Anda di halaman 1dari 24

Rekayasa genetika, juga disebut modifikasi genetika, adalah manipulasi langsung gen suatu

organisme menggunakan bioteknologi. Hal ini merupakan satu set teknologi yang digunakan untuk
mengubah susunan genetik dari sel, termasuk transfer gen-gen yang berada dan melintasi batas-batas
spesies untuk menghasilkan organism yang meningkat.

Plasmid dan Penggunaannya dalam Rekayasa Genetika

A. Pengertian Plasmid Sebagai Vektor dalam Rekayasa Genetika


Vektor merupakan molekul DNA yang membawa suatu DNA asing kedalam sel inang, dengan
harapan sifat yang ada pada DNA asing tersebut dapat terekspresi dalam sel inang. Salah satu vektor yang
bisa digunakan untuk membawa molekul DNA asing masuk dalam sel inang adalah plasmid. Plasmid
digunakan untuk melakukan rekayasa pada berbagai organisme yang tidak bisa diperoleh secara alami.
Rekayasa ini dilakukan pada tingkat genetik sehingga disebut sebagai rekayasa genetika.

Plasmid adalah molekul DNA sirkuler (lingkaran tertutup) yang berantai ganda dan dapat
bereplikasi sendiri di luar kromosom dan tidak mengandung gen-gen esensial. Plasmid terdapat secara
alami maupun sudah mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan keperluan manipulasi genetik.
Plasmid terdapat pada organisme prokariot maupun eukariot. Plasmid inilah yang berfungsi sebagai
pembawa sifat rekombinan pada organisme yang akan direkayasa. Plasmid memilki ciri-ciri antara lain :
a. berbentuk lingkaran tertutup dan untaiannya ganda (double stranded)
b. dapat melakukan replikasi sendiri di luar kromosom inti
c. terdapat di luar kromosom
d. secara genetik dapat ditransfer secara stabil

Agar dapat digunakan sebagai vektor, plasmid harus memiliki syarat-syarat diantaranya sebagai
berikut :
1. ukurannya relatif kecil dibanding dengan pori dinding sel inangnya
2. mempunyai sekurang-kurangnya 2 gen marker yang dapat menandai masuk tidaknya plasmid ke dalam
sel inang
3. mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam salah satu marker yang dapat
digunakan sebagai tempat penyisipan fragmen DNA asing
4. memiliki titik awal replikasi sehingga dapat melakukan replikasi dalam sel inang

Menurut tujuan penggunaannya, plasmid dibedakan menjadi 2 yaitu :


1. plasmid untuk kloning prokariot, sebagai contoh adalah plasmid pUC 19 dan pBR 322
2. plasmid yang digunakan untuk kloning eukariot yang digunakan adalah plasmid Ti

Gambar plasmid pBR 322 dengan tempat pengenalan pemotongan DNAnya dapat dilihat pada
gambar1.
Gambar 1. Plasmid pBR 322

Gambar plasmid pUC 19 dan tempat pengenalan pemotongan DNAnya dapat dilihat pada
gambar2.

Gambar 2. Plasmid pUC 19

B. Kegunaan Plasmid
Plasmid digunakan sebagai vektor dalam rekayasa genetika. Dalam hal ini plasmid digunakan
untuk membawa suatu rangkaian fragmen DNA asing masuk dalam sel inang dengan harapan plasmid
rekombinan itu mengalami replikasi dan mengekspresikan sifat baru pada DNA asing tersebut, sehingga
sifat yang diinginkan dapat diperoleh dari plasmid rekombinan tersebut.

C. Proses penggunaan plasmid di dalam rekayasa genetika


Penggunaan plasmid untuk rekayasa genetika harus disesuaikan kebutuhannya sebab ada berbagai
macam plasmid yang digunakan. Proses penggunaan plasmid dalam rekayasa genetika melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
1. penentuan terlebih dahulu jenis plasmid yang hendak digunakan sebab ada beberapa jenis plasmid seperti
pBR 322 dan pUC19 yang bisa digunakan untuk prokariot dan plasmid Ti yang bisa digunakan untuk
organisme eukariot
2. bila plasmid telah ditentukan maka selanjutnya adalah menentukan tempat pengenalan enzim restriksi
(pemotongan) yang hendak digunakan sebagai tempat penyisipan DNA asing dan marker untuk menandai
masuk tidaknya plasmid pada sel inang
3. apabila telah diketahui tempat pengenalan restriksi dan markernya maka langkah selanjutnya adalah
menyiapkan enzim restriksi sebagai pemotong plasmid. Enzim yang digunakan untuk memotong plasmid
harus sama dengan pemotong DNA asing sehingga nanti keduanya bisa bersatu misal : EcoR1
4. langkah selanjutnya adalah plasmid dipotong dengan enzim restriksi yang sesuai pada daerah
potongannya
5. plasmid siap disambungkan dengan DNA asing yang memiliki sifat tertentu, yang telah dipotong juga
dengan enzim restriksi yang sama dengan pemotong plasmid

D. Enzim restriksi sebagai pemotong plasmid


Untuk memotong plasmid digunakan enzim restriksi. Enzim restriksi adalah enzim yang
digunakan untuk memotong DNA secara spesifik. Enzim restriksi disebut sebagai gunting biologi. Enzim
ini diisolasi dari bakteri. Restriksi yang digunakan untuk memotong plasmid harus sama dengan
pemotong DNA asing agar urutan basanya bisa sesuai sehingga antara plasmid dan DNA asing yang
disisipkan bisa bersatu. Prinsip kerja enzim restriksi adalah:
1. Enzim restriksi yang digunakan adalah enzim endonuklease restriksi. Enzim pemotong ini mengenali
DNA pada situs kusus dan memotong pada situs tersebut
2. Situs pengenalan enzim restriksi adalah daerah yang simetri dengan poliandrom, artinya bila kedua utas
DNA tersebut masing-masing dibaca dengan arah yang sama akan memberikan urutan yang sama pula
nukleotidanya
3. Pemotongan enzim restriksi akan menghasilkan potongan yaitu ujung kohesif (sticky end) dan ujung
rata (blunt end).

Perbedaan antara hasil pemotongan yang berupa sticky end dan blunt end dapat dilihat pada tabel
1. berikut ini.

