Anda di halaman 1dari 7

Volume 16, Nomor 1, Hal.

01-08 ISSN:0852-8349
Januari – Juni 2014

SINTENSIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS LOGAM


KADMIUM (II) DENGAN LIGAN KUFPERON

Intan Lestari, Afrida, Aulia Sanova


Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Jambi
Kampus Pinang Masak, Mendalo – Darat Jambi 36361

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian sintesis senyawa kompleks antara logam kadmium


dengan ligan kupferon. Senyawa kompleks yang terbentuk antara logam kadmium
dan ligan kupferon disintesis dengan menentukan kondisi awal pH optimal senyawa
kompleks, selanjutnya ditentukan rumus stoikiometri senyawa kompleks dan
dianalisis karakterisasi ikatan yang terbentuk dengan instrumen Infra Merah (IR)
serta dihitung nilai rendemen dari senyawa kompleks terbentuk. Variabel yang
ditentukan dalam penelitian adalah menentukan pH serapan optimum pembentukan
senyawa kompleks dengan menggunakan spektrofotometer UV, penentuan rumus
stoikiometri kompleks dilakukan dengan metode variasi kontinu (metode job),
menentukan ikatan yang terbentuk dikarakterisasi dengan menggunakan alat
Spektrofotometer Inframerah (IR). Sedangkan untuk melihat efisiensi metoda yang
digunakan dihitung melalui nilai rendemen dari sintesis yang dilakukan. Hasil
penelitian menunjukkan pH optimum pembentukan senyawa kompleks logam
kadmium (II) dengan kupferon adalah pada pH 3, rumus stoikiometrinya terbentuk
dengan rasio logam : ligan yaitu 1 : 4, spektum inframerah menunjukkan adanya
gugus OH pada serapan maksimum 3448,72 cm-1, vibrasi C-C rentangan
ditunjukkan adanya serapan pada 2083,12 cm-1, vibrasi rentangan C-N ditunjukkan
serapan pada 1635,64 cm-1, vibrasi Cd-O terjadi pada serapan maksimum tajam
370,33 cm-1 dan serapan lemah pada 1213 cm-1. Gugus fungsional terjadi pada (C-
O) yaitu 1458 cm-1 dan gugus (C-N) yaitu 1635,64 cm-1. Hal ini menunjukkan
ikatan yang terjadi antara Cd dengan O maupun ikatan antara Cd dengan N pada
ligan kupferon, sedangkan nilai rendemen sintesis kompleks adalah 78,43%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa logam kadmium (II) dapat
dikomplekskan oleh ligan kupferon dan membentuk senyawa kompleks
[Cd(C6H10N3O2)4].

Kata Kunci : Sintesis, senyawa kompleks, ion logam Kadmium (Cd2+), ligan
kupferon.

PENDAHULUAN kematian bagi biota perairan dan


Berbagai macam logam berat yang selanjutnya akan membahayakan
terdapat di dalam badan perairan, manusia yang mengkonsumsi ikan
diantaranya seng (Zn), timbal (Pb), tersebut.
kadmium (Cd), dan air raksa (Hg), Berdasarkan penelitian yang telah
dimana badan perairan yang telah dilakukan oleh Ngatijo (1995) telah
dimasuki oleh senyawa atau ion-ion melakukan sintesis senyawa kompleks
Zn, Pb, Cd, dan Hg melebihi nilai logam kadmium (II) dengan ligan 8-
ambang batas dapat mengakibatkan hidroksikuinolin dengan variasi pH

01
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

larutan dan jumlah fraksimol ligan. pembentukan kompleks dengan logam


Selain itu berdasarkan penelitian transisi.
Edwin dkk (1997) telah melakukan Salah satu metode penentuan
sintesis dan karakterisasi senyawa komposisi kompleks adalah dengan
kompleks kadmium dengan ligan variasi kontinu atau sering disebut
dietilditiokarbamat dan diperoleh metode Job. Ikatan antara inti dan
senyawa kompleks [bis - ligan bersifat kovalen. Faktor pH
(dietilditiokarbamato) kadmium(II)] dapat mempengaruhi pembentukan
dimana ligannya berasal dari garam khelat logam yang kuat (Sakidjah
natrium dietilditiokarbamat. dalam Muhendri, 1996). Berbagai
Senyawa kompleks dapat logam membentuk kompleks pada pH
digunakan dalam analisis kualitatif tertentu (Khopkar, 1990).
sebagai pengembangan prosedur Teknik ekstraksi pelarut merupakan
analisis logam berat. Logam-logam salah satu metode yang terus dipelajari
tersebut contohnya logam kadmium dan dikembangkan untuk
dapat diubah menjadi suatu senyawa meningkatkan efisiensinya dalam
kompleks dan diikuti ekstraksi dalam pemisahan dan pemekatan logam pada
pelarut organik yang sesuai, sehingga skala industri. Pemilihan metode
konsentrasi logam dapat dianalisis ekstraksi mempunyai keunggulan
secara spektrofotometri. Sebagai dalam penggunaannya karena tidak
contoh, campuran ion logam membutuhkan peralatan mahal dan
bervalensi dua, tiga, dan empat rumit. Selain itu, pelarutnya dapat
dipisahkan melalui pembentukan digunakan kembali untuk proses
senyawa kompleks dengan kupferon, pemisahan selanjutnya.
kompleks kupferon dari logam
bervalensi dua dapat diekstraksi METODE PENELITIAN
dengan pelarut organik contohnya
etanol dan eter, dan valensi tiga dan Penelitian dilakukan dengan cara
empat dapat diekstraksi dari pelarut mensintesis senyawa kompleks antara
air. Senyawa kompleks merupakan logam cadmium dengan ligan kup
senyawa yang tersusun dari atom pusat feron. Karakterisasi senyawa kom
dan ligan. Atom pusat bisa berupa pleks logam kadmium (II) dengan
logam transisi, alkali atau alkali tanah. kupferon dilakukan dengan spek
Ion atau molekul netral yang memiliki trofotometer inframerah sedangkan
atom - atom donor yang dikoordi analisis absorbansi dilakukan dengan
nasikan dengan atom pusat disebut instrument spektrofotometer ultra
dengan ligan. Senyawa kompleks violet model spektronik 20-D.
terbentuk akibat terjadinya ikatan Parameter yang diuji adalah variasi
kovalen koordinasi antara ion logam pH larutan Cd2+ dan variasi
atom pusat dengan suatu ligan. perbandingan fraksi mol ligan
Menurut Ngatijo (1995) sintesis kupferon, dianalisa dengan spektronik
senyawa kompleks melibatkan reaksi 20-D.
antara larutan yang mengandung Penentuan pH optimum sintesis
molekul atau ion negatif sebagai ligan. senyawa kompleks Cd (II) dengan
Beberapa molekul organik seperti kupferon
kupferon, 8-hidroksikuinolin (oksin), Larutan masing –masing 10 mL
benzoilaseton dan lain-lain, dapat mengandung ion kadmium (II) 10 ppm
berfungsi sebagai ligan dalam diatur kondisi dengan pH bervariasi 3,

08
Intan Lestari., dkk: Sintensi Dan Karakterisasi Sen yawa Kompleks Logam Kadmium (II)
Dengan Logam Kufperon

4, 5 dan 6 selanjutnay direaksikan dengan hasil ekstraksi pertama. Fasa


dengan 5 mL ligan kupferon dalam organik disaring dan fasa air dibuang,
pelarut kloroform. Kemudian masing- dilakukan rekristalisasi yaitu penamba
masing larutan diekstraksi selama 10 han pelarut kloroform dibiarkan
menit dengan corong pisah. pelarut menguap.rekristalisasi diulang
Selanjutnya dipisahkan antara fasa sampai tiga kali. Setelah kristal hasil
organik dan fasa air. Fasa organik sintesiskeringdan kemudian ditimbang
diamati absorbansi kompleksnya amati warna dan dihitung rende
dengan spektrofotometer uv-vis pada mennya.
panjang gelombang 420 nm. Dari data
kurva hubungan antara pH terhadap Karakterisasi kompleks hasil
absorbansi dapat ditentukan pH sintesis
optimum pembentukan kompleks Karakterisasi kompleks Cd-
logam kadmium dengan kupferon. kupferon dianalisis dengan instrument
analisis spektrofotometer inframerah
Penentuan rumus stoikiometri dan didapatkan hasil data analisis pita
kompleks serapan pada panjang gelombang
Dalam penelitian ini dibuat timbulnya puncak tertinggi. Ini
sejumlah larutan dengan berbagai bertujuan untuk menguji keberhasilan
perbandingan mol ligan dengan mol secara kualitatif.
logam yang bervariasi. Variasi
perbandingan tersebut adalah (0,8 : 0,2 HASIL DAN PEMBAHASAN
; 0,6 : 0,4 ; 0,4 : 0,6 ; 0,2 : 0,8).
Selanjutnya masing-masing larutan Penentuan panjang gelombang
diekstraksi pada pH optimumnya. serapan maksimum
Kompleks ini diekstraksi dengan Kompleks [Cd(C6H10N3O2)4] dipe
pelarut kloroform. Fasa organik roleh pada panjang gelombang serapan
masing-masing larutan kompleks, maksimum 380 nm dengan nilai
diamati absorbansinya dengan absorbansi 0,335. Harga-harga serupa
spektrofotometer uv-vis pada panjang dengan panjang gelombang
gelombang maksimum. maksimum kompleks yang dilaporkan
Sintesis kompleks logam kadmium oleh Ngatijo, (1995).
(II) dengan kupferon
Sintesis kristal kompleks ini
didasarkan pada hasil rasio dalam
penentuan rumus stoikiometri
kompleks, yang diperoleh dari
percobaan tahap kedua. Larutan
Kadmium (II) pH 3, 4, 5 dan 6
sebanyak 5 ml kemudian masing-
masing direaksikan dengan 5ml
kupferon dalam kloroform. Campuran
ini dikocok dalam corong pemisah
selama 10 menit. Fasa organiknya Gambar 1. Kurva panjang
dipisahkan, kedalam fasa air gelombang serapan maksimum
ditambahkan 5 ml kloroform dikocok Kompleks Cd- Kupferon.
lagi selama 10 menit. Fasa organik
dipisahkan kemudian dikumpulkan

03
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Pengaruh pH pada efektifitas jika pH dinaikkan maka absorbansinya


pembentukan kompleks menurun hal ini disebabkan oleh
Larutan pH mepengaruhi pada peningkatan konsentrasi ion -OH, akan
pembentukan senyawa kompleks. Dari besar kemungkinan terjadi pertukaran
Gambar 2 menunjukkan bahwa antara ligan OH- dengan kupferon.
pembentukan kompleks tersebut Reaksi pembentukan kompleks [Cd
optimum pada pH sekitar 3 diperoleh (C6H10N3O2)4] bergeser kearah kiri hal
nilai absorbansi 0,335. Hal ini ini disebabkan peningkatan pH Akan
menunjukan kondisi yang optimum berjalan menimbulkan peningkatan
pembentukan kompleks OH-. Proses kesetimbangan ionisasi
[Cd(C6H10N3O2)4] pada pH 3. Maka dan pembentukan kompleks dalam
untuk percobaan selanjutnya yang sistem pelarut organik M2+ ion dengan
berkaitan dengan sintesis kristal pereaksi organik HQ (asam dari ligan)
kompleks [Cd(C6H10N3O2)4] kedalam suatu pelarut, menurut reaksi
dilakukan pada kondisi rentang pH 3, :
4, 5 dan 6. 2HQ(org) 2 HQ (air)
2HQ(air) 2 H+ + 2 Q-
M2+(air) + 2 Q- (air) MQ2 (air)
MQ2(air) MQ2(org)
Reaksi di atas, menunjukkan bahwa
pH mempengaruhi banyaknya
pembentukan kompleks [Cd(C6H10
N3O2)4]. Pembentukan MQ2 yang
terjadi dipengaruhi oleh penguraian
HQ sebelum berinteraksi dengan M2+.
Hasil penguraian HQ di dalam larutan
Gambar 2. Kurva absorbansi pH Vs menghasilkan H+ dan Q- sehingga
absorbansi pada efektivitas makin banyak HQ yang terurai, akan
pembentukan [Cd(C6H10N3O2)4]. semakin banyak H+ yang terjadi.
Pembentukan H+ yang makin banyak,
Gambar 2. Terlihat pada variasi pH menimbulkan pH larutan meningkat
logam kadmium (II) yang digunakan dan Q- juga meningkat. Apabila
semakin tinggi pH maka semakin konsentrasi H+ dalam larutan makin
menurun efektivitas pembentukan besar, maka pembentukan kompleks
senyawa kompleks [Cd(C6H10N3O2)4] kemungkinan menjadi lebih besar,
akan menurun. Akibatnya pada pH > 4 karena ion ligan yang terdapat di
senyawa kompleks yang terbentuk dalam larutan juga makin banyak,
makin sedikit ditandai dengan akibat dari penguraian bentuk asam
absorbansi yang makin menurun. dari ligan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya Apabila proses pembentukan
yang dilakukan oleh Ngatijo (1995) kompleks berlangsung dalam dua
sintesis kompleks Cd dengan 8- pelarut yang berbeda, maka proses
hidroksikuinolin didapatkan hasil deprotonasi ligan, sebagai langkah
bahwa kondisi optimum pH Cd awal pembentukan kompleks dalam
tercapai pada pH 6. Hal ini berbeda pelarutyang polaritasnya lebih tinggi
kondisi pada sintesis kompleks ion akan berlangsung lebih besar.
kadmium (II) dengan ligan kupferon Demikian juga spesies kompleks
menghasilkan pH optimum pada pH 3 dihasilkan lebih banyak.

