Anda di halaman 1dari 19

MODUL II

PENENTUAN KADAR SO2 DALAM UDARA AMBIEN DENGAN METODE


PARAROSANILIN SECARA SPEKTROFOTOMETER

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun, sejalan dengan
perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya
transportasi menyebabkan kualitas udara mengalami perubahan karena terjadinya pencemaran
udara. Pencemaran udara yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel
kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama,
sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman (Yunita, 2017).

Komponen pencemar udara berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 adalah
partikulat berukuran 10 µm (PM10), karbon monoksida (CO), oksidan dalam bentuk ozon
(O3), nitrogen dioksida (NO2), dan sulfur dioksida (SO2).

Gas SO2 (sulfur dioksida), merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil yang mengandung unsur belerang seperti minyak, gas, batubara, maupun kokas. Selain
SO2, pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan gas SO3. Kedua gas tersebut dikenal
sebagai gas SOx atau sulfur oksida (Wiharja, 2002 dalam Yunita, 2017).

Gas SO2 sulit dideteksi karena merupakan gas tidak berwarna. Gas SO2 dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, pencemaran, sakit kepala, sakit dada, dan dapat menyerang saraf manusia.
Pada kadar yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan kematian (Setiawan, 2013 dalam
Yunita, 2017).

Metode yang digunakan untuk pengujian kadar gas SO2 adalah pararosaniline-spectrofotometri.
Cara kerja dari metode ini adalah SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium
tetrakloromercurate (absorbent) dengan laju flowrate 1 liter/menit. Gas SO2 bereaksi dengan
kalium tetrakloromercurat membentuk senyawa komplek dikloro-sulfitomercurat (Arief, 2015
dalam Yunita, 2017).
Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan Pelaksanaan Praktikum Laboratorium Lingkungan II Mengenai Penentuan Kadar Sulfur
Dioksida (SO2) Dalam Udara Ambien Dengan Metode Pararosanilin Secara Spektrofotometer:
1. Agar praktikan dapat menguji kadar Sulfur Dioksida (SO2) dengan metode Pararosanilin
menggunakan spektrofotometer pada udara ambien.
2. Untuk mengetahui konsentrasi total sulfur dioksida (SO2).
3. Untuk menganalisa dan menginterpretasi data hasil laboratorium dari SO2.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan pengujian terhadap Sulfur Dioksida (SO2) dengan metode
Pararosanilin.
2. Bagaimana cara menggunakan spektrofotometer.

1.4 Manfaat Praktikum


1. Sebagai syarat kelulusan untuk mata kuliah Laboratorium Lingkungan II.
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara melakukan pengujian terhadap Sulfur Dioksida
(SO2) dengan metode Pararosanilin.
3. Mahasiswa mengetahui bagaimana menggunakan alat spektrofotometer.

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 2


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling


Untuk Penentuan Sulfur Dioksida (SO2) dengan metode Pararosanilin ini dilakukan pada Hari
Sabtu, 11 Mei 2019 di Depan Kantor PT. Shafera Enviro, Jalan Jamin Ginting No 11, Sidomulyo,
Medan Tuntungan pada pukul 15.30-16.30 WIB. Lokasi pengambilan sampel adalah di pinggir
Jalan Jamin Ginting dengan keadaan Jalan besar yang dilalui oleh banyak sekali kendaraan dengan
kondisi jalan dua arah.

2.2 Pencemaran Udara


Pencemaran udara dapat diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energy, dana tau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara yang
telah ditetapkan (KLH, 2010 dalam Cahyono, 2011).

2.3 Sulfur Dioksida


2.3.1 Karakteristik
Sulfur dioksida (SO2) adalah komponen pencemar udara dengan jumlah paling banyak. Gas ini
memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau tajam, apabila bereaksi dengan uap air di udara
akan menjadi H2SO4 atau dikenal sebagai hujan asam yang dapat menimbulkan kerusakan baik
material, benda, maupun tanaman (Suyono, 2014 dalam Masito, 2018).

SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara. Gas SO2 yang ada di
udara dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan kenaikan sekresi mukosa. Dengan
konsentrasi 500 ppm SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia (Siregar, 2015).

Berdasarkan sifat kimia, sulfur dioksida adalah gas yang tidak dapat terbakar, berbau tajam, dan
tidak berwarna. Konsentrasi untuk deteksi indera perasa adalah 0.3-1 ppm di udara dan ambang
bau adalah 0.5 ppm. Gas ini merangsang pedas (pudgent) dan bersifat iritan (Sarudji, 2010
dalam Ertika, 2013).

2.3.2 Sumber
Sulfur dioksida berasal dari dua sumber yakni sumber alamiah dan buatan. Sumber-sumber
SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba dan
reduksi sulfat secara biologis. Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar
minyak, gas dan batubara yang mengandung sulfur tinggi (Slamet, 2009 dalam Ertika, 2013).

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 3


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

Sekitar 99% dari gas SO2 di udara merupakan sumber penting timbulnya gas SO2 yang diakibatkan
dari hasil aktivitas manusia dan kegiatan industri (Reddy et al., 2010; Sakazaki et al., 2013).

SO2 adalah pencemar dari sumber industri yang berperan sebagai perkusor asam sulfat (H2SO4),
komponen partikel aerosol yang mempengaruhi deposisi asam, iklim global, dan lapisan ozon
global. Sumber utama dari SO2 adalah pembangkit listrik tenaga batu bara, pembakaran bahan
bakarfosil, dan gunung berapi (Jacobson, 2002 dalam Cahyono, 2011).

2.3.3 Jenis Pencemar


Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Pencemaran Udara Alami
Masuknya zat pencemar ke dalam udara/atmosfer, akibat proses - proses alam seperti asap
kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteroid dan
sebagainya.
2. Pencemaran Udara Non- Alami
Masuknya zat pencemar ke dalam udara yang disebabkan oleh aktifitas manusia seperti gas
beracun, asap dari hasil industri, asap kendaraan bermotor maupun, asap rokok yang
mengandung karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), nitrogen
oksigen (NO, NO2, NOx), CFC, dan sebagainya. Salah satu senyawa berbahaya yang
dihasilkan adalah karbon monoksida (CO).

2.3.4 Sumber Pencemar


Sumber Pencemaran Udara dapat dibedakan menjadi :
1. Sumber alami (meletusnya gunung berapi): emisi SO2, H2S, CH4, dan partikulat.
2. Kebakaran hutan : emisi HC, CO dan Partikulat berupa asap
3. Kegiatan manusia
4. Transportasi
5. Industri
6. Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

2.3.5 Dampak Pencemaran

a. Dampak Terhadap Manusia


Sulfur dioksida (SO2) di udara mempunyai pengaruh langsung terhadap manusia terutama
karena sifat iritasi dari gas itu sendiri. Lebih dari 95% dari SO2 dengan kadar tinggi yang
dihirup melalui pernafasan akan diserap oleh bagian atas saluran pernafasan. Karena sifatnya

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 4


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

yang dapat mengganggu pernafasan, SO2 ini dapat membuat penderita bronchitis, emphisemia
dan penderita penyakit saluran pernafasan lain-lain menjadi lebih parah keadaannya (Depkes,
1994 dalam Ertika, 2013).

Dampak negatif dari bahan pencemar SO2 pada manusia ialah iritasi saluran pernapasan dan
penurunan fungsi paru dengan gejala batuk, sesak napas, dan meningkatkan penyakit asma
(Muziansyah, et al., 2015 dalam Masito, 2018).

Berdasarkan informasi Material Safety Data Sheet, pajanan gas SO2 dapat menyebabkan iritasi
mata, hidung, tenggorokan, sinus, edema paru, bahkan berujung pada kematian (Sulfur dioxide
MSDS, 2016 dalam Masito, 2018).

