Oleh:
Nurul Hikmah
NIM 101034021924
Skripsi
Oleh:
Nurul Hikmah
NIM 101034021924
Di bawah Bimbingan
NIP : 150239145
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Nurul Hikmah
NIM 101034021924
Anggota
Pembimbing,
Skripsi
Oleh:
Nurul Hikmah
NIM 101034021924
Di bawah Bimbingan
NIP : 150239145
ﺣﻴْ ِﻢ
ِ ﻦ اﻟ ﱠﺮ
ِ ﷲ اﻟ ﱠﺮ ﺣْ َﻤ
ِ ﺑﺴْ ِﻢ ا
Allah swt. Zat Wajibul Wujud yang tidak berhenti untuk melimpahkan bermacam-
macam berjuta-juta atas tentang suatu kenikmatan, taufik dan hidayah, baik yang
bersifat lahir maupun bathin, baik di langit maupun di bumi, baik di dunia hingga
di akherat. Dialah Zat yang Maha Penyembuh dan Penyuci segala macam-macam
penyakit, kotoran, dan najis yang melekat dalam diri setiap hamba-Nya. Segala
shalawat, salam dan berkah semoga senatiasa dilimpahkan kepada nabi, rasul,
cahaya umat dan alam semesta Muhammad saw. beserta keluarga, keturunan,
sahabat serta siapa saja yang akan selalu mengikuti sunah dan ketauladannya.
Rasa syukur dan pujian itu semata-mata penulis haturkan karena telah
AL-QUR’AN” ini. Di dalam penyusunan skripsi ini telah berhasil penulis lalui dan
jalani. Ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, arahan, bimbingan dan dukungan,
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin ucapkan rasa terima
kasih yang tidak terhingga atas segala bantuan dan dukungannya, sehingga
1. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Dr. H.M. Amin Nurdin,
MA.
i
3. Bapak Sekretaris Jurusan Tafsir Hadits, Dr. Edwin Syarif, M.A.
4. Bapak Dr. H.M. Suryadinata, M.A., selaku dosen pembimbing yang telah
kepada penulis, dan juga yang telah sabar dan sungguh-sungguh dalam
Ushuluddin dan Filsafat, dan juga kepada seluruh staff perpustakaan utama
penulis dalam rangka mengadakan studi perpustakaan, dan juga yang telah
Bapak H.M. Cecep Sutisna dan Ibu Hj. Makiyah yang telah memberikan
ii
Allah SWT., semoga Allah SWT. mengampuni atas segala dosa-dosanya
8. Dan tidak lupa juga, ucapan banyak-banyak terima kasih kepada alm.
Kakek saya, Bapak Husin Sugiyah bin Sarkawi yang telah memberikan
inspirasi, kasih sayang dan penyemangat hidup. Serta, seorang yang selalu
rabbal alamin.
9. Dan begitu juga, ucapan terima kasih kepada semua guru-guru yang
goresan tinta dalam sejarah hidup penulis. Semoga jasa dan keikhlasan
tercatat sebagai amal soleh yang senantiasa selalu mengalir sampai ruh
10. Dan juga, ucapan terima kasih kepada seluruh teman-teman sekelas di
senasib seperjuangan seperti : Nina Suraya dan Rena Yuniar dan juga,
teman jurusan yang lain yaitu dari jurusan Sosiologi seperti : Sdri. Yati,
Eva dan Dilla dan juga berserta dengan yang lainnya yang tidak mungkin
(ukhuwwah islamiyah).
iii
11. Dan begitu juga, tak lupa ucapan rasa terima kasih penulis kepada kakak-
kakak kelas yaitu : sdr. Iwan Edi dan sdri. Widad dan juga, sdri. Yayah
skripsi ini.
12. Dan begitu juga, tak lupa ucapan rasa terima kasih kepada staff lain UIN
Islamiyah dan juga, bagian Akademik Pusat dan juga beserta yang lainnya,
kepada penulis untuk selalu tetap tabah dan sabar dala menjalani proses
bahwa pembahasan skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan dan juga, tidak
lepas adanya kesalahan dan serta kekurangan baik dari penguasaan materi, gaya
membangun dari para pembaca dan siapa saja yang ingin memperoleh
kemanfaatan penulisan skripsi ini. Dan atas pemasukan yang berharga itulah
penulis akan selalu untuk dapat melakukan suatu perbaikan dan penyempurnaan
atas segala kekurangan dan kekhilafan sebagai hamba Allah swt. yang sangat
memiliki suatu kelemahan dan juga, penulis tiada berdaya tanpa adanya
iv
Semoga Allah SWT. senantiasa dapat melimpahkan suatu balasan yang
agung serta berlipat ganda atas segala kebaikan bapak-bapak, ibu-ibu dosen, orang
tua, saudara-saudariku sekalian dan juga, untuk semua pihak. Amin ya robbal
alamin.
Ciputat,
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
B. Penafsiran Surat Yunus (10) Ayat 57 ….……… 52
1. Asbabun al-Nuzul ………………………….. 54
2. Munasabah Ayat ………………………….... 54
C. Penafsiran Surat al-Nahl (16) Ayat 69 ….…….. 55
1. Asbabun al-Nuzul ………………………….. 58
2. Munasabah Ayat …………………………… 58
D. Kesimpulan Ayat-Ayat al-Syifa ………………. 59
1. Surat al-Isra (17) Ayat 82 ……………... 59
2. Surat Yunus (10) Ayat 57 ……………... 59
3. Surat al-Nahl (16) Ayat 69 ……………. 59
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Panduan Aksara
Huruf Arab Huruf latin Keterangan
ا Tidak dilambangkan
ب B Be
ت T Te
ث Ts Te dan es
ج J Je
ح h Ha dengan garis dibawah
خ Kh Ka dan ha
د D De
ذ Dz De dan zet
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy Es dan ye
ص S Es dengan garis di bawah
ض D De dengan garis di bawah
ط T T dengan garis di bawah
ظ Z Zet dengan garis di bawah
ع ‘ Koma terbalik diatas hadap kanan
غ Gh Ge dan ha
ف F Ef
ق Q Ki
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
هــ H Ha
ء ` Apostrof
ي y Ye
2. Vocal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ــَـــ A Fathah
ــِــ I Kasrah
ــُــ U dammah
viii
3. Adapun Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ــَــ ي Ai A dan i
ــَــ و Au A dan u
4. Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ــَـﺎ â A dengan topi diatas
ــِــﻲ î I dengan topi diatas
ـُـــﻮ û U dengan topi diatas
5. Kata Sandang
Kata sandang yang ada dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf
() ال, dialihaksarakan menjadi “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh = اﻟﺸﻤﺴﻴﺔal-syamsiyyah, = اﻟﻘﻤﺮﻳﺔal-qamariyyah.
6. Tasydîd
Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini berlaku jika
huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti huruf-
huruf samsiyyah.
7. Ta marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut
diikuti kata sifat (na’t). Namun jika Ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
8. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
,a nama didahulukan oleh kata sandangJik .(EYD)Ejaan Yang Disempurnakan
,maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri sendiri tersebut
اﻟﺒﺨﺮContohnya .bukan huruf awal atau kata sandangnya = al-Bukhâri.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
melalui malaikat-Nya yang bernama Jibril as. Dan atas bimbingan-Nya pula Nabi
saw. dapat menerangkan dan menjelaskan tafsir dan ta’wil wahyu-Nya itu sebagai
pesan-pesan yang tersurat maupun tersirat (as-Sunnah). Dengan bekal itulah para
ahli waris, pengikut, murid, sahabat dan kekasih Nabi-Nya dapat memahami
secara mendalam dan mengakar; dan pemahaman itupun bukan datang dengan
sendirinya, melainkan atas pertolongan, bimbingan dan wahyu yang berasal dari-
Nya pula.
penyembuhnya;
1
Muhammad Abdul ‘Aziz al-khalidy, al Isytisyfa’ bil Qur’an, Dâr al-Kutub al-Ilmiyah,
Beirut Libanon, 1990, h.65.
1
2
bermakna.
Ajaran Islam adalah suatu ajaran wahyu yang bersumber dari Allah swt.
Dzat Yang Maha Suci, Maha Mulia dan Sempurna. Oleh karena itu al-Qur’an
sebagai suatu sumber utama ajaran Islam memiliki kebenaran yang mutlak.
Kebanyakan dari diri seorang manusia hanya sebatas mengakui suatu kebenaran
itu tersebut, namun mereka tidak ingin atau pun belum memiliki suatu kebenaran
yang untuk mengaplikasikan dari al-Qur’an itu ke dalam seluruh aspek ilmu
Seolah-olah antara agama, sains dan kehidupan terpisah adanya. Hal inilah yang
dan mencari berbagai solusi terhadap as-Sunnah Rasulullah saw. seluruh umat
ketauladanan bagi suatu keberhasilan dalam membangun jati dan citra diri sebagai
“Insan Kamil”. Akan tetapi, sangat sedikit dari sebagian umat manusia yang
berani secara ksatria dalam mengikuti proses penyempurnaan diri itu tersebut.
menjadi kerja penulis adalah mulai dari kasus-kasus yang berhubungan dengan
sekali untuk menghadirkan rasa perasaan takut, rasa taat dan rasa bahwa Dia
selalu mengawasi suatu perbuatan dan prilaku dari setiap seorang individu.
