Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengujian Resitansi
Pengujian resistansi bertujuan untuk mengukur hambatan pada lilitan sekunder dan
primer trafo, besar kecil resistansi trafo ini akan berpengaruh pada kelayakan pada trafo, karena
resistansi ini akan berpengaruh pada besar arus yang mengalir pada sekunder trafo. Pengujian ini
dilakukan pada pada tap tegangan trafo 0 V dengan 110 V, 220 V, 3 V, 6 V, 9 V, 12 V, dan 15 V.
Rangkaian pengujian resistansi trafo pada tap tap tegangan di gambarkan seperti gambar berikut
Gambar 999999999999. Rangkaian pengujian resistansi trafo

Berikut hasil pengukuran resistansi pada tap tap tegangan trafo yang tersaji pada taple 9999
berikut
Tapel 9999. Pengujian Resistansi

TAP TEGANGAN RESISTANSI


0 – 110 V 9,5 Ω
0 – 220 V 20 Ω
0–3V 1,8 Ω
0–6V 1,2 Ω
0–9V 0,4 Ω
0 – 12 V 1,2 Ω
0 – 15 V 1,2 Ω

Dari hasil tabel diatas hasil pengujian resistansi menunjukkan bahwa resistansi terbesar
yakni pada tap 220v dan terkecil pada tap 9V, jika sesuai teorinya seharusnya besar resistansi
akan semakin besar apabila diukur pada tap tegangan yang semakin besar jadi seharusnya tap
terkecil dimiliki oleh tap tegangan 3V. Hal ini dikarenakan besar resistansi didapat dari seberapa
banyak lilitan yang dilaluinya, 220V mendapat resistansi terbesar karena dia melalui lilitan
sebanyak 660 lilitan dan tap terkecil seharusnya pada 3V yakni hanya 10 lilitan. Besarnya
resistansi ini akan digunakan untuk membatasi arus yang masuk ke trafo sehingga ketika trafo
dihubungkan dengan tegangan 220 V maka arus yang masuk ke trafo akan dibatasi oleh resistansi
tersebut. Hal inilah yang menyebabkan arus pada 3 V lebih besar dari arus pada 220 V. Besarnya
nilai resistansi untuk tiap fasa harus seimbang dengan batas toleransi sebesar 5%. Nilai resistansi
pada trafo yang melebihi batas toleransinya akan mengakibatkan rugi-rugi tembaga trafo yang
akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut di aliri arus.
B. Pengujian Tahanan Isolasi
Pengujian tahanan isolasi merupakan pengukuran hambatan tap tegangan dengan ground
(body trafo) hal ini bertujuan untuk memeriksa status isolasi rangkaian atau mengetahui besar
nilai kebocoran arus yang terjadi pada isolasi belitan. Pengukuran dilakukan menggunakan alat
yang disebut megger/ Insulation tester. Rangkaian pengujian tahana isolasi pada tap tap tegangan
di gambarkan seperti gambar berikut
Gambar 99999. Rangkaian Pengujian Tahanan Isolasi Trafo

Berikut ini merupakan Tabel hasil pengujian tahanan isolasi pada transformator yang disajikan pada Tabel
99999. Berikut

Tapel 9999. Pengujian Tahanan Isolasi

TAP TEGANGAN MOhm


G – 110 V >1000
G – 220 V >1000
G – 0 Primer >1000
G – 0 Sekunder >1000
G–3V >1000
G–6V >1000
G–9V >1000
G – 12 V >1000
G – 15 V >1000
Nilai tahanan isolasi yang baik pada belitan trafo adalah sebesar 1000 kali nilai tegangan
masukan, karena tegangan masukan pada trafo adalah 220 V maka nilai tahanan isolasi yang baik
adalah sebesar 1000 x 220 yakni 220KΩ. Apabila hasil tahanan isolasi lebih rendah dari pada syarat
minimum tersebut maka dapat dikatakan belitan kawat pada trafo tersebut dalam kondisi kurang baik.
Akibat dari tahanan isolasi yang kurang baik inilah yang berakibat trafo akan cepat panas yang akan
memperpendek umur trafo yang artinya akan cepat rusak. Pada kondisi di tabel di atas semua
pengukuran menunjukan tahanan isolasi di atas syarat minimum hal ini berarti trafo tahanan isolasi
tersebut baik, karena pada prinsipnya semakin besar nilai tahanan isolasi maka akan berdampak baik
pada tingkat isolasi trafonya.
C. Pengujian Beban Nol
Pengujian beban nol yakni pengujian Trafo pada saat tidak berbeban yang bertujuan
untuk menentukan kerugian yang terjadi jika trafo tanpa beban (beban nol) atau disebut rugi inti.
Rangkaian pengujian beban nol pada trafo di gambarkan seperti gambar berikut
Gambar 99999 Pengujian Beban Nol

Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian beban nol pada trafo yang ditampilkan pada tabel
99999. Berikut
Tapel 9999. Pengujian Beban Nol

Primer Sekunder
Tegangan
Masukan Vp0 Ip0 Pp0
Tap 3V 6V 9V 12 V 15 V
(V) (mA) (Watt)

110 V 110 220 75 165 3 6,4 9,2 12,3 15,8

220 V 220 110 25 27,5 3 6,2 9 12 15

Pada Tabel 9999. Pada pengukuran beban nol nilai yang terukur pada tap sekunder diharapkan
sesuai dengan perancangan tegangan pada tap tap nya karena salah satu indikator kesempurnaan
trafo adalah ketersesuaian nilai tegangan yang terukur pada primer sesuai dengan nilai tegangan
perancangan. Namun, pada beberapa titik pengukuran terdapat perbedaan nilai yang terukur
seperti pada tap tegangan 15 V saat diberi tegangan masukan sebesar 110 V nilai yang terukur
adalah 15,8 V tapi saat diberi masukan 220 V nilai yang terukur sesuai yakni 15 V. Hal tersebut
dimungkinan karena telah terjadi kesalahan perhitungan pada jumlah lilitan saat melakukan
peliliran pada sekunder maupun primer trafo yang mempengaruhi proses induksi sehingga
tegangan yang timbul tidak sesuai dengan perencanaan.
Perhitungan Faktor Kesalahan
Berdasarkan data pengujian beban nol diatas dapat dihitung besar faktor kesalahan pada bagian
sekunder dengan perhitungan dibawah ini:

Nilai Besar−Nilai Kecil


Faktor Kesalahan = 𝑥 100%
Nilai besar
Berikut ini merupakan data perhitungan faktor kesalahan pada bagian sekunder trafo:
a. Tegangan masukan 110 V
3−3
Faktor Kesalahan (3V) = 𝑥 100% = 0%
3
6−6
Faktor Kesalahan (6V) = 𝑥 100% = 6,67%
6
9,4 − 9
Faktor Kesalahan (9V) = 𝑥 100% = 2,23%
9,4
12 − 12
Faktor Kesalahan (12V) = 𝑥 100% = 2,5%
12
17 − 15
Faktor Kesalahan (15V) = 𝑥 100% = 5,34%
17
b. Tegangan masukan

3−3
Faktor Kesalahan (3V) = 𝑥 100% = 0%
3
6−6
Faktor Kesalahan (6V) = 𝑥 100% = 3,34%
6
9−9
Faktor Kesalahan (9V) = 𝑥 100% = 0%
9
12 − 12
Faktor Kesalahan (12V) = 𝑥 100% = 0%
12
15 − 15
Faktor Kesalahan (15V) = 𝑥 100% = 0%
15

V. KESIMPULAN
Berdasarkan dari seluruh proses mulai dari perhitungan/perancangan trafo, pembuatan koker, melilit
trafo sampai pengujian trafo satu fasa maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam melakukan pembuatan desain koker trafo hal yang harus di patuhi adalah terkait ukuran
standart perancangan dan tingkat presisi desain koker saat pembuatan karena hal ini akan
berdampak besar pada kekokohan trafo.
2. Dalam pemasangan kern trafo batas jarak minimal antara kern “E” dan “I” sebesar 0,1 mm hal ini
berkaitan dengan pengukuran tegangan sekunder maupun primer trafo nantinya ketika diuji agar
sesuai dengan yang diharapkan
3. Beberapa tap tap tegangan perancangan trafo 220 V/110 V (yang menjadi masukan), 3V, 6V, 9V,
12V, dan 15V (yang menjadi keluaran atau hasil proses induksi).
4. Nilai tahanan isolasi yang baik pada belitan trafo adalah sebesar 1000 kali nilai tegangan
masukan, karena tegangan masukan pada trafo adalah 220 V maka nilai tahanan isolasi
yang baik adalah sebesar 1000 x 220 yakni 220KΩ, dan pada prinsipnya semakin besar
nilai tahanan isolasi maka akan berdampak baik pada tingkat isolasi trafonya.
5. Pada pengujian nilai beban nol hasil pengukuran akhir tegangan pada masing-masing
titik pada bagian primer maupun sekunder, beberapa tap nilainya ada yang sedikit
meleset dari nilai perancangan hal tersebut bisa dikarenakan telah terjadi kesalahan
perhitungan pada jumlah lilitan saat melakukan peliliran pada sekunder maupun primer
trafo yang mempengaruhi proses induksi sehingga tegangan yang timbul tidak sesuai
dengan perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai