajak (sesuai SPT).

Lampiran tambahan.indb 378 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-379

(d) Perhitungan beban dan hutang pajak kini dengan


menerapkan tarif pajak sesuai dengan ketentuan perundang
undangan pajak yang berlaku;
(e) Pernyataan bahwa Laba Kena Pajak (LKP) hasil rekonsiliasi
telah sesuai dengan SPT;
(f) Untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan setiap
kelompok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut :
Rincian aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang disajikan
pada neraca untuk setiap periode penyajian; dan
Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui
pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidaK terlihat
dari jumlah aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang
diakui pada neraca.
(g) Jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke periode berikut yang tidak diakui sebagai
aktiva pajak tangguhan;
(h) Jumlah aktiva pajak tangguhan dan sifat bukti yang
mendukung pengakuannya, jika :
penggunaan aktiva pajak tangguhan tergantung pada apakah
laba fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang
melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak
yang telah ada; dan
perusahaan telah menderita kerugian pada periode berjalan
atau periode sebelumnya.
(i) Beban pajak yang berasal dari :
Keuntungan (kerugian) atas penghentian operasi; dan
Laba (rugi) dari aktivitas normal operasi yang tidak
dilanjutkan untuk periode pelaporan, bersama dengan
jumlah periode akuntansi sebelumnya yang disajikan pada
laporan keuangan.
(j) Jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang langsung
dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas;
(k) Beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos pos luar
biasa yang diakui pada periode berjalan; dan
(l) Penjelasan mengenai tarif pajak yang berlaku dan
perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode
sebelumnya (apabila terjadi perubanan tarif pajak sesuai
peraturan yang berlaku).
(6) Pos Luar Biasa
ffarus diungkapkan antara lain sifat dan jumlah dari setiap unsur
pos luar biasa, nilai pajak penghasilan yang terkait, dan nilai
bersihnya.

Lampiran tambahan.indb 379 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-380

(7) Hak Minoritas atas Laba Bersih Anak Perusahaan


Yang perlu diungkapkan antara lain rincian bagian pemegang
saham minoritas atas laba bersih anak perusahaan untuk masing
masing anak perusahaan.
(8) Laba (Rugi) Bersih Per Saham
Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Jumlah laba (rugi) yang digunakan sebagai pembilang dalam
penghitungan laba (rugi) per saham dasar dan dilusian,
rekonsiliasinya dengan laba (rugi) bersih untuk satu periode;
dan
(b) Jumlah rata rata tertimbang saham beredar yang digunakan
sebagai penyebut dalam penghitungan laba (rugi) per saham
dasar dan dilusian.
f) Transaksi Hubungan Istimewa
Hal hal yang harus diungkapkan antara lain :
(1) Dirinci jumlah masing masing pos aktiva, kewajiban, penjualan
dan pembelian (beban) kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa beserta persentasenya terhadap total aktiva, kewajiban,
penjualan dan pembelian (beban);
(2) Apabila jumlah dari setiap transaksi atau saldo untuk masing
masing kategori tersebut dengan pihak tertentu melebihi Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), maka jumlah tersebut harus
disajikan secara terpisah nama dan hubungan pihak tersebut
wajib diungkapkan;
(3) Penjelasan transaksi yang tidak berhubungan dengan kegiatan
usaha utama dan jumlah hutang / piutang sehubungan dengan
transaksi tersebut;
(4) Sifat hubungan, jenis dan unsur transaksi hubungan istimewa;
(5) Kebijakan harga dan syarat transaksi serta pernyataan apakah
penerapan kebijakaan harga dan syarat tersebut sama dengan
kebijakan harga dan syarat untuk transaksi dengan pihak ketiga;
dan
(6) Alasan dan dasar dilakukannya pembentukan penyisihan Piutang
Hubungan Istimewa.
g) Aktiva dan Kewajiban dalam Mata Uang Asing
Yang harus diungkapkan antara lain :
(1) Rincian aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing serta
ekuivalennya dalam rupiah;
(2) Posisi neto dari aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing;
(3) Rincian kontrak valuta berjangka dan equivalen dalam rupiah.
(4) Kebijakan manajemen resiko mata uang asing; dan
(5) Apabila lindung nilai tidak dilakukan, alasan untuk tidak
melakukannya.

