e_mail : azzah.zaizafun31@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Cd dan Pb pada air laut
dan sedimen laut di perairan Kota Tanjungpinang dilakukan pada bulan Mei
sampai Juli 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survay terhadap empat stasiun yang ditetapkan berdasarkan kondisi perairan dan
tinggi rendahnya aktivitas antropogenik. Analisis kandungan logam berat Cd dan
Pb menggunakan metode Atomic adsorption spectrofotometer (AAS). Hasil
pengukuran parameter perairairan seperti suhu,arus, pH air dan sedimen, DO, dan
BOT antar stasiunya tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Hasil analisis
kandungan logam Cd pada air maupun sedimen nilainya <LOD = 0,0030 mg/L
dan <LOQ = 0,0101 mg/L dan logam Pb antara 0,152 – 0,204 mg/L sedangkan
sedimen 95,4 – 613 mg/Kg nilai tersebut melebihi ambang batas. Hasil Korelasi
kandungan logam berat di air dan sedimen secara keseluruhan menunjukan
korelasi lemah negatif yaitu y = -3897x + 1085; R2= 0,195 dan r = -0,443.
Rendahnnya kandungan Cd diduga sedikitnya sumber kontaminasi dan adanya
bias pengambilan sampel sehingga tidak terdeteksi. Padatnya aktivitas masyarakat
seperti perkapalan, galangan kapal, penangkapan dan lain sebagainya di lokasi
penelitian memberikan konstribusi kontaminasi logam Pb di perairan.
Berdasarkan korelasinya keberadaan logam di sedimen tidak memiliki hubungan
dengan logam Pb di air.
PENDAHULUAN
geografis terletak pada koordinat titik 00 51’ sampai 0059’ LU (Lintang Utara)
dan 1040 23’ sampai 1040 34’ BT (Bujur Timur) yang memiliki wilayah
perairan lebih kecil dibandingkan dengan daratannya hanya 107,96 Km2. Namun,
1
kawasan pemukiman, penangkapan, transportasi, pertambangan maupun budidaya
Menurut Arief (2016) logam berat merupakan suatu unsur yang terdapat dalam
tabel periodik yang mempunyai nomor atom diatas 22 tidak termasuk logam
alkali maupun alkali tanah. Secara alamiah logam berat ditemukan sangat sedikit
sekali di air yaitu sekitar kurang dari 1 µg/L (Darmono, 2001). Nasution &
akan menjadi kelompok bahan pencemar yang sangat berbahaya apabila masuk
kedalam lingkungan perairan laut. Logam berat dalam suatu lingkungan baik itu
air maupun sedimen dapat melalui banyak proses akumulasi yaitu secara fisik,
Kadmium (Cd) dan timbal (Pb) merupakan jenis logam berat berbahaya.
Menurut Widowati et al. (2008) Cd secara biologis belum diketahui fungsinya dan
Logam berat yang terlarut dalam perairan pada konsentrasi tertentu akan
Kontaminasi logam berat yang terakumulasi pada biota perairan akan berdampak
kebutuhan sehari-hari.
logam berat Cd dan Pb. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan logam
2
Cd dan Pb pada air laut dan sedimen laut serta hubungan korelasi kandungan
METODELOGI
sedimen sesuai dengan metode yang digunakan oleh Amin et al. (2011) dan
Dompak (Stasiun I), perairan Sei Jang (Stasiun II), perairan Tanjung Unggat
Laboratorium FIKP Universitas Maritim Raja Ali Haji dan BTKLPP Kelas I
Batam.
Sampel air yang diambil merupakan sampel air permukaan sebanyak 250 mL
3
yang telah dibilas dengan air sampel 3 kali. Sampel air kemudian dimasukan ke
didestruksi berdasarkan metode SNI 6989.8 :2009 untuk Pb dan SNI 6989.16
:2009 untuk Cd. Sampel air laut sebanyak 50 mL diambahkan 5 mL asam nitrat
suhu 1500C pada lemari asam hingga volumenya berkurang menjadi 15-20 mL,
cool box. Sampel sedimen di destruksi berdasarkan metode yang digunakan oleh
Syakti et al. (2015) dan Yanthy et al. (2013) Sampel sedimen 50 gr dimasukan ke
dalam beker teflon dan dikeringkan dalam oven pada suhu 1500C selama 24 jam,
Water bath, diakukan destriksi lanjutan dengan waktu yang sam 45 menit dengan
Hot plate dengan suhu 900C, hasil destruksi disaring dan filtratnya kedalam labu
ukur 50 mL kemudian diencerkan dengan air bebas logam sampai tanda tera,
4
Selain kandungan logam berat dilakukan pengukuran parameter perairan
seperti suhu, arus, DO, pH air, pH sedimen dan bahan organik total (BOT) untuk
Pengolahan Data
Dimana :
C = Konsentrasi logam berat yang terbaca AAS (mg/L)
V = Volume sampel yang digunakan (L)
W = Berat contoh (Kg)
2) Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi logam berat (Cd dan Pb)
dalam air dan sedimen meggunakan rumus yaitu :
Keterangan :
r = Koefisien rata-rata korelasi
Sxy = Sebaran nilai pengamatan x dan y
2
Sx = Keragaman nilai x
2
Sy = Keragaman nilai y
x = Kandungan logam berat Cd atau Pb di Air laut
y = Kandungan logam berat Cd atau Pb di Sedimen laut
5
1. Pilih parameter-parameter yang ada di dalam baku mutu air laut.
2. Hitung harga Ci/Li untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan
sampel.
3. Penggunaan nilai (Ci/Li) hasil pengukuran jika nilai ini lebih kecil dari 1,0
dan penggunaan (Ci/Li) baru jika nilai (Ci/Li) hasil pengukuran lebih besar dari 1,0
(Ci/Li) baru = 1,0 + P.log (Ci/Li) hasil pengukuranR.
4. Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Li
((Ci/Li) R dan (Ci/Li) M ).
5. Tentukan harga indeks pencemaran
Keterangan :
Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran adalah :
0 ≤ IP ≤ 1,0 = memenuhi baku mutu
1,0 < IP ≤ 5,0 = tercemar ringan
5,0 < IP ≤ 10 = tercemar sedang
PI > 10 = tercemar berat
Untuk mengetahui nilai CF berdasarkan rumus yang digunakan oleh Syakti et
al.(2015) :
Keterangan :
C[Heavy metal] : Konsentrasi logam berat terukur dalam sedimen
C[Background] : Konsentrasi logam dibumi
Penentuan nilai CF mengacu pada Hakanson (1980), nilai Igeo dapat ditentukan
dengan rumus :
6
Faktor 1,5 merupakan koreksi matrik background akibat dari effek litosfer.
Penentuan nilai Igeo mengacu pada Förstner dan Müller (1981), yaitu terbagi
menjadi 6 kelas : kelas 0 (Praktis tidak tercemar) Igeo ≤ 0, kelas 1 (tidak tercemar
sampai tercemar sedang) 0 <I geo <1, kelas 2 (cukup tercemar) 1 <I geo <2,
Kelas 3 (cukup tercemar berat) 2 <Igeo <3, Kelas 4 (tercemar berat), 3 <Igeo <4;
Kelas 5 (sangat berat tercemar), 4 <I geo <5, Kelas 6 (sangat tercemar) 5> Igeo.
Analisis data
Data yang diperoleh disajikan dalam tabel dan grafik serta dianalisis
dengan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16 dan MS.Excel.
Hasil pengukuran kandungan logam berat Cd pada air laut dan sedimen laut
logam diatas 0,0030 mg/L dan nilai <LOQ 0,0101 mg/L. Dilihat dari hasil
7
pembacaan tersebut dapat diasumsikan bahwa kadar Cd baik di air maupun di
sedimen masih dibawah ambang batas dan tidak menutup kemungkinan logam Cd
ditemukan di alam (Palar, 2008). Selain itu bisa juga disebabkan karena sifat Cd
yang tidak larut dalam basa (Widowati et al. 2008). Berdasarkan data parameter
(a) (b)
Grafik 1. a. Kandungan Logam Pb di air (mg/L), b. Kandungan logam berat di
sedimen (mg/Kg)
Hasil analisis kandungan logam berat Pb di air dan sedimen dapat dilihat pada
antara 0,152 – 0,204 mg/L. Konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I yang
dianggap memiliki sedikit aktivitas masyarakat wilayah pesisir yaitu dengan rata-
yaitu pada stasiun IV yang merupkan daerah bekas penambangan bouksit dengan
8
konsentrasi 0,152 ± 0,014 mg/L. Pada stasiun II dan III dianggap memiliki
yaitu 0,176 ± 0,002 mg/L dan 0,168 ± 0,021 mg/L. Tingginya kandungan Pb pada
stasiun tersebut diduga dari aktivitas transportasi kapal ferry buangan air balas
kapal atau terjadinya kebocoran bensin bertimbal yang terbawa oleh pergerakan
konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi logam berat di air
disedimen tertinggi berada di Stasiun III dengan rata-rata 613 ± 176,4 mg/Kg dan
terendah berada di Stasiun I yaitu dengan rata-rata 95,4 ± 59,96 mg/Kg. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi di Stasiun III dibandingkan dengan Pb di air. Hal ini
ketika proses pengecatan. Senyawa timbal bisanya menjadi alloy dalam cat (Palar,
sebagai campuran yaitu Pb(OH)2, PbCO3, Pb3O4(timbal merah) dan timbal merah
digunakan biasanya sebagai cat tahan karat berupa bubuk berwarna merah cerah.
Selain itu aktivitas rumah tangga seperti lapisan alat-alat masak, pembuangan
9
baterai bekas serta pengelupasan cat pipa-pipa dan dinding yang digunakan oleh
proyek pengairan.
No 51 tahun 2004 yaitu 0,008 mg/L dan sedimen mengikuti acuan kanada CCME
3) Parameter Perairan
Kondisi perairan pada suatu lingkungan tertentu dapat dilihat dari parameter
berat perairan.
Parameter
Stasiun pH
Suhu (0C) Arus (cm/s) pH Air DO (mg/L) BOT (%)
sedimen
I 31,9 ± 1,67 9,89 ± 2,98 8,26 ± 0,09 7,60 ±0,22 7,19±0,84 1,94 ±1,15
III 30,4 ± 0,43 6,94 ± 5,86 7,48 ± 0,19 7,22 ±0,29 7,55±0,53 2,92±1,04
IV 30,9 ± 0,59 5,20 ± 2,78 7,30 ± 0,17 7,34 ±0,33 7,29±0,25 2,12±0,19
Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 2. Hasil pengukuran rata-rata suhu pada
setiap lokasi penelitian yaitu 30,4 – 31,9 0C. Rata-rata suhu tertinggi di Stasiun I
yaitu 31,9sedangkan rata-rata suhu terendah yaitu terdapat pada stasiun II yaitu
30,4 ± 0,36 0C. Tingginya suhu perairan diduga akibat dari waktu pengambilan
sampling yang dilakukan pada siang hari sehingga nilai suhu tinggi dibandingkan
10
dengan stasiun lainnya. Berdasarkan KEPMENLH No 51 Tahun 2004 kisaran
rata-rata suhu pada setiap stasiunnya masih dalam kisaran nilai ambang batas.
Suhu memiliki pengaruh terhadap kecepatan reaksi kimia dan kelarutan gas dalam
Hasil Pengukuran arus pada setiap lokasi penelitian yaitu antara 5 – 13 cm/s .
Menurut Harahap (1999) dalam sitio et al. (2013) kecepatan arus terbagi menjadi
cm/s berarus cepat dan >1 m/s berarus sangat cepat. Berdasarkan rentang hasil
pengukuran kecepatan arus masih tergolong arus yang lambat sehingga dalam
perairan.
pH, terjadinya perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan mengganggu sistim
tahun 2004 kisaran pH perairan tersebut masih dalam nilai ambang batas kualitas
sedimen diperoleh pada kisaran rata- rata yaitu 7,22 – 7, 60. Dari hasil
Perairan (Eshmat et al., 2014). Kelarutan oksigen pada lokasi penelitian dapat
11
dilihat pada Tabel 2. Konsentrasi DO terendah berada di Stasiun I dengan rata-rata
7,19 mg/L. Bila dilihat dari rentang tersebut maka kelarutan oksigen dalam
perairan disetiap lingkungan masih berada pada kisaran ambang batas yang
perairan akan berkaitan erat dengan parameter perairan lainnya seperti suhu dan
salinitas misalnya.
Hasil pengukuran bahan organik disetiap lokasi penelitian yaitu antara 0,50% –
1,94% - 5,32%. dan yang terendah di Stasiun I yaitu 1,94 %. Menurut Arisandy
daerah lainnya. Kandungan bahan organik pada substrat berkaitan erat dengan
jenis substrat atau tipe substratnya (Kinasih, 2015). Menurut Ahmed et al. (2017),
nilainya <LOD dan <LOQ. Korelasi logam Pb di air dan sedimen pada masing-
masing stasiun menunjukan adanya korelasi sedang positif kecuali pada stasiun II
memiliki korelasi berlawanan arah. Persamaan garis linier dari hasil korelasi pada
12
Tabel 3. Korelasi logam Pb di air dan sedimen pada setiap stasiun
ST P.garis linier R2 r
I Y= 2310x – 377,8 0,432 0,657
II Y= 3092x + 1009 0,221 -0,470
III Y=5632x – 333,2 0,448 0,669
IV Y=1478x+212,6 0,279 0,529
sebesar 2310 mg/Kg (2,310 mg/L), stasiun III 5632 mg/Kg (5,632 mg/L), stasiun
sedimen akibat dari logam dalam kolom perairan pada stasiun I yaitu 43,2 %,
stasiun III 44,8 % dan stasiun IV 27,9% dari air maka sisanya faktor lainnya
lemah negatif atau berlainan arah yaitu dengan presentase korelasi 22,1% faktor
dari air dan 77,9% dari faktor lainnya. Apabila kandungan logam Pb di air dan
1
Konsentrasi Pb sedimen
0,8
(mg/Kg)
0,6
y = -3897,x + 1085,
0,4 R² = 0,195
r = -0,433
0,2
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Konsentrasi Pb air (mg/L)
faktor lainnya.
pengendapan serta pengikatan bahan organik (Prianto et al. 2008). Namun, dilihat
dari persamaan garis liniernya menunjukan korelasi yang berlainan arah yang di
mg/L). Hal tersebut terjadi dapat diduga akibat dari adanya faktor lingkungan
maupun jenis sedimen yang berbeda di setiap stasiunnya serta bias waktu
2001).
dievaluasi dengan menentukan nilai CF dan Igeo, (Hidayanti et al. 2014; Ali et
14
Tabel 4. Indeks pencemaran air dengan parameter logam dan sedimen
Indeks
Stasiun air Sedimen
IP CF Igeo
I 7,41 4,77 1,41
II 5,67 23,26 3,94
III 5,58 30,65 4,30
IV 5,61 21,88 3,86
Pb bagi kehidupan biota perairan dikatagorikan tercemar ringan yaitu 5 > IP < 10.
Konstribusi terbesar kontaminasi logam diduga berasal dari masukan dari aktivitas
perairan. Selain itu tidak menutup kemungkinan keberadaan logam berat di air
Nilai CF dari tertinggi hingga terendah secara berurutan yaitu mulai dari staisiun
III, II, IV dan I yaitu dengan nilai CF sebesar 30.65, 23.26, 21.88, 4.77.
Berdasarkan katagori yang ditentukan nilai CF tergolong tinggi pada stasiun I dan
sangat tinggi II, III dan IV. Tingginya nilai kontaminasi di Stasiun III diduga
logam Pb. Berdasarkan kelas nilai Igeo di Stasiun I berada pada kelas 2 (1 <Igeo
15
<2) tergolong cukup tercemar, stasiun II dan IV berada di kelas 4 (3 <Igeo <4)
tercemar berat dan stasiun III berada di kelas 5(4 <Igeo <5) sangat berat tercemar.
KESIMPULAN
alat dengan sensitifitas nilai <LOD dan <LOQ yaitu <0,0030 dan <0,0101 mg/L.
melebihi ambang batas (baku mutu) standar yang ditentukan yaitu berada pada
kisaran rata-rata 0,152 - 0,204 mg/L di air dan 95,4 – 613 mg/Kg di sedimen.
kesalahan dalam perlakuan bisa saja menjadi faktor sehingga nilai Cd tidak dapat
terdeteksi. Sedangkan ambang batas (baku mutu) standar yang ditentukan dan
berdasaran indeks pencemaran tergolong terkontaminasi tinggi pada air dan cukup
tercemar di sedimen.
