Anda di halaman 1dari 14

Makalah Tekhnologi Sediaan Semi Solid Liquid

Pengerian Krim dan Basis - Basis Krim

Disusun oleh :

1. Ardina Citra Astuti


2. Linda Trisna Ayu
3. Nenden Bayu Gumelar (kelas N)
4. Switiani Eka Yuliani

Kelompok :5

Kelas : 4H

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahan obat jarang diberikan sendiri – sendiri, tetapi lebih sering
merupakan suatu formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan
obat yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam – macam dan
khusus. Melalui penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai bahan farmasi
akan dihasilkan sediaan farmasi atau bentuk sediaan dengan tipe bermacam –
macam. Bahan sediaan farmasi dapat melarutkan, mensuspensi mengentalkan,
mengencerkan, mengemulsi, menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi,
dan menciptakan banyak vermacam – macam zat obat menjadi berbagai bentuk
sediaan farmasi yang manjur dan menarik (Ansel 1989).
Masing – masing tipe bentuk sediaan famasi mempunyai sifat – sifat
fisika dan kimia yang khusus. Sediaan yang bermacam – macam ini meupakan
tantangan bagi ahli farmasi di pabrik dalam membuat formula dan bagi dokter
dalam memilih obat serta cara pemberiannya. Salah satu bentuk sediaan farmasi
adalah sediaan semi solid yang merupakan bentuk sediaan yang dimaksudkan
untuk pemakaian pada kulit. Sediaan yang digunakan pada kulit antara lain untuk
efek fisik, yaitu kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut,
zat pengering dan lain – lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada
(Ansel 1989).
Krim merupakan salah satu bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit.
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI 1979). Krim
ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan
air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Sifat umum
sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam
waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat
memberikan efek mengkilap, berminyak, melembapkan, dan mudah tersebar
merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah/sulit diusap, mudah/sulit dicuci air
(Anwar 2012).
Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik
pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air padda kulit,
mudah dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi
penyumbatan dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim
asam stearat (Voight 1994).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan krim.
2. Untuk mengaplikasikan teori pembuatan sediaan krim.
3. Memahami formula dalam pembuatan sediaan krim.
C. Manfaat
1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai bentuk sediaan krim.
2. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai cara pembuatan bentuk
sediaan krim.

