Anda di halaman 1dari 13

Sintesis Senyawa Kompleks Ion Logam Mn(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin

Nourma Safarina*, Fahimah Martak1

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ABSTRAK

Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis senyawa kompleks ion logam Mn(II)
dengan ligan 2-feniletilamin. Proses sintesis diawali dengan penentuan panjang
gelombang maksimum senyawa kompleks dengan perbandingan mol logam dan ligan 1:1.
Panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk metode variasi kontinu, dari metode
variasi kontinu akan diketahui rasio logam dan ligan yang digunakan untuk sintesis logam
Mn dan ligan 2-feniletilamin. Sintesis kompleks diawali dengan melarutkan MnCl2.2H2O
dan 2-feniletilamin dalam methanol, kedua larutan tersebut direaksikan dengan
mencampurkannya hingga terbentuk campuran yang homogen. Larutan ini ditutup dan
didiamkan dalam desikator hingga terbentuk kristal senyawa kompleks. Berdasarkan hasil
AAS, DTA/TGA, XRD, UV, FTIR, daya hantar listrik, mikrounsur C,H,N, dan suseptibilitas
magnetik menunjukkan bahwa hasil sintesis memiliki rumus molekul [Mn(2-
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O dengan struktur oktahedral serta nilai momen magnet (eff)
5,4 BM.

