Tanda
Nama Jabatan Tanggal
Tangan
1.
Tim 2.
Penyusu 3.
n 4.
5.
Diverifika Drs. I Made Murta Kasi PMS
si oleh: Astawa, M.Pd LPMP NTB
Divalidas Minhajul Ngabidin, Kepala LPMP
i oleh: S.Pd., M.Si NTB
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat Rahmat, Taufiq, dan Inayah-Nya, Laporan Analisis Peta Mutu
Sekolah Model Tahun 2017 ini dapat dirampungkan penyusunannya,
sebagai bentuk akuntabilitas dan penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016
menyatakan bahwa Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah dikembangkan agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan
baik pada segala lapisan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah.
Sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP) tersebut terdiri terdiri atas
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), yaitu sistem penjaminan mutu
yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
lembaga akreditasi, dan lembaga standardisasi pendidikan, dan Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI), yaitu suatu sistem penjaminan mutu
yang berjalan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan pendidikan.
Sistem ini mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan
memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk Mencapai bahkan Melampaui
SNP. Adanya dukungan dan fasilitasi dari pihak eksternal sesuai tugas dan
kewenangannya akan memperkuat upaya satuan pendidikan dalam
memberikan pelayanan pendidikan bermutu sesuai kebutuhan nyata di
lapangan.
Pelaporan ini merupakan upaya LPMP NTB untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, dan menampilkan karakteristik kondisi terkini
mutu sekolah model terhadap pencapaian Standar Nasional Pendidikan
yang diperoleh dari proses pemetaan dengan output berupa profil mutu
sekolah model yang di tingkat berikutnya di agregasi dalam batasan
wilayah tertentu, mulai kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi mulai persiapan, pengolahan dan analisis data, hingga
hadirnya buku ini dihadapan pembaca sekalian. Semoga buku ini
bermanfaat untuk peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan.
Mataram, Maret 2018
Kepala LPMP NTB,
4
5
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
B. Dasar Hukum .........................................................................
C. Tujuan ....................................................................................
D. Manfaat ..................................................................................
Bab III
ANALISIS PENCAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
A. Capaian SNP untuk Setiap Standar ........................................
B. Capaian SNP untuk Setiap Indikator Standar .........................
C. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Pencapaian SNP ...............
D. Rekomendasi dan Strategi Peningkatan Mutu .......................
Bab IV
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Rekomendasi .........................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional didefinisikan sebagai keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal maupun
nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan sebagaimana
diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 yang disempurnakan untuk
kedua kalinya dengan PP No. 13 tahun 2015. Penjaminan mutu
pendidikan ini dimaksudkan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan merupakan tanggung
jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Sesuai peraturan
perundangan yang berlaku, bahwa setiap satuan pendidikan wajib
melakukan penjaminan mutu sesuai kewenangannya. Peningkatan
mutu di satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan.
Untuk peningkatan mutu satuan pendidikan secara utuh dibutuhkan
pendekatan khusus agar seluruh komponen satuan pendidikan
bersama-sama memiliki budaya mutu. Untuk itu dibutuhkan program
Implementasi Penjaminan Mutu Pendidikan di seluruh satuan
pendidikan melalui penerapan pendekatan whole school approach.
Permendikbud No. 28 Tahun 2016 menyatakan bahwa sistem
penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah dikembangkan agar
penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada segala lapisan
pengelolaan pendidikan dasar dan menengah. Sistem penjaminan
mutu pendidikan (SPMP) dasar dan menengah terdiri terdiri atas (1)
sistem penjaminan mutu eksternal (SPME), yaitu sistem penjaminan
mutu yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, lembaga akreditasi, dan lembaga standardisasi
pendidikan, dan (2) sistem penjaminan mutu internal (SPMI), yaitu
suatu sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan
pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan pendidikan.