SOx yang mudah menjadi asam dapat menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan
saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Iritasi pada saluran pernafasan dapat menyebabkan
pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan
saluran pernafasan, hal ini dapat meningkatkan produksi lendir dan penyempitan saluran
pernafasan. Akibatnya terjadi kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk bakteri/
mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini memudahkan
terjadinya infeksi saluran pernafasan (Mukono, 2002 dalam Ertika, 2013).

b. Dampak Terhadap Hewan


Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda jauh dengan
dampak-dampak lain seperti terhadap manusia . Dampak terhadap hewan dapat terjadi secara
langsung dan tidak langsung, secara langsung terjadi bila ada interaksi melalui sitem pernafasan
sebagaimana terjadi pada manusia. Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara, baik
tumbuhan atau perairan yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan. Terjadinya emisi zat
pencemar ke atmosfer yang kemudian berinteraksi dengan tumbuhan dan perairan melalui proses
pengendapan, akan berpengaruh langsung terhadap vegetasi dan biota perairan hingga dapat
menjalar melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi zat pencemar tersebut. Konsentrasi
SO2 400-800 ppm akan berpengaruh langsung dan sangat berbahaya, meskipun hanya terjadi
kontak secara singkat (Budiyono, 2001).

c. Dampak Terhadap Tanaman


Tumbuh-tumbuhan memiliki reaksi yang besar dalam menerima pengaruh perubahan atau
gangguan akibat polusi udara dan perubahan lingkungan. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang
berpengaruh, diantaranya spesies tanaman, umur, keseimbangan nutrisi, kondisi tanaman,

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 5


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

temperatur, kelembaban dan penyinaran. Penambahan konsentrasi pencemar ke udara dapat secara
langsung mempengaruhi pertumbuhan dari pada tanaman itu sendiri.

Gambar 1. Spektrum Respon Biologis tanaman terhadap Pencemaran Udara


(Sumber : Arthur C. Stern et. al., dalam Budiyono, 2001)

Beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada gangguan nutrisional dan gangguan atraksional
biologis adalah terjadinya penurunan tingkat kandungan enzim, gangguan pada respon fisiologis
adalah perubahan pada system fotosintesia, sedangkan visual adalah chorosis (perusakan zat
hijau daun/menguning), flecking (daun berbintik-bintik), reduced crop yield (penurunan hasil
panen) (Budiyono, 2001).

d. Dampak Terhadap Lingkungan


Adanya SO2 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air sangat rendah, jika
uap air terdapat dalam jumlah cukup, SOx dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet
asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat tersebut akan tercuci dan terlarut dalam hujan, yang berakibat
pada buruknya mutu kualitas air hujan (terjadi hujan asam). Dampak hujan asam terhadap
lingkungan sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian serius, karena hujan asam berdampak
negative terhadap lingkungan, seperti terjadinya kerusakan pada bangunan dan benda-benda yang
terbuat dari logam dan juga terjadinya pengasaman (acidification) pada danau dan sungai
(Budiyono, 2001).

Dampak lain pencemaran SO2 adalah timbulnya karat pada permukaan logam, yang menyebabkan
terlepas dan hilangnya kemampuan elektris logam. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
kecepatan perkaratan (corrotion) pada logam, yaitu kelembaban, tipe/jenis pencemar dan
temperatur (Budiyono, 2001).

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 6


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

Gambar 2. Pengaruh pencemaran SO2 terhadap logam


(Sumber: Arthur C. Stern et. al., dalam Buditono, 2001)

Pengaruh pencemaran udara terhadap batuan adalah terbentuknya noda/kotoran (soiling) dan
pelapukan (deterioration) batuan kapur yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan dan
pemahatan marmer. Pengaruh pemaparan SO2 terhadap bahan kulit dan kertas akan menyebabkan
terjadinya pelapukan. SO2 akan diserap oleh kulit dan dikonversi menjadi asam sulfuric yang
merusak struktur kulit dan kertas.Jika pemaparan ini terus menerus terjadi retakan akan semakin
besar dan kulit/kertas akan hancur (Budiyono, 2001).