Kata Kunci: senyawa kompleks, ligan 2-feniletilamin, suseptibilitas magnetik

*Corresponding author Phone : +6285645144161


e-mail : imoutz_99@chem.its.ac.id
1
Alamat sekarang : Jur Kimia, Fak MIPA,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
feromagnetik atau antiferomagnetik
I. PENDAHULUAN contoh senyawa kompleks yang bersifat
Pentingnya material elektronik feromagnetik adalah kompleks bimetalik
dalam kehidupan sehari-hari oksalat [A][MIIMIII(C2O4)3] dengan A =
mengakibatkan banyak penelitian untuk tetrabutil fosfin (P(C4H9)), MII= Mn2+,
merancang material baru dengan sifat Fe2+,Co2+, Ni2+ dan Cu2+ sedangkan MIII =
yang lebih baik (Verdaguer, 2001) Cr3+ dan Fe3+(Martak, 2008) dan
material dengan sifat yang lebih unggul senyawa yang bersifat antiferomagnetik
dapat digunakan untuk display, memory adalah Fe2(pm) dan Mn2(pm) dimana
dan saklar molekular (Elmila, 2010). pm=pyromellitate (Kumagai, 2003). Pada
Material elektronik dapat dibangun dari kompleks [A][MIIMIII(C2O4)3] terjadi
senyawa kompleks. Senyawa kompleks interaksi feromagnetik, namun transisi
mononuklir umumnya bersifat paramagnetik ke feromagnetik terjadi
paramagnetik. Sifat magnetik senyawa pada temperatur rendah yaitu 15 K
dapat ditingkatkan dengan pembentukan (Martak, 2008) interaksi pada senyawa
kompleks polimer. Kompleks polimer tersebut adalah interaksi intermolekular.
dihasilkan dari ligan multidentat yang Upaya yang dilakukan untuk
berikatan koordinasi dengan ion logam meningkatkan interaksi pada senyawa
sehingga terjadi interaksi ion logam dan adalah dengan pemilihan ligan yang
ligan. dapat berinteraksi inter dan
Interaksi antar ion logam dan intramolekular. Interaksi ini dapat
ligan pada senyawa kompleks dapat dihasilkan dengan pemilihan ligan yang
menghasilkan senyawa yang bersifat tepat. Ligan yang digunakan
2-feniletilamin karena ligan 2-feniletilamin gram MnCl2.4H2O dalam labu takar 250
memiliki cincin fenil dan gugus amin. mL yang kemudian ditambah 2.5 mL HCl
Gugus amin pada ligan tersebut dapat 5 M dan aquades hingga tanda batas.
diubah menjadi ammonium, sehingga Larutan ini disebut larutan induk.
atom hidrogen yang terikat pada Larutan Mn standar 100 ppm diperoleh
ammonium dapat berikatan hidrogen dari 10 mL larutan induk dimasukkan
pada ligan yang terkoordinasi pada ion dalam labu takar 100 mL selanjutnya
logam. Hal tersebut menyebabkan ditambahkan aquades hingga volume
interaksi inter dan intramolekular 100 mL. Kemudian diambil 2, 4, 6, 8, dan
senyawa kompleks meningkat (Martak, 10 ml dari larutan standar 100 ppm,
2010). Selain itu, gugus fenil pada ligan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL,
2-feniletilamin menyebabkan ikatan lalu pada masing-masing larutan
polimer yang membentuk lapisan-lapisan ditambah 1 mL HCl 5 M dan
kompleks polimer pada senyawa ditambahkan aquades hingga tanda
kompleks. Ion logam yang digunakan batas. Larutan-larutan tersebut memiliki
dalam penelitian ini adalah ion logam konsentrasi Mn(II) masing-masing
Mn(II). Ion logam Mn(II) memiliki lima sebesar 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Setiap
elektron tidak berpasangan pada orbital larutan standar tersebut diukur
d. Jumlah elektron tidak berpasangan serapannya pada panjang gelombang
lebih besar dapat meningkatkan sifat 278.5 nm. Data yang diperoleh dibuat
magnetik senyawa. kurva standar yaitu hubungan antara
konsentrasi dengan serapan.
2.2 Sintesis Senyawa Kompleks [M(2- Larutan sampel disiapkan dengan
fenil-etil ammonium)x]MCl2+x M=Mn2+ metoda sebagai berikut: sebanyak 0.08
Sejumlah 0,7299 gram gram kompleks dengan formula struktur
(0,0045mol) garam 2-fenil etil amin sementara [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2
hidroklorida dimasukkan ke dalam dilarutkan dalam aquades dan 1 mL HCl
beaker glass 100 mL kemudian 5 M dalam labu takar 100 mL, kemudian
ditambahkan pelarut methanol, diaduk- ditambahkan aquades lagi hingga tanda
aduk sehingga 2-feniletilamin batas. Larutan dengan konsentrasi 100
hidroklorida tersebut larut. Mangan ppm tersebut diambil 4 mL dan 6 mL
klorida dihidrat sebanyak 0,7807 gram dengan menggunakan pipet volume dan
(0,0045 mmol) juga dilarutkan dalam dimasukkan masing-masing dalam labu
methanol tetes demi tetes sampai takar 100 mL, selanjutnya ditambahkan
melarut ke dalam beaker glass 100 mL. aquadest hingga tanda batas. Larutan
Kedua larutan (larutan mangan dihidrat sampel dengan konsentrasi 4 ppm dan 6
dan larutan ligan 2-feniletilamin ppm di ukur dengan AAS, hasil
hidroklorida) tersebut dicampur. absorbansinya akan dibandingkan
Campuran ini diaduk apabila terjadi dengan kurva standar yang telah di buat
endapan maka endapan tersebut dan dilakukan analisis kandungan logam
disaring, larutan filtratnya di letakkan Mn dalam sampel sehingga nantinya
dalam desikator dan dibiarkan sampai akan diketahui berapa persen jumlah
terbentuk Kristal. Kristal yang sudah logam Mn dalam sampel.
terbentuk karena penguapan pelarut
pada temperatur ruang akan disaring, 2.2.2 Penentuan Kandungan C, H dan N
selanjutnya dianalisis formula dan dalam Senyawa
strukturnya dengan karakterisasi. Alat untuk analisis mikrounsur C,
H, N, S distandarisasi dengan L-Cistina
2.3 Karakterisasi Hasil Sintesis Standard (C6H12N2O4S2, C = 29,99 %, H
2.3.1 Penentuan Kadar Ion Logam = 5,03 %, N = 11,66 % S= 26,69 % dan
Persiapan larutan standar untuk O = 26,63 %) sebelum digunakan.
ion logam besi digunakan: larutan Sebanyak 2.83 mg sampel ditempatkan
MnCl2.4H2O konsentrasi 1000 ppm. dalam alumunium foil, kemudian
Larutan standar ini dibuat dari 0,7363 ditambahkan vanadium(V) oksida untuk
menyempurnakan reaksi oksidasi. mL. Prosedur teknisnya akan dijelaskan
Sampel tersebut dimasukkan dalam pelat dalam lampiran.
berlubang untuk dilakukan pembakaran
dengan gas oksigen. Selanjutnya alat 2.2.5. Penentuan Strukur dengan
mikrounsur dijalankan dan komposisi C, Difraksi Sinar-X Powder
H, N dan S yang terkandung pada Produk hasil sintesis
senyawa terbaca pada layar monitor dikarakterisasi dengan menggunakan
komputer. difraksi sinar-X powder yang terdapat di
reasearch center ITS, dengan sumber
2.2.3 Penentuan Gugus Fungsi dengan radiasi Cu K. Difraksi dilakukan pada
Spektroskopi Inframerah sudut 2 antara 5o sampai 90o (sudut
Karakteristik senyawa kompleks panjang) dengan interval kenaikan sudut
yang telah disintesis dapat dilakukan sebesar 0,02o.
dengan mengamati gugus fungsi pada
spektrum inframerah. Bahan yang 2.2.6 Pengukuran Suseptibilitas
digunakam berupa padatan kompleks. Magnetik Pada Suhu Kamar
Pengukuran dilakukan dengan Penentuan sifat magnetik
pembuatan pelet, 1 miligram sampel dilakukan dengan Magnetic Susceptibility
dicampur dengan 20 miligram KBr, Balance. Dari nilai kerentanan magnetik
kemudian dimasukkan dalam press yang terukur dapat diketahui momen
holder, ditekan beberapa saat hingga magnetik senyawa hasil sintesis pada
ketebalan 0,01 mm 0,05 mm. temperatur ruang. Mula-mula ditimbang
Selanjutnya pelet tersebut diukur berat tabung kosong Magnetic
spektranya pada bilangan gelombang Susceptibility Balance (m0), lalu diukur
<400 - 4000 cm-1. kerentanan magnetiknya (R0). Pada
penelitian ini, massa tabung yang akan
2.2.4 Pengukuran Daya Hantar Listrik digunakan adalah 0,8019 gram dengan
Larutan nilai R0 = -35. Selanjutnya tabung
Analisis hantaran dilakukan kosong diisi sampel dan diukur tinggi
menggunakan instrumen daya hantar sampel dalam tabung tersebut. Tabung
listrik di laboratorium energi ITS. Larutan yang berisi sampel ditimbang.
sampel dibuat dengan konsentrasi 0,01 Selanjutnya tiap tabung yang telah berisi
M dalam pelarut metanol. Larutan sampel tersebut dimasukkan dalam alat
standar dibuat pada konsentrasi yang Magnetic Susceptibility Balance untuk
sama dengan larutan sampel. ditentukan nilai kerentanan magnetik (R).
Larutan sampel ditimbang Dari data ini kemudian dilakukan
sebanyak 0.022 gram dan ditambahkan perhitungan momen magnetik senyawa
metanol hingga tanda batas dalam labu kompleks pada temperatur ruang. Alat
ukur 50 mL. Larutan yang digunakan MSB ditempatkan di atas permukaan
sebagai standar untuk muatan +1 adalah datar dan penunjuk permukaan (water-
KCl. Larutan KCl konsentrasi 0,01 M pass) berada tepat ditengah lingkaran
dibuat dengan melarutkan 0,0745 gram penunjuk. Kemudian alat dihidupkan dan
KCl dalam 100 mL metanol pada labu dibiarkan selama beberapa menit.
takar 100 mL. Adapun larutan standar Ditimbang berat tabung kosong MSB
muatan +2 menggunakan larutan (m0), lalu diukur kerentanan magnetnya
MgCl2.6H2O. Di dalam labu takar 100 mL (R0). Tabung kosong diisi sample
dimasukkan 0,118 gram MgCl2.6H2O dan sehingga ketinggian sampel melebihi 1.5
dilarutkan dalam 100 mL metanol cm dan maksimal 2.5 cm (l). Tabung
sehingga diperoleh larutan dengan yang berisi sample ditimbang (m),
konsentrasi 0,01 M. Untuk larutan selanjutnya dimasukkan dalam alat MSB
standar muatan +3 digunakan larutan untuk ditentukan nilai kerentanan magnet
FeCl3.6H2O sebanyak 0,2705 gram dan (R).
dimasukkan dalam pelarut metanol 100
Dari harga kerentanan magnet dekomposisi, reaksi oksidasi dan
yang terukur, dihitung nilai susebtibilitas beberapa proses fisik seperti penguapan,
magnetik masssa, dengan persamaan : sublimasi dan desorbsi (Skoog,1998).
c.l.( R R0 ) ................................(3.1) Pengukuran termogravimetri (TG)
g
(m m0 ).10 9 dilakukan di Laboratorium Energi Institut
Nilai susebtibilitas magnetik masssa Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
dikonversi menjadi susebptibilitas molar Surabaya, menggunakan mettler toledo
(m) menurut persamaan : TG/DTA. Sebanyak 510 mg sampel
m=g.Mr .....................................(2.2) diletakkan pada cawan alumunium
kemudian ditimbang massanya selama
Nilai suseptibilitas molar dikoreksi pemanasan. Pengukuran dilakukan
dengan faktor koreksi diamagnetic, pada rentang temperatur 20600C
sehingga diperoleh nilai suseptibilitas dengan laju pemanasan 10 C/menit.
molar terkoreksi (A) sebagai berikut :
2.2.8 Karakterisasi dengan UV
A=m-D .......................................(2.3)
Spektrum UV/Vis sampel diukur
menggunakan spektofotometer UV-Vis di
Nilai momen magnetik effektif (eff) dapat research center ITS Surabaya pada
dihitung dengan persamaan : daerah panjang gelombang 200550 nm.
eff=(8A.T) ..................................(2.4) Sampel dibuat dalam bentuk larutan 0,01
M dalam pelarut metanol. Lebar kuvet
Nilai fraksi mol spin tinggi dapat yang digunakan adalah 1 cm.
ditentukan berdasar nilai AT atau eff
dengan menggunakan persamaan : III. HASILPENELITIAN
AT=XHSHS+(1-XHS)LS ..................(2.5) 3.1 Preparasi Sintesis
Penentuan panjang gelombang
Berdasarkan hubungan terhadap eff maksimum dilakukan sebelum
yang ditunjukkan pada persamaan (3.4) melakukan sintesis senyawa kompleks
dan (III.5) dapat ditulis sebagai berikut : untuk mendapatkan rasio yang tepat
(2)T=XHS(2HS)+(1-XHS)(2LS) ..........(2.6) antara logam dan ligan agar
menghasilkan kristal senyawa kompleks
XHS adalah fraksi mol spin tinggi, HS yang optimal. Ligan 2-feniletilamin dan
adalah nilai momen magnet spin tinggi logam MnCl2.2H2O dilarutkan dalam
besi(II) ditentukan sebesar 5.4 BM dan pelarut methanol dengan perbandingan
LS)adalah nilai magnet spin rendah mol logam dan mol ligan yaitu 1:1.
besi(II) sebesar 0.7 BM (Onggo, D. dan Serapan kompleks yang paling tinggi
Sugiharto, 2001). diperoleh dari perbandingan logam dan
ligan 1:1 pada panjang gelombang
2.2.7. Pengukuran DTA/TGA maksimum 212 nm dengan absorbansi
Differential Thermal Analysis 1,483
(DTA), prinsipnya adalah mengukur B

perbedaan temperature antara sampel 1.6

dan materi pembanding inert sebagai 1.4

fungsi temperatur, jika temperatur


1.2

1.0

keduanya dinaikkan dengan kecepatan


absorbansi

0.8

sama dan konstan. Proses yang terjadi 0.6

dalam sampel adalah eksoterm dan


0.4

0.2

endoterm, yang ditampilkan dalam 0.0

bentuk termogram differensial (Skoog,


-0.2
150 200 250 300 350 400 450 500 550 600

1998). Sedangkan Pada analisis


panjang gelombang

termogravimetri, perubahan berat


sampel diamati sebagai fungsi Gambar3.1 kurva panjang gelombang
temperatur. Informasi yang diperoleh dari maksimum logam dan ligan dengan
metode termografimetri terbatas pada perbandingan 1:1
organik digunakan karena methanol
Panjang gelombang maksimum mudah menguap dan tidak ikut bereaksi
tersebut digunakan untuk metode menjadi ligan. Pelarut tidak
kontinu. Hasil dari metode kontinu menggunakan aquades dikhawatirkan
menjadi acuan dalam sintesis senyawa saat pelarutan aquades akan bereaksi
kompleks. Perbandingan mol logam dan menjadi ligan.
ligan yang diperoleh dari metode kontinu Kedua larutan antara larutan
adalah 5:5 atau 1:1 yang ditunjukkan MnCl2.2H2O dan larutan 2-feniletilamin
pada gambar 4.2. Panjang gelombang hidroklorida direaksikan bersama dengan
senyawa kompleks disekitar 200-300nm cara diaduk-aduk menggunakan spatula.
bisa disebabkan oleh warna logam Pengadukan dilakuka untuk
mangan hidrat yaitu merah muda agak mempercepat reaksi supaya larutan larut
memudar, saat logam mangan dilarutkan sempurna. Larutan yang sudah jadi
dengan methanol warnanya menjadi ditutup dengan alumunium foil dan
jernih. diletakkan dalam desikator yang tertutup.
Desikator mengandung silika yang
berfungsi untuk menyerap methanol atau
0.020
uap air sehingga kristal terbentuk dengan
baik. Kristal yang sudah terbentuk dalam
0.015
desikator juga terlindungi dari
kontaminasi udara.
Kristal senyawa kompleks yang
sudah terbentuk berwarna merah muda
0.010
absorbansi

ke oranye-oranyean. Warna ini


dihasilkan dari warna merah muda
0.005

MnCl2.2H2O yang bereaksi dengan


larutan ligan 2-feniletilamin.
0.000

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


fraksi mol
Persamaan antara logam mangan dan
Gambar 3.2 kurva perbandingan logam dan ligan 2-feniletilamin
NH2
ligan terhadap absorbansi
2 .HCl + MnCl2.2H 2O [Mn(2-feniletilamin)2(H 2O)4]Cl2.H2O + 2HCl

Kurva pada gambar 4.2


menunjukkan perbandingan logam dan Methanol

ligan 5:5 atau 1:1, puncak paling tinggi


terletak pada angka 0,5 yang berarti Terbentuknya Kristal dibutuhkan
perbandingan logam dan ligan 5:5 atau waktu selama tujuh hari. Ada beberapa
1:1. Kristal senyawa kompleks [Mn(2- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 bisa terbentuk kristal yaitu panjang gelombang senyawa
dengan maksimal pada panjang kompleks, pengadukan saat
gelombang tersebut. Untuk lebih jelasnya mencampurkan larutan logam dan ligan,
bisa dilihat pada tabel 4.1. kondisi udara disekitar larutan. Kristal
yang sudah terbentuk dilakukan
3.2 Sintesis Senyawa karakterisasi untuk mengetahui
[M(2-feniletilamin)x(H2O)y]Clz M = Mn2+ komponen kristal senyawa kompleks
Senyawa kompleks ion logam Mn tersebut. Karakterisasi yang dilakukan
(II) dengan ligand 2-feniletilamin antara lain adalah analisis mikrounsur
disintesis dari reaksi senyawa mangan C,H, N, analisis DTA/TGA, analisis AAS,
klorida dihidrat (MnCl2.2H2O) dengan 2- analisis FTIR, analisis XRD, analisis UV,
feniletilamin hidroklorida. Rasio antara analisis daya hantar listrik, dan analisis
kedua senyawa adalah 1:1 suseptibilitas magnetik.
menggunakan rasio mol dalam pelarut
methanol dari hasil metode kontinu.
Methanol yang merupakan pelarut
probabilitasnya kecil karena bila
bertambahnya methanol maka akan
meningkatkan prosentase C pada
sampel hasil sintesis. Jumlah air kristal
yang sesuai untuk perbedaan persentase
karbon, hidrogen, dan nitrogen tidak
lebih dari 1 molekul sehingga sementara
rumus molekulnya [Mn(2-
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O.
Karakterisasi yang lain masih diperlukan
karena sangat menentukan rumus
Gambar 3.3 hasil sintesis logam Mn dengan molekul sampel yang sebenarnya.
ligan 2-feniletilamin
3.4 Analisis dengan DTA/TGA
3.3 Analisa Unsur C, H, N Analisis menggunakan
Analisis ini digunakan untuk termogravimetri berprinsip pada
menentukan komposisi relatif atom pengurangan berat sampel sebagai
karbon, hidrogen, nitrogen dan sulfur fungsi temperatur atau waktu ketika
yang ada pada senyawa kompleks dilakukan pemanasan. Pada temperatur
karena senyawa ini tidak mengandung tertentu akan terjadi dekomposisi
sulfur maka peresentase sulfur tidak senyawa sampel. Berat sampet pada
digunakan. Hasil dari analisis mikrounsur temperatur tersebut akan dibandingkan
tersebut akan dibandingkan dengan dengan berat senyawa awal, maka akan
perhitungan teoritis untuk mencari rumus dapat diketahui spesi apa yang
molekul yang paling sesuai. Perhitungan terdekomposisi maupun yang tersisa.
teoritis ada di lampiran. Hasil analisis bisa diplot dalam kurva
Hasil pengukuran sampel dari persen berat sebagai fungsi temperatur
eksperimen dibandingkan dengan yang disebut termogram atau kurva
perhitungan teoritis formula senyawa dekomposisi termal. Biasanya disertakan
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 lebih kecil pula kurva turunan pertama termogram
kecuali untuk atom C. Hal ini bisa terhadap waktu, bernama kurva DTG
dikarenakan adanya atom tambahan (Differential Termal Gravity) yang
dalam senyawa koordinasi, misalnya bertujuan untuk memudahkan penentuan
senyawa kompleks terikat dengan temperatur dekomposisi. Sedangkan
pelarut atau air kristal (hidrat). untuk DTA (Differential Termal
Penambahan inti atom Mn pada Analysis),prinsipnya adalah mengukur
senyawa kompleks probabilitasnya perubahan temperatur antara senyawa
sangat kecil karena Mn mempunyai sampel dengan standar (blanko) selama
massa atom relatif yang besar sekitar pemanasan. Kurva DTA dapat digunakan
12,5% dari massa atom relatif [Mn(2- untuk menentukan apakah dekomposisi
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2. Selain itu, klorin berlangsung eksotermik atau endotermik.
juga dapat mempengaruhi rumus Proses eksotermik akan menghasilkan
molekul karena klorin terjadi karena hasil puncak, sedangkan untuk proses
samping MnCl2.2H2O tetapi endotermik akan menghasilkan lembah.
probabilitasnya kecil karena massa atom Kurva pada gambar 3.3
Cl2 besar yaitu 16,13% dari massa atom menunjukkan, ketika pada temperatur
relatif [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 . 900C berat sampel berkurang sebanyak
Air kristal atau air hidrat satu- 1,3669% atau 0,1072 mg dan pada
satunya yang sesuai sebagai senyawa temperatur 1800C terjadi pengurangan
tambahan dalam senyawa koordinasi berat sampel sebanyak 1,1314% atau
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2. Air kristal 88,727 x 10-3 mg, pengurangan berat
bisa berasal dari hasil samping dari sampel pada temperatur 900 - 1800C
reaksi MnCl2.2H2O dan 2-feniletilamin. tersebut bisa terjadi karena dekomposisi
Sedangkan untuk pelarut methanol, air sebagai air kristal. Pada temperatur
sekitar 240-3200 C berat sampel Tabel 3.1 data hasil analisis termogravimetri
berkurang sebanyak 40,6529% setara senyawa kompleks [Mn(2-
dengan 3,1882 mg sampel. Hal ini terjadi feniletilamin)2(H2O)4]Cl2
karena dekomposisi ligan atau
Suhu % berat
dekomposisi atom yang terikat pada dekom
%
teoritis
senyawa kompleks. Pengurangan berat berat Spesi
posisi
sisa
senyawa kompleks tersebut berasosiasi 0
( C)
dengan satu molekul klorin (Cl2), 2 0 100 [Mn(L)2(H)4]Cl2.H2O 100
92,91 98,03 [Mn(L)2(H)4]Cl2.0,5H2O 98,6337
molekul air sebagai ligan dan satu gugus
151,66 96,07 [Mn(L)2(H)4]Cl2 97,5017
fenil dalam ligan 2-feniletilamin. 283,37 55,89 [Mn(C10H16N2)(H2O)2] 56,8488
310,04 38,42 [Mn(C8H11N)] 37,8546