.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Krim
1. Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dandimaksudkan untuk
pemakaian luar.
2. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai.
3. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi
kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.
Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan
sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel 1989). Krim dengan basis
minyak dalam air memiliki sifat yang lebih nyaman dan cenderung disukai oleh
masyarakat, karena memberikan konsistensi yang berminyak dan cenderung
lengket, akan tetapi banyak bahan aktif yang bersifat hidrofobik yang
pelepasannya lebih mudah jika menggunakan basis jenis ini. Krim air dalam
minyak sering digunakan untuk memberikan efek emolien pada kulit. Sediaan
krim banyak digunakan untuk sediaan obat misalnya untuk obat anti inflamasi,
antijamur, anastetik, antibiotik, dan hormon. Sediaan krim juga sering digunakan
dalam industri kosmetik, misalnya untuk sediaan pembersih,emolien, tabir surya,
antiaging, dan masih banyak lagi.
B. Tipe Krim
Ada dua tipe krim, yaitu :
1. Tipe minyak dalam air (M/A)
Tipe krim M/A merupakan krim yang fase luarnya air, jadi mudah dicuci
dengan air atau tidak lengket atau meninggalkan noda pada pakaian.
Contoh: vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film
pada kulit.
2. Tipe air dalam minyak (A/M)
Tipe krim A/M merupakan krim dengan fase luarnya minyak, tidak
mudah dicuci dengan meninggalkan noda atau lengket pada pakaian serta tidak
mudah mengering
Contoh : cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,
berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam
jumlah besar.
C. Formula sediaan krim
1. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan
cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.
2. Fase minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam
stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
3. Fase air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air. Contoh : Na tetraborat
(borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3,
Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang dikendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya berupa
surfaktan. Selain itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba,
setasiun, setilalkohol, stearilalkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG,
dan sabun.
5. Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan adalah:
1. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet
yang sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin) 0,12 –
0,18% dan propilparaben (nipasol) 0,02 – 0,05%.
2. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh :dapar fosfat.
3. Pelembab atau humectan, untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi
pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang, dan
tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh :
gliserol, PEG, sorbitol.
4. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya
pada minyak tak jenuh. Contoh : tokoferol, alkil galla, BHT, dan Na
sulfit.
Penggunaan bahan-bahan tambahan tersebut harus disesuaikan dengan
sifat fisikokimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran bahan aktif dan
bahan-bahan tambahan tersebut harus dapat menghasilkan sediaan semisolida
yang memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil dan dapat diterima oleh
masyarakat. Aman berarti sediaan tersebut memiliki kandungan bahan aktif
yang sesuai dengan monografi dan tidak memberikan pelepasan bahan aktif
dalam jumlah yang sesuai dari sediaan pada tempat penggunaannya. Stabil
berarti sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan konsistensi baik secara
fisika, kimia, mikrobiologi, toksikologi, maupun farmakologi.
D. Sifat dasar krim yang ideal
1. Tercampur dengan baik dengan bahan obat
2. Stabil dalam penyimpanan.
3. Mudah dicuci dengan air.
4. Mudah melepaskan bahan obat
5. Mudah diformulasikan
6. Reaksi netral
7. Tidak merangsang kulit.
8. Didalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental
E. Pembuatan krim secara umum
1. Fase atau bagian lemaknya dilelehkan diatas water bath, fase atau bagian
yang larut dalam air dicampur dengan air panas. Kedua bagian diatas
dicampur dan digerus dalam lumpang panas sampai terbentuk basis krim.
2. Fase lemak dan fase air dipanaskan perlahan - lahan sampai terbentuk
larutan sabun, kemudian digerus dalam lumpang panas sampai terbentuk
masa krim. Cara ini dilakukan untuk krim dengan kadar lemak tinggi.
3. Zat yang larut dalam air ditambah 30% air, zat fase lemak dilelehkan
bersama-sama. Kemudian tambahkan air panas dengan jumlah yang sama
gerus homogen. Tambahkan fase lemak gerus sampai menyatu dan
terakhir sisa air. Cara ini digunakan untuk krim dengan minyak tumbuh-
tumbuhan.
F. Evaluasi sediaan krim
1. Uji organoleptik
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik
sediaan dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin
terjadi selama penyimpanan. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya
bahan-bahan sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah,
dan bawah kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika
terjadi pemisahan fase.
3. Uji pH
Uji pH bertujuan mengetahuI keamanan sediaan krim saat digunakan
sehingga tidak mengiritasi kulit. Ditimbang sebanyak 1 gram ekstrak krim
dan diencerkan dengan 10 ml aquades. Kemudian gunakan pH-meter yang
bagian sensornya dan dibaca pH pada bagian monitor.
4. Uji daya serap
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air.
Ditimbang krim, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok. Penetesan
air pada krim dlakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau krim
memisah dengan air. Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan hinggga
krim memisah.
5. Uji daya sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan
kekulit. Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan
bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter
penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti
menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
6. Pengukuran Viskositas
Pemeriksaan viskositas untuk memastikan tingkat kekentalan sediaan krim
yang sesuai untuk penggunaan topikal. Viskositas sediaan krim diukur
menggunakan Viskosimeter Brook Field LV. Sediaan sebanyak 25 gram
dimasukkan kedalam cup, kemudian dipasang spindel ukuran 4 dan rotor
dijalankan dengan kecepatan 60 rpm.
G. Keuntungan dan kelemahan sediaan krim
1. Kelebihan sediaan krim, yaitu:
a. Mudah menyebar rata.
b. Praktis.
c. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama
tipe M/A (minyak dalam air).
d. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
e. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
f. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
g. Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
h. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
i. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada
bayi, pada faseA/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup
tinggi
j. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku,
dan deodorant.
k. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
2. Kekurangan sediaan krim, yaitu:
a. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena
perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah
satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat
pengemulsinya tidak tersatukan.
b. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan
panas.
c. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
d. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
e. Pembuatannya harus secara aseptik.

H. Pengertian Basis Krim

Basis merupakan komponen terbesar dalam suatu sediaan semipadat


(seperti pasta, salep, krim, dll). Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
formulasi sediaan semipadat adalah pemilihan/seleksi basis yang
cocok/sesuai. Basis merupakan faktor yang sangat menentukan kecepatan
pelepasan/aksi dari obat, yang nantinya akan mempengaruhi khasiat atau
keberhasilan terapi, sehingga sediaan semipadat harus diformulasikan dengan
basis yang baik. Tidak semua basis cocok/dapat digunakan untuk semua obat/zat
aktif, semua jenis kulit, dan pada semua tempat aplikasi serta pada semua
penyakit, sehingga dibutuhkan pengkajian yang mendalam tentang sifat-sifat
kimia fisika basis dan bahan obat serta penyakit/tujuan terapi.