Sistem ini mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan
dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai bahkan
melampaui SNP, dengan menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem
penjaminan mutu secara mandiri dan berkesinambungan hingga
terbangun budaya mutu. Budaya mutu akan mendorong satuan
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus
menerus sehingga mutu pendidikan akan meningkat secara konsisten
dari waktu ke waktu secara bertahap hingga terpenuhi bahkan
melampaui standar.
Sebagai langkah awal dari rangkaian kegiatan penjaminan mutu ini,
maka satuan pendidikan harus mampu menyusun peta mutunya.
Penyusunan ini diperlukan agar satuan pendidikan khususnya sekolah
model dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-masing
berkaitan dengan pencapaian SNP, sehingga dapat melakukan
perbaikan untuk mencapai dan bahkan melampaui seluruh standar
yang ditetapkan. Dalam konsep SPMP, peningkatan mutu pendidikan
harus dilaksanakan dengan berbasis data yang telah dianalisis dengan
akurat dan benar. Analisis data ini kemudian menghasilkan
rekomendasi yang dapat digunakan sebagai baseline data untuk dasar
merencanakan kegiatan dan program peningkatan mutu secara
proporsional, akurat dan berkelanjutan, sehingga dalam menyusun
perencanaan program dan penganggaran peningkatan mutu memiliki
tujuan, ruang lingkup, sasaran, target, dan tahapan jelas.
Sumber data yang dapat diintegrasikan dalam penyusunan peta mutu
ini dapat berasal dari data mutu yang memuat informasi kuantitatif dan
kualitatif dalam lingkup SNP, hasil akreditasi sekolah, hasil ujian
nasional, ataupun hasil supervisi dan pemetaan mutu lainnya. Agregasi
profil mutu ini selanjutnya diharapkan dapat disusun untuk menjawab
kebutuhan nyata stakeholders dan mendorong sekolah model untuk
penjaminan mutu secara berkelanjutan.
Sebuah siklus dalam konteks SPMP mensyaratkan output proses
pemetaan yang berupa peta mutu dapat menjadi input bagi proses
peningkatan mutu berkelanjutan. Secara operasional proses
peningkatan mutu yang dapat dilakukan oleh pihak eksternal berupa
program akreditasi, supervisi, maupun fasilitasi untuk mendukung
sekolah dalam pemenuhan mutunya. Penyusunan program supervisi
dan fasilitasi dalam berbagai bentuknya dapat dilakukan apabila peta
mutu yang disusun dapat digunakan sesuai kebutuhan. Untuk itu, peta
mutu yang berbasis hasil evaluasi diri yang diisi dengan jujur dan
melibatkan semua pihak terkait dapat dikembangkan menjadi peta
mutu, serta dimanfaatkan untuk perencanaan pemenuhan mutu pada
semua level sesuai kewenangan.
Karena maksud di atas, penyusunan peta mutu sekolah model ini
dikembangkan dan melihat ketercapaiannya berdasarkan 8 SNP,
kemudian disajikan dalam berbagai bentuk seperti tabel, diagram,
carta, matriks, dan narasi dari data dan informasi yang ditampilkan,
serta dikonfirmasi dengan berbagai data yang mendukung
pengambilan kesimpulan dan rekomendasi.
B. Dasar Hukum
Dasar hukum dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2015 tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah;
5. Permendiknas Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
C. Tujuan
Bertujuan untuk menggambarkan capaian 8 SNP dan rekomendasi
strategi peningkatan mutu sesuai hasil peta mutu sebagai inspirasi
bagi sekolah model dan pemerintah daerah dalam implementasi SPMI
yang baik dan berkelanjutan.
D. Manfaat
Peta mutu capaian SNP di sekolah model ini diharapkan dapat menjadi
baseline pelaksanaan penjaminan mutu oleh sekolah maupun
pemerintah daerah sebagai elemen esensial peningkatan mutu
pendidikan sebagaimana tuntutan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang SPMP.
BAB II
PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN
Radar PMP
8
7
6
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 3.3. Nilai Peta Capaian SNP Setiap Indikator Standar SDN 1
Pengkelak Mas
Capai Capai
No Standar/Indikator an an
2016 2017
1 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 5,3 5,72
1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap 6,77 6,97
1.