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 7


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

BAB III

PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan II adalah:
1. Peralatan pengambilan contoh uji SO2 sesuai gambar 3 (setiap unit peralatan disambung
dengan selang silicon dan tidak mengalami kebocoran)
2. Labu ukur 50 ml; 100 ml; 250 ml; 500 ml dan 1000 ml;
3. Pipet volumetric 1 ml; 2 ml; 5 ml dan 50 ml;
4. Gelas ukur 100 ml;
5. Gelas piala 100 ml; 250 ml; 500 ml dan 1000 ml;
6. Tabung uji 25 ml;
7. Spektrofotometer UV-Vis dilengkapi kuvet;
8. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
9. Buret 50 ml;
10. Labu Erlenmeyer asah bertutup 250 ml;
11. Oven;
12. Kaca arloji;
13. Termometer;
14. Barometer;
15. Pengaduk; dan
16. Botol pereaksi
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM) 0.04 M
a. Larutkan 10,86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800 ml air suling ke dalam gelas
piala 1000 ml;
b. Tambahkan berturut-turut 5,96 g kalium klorida (KCl) dan 0,066 g EDTA
[(HOCOCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2.2H2O], lalu aduk sampai homogen;
c. Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml, encerkan dengan air suling hingga tanda tera
lalu homogenkan.
CATATAN: Pembuatan larutan penyerap ini stabil sampai 6 bulan jika tidak terbentuk
endapan.
Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 8
Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

2. Larutan induk natrium metabisulfit (Na2S2O5)


a. Larutkan 0,3 g Na2S2O5 dengan air suling ke dalam gelas piala 100 ml;
b. Pindahkan ke dalam labu ukur 500 ml encerkan dengan air suling hingga tanda tera lalu
homogenkan.
CATATAN: 1 0,3 g Na2S2O5 dapat diganti dengan 0,4 g Na2SO3;
2 Air suling yang digunakan telah dididihkan.

3. Larutan standar natrium metabisulfit (Na2S2O5)


Masukkan 2 ml larutan induk sulfit ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan sampai tanda tera
dengan larutan penyerap lalu homogenkan.
CATATAN : Larutan ini stabil selama 1 bulan jika disimpan dalam suhu kamar.

4. Larutan induk iod (I2) 0,1 N


a. Masukkan dalam gelas piala berturut-turut 12,7 g iod dan 40,0 g kalium iodide (KI);
b. Larutkan campuran tersebut dengan 25 ml air suling;
c. Pindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 1000 ml, encerkan dengan air suling
lalu homogenkan.

5. Larutan iod 0,01 N


Larutkan 50 ml larutan induk iod 0,1N kedalam labu ukur 500 ml dengan air suling,
encerkan sampai tanda tera lalu homogenkan.

6. Larutan indikator kanji


a. Masukkan kedalam gelas piala 250 ml berturut-turut 0,4 g kanji dan 0,002 g merkuri
(II) iodida (HgCl2);
b. Larutkan secara hati-hati dengan air mendidih sampai volum larutan mencapai 200 ml;
c. Panaskan larutan tersebut sampai larutan jernih lalu dinginkan dan pindahkan kedalam
botol pereaksi.

7. Larutan asam klorida (HCl) (1+10)


Encerkan 10 ml HCl pekat dengan 100 ml air suling di dalam gelas piala 250 ml.

8. Larutan induk natrium tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N


a. 24,82 g Na2S2O3.5H2O dengan 200 ml air suling dingin yang telah dididihkan kedalam
gelas piala 250 ml dan tambahkan 0,1 g natrium karbonat (Na2CO3);
b. Pindahkan kedalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai
tanda tera dan homogenkan;

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 9


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

c. Diamkan larutan ini selama 1 hari sebelum dilakukan standarisasi.

9. Larutan Na2S2O3 0,01N


a. Pipet 50 ml larutan induk Na2S2O3, masukkan kedalam labu ukur 500 ml;
b. Encerkan dengan air suling samapai tanda tera, lalu homogenkan.

