fontanella anterior mencembung sehingga dapat timbul kejang. Kejang dapat terjadi pada
stadium pra-eruptif Roseola. Mukosa faring mungkin sedikit meradang dan sedikit koryza,
Demam turun dengan cepat pada hari ke 3-4, ketika suhu kembali normal, erupsi
berbentuk makulopapular tampak diseluruh tubuh, mulai pada badan, menyebar ke lengan
dan leher, dan melibatkan muka dan kaki. Ruam menghilang dalam 3 hari. Deskuamasi
jarang dan tidak ada pigmentasi. Limfonodi dapat membesar terutama di daerah servikal
tetapi tidak meluas seperti pada ruam rubella. Berikut uraian gejala klinis roseola terkait
HHV-6:
Demam
Ruam
Kejang 5-35%
Edema palpebra 0-30%
1. Rubella.
suboksipital, servikal bagian posterior dan belakang telinga. Ruam pada penyakit ini
muncul ketika masih terjadi demam. Dan saat ruam menghilang dapat terjadi
deskuamasi.
2. Rubeola.
Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak koplik, koryza, batuk dan
3. Demam dengue.
pertama kali, yaitu pada hari ketiga sampai hari kelima dan biasanya berlangsung
4. Demam skarlet.
Pada penyakit ini ruam makulopapuler menyatu dengan tekstur seperti kulit
angsa yang secara jelas terdapat pada abdomen. Saat ruam menghilang diikuti adanya
deskuamasi.
Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dari gambaran klinis berupa adanya demam tinggi selama
3-4 hari dan setelah demam turun akan muncul ruam makulopapuler di seluruh tubuh, mulai
dari badan, menyebar ke lengan dan leher, dan melibatkan muka dan kaki. Ruam ini tidak
menimbulkan rasa gatal dan akan menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa adanya
dan leukositosis relatif. Adanya HHV-6 dapat ditemukan dengan kultur darah, tes serologi
atau PCR.
Pengobatan
Tidak ada terapi antivirus yang tersedia untuk infeksi HHV-6. Akan tetapi pada tahun
2002 Rapaport et al, melaporkan bahwa terapi profilaksis menggunakan Gansiklovir dapat
digunakan untuk mencegah reaktivasi HHV-6 pada pasien yang mendapat transplantasi
sumsum tulang.
dalam mengurangi demam. Dapat menggunakan asetaminofen atau ibuprofen. Pada bayi dan
anak muda yang cenderung untuk konvulsi, pemberian sedatif ketika mulai muncul demam
Setelah demam turun, sebaiknya anak dikompres dengan menggunakan handuk atau lap
yang telah dibasahi dengan air hangat (suam-suam kuku) guna menjaga tidak terjadinya
demam kembali. Jangan menggunakan es batu, air dingin, alkohol maupun kipas angin.
Untuk pencegahan terjadinya dehidrasi akibat demam, anjurkan anak untuk minum