Berbagai contoh restriksi enzim yang mengenali pada situs pemotongan tertentu pada DNA
dapat dilihat pada tabel 2.
Proses pemotongan DNA digambarkan pada gambar 3. berikut ini

Gambar 3. Pemotongan enzim restriksi pada DNA

E. Enzim Ligase sebagai penyembung plasmid dengan DNA asing


Enzim ligase adalah enzim yang berfungsi untuk menyambung dua ujung potongan DNA.
Enzim ligase yang sering digunakan adalah DNA ligase dari E. Coli dan DNA ligase dari Fage T4.
Prinsip kerja enzim ligase sebagai berikut:
1. Enzim ligase menyambung dua ujung DNA yang semulanya terpotong
2. penyambungan dilakukan dengan cara menyambung 2 ujung DNA melalui ikatan kovalen antara ujung
3’OH dari utas satu dengan ujung 5’P dari utas yang lain
3. Penggunaan ligasi DNA ini mengkatalis ikatan fosfodiester antara kedua ujung DNA sehingga kedua
fragmen DNA yang berupa potongan bisa bersatu menjadi satu.

Gambar struktur enzim ligase dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini :
Gambar 4. Struktur enzim ligase

Proses penyambungan DNA ligasi pada daerah pemotongan digambarkan pada gambar 5.

Gambar 5. Penyambungan DNA ligase pada potongan DNA

F. Pemotongan dan penyambungan plasmid dan DNA asing sehingga dihasilkan Plasmid Rekombinan
Untuk menciptakan plasmid rekombinan yang mengandung sifat DNA asing tertentu yang
dilakukan adalah dengan menyambung DNA asing tersebut dengan plasmid yang ada. Plasmid
rekombinan terbentuk sebagai sambungan antara plasmid dengan DNA asing, sehingga plasmid tersebut
mengandung sifat tertentu yang telah disesuaikan dengan kebutuhan. Secara sederhana prosedur untuk
menciptakan plasmid rekombinan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. menyiapkan bakteri yang mengandung DNA asing dengan sifat tertentu
2. menyiapkan plasmid yang akan digunakan sebagai vektor
3. pemotongan DNA asing dengan sifat yang dibutuhkan dengan enzim restriksi semisal dari E. coli
4. pemotongan plasmid yang akan digunakan sebagai vektor dengan enzim restriksi yang sama yaitu E.
Coli
5. hasil potongan DNA dengan sifat tertentu disambungkan pada plasmid dngan menggunakan enzim
penyambung yaitu DNA ligase. DNA ligase akan mengikat ujung 3’OH dengan ujung 5’P dan
membentuk ikatan fosfodiester sehingga plasmid dan DNA asing dengan sifat tertentu bisa bersatu
6. terbentuklah plasmid rekombinan yang membawa DNA asing dengan sifat tertentu tersebut. Plasmid ini
siap ditransfer ke dalam sel inang untuk memperoleh organisme transgenik

Gambar proses terbentuknya Plasmid rekombinan sebagai hasil penyambungan plasmid dengan
DNA asing dengan sifat tertentu dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6. Penyambungan Plasmid dengan DNA asing

G. Plasmid Ti
Sel-sel tumbuhan tidak mengandung plasmid alami yang dapat digunakan sebagai vektor
kloning, akan tetapi ada suatu bakteri yaitu Agrobacterium tumefaciens yang dapat membawa plasmid
berukuran 200 kb dan disebut dengan plasmid Ti (Tumor inducing atau penyebab tumor). Bakteri
Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman dikotil seperti tomat dan tembakau serta tanaman
monokotil khususnya padi. Ketika infeksi berlangsung bagian tertentu plasmid Ti yang disebut dengan T-
DNA, akan terintegrasi ke dalam DNA kromosom tanaman menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tak
terkendali, akibatnya akan terbentuk tumor.

Plasmid Ti rekombinan dengan suatu gen target yang disisipkan pada daerah T-DNA dapat
mengintegrasikan gen tersebut ke dalam DNA tanaman. Gen target ini selanjutnya akan diekspresikan
dengan menggunakan sistem DNA tanaman. Dalam prakteknya ukuran plasmid yang begitu besar sangat
sulit untuk dimanipulasi. Namun ternyata apabila bagian T-DNA dipisahkan dari bagian-bagian lain
plasmid Ti, integrasi DNA tanaman masih dapat terjadi asalkan T-DNA dan bagian lainnya tersebut
masih berada dalam satu sel Agrobacterium tumefaciens. Dengan demikian, manipulasi atau penyisipan
fragmen DNA asing hanya dilakukan pada T-DNA dengan cara seperti halnya yang dilakukan pada
plasmid E. Coli. Selanjutnya plsmid T-DNA rekombinan yang dihasilkan ditransformasikan ke dalam sel
Agrobacterium tumefaciens yang membawa plamid Ti tanpa bagian T-DNA. Perbaikan prosedur
berikutnya adalah pembuangan gen-gen pembentuk tumor yang terdapat pada T-DNA.
Gambar. Plasmid Ti

Pemanfaatan plasmid Ti dalam rekombinan tumbuhan sudah banyak dimanfaatkan seperti


plasmid Ti Agrobacterium tumefaciens yang digunakan untuk pembuatan tanaman kapas Bt yang tahan
terhadap hama ulat. Ulat yang memakan tanaman akan mengalami kematian. Pemanfaatan plamid ini juga
untuk meningkatkan produksi tanaman. Misalkan saja tanaman yang mengandung protein tertentu setelah
direkayasa dengan menggunakan plasmid rekombinan ini. Sehingga pada saat makan tanaman ini sudah
mengandung protein tertentu.

Gambar. Rekayasa tanaman dengan menggunakan Plasmid Ti


Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan plasmid Ti dilakukan dengan cara
menyambung plasmid dengan DNA asing. Pemotongan DNA dilakukan dengan menggunakan enzim
restriksi kemudian masing-masing potongan dilekatkan dengan ligasi DNA terbentuklah plasmid
rekombinan. Sebagai hasilnya plasmid rekombinan dimasukan dalam nukleus tanaman melalui fusi
protoplasma dan plasmid rekombinan akan berfusi dengan inti tanaman. Protopalasma selanjutnya
dikulturkan dalam media kultur jaringan kemudian setelah terbentuk tanaman, setelah itu tanaman
ditumbuhkan pada habitatnya. Tanaman yang dihasilkan akan memiliki sifat tertentu sesuai dengan sifat
DNA asing yang digunakan. Sehingga apabila kita memakan tanaman tersebut berarti telah
mengkonsumsi protein tertentu. Sifat inilah yang mulai dikembangkan pada tanaman.

HIBRIDOMA

Pengertian Hibridoma Teknik DNA rekombinan, dikenal pula teknologi hibridoma. Hibridoma
adalah sel-sel yang dihasilkan dengan cara peleburan atau fusi dua tipe sel yang berbeda menjadi
kesatuan tunggal yang mengandung gen-gen dari kedua yang digabungkan. Salah satu teknik
pengabungan yang digunakan yaitu elektrafusi atau fusi secara elektris. Teknik sel-sel tertarik
satu sama lain dan melebur (fusi).
B. Teknik Hibridoma
Teknik hibridoma adalah teknik pembuatan sel yang dihasilkan dari fusi antara sel B limfosit
dengan sel kanker. Sifat dari sel hibridoma ini adalah immortal (sel abadi karena mampu
bertahan
hidup, membelah dan memperbanyak diri dalam jumlah tak terbatas dalam
media kultur) .
Proses pembuatan dari sel hibridoma :
1. proses imunisasi dengan menggunakan antigen tertentu yang disuntikan ke dalam tubuh
mencit (Mus musculus)*
2. sel B-limfosit mencit akan merespon antigen sehingga terbentuk antibodi
3. Pemisahan sel B-limfosit yang sudah mengandung antibodi dari organ limpa mencit
4. sel B-limfosit kemudian difusikan dengan sel kanker immortal menghasilkan sel hibridoma
5. fusi sel hibridoma ini dilakukan dengan membuat membran sel menjadi lebih permeabel
sehingga kedua sel bisa menyatu
6. sel hibridoma kemudian diklon pada kultur sel sehingga dihasilkan banyak sel yang memiliki
anti bodi tertentu sehingga dikenal dengan antibodi monoklonal yang bisa disimpan lama dalam
keadaan dibekukan
Dalam percobaan yang umum dilakukan, proses pembuatan sel hibridoma dilakukan dengan
menggunakan sel mieloma NS-1 dan sel limpa dari mencit.

Tahapan Pembentukan Antibodi Monoklonal

* hewan yang mudah dijumpai di rumah-rumah dan


dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya
menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya,
serta bersarang di sudut-sudut lemari.
Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di
dunia, setelah manusia.
• Contoh penggunaan teknologi hibridoma adalah produksi antibodi dalam skala besar.

• Manfaat teknologi hibridoma yang lain, misalnya dalam pemetaan genom manusia dan
menyilangkan spesies secara genetik dalam sel eukariotik.

Atau hibridoma dapat dimengerti dengan penjelasan berikut :

Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B atau sel T yang bertugas melawan
setiap benda asing (anti gen) yang masuk kedalam tubuh. Anti bodi tertentu akan melawan
antigen tertentu pula.Dalam proses fusi sel, sel B atau sel T dijadikan sebagai sel sumber gen
yang memiliki sifat yang diinginkan, yaitu mampu memproduksi anti bodi. Sedangkan, sel
wadah atau sel target digunakan sel mieloma atau sel kanker yang mampu membelah diri dengan
cepat dan tidak membahayakan manusia.Kemudian, sel B atau sel T difusikan dengan sel
mieloma. Untuk mempercepat fusi sel, digunakan fusi gen (zat yang mempercepat terjadinya
fusi). Contoh fusi gen adalah CSCl++, polietilenglikol (PEG), virus, dan NaNO3. Hasil fusi
antara sel limfosit B dengan sel mieloma menghasilkan hibridoma yang memiliki gen penghasil
antibodi seperti induknya (sel B) dan dapat membelah dengan cepat seperti sel mieloma.

Pengertian Kloning Hewan


Kloning pada hewan adalah proses duplikasi yang mengambil seluruh informasi genetik yang
berasal dari induk yang akan dikloning. Dalam kasus ini, hasil kloning tersebut nantinya akan
menghasilkan individu yang tentunya memiliki informasi genetik yang sama dengan induknya,
termasuk persamaan DNA, sifat, ciri dan lain sebagainya. Pada umumnya, kasus kloning ini
sebenarnya sudah dapat ditemukan di alam, hanya saja terjadi pada beberapa makhluk hidup
yang reproduksinya secara aseksual saja. Maka dari itulah, bioteknologi kloning pada hewan ini
kemudian mulai dipelajari, diteliti dan dipraktekkan. ( baca : Kelainan Genetik )

Sejarah

Pada puluhan tahun yang lalu, kloning pada hewan pertama kali diuji pada katak dengan cara
mentransplantasi nukleus sel yang terdapat di dalam telurnya. Sedangkan untuk pendonornya,
mereka menggunakan nukleus yang diambil dari sel somatik dengan stadium perkembangan
yang berbeda-beda tentunya. Hasil dari kloningnya adalah donor sel nukleus yang diambol dari
sel epitel usus kecebong tersebut ternyata masih dapat membentuk suatu embrio yang tentunya
kondisinya normal. Hal inilah yang menjadi titik awal kloning pada hewan terjadi dan
menjadikan beberapa peneliti untuk tetap melanjutkan penelitian tersebut dan memikirkan
tentang kemungkinannya diterapkan pada hewan lain atau bahkan manusia. ( baca : Fungsi
Sentriol )

Pada akhirnya pada tahun 1997, Dr. Ian Willmut berhasil melakukan kloning pada hewan
mamalia dewasa. Adapun metode yang ia gunakan adalah metode somaticell nuclean transfer
(SNT). Hewan yang dikloning tersebut merupakan hasil dari inti sel epitel kambing domba
dewasa yang sebelumnya dikultur terlebih dahulu dalam sebuah medium. Setelah melalui proses
kultur, maka sel tersebut segera di transfer ke ovum domba dan akhirnya berhasil menghasilkan
keturunan baru, hingga saat ini anak domba tersebut dikenal sebagai domba Dolly. ( baca :
Fungsi Kromatin )

Secara umum, kloning pada hewan melibatkan 2 pihak, yaitu pihak pendonor sel somatis yang
didapat dari sel tubuh dan pendonor ovum yang didapat dari sel gamet. Ketika proses kloning
terjadi, kehadiran dari sang induk bmerupakan sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dihindari.
Akan tetapi pada proses kloning hewan tidak terjadi fertilisasi & DNA rekombian gen yang
berasal dari sang jantan dan betina seperti yang terjadi pada proses kloning pada manusia. Untuk
lebih jelasnya simak proses kloning berikut yang terjadi pada anjing.

