Anda di halaman 1dari 103

DIFFERENSIAL

Kehidupan manusia mengalami berbagai perubahan, sesuai


dengan proses perubahan zaman dari waktu ke waktu, sejak
dari zaman primitif sampai pada era teknologi seperti saat ini.
Sejalan dengan perubahan ini, kegiatan ekonomi yang dimaknai
sebagai bagian dari kehidupan manusia turut berubah sejak dari
kurun masa lalu hingga saat sekarang. Pengertian ekonomi itu
sendiri secara konseptual diartikan sebagai bentuk perubahan
berbagai pertukaran barang-barang yang menjadi kebutuhan
manusia. Dalam proses ini peranan matematika sebagai konsep
dasar ekonomi terbatas pada pengekspresian bentuk-bentuk
matematika sederhana, seperti pemakaian bilangan asli, cacah,
bulat atau pecahan yang dioperasikan secara sederhana saja,
seperti operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian yang dilakukan secara manual dan sederhana. Akan
tetapi, sesuai dengan berkembangnya pola kehidupan manusia
ke arah yang lebih maju, maka terjadi pula perubahan aktivitas
ekonomi yang mana penerapan matematika semakin kompleks
dan makin saling memiliki keterkaitan di antara berbagai faktor
dalam proses ekonomi dan hal tersebut di olah secara
terprogram dalam berbagai model yang disajikan dalam formula
matematika yang kompleks yang digunakan untuk pemecahan
yang lebih rumit pula.
Secara umum, perubahan kehidupan manusia semakin
kompleks dari suatu masalah ke masalah lainnya akan semakin
memerlukan analisis yang rumit yang digunakan untuk
pemecahannya tersebut. Salah satu alat yang dianggap mampu
mengekspresikan kekompleksan permasalahan tersebut adalah

110
model matematika. Mentransformasi model ekonomi kedalam
berbagai persamaan rumus matematika, memungkinkan
terjadinya perubahan jenjang kesulitan pemecahan masalah
ekonomi ke dalam pemecahan masalah matematika. Untuk itu
diperlukan pemahaman tentang beberapa konsep matematika
sebagai syarat pemecahan masalah, sehingga perlu dipelajari
oleh ekonom dan pelaku bisnis. Hal ini diperlukan agar
interpretasi pemecahan matematika dapat dikonversikan tidak
hanya ke dalam penyelesaian masalah ekonomi dan bisnis saja
melainkan pada penyebabnya dan sulit serta kompleksnya gejala
yang penyelesaiannya.
Dalam kajian ilmu ekonomi, turunan (derivative) mengulas
tentang tingkat perubahan suatu fungsi bila terjadi perubahan
kecil dalam variabel bebas fungsi yang bersangkutan. Dengan
aplikasi diffrensial dapat pula disidik kedudukan-kedudukan
khusus dari sebuah fungsi. Dalam kaitan ini, konsep turunan
menjadi salah satu alat analisis yang sangat penting dalam
ekonomi, di mana teori turunan sering diaplikasikan dalam
konsep nilai marginal dan penerapan turunan dalam
pembentukan fungsi atau perhitungan nilai marginal dari
berbagai variabel yang terlibat dalam ekonomi. Aplikasi ini
dapat menetapkan besar biaya marginal pada bidang ekonomi
fungsi turunan yang diaplikasikan untuk mencari biaya marjinal,
yaitu dengan cara menurunkannya dari persamaan biaya total.
Jika diketahui besar biaya total yang dikeluarkan sebuah
perusahaan untuk menghasilkan produksi sejenis barang tertentu
yang diproduksi.
3.1 Pengertian Turunan ( derivative )
Pada bab ini akan dijelaskan lebih dahulu pengertian dari
turunan dengan defenisi dari turunan pada suatu titik. Arti dari
111
turunan pertama suatu fungsi di suatu titik merupakan
kemiringan dari fungsi tersebut di titik itu, yang secara tepat
didefenisikan sebagai berikut. Kemiringan dari suatu garis lurus
didefenisikan sebagai gradient ( tangent dari sudut ) yang
dibentuk oleh kecondongan oleh garis itu . Dengan perkataan
lain bahwa suatu titik yang bergerak sepanjang garis pada salah
satu arah akan mengalami perobahan koordinat titik tersebut
disepanjang sumbu vertical maupun dalam arah sumbu
horizontal .
Y

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B ( 𝑋2 , 𝑌2 )

∆𝑦
∆𝑥
A(𝑋1 , 𝑌1 )

0 X
Gambar 3.1. Perobahan arah garis pada setiap titik.
Dari gambar 1.1 di atas kita melihat bahwa kecondongan (
slope ) suatu garis lurus AB sebesar : m  tg  y  y  y senantiasa
2 1

x2  x1 x
konstan sepanjang garis lurus AB sehingga perubahan pada y
sebagai akibat perubahan x senantiasa konstan.

112
Lain halnya untuk suatu garis lengkung yang dibentuk oleh
suatu kurva dari suatu fungsi, maka perubahan pada y sebagai
akibat perubahan pada x tidak selalu konstan , tetapi senantiasa
berobah pada kurva tersebut . Untuk lebih jelasnya
perhatikanlah gambar berikut.
Y
y = f(x)
B ( x + ∆𝑥 , 𝑦 + ∆𝑦 )

∆𝑦

A(x,y) ∆x
𝑦 = 𝑓(𝑥)
O X
Gambar 3. 2. Laju perubahan pada sumbu X dan sumbu Y .
x = pertambahan pada sumbu x
y = pertambahan pada sumbu y
y=(y+y)–y
= [ ( f (x) + f (x) ] – f (x)
= f ( x + x ) – f (x)
Selanjutnya jika titik A(x,y) ditetapkan sedemikian rupa,
sementara titik B (x+x , y+y) bergerak sepanjang kurva y = f(x)
menuju titik A(x,y) sehingga apabila kecondongan garis yang
113
menghubungkan titik A dan titik B yaitu AB akan senantiasa
berobah pada setiap perobahan titik B. Dengan kata lain laju
perubahan pada sumbu Y yaitu y dengan perobahan pada sumbu
X yaitu x ditentukan oleh posisi B pada y = f(x) yang mana baik
∆y maupun ∆x akan semakin kecil bila B terus bergerak
disepanjang y = f(x) mendekati A. Dan pada akhirnya pada saat
B hampir berimpitan pada titik A maka ∆x menuju nol yang
memberikan suatu nilai batas yang yang konstan yang disebut
kemiringan sudut kurva di titik A (x,y) , dimana kemiringan
garis potong kurva mendekati limit yang konstan sehingga :
y
lim  m  tg = gradient garis singgung f (x) pada titik A (x,y)
x 0 x

Jika untuk suatu harga x tertentu limit itu ada, maka pada
y
harga x tersebut y = f(x) dapat didefinisikan, maka lim
 x  0 x

dy
dinyatakan sebagai dx
atau y’ atau f ’(x). Limit itu dinamakan
perbandingan differential atau turunan y = f(x), sehingga:
dy y f ( x  x)  f ( x)
 y'  f ' ( x)  lim  lim
dx x  0 x x  0 x
f ( x  x)  f ( x)
f ' ( x)  lim
Jadi: x  0 x
Secara lebih sederhana, bila ∆x diganti dengan h maka ditulis:

dy f ( x  h)  f ( x )
 f ' ( x)  lim
dx h0 h

114
Dengan demikian maka perbandingan differensial (turunan)
pertama suatu fungsi y = f(x) di titik A, pada umumnya
bergantung letak titik A yakni fungsi dari absis titik itu atau
fungsi dari x. Turunan pertama dari fungsi y = f(x)
𝑑𝑦
dilambangkan dengan 𝑑𝑥 = 𝑦 ′ = 𝑓 ′ (𝑥), dan untuk turunan
𝑑2 𝑦
kedua dengan 𝑑𝑥 2 = 𝑦 ′′ = 𝑓 ′′ (𝑥 ) … … …. dan untuk turunan ke n
𝑑𝑛 𝑦
ditulis dengan 𝑛 . Beberapa langkah dapat dilakukan untuk
𝑑𝑥
mendapatkan turunan dari y = f(x). Dengan demikian,
perbandingan differential (turunan) pertama suatu fungsi y = f(x)
di titik A, pada umumnya bergantung letak titik A yakni fungsi
dari absis titik itu atau fungsi dari x.
Tabel 3.1 Tahap – Tahap Mendapatkan Turunan
No f (x) f ( x  h) f ( x  h)  f ( x ) f ( x  h)  f ( x )
f ' ( x)  lim
h 0 h
h

1 k k k k lim 0  0
0 h 0
h
2 x xh xhx lim 1  1
1 h 0
h
3 x2 ( x  h) 2 x 2  2 xh  h 2  x 2 lim 2 x  h  2 x
 2 x  h h 0
h

4 x3 ( x  h) 3 ( x  h) 3  x 3 lim 3x 2  3xh  h 2  3x 2
 3x  3xh  h h0
2 2

115
5 1 1 1

1 1 1
xh xh
lim  2
x x h  0 x ( x  h) x
h

6 1 1 1 1  ( 2 x  h)
 2 lim 2 2  2 x3
x2 ( x  h ) ( x  h) x
2 2
 ( 2 x  h) h  0 x ( x  2 xh  h )
2
 2 2
h x ( x  2 xh  h )
2

7 ( x  h) n ( x  h) n  x n ( x  h) n  x n
xn  nx n1 
lim  nx n 1
h
h 0 h
n(n  1) x n2 h n(n  2) x n3h 2

2! 3!
n1
 ...  h

Catatan:
( x  h) n  x n n1 n(n  1) x n2 h n(n  2) x n3h 2
 nx    ...  h n1
h 2! 3!

Contoh 3.1.
a. Jika f(x) = x , tentukan f ’(x)
b. Jika f(x) = x  1  x2 , tentukan f ’(x)
c. Jika f(x) =tg x, tentukan f ’(x)
d. Jika f(x) = sec x  cos1 x , tentukan f ’(x)
e. Jika f(x) = cos ecx 
1
, tentukan f ’(x)
sin x
Jawab:
f ( x  h)  f ( x ) ( x  h)  x
a. f ' ( x)  lim  lim
h 0 h h 0 h

( x  h)  x ( x  h)  x
 lim .
h0 h ( x  h)  x

116
1 1
 lim 
h 0 ( x  h)  x 2 x

( x  h)  1  ( x  h ) 2  x  1  x 2
b. f ' ( x)  lim
h0 h

h  1  ( x  h) 2  1  x 2
 lim
h0 h

1  ( x  h) 2  1  x 2 1  ( x  h) 2  1  x 2
 lim 1  .
h0 h 1  ( x  h) 2  1  x 2

 2x  h  x
 lim 1    1
h0
 1  ( x  h) 2  1  x 2  1  x2

tgx  tgh
 tgx
tg ( x  h)  tgx 1  tgxtgh
c. f ' ( x)  lim  lim
h 0 h h 0 h
tgx  tgx  tgx(1  tgxtgh tgh  tg 2 xtgh
 lim  lim
h 0 h(1  tgxtgh) h 0 1  tgxtgh

tgh(1  tg 2 x) tgh (1  tg 2 x)
 lim  lim . lim
h0 h(1  tgxtgh) h0 h h0 (1  tgxtgh)

1  tg 2 x
 1.  sec 2 x
1 0
1 1

cos( x  h) cos x cos x  cos( x  h)
d. f ' ( x)  lim  lim
h 0 h h 0 h(cos x. cos( x  h)

 2 sin 12 ( x  x  h). sin 12 ( x  x  h)


 lim
h 0 h cos x. cos( x  h)

117
 2 sin  x  12 h  1
h
 lim .2. 12 lim 12
h 0 cos x. cos( x  h) h 0
2 h

cos x  0 1
 .1  sin x cos 2 x.  tgx sec x
cos x. cos x cos x
Beberapa Rumus Turunan
1. f(x) = axn  f ’(x) = anxn-1
2. f(x) = sin x  f ’(x) = cos x
3. f(x) = cos x  f ’(x) = sin x
4. f(x) = tg x  f ’(x) = sec2 x
1
5. f(x) = ln x  f ’(x) = x
f(x) = alog x  f ’(x) =
6.
1
x ln x
7. f(x) = ex  f ’(x) = ex
8. f(x) = ax  f ’(x) = ax lna
f(x) = arc sin x  f ’(x) =
9.
1
1  x2
f(x) = arc cos x  f ’(x) =
10. 1

1  x2

f(x) = arc tg x  f ’(x) =


1
11.
1  x2
12. f(x) = sinh x  f ’(x) = cosh x
13. f(x) = cosh x  f ’(x) = sinh x

Jika u dan v masing-masing fungsi dalam x sehingga bila:


14. y = u ± v  y’ = u’± v’
15. y = u . v  y’ = u’v± uv’

118
u
y = v  y’ = v 2
16.
u ' v  uv'

17. y = un  y’ = nun-1.u’
18. y = ln u  y’ = 1 u’
u
Turunan Berantai
Jika y = f(u); u = f(t); t = f(w); dan w = f(x)
dy dy du dt dw
19. dx  du . dt . dw . dx

Contoh 3.2.
2
dy
Hitung jika y = e ln tg cos x
dx

Jawab:

Misalkan : u = x2 
du
= 2x
dx

v = cos u  dv = -sin u = -sin x2


du

w = tg v  dw = sec2v = sec2(cos x2)


dv

t = ln w  dt
=  w1  tg cos
1
x 2
dw

dy t ln tg cos x 2
Maka y = et, sehingga dt
e e

Dengan demikian:
dy dy dt dw du 1
 .  eln tg cos x . 
2
2 2 2
. . 2
. sec cos x . sin x .2 x
dx dt dw dv dx tg cos x

119
 2 x sec 2 cos x 2 .sin x 2 .e ln tg cos x
2


tg cos x 2

3.2. Tafsiran Geometri untuk turunan


Secara geometri kita mengetahui bahwa persamaan garis
lurus melalui titik (a,b) dengan gradien sebesar m berbentuk :
𝑦 − 𝑏 = 𝑚 (𝑥 − 𝑎) atau 𝑦 = 𝑚 ( 𝑥 − 𝑎 ) − 𝑏
Selanjutnya kita telah mengetahui bahwa turunan pertama
fungsi y = f (x) merupakan gradien garis singgung dititik (x,y)
yaitu :
𝑦 𝑑𝑦⁄ 𝑦
m = lim 𝑥 dan 𝑑𝑥 = f’ (x) = lim
𝑥→0 𝑥→0 𝑥

𝑑𝑦⁄ ′
sehingga 𝑚 = 𝑡𝑔 ∝ = 𝑑𝑥 = 𝑓 (𝑥)

dengan demikian rumus menjadi 𝑦 = 𝑓 ′ (𝑥 )(𝑥 − 𝑎) − 𝑏


yang merupakan persamaan garis singgung fungsi y = f (x)
Contoh 3.3.
Tentukan gradien dan persamaan garis singgung pada parabola f
(x) = 7x2 – 35x – 16 dititik (3,5)
Penyelesaian :
F (x) = 7x2 – 35x – 16 ⇒ f’ (x) = 14x – 35
Maka m = f’ (x) = 14x – 35. Untuk titik (3,5) maka
m = f’ (3) = 14.3 – 35 = 7 sehingga dengan rumus
garis singgung di titik (3,5) pada parabola

120
f(x) = 7x2 – 35x -16 menjadi :
y = f’ (3) (x – 3) – 5
= 7 (x – 3) – 5
= 7x – 26
Contoh 3.4.
Jika garis y = 3x menyinggung kurva f (x) = 2x2 + ax + b ; a,b 𝜖
R, pada titik (2,9).
Tentukanlah nilai a dan b
Penyelesaian :
Garis singgung y = 3x diperoleh m = 3 . Dari f(x) = 2x2 + ax + b
diperoleh f’(x) = 4x + a, sehingga m = f’ (x) = 4x + a ⇔3 = 4x +
a maka: a = 3 – 4x.
Untuk titik (2.9) maka a = 3 – 4.2 = -5, kemudian dari f (x) = y =
2x2 + ax + b, diperoleh :
9 = 2.22 – 5.2 + b ⇒ b = 11
Dengan demikian f (x) = 2x2 - 5x + 11
Contoh 3.5.
Diketahui titik (25,64) dilalui oleh kurva f(x) = (s + (t/x) √x.
Garis singgung di P mempunyai gradien 4. Tentukanlah s dan t
Penyelesaian :
f (x) = [s + (t/x) ]√x untuk titik P (25, 64) didapat
persamaan:
64 = [s+(t/25)] √25
121
64 = 5s + (t/5)⇔ 320 = 25s + t. . . . . . (*)
Dari f(x) = [s+(t/x)] √x = s√x + t/√x maka
f’ (x) = s / (2√x) – t/(2x√x) = m = 4
untuk titik P (25, 64) maka s/ (2√25) – t/ (2.25√25) = 4
⇔ 4 = s/10 – t / 250
⇔ 1000 = 25s – t . . . . . . (**)
Dari (*) dan (**) diperoleh :
25s + t = 320
25s - t = 1000 -
2t = - 680, atau t = - 380, dan 25s - 680 = 320, s = 40,
sehingga kurva itu adalah :
f(x) = (40 – 380/ x) √x
Contoh 3.6. Tentukan turunan pertama dari:
a. f(x) = sin nx
b. b. f(x) = cos nx
Penyelesaian:
a. f(x) = sin nx
sin n( x  h)  sin nx 2 cos( nx  12 h) sin 12 nh
f ' ( x)  lim  lim
h 0 h h 0 h
n cos(nx  12 nh) sin 12 nh
 lim . 1
h0 1 2 nh

122
sin 12 nh
 lim n cos(nx  nh). lim . 1
1
2  n cos nx.1  n cos nx
h0 h0 2 nh

b. f(x) = cos nx
Penyelesaian:
f(x) = cos nx
cos n( x  h)  cos nx  2 sin( nx  12 nh). sin 12 nh
f ' ( x)  lim  lim
h 0 h h 0 h
sin 12 nh
 lim  n sin( nx  nh). 1 1
2
h0 2 nh

 lim {n sin( nx  12 nh).1  n sin nx


h 0

Jadi bila f(x) = cos nx, maka f ' ( x)  n sin nx


3.3 Fungsi Naik dan Fungsi Turun serta Nilai Stasioner
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa turunan pertama dari
fungsi y = f(x) pada suatu interval diberikan oleh
f(x + h) − f(x)
𝑓 ′ (𝑥 ) = lim ; ℎ > 0, ℎ ≠ 0.
h →0 h
Kita telah mengetahui pula bahwa suatu fungsi y = (fx)
mempunyai sebuah maksimum yang relative untuk x = k, jika
terdapat suatu bilangan  > 0 sedimikian hingga untuk setiap
harga h < , memenuhi kedua ketidak samaan berikut:
f(k − h) < 𝑓(𝑘) 𝑑𝑎𝑛 𝑓(𝑘 + ℎ) < 𝑓(𝑘)
Demikian pula suatu fungsi y = f(x) mempunyai sebuah
minimum relatif untuk x = k jika terdapat suatu bilangan  >0

123
sedemikian hingga untuk setiap h <  memenuhi ketidak samaan
f(k − h) > 𝑓(𝑘) 𝑑𝑎𝑛 𝑓(𝑘 + ℎ) > 𝑓(𝑘)
Dengan kata lain : jika disebelah kiri garis x = k fungsi naik
dan disebelah kanannya turun, maka fungsi y = f(x) mempunyai
sebuah harga maksimum relatif untuk x = k. Sebaliknya jika
disebelah kiri garis x = k fungsi itu turun dan disebelah
kanannya naik, maka fungsi y = f(x) mempunyai sebuah harga
minmum.
f(x+h)− f(x)
Dari rumus yaitu: 𝑓 ′ (𝑥 ) = lim dapat kita amati
h →0 h
alternatif sebagai berikut:
f(x+h)− f(x)
1. 𝑓 ′ (𝑥 ) = lim > 0. Karena penyebut h > 0 maka
h →0 h
pembilang f(x + h) – f(x) > 0 atau f(x + h) > f(x) sesuai
dengan ketentuan diatas maka f(x) naik dalam interval itu.
f(x+h)− f(x)
2. 𝑓 ′ (𝑥 ) = lim < 0 maka pembilang f(x + h) – f(x) <
h →0 h
0 atau f(x + h) < f(x), dan sesuai dengan ketentuan diatas
maka f(x) turun dalam interval itu.
f(x+h)− f(x)
3. 𝑓 ′ (𝑥 ) = lim = 0. Karena h > 0 maka f(x + h) –
h →0 h
f(x) = 0 atau f(x +h) = f(x) mempunyai nilai stasioner disuatu
titik. Jadi:
a. Bila dalam suatu interval f’(x) > 0, maka dalam interval itu
f(x) naik atau bila dalam suatu interval f’(x) naik maka f’(x)
tidak dapat negative.
b. Bila dalam suatu interval f’(x) < 0 maka dalam interval itu
f(x) turun, atau bila dalam suatu interval f(x) turun maka
dalam interval itu f’(x) < 0

124
c. Bila f’(x) = 0 maka f(x1) adalah nilai stasioner f(x) pada x =
x1. Nilai stasioner dititik itu mungkin nilai balik maksimum
atau minimum atau titik belok horizontal.
Pada (a) garis singgung kurva pada setiap titik mempunyai
gradient positif, dan pada (b) garis isnggung kurva disetiap titik
mempunyai gradient naegtaif, sedang pada (c) gradient kurva
adalah nol dititik tertentu pada kurva itu, sehingga koordinat
titik belok fungsi berada pada titik (x1, f(x1)).
Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi saat mencapai
nilai stasioner yang diperlihatkan dari jenis-jenis stasioner
berikut:

Tabel 2.2 Kurva titik balik minimum dari f


x x1 x 2 x 3
f’(x) + 0 +
Bentuk
Grafik

f(x1) merupakan titik balik minimum dari f


Tabel 2.3 Kurva titik belok horizontal dari f
 
x x 1 x 
2
x 3

f’(x) + 0 -
Bentuk
Grafik
f mempunyai titik belok horizontal [x1,f(x1)]
Tabel 2.4 Kurva titik balik maksimum dari f

125
 
x x x 1x 
2 3

f’(x) + 0 -
Bentuk
Grafik
f(x1) merupakan titik balik maksimum dari f
Tabel 2.5 Kurva titik belok horizontal dari f
x x1 x 2 x 3
f’(x) + 0 +
Bentuk
Grafik

f mempunyai titik belok horizontal [x1,f(x1)]


Catatan:
x1- dibaca kurang sedikit dari x1
x1+ dibaca lebih sedikit dari x1
Fungsi y = f(x) mencapai minimum jika y’ = f’ (x) = 0 dan y” =
f” (x) > 0 dan fungsi y = f(x) mencapai maksimum bila y’ = f’(x)
= 0 dan y” = f” (x) < 0.
Contoh 3.7.
a. Tentukan dalam interval mana fungsi-fungsi:
f(x) = 3x2 + 2x +15 dan f(x) = 2x3 – 5x2 – 24x, naik dan
dalam interval mana turun.
b. Tentukan nilai stasioner (nilai ekstrim) fungsi-dungsi
f(x) = x2 – x +35 dan f(x) = 2x3 -30x2 +51 x + 20
Penyelesaian:
a. f ( x)  3x 2  2 x  15 , maka f ' ( x)  6 x 3  2

126
Fungsi f(x) naik bila f’(x) > 0  6x + 2 > 0, atau x
1
3
Fungsi f(x) turun bila f’(x) < 0  6x + 2 < 0, atau x
1
3
Untuk f(x) = 2x3 – 5x2 +24x maka f’(x) = 6x2 – 10x – 24
Fungsi f(x) naik bila f’ > 0  6x2 – 10x – 24 > 0
 3x2 – 5x – 8 > 0
4
 (𝑥 – 3) (𝑥 + 3) > 0
Dengan garis bilangan, maka fungsi naik pada interval 𝑥 <
4 4
− 3 atau x > 3 dan fungsi turun pada interval − 3 < 𝑥 < 3

4
−3 0 1 2 3
b. Untuk f(x) = x2 – x + 35
f’(x) = 2x -1
Nilai stasioner f didapat apabila f’(x) = 0
1 1
2x + 1 = 0, atau x = 2. Jadi untuk x = maka nilai 𝑓( ) =1
2
2
1 2 1 139
(2) − (2) + 35 = 4

Karena f”(x) = 2 > 0 maka f(x) mempunyai titik balik


1 139
minimum dititik ( , ).
2 4

Selanjutnya untuk fungsi:


f(x) = 2x3 – 30x2 + 51x + 20
f’(x) = 6x2 – 60x + 51, sehingga f”(x) = 12x – 60

127
Nilai stasioner f didapat bila f’(x) = 0, atau: 6x2 – 60x + 51 =
0, atau 3x2 – 20x + 17 = 0
17
 ( x  1)( x  )  0 atau x = -1 atau 17
3 x dan
3

f (1)  (1)  30(2) 2  51(1)  20  93 , dan


f ' ' (1)  12(1)  60  72  0, sehingga di titik (-1,-93)
terjadi titik balik maksimum.

17
Selanjutnya di titik
x diperoleh:
3
3 2
17  17   17   17 
f ( )  2   30   51(   20  150,33 , dan
3  3  3  3

17  17 
f ' ' ( )  12   60  8  0 . Dengan demikian di titik
3 3
 17 
 ;150,33  terjadi titik balik minimum.
 3 
3.4 Beberapa Rumus Fungsi
Untuk menyelesaiakan berbagai masalah turunan fungsi
maka dapat dikerjakan dengan menerapkan berbagai rumus
turunan sebegai berikut:
1. 𝑓(𝑥 ) = 𝑎𝑥 𝑛 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑎𝑛𝑥 𝑛−1
2. 𝑓(𝑥 ) = sin 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = cos 𝑥
3. 𝑓(𝑥 ) = cos 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = − sin 𝑥
4. 𝑓(𝑥 ) = 𝑡𝑔 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑠𝑒𝑐 2 𝑥

128
1
5. 𝑓(𝑥 ) = ln 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑥
1
6. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑎log 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = (𝑥 ln 𝑥)
7. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑒 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑒 𝑥
8. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑎 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑎 𝑥 ln 𝑎
1
9. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑎𝑟𝑐. sin 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) =
√1−𝑥 2
−1
10. 𝑓(𝑥 ) = 𝑎𝑟𝑐. cos 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) =
√1−𝑥 2
1
11. 𝑓(𝑥 ) = 𝑎𝑟𝑐. tg 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = 1+𝑥 2
12. 𝑓(𝑥 ) = sinh 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = cosh 𝑥
13. 𝑓(𝑥 ) = cosh 𝑥 ⟹ 𝑓 ′ (𝑥 ) = sinh 𝑥
Jika u dan v masing-masing fungsi dalam x sehingga bila :
14. 𝑦 = 𝑢 ± 𝑣 ⟹ 𝑦′ = 𝑢′ ± 𝑣′
15. 𝑦 = 𝑢. 𝑣 ⟹ 𝑦 ′ = 𝑢′ 𝑣 + 𝑢𝑣′
𝑢 (𝑢′ 𝑣−𝑢𝑣′)
16. 𝑦 = 𝑣 ⟹ 𝑦′ = 𝑣2
17. 𝑦 = 𝑢𝑛 ⟹ 𝑦 ′ = 𝑛(𝑢𝑛−1 ). 𝑢′
1
18. 𝑦 = ln 𝑢 ⟹ 𝑦′ = (𝑢) 𝑢′

Turunan Berantai

Jika 𝑦 = 𝑓(𝑢); 𝑢 = 𝑓(𝑡); 𝑡 = 𝑓 (𝑤); 𝑤 = 𝑓 (𝑥 )


dy dy du dw
19.  . .
dx du dt dx

Contoh 3.8.
𝑑𝑦 2
Hitung 𝑑𝑥 dari 𝑦 = 𝑒 ln 𝑡𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝑥
Jawab :

129
Misalkan 𝑢 = 𝑥 2 , 𝑣 = cos 𝑢, 𝑤 = 𝑡𝑔 𝑣, 𝑑𝑎𝑛 𝑡 = 𝑙𝑛 𝑤
sehingga
𝑑𝑢 𝑑𝑣
= 2𝑥, = − sin 𝑢 = − sin 𝑥 2
𝑑𝑥 𝑑𝑢
𝑑𝑤
= 𝑠𝑒𝑐 2 𝑣 = 𝑠𝑒𝑐 2 (cos 𝑥 2 ), 𝑑𝑎𝑛
𝑑𝑣
𝑑𝑡 1 1
= =
𝑑𝑤 𝑤 (𝑡𝑔 cos 𝑥 2 )
𝑑𝑦 2
Maka : 𝑦 = 𝑒 𝑡 , sehingga 𝑑𝑡 = 𝑒 𝑡 = 𝑒 ln 𝑡𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝑥 , dan
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑡 𝑑𝑤 𝑑𝑣 𝑑𝑢
= . . . .
𝑑𝑥 𝑑𝑡 𝑑𝑤 𝑑𝑣 𝑑𝑢 𝑑𝑥
2 1
= 𝑒 ln 𝑡𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝑥 . 2
. 𝑠𝑒𝑐 2 (cos 𝑥 2 ). − sin 𝑥 2 . 2𝑥
(𝑡𝑔 cos 𝑥 )
2
−2𝑥𝑠𝑒𝑐 2 (cos 𝑥 2 ) . sin 𝑥 2 . 𝑒 ln 𝑡𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝑥
=
𝑡𝑔 cos 𝑥 2

130
LATIHAN 3
f ( x  x)  f ( x)
Dengan rumus f ' ( x)  lim , tentukanlah turunan
x  0 x
pertama dari fungsi-fungsi:
1. 𝑓 (𝑥 ) = 3𝑥 2
2. 𝑓 (𝑥 ) = 2√𝑥
3. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 + √𝑥
4. 𝑓 (𝑥 ) = 5𝑥 2 − 7𝑥 − 6
5. 𝑓 (𝑥 ) = √(3𝑥)
6. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 − 3𝑥 2 − 4
7. 𝑓 (𝑥 ) = 3𝑥 4
8. 𝑓 (𝑥 ) = 3𝑥 5 − 3𝑥 3 − 4
9. 𝑓 (𝑥 ) = −𝑥 6
1
10. 𝑓(𝑥 ) = 4𝑥 ⁄4
Tentukanlah turunan pertama dengan rumus
f ( x  h)  f ( x )
f ' ( x)  lim
x 0
untuk fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥), jika :
h
11. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 3 + 2𝑥 2 + 5𝑥 − 9
12. 𝑓(𝑥 ) = 6 − (1⁄2)𝑥 2 − (1⁄3)𝑥 3 − (1⁄4)𝑥 4
2
13. 1 1
𝑓(𝑥 ) = (𝑥 ⁄2 − ( ⁄3)𝑥)
14. 𝑓(𝑥 ) = (2𝑥 − 4)2
15. 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 + 4)(𝑥 − 5)2
16. 𝑓(𝑥 ) = (3𝑥 + 4)3
2
17. 𝑓(𝑥 ) = (√𝑥 − 𝑥)
18. 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 − 5)4
2
𝑥 2 +10
19. 𝑓(𝑥 ) = ( )
5
1
20. 𝑓(𝑥 ) = √𝑥 ( 𝑥)

21. 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 − 1)3 (𝑥 + 4)5
131
2
22. 𝑓(𝑥 ) = [5𝑥 + (5⁄𝑥 )]
23. 𝑓(𝑥 ) = √𝑥(√𝑥 − 1)
3⁄ 6
24. 𝑓(𝑥 ) = 8𝑥 4 − 2
𝑥 ⁄3
1 1
25. 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 − 𝑥) (𝑥 + 𝑥)
𝑥 2 −4𝑥
26. 𝑓(𝑥 ) = ( )
𝑥 √𝑥
⁄1
(𝑥 2 +2) 2
27. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥
28. 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 + 2)3 (𝑥 2 + 1)−1
3 1
29. 𝑓(𝑥 ) = (3𝑥 + 6𝑥 2 ) ⁄2 (2𝑥 + 4) ⁄2
2
(√𝑥+6) (𝑥+3)3
30. 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 2 +3)2
31. ( 2
𝑓(𝑥 ) = ln 𝑥 − 4𝑥 )
32. 𝑓(𝑥 ) = log(𝑥 2 + 2)
33. 𝑓(𝑥 ) = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 𝑥 2
34. 𝑓(𝑥 ) = cos (3𝑥 2 + 4𝑥 )
35. 𝑓(𝑥 ) = 𝑐𝑡𝑔 2𝑥
36. 𝑓(𝑥 ) = log √𝑥
37. 𝑓(𝑥 ) = (1⁄𝑥 ) ln 𝑥
38. 𝑓(𝑥 ) = 𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 𝑥 3
39. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 𝑥
40. 𝑓(𝑥 ) = 10𝑒 𝑥+4
Jika 𝑢 = 2𝑥 2 + 5 dan = 6𝑥 + 8𝑥 3 ; hitung y’ bila
41. 𝑦 =𝑢+𝑣
42. 𝑦 = 𝑢. 𝑣
𝑢
43. 𝑦=𝑣
44. 𝑦 = 2𝑢 + 3𝑣

132
45. 𝑦 = 3𝑢. 5𝑣
4𝑢
46. 𝑦 = 6𝑣
1 1
47. 𝑦 = 𝑢 ⁄2 + 𝑣 ⁄3
48. 𝑦 = 3√𝑢 − 4√𝑣
49. 𝑦 = (𝑢 + 3𝑣)2
50. 𝑦 = (3𝑢 − 4𝑣)2
51. (5𝑣 2 + 2𝑣)3 Jika 𝑓 (𝑥 ) = (2⁄3) 𝑥 2⁄3 tentukanlah
𝑓 ′ (8), 𝑓 ′ (27), 𝑓 ′ (1⁄64), 𝑓 ′ (1⁄125)
3
52. Jika 𝑓(𝑥 ) = √𝑥 + 𝑥 hitunglah

′( ) ′( ⁄ ) ′( ′
𝑓 8 , 𝑓 1 8 , 𝑓 64), 𝑓 (125)
53. Jika 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 2 − 𝑥)−2 hitunglah
1
𝑓 ′ (2) , 𝑓 ′ (1), 𝑓 ′ (2)
54. Jika 𝑓(𝑥 ) = ln(𝑥 + √𝑥 2 + 4) hitunglah
𝑓 ′ (1), 𝑓 ′ (−1), 𝑓 ′ (2), 𝑓 ′ (3)
55. Jika 𝑓(𝑥 ) = (𝑥 4 + 5)𝑥 hitunglah
𝑓 ′ (1), 𝑓 ′ (2), 𝑓 ′ (3), 𝑓 ′ (4)
𝑥+1
56. Jika 𝑓(𝑥 ) = √𝑥−1 hitunglah
𝑓 ′ (−2), 𝑓 ′ (2), 𝑓 ′ (3), 𝑓 ′ (−3)
57. Jika 𝑓(𝑥 ) = sin(𝑥 2 + 𝜃) hitunglah
1
𝑓 ′ ((2) 𝜃) , 𝑓 ′ (2𝜃 ), 𝑓 ′ (3𝜃), 𝑓 ′ (2⁄𝜃 )
58. Jika 𝑓(𝑥 ) = 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑠𝑒𝑐𝑥 , hitunglah
𝑓 ′ (𝜋⁄2), 𝑓 ′ (𝜋), 𝑓 ′ (3⁄2 𝜋), 𝑓 ′ (2𝜋)
59. Jika 𝑓(𝑥 ) = (1 + 𝑐𝑡𝑔𝑥)2 hitunglah
𝑓 ′ (𝜋⁄3), 𝑓 ′ (𝜋⁄4), 𝑓 ′ (𝜋⁄6), 𝑓 ′ (𝜋)
60. Jika 𝑓(𝑥 ) = 𝑡𝑔𝑥 + 𝑠𝑒𝑐2𝑥 hitunglah
𝑓 ′ (𝜋⁄4), 𝑓 ′ (2𝜋), 𝑓 ′ (3𝜋⁄2), 𝑓 ′ (2𝜋⁄3)

133
Tentukanlah gradien, dan persamaan garis singgung setiap
kurva berikut :
61. 𝑓(𝑥 ) = √𝑥 pada titik (25,5)
62. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 3 + 3𝑥 − 5 pada titik (2,9)
63. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 1⁄3 pada titik (27,3), dan pada titik
(−27, −3)
64. 𝑓(𝑥 ) = 8√𝑥 pada titik (4,16)
65. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 − 𝑥 −2 di titik potong kurva
dengan sumbu X
Tentukan : a. Interval dimana fungsi naik atau turun,
b. mencapai nilai stasioner (nilai maksimum atau nilai
minimum).
c. gambar dari masing-masing fungsi.
66. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 2 − 5𝑥 + 13
67. 𝑓(𝑥 ) = −𝑥 3 + 2𝑥 − 7
68. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 3 − 6𝑥 2 − 5
69. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥(𝑥 − 2)2
70. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 3 − 3𝑥 2 + 3𝑥 − 10
71. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 (𝑥 + 1)2
72. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 3 − 6𝑥 2 + 12𝑥 + 1
1 3 3 2
73. 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 − 𝑥 − 3𝑥 + 8𝑥 + 1
4
1
74. 𝑓(𝑥 ) = 4 𝑥 3 − 𝑥 3 − 5𝑥 2 + 24𝑥 + 5
75. 𝑓(𝑥 ) = 5𝑥 3 − 3𝑥 5
Jika fungsi 𝑡 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥 = 𝑔(𝑦) adalah inversnya, maka
: 𝑑𝑦/𝑑𝑥 = 1/(𝑑𝑥/𝑑𝑦) atau : 𝑑𝑓(𝑥)/𝑑𝑥 = 1/[𝑑𝑔(𝑦)/𝑑𝑦] .
Gunakan metode tersebut untuk menentukan 𝑑𝑦/𝑑𝑥 dari ;

134
76. 𝑥 = 𝑦 + (1⁄3) 𝑦 2 + (1⁄5) 𝑦 5
77. 𝑥 = 𝑙𝑛 (𝑦 4 + 3𝑦 3 )
2
78. 𝑥 = 𝑒 −𝑦 +4𝑦+2
79. 𝑥 = 𝑡𝑔4 (𝑦 2 + 𝑎)
80. 𝑥 = 𝑦√(𝑎2 + 𝑦 2 )
81. 𝑥 = (4 − 9𝑦)1⁄3
82. 𝑥 = 𝑦 3 − 2𝑦 3⁄2 + 6𝑦
83. 𝑥 = 𝑦4 − 𝑒𝑦
84. 𝑥 = (𝑒 𝑦 − 𝑦 −𝑦 )(𝑒 𝑦 + 𝑒 −𝑦 )
85. 𝑥 = (ln 𝑦)/𝑦
Jika fungsi x dan y diberikandalam bentuk 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 0
dalam hal mana y tidak dapat dinyatakan secara eksplisit
dalam x, maka fungsi seperti ini dinyatakan fungsi implicit.
Derivatif y terhadap x dapat di peroleh dengan
mendifferensiasikan 𝑓(𝑥, 𝑦) = 0 unsur demi unsur dengan
menganggap y sebagai fungsi dari x, dan kemudian
memecahkan persamaan hasil untuk mendapatkan derivatif
𝑓 ′ = 𝑑𝑦⁄𝑑𝑥 .
Misalkan bentuk 𝑥 2 − 𝑥𝑦 = 0 menghasilkan turunan
2𝑥 − (𝑥𝑦 ′ + 𝑦) = 0 atau 𝑥𝑦 ′ = 2𝑥 − 𝑦, atau 𝑦 ′ 𝑑𝑦⁄𝑑𝑥 =
(2𝑥 − 𝑦)⁄𝑥 . Selanjutnya turunan kedua diperoleh dari
turunan 2𝑥 − 𝑥𝑦 ′ − 𝑦 = 0, yaitu: 2 − (𝑥𝑦 " +𝑦 ′ − 𝑦 ′ = 0
atau 𝑥𝑦 " = 2 − 2𝑦 ′ atau 𝑦 " =
𝑑 2 𝑦⁄𝑑𝑥 2 = 2(1 − 𝑦 ′ )⁄𝑥 = 2[1 − (2𝑥 − 𝑦)⁄𝑥] = 2(𝑦 − 𝑥 )𝑥 2
.
Dengan cara yang sama tentukanlah 𝑦 ′ dan 𝑦 " dari :
86. 𝑥2 + 𝑦2 = 1
87. 𝑥 2 𝑦 − 10 = 0
135
88. 𝑥 3 + 𝑥 2𝑦 2 − 𝑦 + 6 = 0
89. 𝑥 3 + 3𝑥 2 𝑦 + 3𝑥𝑦 2 + 𝑦 2 = 100
90. 𝑥𝑦 2 = 𝑎
91. (𝑥 + 𝑦)2 + (𝑥 + 𝑦)3 = 𝑘 2
92. 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑎2
93. 𝑦 2 = (1 − 𝑥 2 )⁄(1 − 𝑥 2 )
94. 𝑦 − (𝑥 + 5)4 (𝑥 2 − 2)3 = 0
95. 𝑥𝑦 3 + 𝑥 3 = 5𝑦 − 2
96. 𝑦𝑒 𝑥 + 𝑦𝑒 𝑦 = 10
97. 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 + 𝑐𝑦𝑔𝑦 𝑐𝑜𝑠𝑦 = 0
98. 𝑐𝑜𝑠𝑥𝑦 2 − 𝑠𝑖𝑛𝑥 2 𝑦 + 𝑡𝑔𝑥𝑦 2 − 𝑐𝑡𝑔𝑥 2 𝑦 = 0
99. 2𝑥 2 + 𝑥𝑦 2 = 4
100. 𝑥 3 + 𝑦 3 − 3𝑥𝑦 = 0
101. . 2𝑥 2 + 3𝑥𝑦 + 𝑦 2 = 16
102. 𝑥 2⁄3 + 𝑦 2⁄3 = 1
103. 𝑥 3 𝑦 3 + 𝑥 2 𝑦 2 + 𝑥𝑦 = 𝑐
104. 𝑥𝑦 + 𝑦 3 = 𝑎3
105. 𝑦 2 = (𝑥 − 1)⁄(𝑥 + 1)
1⁄
106. 𝑦 − 𝑥(𝑥 2 + 1) 2 =0
107. 𝑥 2 𝑦 3 = 𝑐
108. 𝑦 − 𝑥𝑒 𝑦 = 0
109. 𝑥𝑦𝑒 𝑦 − 𝑥𝑦𝑒 𝑥 = 0
110. 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔𝑥 2 + 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔𝑦 2 = 0
Dengan turunan berantai, tentukanlah 𝑑𝑦⁄𝑑𝑥 dari fungsi
:
136
111. 𝑦 = 𝑒 ln cos 3𝑥
112. 𝑦 = 𝑒 ln cos (𝑠𝑒𝑐𝑥)
113. 𝑦 = 𝑒 ctg sec sin 3𝑥
114. 𝑦 = 𝑒 cos ln ar c sin 𝑥

115. 𝑦 = 𝑒 ln cos sin(√𝑥)


116. 𝑦 = 𝑒 cos ln sec(1⁄3𝑥)
117. 𝑦 = 𝑒 ln sin 3𝑥
118. 𝑦 = 𝑒 ln cos(𝑐𝑡𝑔𝑥)
119. 𝑦 = 𝑒 arc cos tg ( 3𝑥)
2
120. 𝑦 = 𝑒 ln sec sin 𝑥
2 −√𝑥)
121. 𝑦 = 𝑒 cos ln (2𝑥

122. 𝑦 = 𝑒 ln cos 𝑡𝑔 [1⁄√(3𝑥]

137
3.5 Elastisitas Fungsi
Salah satu aplikasi turunan untuk ekonomi adalah
penerapannya dalam pengkajian tentang elastisitas fungsi.
Elastisitas (E) suatu fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) didefenisikan sebagai
perbandingan fungsi turunan atau marjinal 𝑦 ′ dengan rata-rata
y yaitu :
d ln y
𝐸=
𝑦′
=
𝑑𝑦⁄𝑑𝑥 𝑦 𝑑𝑦
= 𝑥 . 𝑑𝑥 =
(𝑑𝑦⁄𝑦) 
𝑦 𝑦 ⁄𝑥 (𝑑𝑥⁄𝑥) d ln x
Untuk menjelaskan hal tersebut, perhatikan gambar
berikut.
R y

T Q
y

180°𝛼 𝛼
x
0 x U P
Gambar 2.3 Kurva Fungsi Elastisitas
Elastisitas di Q pada sembarang fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥),
diperoleh dengan menarik garis singgung di titik Q. Dari
rumus diperoleh 𝑡𝑔 ∝ = 𝑑𝑦⁄𝑑𝑥. Karena 𝑡𝑔 ∝=
−𝑡𝑔(180° ∝) = −𝑡𝑔 ∝= −𝑑𝑦⁄𝑑𝑥. Maka diperoleh
138
𝑡𝑔(180° ∝) = −𝑡𝑔 ∝= −𝑑𝑦⁄𝑑𝑥. Dari gambar didapat :
𝑡𝑔 (180° ∝) = 𝑦⁄𝑈𝑃 = −𝑡𝑔 ∝.
𝑡𝑔 ∝= − 𝑦⁄𝑈𝑃 = 𝑑𝑦⁄𝑑𝑥, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑦⁄𝑑𝑥 = −𝑦⁄𝑈𝑃,
dan dengan demkian didapat:
𝑑𝑦⁄𝑑𝑥 −𝑥𝑦 −𝑥
𝐸= = 𝑦.𝑈𝑃 = 𝑈𝑃 .
𝑦 ⁄𝑥
−𝑥 𝑥
Karena 𝑈𝑃 = −𝑃𝑈 maka 𝐸 = −𝑃𝑈 = 𝑃𝑈
Kita perlihatkan bahwa segitiga RTQ sebangun dengan segitiga
QUP, maka QT : PU = RT : QU
Jadi :
𝑥 𝑂𝑈 𝑄𝑇 𝑅𝑇 𝑅𝑄
|𝐸 | = = = = =
𝑃𝑈 𝑃𝑈 𝑃𝑈 𝑄𝑈 𝑄𝑃
𝑅𝑄
Dari |𝐸 | = 𝑄𝑃 kita melihat bahwa apabila :

i. |𝐸 | > 1, fungsi dinamakan elastik dan tunggal.


ii. |𝐸 | = 1, fungsi dinamakan beralistisitas satuan.
iii. maka |𝐸 | < 1, fungsi dinamakan tidak berelastisitas.
𝑥 𝑑𝑦
Jika elastisitas suatu fungs yakni E = ( ) ( ) dan
𝑦 𝑑𝑥
𝑥 𝑑𝑦
elastisitasnya Er = (𝑦) (𝑑𝑥 )
=
𝑥
[ 𝑦 ] 𝑦
(𝑥 ) 𝑑( )
𝑥
𝑦 .
( ) 𝑑𝑥
𝑥

𝑥2 𝑥𝑦 ′ − 𝑦
=(𝑦) [ ]
𝑥2

139
𝑦′
= [ 𝑦 ]−1
( )
𝑥

𝑥 𝑑𝑦
= (𝑦) (𝑑𝑥 ) − 1, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ∶
Er = 𝐸 − 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸 = 𝐸𝑟 + 1

Jika fungsi y = f (x ), nilai x mengalami perubahan sebesar


x dari x1 dan akibatnya terjadi perubahan nilai sebesay y dari y1
𝑥
= f ( x1 ), sehingga y = f ( x1 + x ) - f (x1 ) dimana 𝑥 disebut
𝑦
perubahan perbandingan ( proportional change ) dalam x, dan 𝑦
𝑦
( )
𝑦
disebut perubahan perbandingan dalam y. Kemudian 𝑥 disebut
( )
𝑥
rata- rata dari perubahan perbandingan ( proportional change
)dalam y, perunit perubahan dalam x.
𝑦 𝑥
( ) ( )𝑑𝑦
𝑦 𝑦
Selanjutnya karena lim 𝑥 = = 𝐸,
𝑥 →0 ( ) 𝑑𝑥
𝑥

Maka terlihat bahwa Elastisitas sama dengan rata-rata


perubahan perbandingan dalam y, perunit perubahan
perbandingan dalam x.

140
3.6 Arti Elastisitas Fungsi (E)
Suatu fungsi disebut elastisitas ( kenyal ) berelastisitas
satuan maupun tidak berelastisitas, bila dipenuhi berbagai
persyaratan seperi yang telah diterangkan di atas. Di samping itu
pengertian elastisitas yang lebih luas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
𝑥 𝑑𝑦
( )𝑑𝑦 perubahan nisbi y % kenaikan y
𝑦 𝑦
E= = 𝑑𝑥 = =
𝑑𝑥 perubahan nisbi x % kenaikan x
𝑥

Perbandingan perubahan di atas dapat disimpulkan :


1. Jika E = 1 untuk x = x1, maka pertambahan perubahan
dalam x dari x = x1 adalah sebesar p% akan memberikan
pertambahan perubahan dalam y dari y1 = f ( x1) adalah p%
juga.
2. Jika E > 1 untuk x = x1, maka pertambahan perubahan
dalam dalam y dari y1 adalah lebih besar dari p% .
3. Jika 0 < E < 1untuk x = x1, maka pertambahan
perubahan dalam x dari x = x1 adalah sebesar p% akan
mengakibatkan pertambahan perubahan dalam y dari y1 = f
( x1) yang lebih
kecil dari p% .
𝑥 𝑑𝑦
Penulisan E =(𝑦) (𝑑𝑥 ) dapat juga ditulis dalam bentuk
fungsi menjadi :

141
x
E ( x)  . f ' ( x)
f ( x)

Contoh 3.8.
Hitung elastisitas fungsi 𝐸 (𝑥 )dari
𝑓(𝑥 ) = 5𝑥 2 + 4𝑥 + 6 pada 𝑥 = 3
Jawab : 𝑓(𝑥 ) = 5𝑥 2 + 4𝑥 + 6
𝑓 ′ (𝑥 ) = 10 𝑥 + 4
𝑓(3) = 5.32 + 4.3 + 6 = 63
𝑓 ′ (3) = 10.3 + 4 = 34
3 3
E (3) = [𝐹 (3)] 𝑓 ′ (3) = (64) . 34 = 1,62

Contoh 3.9.
Hitung elastisitas fungsi f (x) = 𝑥 3 + 3𝑥 2 − 5𝑥 − 5 pada 𝑥 =
1
Jawab : 𝑓(𝑥 ) = 1 + 3.1 − 5.1 − 15 = −16
𝑓 ′ (𝑥 ) = 3𝑥 2 + 6𝑥 − 5
𝑓 ′ (3) = 3.1 + 6.1 − 5 = 4
1 1
𝐸 (1) = [ ] . 𝑓 ′ (1) = ( ) . 4 = −0,25
𝑓(1) −16

142
Contoh 3.10.
Hitung elastisitas fungsi E (x) dari
1
f (x) = 3 𝑥 3 −𝑥 2 − 8𝑥 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 = 4
1 3 2 80
Jawab : 𝑓 (4) = . 4 − 4 − 8.4 =
3 3

𝑓 ′ (𝑥 ) = 𝑥 2 − 2𝑥 − 8
𝑓 ′ (4) = 42 − 2.4 − 8 = 0

4 4
𝐸 (4) = [ ] . 𝑓 ′ (4) = [ ].0 = 0
𝑓(4) 80
(3)

3.7 Arti Rumus Elastisitas Fungsi Permintaan(ED)


Sebagaimana diketahui bahwa fungsi permintaan dapat
dituliskan dalam bentuk fungsi D: p = f(q) atau D:q = g(p),
diman p dan q masing-masing menyatakan harga dan kuantitas
barang perunit.
Secara umum fungsi permintaan D: q = g(p) adalah monoton
𝑑𝑞
turun, sehingga 𝑔′ (𝑝) = (𝑑𝑝) < 0. 𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑝 > 0,
𝑝
𝑑𝑎𝑛 𝑔 > 0 𝑚𝑎𝑘𝑎 ( ) > 0.
𝑞

143
Sesuai dengan defenisi elastisitas fungsi maka elastisitas
fungsi permintaan ( dilambangkan dengan ED) yang didefenisi
sebagai :
perubahan nisbi permintaan
ED = perubahan nisbi harga

𝑑𝑞
(𝑞) 𝑝 𝑑𝑞 𝑝 𝑑𝑞
= = ( ) ( ) < 0 → ( > 0, < 0)
𝑑𝑝 𝑞 𝑑𝑝 𝑞 𝑑𝑝
(𝑝)

 p dq  p
ED (q)   .q' ( p)
Jadi : q dp q( p)
Walaupun ED < 0,
0, 𝑛𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
positif, sehingga rumus di atas menjadi :
−𝑝 ′
𝑝 𝑑𝑞 𝐸𝐷 (𝑝) = 𝑔 (𝑝)
ED = . Atau 𝑔(𝑝)
𝑞 𝑑𝑝

Contoh 3.11.
Hitunglah elastisitas permintaan fungsi berikut :
𝐷: 𝑞(𝑝) = 100 − 2𝑝2 untuk 𝑝 = 5
Jawab :
Cara I : 𝑞 (5) = 100 − 2(5)2 = 50
𝑑𝑞
𝑞 ′ (𝑝) = ⁄𝑑𝑝 = −4𝑝 − −→ 𝑞 ′ (5) = −4.5 = −20

144
5
𝐸𝐷 (5) = (− ) (−20) = 2,0
50

145
Cara II :
Andaikan harga turun 5% dari harga 5 maka perubahan
𝑑𝑝 𝑑𝑞
harga 𝑝 = 5% = 0,05 → 𝑑𝑝 = 0,05𝑝, dan 𝑑𝑝 = −4𝑝 atau
𝑑𝑞 = −4𝑝𝑑𝑝 = −4𝑝(0,05𝑝) = −0,20𝑝2 . Pada harga 𝑝 = 5
maka 𝑑𝑞 = −0,20(52 ) = −5. Karena harga turun 5 %
akibatnya permintaan bertambah sebesar 5. Pada saat 𝑝 = 5
maka 𝑞 = 50, sehingga persentase pertambahan permintaan
menjadi (5/50 ) 𝑥 100% = 10%.
% PERUBAHA NISBI PERMINTAAN 10%
ED   2
% PERUBAHA NISBI HARGA 5%
Cara III :
Harga turun 5% berarti harga baru 𝑝1 = 5 − 5(0,05) = 4,75
dan permintaan baru 𝑞1 = 100 − 2(4,75)2 = 54,875 berarti
q1 54,875  50
kenaikan permintaan sebesar  .100%  9,75%
q 50
𝑞1
𝑞 9,75%
Dengan demikian elastisittas permintaaan 𝐸𝐷 = 𝑑𝑝 = =
5%
𝑝
1,95.
3.8 Pengertian Elastisitas Permintaan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada elastisitas
terdapat tiga kemungkinan yang muncul akibat terjadinya
perubahan dari dua aspek yang berbeda. Hal tersebut berlaku
juga pada elastisitas permintaaan, yaitu :

146
1. Jika 𝐸𝐷 > 1 . maka bila harga turun sebesar p %, akibatnya
permintaan naik lebih dari p %.
2. Jika 𝐸𝐷 < 1 , maka bila harga turun sebesar p % akibatnya
permintaan turun kurang dari p %.
3. Jika 𝐸𝐷 = 1 , maka bila harga turun sebesar p % akibatnya
permintaan naik sebesar p % juga.
Selanjutnya elastisitas penawaran (ditulis dengan e), sehingga
:
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑤𝑎𝑟𝑎𝑛
𝐸𝑠 =
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎

dq
q p dq p
Es   .  .q' ( p ) =
dp q dp q( p )
p
Jadi : Es 
p
.q' ( p)
q( p)
Dan elastisitas harga ( ditulis dengan E ) didefinisikan sebagai :
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎
𝐸𝐻 =
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛
𝑑𝑝 𝑑𝑞 𝑞 𝑑𝑝 1 1
= ( 𝑝 ) ( 𝑞 ) = (𝑝) (𝑑𝑝/𝑞) = −𝑝 𝑑𝑝 =𝐸 .
( . ) 𝐷
𝑞 𝑑𝑞

Sehingga :
−𝑞 𝑑𝑝 1 −𝑝 𝑑𝑞 1
𝐸𝐻 = . 𝑑𝑞 = 𝐸 atau 𝐸𝐷 = . 𝑑𝑝 = 𝐸
𝑝 𝐷 𝑞

147
Contoh 3.12.
Tentukan :
a. Elastisitas fungsi penawaran 𝑞 = 𝑝 + 1⁄4 𝑝2 pada harga 𝑝 =
1.
b. Elastisitas harga dari fungsi 𝑞 = 32 − 2𝑝2 pada harga 𝑝 = 3.
Jawab :
1 5
a. 𝑞(1) = 1 + 4 = 4
𝑑𝑞 1 1 3
𝑞 ′ (𝑝) = = 1 + 𝑝 ===> 𝑞 ′ (1) = 1 + =
𝑑𝑝 2 2 2
𝑝 𝑑𝑞 1 3 6
𝐸𝑆 = ( ) ( ) = . =
𝑞 𝑑𝑝 5
( ⁄4) 2 5
b. 𝑞(3) = 32 − 2. 32 = 14
𝑑𝑞
𝑞 ′ (𝑝) = 𝑑𝑝 = −4𝑝 ===> 𝑞 ′ (3) = −4.3 = −12 atau
𝑑𝑝 −1
=
, sehingga :
𝑑𝑞 12
−𝑞 −3 36
𝐸𝐻 = − ( ) . 𝑞′ = ( ) (−12) = = 2,57
𝑝 14 14

3.9 Biaya Total (Total Cost = TC)


Biaya total ( total cost ) untuk memprodusir q unit barang Q
dimaksudkan sebagai pengeluaran total untuk memproduksi q
unit barang tersebut, yang tergantung dari fungsi q saja dan
dinyatakan dengan 𝑇𝐶 = 𝐹(𝑞). Dari pasal kita telah mengetahui

148
bahwa biaya total terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya
variabel (Variabel Cost) sehingga
𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶. Dari gambar 41 keadaan itu telah dijelaskan
dimana persamaan dari :
𝐹𝐶: 𝑝 = 𝑘 (𝑘 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎)
𝑉𝐶: 𝑝 = 𝑚𝑞
Sehingga 𝑇𝐶: 𝑝 = 𝑚𝑞 + 𝑘 atau (𝑞 ) = 𝑚𝑞 + 𝑘 .
Dimana gradien m menyatakan biaya perunit barang q.
Beberapa contoh bentuk fungsi biaya total (𝑇𝐶 = 𝐹 (𝑞 ))
130. 𝐹 (𝑞 ) = 𝑚𝑞 + 𝑘
131. 𝐹 (𝑞 ) = 𝑎𝑞 2 + 𝑏𝑞 + 𝑐
132. 𝐹 (𝑞 ) = 𝑎𝑞 3 + 𝑏𝑞 2 𝑐𝑞 + 𝑑
133. 𝐹 (𝑞 ) = 𝑚𝑒 𝑛𝑞
134. 𝐹 (𝑞 ) = 𝑞 𝑚 𝑒 𝑛𝑞 + 𝑐
135. 𝐹 (𝑞 ) = √(𝑎𝑞 + 𝑏) + 𝑐

149
3. 10 Biaya Rata-Rata ( Average Cost = AC )
Jika biaya total untuk memproduksi q unit barang dinyatakan
dengan 𝑇𝐶 = 𝐹(𝑞) maka biaya rata-rata ( average cost ) yang
diperlukan disini adalah :
𝑇𝐶 𝐹(𝑞)
𝐴𝐶 = = = 𝑓(𝑞).
𝑞 𝑞

Contoh 3.13.
Jika Fungsi biaya total adalah 𝑇𝐶 (𝑞 ) = 5𝑞 3 + 2𝑞 2 + 3𝑞 − 10
maka tentukamlah biaya rata-rata perunit barang itu !
Penyelesaian :
𝑇𝐶(𝑞) 5𝑞 3 + 2𝑞 2 + 3𝑞 − 10
𝑓 (𝑞 ) = 𝐴𝐶 = =
𝑞 𝑞
10
= 5𝑞 2 + 2𝑞 + 3 −
𝑞
3.11 Biaya Marginal (Marginal Cost = MC )
Jika biaya total untuk memproduksi barang dinyatakan 𝑇𝐶 =
𝐹(𝑞) maka biaya marginal ( marginal cost ) didefinisikan
sebagai :
𝑑(𝑇𝐶)
= (𝑇𝐶 )′ = 𝐹′(𝑞).
𝑑𝑞

Yang diperoleh dengan mengambil limmit kenaikan rata0rata


perunit output produksi tersebut atau biaya marginal ini tidak
lain dari biaya untuk memproduksi secara tambahan satu satuan
barang.

150
Contoh 3.14.
Jika biaya total untuk memproduksi suatu jenis barang adalah
𝑇𝐶 (𝑞 ) = 3𝑞 3 + 2𝑞 2 − 5𝑞 + 8 , tentukanlah biaya marginal
baramg tersebut :
Penyelesaian:
TC=F(q)=3𝑞 3 +2𝑞 2 -5q+8
MC=TC’(q)= 9𝑞 2 +4q-5
Selanjutnya dengan cara yang sama bahwa biaya marginal
rata-rata dapat ditentukan dengan mencari turunan pertama dari
biaya rata-rata yaitu:

𝑑(𝐴𝐶)
̅̅̅̅̅
𝑀𝐶 = 𝑑𝑞 =(AC)’=f’(q)

Contoh 3.15.
Hitung biaya rata-rata marginal jika biaya total adalah
TC(q)=2𝑞 4 −5𝑞 3 +8𝑞 2 -6q
Penyelesaian:
F(q)=2𝑞 4 −5𝑞 3 +8𝑞 2 -6q
𝐹(𝑞) 2𝑞 4 −5𝑞 3 +8𝑞 2 −6q
AC=f(q)= =
𝑞 𝑞

AC(q) =2𝑞 3 −5𝑞 2 +8𝑞-6 sehingga:


MC(q) = 8q3 – 15q2 +16q - 6

151
MC 1
̅̅̅̅̅
𝑀𝐶 = q  8q 2
 15q  16  6 q

Catatan:
Terdapat hubungan antara fungsi biaya rata-rata
AC=F(q)dan fungsi marginal MC=F’(q); dimana fungsi
f(q)=F(q)/q mempunyai garis singgung mendatar ,maka
disitu pula nilai kedua fungsi AC dan MC sama,yaitu bila
̅̅̅̅̅
𝑀𝐶 =f”(q)=0 maka AC=MC
Bukti:
𝐹(𝑞)
AC=f(q)= 𝑞

𝑞𝐹 ′ (𝑞 )−𝐹(𝑞)
̅̅̅̅̅
𝑀𝐶 = MC
=
q 𝑞2

Jika (AC)’=MC=f’(q)=0↔qF’(q)-F(q)=0
F’(q)=F(q)/q=AC=f(g)

Terlihat bahwa biaya total rata-rata minimun 𝑓(𝑞)𝑚𝑖𝑛 terjadi


ketika biaya marginal sama dengan biaya total rata-rata (AC)
Dengan cara yang sama kita dapat memperlihatkan
bahwa biaya variabel rata-rata(𝐴𝑉𝐶)𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 terjadi pada saat
MC=AVC
Bukti:
TC=VC+FC
(TC)’=(VC)’+0..........................(*)

152
𝑉𝐶 𝑞 (𝑉𝐶 )′ −𝑉𝐶(1)
AVC= 𝑞 →(AVC)’= 𝑞2

AVC minimum bila (AVC)’=0↔q(VC)’-VC=0


↔q(VC)’=VC
𝑉𝐶
(VC)’= 𝑞 =AVC....................(*)

Substitusi (**) pada (*) menghasilkan


(TC)’=AVC
MC=AVC

Jadi AVC minimum terjadi pada saat MC=AVC


Kesimpulan:
𝐴𝐶𝑚𝑖𝑛 bila MC=AC
𝐴𝑉𝐶𝑚𝑖𝑛 bila MC=AVC
F(Q)=𝑇𝐶𝑚𝑖𝑛 bila MC=0 yaitu F’(0)=0

Contoh 3.16.
Fungsi total cost kwadrat F(q)=𝑎𝑞 2 +bq+c
Tentukan dimana MC=AC
Penyelesaian:
F(q)=𝑎𝑞2 +bq+c,dimana a,b,c positif
F(0)=c(titik potong kurva terhadap sumbu F atau sumbu p)

153
Titik potong kurva terhadap sumbu q diperoleh bila
F(q)=0 aq+bq+c=0
Sumbu simetris parabola pada x=-b/2a
Koordinat titik puncak
[(-b/2a),D/(-4a)]=[(-b/2a),c-(𝑏2 /4a)]
Selanjutnya biaya rata-rata adalah
AC=f(q)=F(q)/q=aq+b+c/q
dan biaya marginal MC=F’(q)=2aq+b
̅̅̅̅̅ =f’(q)=a-𝑐𝑞 −2 =a-
serta biaya rata-rata marginal adalah 𝑀𝐶
c/𝑞 2
Syarat untuk MC=AC adalah jika ̅̅̅̅̅
𝑀𝐶 =0 atau a-c/𝑞 2 =0
𝑐
atau 𝑎𝑞 2 -c=0, q=±√(𝑎)

𝑐
Untuk q=±√(𝑎) maka MC=AC=2a√(𝑐/𝑎) +b=2√𝑎𝑐 +b

𝑐
Maka di titik [√(𝑎) , 2√𝑎𝑐+b] inilah MC=AC

Perpotongan antara f(q) dengan F’(q) dengan F’(q) berada pada


𝑐
titik M’[√(𝑎) , 2√𝑎𝑐+b],yang juga merupakan minimum dari
f(q), yang persis terletak di bawah M(titik singgung terhadap
F(q) yang berasal dari 0)

154
Contoh 3.17.

Dari fungsi biaya total TC(q) = 3𝑞 3 - 4𝑞 2 +2q+7 didapat:


TC ( q )
i.Biaya total rata-rata AC(q)= q =3𝑞 2 -4q+2+7q-1

ii.Biaya total marginal MC=F’(q)=9𝑞 2 - 8q+2


MC
iii. Biaya rata-rata marginal MC   9q  8  2q 1
q

iv. Biaya tetap FC ∶ p = 7


v. Biaya variabel VC (q) = 3q3 − 4q2 + 2q
vi. Biaya tetap rata-rata
7
vii. AFC ∶ p = q = 7q−1

viii. Biaya tetap marginal (FC)′ = 0


ix. Biaya tetap rata-rata marginal (Marginal Average Fixed Cost)
adalah
−7
MAFC = (AFC)′ = −7q−2 = q2

x. Biaya variabel rata-rata (Average Variabel Cost) adalah


AVC (q) = 3q2 − 4q + 2
xi. Biaya variabel marginal MVC = (vc)′ = 9q2 − 8q + 2
xii. Biaya variabel rata-rata marginal MAVC = (AVC)′ = 6q −
4
Contoh 3.18.

155
Biaya total untuk memproduksi suatu jenis mobil mempunyai
fungsi TC = F(q) = 0,05q3 − 0,4q2 + 3q − 0,9
Tentukanlah :
a. Biaya marginal , dan q saat MC minimum
b. Biaya variabel
c. Biaya variabel rata-rata, dan q pada saat AVC minimum
d. Biaya rata-rata (AC) dan q, pada saat AC minimum
e. Biaya tetap rata-rata (AVC)
Penyelesaian :
a. MC = F ′ q = 0,15q2 − 0,8q2 + 3
(MC)minimum jika F ′′ (q) = 0 ⇔ 0,3q − 0,8 = 0
8
⇒q=3
b. Biaya variabel VC = 0,05q3 − 0,4q2 + 3q
VC
c. AVC = q = 0,05q2 − 0,4q − 0,9
AVC minimum bila (AVC)′ = 0,1q − 0,4 = 0 ⇔ q = 4
FC
d. AC = q = 0,05q2 − 0,4q − 0,9q−1
(AC)minimum bila (AC)′ = 0,1q − 0,4 + 0,9q−2 = 0
⇔ 0,1q3 − 0,4q2 + 0,9 = 0
⇔ q3 − 4q2 + 9 = 0
⇔ (q + 3)(q2 − q − 3) = 0
1+√3
⇔ q = 3 atau q = 2
FC
e. FC = 0,9, maka AFC = = 0,9q−1
q

3. 12 Elastisitas Biaya Total

156
Elastisitas biaya dilambangkan dengan ETC . Bila dari output
sebesar q unit untuk biaya total TC = F(q), maka elastisitas
biaya dapat kita tulis sebagai :
d(InF(q)) q dF(q) q
ETC = = F( q ) . = F(q) . F ′ (q) ............................
d(Inq) dq
(38)
Tanda negatif tidak dicantumkan karena fungsi total cost
monoton naik, sehingga d(InF(q))/d(Inq) selalu positif.
F (q)
Selanjutnya biaya rata-rata adalah AC = f(q) = , sehingga
q
elastisitas biya rata-rata (dilambangkan dengan ETC )
d(Inf(q)) q df(q) q
EAC = = f (q ) . = f(q) . f ′ (q) ...............................
d(Inq) dq
(39)
Hubungan antara EAC dan ETC dijelaskan sebagai berikut.
F( q )
Jika : f(q) = , maka f ′ (q) = [F ′ (q). q − F(q)]/q2 , sehingga
q

q df(q) q q d(F(q)/q)
EAC = . = . f ′ (q) = .
f(q) dq F(q)/q F(q)/q dq
q2 q(F ′ (q)) − F(q) qF ′ (q) − F(q)
= . =
F(q) q2 F(q)
q ′( )
q d(F(q))
= .F q − 1 = . −1
F(q) F(q) dq
EAC = ETC − 1 atau ETC = EAC + 1 .......................................
(40)
Dari rumus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
157
1. Jika < 1 maka EAC < 0, yang berarti bila output diperbesar
maka diperoleh biaya rata-rata yang lebih kecil.
2. Jika = 1 maka EAC > 0, berarti AC = f(q) mepunyai nilai
stasioner (walau output diperbesar namun harga AC tetap).
3. Jika ETC > 1 maka EAC > 0 yang berarti bila output
diperbesar maka AC juga makin besar.
Contoh 3.19.
Tentukan ETC dan EAC dari fungsi TC = F(q) = q2 + 2q + 1,
unutk q = 2, dengan cara : a. Langsung, dan b.
Menggunakan rumus
Jawab : a. Cara Langsung
TC = F(q) = q2 + 2q + 1 ⇒ F ′ (q) = 2q + 2
F(2) = 22 + 2.2 + 1 = 9 ; F ′ (2) = 2.2 + 2 + 6
q ′
2 4
(q) = [ ] . F (q) ⇔ (2) = . 6 =
F(q) 9 3
F(q) 1
AC = f(q) = [ ] = q + + 2 ⇒ f ′ (q) = 1 − q−2
q q
1 1 ′ −2
3
f(2) = 2 + 2 + = 4 ; f (2) = 1 − 2 =
2 2 4
q ′
2 3 1
EAC (q) = [ ] . f (q) ⇒ r(2) = ( ). =
f(q) 1
4 ⁄2 4 3
b. Dengan (5.5.4.7) dihitung sebagai berikut :
4 1
ETC = EAC + 1 atau ETC − EAC = 1 ⇔ 3 − 3 = 1

158
Jika salah satu ETC atau EAC diketahui maka yang lainnya
dapat dicari. Disini ETC > 1 maka EAC > 0 yang berarti
bila out put diperbesar maka AC = f(q) makin besar pula.
3.13. Elastisitas Produksi
Dari fungsi Total Cost TC = F(q) diperoleh elastisitas ETC =
q ′( F′ ( q ) F′ ( q )
(F(q)). F q) = F(q) = . Jika kita meninjau fungsi invers
( ) f (q )
q
dari TC =F(q) yaitu jatah produksi q yang merupakan fungsi
total cost yang ditulis sebagai q = g(TC)=g(F), maka elastisitas
produksi didefenisikan sebagai :
F(q) dq F(q) 1 F(q) 1
Ep = . = . = .
q dF(q) q dF(q)/dg q F ′ (q)
Ep ini tidak lain merupakan kebalikan dari ETC yaitu elastisitas
biaya total, sehingga :
1 1 q dF(q)
Ep = E atau = E = F(q) = ..........................................
TC p dq
(42)
Bila Ep > 1 maka terdapat hasil balik skala menaik.
Bila Ep = 1 maka terdapat hasil balik skala tetap.
Bila Ep < 1 maka terdapat hasil balik skala menurun.
Contoh 3.20
Tentukan EP bila diketahui 𝑇𝐶 = 𝐹 (𝑞 ) = 2𝑞 2 + q + 5 untuk q =
3
Jawab : 𝐹 (𝑞 ) = 2𝑞 2 + 𝑞 + 5 ==> 𝐹 ′ (𝑞 ) = 4𝑞 + 1

159
𝐹 (3) = 2 . 32 + 3 + 5 = 26 ; 𝐹 ′ (3) = 4.3 + 1 = 13
= [ 𝑞⁄𝐹 (𝑞) ] . F’ (q) = (3⁄26) .13 = 3⁄2,
sehingga :
𝐸𝑝 = 1⁄2 = 1/(3/2) = 2/3 ( di sini Ep < 1, maka hasil balik
skala mengalami penurunan )
3.14. Penerimaan Total (Total Revenue)
Penerimaan total diperoleh dari hasil penjualan
Barang-barang yang telah diropduksi yang merupakan jumlah
barang yang dijual dikalikan dengan harga per-unit dari barang-
barang tersebut. Jika fungsi permintaan D : P = maka total
penerimaan didefenisikan sebag
TR = R (q) = q . p = q . f (q)

3.15 Penerimaan Rata-Rata (Average Revenue)


Penerimaan rata-rata AR adalah penerimaan total dibagi jatah
atau, dan demikian dapat pulak diturunkan dalam rumus berikut
:

𝑅 (𝑞) 𝑞𝑓 (𝑞)
AR = 𝑞
= 𝑞
= f (q) = p

Sehingga AR = fungsi permintaan


3.16. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue)
Penerimaan marginal didefenisikan sebagai turunan pertama dari
hasil penjualan atau pertambahan penjualan dikarenakan
𝑑𝑟 (𝑞)
pertambahan
MR = 𝑑𝑞penjualan
= R’ (q) satu unit dan dirumuskan dengan:
160
3.17. Elastisitas Permintaan
Dari rumus diatas diperoleh elastisitas permintaan
𝑃 𝑑𝑞
𝐸𝐷 = . dan kita mendapatkan hubungan elastisitas
𝑞 𝑑𝑝
permintaan dengan elastisitas harga (E) sebagai
1 1
𝐸𝐷 = 𝐸 atau 𝐸𝑛 = 𝐸
𝑛 𝐷

𝑑𝑅 (𝑞)
Selanjutnya kita dapatkan MR = 𝑑𝑞
𝑑 (𝑝.𝑞 ) 𝑑𝑝
⇔ MR = = p + q 𝑑𝑞
𝑑𝑞
𝑞 𝑑𝑝
MR = P (1 + )
𝑝 𝑑𝑞
………………………………………………(*)
Karena AR = f (q) = fungsi permintaan maka dp/dq < 0 sehingga
(*) harus ditulis dengan
−𝑞 𝑑𝑝 1
MR = p [ 1 + ] = p [1 + (−𝑝⁄𝑞 ) (𝑑𝑞⁄𝑑𝑝 )
𝑝 𝑑𝑞

1
MR = p [ 1 + 𝐸 ]
𝐷

Jika 𝐸𝐷 dinyatakan dalam bilangan negative maka


1
MR = p [ 1 - 𝐸
𝐷

161
1
Jika MR = R’ (q) = p (1 + ) yang berarti penerimaan (hasil
𝐸𝐷
penjualan) marginal sama dengan hasil kali harga persatuan
barang dengan satu ditambah seperelastisitas permintaan.
Contoh 3.21.
Jika diketahui fungsi permintaan D :P = 36 - 2𝑞 2 untuk p = 28,
tentukanlah
a. Total penerimaan
b. Penerimaan rata-rata
c. Penerimaan marginal
d. Elastisitas permintaan (𝐸𝐷 ) dan elastisitas harga (𝐸𝑛 )
Penyelesaian :
a. Total penerimaan adalah R (q) = p.q = (36 – 2q2)q
= 36q – 2q3 untuk p = 28 maka 28 = 36 – 2q2
 q = 2
Maka R(2) = 36.2 – 2.23 = 72 – 16 = 56
b. Penerimaan rata – rata adalah p = 36 – 2q+2q2
Untuk q = 2  p = 28
c. Penerimaan marginal : MR = R’(q) = 36 – 6q2
R’(q) = 36 – 2.22 = 12
d. Elastisitas permintaan
𝑝 𝑑𝑞 𝑝 1 𝑝 28 28
𝐸𝐷 = 𝑞 . 𝑑𝑝 = 𝑞 (4𝑞) = 4𝑞2 = 4.22 = 16
𝐸𝐷 = 1,75
1 1
Sehingga 𝐸ℎ = 𝐸 = 1,75 = 0,57
𝐷
Dengan rumus dapat dibuktikan bahwa :
1 1
MR = p (1 – 𝐸 ) = 28 (1 – 26/16 )
𝐷

162
16
= 28 (1 – 28 ) = 28 (12/28)
= 12 (jadi sama dengan C)

3.18 Laba Di Bawah Monopoli


Dari pasal di atas mengenai analisa pulang pokok kita
telah mendapatkan bahwa besar keuntungan (laba) yang
diperoleh selisih antara Total Penerimaan (TR) dengan Total
Biaya (TC) yang dirumuskan sebagai :
L(q) = TR(q) – TC(q)


Pada persaingan tidak sempurna, suatu pasar sering terjadi
monopoli, dimana simonopolist dapat mengendalikan harga
barang yang dibutuhkan oleh konsumen, yaitu dengan mengatur
kuantitas barang yang ditawarkan pada konsumen. Karena harga
ditentukan (bergantung) pada permintaan dan penawaran, maka
dengan mengetahui biaya total yang dikeluarkan (TC)
simonopoli dapat mengatur dan mengendalikan penawaran
barang yang dibutuhkan, konsumen sehingga total penerimaan
(TR) dapat dikendalikan pula dan sekaligus dapat mengatur
besarnya laba(L) yang ingin diperolehnya. Dengan demikian
keadaan pasaran sesuatu jenis barang biasanya dikuasai oleh
satu orang ynag berfungsi sebagai penjual saat tersebut (mono =
satu, palein = menjual). Sedangkan bila keadaan pasaran sesuatu
jenis barang dikuasai oleh bukan seorang penjual, melainkan
oleh beberapa orang penjual, maka keadaan itu disebut oligopali
(oligo = sedikit, palein = menjual)

163
Selanjutnya, bila maksimum dapat dicapai oleh sipenjual
apabila rumus diatas memenuhi syarat :
a. L’ (q) = TR’ (q) – TC’ (q) = 0 ⇔ TR’ (q) = TC’ (q) atau
dTR/dq = dTC/dq ⇔ MR =MC
b. L” (q) = ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ " (q) = 0 ⇔ ̅̅̅̅
𝑇𝑅 " (q) –𝑇𝐶 𝑇𝑅" (q) < ̅̅̅̅
𝑇𝐶 " (q) atau
𝑑 2 TR/dq < 𝑑 2 TC/dq

Contoh 3.22.
Suatu perusahaan menjual produksinya seharga Rp 500,-
per-unit. Biaya total yang dikeluarkan dinyatakan dalam
kuantitas q sebagai TC (q) = Rp (2000 + 200 q + 𝑞 2 )
a. Berapa besar kuantitas q yang memberikan laba
maksimum.
b. Berapa besar laba maksimum tersebut ?
Penyelesaian :
Dari soal kita memperoleh TR (q) = 800 q dan
TC (q) = Rp (2000 + 200 q + 𝑞 2 ) sehingga :
L (q) = TR (q) – TC(q) = 800q – (2000 + 200 q + 𝑞 2 )
L(q) = -𝑞 2 + 600 𝑞 − 2000
a. L (q) maksimum bila L’ (q) =0
-2q +600 = 0 ⟹ q = 300
b. Besar laba maksimum adalah
L (300) = -(300)2 +600 (300) – 2000
= - 90.000 + 180.000 – 2000 = Rp 88.000
Contoh 3.23.
Pada permintaan q unit suatu firma menerima suatu harga per-
unit sebagai D : p(q) = Rp (4000 – 5q). Sedang total biaya dalam
164
q unit dinyatakan sebagai TC (q) = [(1/3)𝑞 3 - 45𝑞 2 + 4.700q +
1000]
a. Pada dua nilai q unit, yang manakah terjadi nilai
penerimaan marginal dan biaya yang sama besar ?
(gunakan rumus persamaan)
b. Apakah nilai marginal akan bertambah pada tingkat q =
10 ? kemudian pada saat q = 70 ( gunakan rumus
turunan kedua)
c. Apakah nilai q akan memberikan laba maksimum?
Mengapa?
d. Apakah nilai q akan membuat biaya marginal menjadi
minimum? Dan berapa biaya marginal tersebut?
Penyelesaian : dari soal diatas kita peroleh :
TR (q) = p(q) . q = (4000 – 5q) . q = 4000 q -5𝑞 2
TC (q) = (1/3)𝑞 3 - 45𝑞 2 + 4.700q + 1000
Sehingga L (q) = TR (q) – TC(q)
= 4000 q −5𝑞 2 − 1/3)𝑞 3 + 45𝑞 2 – 4.700q – 1000
= −( 1/3)𝑞 3 + 40𝑞 2 – 700q – 1000
a. L (q) maksimum bila L’ (q) =0 ⇔ MR =MC
-𝑞 2 + 80 q – 700 = 0, atau 𝑞 2 − 80 q + 700 = 0
(q - 10 ) (q - 70 ) = 0, q = 10 unit atau q = 70 unit.
Maka pada saat q = 10 unit atau q = 70 unit diperoleh
MR = MC
b. MC = TC’ (q) = 𝑞 2 - 90q + 4.700
MC naik jika MC’ (q) = TC” (q) > 0 dan MC turun bila
TC” (q) < 0 . TC” (q) = 2q -90

165
Maka untuk q = 10 ⟹TC”(10) = 20 – 90 = -70 < 0
maka MC menurun. Q = 70 ⟹TC”(70) = 2(70) – 90 =
50 > 0
Maka MC meningkat
c. L maksimum bila L” (q) < 0
L” (10) = 60 > 0
l” (70) = -60 < 0
jadi q unit laba mencapai maksimum karena L “ (70)
<0
d. MC minimum bila MC’ (q) = TC” (q) = 0
2Q – 90 = 0 ⟹ q = 45 unit
MC (45) = 45𝑞 2 − 90(45) + 4700
= 2025 – 4050 + 4700
= Rp 2625
3.19 Pendapatan Konsumsi Dan Tabungan Nasional

Hubungan antara fungsi pendapatan, (P) , fungsi konsumsi


( K) dan fungsi tabungan (T) dapat ditulis sbagai :
P = K + T = K (P) + T
fungsi konsumsi K(p) dinamakan juga fungsi kecenderungan
konsumsi ( propesity to consume function) , sehingga K = K (p)
. Turunan pertama dari fungsi konsumsi (K’(p)) disebut
kecenderungan konsumsi marginal (marginal propencity
consume =MPC) .
andaikan K(p) = 10 +0,7p maka MPC = d(K(p))/dp = 0,7 artinya
bahawa Rp 0,7 (misalnya dalam jutaan rupiah) dipergunakan
sebagai tabungan. Harap dicatat bahwa bukan berarti 70% dari
pendapatan dipergunakan sebagai konsumsi.
166
Selanjutnya tingkat pengimbangan pengeluaran dari
pendapatan ( proportion) ditulis sebagai : r (p), dimana proporsi
pendapatan T(p) = K (p)/ p, pada biasanya dinyatakan dalam
bentuk prosentase sehingga : proportion pendapatan : r(p) =
K(p) / p x 100%
Contoh 3.24.
Anggap bahwa K (p) = 5 + 0,9p. Untuk tingkat pendapatan p =
100 dan p = 500 tentukan proporsi pendapatan pada masing-
masing tingkat pengeluaran pendapatan tersebut
Penyelesaian:
Proporsi pendapatan:
r(p) = K(p) /p = (5 +0,9p) = (5/p 0,9)
r(100) = ((5/500) + 0,9)100% = 95%
r(500) = ((5/500) + 0,9) × 100% = 91%
Selanjutnya kita dapat memperhatikan dalam suatu
keluarga bahwa dengan rendahnya penghasilan berarti tinggi
kecenderungan margnal untuk konsumsi, tetapi tingginya
substansi pendapatan jumlah tabungan keluarga akan berakibat
semakin lebih rendah kecenderungan marginal untuk konsumsi.
Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut :
Contoh 148: jika fungsi konsumsi K(p) = 50 - 50−𝑝/50 dimna p
dalam ribuan rupiah. Maka kita memperoleh MPC = K’ (p) = -
50−𝑝/50 (-1/50) = - 𝑒 −𝑝/50
Andaikan tingkat pendapatan p = Rp 10 dan Rp 30 (dalam
10

ribuan rupiah ) maka MPC (10) = K’ (10) 𝑒 = 𝑒 −0,2
50

= 0,82 . MPC (30) =K’(30) = 𝑒 −30/50 . = 𝑒 −0,6 = 0,55 .


Jadi saat penghasilan Rp. 10 (dalam ribuan rupiah ) maka hanya
Rp. 0,55 sebagai ekstra rupiah yang di hamburkan untuk
konsumsi .

167
ɪ = p – K(p)
3.20 Penggandaan (Multiplier )
Jika fungsi tingkat pendapatan adalah p, dan K (p) adalah
fungsi konsumsi maka jumlah tabungan didefenisikan sebagai
berikut:
T = p – K(p) . Diasumsikan bahwa jumlah tabungan adalah yang
diinvestasikan dan di nyatakan dengan ɪ sehingga: Misalnya
K(p) = 8+ 0,5p, maka ɪ = p – 8 – 0,5p = 0,50 – 8 .
Maka dɪ/dP = 0,5 atau 1 = 0,5 dP/d ɪ , sehingga dP/d ɪ = 2 .
Turunan dP/d ɪ di sebut penggandaan (multiplier ) . Nilai dua
yang di dapat artinya bahwa pendapatan meningkat pada rata-
rata Rp. 2per-pertambahan rupiah dari penanaman modal .
Untuk melihat hubungan antara penggandaian dP/d ɪ
dengan MPC = dK(p)/dP adalah sebagai berikut .
ɪ = P – K(P)==== > d ɪ/ d ɪ = dP/d ɪ - [d (K(P)) dP] . dP/d ɪ
1 = dP/d ɪ [1- d (K(P)) dP ] = dP/d ɪ (1 – MPC), sehingga :

dP 1
---- = --------- = m .....
d ɪ 1- MPC

Selanjutnya rumus dapat di tulis sebgai P = K(P) + ɪ sehingga


1 = K’ + ɪ’ atau :
MPC + MPS = 1

Persamaan di atas menjadi m = dP/d ɪ = 1 / (1 – MPC ) atau m =


=
1 / MPS . Dalam hal linear fungsi
konsumsi dapat di tulis dengan K = αP + β . Kecenderungan
konsumsi marginal (MPC) adalah :
168
dK/dP = α ,Tabungan (T) ,= Investment (ɪ)
T = ɪ + P –K (P) = P_ (αP + β ) = P (1 – α ) – β
Kecenderungan tabungan marginal = kecenderungan investasi
marginal . dT/dP = dT/dP =1 – α; dimana dT/dP = 1 K’ (P) =
MPɪ ( marginal propencity investation ), sehingga :

.......................................
Selanjutnya pengganda m = dP/d ɪ = 1/ (1 – (P)) = 1 / ( 1 – α )
atau 1 / MPɪ = 1 / (1 – α ) . Kemudian pendapatan P = ɪ + K (P)
atau P = ɪ + αP + β ,atau ( 1 – α ) P = ɪ + β , sehingga :
ɪ +β
P = ----------- atau P = t ( ɪ + β )
1 +α , di mana t = 1/ ( 1- α )
dan bila ɪ + β = 𝜏 , maka P = t 𝜏, di mana r = ɪ + β adalah
pengeluaran otonom untuk konsumsi dan investansi . Itu berarti
:
Pendapatan = penggandaan x pengeluaran .
Contoh 3.25.
Bila paa contoh 135 ) K (P) = 50 - 50𝑒 –𝑝/50 , Tentukan
penggandaannya .
Jawab : ɪ = P – K (P) = P – (50 - 50𝑒 –𝑝/50
= 50𝑒 –𝑃/50 + P – 50 .
d ɪ/ dP = 50𝑒 –𝑝/50 +P – 50 = ( /50 ) (50𝑒 –𝑝/50 ) + 1
= 1 - 𝑒 –𝑝/50 = MPS .
penggandaan . m = dP/d ɪ = 1 /MPS =1 / 1 - 𝑒 –𝑝/50 .
cara lain : K (P) = 50 - 50𝑒 –𝑃/50 .
MPC = K’ (P) - 50𝑒 –𝑃/50 ( - 1 /50 ) = 𝑒 –𝑝/50

169
m = 1 / ( 1 - 𝑒 –𝑝/50 .
Contoh 3.26.
Tentukan penggandaan jika diktahui fungsi kecenderungan
konsumsi adalah
K (P) 6 + 0 , 8p , dan interpretasi hasilnya .
Jawab : ɪ = P K (P) P – 6 – 0 , 8p = 0 , 2p – 6
MPS = d ɪ/ dP = 0 , 2 , maka : penggandaiaan m = 1
/MPS = 1/0,2 = 5 . Artinya pendapatan meningkat pada rata-rata
Rp . 4 (dalam jutaan ) untuk masing-masing pertambahan rupiah
dalam penanaman modal .
Contoh 3.27.
Jika fungsi perbelanjaan konsumsi pada penghasilan p ribu
rupiah adalah
K (P) = 75 – 75 𝑒 −𝑝/75 .
a.Berapakah kecenderungan marginal untuk konsumsi pada
tingkat Rp. 30 dan Rp. 50 ( dalam ribuan rupiah )
b. Berapa proporsi dari pendapatan yang akan digunakan untuk
konsumsi pada penghasilan Rp. 30 tersebu?
c.Berapa penggandaan untuk fungsi tersebut pada tingkat
penghasilan Rp. 30 dan Rp. 50(dalam
ribuan ) tersebut .
Jawab : a. K (P) = 75 - 75 𝑒 −𝑝/75 .
MPC (p) = K’ (P) = - 75 𝑒 −𝑝/75 ( -1/75 ) = 𝑒 −𝑝/75
.
MPC (30) = 𝑒 −30/75 = 𝑒 −0 , 4 = 1/𝑒 0 ,4 = Rp. 0 ,
67 .
MPC (50) = 𝑒 −50/75 = 1/𝑒 0 ,67 = RP. 0 ,51 .
b. Proporsi pendapatan :
170
r (P) = K (P) /P = ( 75 - 75𝑒 −𝑝/75 ) /P .
r (30) = ( 75 - 75𝑒 −30/75 ) /30 = 0 , 83 , sehingga :
r (30) = 0 , 83 x 100 % = 83%
c. Penggandaan m = 1/(1 – MPC ) .
MPC = K’ (P) = 𝑒 −𝑝/75 , m(P) = 1/( 1 – MPC )
m (30) = 1/( 1 – MPC (30)) = 1/ ( 1 – 0 , 67 ) = 3 ,
03
m (50) = 1/ ( 1 – M PC (50)) = 1/ ( 1 – 0 , 51 ) = 2 ,
04 .
3.21 Penerimaan Pemerintah Dari Pajak
Jikaditentukanbesarpermintaanakansuatubarangdengan𝐷: 𝑝 =
𝑓(𝑞) dan fungsi penawaran 𝑆: 𝑝 = 𝑔(𝑞), maka setelah
dikenakan pajak sebesar t per-unit maka fungsi penawaran akan
berubah menjadi 𝑆𝑡 = 𝑃𝑡 = 𝑔(𝑞 ) + 𝑡. Total
penerimaanpajakpemerintahadalahsebesar𝑇 = 𝑡 . 𝑞𝑡 yang dapat
dianggap sebagai fungsi dari 𝑞 atau fungsi dari 𝑡. 𝑇mencapai
maksimum bila 𝑇 ′ = 𝑑𝑇⁄𝑑𝑞 = 0, dan 𝑇 ′′ = 𝑑 2 𝑇/𝑑𝑞 2 < 0.
Bilafungsipermintaandanpenawarandalambentuk linier
halitudapatditulissebagai𝐷: 𝑝 = 𝛼𝑞 + 𝛽dan 𝑆: 𝑝 = 𝜇𝑞 + 𝜏,
dimana 𝛼, 𝛽, 𝜇, 𝜏 > 0. Jika terhadap barang yang dijual
dikenakan pajak sebesar t per-unit maka 𝑆𝑡 = 𝜇𝑞 ∗ + 𝜏 + 𝑡, dan
𝐷: 𝑝 = −𝛼𝑞 ∗ + 𝛽, dimana 𝑞𝑡 = 𝑞 ∗ .
Keseimbangan pasar terjadi apabila :
a. D = St ↔ p =pt, atau −αq∗ + β = μq∗ + τ + t
(μ + α)q∗ = β − (τ + t)
β − (τ + t)
q∗ =
α+μ
171
Maka total pajak menjadi :
t(β − τ − t)

β−τ t2
T = t. qt = t. q = = t. ( )−
α+μ α+μ α+μ
T mencapai maksimum bila 𝑑𝑇⁄𝑑𝑡 = 0
β−τ 2t β−τ ∗
β − τ − (β − τ)⁄2
− =0→t= dan q =
α+μ α+μ 2 α+μ
2
β−τ d T 2
= dan 2 = − <0
2(α + μ) dt α+μ
β−τ β−τ β−τ
sehingga T = t. qt = ( ) qt = .
2 2 2(α + μ)
(β − τ)2
=
4(α + μ)
(β − τ)2
T=
4(α + μ)
Jad:

b. Dari p = pt diperoleh−αq∗ + β = μq∗ + τ + t


t = (β − τ) − (α + μ)q∗
MakaT = t. qt = t. q∗ = {((β − τ) − (α + μ)q∗ )q∗ }
T = (β − τ)q∗ − (α + μ)q∗
T mencapaimaksimumbiladT⁄dq∗ = 0 ↔ dT⁄dq∗ =
(β − τ) − 2(α + μ)q∗ = 0
β−τ
q∗ =
2(α + μ

172
(𝛽 − 𝜏)
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑡 = (𝛽 − 𝜏) − (𝛼 + 𝜇).
2(𝛼 + 𝜇)

𝑡 = 1⁄2 (𝛽 − 𝜏)

( ) 2
(𝛽 − 𝜏) 𝛽 − 𝜏
𝑑𝑎𝑛 𝑇 = 𝑡. 𝑞 ∗ = 1⁄2 (𝛽 − 𝜏) =
2(𝛼 + 𝜇) 4(𝛼 + 𝜇)
(𝛽 − 𝜏)2
𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 =
4(𝛼 + 𝜇)
Jadi:

𝑑2𝑇
= −2(𝛼 + 𝜇) < 0 ; 𝛼, 𝛽 > 0
𝑑𝑞 ∗
Contoh 3.28.
Ditentukan 𝐷: 𝑝 = −2𝑞 + 3dan 𝑆: 𝑝 = 3𝑞 + 1. Bila terhadap
penjualan barang dikenakan pajak t per unit maka hitung pajak
maksimum penerimaan pemerintah.
Penyelesaian :
Disini−𝛼 = −2 → 𝛼 = 2 ; 𝛽 = 3, 𝜇 = 3 , 𝜏 = 1
(𝛽 − 𝜏)2 (3 − 1)2 4
𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 = = = = 0,20
4(𝛼 + 𝜇) 4(2 + 3) 20
(𝛽 − 𝜏)
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 = 1⁄2 (𝛽 − 𝜏) = 1⁄2 (3 − 1) = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑞 ∗ =
2(𝛼 + 𝜇)
3−1 1
= =
2(2 + 3) 5

173
sehingga𝑇 = 𝑡. 𝑞 ∗ = 1. (1⁄5) = 0,2
Dengan demikian dapat ditentukan pula
𝐷: 𝑝 = −2𝑞 + 3
𝑆𝑡 : 𝑃𝑡 = 3𝑞 + 1 + 𝑡 = 3𝑞 + 1 + 1 = 3𝑞 + 2
Selanjutnya bila fungsi permintaan dan penawaran dalam bentuk
kuadrat maka
𝐷: 𝑝 = −𝛼𝑞 2 + 𝛽
} 𝛼, 𝛽, 𝜇, 𝜏 ∈ 𝑅 > 0
𝑆: 𝑝 = 𝜇𝑞 2 + 𝜏
Fungsi penawaran setelah dikenakan pajak menjadi
𝑆𝑡 : 𝑝𝑡 = 𝜇𝑞 2 + 𝜏 + 𝑡
Titik keseimbangan tercapai bila :
a. 𝐷 = 𝑆𝑡 ↔ −𝛼𝑞 ∗ 2 + 𝛽 = 𝜇𝑞 ∗ 2 + 𝜏 + 𝑡, 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑞 ∗ = 𝑞𝑡 .
Maka(𝛼 + 𝜏)𝑞 ∗ 2 = 𝛽 − 𝜏 − 𝑡
𝑞 ∗ = √[(𝛽 − 𝜏 − 𝑡)⁄(𝛼 + 𝜏)]

𝑇 = 𝑡. 𝑞 ∗ = √[((𝛽 − 𝜏)𝑡 2 − 𝑡 3 )⁄(𝛼 + 𝜏)]


dan

𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 diacapaibila𝑑𝑇⁄𝑑𝑡 = 0 , dimanadarirumus di atas


𝑑𝑇⁄𝑑𝑡
1⁄
1
= ⁄2 [( 𝛽 − 𝜏 𝑡 − 𝑡 ) 𝛼 + 𝜇 ] 2 [(2𝑡(𝛽 − 𝜏) − 3𝑡 2 )⁄(𝛼 + 𝜏)] = 0
( ) 2 3 ⁄( )

= [2𝑡(𝛽 − 𝜏) − 3𝑡 2 ]⁄[2(𝛼 + 𝜇)2 {(𝛽 − 𝜏)𝑡 2 − 𝑡 3 }] = 0


𝑡 = (2⁄3)(𝛽 − 𝜏)

174
= [2𝑡(𝛽 − 𝜏) − 3𝑡 2 ] = 0atau

𝑞 ∗ = √[{(𝛽 − 𝜏) − 2(𝛽 − 𝜏)⁄3}⁄(𝛼 + 𝜇)]


= √[(𝛽 − 𝜏)⁄3 (𝛼 + 𝜇)]
𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑡. 𝑞 ∗ = [(2⁄3)(𝛽 − 𝜏)]√[(𝛽 − 𝜏)⁄3 (𝛼 + 𝜇)]

b. Dari – 𝛼𝑞 2 + 𝛽 = 𝜇 ∗ 2 + 𝜏 + 𝑡 → 𝑡 = (𝛽 − 𝜏) −
(𝛼 + 𝜇𝑞 ∗ 2 ).
𝑇 = 𝑡. 𝑞 ∗ = (𝛽 − 𝜏)𝑞 ∗ − (𝛼 + 𝜇)(𝑞 ∗ )3 .
𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 → 𝑑𝑇⁄𝑑𝑞 ∗ = (𝛽 − 𝜏) − 3(𝛼 + 𝜇)𝑞 ∗ 2 = 0.
𝑞 ∗ 2 = (𝛽 − 𝜏)⁄3 (𝛼 + 𝜇) → 𝑞 ∗ = √[(𝛽 − 𝜏)⁄3(𝛼 + 𝜇)],
sehingga :
𝑡 = [(𝛽 − 𝜏) − (𝛼 + 𝜇)] [(𝛽 − 𝜏)⁄3 (𝛼 + 𝜇)] → 𝑡
= (2⁄3)(𝛽 − 𝜏).
𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑡. 𝑞 ∗ = [(2⁄3)(𝛽 − 𝜏)]√[(𝛽 − 𝜏)⁄3(𝛼 + 𝜇)]

dan𝑑 2 𝑇⁄𝑑𝑡 2 = −6[(𝛽 − 𝜏)]𝑞 ∗ < 0; 𝛼, 𝜇, 𝑞 ∗ > 0

Contoh 3.28.
Tentukan fungsi penawaran setelah ada pajak per unit danbesar t
serta T maksimum bila ditentukan fungsi permintaan dan
penawaran 𝐷: 𝑝 = 13𝑞 2 + 7, dan 𝑆: 𝑝 = 5𝑞 2 + 4.
Jawab : Dari soal ini didapat 𝛼 = 3, 𝛽 = 7, 𝜇 = 5, 𝑑𝑎𝑛 𝜏 = 4.
𝑡 = (2⁄3)(7 − 4) = 2.
175
𝑆𝑡 = 𝑠 + 𝑡 = 5𝑞 2 + 4 + 2 = 5𝑞 2 + 6.
𝑞 ∗ = √[(𝛽 − 𝜏)⁄3(𝛼 + 𝜇)] = √[(7 − 4)/3(3 + 5) = (1⁄8)√8

𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 = (2⁄3)(𝛽 − 𝜏)[√[(𝛽 − 𝜏)⁄3(𝛼 + 𝜇)]


= (2⁄3). 3.1⁄8√8 = (1⁄4)√8

3.22 Pengaruh Pajak Pada Monopoli


Dalam kajian ekonomi, pasar monopoli merupakan keadaan
pasar di mana hanya ada satu penjual produk, dan tidak ada
produk lain yang menjadi pengganti (no substitutes) dari produk
yang diperdagangkan oleh si monopolis (monopolis adalah
orang yang menjalankan monopoli). Seluruh bagian pasar yang
bersangkutan, pengusaha itu sendirilah yang menguasainya,
dengan perkataan lain, di pasar itu tiada terdapat barang lain
yang sejenis, sehingga si monopolis tidak perlu
mempertimbangkan pengaruh perusahaan lain terhadap
ketetapannya mengenai harga maupun jumlah yang
diperdagangkan. Mengingat akan hal itu dalam pasar monopoli
tidak ada pesaing bagi yang melakukannya.
Dalam kehidupan perkonomian nyata, jenis pasar monopoli
ini sangat jarang tidak mendapat persaingan dari penjual lain.
Meskipun dalam suatu pasar misalnya hanya terdapat satu
penjual sehingga tidak ada pesaing secara langsung dari penjual
lain, tetapi penjual tunggal tersebut akan menghadapi pesaing
secara tidak langsung dari penjual lain yang mnghasilkan produk

176
yang dapat merupakan alternatif produk pengganti yang tidak
sempurna.
Sebagai gambaran, perusahaan kereta api Indonesi (PT.
KAI) merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang
menyelenggarakan jasa transportasi darat, di mana perusahaan
ini tidak menghadapi persaingan secara langsung dari
perusahaan kereta api lainnya karena sampai saat ini faktanya
memang tidak ada penyelenggara jasa transportasi kereta api
dari swasta lain meskipun perusahaan kereta api tidak
mengalami persaingan secara langsung, namun perusahaan ini
akan menghadapi persaingan secara tidak langsung dari jasa
transportasi darat lainnya, misalnya perusahaan bus yang
menjadi persaingan bagi perusahaan kereta api untuk
mengangkut penumpang, yang dalam hal ini perusahaan kereta
api tidak akan mendapat persaingan secara langsung dari kereta
api lainnya,akan tetapi akan menghadapi persaingan secara tidak
langsung dari bus-bus yang melakukan perjalanan untuk
mengangkut penumpang. Selain itu, pemahaman yang
mendalam tentang hubungan-hubungan dalam pasar monopoli
untuk memberikan landasan yang diperlukan untuk topik penting
bagi pakar bisnis.
Jika pemerintah mengenakan pajak untuk setiap unit barang
sebesar t atas barang yang diproduksi oleh simonopolist, maka
akan mempengaruhi :
1. Biaya Total (TC) naik sebesar t.g, sehingga :
TCq = TC + tq → TC − tq

2. Biaya rata – rata (AC) dan biaya Marginal (MC) , naik


sebesar t, sehingga :

177
TC TC + tq TCt
ACT = AC + t = +t=( )=
q q q

MCt = MC + t = TC ′ + t

Dalam sistem monopoli berlaku


L = TR –TC
𝐿 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶𝑇

dL dTR dTC
Laba marginal = − = TR′ − TC′
dq dq dq
Sehingga :
dLt dTR dTC d(tq)
= − − = TR′
dq dq dq dq

L′t = TR′ − t

Kemudian 𝐿𝑡 maksimum bila 𝐿′𝑡 = 0

TR′ − TC ′ − t = 0 ↔ TR′ = TC + t dan

d2 Lt d2 TR d2 TC d2 (tq)
dq
= dq2
− dq2
− dq2
< 0 atau

TR" − TC <0 →TR < 𝑇𝐶"

Total penerimaan pajak pemerintah


T = t .q

Tmaksimum bila T ′ = 0 dan T"

178
Jika penarikan pajak dalam bentu presentase sebesar r%
dari harga jual maka penerimaan simonopolist menjadi TR r =
TR − r % TR dan laba yang diperoleh simonopoli menjadi :

Lr = TR r − TC = (1 − r%)TR − TC
r
Lr maksimum bila L′r = [ 1 − (100) ] TR′ − TC′ = 0

r
↔ [1 – (100) ] TR′ = TC′
Contoh 3.29.
Andaikan fungsi permintaan dan fungsi biaya total dinyatakan
dalam bentuk linier , maka
D : p = -aq + b
TC = mq + n
Bila terhadap harga jual ditari pajak sebesar r % maka
TR = p . q = −aq2 + bq
TR r = (1 − r % )TR = μ (− + bq) ; dimana μ = 1 − r %
Lr = TR r - TC = μ (−aq2 + bq) − mq − n
Lr (q) = -μaq2 + (μb − m )q − n
Lr (q) maksimum bila L′ r (q) = −2μaq + μb − r = 0
μb−m
q = ( )
2μa

Syarat L"r (q) = −2aμ < 0 → 𝑎𝜇 > 0


Laba maksimum setelah penarikan pajak sebesar r % menjadi :

179
μb − m μb − m 2 μb − m
Lr ( ) = −μa ( ) + (μb − m) ( )
2μa 2μa 2μa

μb−m 2 μb−m 2
= -( ) + ( ) − n
4μa 2μa
μb−m 2
= ( ) − n
4μa

Dalam keadaan khusus misalnya :


D : p = -2q + 5 a=2;b=5
TC = 3q + 1 m=3;n=1
Terhadap harga jual dikemukakan pajak r = 25 %
μ = (1 − r % )1
25
= 1 - 100
3
= 4
3 15
μb−m (5) − 3 ( )− 3 15−12 1
4 4
q =( 2μa
) = 3 = 3
= 12
= 4
4( ).2
4

Laba maksimum
3 2
1 [( )]
4
Lr (4) = 3
4 ( ).2
4

Contoh 3.30
Jika dalam soal 3.29 dikenakan pajak per-unit sebesar t
tentukanlah :

180
a. Laba maksimum
b. Perubahan harga
c. Penerimaan pajak oleh pemerintah dalam fungsi t
d. Pendaftaran pajak maksimum
Penyelesaian :
a. TR = p. q = − aq2 + bq
TC = mq + n
Biaya total setelah dikenakan pajak
(TC)t = TC + tq = mq + tq + n = (m + t )q − n
Lt (q) = TR + TCt = − aq2 + bq − ( m + t ) − n
= − aq2 + (b − m − t)q − n
Lt (q) maksimum bila L′ t (q) = 0
(b – m – t )
-2aq + b – m – t = 0, atau q = 2a

t = b – m – 2aq dan L”t (q) = −2a < 0


b–m–t
Jadi : Lt (q) maksimum = Lt ( )
2a
b–m–t 2
= −a ( ) + (b − m −
2a
b–m–t
t) ( )− n
2a
b–m–t 2
= ( ) − n
2a

Harga setelah dikenakan pajak menjadi :

181
Pt = −aq + b
b–m–t
= −a ( )+ b
2a
1
=b− (b − m − t)
2
1
P0 = b − (b − m − t)
2

b. Perobahan harga sebesar :


1 1
Pt − P0 = b − (b − m − t) − [b − (b − m − t)]
2 2
1
= t
2
1
= (b – m – 2aq)
2
1
= (b − m) − aq
2

c. Penerimaan pajak pemerintah sebesar


b–m–t
T tq = t ( )
2a
(b−m)t−t2
=[ ]
2a

dT b−m−2t
d. Tmaksimum bila = =0
dt 2a
1
⟺= (b − m)
2
1 b−m−2t
Tmaks = t . q [ ]
(b−m) 2a

182
(b−m)2 − (b−m)t
= 4a

3.23 Ciri-ciri Pasar Monopoli

a. Pasar Monopoli merupakan Industri Satu Perusahan


Pada pasar monopoli, barang atau jasa yang dihasilkannya
tidak dapat dibeli dari tempat lain, di mana para pembeli tidak
mempunyai pilihan lain, karena kalau mereka menginginkan
barang tersebut maka mereka harus membeli dari perusahaan
monopoli itu juga. Dalam hal ini, syarat-syarat penjualan
sepenuhnya ditentukan oleh monopoli tersebut, dan para
pembeli tidak dapat berbuat suatu apapun di dalam menentukan
syarat jual beli tersebut.
b. Pada pasar monopoli tidak mempunyai barang pengganti
yang mirip
Pada pasar monopoli, barang yang diperdagangkan
merupakan satu-satunya jenis barang yang mirip dan tidak
terdapat barang sama (close subtitute) yang dapat menggantikan
barang tersebut. Sebagai gambaran, aliran listrik merupakan
contoh dari barang yang tidak mempunyai barang pengganti
yang mirip. Yang ada hanyalah barang pengganti yang sangat
berbeda sifatnya.
c. Pada pasar monopoli, tidak terdapat kemungkinan untuk
masuk ke dalam industri
Pada pasar monopoli, tidak terdapat kemungkinan untuk
masuk ke dalam industri karena tanpa adanya kemungkinan

183
tersebut pada akhirnya akan terdapat beberapa perusahaan di
dalam industri. Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan
menyebabkan perusahaan-perusahaan lain memasuki industri
tersebut.
d. Pada pasar monopoli, dapat mempengaruhi penentuan harga
Disebabkan pada perusahaan monopoli merupakan satu-
satunya penjual di dalam pasar, maka penentuan harga dapat
dikuasai oleh perusahaan itu saja, sehingga pada perusahaan
monopoli dipandang sebagai penentu harga secara sepihak, dan
mutlak, bila tidak ada kebijakan lain.
e. Pada pasar monopoli, promosi iklan kurang dibutuhkan.
Disebabkan kebijakan pada perusahaan monopoli
merupakan satu-satunya perusahaan di dalam industri,sehingga
tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan
iklan. Pembeli yang memerlukan barang yng diproduksinya
terpaksa membli daripadanya. Walau bagaimanapun perusahaan
monopoli sering membuat iklan. Iklan tersebut bukanlah
bertujuan untuk menarik pembeli, tetapi untuk memelihara
hubungn baik dengan masyarakat.

3.24. Faktor faktor yang menimbulkan adanya pasar


monopoli
Dalam proses dagang, penyebab yang paling mendasar dari
munculnya monopoli merupakan kendala untuk masuk sehingga
suatu monopoli terus menjadi pemain tunggal di pasarnya karena
perusahaan-perusahaan lain tidak mampu masuk ke pasar itu dan
bersaing dengannya. Hambatan untuk masuk ini timbul akibat
tiga hal utama :

184
a. Pada pasar monopoli , perusahaan tersebut mempunyai suatu
sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh
perusahaan lain.
b. Pada pasar monopoli, perusahaan tersebut umumnya dapat
menikmati skala ekonomi sehingga ke tingkat produksi yang
sangat tinggi.
c. Pada pasar monopoli, berkembang melalui undang-undang,
di mana pemerintah memberi hak monopoli kepada
perusahaan.
3.25 Kendala Perusahaan Monopoli
a. Kendala Teknis.
Bila keadaan pasar dalam kondisi pasar monopoli, maka
akan terjadi ketidakmampuam bersaing secara teknis
menyebabkan perusahaan lain sulit bersaing dengan perusahaan
yang sudah ada. Keunggulan secara teknis ini disebabkan
beberapa hal :
i. Pada kondisi ini, perusahaan memiliki kemampuan dan atau
pengetahuan khusus yang memungkinkan berproduksi sangat
efisien.
ii. Dalam situasi seperti ini, tingkat efisiensi yang tinggi
memungkinkan perusahaan monopolis mempunyai kurva
biaya (Marginal Cost dan Average Cost) yang menurun.
Dalam hal ini, makin besar skala produksi, maka biaya
marjinal akan semakin menurun, sehingga biaya produksi per
unit (AC) akan semakin menurun pula.
iii. Bila situasi berada pada pasar monopoli, maka perusahaan
akan memiliki kemampuan kontrol sumber factor produksi,

185
baik berupa sumber daya alam, smuber daya manusia maupun
lokasi produksi.
b. Hambatan Legal. Ada beberapa hambatan yang secara nyata
dihadapi pada setiap kondisi pasar monopoli, antara lain:
i. Undang-undang dan hak khusus yang diterbitkan
pemerintah.
Pada kenyataannya banyak perusahaan yang tidak efisien
tetapi memiliki daya monopoli yang kuat. Keadaann ini
dimungkinkan karena secara hukum mereka diberi hak
monopoli, misalnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
banyak memiliki daya monopoli karena undang-undang yang
diterbitkan oleh pemerintah, di mana BUMN ini berdasarkan
undang-undang mereka memiliki hak khusus untuk mengelola
industri tertentu. Hak khusus tidak hanya diberikan oleh
pemerintah, tetapi juga oleh satu perusahaan kepada perusahaan
lainnya.
ii. Hak Paten atau Hak Cipta
Secara prinsip, ternyata tidak semua monopoli berdasarkan
hukum (undang-undang) mengakibatkan inefisiensi. Ada hak
paten atau hak cipta yang merupakan monopoli berdasarkan
hukum karena pengetahuan-kemampuan khusus yang
menciptakan daya monopoli secara teknis.