Lampiran tambahan.indb 380 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-381

h) Perubahan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan Mendasar


(1) Pembahan Estimasi Akuntansi
Yang harus diungkapkan antara lain:
(a) Hakekat dan alasan pembahan estimasi akuntansi;
(b) Jumlah pembahan estimasi yang mempengaruhi periode
beijalan; dan
(c) Pengaruh estimasi terhadap periode mendatang. Jika
penghitungan pengaruh terhadap periode mendatang tidak
praktis kenyataan tersebut harus diungkapkan.
(2) Pembahan Kebijakan Akuntansi
Yang harus diungkapkan antara lain:
(a) Hakikat, alasan dan tujuan dilakukannya pembahan
kebijakan akuntansi;
(b) Jumlah penyesuaian pembahan kebijakan akuntansi terhadap
periode beijalan dan periode sebelumnya yang disajikan
kembali;
(c) Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan masa
sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatip;
dan
(d) Kenyataan bahwa informasi komparatip telah dinyatakan
kembali atau kenyataan bahwa untuk menyatakan kembali
informasi komparatip dianggap tidak praktis.
(3) Kesalahan Mendasar
Yang harus diungkapkan antara lain:
(a) Hakekat kesalahan mendasar;
(b) Jumlah koreksi untuk periode beijalan dan periode periode
sebelumnya;
(c) Jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode periode
sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatip;
dan
(d) Kenyataan bahwa informasi komparatip telah dinyatakan
kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatip tidak
praktis untuk dinyatakan kembali.
i) Penggabungan Usaha
(1) Untuk semua penggabungan usaha, harus diungkapkan:
(a) Nama dan penjelasan tentang perusahaan yang bergabung;
(b) Tanggal efektif penggabungan usaha untuk tujuan akuntansi;
dan
(c) Operasi atau kegiatan usaha yang telah diputuskan
untuk dijual atau dihentikan akibat penggabungan usaha
tersebut.
(2) Untuk penggabungan usaha yang merupakan akuisisi, harus
diungkapkan:

Lampiran tambahan.indb 381 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-382

(a) Persentase saham berhak suara yang diperoleh;


(b) Biaya perolehan dan penjelasan tentang harga beli yang telah
dibayar atau terhutang secara kontinjen;
(c) Sifat dan jumlah penyisihan untuk beban restrukturisasi dan
beban penutupan pabrik yang timbul akibat akuisisi dan
diakui pada tanggal akuisisi; dan
(d) Pengaruh dari akuisisi dan penjualan atau pengalihan
penyertaan pada anak perusahaan terhadap posisi
keuangan dan hasil usaha konsolidasi tahun berjalan dan
sebelumnya.
(3) Apabila dari akuisisi menyebabkan timbulnya goodwill maka
harus diungkapkan:
(a) Rekonsiliasi goodwill dan akumulasi amortisasi goodwill
pada awal dan akhir periode;
(b) Metode dan periode amortisasi yang dilakukan;
(c) Alasan dan pertimbangan yang digunakan apabila masa
manfaat lebih dari 5 (lima) tahun; dan
(d) Apabila goodwill tidak diamortisasi dengan metode garis
lurus, metode yang digunakan serta alasan metode tersebut
dianggap lebih tepat.
(4) Untuk penggabungan usaha yang merupakan penyatuan
kepemilikan harus diungkapkan:
(a) Penjelasan dan jumlah saham yang diterbitkan, serta
persentase saham berhak suara setiap perusahaan yang
dipertukarkan untuk melaksanakan penyatuan kepemilikan
tersebut;
(b) Jumlah aktiva dan kewajiban yang diserahkan oleh
perusahaan;
(c) Pendapatan penjualan, pendapatan operasional lainnya,
pos luar biasa, dan laba (rugi) bersih dari masing masing
perusahaan untuk periode sebelum penggabungan, yang
termasuk dalam laba (rugi) bersih yang disajikan dalam
laporan Keuangan gabungan; dan
(d) Penjelasan bahwa laporan keuangan telah disajikan kembali
(restated), seolah olah penggabungan usaha telah terjadi
sejak awai periode pelaporan yang disajikan.
j) Informasi Segmen Usaha
Yang harus diungkapkan antara lain :
(1) Gambaran aktivitas masing masing segmen industri dan
komposisi masing masing wilayah geografis yang dilaporkan.
Untuk menentukan apakah suatu segmen harus dilaporkan
tersendiri, digunakan kriteria materialitas;

