Anda di halaman 1dari 47

1

STRUKTUR ELEKTRONIK MOLEKULAR

Dengan mekanika kuantum dimungkinkan untuk memahami sifat ikatan


kimia, dapat meramalkan struktur, dan sifat dari molekul sederhana. Ide
mengenai ikatan kovalen kembali muncul pada tahun 1916, ketika Lewis
menggambarkan pasangan elektron bebas antara atom-atom. Pasangan elektron
dimiliki bersama-sama oleh dua atom yang dianggap efektif dalam melengkapi
kestabilan konfigurasi elektron untuk setiap atom. Pendekatan ini hanya
memberikan gambaran kualitatif mengenai ikatan kimia. Sekarang ini, struktur
elektronik molekul sederhana dapat dihitung dengan derajat akurasi yang tinggi
dan tingkat energi, sudut ikatan, jarak ikatan, momen dipol, serta spektranya
dapat diramalkan. Untuk molekul lebih dari satu elektron, pendekatan harus
dikenalkan. Penghitungan berdasarkan pendekatan sangat bermanfaat dalam
memahami struktur molekular, sifat kimia, dan spektra molekular.

1. Energi Disosiasi Molekul Diatomik


Dalam sub bab ini, akan dibahas energi potensial E (R) sebagai fungsi
jarak antar inti R dari sejumlah molekul diatomik. Dalam Gambar 1, energi nol
merupakan energi dari dua atom yang terpisah pada jarak limit R → ∞. Pada
saat inti bersama-sama, pertama kali terjadi gaya tarik dan kemudian terjadi
gaya tolak dimana E (R) minimum terjadi pada Re (jarak keseimbangan antar
inti). Pada jarak tersebut tidak ada gaya tarik maupun gaya tolak. Kedalaman
energi potensial minimum berkenaan dengan energi pada jarak pemisahan
tertentu, yang dinyatakan sebagai energi disosiasi kesetimbangan De atau
kedalaman terbaik. Ini merupakan energi disosiasi yang diperoleh langsung dari
penyelesaian persamaan Schrӧdinger untuk molekul diatomik, tetapi harus hati-
hati dalam membedakannya dari energi disosiasi spektroskopi, Do. Energi
2

disosiasi spektroskopi, Do merupakan energi yang diperlukan untuk disosiasi


molekul ke tingkat vibrasi dasar menjadi dua atom.
Molekul diatomik dapat berada pada salah satu seri level energi vibrasi,
dalam level titik nol yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Energi potensial E (R) molekul diatomik sebagai fungsi jarak antar
inti R. Do adalah energi disosiasi dari tingkat dasar dan sering disebut
energi disosiasi spektroskopi. De adalah energi disosiasi
kesetimbangan yang diukur dari energi potensial minimum.

Sesuai dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg, molekul diatomik mempunyai


energi vibrasi sejumlah itu, bahkan pada temperatur nol absolut. Energi
disosiasi kesetimbangan De dan energi disosiasi spektroskopi Do dihubungkan
dengan persamaan :

De = Do + 1/2 hω 0 …………………………………………………………… (1)

Dimana ω 0 adalah frekuensi vibrasi tingkat dasar (ground state).


3

Dua tipe energi disosiasi Do dan De untuk H2+ dan H2 diberikan pada
Table 1. Harga energi disosiasi dalam eV, cm-1 dan kJmol-1 sebab setiap satuan
ini merupakan keuntungan tertentu :

Hubungan antara eV dan cm-1 :

Ee (1 𝑉) (1,6021892 𝑥 10 −19 𝐶)
leV = hc = (6,626176 𝑥 10 −34 𝐽𝑠 ) (2,99792458 𝑥 10 8 𝑚𝑠 −1 ) (100𝑐𝑚 𝑚 −1 )

= 8065,478 cm-1

hubungan antara eV dan kJmol-1 :

1 eV = Ee NA = (1 V) (1,6021892 x 10-19 C) (6,022045 x 10-23 mol-1)/(103 JkJ-1)

= 96, 48455 kJmol-1

Pengukuran spektroskopi pada daerah ultraviolet, tampak, dan inframerah


biasanya dinyatakan dalam term panjang gelombang atau bilangan gelombang.
Jadi hasil eksperimen biasanya dinyatakan dalam cm-1 sebab konversi ke dalam
satuan lain meliputi penggunaan konstanta fisika yang harganya dapat berubah.
Hasil perhitungan teoritis sering dinyatakan dalan elektron volt.

