Anda di halaman 1dari 6

TEORI KARDINAL

(http://ika88fish.blogspot.com/2010_04_01_archive.html)

Konsep Utilitas kemudian diaplikasikan pada ilmu-ilmu social oleh filsuf berkebangsaan
Inggris yakni JEREMY BENTHAM (1748-1831) dan kemudian dikembangkan oleh para ahli
ekonomi seperti WILLIAM STANLEY JEVONS (1871) dari Inggris, LEON
WALRAS (1894) dari Perancis serta CARL MENGER dari Austria. Untuk

memahami lebih lanjut mengenai perilaku konsumen digunakan dua pendekatan yaitu: Teori
Kardinal dan Teori Ordinal.

Teori ini menyatakan bahwa kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi suatu
barang dapat dihitung atau dikuantitatifkan baik dalam satuan uang ataupun satuan lain.
Satuan yang dipergunakan dalam pendekatan ini adalah Util. Sedangkan nilai kegunaan yang
diperoleh dari mengkonsumsi disebut Total Utility (TU). Dan tambahan kegunaan atau
tambahan kepuasan yang kita peroleh dalam mengkonsumsi barang tersebut disebut Marginal
Utility (MU). Dalam konsep marginal utility berlaku hukum “The Law Of Deminishing
Maginal Utility” yaitu kepuasan tambahan yang semakin lama semakin menurun.
Pendekatan guna cardinal menggunakan asumsi bahwa guna atau kepuasaan seseorang tidak
hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena menurut kenyataan
kepuasan seseorang tidak dapat diukur maka asumsi tersebut dengan sendirinya dapat
dikatakan tidak realistic. Inilah yang biasanya ditonjolkan sebagai kelemahan daripada teori
konsumen yang menggunakan pendekatan guna cardinal, yang terkenal pula dengan sebutan
teori konsumen degan pendekatan guna marginal klasik atau classical marginal utility
approach.
Disamping memiliki kelemahan teori ini juga memiliki kelebihan yang menonjol
yaitu lebih mudahnya is konsepsi guna cardinal untuk diselami, khususnya bagi mereka yang
baru pertama kali karena mudah dimengerti.
Berikut ini asumsi-asumsi dasar yang khas untuk teori konsumen yang menggunakan
pendekatan guna cardinal :
1. asumsi bahwa guna barang-barang atau jasa-jasa konsumsi dapat diukur.
2. asumsi guna batas uang yang konstan dan guna batas barang-barang konsumsi
yangmenurun.
3. asumsi bahwa anggaran pengeluaran rumah tangga konsumen sama sebesar
pendekatan yang diterimanya, dan
4. asumsi guna total yang mempunyai sifat additive.

Pendekatan Kardinal
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/PRODI._MANAJ._PEMASARAN_WISATA/