Sehingga, telah berdampak kepada rasa malas dan enggan untuk melakukan
bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati nurani
yang sangat selalu untuk mengajak, menyeru dan membimbing kepada kebaikan
dan kebenaran dari Tuhannya. Sehingga, telah muncul suatu sikap was-was,
peragu, berprasangka buruk, lemah motivasi, dan tidak mampu untuk bersikap
mewujudkan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga, suami dan istri,
orang tua dan putra-putrinya serta antar bersaudara. Sehingga, dari kondisi itulah
terjadilah suatu perceraian. Anak sangat merasa tertekan dengan karekter dan
sistem pendidikan dari kedua orang tuanya yang sangat keras, kaku dan otoriter,
atau kedua orang tua yang sangat selalu sibuk di luar rumah; sehingga, sang anak
tersebut merasakan haus akan kelembutan, kasih sayang dan ketauladanan dari
adaptasi dengan lingkungan tetangga atau pergaulan yang sangat beraneka macam
stres dan depresi apabila seseorang yang tidak memiliki suatu daya tahan mental
dan spiritual yang tangguh. Keimanan yang lemah sangat rentan dan mudah
tertimpa kedua keadaan itu tersebut. Utamanya adalah kekuatan iman dan
ketakwaan pasti akan dapat menghasilkan daya tahan mental yang bersifat kokoh
dan kuat dalam untuk menghadapi berbagai macam suatu problem hidup dan
kehidupan.
bahwa 10% dari pasien yang berobat pada dokter adalah pasien depresi dan
2
Dadang Hawari, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, PT. Dana
Bhakti Primayasa, 1997), h.56.
5
Oleh karena itu, alasan penulis melalui dengan penulisan skripsi ini;
penulis mengajak kepada individu atau kelompok masyarakat Islam untuk dapat
memahami ajaran Islam yang bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai
ajaran Islam yang lengkap dan solusif terhadap berbagai persoalan kehidupan.
dari suatu kehancuran dan kegagalan dalam untuk meraih hidup dan kehidupan
yang baik, benar, maslahat, damai, aman, tentram, bahagia dan selamat di dalam
dunia hingga kelak di dalam akhirat. Sehingga, hal inilah yang telah mendorong
3
Ibid..
4
Ibid..h.45-46.
6
penulis untuk mengangkat dan menyusun skripsi ini dengan judul : “Syifa Dalam
Perspektif al-Qur’an (Kajian Surat al-Isra (17) : 82, QS.Yunus (10) : 57 dan
Tema syifa dalam al-Qur’an terdapat pada 10 surat dan 14 ayat, yaitu surat
al-Isra ayat 7dan 82, QS. Yunus ayat 57, QS.al-Nahl ayat 69, QS. al-Maidah ayat
39, QS. al-Baqarah ayat 129 & 257, QS. at-Taubah ayat 108, QS. al-Insyirah ayat
1, 2 dan 3, QS. al-Imran ayat 31, QS. Muhammad ayat 2 dan QS. al-Hijr ayat 47.
Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, dapat dirumuskan
Syifa (QS. al-Isra (17) : 82, QS. Yunus (10) : 57 dan QS. al-Nahl (16) : 69”.
C. Kajian Pustaka
yang menjadi referensi, baik yang primer maupun sekunder. Adapun yang
menjadi referensi primer dari kajian ini adalah : Konseling dan Psikoterapi Islam,
atau siapa saja yang ingin mengenal dari fungsi ajaran Islam terhadap
masalah mental (kejiwaan), spiritual dan moral yang bersumber kepada al-Qur’an
7
setidaknya para pembaca dan mahasiswa Islam, khususnya untuk penulis agar
dapat memperoleh suatu gambaran dan pengetahuan yang berkaitan tentang peran
Dari sinilah diharapkan akan berkembang dengan pesat keilmuan yang sangat
spesifik dalam membahas tentang berkaitan dengan kejiwaan atau mental, seperti
Psikologi Islam, Hubungan Akidah dan Psikologi Islam, Hubungan Ibadah dan
Razi dalam tafsirnya Mafatih al-ghâib, yang telah menyajikan kajian syifa dengan
berbagai macamnya secara terpisah antara satu dengan term yang lainnya. Namun,
kesemuanya itu dapat dikaji melalui dengan pendekatan tafsir tematik secara
al-Qur’an, untuk melihat satuan ayat makiyah dan madaniyahnya dengan tanpa
karya al-Râzi.
komprehensif sehubungan dengan eksistensi, makna dan sasaran syifa, sakit dan
8
maupun terpadu beserta nilai guna dan manfaatnya bagi kehidupan umat manusia.
Kajian Syifa dengan fokus Tafsir Mafatih al-Ghâib karya al-Râzi, sangat
penting bagi kehidupan saat sekarang dan juga, yang akan datang; karena
kehidupan al-Râzi yang lahir di Ray pada tanggal 25 Ramadhan 544 H. Wafat di
Heart pada hari senin 1 Syawal / Id al-Fitri tahun 606 H.yang bertepatan dengan
dalamnya adalah ahli bidang fikih, teologi, filsafat, kedokteran, tafsir, tasawuf dan
bahkan beliau adalah seorang imam besar pada masanya yang selalu berusaha
dan bahkan patut dimanfaatkan dan dikembangkan untuk masa kini dan yang akan
datang.
pengembangan, apalagi kajian ini hanya difokuskan pada satu kajian tafsir al-Râzi
dengan satu corak pendekatan. Oleh karena itu, kajian syifa demikian ini sungguh
berikutnya.
Berbeda dengan dua penulis di atas, yaitu Hamdan Bakran adz-Dzaky dan
al-Razy, dalam skripsi ini pada tiga surat dan tiga ayat menurut penafsiran
lainnya.
D. Tujuan Penulisan
Kejiwaan (Mental), bahkan dapat juga untuk penyakit spiritual dan fisik.
E. Metodologi Penelitian
yang berasal dari sumber primer yaitu Tafsir al-Misbah dan Konseling dan
2. Metode Pembahasan
terjemahannya, dan juga di dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada
buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi”, yang disusun oleh tim
F. Sistematika Penulisan
pandangan ulama tafsir tentang syifa, syarat-syarat Ulama Billah dan Tata cara
5
Moh.Nazir, ph.D, Metode Penelitian,(Jakarta : Ghalia, 1988), h.51.
11
BAB III : Membahas tentang Riwayat M.Quraish Shihab dan ayat al-Syifa
dalam al-Qur’an, yang meliputi sepintas tentang M.Quraish Shihab dan karya-
Misbah, yang meliputi tentang Penafsiran Surat al-Isra (17) Ayat 82, Surat Yunus
(10) Ayat 57 dan Surat al-Nahl (16) Ayat 69. Dan juga, dilandasi berupa Asbabun
diperlukan.
BAB II
firman-Nya :
ﺖ
َ ﻚ أﻧ
َ ﺤﻜْ َﻢ َﺔ وَ ُﻳﺰَآﱢﻴﺤِﻢْۚ ِإ ﱠﻧ
ِ ْﺐ َوٱﻟ
َ ﻚ وَ ُﻳﻌَﻠِّ ُﻤ ُﻬ ُﻢٱﻟْ ِﻜ َٰﺘ
َ ﺤﻢْ ءَا َٰﻳ ِﺘ
ِ ْﻋَﻠﻴ
َ ْﺤﻢْ َﻳﺘْﻠُﻮا
ُ ْﻻ ِﻣﻨ
ًَ َر ﱠﺑﻨَﺎ و ٱﺑْ َﻌﺚْ ﻓِﻴ ِﻬﻢْ َرﺳُﻮ
ﺤﻜِﻴ ُﻢ
َ ْٱﻟْ َﻌﺰِﻳ ُﺰٱﻟ
12
13
Nya:
ﻦ
َ ﺤﺐﱡٱﻟْ ُﻤﻄﱠﻬﱢﺮِﻳ
ِ ﷲ ُﻳ
ُ ﻄ ﱢﻬﺮُواْۚ َوٱ
َ ن أن َﻳ َﺘ
َ ﺤﺒﱡﻮ
ِ ﻓِﻴ ِﻪ رِﺟَﺎلٌ ُﻳ
ك
َ ﺻﺪْ َر
َ ﻚ
َ َأَﻟﻢْ َﻧﺸْ َﺮحْ َﻟ
ك
َ ﻇﻬْ َﺮ
َ ﺾ
َ ك ۦ ٱﱠﻟ ِﺬى أَﻧ َﻘ
َ ﻚ ِوزْ َر
َ ْﻋﻨ
َ ﺿﻌْﻨَﺎ
َ َو َو
firman-Nya :
14
ْﺤﻢ
ِ ﺳ ﱢﻴَﺄ ِﺗ
َ ْﺤﻢ
ُ ْﻋﻨ
َ ﺤﻢْۙ َآ ﱠﻔ َﺮ
ِ ﻖ ِﻣﻦْ ﱠر ﱢﺑ
ﺤﱡ
َ ْﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو ُه َﻮٱﻟ
َ ﻋَﻠﻰٰ ُﻣ
َ ل
َ ﺖ َوءَا َﻣﻨُﻮ ْا ِﺑﻤَﺎ ُﻧﺰﱢ
ِ ﺤ
َٰ ﺼِﻠ
ٰﻋ ِﻤﻠُﻮاْٱﻟ ﱠ
َ ﻦ اْ َو
ُ ﻦ ءَا َﻣ
َ َوٱﱠﻟﺬِﻳ
10. Naza’a () ﻧﺰغ, artinya mencabut, memecat, melepaskan, mengeluarkan dan
ﻦ
َ ﺳ ُﺮ ٍر ﱡﻣ َﺘ َٰﻘ ِﺒﻠِﻴ
ُ ٰﻋَﻠﻰ
َ ﻞ ِاﺧْ َٰﻮﻧًﺎ
ﻏﱟ
ِ ْﺻﺪُو ِرهِﻢ ﱢﻣﻦ
ُ َو َﻧ َﺰﻋْﻨَﺎﻣَﺎﻓِﻰ
Adapun kata اﻻﺳﺘﺸﻔﺎءyang berasal dari kata ﻳﺸﻔﻰ –ﺳﻔﺎء- ﺷﻔﻰ, yang artinya
1
Ibid, h.782.