Pada gambar 3.4 kurva DTA yang


Endotermis ditunjukkan pada garis yang berwarna
merah, garis tersebut terus menurun
sampai pada suhu 5000C sehingga
-1,3669 %
-0,1072 membentuk lembah. Hal ini menunjukkan
mg proses lepasnya hidrat atau air kristal,
-1,1314 % ligan air maupun 2-feniletilamin dan atom
-88,7275 x
10-3 mg -40,6529 % lain yang terikat pada senyawa kompleks
-18,9442 %
-3,1882 mg seperti Cl2 adalah proses endotermis.
-1,4892 mg Kalor diperlukan untuk memutus ikatan
air Kristal, ikatan koordinasi ligan, Cl2
dan mendekomposisinya. Kesimpulan
Gambar 3.4 kurva DTA/TGA awal dari kurva DTA diatas menunjukkan
bahwa senyawa kompleks [Mn(2-
Kurva pada gambar 3.4 feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 mengalami
menunjukkan garis yang menurun tajam reaksi endotermis, hal ini sesuai dengan
(garis berwarna hitam) sampai pada grafik pada gambar 3.3 yang membentuk
temperatur 3120C. Penurunan garis lembah.
tersebut bisa disebabkan oleh Hasil analisis termal TGA/DTA
terdekomposisinya gugus amin dan sisa bisa menunjukkan jumlah hidrat yang
ligan air (dua molekul air pada senyawa terikat pada senyawa kompleks, pada
kompleks), sehingga yang tersisa adalah kasus ini dapat diketahui bahwa terdapat
logam mangan dengan satu molekul satu molekul air hidrat dalam senyawa
ligan 2-feniletilamin. Pada temperatur kompleks [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2
3200C satu ligan 2-feniletilamin yang dan proses pelepasan semua molekul
masih terikat pada logam mangan mengalami proses endotermis sehingga
mengalami dekomposisi sehingga residu rumus molekul sementara yang tepat
yang tersisa adalah logam mangan yaitu [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O.
dalam bentuk oksida. Proses Rumus molekul ini sama dengan hasil
melepasnya suatu senyawa atau atom perkiraan pengukuran analisis
yang terikat pada senyawa kompleks mikrounsur C, H, N tetapi masih ada
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 bisa dilihat karakterisasi lain yang harus dilakukan
pada tabel 3.1 untuk membuktikan apakah rumus
molekul sampel senyawa kompleks
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
benar-benar tepat.