10. Larutan asam klorida (HCl) 1 M


a. Masukkan 83 ml HCl 37% (ρ ≈ 1,19 g/ml) kedalam labu ukur 1000 ml yang berisi
kurang lebih 300 ml air suling;
b. Encerkan dengan air suling sampai tanda tera, lalu homogenkan.

11. Larutan asam sulfamat (NH2SO3H) 0.6% b/v


Larutkan 0,6 g asam sulfamat kedalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan air suling
sampai tanda tera, lalu homogenkan.

12. Larutan asam fosfat (H3PO4) 3 M


Larutkan 205 ml H3PO4 85% (ρ ≈ 1,69 g/ml) kedalam labu ukur 1000 ml yang berisi
kurang lebih 300 ml air suling, encerkan sampai tanda tera, lalu homgenkan.
CATATAN : Larutan ini dibuat segar.

13. Larutan induk pararosanilin hidroklorida (C19H17N3.HCl) 0,2%


Larutan 0,2 g pararosanilin hidroklorida kedalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan
larutan HCl 1 M sampai tanda tera, lalu homogenkan .

Gambar 3. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji SO2 selama 1 jam

Keterangan gambar :
A adalah botol penyerap 30 ml

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 10


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

B adalah perangkap uap


C adalah serat kaca (glass wool)
D adalah flow meter yang mampu mengukur laju alir 0,2 L/menit
E adalah kran pengatur
F adalah pompa
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pengambilan Sampel Selama 1 Jam
a. Susun peralatan pengambil sampel seperti pada Gambar 2;
b. Masukkan larutan penyerap SO2 sebanyak 10 ml ke masing-masing botol penyerap. Atur
botol penyerap agar terlindungi dari hujan dan sinar matahari langsung;
c. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,5 L/menit sampai 1 L/menit,
setelah stabil catat laju alir awal sebagai F1 (L/menit);
d. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara;
e. Setelah 1 jam, catat laju alir akhir sebagai F2 (L/menit) dan kemudian matikan pompa
penghisap;
f. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk menghilangkan
penganggu.
CATATAN: Contoh uji dapat stabil selama 24 jam, jika disimpan pada suhu 5oC dan
terhindar dari sinar matahari.

3.2.2 Persiapan Pengujian


3.2.2.1 Standarisasi larutan natrium tiosulfat 0,01 N
a. Panaskan kalium iodat (KIO3) pada suhu 180 oC selama 2 jam dan didinginkan dalam
desikator;
b. Larutkan 0,09 g kalium iodat (KIO3) kedalam labu ukur 250 ml dan tambahkan air suling
sampai tanda tera, lalu homogenkan;
c. Pipet 25 ml larutan kalium iodatkedalam labu ukur erlenmeyer asah 250 ml;
d. Tambahkan 1 g KI dan 10 ml HCl (1+10) kedalam labu erlenmeyer tersebut;
e. Tutup labu erlenmeyer dan tunggu 5 menit titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna larutan kuning muda;
f. Tambahkan 5 ml indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir (warna biru tepat
hilang) catat volum larutan penitar yang diperlukan;
g. Hitung normalitas larutan natium tiosulfat tersebut dengan rumus sebagai berikut:

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 11


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

𝑏 × 1000 × 𝑉1
𝑁=
35,67 × 250 × 𝑉2
dengan pengertian:
N adalah konsentrasi larutan natrium tiosulfat dalam grek/L ( N);
b adalah bobot KIO3 dalam 250 ml air suling (g);
V1 adalah volum KIO3 yang digunakan dalam titrasi (ml);
V2 adalah volum larutan natrium tiosulfat hasil tirasi (ml);
35,67 adalah bobot ekivalen KIO3 (BM KIO3/6);
250 adalah volum larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur 250 ml;
1000 adalah konversi liter (L) ke ml