15
penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan
al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi saw. Atau secara empirik adalah melalui
saja yang meyakininya. Dalam hal itu al-Qur’an sebagai penyembuh dibagi 2
(dua) bagian:
1. Bersifat Umum
sebagaimana firman-Nya :
ﻦ
َ ﻆﺔٌ ﻣﱢﻦ رﱠﺑﱢ ُﻜﻢْ َو َرﺣْ َﻢﺔٌ ﻟﱢﻠْﻤُﻮءْ ِﻣﻨِﻴ
َﻋ
ِ ْس َﻗﺪْﺧَﺎ َء ﺗْﻜُﻢ ﱠﻣﻮ
ُ َﻳٰﺄ ﱡﻳﺤَﺎٱﻟﻨﱠﺎ
2. Bersifat Khusus
ada dari ayat-ayat atau surat-surat dapat menjadi obat atau penyembuh
ﻦ
َۙ ْن ﻣَﺎ ُه َﻮ ﺷِﻔَﺎءٌ َو َرﺣْ َﻤ ٌﺔﱢﻟﻠْﻤُﻮءْ ِﻣ ِﻨﻴ
ِ ﻦٱﻟْ ُﻘﺮْءَا
َ ل ِﻣ
ُ َو ُﻧ َﻨﺰﱢ
a. Asmaul Husna
ع ُﻩ ِﺑﺤَﺎ
ُ ْﺤﺴْ َﻨﻰٰ ﻓَﺎد
ُ ْﻷﺳْﻤَﺎ ُءٱﻟ
َ َو ِﻟﱠﻠ ِﻪ ٱ
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.,2
ﺐ اِْﻟﻮﺗْ َﺮ
ﺤ ﱡ
ِ ِا ﱠﻧ ُﻪ ِوﺗْﺮٌ ُﻳ.ﺠ ﱠﻨ َﺔ
َ ْﻞ اﻟ
َﺧ
َ َﻣﻦْ َاﺣْﺼٰﺤَﺎ َد.ﺣ ًﺪا
ِ ﻻ َوا
ِﻣَﺎ ًة ِا ﱠ.ﻦ ِاﺳْ ًﻤﺎ
َ ْن اِﻟﱠﻠ ِﻪ ِﺗﺴْ َﻌ ًﺔ َو ِﺗﺴْ ِﻌﻴ
ِا ﱠ
b. Kalimat “basmalah”
2
Syeikh Muhyiddin al-Zakaria Yahya dan Syaraf an-Nawawi, al Adzkar, Terjemahan
Drs.M.Tarsi Alwi, PT.al Ma’arif, Bandung, 1984,.h. 231-232.
17
ﺣﻴ ِﻢ
ِ ﻦ ٱﻟ ﱠﺮ
ِ ﷲ ٱﻟ ﱠﺮ ﺣْ َٰﻤ
ِ ِﺑﺴْ ِﻢ ٱ,ﻦ َوِا ﱠﻧ ُﻪ
َ ﺳَﻠﻴْ َٰﻤ
ُ ْ ِﻣﻦ,ِاﻧﱠ ُﻪ
kehormatan di alam ‘uluwi (alam yang tinggi) dan alam sufliy (alam
yang rendah), dan dengan kalimat basmalah itu telah berdiri kokoh
c. Surat al-Fatihah
ﺲ
ِ ْﻦ اﻟ
َ ﺷ َﻔﺎ ِء ِﻣ
ِ ب
ِ ﺤ ِﺔ اﻟْ ِﻜ َﺘﺎ
َ ﻻ َﻓﺎ ِﺗ
ﺳ َﻤ َﺪا ِء ِا ﱠ
ِ ﻞ
ﺷ َﻔﺎءٌ ِﻣﻦْ ُآ ﱢ
ِ ب
ِ ﺤ ِﺔ اﻟْ ِﻜ َﺘﺎ
َ َﻓﺎ ِﺗ
3
Muhammad Abdul ‘Aziz al-Khalidy, op.cit., h.102.
4
Ibid., h.104.
18
dua ayat yang terakhir dari surat al-Baqarah pada waktu malam hari
mendatangkan kebahagian. 5
B. Macam-macam Penyakit
pengobatan dari syifa ini adalah seorang manusia (insan) secara utuh, yakni yang
1. Mental, yaitu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau proses
yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan ingatan 6 Seperti mudah lupa,
yang bermudharat serta antara yang hak dan yang batil. Sebagaimana
.ن
َ ﺐ َأﻓَﻶ َﺗﻌْ ِﻘﻠُﻮ
َۚ ن ٱﻟْ ِﻜ َٰﺘ
َ ﺴ ُﻜﻢْ َوَأﻧْ ُﺘﻢْ َﺗﺘْﻠُﻮ
َ ن َأﻧْ ُﻔ
َ ْﺴﻮ
َ ْس ﺑِﺎﻟْ ِﺒ ﱢﺮ َو َﺗﻨ
َ ن ٱﻟﻨﱠﺎ
َ َأ َﺗﺄْ ُﻣﺮُو
firman-Nya :
ﻞ
ِ ن ُﻗ
َ ﻚ ﻣَﺎذَاﻳُﻨ ِﻔﻘُﻮ
َ س وَاِﺛْ ُﻤ ُﻬﻤَﺎ َأآْ َﺒ ُﺮ ِﻣﻦْ ﱠﻧﻔْﻌِﻬِﻤَﺎۗ َو َﻳﺴْ َﻌﻠُﻮ َﻧ
ِ ﺴ ِۖﺮ ُﻗﻞْ ﻓِﻴ ِﻬﻤَﺎِاﺛْ ٌﻢ َآﺒِﻴ ٌﺮ َو َﻣ َٰﻨ ِﻔ ُﻊ ﻟِﻠﻨﱠﺎ
ِ ْﺨﻤْ ِﺮ َوٱﻟْ َﻤﻴ
َ ْﻦ ٱﻟ
ِﻋ
َ ﻚ
َ َﻳﺴْ َﻌﻠُﻮ َﻧ
.ن
َ ﺖ َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜﻢْ َﺗ َﺘ َﻔ ﱠﻜﺮُو
ِ ﻷ َٰﻳ
َ ﷲ َﻟ ُﻜ ُﻢ ٱ
ُ ﻦٱ
ُ ﻚ ُﻳ َﺒﻴﱢ
َ ٱﻟْ َﻌﻔْ َۗﻮ َآ َٰﺬ ِﻟ
nifaq, fasiq dan kufur; lemah keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam
ruh, alam malakut dan alam ghaib; semua itu akibat dari kedurhakaan dan
.ﻋﻈِﻴﻤًﺎ
َ ﷲ َﻓ َﻘ ِﺪ ٱﻓْ َﺘ َﺮىٰ ِاﺛْﻤًﺎ
ِ ﻚ ﻟِﻤَﻦ َﻳﺸَﺎ ُۚء وَﻣَﻦ ُﻳﺸْ ِﺮكْ ﺑِﺎ
َ ن َٰذِﻟ
َ َو َﻳ َﻐ ِﻔ ُﺮﻣَﺎدُو،ك ِﺑ ِﻪ
َ ﻻ َﻳﻐْ ِﻔ ُﺮأَن ُﻳﺸْ َﺮ
َ ﷲ
َ نٱ
ِا ﱠ
.ن
َ ﻻ َﻳﻌَْﻠﻤُﻮ
ﺴ َﻔﻬَﺎ ُء َوَٰﻟﻜِﻦ ﱠ
أَﻵِا ﱠﻧ ُﻬ َﻢ ُه ُﻢ ٱﻟ ﱡ
itu adalah kotor dan najis bathiniyah, sehingga Allah swt; akan
7
Ibid., h.480.