1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan 3,5 2, 56
2.
1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan 5,62 6,04
3.
Capai Capai
No Standar/Indikator an an
2016 2017
2 STANDAR ISI 4,26 5,92
2. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi 6,74 5,47
1. lulusan
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan 4,26 5,52
2. sesuai prosedur
2. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai ketentuan 2,96 5,78
3.
3 STANDAR PROSES 5,08 6,67
3. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai 4,93 6,5
1. ketentuan
3. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat 5,12 6,71
2.
3. Pengawasan dan penilaian otentik dilakukan dalam 5,18 6,8
3. proses pembelajaran
4 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN 3,42 6,2
4. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi 3,52 6,63
1.
4. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel 2,82 5,84
2.
4. Penilaian pendidikan ditindaklanjuti 4,12 6,7
3.
4. Instrumen penilaian menyesuaikan aspek 2,49 6,19
4.
4. Penilaian dilakukan mengikuti prosedur 4,14 5,64
5.
5 STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2,39 3,39
5. Ketersediaan dan kompetensi guru sesuai ketentuan 5,4 7,58
1.
5. Ketersediaan dan kompetensi kepala sekolah sesuai 1,77 2,12
2. ketentuan
5. Ketersediaan dan kompetensi tenaga administrasi sesuai 0 0
3. ketentuan
5. Ketersediaan dan kompetensi laboran sesuai ketentuan 0
4.
5. Ketersediaan dan kompetensi pustakawan sesuai 0
5. ketentuan
6 STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN 4,47 4,28
6. Kapasitas daya tampung sekolah memadai 7 4,97
1.
6. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran 0,43 2,07
2. yang lengkap dan layak
6. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang 5,98 1,05
3. lengkap dan layak
7 STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN 3,32 5,91
7. Sekolah melakukan perencanaan pengelolaan 4,79 5,99
1.
7. Program pengelolaan dilaksanakan sesuai ketentuan 4,68 6,3
2.
7. Kepala sekolah berkinerja baik dalam melaksanakan 0,04 1,78
3. tugas kepemimpinan
Capai Capai
No Standar/Indikator an an
2016 2017
7. Sekolah mengelola sistem informasi manajemen 3,79 6,82
4.
8 STANDAR PEMBIAYAAN 4,21 6,02
8. Sekolah memberikan layanan subsidi silang 2,33 6,99
1.
8. Beban operasional sekolah sesuai ketentuan 6,99 7
2.
8. Sekolah melakukan pengelolaan dana dengan baik 3,3 4,07
3.
Sumber: Olahan Rapor PMP 2017 rev. Maret 2018
2. Standar Isi
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi
dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan,
dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.
Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria
tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi, dan
penguasaan kompetensi yang berjenjang.
Indikator pencapaian standar isi, memuat cakupan materi dan
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta kepemilikan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan
sesuai prosedur.
Pencapaian nilai mutu berbasis Raport PMP, memperlihatkan
kekuatan dan kelemahan pada beberapa indikator sebagaimana
tabel 3.6 dibawah ini.
3. Standar Proses
Standar proses berkenaan dengan kemampuan dalam perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran. Standar Proses
merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai SKL. Kriteria proses
pembelajaran yang diharapkan adalah interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan
RPP, serta disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Untuk dapat terlaksananya proses pembelajaran yang sesuai prinsip
pembelajaran aktif, maka diperlukan rasio minimal jumlah peserta
didik terhadap gurunya, sebagaimana tertuang dalam Pasal 17 (1)
PP 74 Tahun 2008, yaitu untuk SD 20:1, SMP 20:1, SMA 20:1, dan
SMK 15:1. Untuk jumlah maksimum peserta didik dalam setiap
rombongan belajar yaitu: SD sebanyak 28, SMP sebanyak 32, SMA
sebanyak 36, dan SMK sebanyak 36.
Rapor PMP 2017 rev. Maret 2018, memperlihatkan kekuatan dan
kelemahan indikator untuk Standar Proses sebagaimana tabel 3.7
berikut.
7. Standar Pengelolaan
Merupakan salah satu SNP yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/ kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman atau aturan yang
sekurang-kurangnya mengatur tentang KTSP, silabus, dan RPP,
Kalender pendidikan yang menunjukkan seluruh aktivitas satuan
pendidikan selama satu tahun, struktur organisasi satuan
pendidikan, pembagian tugas pendidik dan tenaga kependidikan,
peraturan akademik, tata tertib satuan pendidikan, pengelolaan
sarana dan prasarana, dan kemitraan dengan masyarakat.
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan,
yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka
menengah yang bermasa 4 tahun.
Hasil Raport PMP 2017 Rev. Maret 2018, memperlihatkan capaian
Standar Pengelolaan Pendidikan sebagaimana terlihat dalam tabel
3.16.
8. Standar Pembiayaan
Adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Untuk biaya personal
meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Sedangkan untuk biaya operasi satuan pendidikan
merupakan biaya yang diperlukan untuk gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan
atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Penggunaan keuangan sekolah mengacu pada Juknis BOS 2017
dimanfaatkan untuk (1) pengembangan perpustakaan, (2)
penerimaan peserta didik baru, (3) kegiatan pembelajaran dan
ekstrakurikuler, (4) kegiatan evaluasi pembelajaran, (5) pengelolaan
sekolah, (6) langganan daya dan jasa, (7) pemeliharaan dan
perawatan sarana dan prasarana sekolah, (8) pembayaran honor,
(9) pembelian/perawatan alat multi media pembelajaran, dan (10)
biaya lainnya.
Hasil Rapor PMP 2017 Rev. Maret 2018 untuk Standar Pembiayaan,
sebagaimana tertuang dalam tabel 3.16.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis peta mutu pencapaian SNP sebagaimana
diuraikan di atas, sesuai data Rapor PMP tahun 2017 Rev. Maret 2018,
dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Capaian mutu SNP pada Sekolah Dasar
(SD) ....................................... pada tahun 2017 dikategorikan
Menuju SNP 4 dengan rata-rata capaian standar pada angka 5,25,
meningkat 0,69 point dari capaian tahun 2016.
2. Capaian mutu yang terbaik terjadi pada Standar Penilaian
Pendidikan dengan nilai mutu 5,74, menuju SNP 4, meningkat 1,51
point dari tahun 2016.
3. Capaian mutu terendah terjadi pada Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan dengan nilai mutu 3,98, menuju SNP 3, menurun 0,56
point dari capaian mutu tahun 2016.
4. Dengan banyaknya nilai perolehan pada kategori 1, 2, dan 3
menunjukkan bahwa sekolah perlu perbaikan berkelanjutan melalui
berbagai strategi/ kegiatan yang direkomendasikan dengan
mengimplementasikan siklus SPMI.
B. Saran-saran
Mengacu pada Pasal 91 PP 19 Tahun 2005, bahwa (1) setiap satuan
pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan, (2) penjaminan mutu pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau
melampaui SNP, dan (3) penjaminan mutu pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan
terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target
dan kerangka waktu yang jelas.
Bahwa peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara sistematis
dan berkelanjutan, integritas, mandiri dan partisipatif, holistik,
transparan dan akuntabel, serta terstandar. Untuk dapat tercapainya
peningkatan mutu dimaksud, maka pendekatan whole school approach
yaitu pendekatan yang melibatkan semua unsur dalam satuan
pendidikan, menjadi penting untuk diterapkan, agar semua pihak ikut
andil dan memberi peran sesuai tugas dan kewenangan masing-
masing. Sehingga akar yang menjadi masalah mutu pendidikan dapat
diperbaiki dan ditingkatkan untuk memenuhi bahkan melampaui SNP.
Lampiran 1: Ruang Lingkup Instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan