Anda di halaman 1dari 4

Kota Kerangku Dulu dan Sekarang (Part I)

Hujan deras di malam itu


Aku pulang ke rumah tuaku
Ku sapa dirimu …
Hai Kota Kerang kenanganku dulu

Gemericik hujan membalas salamku


Seakan memecah kebisuanmu
Senang kau ada di sini gadis kecilku.
TIdur dan rehatlah
Kan ku senandungkan lagu kecilmu
Malam itu aku terlelap dalam buaianmu

Kamu masih seramah itu


Walau kini tak sesibuk dulu lagi
Walau wajahmu kini tak secerah mentari pagi
Kau tau aku datang dan akan pergi lagi

Namun kau masih ingin mengingatkanku


Pada dirimu yang dulu begitu perkasa
Yang selalu cerah dengan senyum mengembang
Dulunya kau pelabuhan primadona kapal dunia
Pusat buruan produk bergengsi dari negara tetangga
Lumbung hasil laut yang terkenal
Mulai dari teri terasi hingga teripang
Makanan khasmu nasi lemak dan cap go can
Sebut saja sudah mengundang air liur pendatang
Kau dinamakan daerah petro dollar
Siapa yang tak kenal pada dirimu?

Pagi ini aku menyirsir kota kecilku


Mencari binar gemerlap keramaian yang ku rasakan dulu
Ah… Sekarang mana ada, Anakku!
Kotaku sepi bagai kota mati
“Mereka ke mana, yah?”
Anak-anak sudah terbiasa hidup mewah
Mereka memilih menjadi bintang di kejauhan ribuan mil kota besar
Mereka berteman namun tak berkarib

Oh Kota Kerangku dulu dan sekarang


Antara masa lalu dan masa lusa
Memang sudah banyak berubah
Sekalipun zaman ini memang sudah untukmu
Juga bukan yang dulu
Ntah kenapa cintaku kepadamu
Masih tak ingin berubah
Terdekap dalam selendang masa kecilku

Walau kolam susumu kini tak lagi manis


Walau yang tertinggal hanya orang tua yang bekerja terlalu keras di sana
Yang tak rela meninggalkanmu walau harus hidup terbirit dan mengirit
Walau Kapal kapal besar menjauhimu
Walau yang tersisa hanya sampan reot kecil sang nelayan tua
Dan beberapa monja saja di sana
Walau kau mulai kehilangan gairah eksotismu
Namun, menara di pelabuhanmu yang bersinar redup termenung sepi
Sesekali masih lirih memanggil anaknya kembali
Hai putra putriku kelahiran kota Kerang yang t’lah bersinar di ufuk sana
Sesekali melintaslah di atas langit kotamu
Berikan secercah terang dan harapan
Sampai waktu yang memutuskan
Siapa yang akan kembali
Untuk menyayanginya sekali lagi
Anakku! Kaulah harapanku
Bahkan bintangpun tak kan bersinar tanpa kegelapan.

Yang tak lekang dalam ingatanku , Kota Kerang, Tanjung Balai - Maret 2019
Jenny 00296/ PERRUAS-SASTRA/2019
Kota Kerangku Dulu dan Sekarang (Part II)

Bila sesekali pulang,


Kau lihatlah di sana
Di sungai tempat kita bermain dulu
Kampung kami mulai terasa sepi
Tak ada padi bukan karena tak ada sawah
Melainkan tak ada tuan untuk bertanam

Taka da lagi riuh anak di sepanjang jalan


Yang berlari bermain laying-layang
Yang bermain benteng dan kelereng
Padahal aku suka bercerita
Tentang kampungku
Tentang kenangan yang membalut dalam selendang kecilku
Masih tercium aroma bau kencurku di sini
Hingga aroma rasa cinta monyetku
Di bangunan tua sekolahku dulu

Di atas batuan itu dulu kite bermain lompat-lompatan


Juga di pantai tempat kami dulu mencari kerang
Memancing di selokan saat banjir bertandang
Aku tersenyum
Kau tersenyum
Selanjutnya kita tertawa kecil
Berjalan-jalan di senja hari
Bersama menghantarkan mentari ke peraduannya
Sampai usianya kelak sudah seharusnya meninggalkan kampung
Berburu gemerlap menggerayangi ibu kota

Bila sesekali kau pulang,


Kau lihat sesuatu yang dulu menakjubkan
Kini hanya tinggal kenangan
Kini mereka lebih suka menghabiskan waktu di kamar
Tak lagi suka bertandang dan mencari kerang
Mengherankan begitu mudahnya
Waktu berlalu menyapu pergi lukisan kenangan kita
Kini mereka lebih suka menghabiskan waktu
Di bawah ruangan ber-AC
Di kolong meja dengan temannya yang bernama Ponsel.

Yang tak lekang dalam ingatanku , Kota Kerang, Tanjung Balai - April 2019
Jenny 00296/ PERRUAS-SASTRA/2019

Anda mungkin juga menyukai