Artikel terkait : Fungsi DNA dan RNA

1. Persiapan

Tahap awal atau persiapan dalam proses kloning pada anjing adalah mempersiapkan sel yang
akan diambil atau dikloning, contohnya disini kita akan mengambil bagian kulit anjing yang
nantinya akan dijadikan sebagai sel donor. Pada mulanya kulit anjing tersebut diambil sedikit
kemudian sel kulit tersebut dibiakkan ke dalam sebuah cawan. Apabila sudah dimasukkan ke
cawan khusus, simpanlah pada suhu sekitar 150 derajat Celcius agar cepat berkembang. ( baca :
Jaringan Ikat pada Hewan )

Selagi sel kulit tersebut disimpan dan dibiarkan berkembang terlebih dahlu, kita akan
mempersiapkan pengambilan sel telurnya. Sel telur yang akan diambil tersebut harus sudah
memenuhi syarat dan ketentuan tertentu untuk dikloning. Adapun cara mudahnya adalah dengan
melihat keadaan dari sel vagina yang hendak diambil serta berapa kadar hormon progesteron
yang ada di dalam darah tersebut.

Artikel terkait : Bagian Bagian Sel

2. Kloning dan Penyatuan

Agar sel telur dapat dikloning, maka harus dihilangkan terlebih dahulu inti selnya. Setelah inti
selnya dihilangkan, tentunya akan terjadi kekosongan pada sel telur tersebut. Maka dari itu
kekosongan tersebut akan diisi oleh satu sel yang diambil dari sel donor yang telah dibiakkan
sebelumnya. ( baca : Bagian Bagian Membran Embrio )

Setelah itu, proses kloning pada hewan adalah tahap penyatuan. Tahap penyatuan merupakan
tahap penyatuan antara sel kulit yang telah diambil sebelumnya dengan sel telur yang intinya
suah dihilangkan dan diganti. Pada proses penyatuan ini membuntuhkan bantuan dari tenaga
listrik sebesar 3-3,5 KV/cm. Proses ini dilakukan di atas sebuah plat besi baja putih yang
disejajarkan dan tentunya tetap dalam media manitol.

Artikel terkait : Fungsi Sentrosom – Fungsi Mikrofilamen

3. Implantasi
Tahap terakhir adalah tahap implantasi atau tahap memasukkan sel telur yang telah dikloning
dan disatukan. Pada tahap ini harus dilakukan

dengan cara mengoperasi anjing betina, kemudian hasil penyatuan sebelumnya akan dimasukkan
ke dalam rahimnya. Pada proses ini setidaknya membutuhkan ketelitian dan penempatan yang
baik pada rahimnya agar persentase keberhasilannya lebih besar. ( baca : Perkembangbiakan
Hewan )

Setelah dimasukkan ke rahim, biarkan anjing tersebut menjalani aktivitasnya seperti biasa, akan
tetapi juga perlu diawasi apabila terdapat gejala-gejala yang tidak normal. Jika sudah menginjak
22 hari setelah proses implantasi, maka anjing betina tersebut harus dicek kehamilannya dengan
cara USG, apakah ada perkembangan atau belum. Akan tetapi untuk memastikan lebih lanjut,
tunggulah hingga 60 hari dan lakukan USG ulang.

Artikel terkait : Cara Berkembang Biak Hewan

Pro dan Kontra

Pada dasarnya, semenjak berhasilnya kloning pada hewan domba, bioteknologi kloning menjadi
bahan pembicaraan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan para peneliti. Banyak masyarakat
yang pro dengan bioteknologi kloning tersebut, tetapi juga ada yang kontra dengan hal tersebut.
Berikut ini adalah pro dan kontra yang masih sering dibicarakan oleh pihak-pihak tersebut.

Pro

Beberapa orang yang memilih pro beranggapan bahwa kloning dapat menghasilkan hewan yang
sesuai dengan keinginan atau kebutuhan mereka, khususnya para peternak. Dengan kloning,
mereka juga dapat menghilangkan sifat negatif yang ada dan menggantinya dengan nilai positif
yang diambil dari hewan lainnya. Berikut adalah beberapa poin dari mereka yang pro terhadap
kloning.

Pergantian Organ – Pergantian organ yang dimaksud disini adalah bahwa bagian tubuh hewan
yang dikloning tersebut nantinya akan memiliki fungsi tugas sebagai penyelamat. Maksudnya
disini adalah apabila salah satu organ tubuh hewan tersebut gagal berfungsi, maka ada
kemungkinannya dapat diganti dengan organ lain dengan cara mengkloningnya.

Penelitian Genetika – Bioteknologi kloning hingga saat ini memiliki potensi dalam penelitian
genetika. Artinya, mereka dapat meneliti hasil rekayasa genetika yang nantinya dapat digunakan
untuk mencegah terserang penyakit genetik.

Sifat Khusus – Poin ketiga adalah mereka bisa menciptakan hewan dengan sifat khusus seperti
yang mereka mau dengan cara mengkloning antara hewan satu dengan yang lainnya dengan
mengambil kelebihan masing-masing. Perubahan ini tentu menguntungkan beberapa pihak
manusia. ( baca : Pengertian Genetika )

Kontra
Meskipun hingga saat ini beberapa orang memilih pro terhadap kloning, akan tetapi tidak sedikit
pula orang-orang yang kontra dengan kloning tersebut. Mereka yang kontra berpendapat bahwa
kloning dapat mengakibatkan menghilangnya keragaman yang ada di alam. Beberapa poin
kontra kloning adalah sebagai berikut:

Malpraktrik – Proses rekayasa genetika yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dapat
menimbulkan malpraktik dan resiko terbesarnya adalah banyak hewan yang mati sia-sia karena
malpraktik tersebut.

Menentang Tuhan – Beberapa orang beranggapan bahwa kloning secara agama berarti
menentang apa yang Tuhan berikan dan merubah ciptaan Tuhan.

Keragaman Berkurang – Adanya kloning menyebabkan keragaman di alam menjadi berkurang,


selain itu makhluk hidup hasil kloning juga akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. ( baca : Keanekaragaman Hayati di Indonesia )

Biaya Mahal – Seperti yang dijelaskan sebelumnya tentang proses kloning pada hewan, bahwa
proses tersebut membutuhkan teknologi yang adidaya serta biaya yang tidak murah. Hal ini
tentunya tidak efektif dan bukan alternatif terbaik untuk menciptakan organisme baru dengan
genetik khusus

FARMASI DAN KEDOKTERAN

menggunakan teknologi DNA rekombinan yang memerlukan manipulasi genetik sel,


atau antibodi monoklonal untuk membuat produknya. Produk – produk farmasi biotek
yang dibuat oleh perusahaan – perusahaan biotek, digunakan untuk diagnosis atau
pengobatan, pencegahan berbagai jenis penyakit yang dialami oleh makhluk hidup.
Formulasi dalam farmasi konvensional merupakan molekul relatif sederhana yang
diproduksi, melalui teknik trial and error untuk mengobati berbagai gejala – gejala
penyakit atau penyakit.

Biopharmaceuticals merupakan molekul biologis yang kompleks dan umumnya dikenal


dengan protein, yang bertujuan untuk mengjilangkan mekanisme yang mendasari untuk
pengobatan penyakit. Namun, hal tersebut tidak sesuai atau tidak benar, ketika
digunakan untuk mengobati kasus diabetes mellitus tipe I, insulin hanya dapat
digunakan untuk mengobati gejala – gejala penyakitnya, dan bukan penyebab utama
dari penyakit tersebut. Bioteknologi farmasi, umumnya digunakan untuk membuat
molekul yang lebih besar dan kompleks dengan bantuan sel – sel hidup.
Keuntungan dari adanya bioteknologi farmasi yaitu mampu membentuk vaksin yang
lebih baik. Biotek perusahaan dapat mendesain dan memprodukdi vaksin yang lebih
aman oleh organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetika. Vaksin – vaksin
dari biotek dapat meminimalkan resiko infeksi.

Pharmacogenomics merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang


bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon tubuh pada manusia untuk obat.
Biofarmasi bertujuan untuk merancang dan memproduksi obat – obatan yang
disesuaikan dengan genetik masing – masing orang. Perusahaan bioteknologi farmasi
dapat mengembangkan obat – obatan khusus yang dibuat untuk mempengaruhi terapi
secara maksimal dan obat - obatan bioteknologi dapat diberikan pada pasien dalam
dosis yang sesuai, sehingga dapat diketahu genetika pasien dan proses tubuh dalam
memetabolisme obat.

Produk bioteknologi farmasi, yaitu antibodi, protein, dan DNA rekombinan produk.
1. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sel darah putih dan digunakan oleh sistem
kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi virus, bakteri, dan zat asing yang digunakan
untuk melawan mereka. Contoh: antibodi monoklonal.
2. DNA rekombinan produk merupakan rekayasa genetika DNA yang diciptakan oleh
penggabungan fragmen DNA dari organisme yang berbeda – beda. Produknya antara
lain DNA rekombinan obat, DNA rekombinan hormon pertumbuhan, protein DNA
rekombinan, dan vaksin DNA rekombinan.
3. Protein dibuat dari asam amino yang besar, molekul kompleks yang sebagian besar
bekerja pada sel dan diperlukan bagi struktur, fungsi, dan regulasi jaringan tubuh dan
organ.

Bioteknologi dalam kedokteran, antara lain:


1. Antibodi monoklonal
Merupakan antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal atau sel klona dengan
hanya mengenal satu jenis antigen. Antibodi monoklonal dihasilkan dari teknik
hibridoma, yaitu penggabungan dua sel dari organisme yang sama maupun berbeda,
sehingga menghasilkan sel tunggal berupa hibrid yang memiliki kombinasi dari sifat
kedua sel tersebut.

2. Terapi gen
Merupakan teknik untuk mengoreksi gen yang cacat yang bertanggung jawab terhadap
penyakit. Pengobatan terapi gen, dapat meliputi viro onkolitik, transfer gen, dan
imunoterapi.

3. Antibiotik
Merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan senyawa ini
mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Empat kelas
utama, yaitu tetrasiklin, eritromisin, penisilin, dan sefalosporin. Penisilin dapat
menghentikan infeksi dari bakteri – bakteri yang berbahaya. Sefalosporin merupakan
senyawa lain yang dapat membunuh bakteri yang tahan terhadap penisilin.

A. BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PETERNAKAN


1. Teknologi transplantasi nukleus
Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil
dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal
dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan
transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk. Tahapan teknologi kloning adalah:
1) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.
Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan teknik khusus
sehingga dapat dikeluarkan dari membrane sel
2) Isolasi sel telur
Sel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan banyak sel telur dalam
teknologi ini karena banyak sel telur yang tidak mampu bertahan dalam tahapan pengkloningan
lebih lanjut.
3) Pengambilan nukleus dari sel telur
4) Penggabungan nukleus dengan sel telur
Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba lain yang
telah dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus identik dengan
domba pendonor.
5) Pemasukan sel telur kedalam rahim
Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur yang
mampu bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan
berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba yang mirip dengan
domba pendonor nukleus
2. Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan
sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke
dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “
insemination gun”. Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1) Memperbaiki mutu genetika ternak


2) Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama
3) Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
4) Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.

3. Transfer Embrio
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak hanya
potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga
dapat dimanfaatkan secara optimal.
4. Teknologi Transgenik
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga dihasilkan
hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara
penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan.
Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu,
dan telur. Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik.
Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra yang
sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini
disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hamper punah di Australia.
Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
1) Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
2) Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-tahun
meskipun induknya sudah mati. Jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi
ditransplantasi.
5. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini mengontrol
laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika
hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu
akan meningkat 20%. Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak
menjadi 2 kali lipat ukuran normal.
B. PENERAPAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG
KEDOKTERAN
1. Pembuatan Hormon Insulin
Pembuatan hormon insulin dilakukan dengan rekayasa genetika. Melalui rakayasa genetika,
manusia berhasil menyisipi bakteri Escherichia coli dengan gen pembentuk insulin pada
manusia. Gen penghasil insulin manusia tersebut dapat mengarahkan sel E.coli untuk
menghasilkan insulin. Dengan demikian bakteri ini mampu membentuk insulin yang mirip
dengan insulin manusia. Insulin yang diperoleh dapat digunakan untuk mengobati penderita
diabetes. Insulin yang dibentuk bakteri ini terbukti lebih baik daripada insulin hewani dan tidak
menimbulkan dampak negatif pada tubuh manusia.
2. Antibodi Monoklonal
Antibodi merupakan protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh yang berfungsi
melawan dan melindungi tubuh dari infeksi bakteri. Melalui rekayasa genetika, manusia dapat
membentuk antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal yaitu antibodi yang diperoleh dari
penggabungan sel penghasil antibodi dengan sel yang terkena penyakit. Pada teknologi antibodi
monoklonal digunakan sel-sel tumor dan sel-sel limpa manusia. Sel-sel tumor dapat
memperbanyak diri tanpa henti, sedangkan sel limpa sebagai antigen yang menghasilkan
antibodi. Hasil penggabungan kedua sel tersebut dinamakan sel hibridoma. Sel hibridoma dapat
memproduksi antibodi secara kontinyu. Antibodi yang dihasilkan dapat digunakan untuk
mengobati penyakit kanker atau tumor. Antibodi ini akan menyerang sel-sel kanker tanpa
merusak sel-sel yang sehat.
3. Interferon
Interferon merupakan sel-sel tubuh yang mampu menghasilkan senyawa kimia. Senyawa kimia
tersebut dapat membunuh virus. Interferon berguna untuk melawan infeksi dan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Produksi interferon dilakukan melalui rekayasa genet
4. Pembuatan Vaksin
Pembuatan vaksin dilakukan melalui rekayasa genetika. Vaksin dibuat dengan mengisolasi gen
yang mengkode antigen dari mikrobia yang bersangkutan. Gen tersebut disisipkan pada plasmid
yang sama tetapi telah dilemahkan. Mikrobia yang telah disisipi gen tersebut akan membentuk
antigen murni. Jika antigen ini disuntikkan pada tubuh manusia, sistem kekebalan tubuh akan
membentuk antibodi yang berfungsi melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh.
5. Hormon
Pada 1949, penderita arthritis dapat sembuh setelah diobati dengan hormon steroid kortison.
Sejak saat itu, jenis steroid ini digunakan untuk mengobati penyakit arthritis, rheumatik,
leukemia, anemia hemafotik dan beberapa penyakit lain. Steroid merupakan senyawa kimia yang
sangat kompleks. Pembuatannya secara sintetis memerlukan proses dan biaya yang cukup tinggi.
Pada 1952, ditemukan sejenis kapang, yaitu hi opus arrhi us yang dapat mengubah steroid yang
berasal dari hewan atau tumbuhan menjadi kortison. Jenis-jenis dari Aspergillus, ternyata dapat
mengubah progesteron (steroid yang berasal dari hewan dan manusia) menjadi senyawa kortison.
Penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dapat diobati dengan hormon insulin. Insulin hasil
bioteknologi saat ini sudah dapat diproduksi. Gen manusia yang mengendalikan pembentukan
hormon insulin, disisipkan ke dalam bakteri E-coli.

PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTAMBANGAN


Di bidang pertambangan berkembang bioteknologi untuk memisahkan logam dari
bijihnya yaitu dengan pemanfaatan bakteri Thiobacillus ferroxidans. Bakteri ini merupakan
bakteri kemolitotrof yang mampu memisahkan logam dari bijihnya. Energy yang digunakan
Thiobacillus ferroxidans dalam memisahkan logam dari bijihnya berasal dari hasil oksidasi
senyawa anorganik khususnya senyawa besi dan belerang. Asam sulfat dari besi sulfat
melarutkan logam dari bijihnya.
Mikroorganisme bermanfaat dalam pertambangan karena alasan-alasan berikut. Tidak
merusak lingkungan dibandingkan pengolahan dengan bahan kimia. Lebih banyaknya mineral
yang dapat menggunakan mikroorganisme dalam pengolahannya. Mikroorganisme mampu
mengumpulkan mineral dari bijih yang hanya mengandung sedikit mineral. Bijih miskin mineral
ini tidak layak diproses secara konvensional.
Berikut ini adalah tahapan bakteri dalam memisahkan tembaga dari bijihnya, yaitu :
a. Bakteri bereaksi dengan melarutkan senyawa belerang dan besi dalam batuan. Selanjutnya,
bakteri mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
b. Unsure S dalam FeS2 bereakasi dengan ion hydrogen dan molekul oksigen membentuk H2SO4.
c. Ion Fe3+ pada bijih yang mengandung CuSO4 mengoksidasi ion Cu+ menjadi Cu2+ dan bereaksi
dengan SO42- dari H2SO4 sehingga membentuk CuSO4.
d. Reaksi selanjutnya adalah sebagai berikut :
e. CuSO4 + 2Fe + H2SO4 → 2FeSO4 + Cu + 2H+

C. SEJARAH DAN DEFINISI THIOBACILLUS FERROOXIDANS


Peranan bakteri dalam melepaskan logam dari cebakan batuan bumi baru diketahui belum
lama berselang. Laoran pertama menyatakan bahwa baru pada tahu 1920-an diketahui ada
bakteri tertentu yang berperan dalam pelepasan Zn dan FeS dari batuan, meskipun saat itu belum
teridenfikasi (Weiss, 1973; Miller & Risatti, 1988). Peranan seseunghunya bakteri didalam
melepaskan logam baru diketahui pada tahun 1947, yaitu ketika Arthur Colmer 7 M.E. hinkie
dariWest Virginia University di Morgantown dapat mengidentifikasi jenis bakteri tersebut.
Bakteri tersebut kini disebut Thiobacillus ferrooxidans, yang berperan utama melepaskan logam
dari sulfide cebakan.
Di antara kelompok Thiobacilli, Thiobacillus ferrooxidans telah muncul sebagai sebuah
bakteri ekonomi yang signifikan di bidang pencucian bijih sulfida sejak penemuannya pada 1950
oleh Colmer et al. Penemuan T. ferrooxidans menyebabkan pengembangan cabang baru dari
ilmu metalurgi disebut “biohydrometallurgy” yang berurusan dengan semua aspek dari mikroba
dimediasi ekstraksi logam dari mineral atau limbah padat dan drainase tambang asam dll
Biohidrometalurgi adalah ilmu dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan
perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup metalurgi meliputi: pengolahan mineral
(mineral dressing), ekstraksi logam dari konsentrat mineral (extractive metallurgy), proses
produksi logam (mechanical metallurgy), perekayasaan sifat fisik logam (physical metallurgy).
Salah satu cabangnya adalah Biohidrometalurgi, yakni pengolahan bijih logam menjadi logam
murni dengan cara penambahan mkhluk hidup seperti bakteri. Misalnya : Thiobacillus
ferrooxidan berperan memisahkan logam dari bijihnya atau kotoran sehingga didapat logam
berkualitas tinggi.

D. MEKANISME PEMANFAATAN T. FERROOXIDANS DALAM PEMISAHAN LOGAM

BESI
T. ferroxidans adalah bakteri pelepas logam yang paling banyak diteliti, berbentuk
batang kecil, menyukai temapat yang sangat asam dengan pH optimum berkisar anatara 1,5-2,5
(chang & Myersonn, 1982). Bakteri ini mampu mendapatkan energi dari oksida besi ferrp (Fe2+)
dan menjadi ferri Fe3+ dan dengan mengoksidasi bentuk tereduksi sulfur menjadi asam sulfat
(corbelt & Ingledew,1987). T. ferrooxidans adalah bakteri yang paling aktif di tambang limbah
akibat asam dan polusi logam. Situs drainase tambang asam ekstrim juga mengekspos tingkat
tinggi pirit, suatu unsur yang mudah teroksidasi oleh T. ferrooxidans. Ini kapasitas oksidasi pirit-
telah dimanfaatkan dalam industri desulfurisasi batubara. T. ferrooxidans digunakan dalam
pengolahan mineral industri dan proses bioleaching. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk
menyerang sulfida yang mengandung mineral sulfida larut dan mengkonversi logam seperti
tembaga dan seng ke dalam sulfat larut mereka logam. Logam dipulihkan melalui proses
bioleaching termasuk tembaga, uranium dan emas.
T. ferrooxidans berasal energi dari oksidasi besi ferro menjadi besi ferri, dan
mengurangi senyawa sulfur menjadi asam sulfat. Deposit belerang bisa menumpuk di dinding
sel bakteri. Produk sampingan lain dari metabolisme (asam sulfat) kadang-kadang berhubungan
dengan korosi oksidatif dari beton dan pipa. Dalam lingkungan tanah, T. ferrooxidans berguna
sebagai sumber slow release fosfat dan sulfat untuk pemupukan tanah.
Reaksi pelepasan logam biasanya meliputi pengubahan cebakan logam yang tidak
larut, biasanya berupa sulfida, menjadi senyawa yang larut dan logam yang diinginkan lebih
mudah dimurnikan atau diekstrak. Bakteri pelepas logam dapat melakukan perubahan ini secara
langsung dengan mngoksidasi sulfida logam sehingga terbentuk besi ferri, asam sulfat dan sulfat
logam dan hasil logam tergantung jenis cebakanya
Beberapa reaksi pelepasan logam sebagai hasil serangan bakteri T. ferrooxidans
langsung adalah ;
4FeS2(pirit ) + 15O2 + H2O à 2 Fe2(SO4)3 + 2H2SO4….. 1
4CuFeS2 (khalkopirit) + 17 O2 + H2SO4 à4CuSO4 + 2Fe(SO4)3 + 2H2O…2
2FeAsS (arsenopirit) + 2O2 + H2O à 2FeSO4 + 2 H2SO4 …3
CuS (kovelit) + 2O2 à CuSO4 ……4
Pelepasan logam dari mineral oleh bakteri dapat juga secara tidak langsung. Seperti
diperlihatkan pada reaksi berikut ;
4FeS2 (pirit) + 2Fe(SO4)3 à 6Fe(SO4) + 4S…….. 5
CuS (kovelit) + Fe2 (SO4)3 à CuSO4 + 2F(SO4) + S………..6
Besi ferri dan asam sulfat terbentuk melalui oksidasi langsung sulfide logam mampu
mengokidasi sendiri cebakan tertentu untuk membentuk oksidasi dan sulfat yang larut dalam
larutan asam
Dengan menggunakan beberapa bakteri aerobik ototrofik yaitu Thiobacillus
ferrooxidans. Spesies bakteri ini bila ditumbuhkan dalam keadaan lingkungan yang mengandung
biji tembaga atau besi akan menghasilkan asam dan mengksidasikan biji tersebut disertai
pengendapan atau pemisahan logam besinya. Proses ini yang dinamakan pelindian atau
bleaching. Dengan teknik ini dapat memperbaiki cara pemisahan logam dari biji dan tidak
mengakibatkan polusi udara

bioteknologi dalam bidang pertanian

Dalam bidang pertanian bioteknologi dapat di aplikasikan. Sekarang ini para ilmuan berhasil
meningkatkan tampilan buah dan sayur, memperpanjang waktu makanan untuk di simpan,
meningkatkan kandungan nutrisi tanaman dan membuat tanaman tahan terhadap penyakit dan
hama.
Pada masa yang akan datang, para ahli pertanian mengharapkan bioteknologi mampu
menghasilkan tanaman yang tahan lama terhadap segala kondisi iklim, seperti iklim kering, iklim
panas, atau dingin. Oleh karena itu, bioteknologi menjadikan petani mampu memanfaatkan tanah
yang sebelumnya jarang diusahakan. Dengan mmanfaatkan bioteknologi ini dapat menghasilkan
tanaman yang identik dalam waktu singkat. Selain itu modifikasi tanaman hias membuka jalan
untuk menghasilkan warna-warna yang tidak biasa sehingga mampu meningkatkan nilai varietas
dan nilai ekonominya.

perkembangan bioteknologi dalam bidang pertanian.

Dalam bidang pertanian bioteknologi menggunakan sistem transgenik yang mulai di


kembangkan, namun menuai penolakan dari berbagai pihak yang menyebabkan teknologi ini
tidak pesat perkembanganya. Tanaman pertanian yang telah berhasil meningkatkan produksi dan
kualitas melalui transgenik antara lain kapas dan jagung. Penggunaan marka molekuler (penanda
molekuler) untuk menyeleksi sifat yang di inginkan dari keturunan hasil persilangan dengan
sifat-sifat yang tanaman berdasarkan DNA yang dimiliki tanaman akan mempercepat prossnya.

Salah satu kelebihannya adalah mempersingkat pengujian tanaman . jika dengan cara
konvensiaonal di perlukan waktu sedikitnya 5tahun, sedangkan dengan cara ini hanya di
perlukan waktu paling lama 3 tahun.dengan marka molekuler, pada generasi ketiga tanaman hasil
persilangan sudah stabil. Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk mengetahui
jarak genetik (hubungan kekerabatan) jagung. Dengan begitu, para pemulia menjadi lebih mudah
dalam melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah perlindungan
terhadap sumber genetik pertanian Indonesia dari ancaman kepunahan. Rekayasa genetika dalam
bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing ke dalam tanaman. Hasil rekayasa
genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman transgenik. Sudah diperoleh beberapa
tanaman transgenik yang toleran terhadap salinitas, kekeringan dan hama penyakit

Tanaman Transgenik Toleran salin


Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat dikembangkan tanaman transgenik toleran salin.
Rekayasa genetika mentransfer gen dari padi liar yang toleran terhadap salin ke padi yang biasa
digunakan sebagai bahan pangan melalui fusi protoplasma. Dapat juga ditransfer dari sejenis
jamur yang tahan salin kepada tanaman yang akan dijadikan tanaman transgenik. Beberapa
tomat, melon, dan barley transgenik yang toleran dengan salin

Tanaman Transgenik Resisten Hama


Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri
membentuk spora. Dalam bentuk spora berat toksin 20% dari berat badan spora. Apabila larva
insek memakan spora maka di dalam alat pencernaan larva insek, spora bakteri dipecah dan
keluarlah toksin. Toksin masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva, mengakibatkan alat
pencernaan mengalami paralisis, pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan
membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diektrak dan dimurnikan maka akan diperoleh
insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Insektisida biologis serupa saja
aplikasinya maupun untung ruginya dengan insektisida kimia lainnya. Oleh karena itu, pada
tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin.
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenic pertama yang
menggunakan gen Bt toksin, disusul famili tembakau, yaitu tomat dan kentang. Dengan sinar
ultraviolet gen penghasil insektisida pada tanaman dapat diinaktifkan. Jagung juga telah
direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri
Salmonella parathypi, yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampicillin.

Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herhisida dan resistensi insektisida sehingga
tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Bt toksin gen juga
direkayasa ke tanaman kapas bahkan multiple-gene dapat direkayasa genetika pada tanaman
transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena
sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet

Tanaman Transgenik Resisten Penyakit


Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari daun barli (DB4) yang
memakai promoter 35S cauliflower mosaic virus (CaMV), dengan mengikutsertakan Bintje tipe
liar yang sangat peka terhadap serangan Phytophthora infestans sebagai kontrol, menunjukkan
bahwa klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang
disebabkan oleh P. infestans mengalami penurunan lebih dari 55% jika dibandingkan dengan tipe
liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan P. infestans sehingga
kerugian secara ekonomi dapat direduksi.
Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman
transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi protein selubung
{coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan
tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan.

Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa genetika pada tanaman padi-padian untuk
mendapatkan varietas yang resisten terhadap virus padi. Di samping itu, usaha untuk
meningkatkan kualitas beras seperti yang diinginkan oleh manusia juga sedang diusahakan.
Jepang memberikan investasi yang cukup besaruntuk penelitian dan pengembangan di bidang
biologi molekul padi.

Kultur jaringan
Juga tak kalah pentingnya teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan besar dalam
bidang pertanian. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan perbanyakannya menggunakan
permainan komposisi media. Yang digunakan bisa segala sumber organ tumbuhan mulai dari
biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang
dimanipulasi adalah sel penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui
hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan
bioteknologi modern.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk
memperbanyak tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya.
Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di
perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan
setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titi
tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias diperbanyak. Bayankan
kalau ini sudah menyeluruh skala nasioanl perbanyak tanaman secara cepar mungkin saja
dilakukan.

Dampak Negatif Bioteknologi


Bioteknologi, seprti juga lain, mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya dampak
yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya aliran gen
ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan
produk gen asaing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis maupun bacillus sphaeericus, dapat
menimbulkan reaksi alergi pada tubuh mausia, perlu di cermati pula bahwa insersi ( penyisipan )
gen asibg ke genom inag dapat menimbulkan interaksi anatar gen asing dan inang produk bahan
pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional
dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju,
Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat
mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya, sangat
terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak
paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara
maju

Dampak Positif Bioteknologi


Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa
genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun
penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga
manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan
nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis. Oleh karena
itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetik menjadi tidak terbatas dan
membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan sistematik yang berhubungan dengan
kepentingan dan kebutuhan manusi ; Kegiatan tersebut disebut sebagai bioprespecting.
Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif yang dapat ditimbulkan
bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi keanekaragaman Hayati, (
Convetion on Biological Diversity )yang mengikat secara hukum bagi negara-negara yang ikut
mendatanginnya . Sebagai tindak lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia telah
meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui, Negara Amerika Serikat
tidak ikut menadatangani konvensi tersebut. Di sepakati Pula Cartegena Protocol on Biosafety (
Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati ). Protokol tersebut menyinggung tentang
prosedur transpor produk bioteknologi antara negara untuk mencegah bahaya yang timbul akibat
dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan kesehatan manusia.
Pengertian klon bioteknologi modern adalah pengadaan sel jasad renik, sel (jaringan),
molekul bibit tanaman melalui setek yang banyak dilakukan pada tanaman perenial, antara lain
kopi, teh, karet, dan mangga. Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan, kultur organ, dan
embiogenesis somatik dapat pula diterapkan pada jaringan hewan dan manusia. Tidak seperti
pada tumbuhan, kultur pada hewan dan manusia tidak dapat dikembangkan menjadi individu
baru.

 Secara ringkas, berikut ini beberapa implikasi bioteknologi bagi perkembangan sains dan
teknologi serta perubahan lingkungan masyarakat.

a. Bioteknologi dikembangkan melalui pendekatan multidisipliner dalam wacana molekuler.


Ilmu-ilmu dasar merupakan tonggak utama pengembangan bioteknologi maupun industri
bioteknologi
b. Bioteknologi dengan pemanfaatan teknologi rekayasa genetik memberikan dimensi baru
untuk menghasilkan produk yang tidak terbatas.
c. Bioteknologi pengelolahan limbah menghasilkan produk biogas, kompos, dan lumpur
aktif.
d. Bioteknologi di bidang kedokteran dapat menghasilkan obat-obatan, antar lain vaksin ,
antibiotik, antibodi monoklat, dan intrferon
e. Bioteknologi dapat meningkatkan variasi dan hasil pertanian melalui kultur jaringan,
fiksasi nitrogen pengendalian hama tanaman, dan pemberian hormon tumbuhan.
f. Bioteknologi dapat menghasilkan bahan bakar dengan pengelolahan biommasa menjadi
etanol (cair) dan metana (gas)
g. Bioteknologi di bidang industri dapat menghasilkan makanan dan minuman, antara lain
pembuatan roti, nata decoco, brem, mentega, yoghurt, tempe, kecap, bir dan anggur

Anda mungkin juga menyukai