3.5 Analisis Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik larutan
umumnya menggunakan kemampuan
suatu larutan untuk menghantarkan arus
listrik. Faktor yang mempengruhi daya amina. Struktur senyawa kompleksnya
hantar listrik suatu larutan adalah jumlah, [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O.
ukuran, dan muatan ion-ion yang
terdapat dalam larutan itu. Daya hantar 3.6 Analisis dengan AAS
listrik berhubungan dengan pergerakan Prinsip instrumen AAS
suatu ion dalam larutan, ion mudah didasarkan pada penyerapan energi oleh
bergerak berarti mempunyai daya hantar atom dengan sumber energi berupa
listrik yang besar sehingga bisa diketahui lampu katode berongga (Hollow Catode
pergerakan ion senyawa kompleks Lamp), serta nyala pembakar berguna
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O. untuk mengaktifkan atom-atom logam
Pada tabel 3.3 menampilkan sebelum menyerap energi. Atom-atom
hantaran molar senyawa kompleks tersebut akan mengalami transissi bila
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O di menyerap energi. Energi akan
dalam pelarut methanol yang diukur dipancarkan ketika atom tereksitasi
pada temperatur kamar. Seluruh larutan kembali ke tingkat energi dasar. Detektor
baik larutan standar maupun larutan akan mendeteksi energi yang terpancar
sampel mempunyai konsentrasi 0,01 M tersebut (Hendayana, 1996). Cuplikan
dan hantarannya diukur pada temperatur yang diukur oleh AAS adalah berupa
kamar. Larutan standar yang digunakan larutan yang jernih karena kekeruhan
adalah KCl untuk muatan +1, bisa menyumbat pipa kapiler, pada
MgCl2.6H2O dengan muatan +2, dan analisis menggunakan air sebagai
FeCl3.6H2O untuk muatan +3 pelarut. Larutan cuplikan mengalir ke
dalam ruang pengkabutan, karena
Tabel 3.2 Data hantaran molar [Mn(2- terisap oleh aliran gas bahan bakar dan
feniletilamin)2(H2O)]Cl2 oksigen yang cepat. Setiap pengukuran
Larutan Standar (S. cm2 mol1 )Perbandi dengan AAS harus menggunakan hollow
ngan
elektrolit katode lamp khusus. Hollow katode lamp
Methanol 2,45 x 10
-7
- berfungsi untuk memancarkan energi
KCl 0,01 M 1,702 x 10
-5
1:1 radiasi, pemancaran energi radiasi
-5
MgCl2.6H2O 0,01 M 9,6 x 10 2:1 disesuaikan dengan energi yang
-5
FeCl3.6H2O 0,01 M 6,13 x10 3:1 diperlukan untuk transisi elektron atom.
-4
Cuplikan 1,004 x 10 2:1
Analisis AAS pada penelitian ini
Hasil analisis hantaran [Mn(2- menggunakan HCl 5 M untuk
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 dalam pelarut menstabilkan dan memecah sampel agar
methanol menunjukkan senyawa ini memudahkan pengukuran dengan AAS.
termasuk larutan elektrolit dengan Hasil analisis menggunakan AAS
perbandingan 2:1 bisa dilihat pada tabel ini menunjukkan kadar logam mangan
3.2. Daya hantar listrik larutan elektrolit pada sampel senyawa kompleks [Mn(2-
dapat dinyatakan sebagai daya hantar feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 adalah sebanyak
molar (m) yang didefinisikan sebagai 11,75% untuk 5ppm sedangkan
daya hantar yang ditimbulkan oleh satu kandungan logam mangan sebanyak
zat mol sesuai dengan persamaan 2.5. 12,15% untuk larutan sampel dengan
Senyawa [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 konsentrasi 7ppm. Untuk lebih jelas
menunjukkan perbandingan besar dibuat tabel rumus molekul yang
muatan kation : anion = 2:1 yang berarti memungkinkan pada tabel 4.7.
klorida dalam senyawa kompleks Berdasarkan perhitungan teoritis dan
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 hasil pengukuran sampel ada tiga rumus
berkedudukan sebagai anion dan 2- molekul yang memiliki selisih tidak
feniletilamin berperilaku sebagai ligan, sampai 0,5%, maka karakterisasi
dapat diketahui ligan 2-feniletilamin DTA/TGA dan mikrounsur C, H, N sangat
termasuk ligan unidentat karena ligan 2- berpengaruh dalam menentukan rumus
feniletilamin hanya menyediakan satu molekul yang tepat.
pasangan elektron bebas pada gugus Perhitungan secara teoritis untuk
kandungan logam mangan dengan Mr
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 adalah 3.7 Analisis dengan Suseptibilitas
12,5% hampir mirip dengan hasil Magnetik
eksperimen, tetapi ketika menggunakan Pengukuran momen magnet
rumus molekul tersebut maka ada dengan metode Guoy, yang dilakukan
perbedaan yang cukup besar pada pada penelitian ini berprinsip pada
kandungan C dan H dari hasil analisis pengukuran perubahan berat sampel
mikrounsur C, H, N. Selain itu, pada karena adanya tolakan diamagnetik dan
analisis TGA menunjukkan adanya tarikan paramagnetik tehadap medan
molekul hidrat atau air kristal yang magnet yang diberikan.
terdekomposisi pada suhu 900C dan Analisis suseptibilitas magnetik
1900C sehingga rumus molekul senyawa kompleks
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 masih [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
belum tepat. menunjukkan momen magnet sebesar
Perhitungan teoritis untuk 5,4 BM pada temperatur kamar
kandungan mangan dalam larutan (perhitungan ada di lampiran). Hal ini
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O menunjukkan ion Mn (II) pada sampel
menunjukkan kemiripan yaitu 12% kadar senyawa kompleks
mangan sehingga rumus molekul [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
sampel adalah bersifat paramagnetik dan mempunyai
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O untuk spin tinggi. Apabila dibandingkan dengan
sementara tepat. Data dari karakterisasi perhitungan momen magnetik teoritisnya
sebelumnya yaitu mikrounsur C, H, N (s) yaitu 5,9 BM untuk spin tinggi.
dan karakterisasi DTA/TGA juga Perbedaan momen magnet teori dan
mendukung rumus molekul percobaan bisa disebabkan karena
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O tepat. orbital contribution yaitu kontribusi
Pada perhitungan teoritis rumus momen magnet oleh bilangan kuantum
molekul senyawa kompleks magnet yang tidak di kompeser. Untuk
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.1,5H2O orbital d harganya dapat +2, +1, 0, -1, -2
juga terdapat kandungan logam mangan sehingga untuk ion d5 ada tambahan
dengan konsentrasi yang hampir mirip momen magnet sebesar enam quanta.
yaitu 11,78% tetapi berdasarkan hasil Dari momen magnetik bisa diketahui
analisis karakterisasi mikrounsur C, H, N apakah ligan yang digunakan adalah
kandungan C untuk rumus molekul ligan lemah atau ligan kuat, dalam
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.1,5H2O penelitian ini dapat diketahui ligan 2-
cukup jauh perbedaannya yaitu 41,11% feniletilamin termasuk ligan lemah
sedangkan hasil pengukuran mikrounsur karena logam Mn pada senyawa
C, H, N 42,3287% dan kandungan N kompleks
pada rumus molekul [Mn(2- [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.1,5H2O yaitu termasuk spin tinggi, ligan tidak bisa
5,99% sedangkan hasil pengukuran menggeser posisi elektron pada orbital d
mikrounsur C, H, N menunjukka mangan sehingga pasangan elektron
persentase N sebanyak 6,5521%. bebas ligan mengisi orbital s, p dan d
Analisis DTA/TGA menunjukkan adanya yang masih kosong.
satu molekul hidrat yang terdekomposisi
pada suhu 900C dan 1800C sehingga 3.8 Analisis dengan FTIR
rumus molekul tersebut belum bisa Analisis dengan FTIR digunakan
menjadi rumus molekul yang tepat. untuk mendukung penentuan formula
senyawa kompleks yang telah dihasilkan.
Tabel 3.3 rumus molekul dari analisa AAS Spektrum ini digunakan untuk
Komposisi senyawa kompleks Mr %Mn mengkonfirmasi keberadaan gugus-
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2 440 12,5
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O 458 12 gugus fungsi dalam senyawa
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.1,5H2O 467 11,78 [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O.
[Mn(2-feniletilamin)4(H2O)2]Cl2 646 8,5 Senyawa kompleks
[Mn(2-feniletilamin)3(H2O)3]Cl2 543 10,5
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
diukur pada bilangan gelombang 4000- Unit cell dari senyawa kompleks
300 cm-1. Puncak yang paling tinggi [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
berada disekitar bilangan gelombang adalah a = 4,905 b = 4,905 c = 19,6782
3410,15cm-1 dan 3170,97 - 3116,97cm-1. dan untuk = 90 = 90 = 90. Hasil uji
difraksi sinar X menunjukkan bahwa
senyawa kompleks berupa padatan
kristalin. Ini tercermin dari tajamnya
puncak-puncak difraksi yang muncul
pada difraktogram. puncak yang paling
tinggi muncu pada 2 = 9,01145 ;
31,81440 ; 41,25341 dan 13,51574.

Gambar 3.5 data dari pengukuran FTIR

Untuk bilangan gelombang


3410,15 cm-1 menandakan gugus O H
yang berfungsi sebagai ligan dan terikat
pada logam Mn. Puncak yang sangat
kuat juga terdapat pada bilangan a
gelombang 3170,97-3116,97 cm-1 ini
menunjukkan pada bilangan gelombang
tersebut terdapat =C H sp2 pada
benzene. Bilangan gelombang yang
menunjukkan adanya gugus amina
terdapat pada bilangan gelombang
1327,07 cm-1 dan 1257,59 cm-1. Dalam
data inframerah tersebut juga
menunjukkan adanya gugus benzene
dengan substitusi mono pada panjang
gelombang 748,38 cm-1 dan 694,37 cm-1.
Alkil halida juga terdapat pada bilangan
gelombang 594,08 cm-1. Sedangkan b
untuk ikatan logam mangan dengan ligan
Gambar 3.6 a. Senyawa MnCl22H2O. b
ditunjukkan pada bilangan gelombang
Senyawa kompleks Mn(II) dan 2-feniletilamin
493,78-324,04 cm-1.
3.10.Analisis dengan UV
3.9 Analisis dengan XRD
Analisis menggunakan UV
Hasil XRD menunjukkan senyawa memperlihatkan spektrum
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
berbentuk kristal, hal ini dilihat dari
terdapat dua puncak serapan, masing-
puncak-puncak yang ada pada gambar
masing pada 212 dan 258 nm. Panjang
3.6. Data dari XRD diolah dengan gelombang 212nm menghasilkan puncak
software fullprof untuk mengetahui
yang tinggi dengan absorbansi 2,797 dan
bentuk kristal, space group dan unit
untuk panjang gelombang 258nm
cellnya. Hasil dari pengolahan
menghasilkan puncak yang agak rendah
menggunakan software fullprof untuk dengan absorbansi 0,252. Puncak-
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O dapat puncak serapan tersebut hasil dari
diketahui bentuk kristalnya yaitu
transisi intraligan 2-feniletilamin yang
tetragonal dengan space group p4/mmm.
terkoordinasi dengan atom pusat Mn(II). Keterangan untuk gambar tiga dimensi:
Puncak serapan pada panjang Warna biru muda = karbon
gelombang 212 berada di daerah UV Warna biru tua = Nitrogen
disebabkan karena terjadinya transisi Warna merah = oksigen
elektron * sistem aromatik. Puncak Warna abu-abu = logam mangan
serapan sampel dengan pengukuran
panjang gelombang maksimum 1:1 IV. KESIMPULAN
adalah sama pada serapan 212 dan 258 Senyawa kompleks dari ion
logam Mn(II) dengan ligan 2-fenil etil
amin telah berhasil disintesis. Sintesis
2,797 B
senyawa tersebut dengan perbandingan
mol ion logam dan ligan sebesar 1:1
3.0

2.5
dihasilkan kompleks dengan formula
2.0
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)]Cl2.2H2O.
Karakterisasi dengan FTIR menunjukkan
absorbansi

1.5
0,252
1.0
gugus O-H ligan H2O pada bilangan
3410 cm-1, gugus fenil mono substitusi
pada bilangan gelombang 748,36-694,37
0.5

cm-1, gugus amina pada bilangan


0.0

gelombang 1388,75-1327,02 cm-1, gugus


200 250 300 350 400 450 500
panjang gelombang

C-H alifatik ditunjukkan pada bilangan


Gambar 3.7 spektra UV senyawa kompleks gelombang 2947,43-2515,18 cm-1. Hasil
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O pengukuran DTA/TGA menunjukkan dua
molekul air kristal terdekomposisi pada
3.11 Prediksi Struktur suhu 90-1400C. Pengukuran daya hantar
Berdasarkan dari seluruh listrik menunjukkan senyawa kompleks
rangkaian analisis dan karakterisasi bermuatan +2. Analisis momen magnet
sebelumnya, struktur senyawa koordinasi menunjukkan bahwa senyawa koordinasi
[Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O bisa ini bersifat paramagnetik dengan nilai
dipastikan berbentuk oktahedral dan momen magnet 5,4 BM.
ligan 2-feniletilamin berkoordinasi
unidentat. Medan ligan tergolong lemah V. UCAPAN TERIMA KASIH
karena tidak bisa mendorong elektron Penulis mengucapkan terima
pada orbital d mangan sehingga kasih kepada Dr. Fahimah Martak atas
menyebabkan [Mn(2- bimbingannya sampai terselesainya
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O mempunyai penelitian ini. Orang tua yang tiada henti
spin tinggi dan bersifat feromagnetik. mendukung dan mendoakan anak-
Senyawa koordinasi [Mn(2- anaknya. Bu Yulfi Zetra selaku
feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O juga koordinator TA serta semua pihak yang
mempunyai sifat magnetik yang tinggi terlibat dalam pembuatan makalah ini
dan bisa digunakan untuk aplikasi
selanjutnya pada display atau memori. VI. DAFTAR PUSTAKA
Pada gambar tidak ditunjukkan atom Basolo, F and R.C Johnson.,(1964),
klorin dan air Kristal. Coordination Chemistry The
Chemistry of Metal Complexes,
W.A Benjamin Inch, California

Batten, R. S. (2001), Coodination


NH
HO OH

Mn

Polymer, Current Opinion in Solid


HO
OH
HN

State and Material Science, 5,


107-114.
Gambar 3.7 prediksi struktur senyawa
kompleks [Mn(2-feniletilamin)2(H2O)4]Cl2.H2O
Chang, Raymond, (2005), Kimia Dasar Biopharmaceutic, Volume 74, 281-
Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga, 289
Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Hendayana, S., Kadarohmah, A.,
Coronado, E. Galn Mascars, J.R., Sumarna, A. A. dan Supriatna, A.
Gmez Garzia, C. J. dan 1994. Kimia
Martinez Agudo, J.M. (2001),
Analitik Instrumen. Edisi Keatu.
Layered Molecule-Based
IKIP Semarang Press. Semarang.
Magnets Formed by
Decamethylmetallcenium Cations
and Two-Dimensional Bimetallic Huheey Y E., (1978), Inorganic
Complexes [MIIRuIII(ox)]- (MII = Chemistry Principles of Structure
Mn, Fe, Co, Cu and Zn; ox = and Reactivity, Second Edition,
oxalate), Journal of Solid State Harper International Edition, New
Chemistry, 159, 391- 402. York

Cotton, F.A. (1989), Kimia Anorganik Lee,J.D. 1994.Concise Inorganic


Dasar, Chemistry.4th edition. Chapman
Universitas Indonesia Press, Jakarta and Hall. London.

Decurtins S., Pellaux R., Antorrena G. Martak, F., Onggo, D, Ismunandar,


dan Palacio F. (1999), Nugroho, A., A., Mufti, N., Yamin,
Multifunctional Coordination B.M. (2009), Synthesis and
Compounds: Design and Characterization of a Bimetallic
Properties, Coordination Chemistry Oxalate-Based Magnet:
Reviews, 190-192, 841-854. [(C4H9)4P][MCr(ox)3] M = Mn, Fe,
Co, Ni, Cu, Fahimah Martak, Djulia
Douglas, Bodie., MC Daniel, Darl., Onggo, Ismunandar, A. Agung
Alexander, John. (1994), Concept Nugroho, Nandang Mufti, Bohari M.
and Models of Inorganic Chemistry: Yamin, Current Research In
third edition, John Wiley & sons, Chemistry, 1, 1-7.
Inc, Singapore.
Elmila, Izzah, (2010), Peningkatan Sifat Martak, F., Onggo, D., Ismunandar,
Magnetik Kompleks Polimer Nugroho, A.A., Meetsma, A.
Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3 (2009), Study Structural Polymeric
dengan menggunakan kation Complex [Ni(bpy)3][MnMn(ox)3],
organic tetrabutil ammonium. Proceeding Seminar ITB-UKM.
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya. Mathoniere, C., Nurtall, C.,J., Carling, S.,
G., Day, P. (1996), Ferrimagnetic
Figgis, B.N., Lewis, J.,(1960), The
Mixed-Valency and Mixed Metal
Magnetochemistry of Complex
Tris(oxalate)iron(III) Compounds:
Compounds, In Modern
Synthesis, Structure and
Coordination Chemistry,
Magnetism, Inorganic Chemistry,
Interscience Publisher Inc., New
35, 1201-1206.
York, 400-454
Ohba, M., Tamaki H., Matsumoto N. dan
Fischer, (2010), Transport of
Okawa H. (1993), Oxalate-Bridge
Phenylethylamine at Intestinal
Dinuclear Cr(III)-M(II) (M=Cu, Ni,
Ephitelial (Caco-2) Cell:
Co, Fe, Mn) Complexes: Synthesis,
Mechanism and Substrate
Structure, and Magnetism,
Specificity, European Journal of
Inorganic Chemistry, 32, 5385-
Pharmaceutics and
5390.
Onggo, D., Sugiyarto, K.H., (2001), Characterization and Spectroscopic
Transisi Spin pada Senyawa Studies of a New Ligand [N-(2-
Kompleks Besi(II) dengan Ligan methoxybenzoyl)hydrazinecarbodit
Bidentat Beratom Donor Nitrogen, hioate] ethyl ester and its Mn(II)
Jurnal Pendidikan Matematika dan and Cd(II) complexes: X-ray
Sains, VI, 43-49 structural study of Mn(II) complex.
Polyhedron. 107-112.
Ovanesyan, N.S., Shilov, G.V., Pyalling,
A. A., Train C., Gredin, P., Skoog, A. Douglas., (1996),
Gruselle, M., Kiss, L.F. dan Fundamental of Analytical
Bottyan, L. (2004), Structural and Chemistry, Edisi ke tujuh, Sounders
Magnetic Properties of Two- and College Publishing, USA
Three-dimensional molecule-based
magnets (cat)+[MIIMIII(C2O4)3]-, Susnandar, Djaka, (2008), Sintesis dan
Journal of Magnetism and Magnetic Karakaterisasi Senyawa Koordinasi
Materials, 272-276, 1089-1090. Besi (II) dengan Ligan Basa Schiff
N,N-bis-(2-asetilpirida)etlendiimino
Pitoyo, (2009), Sintesis dan Karakterisasi dan Tiosianat, Institut Teknologi
Kompleks Krom (III) dan Mangan Bandung, Bandung.
(II) dengan 8-Hidroksikuinolin
Vogel (1990), Buku Teks Analisa
Pointilart, F., Train, C., Gruselle, M., Anorganik Kualitatif Makro dan
Villain, F., Schmale, H.W., Talbot, Semimikro, terjemahan oleh
D., Gredin, P., Decurtins S. dan Setiono, L., Pudjaatmaka, A.H.,
Verdaguer, M. (2004), Chiral edisi ke lima, PT. Kalman Media
Templating Activity of Pustaka, Jakarta
Tris(bipyridine) ruthenium(II) Cation
in Design of Three-Dimensional
(3D) Optically Active Oxalate-
Bridged [Ru(bpy)3][Cu2xNi2(1-
x) (C O )
2 4 3] (0 x 1; bpy = 2,2-
bipyridine): Structural, Optical, and
Magnetic Studies, Chemical
Materials, 16, 832-841.

Rahadjeng S.,(1987), senyawa


Koordinasi Struktur, Teori dan
Reaksi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Airlangga, Surabaya

Rao, C.N.R., Natarajan, S. dan


Vaidhyanathan, R. (2004), Metal
Carboxylates with Open
Architectures, Angew. Chem. Int.
Ed., 43, 1466-1496.

Sibilia, P.,(1996), Guide to Material


Characterization ang Chemical
Analysis, 2th Edition, John Wiley-
VCH, New York.

Singh, M., Aggarwal, V., Sing, U. P. and


Singh, N. K. 2009. Synthesis,

Anda mungkin juga menyukai