21
hingga di akhirat.
d. Bathinnya penuh dengan kotoran dan najis bahkan penyakit itu terus
sesungguhnya.
melakukan shalat, puasa dan perbuatan ibadah lainnya, namun sifat nifaq
itu tidak atau belum terlepas dari dirinya, selama sifat-sifat tidak jujur,
khianat dan ingkar janji itu belum hilang dari dalam dirinya.
setiap orang. Oleh karena itu, tanpa ada pertolongan dan petunjuk serta
dan hamba-hamba-Nya yang hak, maka penyakit itu tidak akan pernah
sifat atau sikap menganggap enteng hukum-hukum dan hak-hak Allah swt.
.ن
َ ﺟﻌُﻮ
ِ ْﻻ َﻳﺮ
َ ْﻋﻤْﻲٌ َﻓ ُﻬﻢ
ُ ٌﺻﻢﱡ ۘ ُﺑﻜْﻢ
ُ
.ن
َ ﻻ َﻳﻌْ ِﻘﻠُﻮ
َ ْﻋﻤْﻲٌ َﻓ ُﻬﻢ
ُ ٌﺻﻢﱡ ۘ ُﺑﻜْﻢ
ُ
Artinya : “Mereka orang-orang kafir itu tuli, bisu dan buta, sehingga
mereka tidak mengerti (berpikir dengan benar)”. (QS.al-Baqarah (2):171).
3. Moral (akhlak), yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
8
Ensilopedi Islam, h.102.
9
Shodiq, Shalahuddin Chaery, Kamus Istilah Agung , 1983,CV.Slentarama, Jakarta, h.20.
23
Sunnah. Nabi Muhammad saw. adalah seorang manusia jujur yang telah
mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan dan otmatis, dan
tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan tingkah laku itu
Dalam ajaran Islam sikap dan tingkah laku seperti itu merupakan
perbuatan yang tercela dan dimurkai oleh Allah swt.dan beserta Rasul-
Nya.
segera langsung diutus oleh Allah swt. untuk ke dunia ini. Perkataan,
dan contoh yang baik dan benar bagi diri seorang manusia. Oleh karena,
َ.ﷲ آَﺜِﺮًا
َ ﺧ َﺮ َو َذ َآ َﺮٱ
ِ ﷲ َوٱﻟْ َﻴﻮْ َم ٱﻻْ َء
َ ن َﻳﺮْﺟُﻮاْ ٱ
َ ﺴ َﻨ ٌﺔ ﱢﻟﻤَﻦ آَﺎ
َﺣ
َ ٌﷲ ُأﺳْ َﻮة
ِ لٱ
ِ ن َﻟ ُﻜﻢْ ﻓِﻰ َرﺳُﻮ
َ ّﻟ َﻘﺪْ آَﺎ
yang senantiasa mengharap Allah swt. dan Hari Akhir, sedangkan dia
telah banyak mengingat Allah swt”. (QS. al-Ahzab (33):21).
.ﻋﻈِﻴ ِﻢ
َ ﻞ
ٌٍُ ﺧ
ُ ﻞ
َٰ ﻚ َﻟ َﻌ
َ َوِا ﱠﻧ
4. Fisik (Jasmaniyah). Penyakit ini bisa dilihat secara fisik atau non fisik,
yaitu :
Pertama, sakit secara fisik, dapat disebabkan oleh suatu hal yang
sifatnya kronologis, seperti sakit flu dan pilek disebabkan oeh udara dan
atau suatu kejadian bisa dilihat dari kecelakaan atau bencana alam. Atau
Kecemasan muncul dari rasa khawatir, takut, gelisah, cemas dan tidak bisa
tidur. Rasa cemas itu selalu berorientasi pada masa depan. Adapun depresi
Kondisi-kondisi fisik yang tidak sehat, seperti terkena stroke, sakit jantung
kondisi kejiwaan juga bisa memperngaruhi kondisi badan. Badan dan jiwa
perasaan. Jiwa terdiri dari tiga unsur yaitu alam pikiran, alam perasaan dan
oleh para Nabi untuk memperbaiki akhlak manusia itu meliputi perilaku,
perbuatan dan tingkah laku yang merupakan cerminan dari pikiran dan
perasaan. 10
atau AIDS.
seorang eksekutif muda dengan badan yang sehat, olahraga tidak pernah
10
Sakit Menguatkan Iman, h.50.
26
dalam mengatasi keadaan ini ternyata kajian syifa ini sangatlah diperlukan
sering memperoleh pengalaman seperti itu. Suatu ketika ada seorang ibu
panas dan pedih. Kurang lebih 1 bulan penulis melakukan syifa ini dengan
memberikan sebuah air putih, tentu saja setelah air itu penulis bacakan
ayat-ayat Allah swt; serta ayat al-syifa tersebut, serta memasukkan energi
dzikir kedalam tubuh anak itu, dengan tujuan agar bakteri dan kuman-
kuman yang telah menyebabkan sakit itu agar segera dapat keluar dan
mendapatkan kesembuhan secara total dan seperti tidak pernah terjadi apa-
ﺗﺪاووا ﻓﺎن اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻢ ﻳﻀﻊ داء اﻻ وﺿﻊ ﻟﻪ دواء ﻏﻴﺮ داء واﺣﺪ اﻟﻬﺮم
27
Perkataan ulama disini adalah bahwa orang-orang yang telah ahli dan
pengalamannya.
Ulama ialah seorang hamba Allah swt., yang sangat takut dan taat kepada-
Nya; ia memiliki potensi kenabiaan yang telah Allah swt. anugerahkan kepadanya
sebagai ahi waris para Nabi-Nya. Dengan potensi itulah ia mampu dan mahir
keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidan secara baik, utuh dan sempurna.
pengetahuan, baik yang terhampar di langit maupun di bumi, baik di dunia hingga
kerasulan.
(َاﻟْ ُﻌَﻠﻤَﺎ ُء َو َر َﺛ ُﺔ اْﻻﻧْﺒﻴَﺎء ) رواﻩ اﺑﻮ دا ود واﻟﺘﺮم ى واﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻋﻦ اﺑﻰ درداء
Artinya : “Ulama itu adalah ahli waris para nabi”. (HR.Abu Daud, at-
Turmudzi dan Ibn.Mazah dari Abu Darda RA).
28
macam:
Tuhan-Nya; yakni:
dan benar, agar supaya menjadi sumber rahmat, ilham, hidayah dan
kehancuran;
Ilahiyah;
dari gangguan, bisikan, rongrongan serta tipu daya syetan, jin dan iblis
bersamanya baik yang telah, sedang atau yang akan datang, sehingga
Pada hakekatnya; Allah-lah Yang Maha Penyembuh, Maha obat dan Maha
beberapa waktu saya pernah terkena suatu penyakit, dan saya pun telah
seorangpun dokter dan satu obatpun saya temukan. Akhirnya, saya mencoba
30
suatu tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang dituliskan di atas kertas atau bejana
dengan sebuah air, dan kemudian lansungkanlah meminumkan sebuah air itu
tersebut”.
bertanya, apakah ada suatu obat penyakit yang telah diderita oleh seorang
tidurku, maka kubuka al-Qur’an dan kuperhatikan. Maka terdapat Ayat al-
Syifa yaitu ayat-ayat yang telah tercantum di atas. Kemudian, segera kutulis
di atas kertas; dan lalu kemudian, kuberikan minuman air tersebut kepada
anakku”. Tidak beberapa lama anak yang sedang mengalami kesakitan itu
1. Adanya hubungan spiritual yang sangat dekat dengan Rabb-nya, yang hal
2. Adanya kualitas moral atau akhlak Islamiyah yan baik dan benar secara
4. Adanya keahlian dan ketrampilan dalam melakukan proses syifa dan terapi
dan as-Sunnah).
12
Ustadz Mahmud Sami, al-Mukhtasar Fî Ma’âni Asmâ Illâhil Husnâ; h.82.
32
Fungsi dan tujuan yang lain dari pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dan ayat
penyakit kejiwaan (mental), bahkan dapat juga, untuk penyakit spiritual dan fisik.
ayat-ayat al-Qur’an dan ayat al-syifa itu tersebut. Dapat dilihat pada beberapa
Dalam sebuah Riwayat oleh Ibnu Sunni dari Abdurrahman bin Abi
a. Surat al-Fatihah.
13
Imam Nawawi, al-Adzakar, Terjemahan M.Tarsi Alwi, PT.al-Ma’arif, Bandung, 1984,
h.322.
