Anda di halaman 1dari 8

Journal of Community Based Environmental Engineering and Management

2018, Vol. 2, No. 2: 43-50

PERENCANAAN SARANA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK BERBASIS


MASYARAKAT DI DAERAH PESISIR (STUDI KASUS : DESA PURWOREJO,
KECAMATAN BONANG, KABUPATEN DEMAK)

Sri Wahyuni, Lili Mulyatna*, Linda Qomariyah

Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Pasundan

Abstrak

Desa Purworejo sebagai desa nelayan yang memiliki sarana pengolahan air limbah domestik minim.
Permasalahan ini diperparah dengan kebiasaan sebagian besar penduduknya melakukan kegiatan buang
air besar sembarangan. Hal ini, menunjukkan rendahnya pola hidup sehat dan bersih pada
masyarakat.Perencanaan ini berguna untuk meningkatkan akses dan memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap sarana pengolahan air limbah domestik di wilayah pesisir. Data primer yang dikumpulkan
dengan survey dan penyebaran kuisioner digunakan untuk bahan pertimbangan pemilihan teknologi yang
akan diterapkan.Teknologi yang dipilih untuk pengolahan air limbah adalah Tripikon-S diterapkan pada
masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan bibir pantai sebanyak 224 unit, tangki septik komunal
untuk daerah yang berjauhan dari bibir pantai dan sebagian besar memiliki jamban sendiri sebanyak 147
unit, sedangkan untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) ++ (ruang mandi 4 unit, ruang cuci 2 unit, ruang kakus
4 unit) dengan 2 unit Anaerobic Baffled Reactor untuk daerah yang tidak memiliki prasarana MCK, jarak
tempat tinggal masyarakat yang berdekatan, dan luas lahan rumah yang relatif sangat kecil.

Kata kunci: Anaerobic Baffled Reactor, daerah pesisir, sanitasi masyarakat, tangki septik komunal,
Tripikon-S

Pendahuluan1 pemerintah setempat.Hal ini, berbanding lurus


Desa Purworejo merupakan salah satu desa di dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas
Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak.Secara pembangunan yang semakin tinggi. Namun,
umum, Desa Purworejo adalah daerah pesisir pada sisi lain teridentifikasi adanya penurunan
pantai dan menjadi pusat pelabuhan ikan serta kualitas lingkungan karena pengaruh eksploitasi
permukiman masyarakat nelayan di Kabupaten sumber daya alam terutama air serta pengaruh
Demak. dari limbah cair dan padat dari aktivitas
kehidupan setempat akibat dari
Sebagian besar masyarakat Desa Purworejo
ketidakseimbangan peningkatan kualitas dan
mata pencaharian utama sebagai nelayan yang
kuantitas fasilitas sanitasi lingkungan pesisir
menjual ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
setempat, serta kurangnya tingkat kesadaran,
yang secara langsung dapat meningkatkan
kepedulian, dan pengetahuan masyarakat akan
pendapatan bagi masyarakat lokal dan
sanitasi dan kesehatan lingkungan.
*)
Penulis Korespondensi: Penurunan kualitas lingkungan tersebut dapat
E-mail: lili.mulyatna@gmail.com terlihat dari masih banyak ditemukannya
Diterima pertama kali: 8 Maret 2017 masyarakat yang tidak memiliki jamban di
Direvisi : 23 Juni 2017 rumah.Sehingga masyarakat membuang tinja di
Disetujui untuk publikasi: 30 Juli 2017