RINI_ANDARI/Pengantar_Ilmu_Ekonomi/pendekatan_guna_batas.pdf)
(Pendekatan Marginal Utility)
1. Memberikan penilaian bersifat subjektif
akan pemuasan kebutuhan dari suatu
barang.
- tinggi rendahnya suatu barang
tergantung sudut pandang subjek yang
memberikan penilaian.
- teori nilai guna kardinal mengkwantifisir
kepuasan.
(tokoh ; Karl Menger, Leon walras, jevons)
• Di dasari oleh hukum :
• Hukum Gossen 1 :
- Jika kebutuhan seseorang itu dipenuhi
secara terus menerus maka kepuasannya
akan semakin menurun
Hukum Gossen II :
Orang akan memenuhi berbagai kebutuhan
sampai mencapai intensitas yang samaBeberapa asumsi dari pendekatan ini:
• Daya guna diukur dalam satuan uang
• Konsumen bersifat rasional
• Diminishing marginal utility
• Pendapatan konsumen tetap
• Constant Marginal utility of money
• Total utility additive dan independent
• Barang normal
• Periode konsumsi berdekatan
7Pendekatan Kardinal
Kasus satu jenis Barang
• Nilai guna / Utility : kepuasan yang
diperoleh oleh seorang konsumen dari
mengkonsumsi sejumlah barang.
• Pendekatan ------------ Guna Batas
(Marginal Utility)
8• Marginal Utility :Tambahan kepuasan sebagai
akibat bertambahnya satu satuan barang yang
dikonsumsi.
• Total Utility ; jumlah kepuasan yang diperoleh
dari mengkonsumsi berbagai jumlah barang
• MU ----- diturunkan dari TU
• MU = dTU / dX
TEORI ORDINAL
(http://ika88fish.blogspot.com/2010_04_01_archive.html)
Menurut teori ordinal kepuasan seseorang konsumen tidak dapat dihitung atau
dikuantitatifkan tetapi hanya dapat dibandingkan yaitu dengan memberikan rengking atau
membuat urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi. Pendekatan ordinal
dilakukan menggunakan analisis kurva indifferensi pertama kali ditemukan oleh ekonom
asal inggris F.Y.EDGEWORTH tahun 1881. Kemudian dikembangkan oleh VILREDO
PARETO dari Italia dan dipopulerkan keseluruh dunia tahun 1930-an oleh R.G.D
ALLEN dan J.R.HIKS asal Inggris.

Pendekatan Indifference Cuve (Ordinal) yang beranggapan bahwa


kepuasan konsumen tidak dapat diukur dengan satu satuan. Tingkat kepuasan knsumen hanya
dapat dinyatakan lebih tinggi atau lebih rendah. Dalam pendekatan Marginal Utility
digunakan anggapan sebagai berikut :
1. Utility bisa diukur dengan uang.
2. Hukum Gossen (The Law Of Diminishing Returns) berlaku yang menyatakan
bahwa “Semakin banyak sesuatu barang dikonsumsi, maka tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun”.
3. Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan.

Indifference Curve (IC)


• Kurva yang menunjukkan kombinasi
konsumsi dua macam barang yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama)
• Dasar pemikiran:
• Semakin banyak barang yang dikonsumsi
semakin memberikan kepuasan terhadap
konsumen
• Asumsi :
• Konsumen rasional
• Mempunyai pola preferensi terhadap barang
• Memiliki sejumlah uang tertentu
• Konsumen berusaha mencapai kepuasan
maksimum
• Konsumen konsisten----A lebih dari B tidak
berlaku sebaliknya
• Berlaku hukum transitif
Pendekatan Atribut
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pek_0700483_chapter2.pdf)

Pendekatan ini diperkenalkan oleh Kelvin Lancaster pada tahun 1966 dan di kembangkan lagi
pada tahun 1971. Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa konsumen dalam membeli
produk tidak hanya dari daya guna saja dari produk tersebut tetapi karena karakteristik atau
atribut-atribut yang disediakan produk tersebut.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi efficiency frontier yaitu :

1.Harga

2.Pendapatan Konsumen

3.Persepsi konsumen mengenai atribut

Keunggulan pendekatan atribut yaitu:

1.Kita akan terlepas dari diskusi mengenai bagaimana mengukur daya guna suatu barang
yang merupakan asumsi dasar dari pendekatan sebelumnya.

2.Pendekatan ini memandang suatu barang yang diminta konsumen bukan jumlahnya
melainkan atribut yang melekat pada barang tersebut,sehingga dapat lebih menjelaskan
pilihan konsumen terhadap produk.

3.Dapat digunakan untuk banyak barang sehingga bersifat praktis dan lebih mendekati
kenyataan serta opersionalnya lebih mudah.

4.Melalui analisa ini dimungkinkan diperhitungkan dalam analisis dan dapat menjelaskan
pemilihan diantara produk-produk yang berbeda diantara efisiensinya dalam menawarkan
atribut yang dikehendakinya.

Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :

1.Sulit melakukan scoring pada atribut dan tidak dapat menghilangkan unsure subjektif.

2.Masih diperlukan adanya indeferent curve yang sulit dibentuk oleh konsumen

Anda mungkin juga menyukai