I. Macam-Macam Basis Krim

Di dalam USP, basis untuk sediaan semipadat dibagi menjadi 4 kelas.


Tetapi di dalam Remington dibagi menjadi 5 kelas. Perbedaannya adalah, di USP
basis absorpsi tidak dibedakan antara basis absorpsi anhidrous dengan basis
absorpsi W/O tipe, sedangkan di Remington kedua macam basis absorpsi tersebut
diklasifikasi dalam kelas yang berbeda.

Kelima macam basis tersebut sebagai berikut :


1. Basis Hidrokarbon (Oleaginous)

Sifat-sifatnya adalah :

a. Emollient
b. Occlusive
c. Nonwater-washable
d. Hydrophobic
e. Greasy

Contoh : Vaselin, White Petrolatum/paraffin,, White Ointment.

2. Basis Absorbsi (anhydrous)

Sifat-sifatnya adalah :

a. Emollient
b. Occlusive
c. Absorb water
d. Anhydrous
e. Greasy

Contoh : Hydrophilic Petrolatum, Anhydrous Lanolin (adeps lanae).

3. Basis Absorbsi (W/O type)

Sifat-sifatnya adalah :

a. Emollient
b. Occlusive
c. Contain water
d. Some absorb additional water
e. Greasy

Contoh : Lanolin, Cold cream

4. Basis Tercuci (O/W type)

Sifat-sifatnya adalah :
a. water washable
b. nongreasy
c. can be diluted with water
d. nonocclusive

Contoh : Hydrophilic Ointment

5. Basis terlarut

Sifat-sifatnya adalah :

a. usually anhydrous
b. water soluble and washable
c. nongreasy
d. nonocclusive
e. lipid free

Contoh : Polyethylen Glycol ointment

Saat ini penggunakan basis dengan dasar emulsi lebih disenangi dan
berkembang luas. Hal ini karena memberikan banyak keunggulan. Basis dengan
dasar emulsi dapat berbentuk tipe W/O, O/W yang merupakan emulsi tunggal
ataupun emulsi ganda W/O/W atau O/W/O; mikroemulsi atau dapat juga Water-
In-Silicone Emulsions (W/Si).

Keberadaan basis dalam suatu menjadi sediaan sangat penting, manakala


dalam sediaan tersebut tidak ada zat aktif/obat yang terkandung seperti pada
sediaan kosmetik. Perubahan tampilan kulit yang dihasilkan semata-mata hasil
aksi/peran dari basis dan komponen lain selain obat (komponen lain selain obat
dan basis dalam sediaan semipadat relatif sangat kecil jumlahnya).

Pada kasus dimana sediaan tersebut mengandung zat aktif, maka sebelum
obat tersebut berefek (menimbulkan efek) maka hal pertama yang harus terjadi
adalah obat harus bisa terlepas dari sediaan. Obat terlarut, kemudiaan berdifusi
dan terlepas dari pembawa atau basisnya. Tidak peduli obatnya harus bekerja
dimana (dipermukaan kulit, lapisan stratum korneum, lapisan dermis, unit
pilosebasea dll), obat harus bisa terlepas dari pembawa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air
2. Ada dua tipe krim, yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak
(A/M).
3. Formula sediaan krim yaitu : zat berkhasita, zat pembawa, pengemulsi,
dan zat tambahan.
4. Kelima basis krim adalah: Kelima macam basis tersebut sebagai berikut :
Basis Hidrokarbon (Oleaginous), Basis Absorbsi (anhydrous), Basis
Absorbsi (W/O type), Basis Tercuci (O/W type), Basis terlarut.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV . Terjemahan: Ibrahim
F. UI Press. Jakarta

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.

Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.

Depkes RI. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.

Juwita AP, Paulina V. Yamlean Y, Edy HJ. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol
Daun Lamun (Syringodium isoetifolium.) Jurnal Ilmiah Farmasi.
12(02): 2302 – 2493.

Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University


Press.Yogyakarta

Farmasi21112012.blogspot.in/2013/10sediaan-krim.html

https://dessyindriyati27.wordpress.com/2014/04/13/sediaan-farmasi-krim-
cremores/

Anda mungkin juga menyukai