43
Perencanaan Sarana Pengolahan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat di Daerah Pesisir

sungai sekitar, serta adanya saluran pembuangan diperlukan dalam suatu populasi. Hal ini
air limbah yang langsung dialirkan ke laut. Hal dilakukan untuk menghemat biaya, waktu, dan
ini, menjadi suatu masalah yang perlu tenaga. Untuk menghitung hasil kuisioner
mendapatkan perhatian karena akan berpengaruh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
pada kesehatan masyarakat secara khusus dan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛
menimbulkan pencemaran laut dan pesisir.  Nilai Survey = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
× 100% (1)
Jumlah Jawaban "Ya "
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka  Total Nilai Risiko = ×
Jumlah soal
dalam kajian ini akan direncanakan Jumlah soal (2)
pengembangan sarana dan prasarana sanitasi Nilai Risiko:9–10 = Sangat Tinggi; 7–8 =
dengan berbasis masyarakat bagi masyarakat Tinggi; 4–6 = Menengah;0–3 = Rendah
yang bermukim di wilayah pesisir pantai.
Pengambilan Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan
Metodologi Kajian diambil dengan menggunakan rumus Slovin. Hal
ini didasari atas jumlah populasinya sudah
Data Primer
diketahui sebelumnya (Ariola & Ellen, 2006).
Data primer diperoleh dari pengumpulan data
yang berasal dari sumber data pertama yang Persamaan rumus yang digunakan adalah :
diambil langsung dari lapangan. Sumber data 𝐍
primer dapat berupa responden atau subyek yang 𝐧 = 𝟏+𝐍𝐞𝟐 (3)
dijadikan riset dari hasil pengisian wawancara, Dimana :
kuisioner dan observasi (Kriyantono, 2009).
n =Jumlah sampel (Kepala Keluarga/KK)
Pengumpulan data yang dilakukan dalam Tugas
N= Jumlah populasi (KK)
Akhir ini adalah dengan survey lapangan dan
kuisioner. Metode survey merupakan metode e = Derajat kecermatan atau toleransi kesalahan
penelitian untuk memperoleh data yang sesuai dalam pengambilan sampel 10%
dengan fakta-fakta di lapangan. Metode Survey Sehingga :
yang digunakan adalah inspeksi sanitasi yang 𝑁 2.603
𝑛= = = 96,3 KK = 97 KK
bertujuan untuk menganalisis risiko yang 1+𝑁𝑒 2 1+2.603 𝑋 0,12
diakibatkan sarana dan prasarana sanitasi di Berdasarkan perhitungan rumus Slovin di atas,
daerah studi. Selain itu juga maka dapat diketahui jumlah sampel responden
menggunakanmetode Real Demand Survey yang ditentukan untuk pengisian kuisioner
(RDS) yang bertujuan untuk mengetahui kondisi adalah sebanyak 97 (KK) sampel.
sarana dan prasarana eksisting mengenai
sanitasi, higienitas, serta perilaku masyarakat Pemilihan responden dilakukan secara acak
dalam masalah kesehatan lingkungan, berdasarkan pada jumlah sampel KK pada tiap
mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat RW.Berikut rumus yang digunakan dalam
terhadap sarana dan prasarana air bersih, air penentuan pengambilan sampel :
limbah, persampahan, dan drainase serta untuk 𝑵𝒊
𝒇𝒊 = 𝑵
(4)
menentukan prioritas dalam menyediaan dan
pembangunan sarana dan prasarana sanitasi ni = fi x n (5)
(Anonim, 2008).
Keterangan :
Penyebaran kuisioner dilakukan setelah fi=Sampling fraction cluster
melakukan perhitungan jumlah sampel yang Ni=Banyaknya individu yang ada dalam cluster

44
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management, Vol. 2, No. 2: 43-50

N=Banyaknya anggota yang dimasukkan sampel disalurkannya air limbah, dan tempat
ni=Banyaknya anggota yang dimasukkan disalurkannya air bekas cuci.
menjadi sub sampel
Aspek pertama yaitu mengenai tempat anggota
keluarga melakukan BAB dari 97 responden
Maka, contoh perhitungan untuk masing-masing terdapat 61 responden melakukannya di
RW di Desa Purworejo ini adalah sebagai sungai/pantai, jamban sendiri 32 responden, 3
berikut : responden MCK umum, dan 1 responden
401 menggunakan jamban bersama karena jumlah
𝑓𝑖 = = 0,15
2.603 kepala keluarga yang menggunakan lebih dari 3
ni = 0,15 x 97 = 14,55 ≈ 15 KK Kepala Keluarga yakni 5 Kepala Keluarga.