08
Intan Lestari., dkk: Sintensi Dan Karakterisasi Sen yawa Kompleks Logam Kadmium (II)
Dengan Logam Kufperon

Rumus Stoikiometri Untuk membentuk kompeks, 2


Berdasarkan hasil penelitian yang elektron pada orbital 5s2 mengalami
terlihat pada Gambar 4.3 dapat promosi menyediakan 4 orbital
dinyatakan secara eksperimental, hibridisasi yaitu 5s dan 5p, yang
struktur stoikiometri kompleks yang ditempati oleh 4 pasang elektron.
terbentuk. Gambar 4.3 menunjukkan Sehingga ligan kupferon 2 pasang
bahwa perpotongan garis singgung elektron dan 2 molekul kupferon
kurva terjadi pada fraksi mol ligan sehingga ada 4 pasang elektron dari
kira-kira sebesar 0,8. Menurut kupferon yang menempati orbital
persamaan n = xmaks / 1- x, maka hibridisasi.
diperoleh nilai n = 4. Menurut Svehla,
G (1990) bilangan koordinasi 4
biasanya menunjukkan suatu susunan
yang datar (hampir datar), dimana
strukturnya bujur sangkar atau
tetrahedral.

Gambar 4. Struktur molekul


kompleks [Cd (C6H10N3O2)4
Jika orbital hibridisasi sp3, maka
strukturnya tetrahedral. Rumus
stoikiometri n=4. Model struktur
senyawa kompleks [Cd (C6H10N3O2)4]
diperkirakan adalah berbentuk
tetrahedral.

Sintesis Kristal
Berdasarkan rumus stoikiometri
yang diperoleh dengan metoda
kontinu, dapat dihitung kebutuhan
logam dan ligan untuk sintesis
Gambar 3. Kurva fraksimol ligan kompleks. Rendemen yang diperoleh
lawan absorbansi pada penentuan pada sintesis Kristal kompleks
rumus disajikan pada tabel 1 dan diperoleh
stoikiometri kompleks [Cd(C6H10 dari persamaan berikut:
N3O2)4]. Rendemen = Hasil yang diperoleh
Data perbandingan yang dilakukan x 100% Hasil berdasarkan
oleh Ngatijo (1995) tercantum bahwa perhitungan. Dari persamaan diatas
sintesis senyawa kompleks logam Cd diperoleh hasil sintesis logam
(II) dengan 8-hidroksiquinolin kadmium (II) dengan kupferon sebesar
diperoleh kurva fraksimol ligan lawan 0,8 gram maka diperoleh rendemen
absorbansi diperoleh nilai n = 4 dengan satuan persen (%).
dengan model struktur kompleks Tabel 1. Rendemen hasil sintesis
tetrahedral atau bujur sangkar. kompleks ion Cd (II) dengan kupferon

03
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Ion Perco Teorit Ren War 4. Karakterisasi kompleks Ion


log ba an ik de- na kadmium (II) dengan kupferon
am (gram (gram men Krist dilakukan dengan spektrofoto
(%) al meter inframerah muncul daerah
Cd 0,32 0, 78,43 Kun serapan-serapan yang menafsirkan
2+
408 % ing bahwa telah terbentuk senyawa
kompleks [Cd(C6H10N3O2)4] .
Hasil Karakterisasi Menggunakan
Spektrofotometer Inframerah DAFTAR PUSTAKA
Hasil yang diperoleh setelah Kristal
kompleks logam kadmium (II) dengan Akitsu, T dan Einaga, Y. 2006.
kupferon dianalisis menggunakan Structures, Magnetic Properties
spektrofotometri inframerah and XPS af One
didapatkan hasil sebagai gambar Dimentional Cyanide-Bridge
berikut: CuII - NiII/ Pt II Bimetallic
Asembly Complexes.
Tabel 2 : Hasil spektrum IR Inorganica Chimica Acta,
kompleks Cd-Kupferon (Online), Vol. 360: 497-505,
(http://www.elsevier.com,
v
Sen C- v v v v v diakses 3 Februari 2013)
ya C C C Cd- Cd C Anonim, 2012. Seng, http//Wikipedia
(cm- padi.com. diakses pada tanggal
wa N O O -N d-
1) 30 Oktober
kom O
ple- 2012.
ks Bauer, C. E., dkk.2002. Steric effects
[Cd( 208 16 14 121 10 3 caused by N-alkylation of the
C6H1 3,1 35, 58 3 18, 7 tripodal chelator
0N3 2 64 41 0, N,N’,N’’-tris (2pyridylmethyl)
O2)4] 3 cis,cis1,3,5 triaminocyclohe
3 xan (tachpyr): structural and
electronic properties of the
KESIMPULAN DAN SARAN Mn(II), Co(II), Ni(II), Cu(II)
and Zn(II) complexes. Dalton,
1. Pembentukan kompleks ion (Online), 2003: 318-324,
kadmium (II) dengan kupferon (http://www.rsc.org/dalton,
sangat dipengaruhi oleh pH diakses 11 november 2012)
larutan. Pembentukan kompleks Christanti, AT., 2012., Kompleks Seng
[Cd(C6H10N3O2)4], diperoleh pada (II) Piridin 2,6-Dikarboksilat,
kondisi optimum pH 3. Sintesis, Karakterisasi, dan Uji
2. Struktur stoikiometri kompleks Toksisitas, Institut Teknologi
[Cd(C6H10N3O2)4] sesuai dengan Sepuluh Nopember, Surabaya.
rasio molar logam-ligan 1 : 4 Edwin,dkk 1997., Sintesis dan
struktur kompleksnya tetrahedral. Karakteristik Senyawa
3. Rendemen pembentukan Kompleks Kadmium, Dietil
kupferon dari ion logam Cd (II) ditiokarbamat, Jambi.
diperoleh nilai yang cukup tinggi Murti, AA., 2011., Sintesis dan
78,43%. Karaktersasi Senyawa kompleks
dari ZnCl2 dengan ligan

08
Intan Lestari., dkk: Sintensi Dan Karakterisasi Sen yawa Kompleks Logam Kadmium (II)
Dengan Logam Kufperon

Etilenatiourea, Malang Muhendri, 1996., Analisis dan


Surabaya. Karakterisasi Senyawa kompleks
Ngatijo, 1995., Sintesis dan Merkuri dengan Natrium
Karaktersasi Senyawa kompleks Dietilditiokarbamat, UNJA,
logam Seng (II) Kadmium (II) Jambi.
dan Raksa (II) dengan 8- Sufyani, F., 2012., Pengaruh Ion
Hidroksikuinolin, Tesis S2. Penggangu Al (III) dan Fe (III)
Yogyakarta. Pada Penentuan Zn (II) Dengan
Nur Candar Eka, 2012., Sintesis dan Alizarin Red Secara
Karakterisasi Senyawa Spektrofotometri, Surabaya.
Kompleks dari Ion Logam Sukardjo., 2005. Kimia Anorganik,
Cu2+ dengan Ligan Isokuinolin Rineka Cipta, Yogyakarta.
dan Ion Kompleks [Co(SCN)6]4-.
Universitas Negeri Malang.

03

Anda mungkin juga menyukai