3.2.2.2 Penentuan konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2S2O5


a. Pipet 25 ml larutan induk Na2S2O5 pada 5.2 ke dalam labu erlenmeyer asah dan pipet 50
ml larutan iod 0,01 N kedalam labu ukur dan simpan dalam ruang tertutup selama 5 menit;
b. Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan tio 0,01 N sampai warna larutan kuning
muda;
c. Tambahkan 5 ml indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir (warna biru tepat
hilang), catat volum larutan penitar yang diperlukan (Vc);
d. Pipet 25 ml air suling sebagai blanko ke dalam asah dan lakukan langkah-langkah di atas
(V0);
e. Hitung konsentrasi SO2 dalam larutan induk tersebut dengan rumus sebagai berikut:

(𝑉𝑏 − 𝑉𝑐) × 𝑁 × 32,03 × 1000


𝐶=
𝑉𝑎

Dengan pengertian :
C adalah konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2S2O5 (µg/ml);
Vb adalah volum natrium tio sulfat hasil titrasi blanko (ml);
Vc adalah volum natrium tio sulfat hasil titrasi larutan induk Na2S2O5 (ml);
N adalah normalitas larutan natrium tio sulfat 0,01 N (N);
Va adalah volum larutan induk Na2S2O5 yang dipipet (ml);
1000 adalah konversi gram ke µg;
32,03 adalah berat ekivalen SO2 (BM SO2/2)

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 12


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

CATATAN: Melalui rumus di atas dapat diketahui jumlah (µg) SO2 tiap ml larutan induk
Na2S2O5, sedangkan jumlah (µg) SO2 untuk tiap ml larutan standar dihitung
dengan memperhatikan faktor pengenceran.

3.2.2.3 Pembuatan kurva kalibrasi


a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;
b. Masukkan masing-masing 0,0 ml; 1,0 ml; 3,0 ml dan 4,0 ml larutan standar Na2S2O5 pada
langkah (5.3) ke dalam tabung uji 25 ml dengan menggunakan pipet volum atau buret
mikro;
c. Tambahkan larutan penyerap sampai volum 10 ml;
d. Tambahkan 1 ml larutan asam sulfamat 0,6 % dan tunggu sampai 10 menit;
e. Tambahkan 2,0 ml larutan formaldehida 0,2%;
f. Tambahkan 5,0 ml larutan pararosanilin;
g. Tepatkan dengan air suling sampai volum 25 ml, lalu homogenkan dan tunggu sampai 30-
60 menit;
h. Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotmeter pada panjang
gelombang 550 nm;
i. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah SO2 (µg).

3.2.2.4 Pengujian Contoh Uji


a. Pindahkan larutan contoh uji kedalam tabung uji 25 ml dan tambahkan 5 ml air suling
untuk membilas;
b. Lakukan langkah-langkah pada 3.2.2.3. d sampai h;
c. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva
kalibrasi;
d. Lakukan langkah-langkah diatas untuk pengujian blanko dengan menggunakan 10 ml
larutan penyerap.

3.3 Prinsip Percobaan


Percobaan yang dilakukan mengacu pada SNI 19.7119.7-2005. Gas sulfur dikosida (SO2) diserap
dalam larutan penyerap tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks
diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan pararosanilin dan formaldehida kedalam
senyawa diklorosulfaonatomerkurat maka terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang
berwarna ungu. Konsentrasi larutan di ukur pada panjang gelombang 550 nm.

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 13


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

3.4 Perhitungan
3.4.1 Volume contoh Uji udara yang diambil
Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal (250C, 760 mmHg) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐹1 + 𝐹2 𝑃𝑎 298
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760
Dengan pengertian:
V adalah volume udara yang dihisap (L)
F1 adalah laju alir awal (L/menit);
F2 adalah laju alir akhir (L/menit);
t adalah durasi pengambilan sampel (menit);
Pa adalah tekanan barometer rata-rata slama pengambilan sampel (mmHg);
Ta adalah temperature rata-rata selama pengambilan sampel (oK);
298 adalah konversi temperature pada kondisi normal (25oC) menjadi Kelvin;
760 adalah tekanan udara standar (mmHg).