Berikut tabel Sistem Sampel yang diambil 70%

Jumlah Responden
secara acak kelompok : 60%
50%
Tabel 1. Sistem Sampel Secara Acak 40%
Jumlah 30% 63%
RW Jumlah Populasi 20%
Sampel 33%
01 401 KK 15 10%
0% 3% 1%
02 397 KK 15
03 462 KK 17 Jamban MCK Langsung Jamban
sendiri umum ke Sungai bersama
04 403 KK 15
05 374 KK 14 Lokasi Kegiatan BAB
06 269 KK 10
07 297 KK 11 Gambar 1. Tempat Kegiatan BAB Responden
Jumlah 2.603 KK 97
Alasan responden banyak yang melakukan
Hasil dan Pembahasan kegiatan BAB di ruang terbuka yaitu
Masalah sanitasi yang terjadi di daerah studi sungai/pantai di karenakan selain dekat dengan
diketahui dari hasil pengamatan dan survey serta sungai dan pantai dengan alasan praktis tingkat
penyebaran kuisioner terhadap masyarakat Desa kesadaran tentang bahaya BABS masih rendah.
Purworejo. Cara pengisian kuisioner dilakukan Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil survey
dengan cara wawancara langsung dengan yang diperoleh dari 97 responden terdapat 58
masyarakat. Kuisioner disebar sebanyak 97 responden tahu bahaya BABS, 22 responden
sampel KK yang diperoleh dari hasil tidak mengetahui, dan 17 responden tidak dapat
perhitungan Slovin. menjawab.
Hasil KuisionerAkses Air Limbah Dari 32 responden yang menggunakan jamban
Untuk akses air limbah di daerah studi terdiri sendiri, 3 responden MCK umum, dan 1
dari beberapa komponen yang tersaji dalam responden menggunakan jamban bersama air
kuisioner. Beberapa aspek yang menjadi limbah dari kegiatan domestik (kagiatan
perhatian dalam kuisioner tersebut antara lain BAB/tinja dan urin) disalurkan ke cubluk
tempat anggota keluarga melakukan kegiatan sebanyak 16 responden dan 20 responden
buang air besar (BAB), pengetahuan bahaya menyalurkannya ke sungai/laut.
buang air besar sembarangan (BABS), tempat

45
Perencanaan Sarana Pengolahan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat di Daerah Pesisir

Responden yang menyalurkan air limbah Tabel 2. Tempat Kegiatan Buang Air Besar
domestik (tinja dan urin) ke dalam cubluk yang (BAB)
Jamban MCK Jamban
tidak kedap air dan ditutup secara RW
sendiri Umum
BABS
Bersama
permanen.Karena kondisi tanah di daerah studi 01 3 0 11 1
yang berupa pasir serta konstruksi dari cubluk 02 4 0 11 0
03 5 0 12 0
yang tidak kedap air, maka air limbah tidak
04 11 3 1 0
mengalami luapan (terisi penuh) meskipun telah 05 3 0 11 0
digunakan cukup lama. Hal ini dimungkinkan 06 2 0 8 0
karena daya resap tanah yang tinggi sehingga 07 4 0 7 0
Total 32 3 61 1
responden tidak pernah melakukan pembersihan
atau pengangkatan, menimbun lubang, dan
mengganti lubang dengan yang baru. Cubluk di Tabel 3. Penilaian Risiko Kepemilikan Jamban
letakkan di bawah dapur dan di tutup dengan Untuk Setiap RW
Sangat Mene-
lantai rumah/keramik. Sam- Tinggi Rendah
RW Tinggi ngah
pel (6-7) (0-2)
(8-9) (3-5)
Untuk air bekas cuci responden tidak ada yang 01 15 0 0 0 4
menggunakan instalasi penampungan khusus air 02 15 0 0 2 2
03 17 0 0 2 3
bekas cuci ataupun di salurkan ke cubluk.Dari
04 15 0 0 0 14
97 responden semua menyalurkan air bekas cuci 05 14 0 0 0 3
ke selokan kemudian mengalir langsung ke 06 10 0 0 0 2
sungai dan laut. 07 11 0 0 0 4
Total 97
Adapula responden yang langsung membuang
air bekas cuci ke sungai langsung karena
Secara keseluruhan dari hasil nilai risiko
belakang rumah tinggalnya di pinggir sungai.
responden yang menggunakan jamban sendiri,
Kebutuhan Sarana Air Limbah jamban bersama, dan MCK Umum mendapat
skor 0-2 (Rendah) sebanyak 32 responden dan
Kebutuhan sarana dan prasarana sanitasi
skor 3-5 (Menengah) sebanyak 4
diperlukan untuk mengetahui tanggapan
responden.Disimpulkan bahwa risiko
masyarakat terhadap sarana dan prasarana
kepemilikan jamban cenderung “Rendah”.
sanitasi yang dibutuhkan.Hasil kuisioner kepada
97 responden di daerah studi diketahui bahwa 39 Namun dari 36 responden yang memiliki jamban
responden membutuhkan sarana dan prasarana terdapat 20 responden yang menyalurkan air
air limbah. limbah domestik (black water) ke saluran
sungai/laut.Sedangkan 61 responden melakukan
Hasil Inspeksi Air Limbah BABS di saluran terbuka seperti sungai/laut.Hal
Inspeksi sanitasi yang dilakukan di daerah studi ini dapat membahayakan masyarakat baik secara
kesehatan maupun keselamatan sehingga
dengan cara melakukan pengamatan langsung
dibutuhkan sarana dan prasarana air limbah.
dan mewawancarai responden dengan kuisioner
untuk melihat kondisi sanitasi. Tujuan dari Pemilihan Opsi Teknologi Untuk Air
inspeksi sanitasi ini adalah untuk masukan Limbah
rencana pengembangan sanitasi berdasarkan Pemilihan opsi teknologi untuk air limbah
nilai risiko. dipengaruhi oleh aspek teknis dan non teknis.
Untuk hasil penjumlahan dari pembobotan