33
.ﺚ
ُ ْﻚ َاﺳْ َﺘ ِﻐﻴ
َ ﻲ ﻳَﺎ َﻗ ُﻴﻮْ ُم ِﺑ َﺮﺣْ َﻤ ِﺘ
ُﺣَ ﻳَﺎ: ل
َ ﺣ َﺰ َﻧ ُﻪ اَﻣْﺮٌ ﻗَﺎ
َ ن ِإ<َا
َ ﺳَﻠﻢْ آَﺎ
َ ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو
َ ﷲ
ُ ﻰا
َ ل اﷲ ﺻَﻠ
ُ ن َرﺳُﻮ
َ ِأ
.ﺤِﻠﻴْ ُﻢ
َ ْﷲ اﻟْﻌَﻈِﻴْﻢ اﻟ
ُ ﻷا
َ ﻻِاَﻟ َﻪ ِا
َ
BAB III
seorang cendekiawan muslim Indonesia yang terkenal sebagai ahli dalam bidang
tafsir al-Qur’an. Beliau itu telah lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal
yang bernuansa agamis. Keharmonisan dari keluarga dan bimbingan orang tuanya
telah sangat membekas dan berpengaruh sangat besar bagi pribadi dan
kemudian, ia juga telah tercatat sebagai seorang Rektor pada kedua perguruan
tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin
dengan bersama anak-anaknya dan juga, sering sekali telah dapat memberikan
1
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT.Ichtiar Baru Van
Houve, 1966), Jilid 2, h.110.
2
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2003), Cet.Ke-4, h.14.
3
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT.Ichtiar Baru Van
Houve, 1996), Jilid 2, h.111.
34
35
pengaruh sang ibu. Dalam penuturan M. Quraish Shihab kepada sang ibu selain
yang sangat ketat dalam persoalan dalam bidang agama. Ketat disini maksudnya
adalah, beliau sangat telah mengukur di dalam segala urusan yang berkaitan
tentang agama dari sudut al-Qur’an dan al-Hadits. “Bahkan hingga sekarang,
walaupun sudah doktor dalam bidang tafsir, beliau tetap tidak segan-segan
Dengan latar belakang keluarga seperti itu, maka tak heran jika minat
M.Quraish Shihab terhadap suatu studi agama, khususnya kepada al-Qur’an yang
telah dijadikan sebagai objek studi yang sangat besar. Hal ini telah terlihat dari
4
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung :Mizan, 2001), Cet.Ke-22, h.14.
5
Arief Subhan, “Menyatukan Kembali al-Qur’an dan Umat, Menguak Pemikiran M.
Quraish Shihab” , Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, No.5, (Jakarta, 1993) h.10.
36
Pada tahun 1958 dalam usia 14 tahun, M. Quraish Shihab telah berangkat
ke Kairo atas bantuan dari beasiswa yang didapat dari pemerintah daerah
Sulawesi Selatan untuk dapat segera melanjutkan studinya. 7 Dengan bekal suatu
ilmu yang telah diperoleh di tanah air. Lalu, kemudian M. Quraish Shihab dapat
tingkat tersebut, lalu kemudian M. Quraish Shihab berminat untuk dapat segera
Ushuluddin. Hal ini sesuai dengan kecintaan terhadap pada suatu bidang ini
tersebut. Namun, ternyata jurusan yang telah dipilihnya itu sangat memerlukan
sebuah persyaratan yang cukup ketat, dan pada saat itu M. Quraish Shihab telah
dinilai belum memenuhi sebuah persyaratan yang sudah telah ditetapkan. Tetapi,
itu semua tidak menyurutkan dari suatu langkahnya. Oleh karena itu, kemudian ia
tetap bersedia untuk mengulang dari jarak waktu setahun untuk segera
Pada tahun 1967, M. Quraish Shihab telah meraih gelar Lc. (setingkat S1)
sama, dan pada tahun 1969 lalu beliau dapat segera meraih gelar MA (S2) untuk
6
Ibid.
7
Ibid.
8
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung:Mizan, 2001), Cet.ke-22, h.14.
37
spesialis pada bidang tafsir al-Qur’an dengan tesis yang berjudul al-I’jâz al-
Tasyri’I Li al-Qur’ân al-Karîm. Dengan rasa suka cita lalu kemudian, beliau
dapat segera pulang dan telah membawa gelar magisternya. Rasa rindu yang
sudah lama dipendamnya untuk dapat bersua dan berbakti kepada seorang ayah
beliau juga mendapatkan tugas dan beserta sebuah jabatan-jabatan yang lainnya,
baik di dalam kampus, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta (wilayah VII
Ujungpandang ini, beliau juga sampai sempat untuk melakukan suatu berbagai
sebuah penelitian yaitu, antara lain penelitian dengan sebuah tema : “Penerapan
al-Azhar. Dan pada tahun 1982, dengan melalui disertasi Nazhm al-Dhurârli al-
9
Ibid.
10
Ibid.,h.6.
38
Biqa’î; Tahqîq wa Dirâsah, lalu kemudian, beliau telah berhasil untuk meraih
suatu gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an. Dan lalu, beliau telah
yang sudah meraih gelar doktor di dalam bidang Ilmu Tafsir. Sementara dalam
Sekembalinya dari kota Mesir, untuk yang kedua kalinya, ia masih tetap
untuk mau bekerja di IAIN Alauddin Ujungpandang. Pada tahun 1984, lalu ia
dimulai 2002 berubah menjadi UIN). Pada kedua lembaga ini, ia juga telah diberi
kepercayaan sesuai dengan pada bidangnya, yaitu untuk mengasuh sebuah materi
Tafsir dan ‘Ulum al-Qur’an. Selanjutnya dari tahun 1992-1998, selama dua
Selain itu, di luar kampus, dia juga telah dipercayakan untuk menduduki
berbagai macam-macam jabatan, yaitu antara lain : Ketua MUI Pusat (sejak tahun
11
Ibid
12
Wawancara, Kompas, (Jakarta), 18 Februari 1996, h.2.
13
Hamdani Anwar, “Telaah Kritis terhadap Tafsir al-Misbah Karya M. Quraish
Shihab”, dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya, Vol.X1X, No.2, (Jakarta, 2002) 172.
39
1989) dan juga, sebagai seorang anggota Badan Pertimbangan Pendidikan dan
Indonesia (ICMI). 14 Disela-sela dari suatu kesibukannya itu, maka dia juga telah
Disamping itu juga, beliau telah pernah tercatat sebagai seorang Menteri
Agama RI (1998). Namun, jabatan ini tidak begitu lama kemudian, maka beliau
Indonesia dari pemerintah Orde Reformasi. Pada tahun 1999, melalui suatu
mendapatkan sebuah jabatan baru sebagai Duta Besar Republik Arab Mesir, yang
telah berkedudukan di kota Kairo. Tugas ini telah dilaksanakan dengan secara
baik sampai akhir periode, yaitu pada tahun 2002. Setelah dapat menjalankan
suatu tugasnya sebagai seorang dosen di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan
sangat padat, namun itu tidak berarti sehingga beliau telah mengalami kehabisan
waktunya untuk agar selalu tetap bisa aktif di dalam dunia intelektual. Ide-ide
segarnya senantiasa selalu hadir dibeberapa media masa. Dahulu disurat kabar
Pelita, pada waktu setiap hari Rabu beliau dapat mengisi sebuah rubrik “Pelita
14
M. Quraish Shihab,Membumikan al-Qur’an,ibid.
15
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, h.16.
16
Hamdani Anwar, “Telaah Kritis terhadap Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab”
dalam Mimbar Agama dan Budaya , Vol x1x , No.2, 2002, h.172.
40
tengah masyarakat. Beliau juga, telah selalu dapat mengasuh rubrik “Tafsir al-
Amanah” dalam majalah pada waktu jangka dua mingguan yang telah terbit di
Kota Jakarta. Selain itu, beliau juga pada waktu dahulu dapat tercatat menjadi
sebagai salah seorang anggota Dewan Redaksi Jurnal Studi Islamika; Indonesian
Journal for Islamik Studies, ’Ulumul Qur’an Mimbar Ulama dan Reflesi; Jurnal
kontemporer Indonesia yang sangat produktif sekali. Dalam waktu yang sangat
relatif singkat ini, beliau sangat mampu untuk dapat menghasilkan sebuah karya-
karya yang sangat banyak sekali; dan juga, sangat cukup bercorak. Sesuatu yang
sangat luar biasa, M. Quraish Shihab, di dalam karyanya itu sangat cukup
bercorak. Karyanya itu sangat populer dan bisa diterima di berbagai kalangan.
di dalam maupun di luar negeri, dan aktif dalam kegiatan tulis-menulis. Karya-
Dalam memetakan dari sebuah karya ini, Ahmad Abrori telah mampu
dapat membedakan kepada tiga judul besar, yaitu pertama, sebuah karyanya yang
17
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Ibid., h.7, Lihat juga Kusmana,
Prof.Dr.H.M. Quraish Shihab; Membangun….., h.259.
41
tafsir al-Qur’an tentang suatu tema-tema aktual tertentu yang bersyarat dengan
dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1992), Lentera Hati: Kesan dan
Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib (1997), Haji Mabrur Bersama M. Quraish
Shihab (1997), Menyingkap Tabir Ilahi; Asma’ul Husna dalam Perspektif al-
(1999), Fatwa-fatwa Seputar Agama (1999), Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan
dan Malaikat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama
Masa Kini dan Masa Lalu (1999), Saum Bersama M. Quraish Shihab di
urai (tahlili), yaitu dengan menulis sebuah kitab tafsir al-Qur’an yang sesuai
tentang turunnya suatu ayat atau menurut urutan tertib Mushhaf Utsmani. Adapun
yang termasuk dalam kategori kedua ini misalnya, Mahkota Tuntunan Ilahi
(Tafsir Surah al-Fatihah) (1988), Tafsir al-Amanah (1992), Tafsir al-Qur’an atas
42
Ilahi Ayat-ayat Tahlil (1997). Dan karya terbesarnya adalah Tafsir al-Mishbah;
Sementara itu, yang ketiga, adalah suatu karya khusus di luar kedua
kategori di atas, berupa bentuk laporan penelitian, kupasan tentang seorang tokoh
atau tentang dari satu tema tertentu,contohnya dalam: Peran Kerukunan Hidup
Studi Kritis Tafsir al-Manar (1984), Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid
Ridho; dan Sejarah ‘Ulum al-Qur’an (1999), sebuah karya akademis tentang ilmu
tafsir. 18
Metode mengandung sebuah arti : tata cara kerja yang bersistem untuk
dapat memudahkan pelaksanaan dari suatu kegiatan, guna ingin untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. 19 Yang dimaksud dengan sebuah metode tafsir berarti suatu
keseluruhan.
penafsiran yang biasa digunakan dalam wacana ‘ulum al-Qur’an dan umumnya
digunakan oleh seorang para ulama tafsir. Menurut al-Farmawi, ada empat macam
18
Ahmad Abrori, Tafsir M. Quraish Shihab tentang Hak-hak Politik Perempuan, Skripsi,
(Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 2000) t.d., h.47.
19
WJS. Poerwadarminta,ed., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Depdikbud, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), h.649.
43
Metode tafsir tahlily adalah suatu metode tafsir yang bermaksud untuk
aspeknya. Di dalam sebuah metode ini tersebut, maka seorang penafsir agar dapat
mengikuti sebuah runtutan dari ayat sebagaimana yang sudah telah tersususun di
dalam mushhaf Utsmani. Oleh karena itu, maka seorang penafsir dapat bisa
memulai sebuah uraiannya dengan suatu cara mengemukakan arti dari global ayat.
ayat serta juga, untuk menjelaskan suatu hubungan maksud antara ayat-ayat
tersebut dengan satu sama lainnya. Di samping itu, penafsir telah dapat membahas
mengenai tentang asbab al-nuzul dan juga, tentang semua dalil-dalil yang berasal
dari seorang rasul, sahabat dan para tabi’in, yang kadang-kadang bercampur baur
dengan pendapat para seorang penafsir itu sendiri yang telah diwarnai oleh latar
penafsiran secara global dan singkat. Sehingga, mudah dapat terasa oleh bagi
membandingkan antara satu ayat dengan ayat yang lain atau dengan hadits Nabi
20
Abd. al-Hayy al-Farmawi, MetodeTafsir Mudhu’I, terj. Suryan A.jamrah, (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada, 1996). Cet.Ke-2.
21
Ibid.,h.12.
44
saw. yang sudah kelihatannya telah bertentangan, atau juga, telah membandingkan
tertentu. Yang terakhir, metode maudhu’i (tematik) atau juga, disebut dengan
metode tauhidy adalah suatu metode yang telah menyajikan pesan ayat-ayat al-
Qur’an yang berbicara tentang satu topik dalam satu kesatuan yang utuh. 22
suatu ayat-ayat al-Qur’an, maka telah jelas bahwa tafsir al-Mishbah ini dengan
menggunakan metode tahlily, karena beliau sudah sangat berusaha untuk dapat
menafsirkan al-Qur’an, ayat demi ayat, surah demi surah, dan juga, berbagai
Tetapi walau demikian, sebenarnya juga tidak secara otomatis untuk tidak
tempat beliau pun telah memadukan dari sebuah metode tahlily ini dengan
sebanyak dari tiga metode yang lainnya, khususnya kepada metode maudhu’iy.
Bentuk dari pemanduan ini sehingga, dapat dilihat dalam sebuah uraian dari
seluruh ayat yang sesuai dengan urutan mushhaf itu tersebut. M. Quraish Shihab
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an Karim M. Quraish Shihab; Tafsir atas Surah-
surah Pendek Berdasarkan Turunnya Wahyu, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1997), h.v.
23
Ini terbukti pada setiap akan membahas suatu ayat yang secara detail, terlebih dahulu
M. Quraish Shihab memberikan penjelasan secara global; dan pada beberapa tempat beliau
menerapkan metode muqarran (lihat Tafsir al-Mishbah, Jilid 1 ,h.107, 210 dan 264); serta
menerapkan metode maudhu’iy (lihat Tafsir al-Mishbah, Jilid 1, h.95, 183 dan 455).
45
empat macam dari sebuah metode penafsiran seperti yang telah disebutkan di atas,
maka penulis harus dapat secara tegas untuk dalam memilih salah satunya.
Metode yang sangat paling pas-dari keempatnya yang telah dipakai pada Tafsir al-
Pemilihan metode tahlily ini juga, didasarkan atas suatu kesadaran beliau,
pada sebuah karyanya yang telah berjudul “Wawasan al-Qur’an” ; selain itu dari
tema-tema tertentu dengan secara utuh, ia juga tidak luput dari sesuatu
tidak terbatas; oleh sebab itu dengan menggunakan sebuah metode tematik saja,
sangat sulit untuk memperkenalkan tentang semua dari tema-tema itu tersebut.24
dapat menggunakan sebuah metode tahliliy dalam suatu karyanya ini tersebut.
24
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 1996), Cet.Ke-1, h.Xii.
46
.ﺧﺴَﺎ ًرا
َ ﻻ
ﻰ وَﻻَﻳَﺰِﻳْﺪُاﻟﻈﱠﺎﻟِﻤِﻴﻦَ أ ﱠ
َۙ ن ﻣَﺎ ُه َﻮ ﺷِﻔَﺎءٌ َو َرﺣْ َﻤ ٌﺔ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ
ِ ٰﻦ اﻟْ ُﻘﺮْا
َ ل ِﻣ
ُ َو ُﻧ َﻨﺰﱢ
.ﻦ
َ ْﻈ ٌﺔ ﻣِﻨْﺮَ ﱢﺑ ُﻜﻤْﻮَﺷِﻔَﺂءٌ ِﻟﻤَﺎ ﻓِﻰ اﻟﺼﱡ ُﺪ و ِۙر َو ُهﺪًى َو َرﺣْ َﻤ َﻤ ُﺔ ِﻟﻠْ ُﻤﺆْ ِﻣ ِﻨﻴ
َﻋِ ْس َﻗﺪْﺟَﺂ َءﺗْ ُﻜﻢْ َﻣﻮ
ُ ﻳَﺂ اَ ﱡﻳﺤَﺎ اﻟﻨﱠﺎ
.ن
َ ﺠ ِﺮ َو ِﻣﻤﱠﺎ َﻳﻌْ ِﺮﺷُﻮ
َﺸﻦ اﻟ ﱠ
َ ج ِﻣ
ُ ﻚ ُذُﻟ ًۗﻞ َﻳﺨْ ُﺮ
َ ﺳ ُﺒ َﻞ َر ﱢﺑ
ُ ت ﻓَﺎ ﺳُْﻠﻜِﻰ
ِ ُﺛﻢﱠ ُآﻠِﻰ ِﻣﻦْ ُآﻞﱢ ا ﻟ ﱠﺜ َﻤﺮَا
.ﺧﺴَﺎرًا
َ ﻻ
ﻦ ِا ﱠ
َ ﻦ وَﻻَﻳَﺰِﻳ ُﺪٱﻟﻈﱠـِٰﻠﻤِﻴ
َۙ ن ﻣَﺎ ُهﻮَﺷِﻔَﺎءٌ َو َرﺣْ َﻤ ٌﺔ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ
ِ ل ِﻣﻦْ ٱﻟْ ُﻘﺮْءَا
َ َو ُﻧ َﻨ ﱠﺰ
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. al-Isra (17)
:82)
Tafsir al-Misbah, yaitu yang biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan dapat
digunakan juga, dalam arti keterbatasan dari kekurangan, atau ketiadaan aral
Menurutnya, tidak jarang seseorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan
sebagaimana yang telah dikutif oleh M. Quraish Shihab, untuk memahami fungsi
dari al-Qur’an itu adalah sebagai obat, dalam arti, menghilangkan dengan bukti-
1
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan. h.531.
47
48
bukti yang dipaparkan dari aneka keraguan (syubhat), serta dalih (alasan) yang
boleh jadi hinggap dihati sementara orang. Hanya saja, menurut ahli tafsir (ulama)
atau pada kesempatan lain, ia telah menjelaskan bahwa kemunafikan adalah suatu
keraguan dan kebimbangan batin yang dapat hinggap di hati orang-orang yang
beriman. Mereka tidak wajar dinamai dengan munafik apalagi kafir, tetapi hanya
ketidakberdayaan pihak lain, sehingga telah mendorong yang sangat pedih hatinya
tersebut. Ini adalah sebuah manusia/makhluk. Rahmat Allah swt. dipahami dalam
karunia-Nya terhadap wujud dan sarana kesinambungan wujud serta nikmat yang
tidak dapat terhingga. Rahmat Allah swt. yang dilimpahkan-Nya kepada orang-
orang mukmin adalah suatu kebahagian hidup dalam setiap berbagai aspeknya,
seperti suatu pengetahuan tentang ketuhananan yang benar, akhlak yang luhur,
perolehan surga dan ridha-Nya. Karena itu, jika al-Qur’an disifati sebagai rahmat
untuk orang mukmin, maka maknanya adalah sebuah limpahan karunia dari
kebajikan dan keberkatan yang disediakan oleh Allah swt, bagi mereka yang telah
49
menghayati dan mengamalkan dari nilai-nilai yang sudah diamanatkan oleh al-
Qur’an.
Ayat ini telah membatasi rahmat dari al-Qur’an itu tersebut untuk orang-
orang mukmin, karena mereka itulah yang paling berhak untuk dapat
ini bukan berarti bahwa selain mereka tidak dapat memperoleh secercah dari
beriman tanpa kemantapan, jelas lebih sedikit dari perolehan orang mukmin, dan
perolehan orang kafir atas kehadirannya lebih sedikit lagi dibanding dengan
Jadi, kesimpulan dari ayat di atas tersebut adalah bahwa kitab al-Qur’an
ini adalah merupakan sebagai suatu rahmat petunjuk dan penawar (obat
1. Asbabun al-Nuzul
Pada sub bab ini, penulis mencoba meneliti sebab turunnya Ayat
yang berarti penalaran, alasan dan sebab. Sedangkan ma’rifat asbab al-
dapat untuk menafsirkan dengan secara benar dan juga serta menghindari
maknanya. 4
Memang sebelum ini sudah banyak uraian tentang al-Qur’an bermula pada
ayat 9, lalu ayat 41 dan seterusnya, dan ayat 59 yang berbicara tentang
2
Ahmad Vandenffer, Ilmu al-Qur’an Pengenalan Dasar, (terj.), (Jakarta : Raja Wali
Press, 1998) h.102.
3
Manna Khalil Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Terj. Drs. Mudzakir As., (Bogor :
PT.Pustaka Litera Nusa, 1986)Cet.111, h.110.
4
Fahd bi Abdurrahman ar-Rumi dalam buku “Ulumul Qur’an” Studi Kompleksitas al-
Qur’an, Terj. Amirul Hasan dan M. Harbi, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1977 ), h.186.
51
2. Munasabah Ayat
keterkaitan antara satu ayat dengan ayat yang lain; atau satu surah dengan
surah yang lain, karena adanya hubungan antara satu dan yang lain, yang
umum dan yang khusus, yang konkret dan yang abstrak, atau adanya sebab
kalimat yang lain dalam satu ayat, atau hubungan antara satu surah dengan
huruf wauw yang biasa diterjemahkan dan pada awal ayat ini dalam arti
5
Ensiklopedi Islam, h.431.
52
kebenaran itu tidak akan menjadi kuat dan batil tidak akan lenyap,
juga, adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia yakni al-
.ﻦ
َ ﺼﺪُو ِر َو ُهﺪًى َو َرﺣْ َﻤ ٌﺔ ﱢﻟﻠْﻤُﺆ ِﻣﻨِﻴ
ﻈ ٌﺔ ﻣﱢﻦ رﱠﺑﱢ ُﻜﻢْ وَﺷِﻔَﺎءٌﻟﱢﻤَﺎﻓِﻰٱﻟ ﱡ
َﻋ
ِ ْس َﻗﺪْﺟَﺎ َء ﺗْ ُﻜﻢْ ﱠﻣﻮ
ُ َٰﻳ َﺄ ﱡﻳﺤَﺎ ٱﻟﻨﱠﺎ
obat bagi apa yang ada terdapat di dalam dada manusia. Penyebutan kata dada
yang diartikan dengan hati, menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi
dan semacamnya. Memang, oleh al-Qur’an hati ditunjuknya sebagai wadah yang
menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan, hati dinilai
sebagai alat untuk mengetahui (membaca dengan mata hati). Hati juga, mampu
dan terpuji. 6
6
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, h.102.
53
Jika kita pahami dari apa yang diuraikan oleh M. Quraish Shihab di atas,
dan apa yang telah dikutifnya dari kitab para mufassir, mengindikasikan bahwa
jika benar ia kurang setuju dengan statemen yang menyatakan bahwa al-Qur’an
dapat menyembuhkan penyakit jasmani, maka tentu harus ada argumen lain yang
obat untuk penyakit yang bersifat jasmani, namun hal itu, hanya berlaku bagi
penyakit jiwa yang tidak stabil, seperti penyakit psikosomatik, yaitu semacam
suatu penyakit yang diderita oleh sang manusia, karena ketidak stabilan jiwa dan
ruhaninya; seperti : sesak nafas, panas dingin (menggigil) atau penyakit semacam
Qur’an dapat dijadikan sebagai obat penawar bagi segala macam-macam penyakit
ruhani (hati) manusia, dan terkadang juga, dapat dijadikan sebagai penawar bagi
1. Asbabun al-Nuzul
disinggung oleh surah ini yang sekaligus menjadi salah satu topik
menyampaikan fungsi wahyu yang mereka telah ingkari dan lecehkan itu.
Hai seluruh manusia, di mana dan kapan pun sepanjang masa, sadarilah
kamu yaitu al-Qur’an al-Karim dan obat yang sangat ampuh bagi apa
manusia dan petunjuk yang sangat jelas untuk menuju kebenaran dan
kebajikan serta rahmat yang amat besar lagi melimpah bagi orang-orang
mukmin.
2. Munasabah Ayat
Munasabah dari Surat Yunus ini adalah dari Surat Fushishilat. Dan
juga, dapat dikatakan ayat di atas menegaskan adanya empat fungsi al-
ilustrasi lebih kurang sebagai berikut. Seseorang yang sakit adalah yang
55
kemudian memberinya petunjuk dan saran tentang cara hidup sehat agar
dokter, niscaya ia akan sehat sejahtera dan hidup bahagia serta terhindar
ن ﻓِﻰ
س ِا ﱠ
ِۗ ﻒ َأﻟْ َٰﻮ ُﻧ ُﻪ ِﻓﻴ ِﻪ ﺷِﻔَﺎءٌ ﻟِﻠﻨﱠﺎ
ٌ ج ِﻣﻦۘ ُﺑﻄُﻮ ِﻧﻬَﺎ ﺷَﺮَابٌ ﱡﻣﺨْ َﺘِﻠ
ُ ﻼ َﻳﺨْ ُﺮ
ًۚ ﻚ ُذُﻟ
َ ﻞ َر ﱢﺑ
َ ﺳ ُﺒ
ُ ت ﻓَﺎ ﺳُْﻠﻜِﻰ
ِ ﻞ ﻣِﻦ ُآﻞﱢ ٱﻟ ﱠﺜ َﻤ َٰﺮ
ِ ُﺛﻢﱠ ُآ
Ketika mengomentari ﻓﻴﻪ ﺷﻔﺎ ﻟﻠﻨﺎس, M. Quraish Shihab di dalam tafsirnya al-
penyakit, dan pendapat yang menyatakan bahwa madu bukanlah obat dari semua
macam-macam penyakit.
56
Pendapat yang pertama, merujuk pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari, bahwa salah seorang sahabat Nabi saw. pernah mengadu,
bahwa saudaranya sedang sakit perut. Rasul saw. telah menyarankan agar
memberinya sebuah minuman madu. Saran Rasul saw. tersebut, langsung dia
laksanakan, akan tetapi sakit perut saudaranya itu belum juga sembuh. Sekali lagi,
sang sahabat mengadu, dan sekali lagi juga Rasul saw. kemudian kali ini berbeda,
beliau bersabda : “Allah Maha Benar, perut saudaramu itu yang telah berbohong.
Berilah ia minum madu sekali lagi”. Kemudian, sang sahabat kembali lagi untuk
Pendapat yang kedua yang lebih dominan baginya (M. Quraish Shihab)
apa yang telah dikemukakan oleh Ibn ‘Āsyūr, yang telah mengisyaratkan bahwa
madu bukanlah obat bagi semua penyakit. Redaksi kalimat ayat ini, “ ( ” ﻓﻴﻪdi
bahwa obat itu telah berada di dalam madu itu tersebut. Seakan-akan madu adalah
wadah dan obat yang telah berada di dalam wadah itu tersebut. Wadah biasanya
selalu lebih luas dari apa yang telah ditampungnya. Ini berarti, tidak semua obat
itu ada di dalam madu tersebut. Dengan demikian, tidak semua suatu penyakit
dapat diobati dengan madu tersebut, karena tidak semua obat ada di dalamnya.
Bahwa redaksi “Tidak semua obat”, dipahami dari bentuk nakirah (indifinit) yang
semua. Memang, boleh jadi ada faktor-faktor tertentu pada orang-orang tertentu
57
Hal itu, mungkin atau bisa saja akan terjadi, karena dewasa ini, banyak
seorang dokter yang telah menasehati pengidap penyakit diabetes untuk tidak
mengkonsumsi dari sebuah madu. Ini menunjukkan bahwa; sebuah madu itu tidak
saja yang telah dimaksud dengan kata al-nas, pada ayat di atas tersebut, adalah
Hal serupa, juga telah dikatakan oleh seorang manusia yang bernama
Muhammad Ali al-Shabuni, telah mengatakan bahwa penekanan fihi syifa bukan
fihi al-syifa, menunjukkan bahwa madu hanya dapat mengobati berbagai macam
makanan lain, pada waktu yang sama; madu itu akan menjadi obat, yang
terkadang orang itu tersebut, tidak merasakan bagaimana madu itu yang telah
7
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, Jilid 15, h.284.
8
Muhammad Ali al-Shabuni, Cahaya al-Qur’an : Tafsir Tematik, h.369.
9
Lihat Islamic Medicine ( Kuwait : Ministary of Culture, 1981 ) hh.358-362.
58
1. Asbabun al-Nuzul
2. Munasabah Ayat
sesudahnya”, maka berarti surah al-Nahl ini adalah pengantar surah al-
Isra. Lebah telah dipilih oleh Allah swt. untuk melukiskan dari suatu
Nya dalam peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw. adalah seorang
yang utuh; diibaratkan oleh Rasul saw. bagaikan “Lebah” : tidak makan
59
obat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
suatu petunjuk dan penyembuh (obat). Hal ini, telah dipahami bagaikan
menyatakan bahwa pengaruh al-Qur’an tidaklah berkisar pada bahasa yang telah
Mereka telah terbagi dua golongan, yakni; ada yang beriman dan telah berhasil
dalam memperoleh suatu manfaat; dan ada juga yang tidak beriman.
Bahwa ayat di atas ini juga, telah menegaskan tentang bahwa al-Qur’an
adalah merupakan suatu obat bagi apa yang telah terdapat dalam dada manusia.
Penyebutan kata dada yang telah diartikan dengan sebuah hati, yang telah
bagi penyakit-penyakit yang bersifat ruhani, seperti ragu, dengki, takabbur dan
wadah yang telah menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak.
Bahkan, sebuah hati dapat dinilai sebagai alat untuk dapat mengetahui (membaca
dengan mata hati). Hati juga, telah mampu untuk melahirkan suatu ketenangan
dan kegelisahan, serta telah dapat juga untuk menampung sifat-sifat yang terbaik
dan terpuji.
60
61
seseorang sufi besar, al-Hasan al-Basri, berdasarkan riwayat Abu al-Syaikh telah
berkata : “Allah swt, telah menjadikan sebuah obat terhadap suatu penyakit-
penyakit hati, dan tidak menjadikannya sebuah obat untuk penyakit jasmani”. Ini
Qur’an hanya dapat dijadikan sebagai obat bagi suatu penyakit yang bersifat
ruhani saja.
menunjukkan bahwa al-Qur’an dapat dijadikan sebagai suatu obat penawar bagi
segala macam penyakit ruhani (hati) manusia, dan terkadang juga; dapat dijadikan
sebagai obat penawar bagi penyakit jasmani. Namun, hanya yang bersita
psikosomatik saja.
Dan juga, M.Quraish Shihab ketika mengomentari pada suatu kata ﻓﻴﻪ ﺷﻔﺎء
ﻟﻠﻨﺎس, dalam tafsirnya al-Misbah, yakni; telah mengemukakan tentang suatu teori
konfrontasi dari dua pendapat, yakni; pendapat yang mengklaim bahwa madu
merupakan yang telah dapat untuk menyembuhkan diri dari berbagai macam-
macam suatu penyakit, dan ada juga, pendapat yang telah menyatakan bahwa
madu bukanlah merupakan sebuah obat untuk dari semua berbagai macam-macam
penyakit.
Dan juga, dapat dikatakan bahwa kata syifa yang terdapat di dalam surat
al-Nahl lebih menitik beratkan pada konsep al-Qur’an tentang suatu keistimewaan
yang di dalamnya; terdapat suatu vitamin dan mineral yang telah dapat untuk
Allah swt. telah juga, memberikan sebuah wahyu kepada alam semesta,
manusia dan binatang serangga; Allah swt. juga telah mengabarkan kepada Nabi
Muhammad saw. tentang besarnya manfaat dari sebuah madu yang merupakan
sebagai obat.
B. Saran-saran
melalui kajian syifa ini setiap individu, khususnya untuk penulis; dan juga, para
psikolog Islam akan dapat untuk menerangkan. Dan juga, dapat untuk
penyakit, seperti : penyakit mental, spiritual dan moral yang telah sedang
serta; untuk dapat menggiring kepada mereka untuk dapat segera kembali kepada
Penulis, berharap kepada para pembaca dan khususnya bagi penulis; sebagai
suatu bahan peringatan bahwa kajian syifa ini sangat luas. Untuk itu juga, penulis
perlu untuk mengkaji ulang dan terus menerus dilakukan evaluasi; agar kajian
tentang syifa ini dapat menjadi lebih baik. Maka dari itu, penulis sangat
63
menyarankan kepada pembaca untuk dapat juga; agar supaya dapat melanjutkan
Dan juga, penulis senantiasa sangat berharap adanya kritik dan saran yang
untuk membangun dari seorang pembaca dan siapa saja yang ingin untuk
memperoleh kemanfaatan dari sebuah tulisan skripsi ini. Dan atas pemasukan
yang berharga itulah, maka penulis akan selalu dapat untuk melakukan perbaikan
hamba Allah swt.yang sangat lemah dan tiada berdaya tanpa adanya suatu
Abi Thohir bin ya’qub al-Fairuz Abadiy, Tanwiral Miqbas Min Tafsir ibn ‘Abbas,
Abuddin Nata, H.Dr.MA, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1998.
Al-Hujwiri, Ali ibn Utsman, Kasyf al-Mahjub, terjemahan Suwardjo Muhtary dan
Bandung, 1990.
Amir an-Najar, Dr., Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, terjemahan Hasan Abrari, Drs.
64
65
Asy Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, Sir al Asrar, terjemahan oleh Zezen Zainal
Dadang Hawari, Prof. Dr.H., al-Qur’an dan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa.
Yogyakarta, 1990.
Ensiklopedi Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1997, Jilid 1.
Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta jilid 3, 1995.
Gahrsuddin Khail bin Syahin azh Zhabiry, al-Isyarat fi Ilm al Ibarat, Dâr al
Hamdani, BDz, Drs. HM., Pendidikan Ketuhanan Dalam Islam, T.P., Yogyakarta,
1990.
_________, Mencari Wihdah Asy Syuhud sebagai Esensi Ibadah, TP. Yogyakarta,
1989.
Yogyakarta, 1995.
Surabaya, 1994.
Ibnu Arabiy, Relung Cahaya, terjemahan Ati Anggari, Pustaka Firdaus, Jakarta
1998.
1997.
Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin Jilid 1, Terjemahan oleh Drs. H. Moh. Zuhri,
Imam Nawawi ad Dimasyq, Riyadh ash Shalihin, Dâr al-Fikr, Beirut, 1992.
Javad Nurbakhsy, Dr, Psikologi Sufi, terjemahan Arief Rakhmat, Fajar Pustaka
Jehru M.Echal dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, terjemahan Abdus Salam Masykur Lc.,
Kartini Kartono, DR dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Pionir Jaya 1987, Bandung.
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Terjemahan Drs. Mudzakir As.,
Muhammad Ali Ash Shobuniy, Shafwah at Tafâsir, Dâr al-Fikr Beirut Libanon
2000.
Libanon, 1987.
Muhammad Isa Daud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, terjemahan
Jakarta, 1989.
Muhyiddin ibn ‘Arabiy, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Jilid 1, Dâr al-Yaqzhoh al-
Libanon, 1994.
Sakiyah, Baerut.
69
Nur Himah, Berorbit Dalam Sifat-sifat Allah, Gunung Jati Jakarta, tt.
Quraish Shihab. M.Prof. Dr., Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian
Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qothaniy, Do’a dan Penyembuhan Cara Nabi,
Sâd al-Marshafi, Khitan, terjemahan Amir Zain Zakaria, Gema Insani Press
Jakarta 1996.
Sayyid Sabiq, Akidah Islam, terjemahan oleh Moh. Abdai Rathomy, CV.
1992.
Soli Abimanyu, Prof. Dr. MSc., M.Thayeb Manrihu, Prof. Dr., Tekhnik dan
Yogyakarta.
Syahminan Zaini, Drs., Mengenal Manusia Lewat al-Qur’an, PT. Bina Ilmu,
1980.
Syeikh Kamil Muhammad ‘Uwaidhoh, Ilmu dan Nafs, Dâr al Kutub al Ilmiyah,
1990.
Yasien Mohamed, Insan Yang Suci, terjemahan Masyhur Abadi, Mizan, Bandung
1997.