Lampiran tambahan.indb 382 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-383

(2) Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan :


(a) Penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan
antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di fuar
perusahaan dan pendapatan dari segmen lain;
(b) Laba (rugi) usaha per segmen;
(c) Aktiva segmen yang digunakan dinyatakan dalam jumlah
uang atau sebagai persentase dari jumlah aktiva; dan
(d) Dasar penetapan harga antar segmen.
(3) Untuk unsur unsur yang dilaporkan, disajikan rekonsiliasi antara
seluruh segmen dengan laporan keuangan;
(4) Perubahan dalam penentuan segmen dan kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam pelaporan informasi segmen yaitu :
(a) Uraian mengenai hakekat dan alasan perubahan; dan
(b) Pengaruh dari perubahan sepanjang informasi dapat
ditentukan secara wajar.
(5) Apabila terjadi penghentian atau penjualan suatu segmen usaha,
harus diungkapkan :
(a) Segmen yang dihentikan atau dijual;
(b) Tanggal dan alasan penghentian atau penjualan; dan
(c) Nilai jual dan atau nilai tercatat serta pajak yang terkait dalam
transaksi penghentian atau penjualan segmen usaha.
k) Instrumen Derivatif
Bagi entitas yang memiliki atau menerbitkan instrumen derivatif :
(1) Pengelompokan instrumen derivatif sesuai dengan tujuannya
yaitu untuk lindung nilai atau tujuan lainnya (non lindung nilai)
seperti spekulasi.
(2) Untuk tiap kontrak instrumen derivatif dalam kelompok
klasifikasi lindung nilai dan kelompok non lindung nilai di atas
diungkapkan :
(a) ffakikat dan sifat dari transaksi, berupa transaksi berjangka
dalam bentuk valuta, bunga, komoditas atau lain lain;
(b) Pihak lawan transaksi (counterparties);
(c) Tanggal jatuh tempo;
(d) Nilai keseluruhan kontrak dan nilai wajar pada tanggal
neraca;
(e) Beban atau pendapatan pada periode pelaporan;
(f) Pos aktiva dan atau pasiva yang dilindung nilai; dan
(g) Persyaratan penting lainnya.
(3) ffal hal yang diperlukan untuk memahami tujuan perusahaan
melakukan transaksi derivatif aan strategi perusahaan untuk
mencapai tujuan tersebut.
(4) Kebijakan manajemen risiko untuk setiap klasifikasi lindung
nilai, termasuk penjelasan mengenai aktiva/kewajiban dan jenis
transaksi yang dilindungi.

Lampiran tambahan.indb 383 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-384

(5) Bagi instrumen yang tidak dimaksudkan sebagai suatu lindung


nilai, disebutkan tujuan dari aktivitas derivatif.
l) Kerja Sama Operasi (KSO)
Yang harus diungkapkan antara lain :
(1) Pihak pihak yang terkait dalam perjanjian;
(2) Lokasi aktiva KSO dan jangka waktu pengelolaan;
(3) ffak dan kewajiban dari masing masing partisipan KSO berkenaan
dengan perjanjian KSO;
(4) Ketentuan tentang perubahan perjanjian KSO (bila ada);
(5) Perhitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil KSO;
(6) Perhitungan beban atau penghasilan KSO yang timbul dari
pembayaran bagi pendapatan/hasil; dan
(7) Metode dan periode amortisasi hak bagi pendapatan KSO.
m) Perikatan dan Kontinjensi
(1) Perikatan Yang harus diungkapkan antara lain :
(a) Perikatan yang meliputi :
Perjanjian sewa, keagenan dan distribusi, bantuan
manajemen, teknis, royalti dan lisensi :
• Pihak pihak yang terkait dalam perjanjian;
• Periode berlakunya perikatan;
• Dasar penentuan kompensasi dan denda;
• Jumlah beban atau pendapatan pada periode
pelaporan; dan
• Pembatasan pembatasan lainnya.
Kontrak/perjanjian yang memerlukan penggunaan
dana di masa yang akan datang, seperti: pembangunan
pabrik, perjanjian pembelian, ikatan untuk investasi:
• Pihak pihak yang terkait dalam perjanjian;
• Periode berlakunya perikatan;
• Nilai keseluruhan, mata uang, dan bagian yang telah
direalisasi; dan
• Sanksi sanksi.
(b) Pemberian jaminan/garansi :
Pihak pihak yang dijamin dan yang menerima jaminan,
yang dipisahkan antara pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dan pihak ketiga untuk pihak yang dijamin; Latar
belakang dikeluarkannya jaminan; Periode berlakunya
jaminan; dan Nilai jaminan.
(c) Fasilitas kredit yang belum digunakan, seperti fasilitas L/C,
bank overdraft, dan
(d) Lain lainnya.
Uraian mengenai sifat, jenis, jumlah dan batasan
batasannya.