3.4.2 Konsentrasi Sulfur dioksida (SO2) di udara ambien


Konsentrasi SO2 dalam contoh uji untuk pengambilan contoh uji selama 1 jam dapat dihitung,
dengan rumus sebagai berikut :
𝑎
𝐶= 𝑥 1000
𝑉
Dengan pengertian:
C adalah konsentrasi SO2 di udara (µg/m3)
a adalah jumlah SO2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg)
V adalah volume udara pada kondisi normal (L)
1000 adalah konversi liter (L) ke m3

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 14


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut adalah hasil percobaan yang telah didapatkan pada praktikum analisa SO2 yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan SO2

Suhu (˚C) Tekanan


No. Tanggal Flowrate Lama
Waktu Udara
Fiber Sampling (L/menit) (Menit) Awal Tengah Akhir
(mmHg)
11 Mei 15.30-
08 0,4 60 33 34 34,5 759
2019 16.30
Sumber: Hasil Percobaan, 2019.

Tabel 4.2 Kurva Kalibrasi

No Volume Konsentrasi (mg/L) Absorbansi


1 0 0 0
2 0,1 1,5 0,029
3 0,2 3,8 0,090
4 0,4 6,1 0,147
5 0,6 9,1 0,229
6 Sampel 0,000
Sumber: Hasil Percobaan, 2019.

4.2 Perhitungan
4.2.1 Kurva Kalibrasi
Diketahui larutan induk nitrit (SO2) dengan konsentrasi 1640 mg/L dan volume 10 mgL akan
dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.
V1×N1 = V2×N2t
10 mL×1640 mg/L = 1000 mL×N2
N2 = 16,4 mg/L

a. Untuk 0,1 mL
V1×N1 = V2×N2
0,1 mL×16,4 mg/L = 25 mL×N2

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 15


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

N2 = 0,0656 mg/L

b. Untuk 0,2 mL
V1×N1 = V2×N2
0,2 mL×16,4 mg/L = 25 mL×N2
N2 = 0,1312 mg/L

c. Untuk 0,4 mL
V1×N1 = V2×N2
0,4 mL×16,4 mg/L = 25 mL×N2
N2 = 0,2624 mg/L

d. Untuk 0,6 mL
V1×N1 = V2×N2
0,6 mL×16,4 mg/L = 25 mL×N2
N2 = 0,3936 mg/L

Absorbansi
0,25

0,2

0,15
Konsentrasi

0,1 y = 0,0256x - 0,0053


R² = 0,9990
0,05

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
-0,05
Absorbansi

Grafik 4.1 Kurva Kalibrasi

4.2.2 Volume Sampel Udara yang Diambil


𝐹1 + 𝐹2 𝑃𝑎 298
𝑉= ×𝑡× ×
2 𝑇𝑎 760
(1,0 + 1,0)𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 758 𝑚𝑚𝐻𝑔 298°𝐾
= × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × ×
2 306,8 °𝐾 760 𝑚𝑚𝐻𝑔
= 1,0 L/menit × 60 menit × 2,47 × 0,392

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 16


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

= 58,2 Nm3

4.2.4 Konsentrasi SO2 di Udara Ambien


Diketahui dari kurva kalibrasi, y = 0,0256𝑥- 0,0053 dengan r = 0,9990 dan absorbansi dari sampel
adalah 0,000.
y = 0,0256𝑥- 0,0053
0,000 = 0,0256𝑥- 0,0053
0,0256x = 0,000 + 0,0053
0,000+0,0053
𝑥 =
0,0256

𝑥 = 0,2 µg

Didapat konsentrasi SO2 di udara:


𝑎
𝑐 = × 1000
𝑉
0,2
= × 1000
58,2
= 3,43 µg/Nm3

4.3 Analisis

Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan impinger pada absorban dilapangan,


dilakukan pengukuran nilai absorban masing-masing gas tersebut menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang tertentu. Nilai absorban yang didapatkan pada gas SO2 adalah 0,000.
Dan setelah dilakukan penghitungan terhadap konsentrasi gas tersebut, didapatkan nilainya adalah
3,43 μg/m3 untuk waktu 1 jam.

Konsentrasi gas tersebut masih berada di bawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Karena berdasarkan PP tersebut,
konsentrasi minimum yang diperbolehkan untuk gas SO2 adalah 900 μg/m3untuk waktu 1 jam,
sedangkan untuk waktu 24 jam adalah sebesar 365 μg/m3, dan 60 μg/m3 untuk waktu 1 tahun.

Kecilnya nilai konsentrasi gas pencemar tersebut didapatkan dapat menjadi indikator bahwa
kualitas udara di depan gedung Shafeera Enviro Laboratorium masih bersih dan belum tercemar.
Hal tersebut dikarenakan sumber penghasil emisi tersebut masih sedikit pengaruhnya terhadap
konsentrasi SO2

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 17


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Prinsip percobaan praktikum ini Gas sulfur dioksida diserap dalam larutan penyerap
tetrakloromercurat membentuk suatu senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat. Dengan
menambahkan larutan pararosanilin dan formaldehida kedalam senyawa
diklorosulfaonatomerkurat maka terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang
berwarna ungu. Konsentrasi larutan di ukur pada panjang gelombang 550 nm;

2. Nilai konsentrasi SO2 yang didapat setelah dilakukan sampling pada pada hari Sabtu, 11 Mei

2019 pukul 15.30 – 16.30 di halaman kantor Shafeera Enviro laboratorium untuk 1 jam,

sebesar 3,43 μg/Nm3;

3. Kecilnya nilai konsentrasi gas pencemar tersebut didapatkan dapat menjadi indikator bahwa
kualitas udara di depan gedung Shafeera Enviro laboratorium masih bersih dan belum
tercemar. Hal tersebut dikarenakan sumber penghasil emisi tersebut masih sedikit
pengaruhnya terhadap konsentrasi SO2.

5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah:
1. Sebaiknya praktikan lebih memahami cara pengambilan sampel yang tepat
2. Sebaiknya praktikan lebih hati - hati saat melakukan percobaan
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan perhitungan.
4. Sebaiknya praktikan melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur yang tepat dan
ketentuan yang berlaku.

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 18


Laboratorium Lingkungan II (RTL 3233P)

DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, Afif. 2001. Pencemaran Udara:Dampak Pencemaran Udara Pada
Lingkungan.Berita Dirgantara. Vol 2, No 1.
Cahyono, Waluyo E. 2011. Kajian Tingkat Pencemaran Sulfur Dioksida Dari Industri Di
Beberapa Daerah Di Indonesia. Berita Dirgantara. Vol 12, No 4.
Ertika, Rizka F., dkk. 2013. Analisis Kadar Gas Sulfur Dioksida (So2) Di Udara Ambien
Pada Industri Makanan Ringan Yang Menggunakan Briket Batubara Dan Keluhan
Saluran Pernafasan Pada Masyarakat Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. FKM USU.
Masito, Ani. 2018. Analisis Risiko Kualitas Udara Ambien (No2 Dan So2) Dan Gangguan
Pernapasan Pada Masyarakat Di Wilayah Kalianak Surabaya.Jurnal Kesehatan
Lingkungan. Vol 10, No 4.
Siregar, Novitasari. Dkk. 2015. Studi Spasial Kadar Co Dan So2 Di Terminal Baruga Di
Kota Kendari Tahun 2015. FKM Universitas Halu Oleo.
Wiharja. 2002. Identifikasi Kualitas Gas So2 Di Daerah Industri Pengecoran Logam Ceper.
Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 3, No 3.
Yunita, Ria D. dan Kiswandono, Agung A., 2017. Kajian Indeks Standar Pencemar Udara
(Ispu) Sulfur Dioksida (So2) Sebagai Polutan Udara Pada Tiga Lokasi Di Kota
Bandar Lampung.Analit. Vol 2, No 1
Peraturan Pemerintah RI No. 41tahun 1999.

Laboratorium Udara - 𝑆𝑂2 19

Anda mungkin juga menyukai