46
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management, Vol. 2, No. 2: 43-50

masing-masing teknologi yang akan dipilih Reactor (ABR). Tripikon-S dipilih untuk
adalah alternatif teknologi yang memiliki jumlah masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan
pembobotan paling tinggi. Skor yang ditentukan bibir pantai untuk meminimalkan dampak
memiliki rentang 1-3 dengan ketentuan 1 adalah pasang surut air laut terhadap teknologi yang
untuk nilai tinggi/sulit, nilai 2 adalah sedang, diterapkan.Sedangkan untuk tangki septik
dan nilai 3 adalah rendah/mudah. komunal diaplikasikan untuk rumah warga yang
jaraknya jauh dari bibir pantai karena tidak
Berdasarkan hasil analisa alternatif teknologi
terpengaruh dampak pasang surut secara
yang terpilih adalah teknologi Anaerobic Baffled
langsung.

Tabel 4. Matriks Pemilihan Opsi Teknologi Air Limbah Domestik


Aspek Teknis Non Teknis
%
Teknologi Penyisihan Tingkat ∑
Operasional Biaya Lahan Sosial
Parameter Ekonomi
Pencemar
Anaerobic
Upflow Filter 2 2 3 2 3 2 14
(AUF)
Anaerobic
Baffled Reactor 3 3 3 3 3 2 17
(ABR)
Biofiltrasi
dengan tangki 3 3 3 1 3 2 15
fiber
Tripikon-S 1 1 3 3 3 2 13
T-Pikon-H 1 1 3 3 3 2 13
Tangki septik
1 3 3 1 3 2 13
komunal

Perencanaan Sarana Air Limbah Domestik 2011 9.462


2012 9.577
Jumlah keseluruhan penduduk Desa Purworejo
2013 9.697
10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.
Pemilihan metode proyeksi yang akan
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Purworejo 10 disesuikan dengan kriteria dapat dilakukan
Tahun Terakhir secara statistik yaitu dengan menggunakan
Jumlah Penduduk rumus standar deviasi (SD) dan rumus koefisien
Tahun kolerasi (r). Penggunaan koefisien kolerasi
(Jiwa)
2004 8.695 dimaksudkan untuk menunjukkan tingginya
2005 8.795 derajat hubungan antara dua variabel (x dan y),
2006 8.898 maka dari itu nilai koefisien kolerasi harus
2007 9.002 mendekati 1, sedangkan standar deviasi
digunakan untuk menghomogenkan data, maka
2008 9.107
dari itu nilai standar deviasi dipilih nilai yang
2009 9.227
paling kecil.
2010 9.352

47
Perencanaan Sarana Pengolahan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat di Daerah Pesisir

Metode proyeksi jumlah penduduk direncanakan teknologi pengolahan air limbah


menggunakan 3 metode sebagai bahan dengan 3 teknologi, yaitu :
perbandingannya. Ketiga metode tersebut antara
 ABR (Anaerobic Baffled Reactor)
lain adalah :
merupakan teknologi yang terpilih
 Metode Aritmatika berdasarkan matriks pemilihan opsi
 Metode Geometri teknologi.
 Metode Least square  Tripikon-S dipilih karena untuk masyarakat
Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai yang rumahnya berdekatan dengan bibir
koefisien korelasi dan standar deviasi dari tiga pantai guna meminimalkan dampak pasang
metode yang digunakan : surut air laut terhadap teknologi yang
diterapkan.
Tabel 6. Kategori Penilaian Koefisien Korelasi
 Tangki septik komunaldiaplikasikan untuk
Koefisien Standar rumah warga yang jaraknya jauh dari bibir
Metode
Korelasi (r) Deviasi (SD) pantai karena tidak terpengaruh dampak
Aritmatika 0,9995 20,347
pasang surut secara langsung.
Geometri 0,9998 10,630
Least Square 0,9995 11,640
Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan di Tripikon-S
atas, maka metode proyeksi yang terpilih adalah Penentuan dimensi Tripikon-S berdasarkan pada
Geometri karena koefisien korelasinya paling tabel pembebanan Tripikon-S dan kapasitas
besar dan mendekati 1. Perhitungan proyeksi jumlah orang tipikal yang dikeluarkan oleh
penduduk dengan menggunakan Geometri dapat Laboratorium Teknik Sipil Tradisional Fakultas
dilihat pada Tabel 7. Teknik UGM, Yogyakarta tahun 2002.Tripikon-
S yang direncanakan bersifat komunal dengan
Tabel 7. Proyeksi Penduduk 15 Tahun
kapasitas 2 – 3 KK atau sekitar 8 – 11 orang.
Mendatang Adapun dimensinya dapat dilihat pada tabel
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) dibawah ini :
2018 10.303
Tabel 8. Dimensi Tripikon-S yang
2019 10.428
2020 10.556 Direncanakan Kapasitas 3 KK
2021 10.684
2022 10.814 Dimensi Satuan
2023 10.946 Panjang 10 m
2024 11.080 Diameter 30 cm
2025 11.215
2026 11.352
Beban 235 l/hari
2027 11.490
2028 11.630 Dari tabel diatas, maka dapat dihitung kebutuhan
2029 11.772
2030 11.915
Tripikon-S di daerah studi adalah jumlah KK
2031 12.061 dengan jarak rumah yang berdekatan dengan
2032 12.208 bibir pantai sebanyak 671 KK.Kapasitas
2033 12.357 Tripikon yang direncanakan berkapasitas 3 KK
(11 orang).Maka jumlah Tripikon-S yang
Perhitungan desain teknis teknologi air limbah dibutuhkan sebanyak 224 buah
di daerah studi harus diperhatikan mengingat
merupakan daerah spesifik. Untuk itu, akan Berikut adalah gambar sketsa dari Tripikon-S:

48
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management, Vol. 2, No. 2: 43-50

diperlukan perhitungan jumlah ruang MCK


menggunakan rumus yang telah tercantum pada
SNI 03-2399-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Bangunan MCK. Umum.
Banyaknya ruang mandi, cuci dan kakus yang
dibutuhkan adalah :
 Kamar Mandi (M) = 4 ruang/2 ABR
 Ruang Cuci (C) = 2 ruang/ 2 ABR
 Ruang Kakus (K) = 4 ruang/ 2 ABR
ABR (Anaerobic Baffled Reactor)
Gambar 4. Sketsa Tripikon-S
Direncanakan di daerah studi akan
 Desain Tipikal MCK + +
menggunakan 2 ABR.
MCK Plus ++ yang direncanakan dapat
melayani kapasitas 2.994 orang sehingga
Tabel 8. Perhitungan Dimensi ABR
General spreadsheet for ABR with integrated settler
Time of HRT in
Daily most Settleable Lowest settler COD
Max.peak COD BOD5 Desludging
waste waste COD/BOD SS/COD digester (no rem.rate
flow/hour inflow inflow interval
water flow water ratio ratio tem. settler in
(m3/h) (mg/l) (mg/l) (month)
(m3/d) flow (mg/l) (OC) HRT=0) settler
(h) (h)
143.712 12 11.976 615.01 353.43 1.74 0.42 28 18 1.5 23%
COD/BOD5 -> (0.36-0.45) 1.5 h
Treatment data
COD
COD
BOD5 Inflow into baffled COD/BOD5 Factors to calculate COD removal removal
Theor.rem removal
removal reactor ratio after rate of anaerobic filter 25,COD COD out
rate acc, rate
rate in settler 1500 (mg/l)
to factors baffle
settler COD BOD5 (mg/l) f- f- f- f-HRT
only
(mg/l) (mg/l) overload strenght temperature %
24% 475.095 268.2 1.771 1 0.91 1.048 83 79% 81% 91.55
< -COD/BOD
1.06 COD/BOD removal factor -> 1.025
removal factor
Dimensions of settler ABR
inner masonry Sludge
Total Max. Number
Total BOD5 measurements chosen accum. Length of settler Depth at
COD upflow of upflow
BOD5 out acc.to required volume Rate outet
rem. velocity chambers
rem.rate (mg/l) depth (l/g Chosen (m)
Rate width (m) cal. (m) (m/h) (no.)
(m) COD) (m)
85% 87% 45.091 2 1.5 0.0037 14.23 14.5 1.8 5 1.5
1.4-2.0 m/h
Dimensions of ABR Status and gp
Length of Area
Actual Biogas
chamb.should not of Width of chamber Actual width of
vol.of Actual Org. load (ass:CH4
ecxeed half depth single upflow downflow
baffled total HRT BOD5 70%;50%
upflow velocity staft
chos. chos. reactor (h) (kg/m3.d) dissolved)
cal. (m) chamb. cal. (m) (m/h) (m)
(m) (m) (m3) (m3/d)
(m2)
0.75 0.75 6.653 8.871 9 1.774 0.25 67.5 11 2.023 1.874
HRT reduced by 5% for sludge

49
Perencanaan Sarana Pengolahan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat di Daerah Pesisir

Jumlah KK yang harus dilayani adalah 1470 KK


(7350 jiwa). Kapasitas tangka septik yang
direncanakan untuk 10 KK (50 jiwa). Sehingga,
diperlukan 147 unit tangki septik komunal untuk
melayani warga di daerah studi.
Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian dan penjelasan dari
hasil penelitian di daerah studi Desa Purworejo
mengenai sarana pengolahan air limbah
Gambar 5. Sketsa Potongan Membujur ABR domestik dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Hasil survey yang dilakukan di Desa
Purworejo menunjukkan bahwa tingkat
kelayakan sarana dan prasarana sanitasi
masih sangat minim. Hal ini ditunjukkan
dengan masih banyak ditemukan masyarakat
yang melakukan BABS.
 Teknologi yang terpilih adalah teknologi
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) sebanyak
Gambar 9. Sketsa Potongan Melintang ABR 2 unit yang dilengkapi dengan MCK++
(ruang mandi 4 unit, ruang cuci 2 unit, ruang
Tangki Septik Komunal kakus 4 unit). Tripikon-S dipilih untuk
Tangki septik komunal diaplikasikan bagi rumah masyarakat yang rumahnya berdekatan
warga yang jauh dari bibir pantai karena tidak dengan bibir pantai untuk meminimalkan
langsung terpengaruh dampak pasang surut. dampak pasang surut air laut terhadap
teknologi yang diterapkan sebanyak 224
Dimensi dari tangki septik komunal dengan
unit. Sedangkan untuk tangki septik
kapasitas 10 KK (50 jiwa) adalah P×L×T =
komunal diaplikasikan untuk rumah warga
2,8×1,4×1,8 m. Volume lumpur yang dihasilkan
yang jaraknya jauh dari bibir pantai karena
sebanyak 6 m3 dan volume air 0,845 m3dengan
tidak terpengaruh dampak pasang surut
waktu pengurasan 3 tahun.
secara langsung sebanyak 147 unit.
Daftar Pustaka
Anonim. (2008). Higiene dan Sanitasi
Pengolahan Pangan. Retrieved Juni 21,
2014, dari Higiene dan Sanitasi Pengolahan
Pangan: http://mankester.wordpress.com/
Ariola, & Ellen, S. (2006). Principles and
Methods of Research. Rex Bookstore, Inc.
Kriyantono, R. (2009). Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Malang: Prenada Media
Gambar 10. Sketsa Tangki Septik Group.

50

Anda mungkin juga menyukai