Lampiran tambahan.indb 384 22/08/2017 11.07.20


Lampiran 20
L-385

(2) Kontinjensi
Yang harus diungkapkan :
(a) Untuk perkara/sengketa hukum :
Pihak pihak yang terkait;
Jumlah yang diperkarakan; dan
Latar belakang, isi dan status perkara dan pendapat hukum
(legal oplnlon).
(b) Untuk Peraturan Pemerintah yang mengikat perusahaan
seperti: masalah lingkungan hidup, diungkapkan uraian
singkat tentang peraturan dan dampaknya terhadap
perusahaan; dan
(c) Kemungkinan kewajiban pajak tambahan :
Jenis ketetapan/tagihan pajak, jenis pajak, tahun pajak serta
jumlah pokok dan denda/bunganya; dan
Sikap perusahaan terhadap ketetapan/tagihan pajak
(keberatan, banding dsb nya).
n) Restrukturisasi Hutang Bermasalah
Yang harus diungkapkan antara lain :
(1) Penjelasan tentang pokok pokok perubahan persyaratan dan
penyelesaian hutang;
(2) Jumlah keuntungan atas restrukturisasi hutang dan dampak pajak
penghasilan yang terkait;
(3) Jumlah keuntungan atau kerugian bersih atas pengalihan aset
yang diakui selama periode tersebut; dan
(4) Jumlah hutang kontinjen yang dimasukkan dalam nilai tercatat
hutang yang telah direstrukturisasi.
o) Informasi Penting Lainnya
Yang harus diungkapkan antara lain sifat, jenis, jumlah dan dampak dari
peristiwa atau keadaan tertentu yang mempengaruhi kinerja perusahaan,
seperti peristiwa/keadaan yang mempengaruhi kelangsungan hidup
perusahaan.
p) Peristiwa setelah Tanggal Neraca
Yang harus diungkapkan adalah :
(1) Uraian peristiwa misalnya tanggal terjadinya, sifat peristiwa,
dan jumlah moneter yang mempengaruhi akun akun laporan
keuangan; dan
(2) Dalam hal terjadi peristiwa yang mempengaruhi penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan, misalnya: merger dan
akuisisi, pelepasan segmen usaha, divestasi anak perusahaan,
maka harus disajikan informasi keuangan proforma seakan akan
transaksi tersebut telah terjadi pada tanggal neraca terakhir atau
pada awal periode laporan keuangan terakhir yang disajikan.

Lampiran tambahan.indb 385 22/08/2017 11.07.20


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-386

q) Perkembangan Terakhir Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan


Lainnya
Yang harus diungkapkan antara lain :
(1) Penjelasan mengenai standar akuntansi keuangan dan peraturan
baru yang akan diterapkan dan mempengaruhi aktivitas
perusahaan; dan
(2) Estimasi dampak penerapan standar akuntansi keuangan dan
peraturan baru tersebut.
r) Reklasifikasi
ffarus diungkapkan antara lain mengenai sifat, jumlah, dan alasan
reklasifikasi untuk setiap pos dalam tahun buku sebelum tahun buku
terakhir yang disajikan dalam rangka laporan keuangan komparatif.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13 Maret 2000
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Herwidayatmo
NIP 060065750

Lampiran tambahan.indb 386 22/08/2017 11.07.21


Lampiran 20
L-387

Contoh : NERACA Lampiran : 1


Peraturan Nomor: VIII.G.7

PT ABC dan ANAK PERUSAHAAN NERACA


31 Desember 20x1 dan 20x0

AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS


Ctt 20x1 20x0 Ctt 20x 20x0
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar 1
Kas dan Setara Kas xxx xxx Pinjaman Jangka Pendek xxx xxx
Investasi Jangka Pendek xxx xxx Wesel Bayar xxx xxx
Wesel Tagih xxx xxx Hutang Usaha :
Piutang Usaha : • Pihak Ketiga xxx xxx
(Setelah dikurangi penyisihan • Pihak yang mempunyai xxx xxx
piutang ragu-ragusebesar hubungan istimewa
Rp. xxx pada tahun 20x1 dan Hutang Pajak xxx xxx
Rp xxx pada tahun20x0)
• Pihak Ketiga xxx xxx Beban Masih Harus Dibayar xxx xxx
• Pihak yang mempunyai xxx xxx Bagian Kewajiban Jangka Panjang
hubungan istimewa yang akan Jatuh Tempo :

dalam Waktu Satu Tahun


Piutang Lain-lain xxx xxx • Hutang Sewa Guna Usaha xxx xxx
(Setelah dikurangi penyisihan • Hutang Obligasi xxx xxx
piutang ragu-ragusebesar Rp.
xxx pada tahun 20x1 dan Rp.
xxx pada tahun 20x0)
Persediaan xxx xxx Kewajiban Lancar Lain- Lain xxx xxx
Pajak Dibayar Dimuka xxx xxx Jumlah Kewajiban Lancar xxx xxx
Biaya Dibayar di Muka xxx xxx Kewajiban Tidak Lancar
Aktiva Lancar Lain-lain xxx xxx Hutang Hubungan Istimewa xxx xxx
Jumlah Aktiva Lancar xxx xxx Kewajiban Pajak Tangguhan xxx xxx
Aktiva Tidak Lancar Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx
Piutang Hubungan Istimewa xxx xxx Hutang Sewa Guna Usaha xxx xxx
Aktiva Pajak Tangguhan xxx xxx Hutang Obligasi xxx xxx
Investasi Pada Perusahaan xxx xxx Kewajiban Tidak Lancar xxx xxx
Asosiasi Lainnya
Investasi Jangka Panjang Lain xxx xxx Hutang Subordinasi xxx xxx
Aktiva Tetap xxx xxx Obligasi Konversi xxx xxx
Setelah dikurangi akumulasi Jumlah Kewajiban Tidak xxx xxx
penyusutan sebesar Rp xxx Lancar
pada tahun 20X1 dan Rp. xxx
pada tahun 20X0)

Lampiran tambahan.indb 387 22/08/2017 11.07.21


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-388

AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS


Ctt 20x1 20x0 Ctt 20x 20x0
Aktiva Tak Berwujud xxx xxx Hak Minoritas xxx xxx
Setelah dikurangi akumulasi Ekuitas
amortisasi sebesar Rp xxx pada
tahun 20X1 dan Rp. xxx pada
tahun 20X0)

Aktiva Lain-Lain xxx xxx Modal Saham


Jumlah Aktiva Tidak Lancar xxx xxx Saham A nilai nominal Rp.
xxx; saham B

nilai nominal Rp xxx xxx xxx


Modal Dasar - Saham A, xxx
lembar; saham B, xxx lembar
pada tahun 20x1 ; dan Saham
A, lembar , saham B, xxx
lembar pada tahun 20x0.
Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh - Saham A, xxx
lembar; saham B, xxx lembar
pada tahun 20x1 ; dan Saham
A, xxx lembar, saham B, xxx
lembar pada tahun 20x0 xxx xxx
Tambahan Modal disetor -
bersih

Selisih Kurs Karena xxx xxx


Penjabaran Laporan Keuangan

Selisih Perubahan Ekuitas xxx xxx


Anak Perusahaan /
Perusahaan Asosiasi

Selisih Nilai Transaksi xxx xxx


Restrukturisasi Entitas
Sepengendali

Laba (rugi) Belum Direalisasi xxx xxx


atas Efek Tersedia Untuk
Dijual

Selisih Penilaian Kembali xxx xxx


Aktiva Tetap

Saldo Laba xxx xxx


Modal Saham Diperoleh xxx xxx
Kembali

Jumlah Ekuitas xxx xxx

JUMLAH AKTIVA xxx xxx JUMLAH KEWAJIBAN & xxx xxx


EKUITAS

Lampiran tambahan.indb 388 22/08/2017 11.07.21


Lampiran 20
L-389

Contoh : LAPORAN LABA RUGI Lampiran : 2


Peraturan Nomor: VIII.G.7

PT ABC dan ANAK PERUSAHAAN


LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun-tahun Yang Berakhir
Pada 31 Desember 20x1 Dan 20x0

Catatan 20x1 20x0

PENJUALAN/PENDAPATAN USAHA Rp Rp
xxx.xxx xxx.xxx

BEBAN POKOK PENJUALAN xxx.xxx xxx.xxx


LABA (RUGI) KOTOR xxx.xxx xxx.xxx
BEBAN USAHA
Beban Penjualan xxx.xxx xxx.xxx
Beban Umum dan Administrasi xxx.xxx xxx.xxx
Jumlah Beban Usaha xxx.xxx xxx.xxx
LABA USAHA xxx.xxx xxx.xxx
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Laba (rugi) penjualan aktiva tetap xxx.xxx xxx.xxx
Pendapatan bunga xxx.xxx xxx.xxx
Beban bunga xxx xxx xxx xxx
Laba (rugi) kurs bersih xxx.xxx xxx.xxx
Lain-lain bersih xxx.xxx xxx.xxx
Penghasilan (Beban) Lain-lain xxx.xxx xxx.xxx
BAGIAN LABA (RUGI) ANAKPERUSAHAAN / xxx.xxx xxx.xxx
PERUSAHAAN ASOSIASI
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN xxx.xxx xxx.xxx
BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK xxx.xxx xxx.xxx
LABA (RUGI) DARI AKTIVITAS NORMAL xxx.xxx xxx.xxx
POS LUAR BIASA xxx.xxx xxx.xxx
LABA (RUGI) SEBELUM HAK MINORITAS xxx.xxx xxx.xxx
HAK MINORITAS ATAS LABA (RUGI) BERSIH ANAK xxx.xxx xxx.xxx
PERUSAHAAN Rp Rp
LABA (RUGI) BERSIH xxx.xxx xxx.xxx
LABA (RUGI) BERSIH PER SAHAM DASAR _ Rp xxx.xxx Rp xxx.xxx
LABA (RUGI) BERSIH PER SAHAM DiLUSIAN 1 Rp Rp .
xxx.xxx xxx.xxx

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang Merupakan Bagian Tak Terpisahkan dari Laporan Keuangan

Lampiran tambahan.indb 389 22/08/2017 11.07.21


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-390

PT ABC dan ANAK PERUSAHAAN


LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Untuk Tahun-tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 20x1 dan 20x0


(dalam ribuan rupiah)

Modal Tambahan Selisih Keuntungan Selisih Saldo Laba Jumlah


Ditempat- Modal Penilaian (Kerugian) Kurs
kan & Disetor Disetor Kembali Belum Karena Ditentu- Belum
Penuh Aktiva Direalisasi Dari Penjabaran kan Ditentu-
Tetap Pemilikan Efek L/K Penggu­ kan
naannya Penggu­
naannya

Saldo per 31 Desember X X X (X) X X X


19x9

Perubahan Kebijakan (X) (X)


Akuntansi

Saldo yang disajikan X X X (X) X X X


kembali

Selisih penilaian X X
kembali aktiva tetap
Keuntungan (kerugian) X
belum direalisasi dr
pemilikan Efek

Selisih kurs karena (X) (X)


penjabaran L/K
Keuntungan (kerugian) X (X) X
neto yg tidak diakui pd
lap. L/R

Laba bersih periode X X


berjalan

Dividen (X) (X)

Penerbitan saham X X X
Saldo per 31 Desember X X X X (X) X X X
20x0

Selisih penilaian (X) (X)


kembali aktiva tetap

Keuntungan (kerugian) X X
belum direalisasi dr
pemilikan Efek

Selisih kurs karena (X) (X)


penjabaran L/K

Keuntungan (kerugian) (X) (X) X


neto yg tidak diakui pd
lap. L/R

Lampiran tambahan.indb 390 22/08/2017 11.07.21


Lampiran 20
L-391

Modal Tambahan Selisih Keuntungan Selisih Saldo Laba Jumlah


Ditempat- Modal Penilaian (Kerugian) Kurs
kan & Disetor Disetor Kembali Belum Karena Ditentu- Belum
Penuh Aktiva Direalisasi Dari Penjabaran kan Ditentu-
Tetap Pemilikan Efek L/K Penggu­ kan
naannya Penggu­
naannya

Laba bersih periode X X


berjalan

Dividen (X) (X)

Penerbitan saham X X X

Saldo per 31 Desember X X X X (X) X X X


20x1

Lampiran tambahan.indb 391 22/08/2017 11.07.21


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-392

Contoh : LAPORAN ARUS KAS Lampiran : 4


Peraturan Nomor: VIII.G.7

PT ABC dan ANAK PERUSAHAAN


LAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun-tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 20x1 dan 20x0

20x1 20x0
Catatan Rp Rp
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan Kas dari pelanggan xxx.xxx xxx.xxx
Pembayaran kas kepada pemasok dan pelanggan xxx.xxx xxx.xxx
Kas yang dihasilkan operasi xxx.xxx xxx.xxx
Pembayaran bunga xxx.xxx xxx.xxx
Pembayaran Pajak Penghasilan xxx.xxx xxx.xxx
Arus kas sebelum pos luar biasa xxx.xxx xxx.xxx
Hasil dari asuransi karena kebakaran xxx.xxx xxx.xxx
Arus kas bersih dari aktivitas operasi xxx.xxx xxx.xxx

Arus Kas dari Aktivitas Investasi


Kenaikan (penurunan) deposito berjangka xxx.xxx (xxx.xxx)
Penjualan aktiva tetap xxx.xxx xxx.xxx
Pembelian aktiva tetap ( xxx.xxx ) ( xxx.xxx)
Penurunan efek ( xxx.xxx )
Kenaikan efek , - xxx.xxx
Kenaikan (penurunan) ‘ beban ditangguhkan xxx.xxx xxx.xxx
Kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi xxx.xxx ( xxx.xxx)

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan :

Kenaikan (penurunan) hutang jangka panjang xxx.xxx ( xxx.xxx)

Penurunan modal disetor ( xxx.xxx) -

Kenaikan modal disetor xxx.xxx -

Pembayaran dividen kas ( xxx.xxx) xxx.xxx

Penambahan xxx.xxx xxx.xxx

(pengurangan) piutang afiliasi ( xxx.xxx) ( xxx.xxx)

Pengurangan (penambahan) hutang dan cerukan ( xxx.xxx) ( xxx.xxx)

Pembayaran hutang jangka panjang ( xxx.xxx) ( xxx.xxx)

Lampiran tambahan.indb 392 22/08/2017 11.07.21


Lampiran 20
L-393

Pembayaran kewajiban sewa guna usaha ( xxx.xxx) ( xxx.xxx)

Kenaikan (penurunan) obligasi konversi

Kas bersih diperoleh dari aktivitas pendanaan ( xxx.xxx) ( xxx.xxx)

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA


KAS KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN xxx.xxx ( xxx.xxx)
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN xxx.xxx xxx.xxx

AKTIVITAS YANG TIDAK


MEMPENGARUHI ARUS KAS xxx.xxx xxx.xxx
Kapitalisasi biaya pinjaman selama masa pembangunan:

Rugi kurs

Bunga xxx.xxx xxx.xxx

Tambahan modal disetor yang berasal dari : xxx.xxx xxx.xxx

Perubahan ekuitas dalam aktiva bersih perusahaan asosiasi -


setelah dikurangi pajak

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan


Bagian Tak Terpisahkan dari Laporan Keuangan

Lampiran tambahan.indb 393 22/08/2017 11.07.21


AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
L-394

Lampiran tambahan.indb 394 22/08/2017 11.07.21

Anda mungkin juga menyukai