3.26 Hubungan antara Harga, Penerimaan Rata-Rata,


Penerimaan Total dan Penerimaan Marginal
Apabila dinyatakan harga (p) sama dengan
permintaan rata-rata (Average Revenue = AR), maka kurva
fungsi permintaan (D) juga identik dengan kurva AR yang
berlaku untuk perusahaan monopolis. Dalam hal ini, upaya
186
untuk menaikan penjualannya (sebanyak satu unit), perusahaan
harus menurunkan harga (p) untuk seluruh jumlah barang yang
dijualnya, dan akibatnya marginal revenue (MR) menjadi lebih
kecil dari harga p, sehingga untuk menggambarkan kurva
tersebut, maka kurva penerimaan marginal (MR) akan terletak di
bawah kurva Average Revenue (R) yang identik dengan kurva
permintaan D. Dalam kaitan ini, bila kurva permintaan berupa
garis lurus (linear) maka kurva MR akan tepat memotong
jarak pertengahan jumlah yang diminta pada harga nol. Artinya
kurva MR juga merupakan kurva yang turun dari kiri atas
kekanan bahwa dan mempunyai kecuraman dua kali kecuraman
kurva D.
Kurva penerimaan marginal (MR) memotong titik pada
sumbu horizontal pada kuantitas = 100 dan kurva penerimaan
rata-rata (AR) memotong titik pada kuantitas = 200, sesuai
untuk harga sama p = 0, sehingga tingkat kecuraman/slope
kurva penerimaan marginal (MR) menjadi dua kali tingkat
kecuraman kurva permintaan, atau D=AR. Kemuian, pada
bagian atas titik tengah kurva permintaan, besarnya tingkat
elastisitas permintaan (price elasticity of demand) menjadi lebih
besar dari satu. Artinya, jika jumlah yang diminta naik maka
penerimaan total (TR) juga akan naik. Keadaan tersebut sesuai
dengan E > 1, sehingga berada pada output antara nol dan 100
unit. Pada situasi ED > 1 kurva TR sedang dalam keadaan
menaik (gambar bawah). Jadi penerimaan total (TR) akan naik
pada saat output juga naik. Bila dikaitkan dengan dengan kurva
penerimaan marginal (MR), maka akan tampak bahwa pada
bagian ini kurva MR tersebut masih positif yaitu lebih besar dari
nol.

187
Gambar. 2.5. Kurva Rerata Penerimaan (AR), Penerimaan
Marginal (MR) dan Total Penerimaan
(TR) pada perusahaan monopoli.
Pada gambar tampak bahwa pada titik tengah kurva
permintaan, besarnya elastisitas permintaan ED identik dengan
satu (unitary elastic) yang bermakna bahwa penerimaan total
(TR) tidak berubah meskipun output-nya berubah, sebab pada
keadaan ini kurva penerimaan total TR tidak naik pada saat
kuantitas q (output) niak, sehingga penerimaan marginal MR
identik dengan 0. Artinya, pada saat MR = 0, maka kurva TR
mencapai maksimum atau berada pada puncaknya.
Lebih lanjut tampak pada bagian bawah titik tengah
kurva permintaan D, maka besaran elastisitas permintaan ED <1,
yang manggambarkan bahwa dalam keadaan seperti ini bila
hasil (output) penjualan naik maka penerimaan total akan akan
menurun. Bila dikaitkan dengan kurva penerimaan marginal

188
MR, pada saat hasil (output) lebih besar dari 100 unit, maka
nilai penerimaan marginal MR akan menjadi bernilai minus.
Kemudian, meskipun suatu perusahaan itu berada dalam
struktur pasar yang monopoli, maka perusahaan tersebut tidak
akan menghasilkan suatu hasil (output) pada tingkat dimana
penerimaan marginal (MR)nya bernilai negatif. Dalam hal ini
sebuah perusahaan monopolis tentunya bekeinginan untuk
memperoleh keuntungan maksimum. Kondisi yang diinginkan
seperti ini akan dapat dicapai pada saat biaya marginal identik
dengan penerimaan marginal (MC = MR) dan penerimaan
marginal (MR) bernilai positif. Pada gambar di atas tampak
bahwa kondisi penerimaan marginal MR masih bernilai positif
jika nilai elastisitas permintaan masih positif (ED > 1) yang
bermakna bahwa untuk tingkat output berkisar antara 0 – 100
unit yang mana pada keadaan seperti ini, bila hasil (output)
penjualan dinaikan maka penerimaan total TR pun akan turut
naik pula. Pada perusahaan monopolis yang berkeinginan
mendapatkan keuntungan maksimum, maka perusahaan tersebut
tidak akan memproduksi atau menjual outputnya pada saat
permintaan tidak elastis (E= < 1).

3.27. Penentuan Harga dan Jumlah Produksi


a. Perusahaan Monopoli Memperoleh Keuntungan Luar
Biasa (Super Profit)
Pada saat terjadi keadaan keseimbangan pasar, ekuilibrium
atau terjadinya keseimbangan (keuntungan perusahaan mencapai
maksimum, pada saat situai biaya marginal identik dengan
penerimaan marginal (MC = MR) dan output yang dijual

189
sebanyak q unit, sementara harga yang tersedia dibayar oleh
konsumen untuk tingkat output q unit, misalkan sebesar p/unit.
Dalam kondisi seperti ini perusahaan monopoli akan
menghasilkan output (seberapa besar jumlah output yang
diproduksi) pada waktu tersebut, sehingga terjadi kondisi besar
biaya marginal identik dengan penerimaan marginal (MC =
MR), meskipun dalam menentukan harga p kita akan melihat
kurva permintaan lebih dahulu. Tampak bahwa kurva
permintaan D = kurva rerata penerimaan AR = p, sehingga bila
rerata penerimaan AR = p maka output q = penerimaan total
(TR). Untuk meneliti apakah perusahaan beruntung atau tidak,
haruslah dilihat lebih dahulu apakah kurva rerata penerimaan
AR masih berada di atas kurva biaya rata-rata AC. Dalam
keadaan ini, keseimbangan hasil (output) tersebut yaitu q unit.
Bila kurva AR berada di atas kurva AC berarti perusahaan masih
memperoleh keuntungan, yang pada teori mikro ekonomi
disebutkan bahwa keuntungan luar biasa (super profit) dapat
dicapai bila penerimaan masih lebih besar dari biaya.
Keuntungan L(q) = TR –TC; dalam kaitan ini, tingkat harga p
lebih besar biaya rata-rata (AC) maka perusahaan memperoleh
super profit.
b. Perusahaan Monopoli memperoleh Keuntungan Normal
Perusahaan dapat dikatakan memperoleh keuntungan
normal (normal profit) apabila harga jual p = biaya rata-rata
(AC) atau hasil penjualan total (TR) = biaya produksi total (TC).
Keuntungan normal seperti ini diistilahkan akuntansi atau
keuangan disebut pulang pokok (break event point = BEP).
Dalam kondisi TR = TC dikatakan masih memperoleh
keuntungan (normal profit), sebab didalam struktur biaya total
produksi (TC) terdapat biaya implisit (implicit cost), di mana
190
alokasi anggaran untuk biaya ini, perusahaan tidak melekukan
pembayaran terhadap biaya implisit tersebut. Perusahaan tidak
mengeluarkan pembayaran terhadap biaya implisit yang telah
dianggarkannya, sehingga perusahaan masih memperoleh sisa
uang kas dari penjualan produknya, meskipun pada situasi TR =
TC.
TR = pq; TR = TC atau p = AC (normal profit); TC = AC.
q

c. Produsen mengalami Kerugian


Jika tingkat harga (p) lebih kecil dari AC, tetapi masih lebih
besar dari rerata biaya variabel (Average Variable Cost = AVC),
maka dalam keadaan ini sebaiknya perusahaan tetap
melanjutkan kegiatan produksinya, karena jika perusahaan
menghentikan kigiatan berproduksi (q= 0) maka besarnya
kerugian yang dialaminya menjadi sebesar biaya tetap totalnya
(Total Fixed Cost = TFC). Namu demikian, apabila tetap
melanjutkan kegiatan berproduksi, maka kerugian yang
dideritanya tidak sebesar TFC tersebut, shingga berakibat
sebagian dari kerugian tersebut akan ditutupi oleh kelebihan TR
dari (Total Variable Cost =TVC) yang dikeluarkannya.
Total Profit = Total Revenue(TR) –Total Cost(TC)
TR = p (harga jual per unit) . q (jumlah output yg dijual)
TR = pq
TC=AC.q
TC = D .q

191
Karena TR < TC , maka perusahaan menderita kerugian sebesar
selisih antara TR dengan TC.
TVC=AVC . q
AVC(biaya variabel rata-rata) = QB = OC
TVC = TC .q
TFC = TC – TVC
d. Perusahaan Monopoli Tutup Usaha
Pada kondisi tertentu, suatu kegiatan berproduksi dikatakan
tutup usaha jika harga jual produknya hanya dapat menutup
biaya variabel rata-ratanya(Average Variable Cost =AVC) , dan
titik dimana kurva AVC menyinggung kurva permintaan D = p,
disebut shut down point. Jika tingkat harga jual p = Biaya
variabel rata-rata (AVC), maka sebaiknya perusahaan harus
menghentikan kegiatan berproduksinya (q = 0) dan tititk dimana
p sama dengan atau lebih kecil dari AVC, disebut shut down
point.

3.28 Pengenaan Pajak terhadap Monopolis


Pajak yang dikenakan terhadap monopolis dapat bersifat
tetap besarnya (lumpsum) dan dapat bersifat khusus (spesific).
Pajak yang lumpsum sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya
tingkat jumlah barang yang dihasilkan, sedangkan pajak yang
khusus sifatnya tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan
oleh monopolis tersebut.
1. Pembayaran pajak sekaligus
Pembayaran pajak sekaligus oleh pemerintah dapat
mengurangi atau bahkan menghapuskan keuntungan monopolist

192
tanpa mempengaruhi baik jumlah produksi maupun tinkat harga
penjualannya.Berawal dari kondisi keseimbangan pasar, seorang
monopolist menjual produknya dengan harga=p dan jumlah
output yang dijual= q, sedang biaya produksi rata-ratanya =
TC,sehingga bila pemerintah mengenakan pajak sekaligus
sebesar profit yang diperolehnya, maka nilai pajak yang
dibayarkan sekaligus tersebut harus ditambahkan pada biaya
total (TC) yang dikeluarkan oleh monopolist. Sekarang TC naik
menjadi TC=TR, dan kurva akan bergeser ke atas. Akibatnya
produsen monopolist sekarang dalam keadaan normal profit.
2. Pajak Khusus (Spesific)
Pajak khusus (spesific) ini disebut pula pajak per unit
output, yaitu pajak yang sama dengan biaya variabel (AVC),
sehingga pajak tersebut akan mengakibatkan terjadinya
pergeseran kurva AC dan krva MC menjadi AC’ dan MC’.
Jumlah output keseimbangan yang baru adalah menjadi lebih
sedikit dan tingkat harganya menjadi lebih mahal seperti
ditunjukan oleh gambar berikut ini.
Perusahan monopolist menderita kerugian setelah biaya
produksi rata-ratanya naik dari AC menjadi AC’, dimana AC >
p.
3.29 Penentuan Harga Maksimal oleh Pemerintah
Dalam mengatur perekonomian, pemerintah dapat menggunakan
wewenangnya untuk menentukan harga maximum dari barang
yang dihasilkan oleh seorang monopolis. Pemerintah selalu
beritikad baik yaitu ingin melindungi masyarakat dari harga
yang terlalu tinggi dan jumlah barang yang terlalu sedikit
dihasilkan dalam masyarakat, tetapi juga jangan sampai terlalu
merugikan produsen monopolis tersebut. Oleh karena itu
pedoman yang diambil pemerintah dalam menentukan harga
193
maximum ialah pada saat biaya marginal sama dengan
penerimaan marginal yaitu sejumlah produksi X1 pada gambar
di bawah di mana di anggap bahwa pasar monopoli seperti pada
pasar persaingan sempurna sehingga MC=AR. Dalam keadaan
seperti ini produsen monopolis masih mendapatkan laba murni.
Perlu diperhatikan bahwa dengan penentuan harga maximum
oleh pemerintah pada P1 itu kurva permintaan atau kurva
penerimaan rata-rata berubah menjadi P1UAR dan kurva
penerimaan marginal (MR) berubah bentuk menjadi garis
P1UVMR. Ini berarti produsen dapat menghasilkan barang
sejumlah X1 dengan harga barang setinggi P1. Kalau produsen
menghasilkan barang lebih banyak dibanding dengan jumlah X1
itu, maka kurva permintaan yang dihadapi produsen monopolis
kembali seperti kurva permintaan semula yaitu UAR, dan kurva
permintaan marginalnya adalah VMR.
Bagi perusahaan yang bersifat “Public Utilities” seperti
PERJAN dan PERUM yang seringkali merupakan BUMN,
Pemerintah mennetukan harga dengan berpedoman pada
perpotongan antara kurva biaya rata-rata dan kurva penerimaan
rata-rata. Ini berarti bahwa perusahaan tersebut tidak diharapkan
untuk mendapatkan laba di atas laba normal, karena perusahaan
tersebut harus bekerja untuk kepentingan orang banyak. Gambar
di atas menunjukkan dengan ketentuan itu, maka perusahaan
akan menghasilkan barang dengan jumlah yang lebih besar lagi
(X3) dan dengan harga yang lebih rendah lagi (P3) dibandingkan
dengan apabila harga maximal ditentukan atas dasar
perpotongan antara biaya marginal (MC) dan kurva penerimaan
rata-rata (AR).
Jadi, dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pengenaan
pajak biasanya diberlakukan bagi produsen atau perusahaan
yang hasil produksinya kurang dikehendaki pemerintah demi
194
kesejahteraan masyarakat; misalnya minuman keras, tembakau,
dsb. Sedangkan penentuan harga maximum lebih banyak
dikenakan pada barang-barang yang merupakan kebutuhan
orang banyak dan harus disediakan dalam masyarakat dengan
harga yang murah, sebagai misal adalah air minum, listrik,
angkutan kereta api,dsb.

3.30 Diskriminasi Harga


Pada keadaan tertentu, diskriminasi harga dapat terjadi
apabila dilakukan penaikan laba dengan cara menjual barang
yang sama dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda
atas dasar alasan yang tidak berkaitan dengan biaya, yang
diakibatkan oleh:
1. Terjadinya diskriminasi harga dapat terjadi pada saat
produsen memberlakukan harga yang sama karena alasan yang
tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak
semua perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga.
Agar terjadi diskriminasi harga, diperlukan persyaratan
berikut:
a. Jika monopolis mampu memisah-misahkan pasar. Apabila
monopolis dapat memisah-misahkan pasar, maka para
konsumen akan membeli di pasar yang memiliki harga
rendah, yang lama kelamaan akan menaikkan harga dan
menjualnya di pasar yang memiliki harga tinggi, ysng
selanjutnya akan menurunkan harga . Sehingga harga
dalam kedua pasar tersebut menjadi sama.
b. Elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus
berbeda di antara kedua pasar supaya diskriminasi harga
tersebut menguntungkan. Perusahan monopoli yang ingin
mendapatkan laba maksimun harus menjual barang pada

195
tiap pasar sesuai dengan MC = MR untuk masing-masing
pasar. Praktek ini dapat menimbulkan berbedanya harga
jual di kedua pasar. Bila kedua pasar dapat dipisah-
pisahkan ,suatu perusahaan monopoli dapat
memaksimumkan labanya dengan menjual produk yang
sama dengan harga yang berbeda di kedua pasar tersebut.
Jumlah Output yang akan di jual masing-masing pasar
ditentukan MC = MR di masing-masing pasar.Pada gambar
terlihat bahwa pasar yang memiliki permintaan lebih
inelastic dikenai harga yang lebih tinggi.Terlihat juga
kurva-kurva MR nya di gambarkan berlawanan arah, tetapi
tetap dengan sumbu vertical yang sama. Anggap bahwa
biaya marjinal konstan untuk semua level output.
Perusahaan monopoli yang menginginkan laba maksimum
akan menjual output sebesar q1 pada pasar pertama ( saat
MC = MR1 ), dan menjual sebesar q2 pada pasar kedua (
saat MC = MR2 ), dengan harga jual masing-masing p1 di
pasar pertama dan p2 di pasar kedua.
Dalam kaitan ini, konsumen yang mempunyai permintaan
yang lebih kurang elastis ( pasar 1 ) dikenakan harga yang lebih
tinggi dari pada pasar yang permintaannya lebih elastis ( pasar 2
). Artinya, perusahaan monopoli yang melakukan praktek
diskriminasi harga akan menetapkan harga yang lebih tinggi
pada pasar yang kurang responsive dari pada pasar yang lebih
responsive, yang dicerminkan oleh elastisitas permintaan di
kedua pasar. Kenapa pasar monopoli melaksanakan sistem
diskriminasi harga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dari pada tidak melaksanakan sistem diskriminasi harga?
Alasannya adalah karena dengan melaksanakan sistem
diskriminasi harga, perusahaan monopoli dapat:

196
1. Memperoleh sebagian dari surplus konsumen yang
sesungguhnya akan di peroleh oleh pembeli pada keadaan-
keadaan tersebut
2. Pembeli yang berbeda mau membayar jumlah –jumlah
yang berbeda untuk komoditi yang sama.
3. Seorang pembeli mau membayar jumlah yang berbeda
untuk barang yang berbeda dari komoditi yang sama. .
4. Output dalam diskriminassi harga akan lebih tinggi dari
pada tidak melakukan diskriminasi harga. .
5. Dalam sebarang tingkat keluaran tertentu, system
diskriminasi harga yang paling menguntungkan akan
memberikan pendapatan total lebih tinggi bagi perusahaan
dari pada tidak melakukan diskriminasi harga yang hanya
memaksimalkan laba.
6. Dapat memperluas pembeli dengan menekan biaya ( cost )
per unit untuk menghasilkan Output.

197
LATIHAN 4 .
1
1. Tentukan : elastisitas fungsi penawaran q =2 + 2p2 untuk
masing –masing harga p yang diberikan .
a. p = 5 b. p = 7 c. p = 10 d. p = 20
e. p = 100
2. Tentukan elastisitas harga dari fungsi q = 64 − p2 untuk
masing-masing harga p yang diberikan .
a. p = 5 b. p = 7 c. p = 10 d. p = 20 e.
p = 100
3. Jika fungsi biaya total adalah TC(q) = 3q3 + 4q2 + 5q – 25
maka tentukanlah :
a. biaya rata-rata perunit barang itu .
b. biaya marginal barang tersebut .
4. Hitung biaya rata-rata marginal jika biaya total adalah :
a. TC(q) = 7q4 - 2q3 + 6q2 - 5q
b. TC(q) = q4 + q3 + 3q2 - 4q
c. TC(q) = 2q4 - 4q3 + 3q2 - q
d. TC(q) = 3q4 - 4q3 + 5q2 - 6q
5. Tentukan dimana MC = AC, jika diketahui fungsi total cost
adalah sebagai berikut :
a. TC(q) = 3q2 + 3q + 10
b. TC(q) = 2q2 + 7q + 250
c. TC(q) = 4q2 + 8q + 169
198
d. TC(q) = q2 + 3q + 1250
e. TC(q) = 6q2 + 5q + 500
f. TC(q) = 2q2 + 8q + 1175
6. Jika biaya total untuk memproduksi suatu jenis mobil
mempunyai fungsi
TC(q) = 0,07q3 - 0,4q2 + 2q – 1,6. Tentukanlah masing-
masing besar biaya :
a. Biaya marginal, dan q saat MC minimum.
b. Biaya variabel.
c. Biaya variabel rata-rata, dan q pada saat AC minimum.
d. Biaya rata-rata (AC) dan q , pada saat AC minimum.
e. Biaya tetap rata-rata (AVC).
7. Tentukan ETC dan EAC dengan cara: i. Langsung, ii.
menggunakan rumus, dari fungsi :
a. TC(q) = 2q2 + 3q + 5, untuk q = 3.
b. TC(q) = q2 + 2q + 35, untuk q = 2.
c. TC(q) = 2q2 + q + 35, untuk q = 5.
d. TC(q) = 4q2 + 3q + 60, untuk q = 4.
e. TC(q) = q2 + 3q + 15, untuk q = 1.
f. TC(q) = 3q2 + 7q + 99, untuk q = 8.
8. Tentukanlah EP bila diketahui :
a. TC(q) = 3q2 + 5q + 25, untuk q = 7.

199
b. TC(q) = q2 + 2q + 35, untuk q = 2.
c. TC(q) = 2q2 + q + 35, untuk q = 5.
d. TC(q) = 4q2 + 3q + 60, untuk q = 4.
e. TC(q) = q2 + 3q + 15, untuk q = 1.
f. TC(q) = 3q2 + 7q + 99, untuk q = 8.
9. Tentukanlah : i. Total penerimaan , ii. Penerimaann rata-
rata, iii. Penerimaan
marginal, dan iv. Elastisitas permintaan (ED) dan elastisitas
harga (Eh) untuk masing-
masing fungsi :
a. D : p = 60 – 2q2 untuk p = 28
b. D : p = 125 – 3q2 untuk p = 29
c. D : p = 600 – 5q2 untuk p = 100
d. D : p = 2000 – 7q2 untuk p = 628
e. D : p = 7896 – 5q2 untuk p = 3396
f. D : p = 4729 – 11q2 untuk p = 3564
10. Tentukanlah berapa besar : i. Kuantitas q yang sama
dengan memberikan laba
maksimum, ii. laba maksimum tersebut, jika suatu
perusahaan menjual produknya
seharga :
a. Rp.1000/unit dan TC(q) = Rp. (2000 + 200q +
q2 )
200
b. Rp.1250/unit dan TC(q) = Rp. (5000 + 125q +
2q2 )
c. Rp.5000/unit dan TC(q) = Rp. (25000 + 100q +
3q2 )
d. Rp.10000/unit dan TC(q) = Rp. (200000 + 50q +
4q2 )
e. Rp.100/unit dan TC(q) = Rp. (2500 + 60q +
q2 )
f. Rp.500/unit dan TC(q) = Rp. (7500 + 100q +
7q2 )
11. Pada permintaan q unit suatu Firma menerima suatu harga
per-unit sebagai
D : p(q) = Rp(8000 - 7q), sedang total biaya dalam q unit
dinyatakan sebagi berikut :
1
TC(q) = Rp [ 2q3 - 35q2 + 6500q + 3500 ]
a. Pada dua nilai q unit, yang manakah terjadi nilai
penerimaan marginal dan biaya
yang sama besar ? (gunakan rumus persamaan )
b. Apakah biaya marginal akan bertambah pada tingkat q =
25 ? Kemudian pada saat
q = 100 ( gunakan rumus turunan kedua )
c. Apakah nilai q akan memberikan laba maksimum ?
Mengapa ?

201
d. Apakah nilai q akan membuat biaya marginal menjadi
minimum ? Dan berapa besar
biaya marginal tersebut.
12. Anggaplah bahwa K(p) = 15 + 1,9 p. Untuk tingkat
pendapatan p = 150 dan p = 600
tentukan proporsi pendapatan pada masing –masing
tingkatan pengeluaran
pendapatan itu .
−𝑝
13. Jika fungsi konsumsi K(p) = 100 – 75𝑒 dimana p dalam
30

ribuan rupiah. Hitunglah besar marginal propencity to


consume (MPC) = K ’ (p) untuk masing- masing harga :
a. p = 25 b. p = 50 c. p = 100 d. p = 5000

14. Dari soal 13 tentukan penggandaan m= dP//dI = I/MPS


atau dengan rumus
m = 1 / (1-MPC).
15. Tentukan penggandaan dan interpretasi hasilnya, jika
diketahui fungsi kecendrungan
konsumsi adalah :
a. K(P) = 60 + 5P
b. K(P) = 125 + 7P
c. K(P) = 1000 + 40P
d. K(P) = 32500 + 500P

202
e. K(P) = 600000 + 40Pa
f. K(P) = 12 + 1,6P
16. Tentukanlah berapa besar :
i. kecendrungan marginal untuk konsumsi pada tingkat Rp.
75 dan Rp. 125 (dalam ribuan
rupiah)
ii.proporsi dari pendapatan yang akan digunakan untuk
komsumsi pada penghasilan Rp. 75
iii. penggandaan untuk fungsi tersebut pada tingkat
penghasilan Rp. 75 dan Rp. 125(dalam
ribuan ) tersebut
Jika diketahui fungsi perbelanjaan konsumsi pada
penghasilan P ribu rupiah adalah sebagai
Berikut :
a. K(P) = 150 - 150 e –P/90
b. K(P) = 200 - 85 e –P/50
c. K(P) = 350 - 150 e –P/30
d. K(P) = 400 - 400 e –P/25
e. K(P) = 175 - 150 e –P/15
17. Hitung pajak maksimum penerimaan pemerintah terhadap
penjualan barang yang dikenakan pajak t per–unit,jika
diketahui :
a. 𝐷 ∶ 𝑝 = −3𝑞 + 5 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 2𝑞 + 7
203
b. 𝐷 ∶ 𝑝 = −4𝑞 + 11 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 5𝑞 + 21
c. 𝐷 ∶ 𝑝 = −𝑞 + 25 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 𝑞 + 30
d. 𝐷 ∶ 𝑝 = −11𝑞 + 66dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 22𝑞 + 77
e. 𝐷 ∶ 𝑝 = −13𝑞 + 150dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 9𝑞 + 750
f. 𝐷 ∶ 𝑝 = −65𝑞 + 2500 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 38𝑞 + 7500
18. Tentukan fungsi penawaran setelah ada pajak per-unit dan
besar t serta T maksimum bila ditentukan fungsi permintaan
sebagai berikut :
a. 𝐷 ∶ 𝑝 = −3𝑞 + 50 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 2𝑞 + 75
b. 𝐷 ∶ 𝑝 = −4𝑞 + 115 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 5𝑞 + 210
c. 𝐷 ∶ 𝑝 = −𝑞 + 250 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 𝑞 + 300
d. 𝐷 ∶ 𝑝 = −11𝑞 + 576dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 22𝑞 + 725
e. 𝐷 ∶ 𝑝 = −13𝑞 + 50dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 9𝑞 + 75
f. 𝐷 ∶ 𝑝 = −65𝑞 + 250 dan 𝑆 ∶ 𝑝 = 38𝑞 + 750
19. Jika diketahui fungsi permintaan dan fungsi biaya total
adalah f. 𝐷 ∶ 𝑝 = −3𝑞 + 10 dan TC(q) =6q +25 dikenakan
pajak per-unit sebesar t,maka tentukanlah :
a. laba maksimum
b. perubahan harga
c. penerimaan pajak oleh pemerintah dalam fungsi t
d. pendapatan pajak maksimum
20. Sama dengan soal no.19,jika ditentukan :

204
a. 𝐷 ∶ 𝑝 = −5𝑞 + 45 dan TC(q) =7q +45
b.𝐷 ∶ 𝑝 = −25𝑞 + 450 dan TC(q) =70q +650
c. 𝐷 ∶ 𝑝 = −4𝑞 + 80 dan TC(q) =5q +90
d. 𝐷 ∶ 𝑝 = −15𝑞 + 145 dan TC(q) =17q +265
e. 𝐷 ∶ 𝑝 = −23𝑞 + 425 dan TC(q) =27q +765
f. 𝐷 ∶ 𝑝 = −20𝑞 + 650 dan TC(q) =36q +1200
21. Suatu firma menjual seluruh produksinya RP.400 Per-unit
.bila total biaya untuk q unit dinyatakan oleh fungsi TC(q) =
RP (500 +130q +0,1𝑞 2 )
a. berapa besar kuantitas yang memberikan laba maksimum
b. berapa besar laba maksimum itu
22. Fungsi permintaan suatu jenis barang dari suatu perusahaan
adalah 𝐷 ∶ 𝑝𝑝 (𝑞 ) = 𝑅𝑝 (3000 − 5𝑞 )dan fungsi biaya total
TC(q) =RP (20000 +1000q )
a. berapa besar kuantitas yang memberikan laba maksimum
b. berapa besar laba maksimum itu
23. Fungsi permintaan suatu jenis komoditi expor adalah :
𝐷 ∶ 𝑝(𝑞 ) = 𝑅𝑃 [1000 + 50000⁄(𝑞 + 5)]. bila biaya total
yang digunakan mengikuti fungsi TC(q) =500+1100q
a. tentukan besar kuantitas yang memberikan laba maksimum
b. berapa besar biaya laba maksimum itu

205
24. Jika fungsi biaya total untuk memproduksi barang pada
sebuah firma adalah TC(q)=RP (400+50q +0,1q2) tentukan
besar kuantitas dan biaya rata-rata
a. Dengan menghitung basar kuantitas q* sehingga biaya rata-
rata (AC) minimum
b. Dengan menghitung kuantitas q* sehingga AC=MC
25. Fungsi biaya total untuk memproduksi q unit barang adalah
TC(q)=RP (2000+100q+0,2q )
a. Tentukan biaya rata-rata per-unit untuk kuantitas q sebesar
20,50,80,100,200, dan 400 unit
b. Tentukan besar kuantitas yang membuat biaya rata-rata
minimum dan sekaligus besar biaya minimum itu .
c. Jika produksi dijual sebesar RP 200 per-unit , hitunglah
besar kuantitas yang membuat laba maksimum, dan
berapakah besar maksimum itu
26. Diketahui biaya total untuk memproduksi q unit barang
mengikuti persamaan TC(q) =140-2q ln q. Dengan
menyamakan AC dan MC,tentukan besar kuantitas dan biaya
rata-rata pada tingkat kuantitas yang diperoleh
27. Suatu perusahaan memproduksi q unit barang pada
ketentuan fungsi biaya total TC(q) = RP (1000+100q
2
+0,25𝑞 ) dan menjual produksi tersebut RP 200 per unit
a.Berapa besar kuantitas yang diproduksi agar memperoleh
laba maksimum
b. Berapa laba maksimum itu

206
28. Fungsi permintaan q unit barang yang diproduksi pada
harga per-unit adalah D : p(q) =RP 2050 − 9,5 𝑞) .
Sementara biaya total untuk memproduksi barang tersebut
TC(q) = RP (2000+50q +0,5𝑞 2 )
a. Tentukan besar kuantitas yang membuat laba maksimum
serta besar laba maksimum itu
b. Tentukan besar kuantitas yang membuat MC minimum
serta MC minimum itu
29. Sama dengan pertanyaan no.8 bila ditentukan fungsi :
𝐷 ∶ 𝑝(𝑞 ) = 𝑅𝑃 ( 2000 − 𝑞 ) dan 𝑇𝐶 (𝑞 ) =
𝑅𝑃 (𝑞 3 ⁄60 − 7𝑞 2 + 2220𝑞)
30. Jika 𝐾 (𝑝) = 4 + 0,8𝑝 menyatakan fungsi konsumsi apabila
pendapatan p dalam jutaan rupiah
a. Berapa besarnya MPC ( Marginal Propensity to Consume )
dan berikan interprestasi atas jawaban tersebut
b. Jika pendapatan RP 200 juta ,berapakah besarnya proporsi
dari pendapatan yang akan digunakan untuk pembelanjaan
konsumsi.
c. Berapa besarnya penggandaan (Multiplein),dan berikan
interprestasi terhadap jawaban ini
31. Total pendapatan p adalah didistribusikan dalam bagian
investasi I ,dan sisanya untuk konsumsi 𝐾 (𝑝), sehingga : P
= I + 𝐾 (𝑝).Jika 𝐾 (𝑝) = 0,4𝑝 + 1,28𝑝2⁄3 ,tentukan
penggandaan (multiplier ) nya
32. Pada tingkat pendapatan RP p juta , penggeluaran konsumsi
mengikuti aturan fungsi 𝐾 (𝑝) = 0,7 𝑝 + 0,36 𝑝2⁄3
207
a. Tentukan besar MPC pada tingkat pendapatan RP 8 juta dan
64 juta serta berikan interpretasi atas jawaban tersebut.
b. Berapa besar penggandaan (Multiplier) pada tingkat
pendapatan RP 8 juta dan 64 juta, serta berikan interprestasi
jawaban ini.
33. Jika fungsi total 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑇𝐶 (𝑞 ) = 200 − 10𝑞 + 0,02𝑞 2
a. Tentukan : 𝐴𝐶 (20), 𝑀𝐶 (20), 𝑀𝐴𝐶 (30), 𝑑𝑎𝑛 𝑀𝑉𝐶(25).
b. Tentukan kuantitas q supaya AC menjadi minimum.
34. Fungsi permintaan suatu jenis barang 𝐷: 𝑝(𝑞 ) = 400 − 0,2𝑞
a. Hitunglah elastisitas permintaan untuk q = 1000.000
b. Tenttukan q agar fungsi penerimaan total (TR) maksimum
35. Pada pasar bercoorak monopoli di ketahui fungsi permintaan
𝐷: 𝑝(𝑞 ) = 6 − 3𝑞 dan
biaya rata-rata q = 2. Jika terhadap barang yang dihasilkan
dikenakan pajak sebesar 1
(t = 1) per-unit, berapa besar kuantitas dan harga yang
memberi keuuntungan maksimum.
36. Diketahui fungsi Total Cost TC(q) = 25 + 2q + 0,25q
a. Hitunglah: Biaya rata-rata AC(25), Biaya Marginal MC(3)
Biaya Tetap Rata-Rata
AFC(8), Biaya Rata-Rata Marginal MAC(10), Biaya
variabel VC(7), Biaya Variabel
Margina MVC(25).

208
b. Besar kuantitass q agar AC minimum dan tentukan hargs
minimum itu.
37. Jika diketahui fungsi permintaan 𝐷: 𝑝(𝑞 ) = 100 − 2𝑞 dan
fungsi permintaan total
𝑇𝑅(𝑞 ) = 𝑞(100 − 2𝑞) tentukn:
a. Besar q agar TR maksimum b. Elastisitas
permintaan
38. Fungsi permintaan 𝐷: 𝑝(𝑞 ) = −4𝑞 + 24 dan fungsi biaya
total 𝑇𝐶 (𝑞 ) = 𝑞 2 + 2𝑞 + 1.
Jika terhadap barang yang di jual dikenakan pajak prrosntase
25%.
a. Berapa banyak kuantitas q yang dijal agar dapat laba
maksimum
b.Berapa besar laba maksimum itu.
39. Ditentukan fungsi permintaan 𝐷: 𝑝(𝑞 ) = 100 − 20𝑞 lnq.
Tentukan elastisitas harga untuk
masing-masing unit q sebesar 20 dan 25 unit. Berikan
komentar anda.
40. Jika fungsi permintaan 𝐷: 𝑝(𝑞 ) = 200 − 0,5𝑞
a. Tentukan elastisitas permintaan untuk q == 100 unit
b. Berapa q agar elasstisitas pemintaan sama dengan 1.
c. Tentukan penerimaan Total TR(q) dari b di atas
41. Suatu perusahaan menjual seluruh produksinya seharga Rp.
800 per-unit. Permintaan

209
akan barang itu ditentukan oleh 𝐷: 𝑝(𝑞 ) = 125 − 0,05𝑞.
Total biaya yang dipakai untuk
memproduksi q uni adalah 𝑇𝐶 (𝑞 ) = 𝑅𝑝(20 + 2𝑞 + 0,01𝑞 2 ).
a. Berapa q agar memperoleh laba maksimum
b. Berpa laba maksimum itu.
c. Berapa q dibutuhkan untuk mencapai pulang pokok.
42. Sama dengan soal 21 diatass, jika harga jual per-unit Rp.
400,- dan 𝑇𝐶 (𝑞 ) = 𝑅𝑝(50 + 1,3𝑞 − 0,001𝑞 2 ).
43. Suatu permintaan barang sebanyak q unit terhadap sebuah
perusaan elektronik ditntukan
oleh fungsi permintaan 𝑝(𝑞 ) = 𝑅𝑝(300 − 0,5𝑞) dan fungsi
cost
𝑇𝐶 (𝑞 ) = 𝑅𝑝(200 + 100𝑞)
a. Berapa q dibutuhkan agar memperoleh laba maksimum
b.Berapa laba maksimum itu
c. Berapa q agar tercapai peluang modal.
44. Permintaan sebesar q unit suatu jenis belerang elektronik
ditentukan oleh 𝑝(𝑞 ) = 𝑅𝑝(400 − 0,005𝑞 2 ). Total biaya
untuk memproduksi barang itu ditentukan oleh 𝑇𝐶 (𝑞 ) =
0,01
( ) 𝑞 3 − 0,25𝑞 2 + 47𝑞 + 10..
3

a. Berapa q agar MC sama dengan MR.


b. Jika q = 10 apakah MC meningkat atau menurun
c. Berapa q agar MC minimum, dan berapa harga minimum
itu

210
45. Fungsi total biaya adalah 𝑇𝐶 (𝑞 ) = 𝑅𝑝(200 + 10𝑞 −
0,02𝑞 2 ).
a. TentukanAC per-unut i pada out put q = 20, 50, 80, 100,
200, 400, 500, dan 1000.
b. Tentukan marginal cost untuk q = 50, 100, dan 500.
c. Jika harga jual per-unit Rp.20,-. Beberapa q agar tercapai
keuntungan maksimum.
46. Tuntukan masing-masing elestisitas fungsi berikut
a. E(1) jika 𝑥 5 + 3𝑥 4 − 4𝑥 3 + 7𝑥 2 − 25𝑥 + 50
b. E(10) jika 𝑥 7 + 3𝑥 6 − 4𝑥 5 − 𝑥 2 − 15𝑥 + 120
c. E(15) jika 𝑥 4 + 3𝑥 3 + 8𝑥 2 − 25𝑥 + 76
𝑥3 4𝑥 2
d. E(24) jika ( 4) − ( ) − 25𝑥 + 15
3𝑥 7𝑥 3

47. Hitunglah elastisitas fungsi permintaan 𝐸𝐷 (𝑝) dari :


a. 𝑞 = 25 − 2𝑝 − 𝑝2 , dan p = 10
1
b. 𝑞 = 75 − 2𝑝 − 2 𝑝2 , dan p = 15

c. 𝑞 = 47 − 𝑝 − 𝑝2 , dan p = 12
d. 𝑞 = 33 − 4𝑝 − 𝑝2 , dan p = 9
48. Hitunglah elastisitas fungsi penawaran 𝐸𝐷 (𝑝) dari :
a. 𝑞 = (𝑝 − 7)2 dan p = 10
b. 𝑞 = (2𝑝 − 5)2 dan p = 13
c. 𝑞 = (4𝑝 − 3)2 dan p = 15
211
d. 𝑞 = (7𝑝 − 4)2 dan p = 11
49. Hitunglah masing-masing elastisitas permintaaan 𝐸𝐷 (12),
𝐸𝐷 (25), dan 𝐸𝑆 (27), 𝐸𝑆 (64)
Dari fungsi-fungsi berikut:
1
a. D : 𝑞 = 125 − 𝑝2 𝑑𝑎𝑛 𝑆 ∶ 𝑞 = 70 + 2 𝑝2 , c. D : 𝑞 =
1
250 − 𝑝2 & 𝑆 ∶ 𝑞 = 125 + 𝑝2
4
1
b.D: 𝑞 = 576 − 𝑝2 𝑑𝑎𝑛 𝑆 ∶ 𝑞 = 100 + 2 𝑝2 ,d. D: 𝑞=
1
125 − 2 𝑝2 & 𝑆 ∶ 𝑞 = 90 + 2𝑝2

212

Anda mungkin juga menyukai