34,68 0C, arus dengan kisaran rata-rata 0,002 – 0,17 m/s, pH pada air di peroleh
rata-rata pada setiap stasiunnya 7,11 – 8,38 dan sedimen 6,98 – 7,68, DO
diperoleh rata-rata 6,16 - 8,30 mg/L dan kandungan BOT di sedimen yaitu sengan
rata-rata 0,50 % - 6,64 %. Hasil tersebut masih dalam cakupan nilai ambang batas
persamaan garis linier y = -3897x + 1085; R2= 0,195 dan r = -0,443. Dari
16
dan sedimen berkorelasi lemah dengan kondisi terbalik dimana peningkatan
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terimakasih pertama kepada
kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan moral maupun materil,
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M. M., Daumenq, P., Awaleh, M. D., Syakti, A. D., Asia, L., Chiron, S.,
2017. Level and sources of heavy metals and PAHs in sedimen of Djibouti City
(Republic of Djibouti). Marine Pollution. 120(1-2) : 340-346
Ali, M. M., Ali, M. L., Islam, M. S., Rahman, M. Z., 2016. Perliminary
assessment heavy metals in water and sediment of Kharanaphuli river
Bangladesh. Environmental Nanotecnology Monitoring and management. 5 :
27-35.
Amin, B., Afriani, E., Saputra, M. A., 2011, Distribusi spasial logam Pb dan Cu
pada sedimen dan air laut permukaan di perairan Tanjung Buton Kabupaten
Siak Provinsi Riau. Teknik Biologi. 2(1) : 1-8.
Arisandy, K. R., Herawati, E. Y., Suprayitno, E., 2012. Akumulasi logam berat
timbal (Pb) dan gambaran histologi pada jaringan Avicenia mariana (forsk)
Vierh di perairan Pantai Jawa Timur. Perikanan. 1(1) : 15-25.
BPS, 2015, Statistik daerah Kota Tanjungpinang 2015, Tanjungpinang
Damaianto, B., Masduki, A., 2014. Indeks pencemaran air laut Pantai Utara
Kabupaten Tuban dengan parameter logam. Teknik Pomits. 3(1) : 1 - 4
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran : Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press.
Hakanson, L., 1980. An ecological risk index for aquatic pollution control a
sedimentological approach. Water Research. 14 : 975-1001.
Hidayati, N. V., Siregar, A. S., Sari, L. K., Putra, G. L., Hartono., Nugraha, I. P.,
Syakti, A. D., 2014. Pendugaan tingkat kontaminasi logam berat Pb, Cd dan Cr
pada Air dan sedimen di perairan Segara Anakan Cilacap. Omni-Akuatika.
8(18) : 30 – 39.
17
Hutagalung et al et al, H. P., Setiapermana, D., Riyono, S. H., 1997. Metode
analisis air laut, sedimen dan biota. LIPI.
Palar, H, 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineke Cipta.
Pratiwi, A. R., Pratomo, A., Willian, N., 2013. Analisis kandungan logam berat pb
dan cd terhadap lamun (Enhalus acoroides) sebagai bioindikator di perairan
tanjung lanjut Kota Tanjungpinang. Ilmu Kelautan.
Prianto, N., Dwijayanto., Ariani, F., 2008. Kandungan logam berat Hg, Pb, Cd,
dam Cu) pada Ikan, air, dan sedimen di Waduk Cirata Jawabarat. Bioteknologi
dan Perikanan. 3(1) : 69-78.
Rompas, R. M., Rumampuk, N. D. C., Rompas, J. R., 2009. Oseanografi kimia.
PT. Walau Bengkulen.
Rukminisari, N., Nadiarti., Awaludin, K., 2014. Pengaruh derajat keasaman (pH)
air laut terhadap konsentrasi kalsium dan laju pertumbuhan helmida sp. Ilmu
Kelautan dan Perikanan. 24(1) : 28-34.
Sitio, F. W., Saam, Z., Zulkifli., 2015.Analisis pengaruh penambangan galian c
terhadap lingkungan perairan dan sosial ekonomi di Desa Kampung Pinang
Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar. Perikanan. 43(1) : 12-24
Widowati, W., Sastiono, A., Jusuf, R. R., 2008. Efek toksik logam. Cv.Andi
Offset.
18