Tabel 1. Energi Disosiasi H2+ (g) dan H2 (g) serta Potensial lonisasi H2(g) dan H(g)

eV cm-1 kJmol-1
H2+
Do 2,65079 21.380 255.760
1
/2 hω 0 0,142 1.147 13.701
De 2,793 22.527 269.481
H2
Do 4,47797 36.117 432.055a
1
/2 hω 0 0,2703 2.180 26.080
De 4,7483 38.297 461.486
IP (H2) 15,4259 124.417 1488.361
IP (H) 13,598396 109.677,6 1312.035
a
Energi disosiasi spektroskopi H2 ini sesuai dengan ΔHoo = 432,074 kJmol-1 dari tabel
4

Sebelum membahas perhitungan mekanika kuantum dari kurva energi


potensial H2+ dan H2, harus dibahas dahulu hubungan antara kedua molekul ini
dan aspek tertentu dari kurva energi potensialnya. Kurva energi potensial
tingkat dasar dari H2+ dan H2 ditunjukkan dalam Gambar 2. Dalam gambar ini,
energi diukur berkenaan dengan dua proton dan dua elektron, berjarak tak
terhingga satu sama lain. Potensial ionisasi IP (H2) untuk hidrogen merupakan
energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron ke jarak tak terbatas dari
H2+.

Jadi level titik nol H2+ dan H2 terpisah dengan 15,4259 eV, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2.

H2 (g) = H2+ (g) + e- IP (H2) = 15,4259 eV ……………………………………… (2)

Gambar 2. Energi potensial tingkat dasar untuk H2 dan H2+ beserta level vibrasi
titik nol. Energi diukur berkenaan dengan dua proton dan dua elektron
pada jarak tak terbatas.

Kurva energi potensial H2 dan H2+ pada jarak tak terbatas antar inti
dipisahkan oleh potensial ionisasi atom hidrogen pada tingkat dasar. Potensial
ionisasi ini telah dihitung :
5

H(g) = H+(g) + e- IP(H) = 13,598396 eV ……………………………….......... (3)


Yang dapat dilihat dari Gambar 2.

IP(H2) + DO(H2+) = DO(H2) + IP(H) ………………………………………………….. (4)

Karena sulit untuk mengukur Do(H2+), hubungan ini telah digunakan untuk
memperoleh harga yang paling akurat dari besaran ini.

Do(H2+) = Do(H2) + IP(H) – IP(H2) ………………………………………… (5)

= 36.117 cm-1 + (13,598396 eV)(8065,478 cm-1eV-1) – 124.417 cm-1

= 21.377 cm-1

Sekarang kita telah menempatkan kurva energi potensial dalam konteks


pembicaraan mengenai perhitungannya dari mekanika kuantum. Kita ingin
memahami mengapa molekul stabil H2+ terbentuk jika dua proton dan satu
elektron dibawa bersama-sama dan mengapa molekul H2 yang bahkan lebih
stabil terbentuk jika dua proton dan dua elektron dibawa bersama-sama.

2. Pendekatan Born-Oppenheimer

Semua informasi untuk perhitungan molekul dapat diperoleh dengan


menyelesaikan persamaan Schrӧdinger Ĥψ = Eψ.

Operator hamilton Ĥ sangat rumit untuk meloekul, bahkan untuk molekul yang
paling sederhana H2+ . Born dan Oppenheimer menunjukkan suatu pendekatan
yang dengan cara yang sama untuk penyelesaian persamaan Schrӧdinger.
Mereka menunjukkan bahwa walaupun elektron bergerak jauh lebih cepat dari
inti yang fungsi dari gelombang elektroniknya ψelek dapat dihitung dengan inti
pada posisi tertentu. Sebagai contoh, untuk ion molekul hidrogen, inti A dan B
terletak pada jarak antar inti R dan fungsi gelombang elektroniknya ψ elek dan
6

energi nilai eigennya E(R) dihitung untuk jarak antar inti. Perhitungan ini dapat
diulang untuk suatu seri jarak antar inti untuk memperoleh energi potensial
E(R) sebagai fungsi R.

Untuk lebih eksak digunakan simbol-simbol. Menurut pendekatan Born-


Oppenheimer, gerakan inti dan elektron dapat dipisahkan sehingga operator
Hamilton Ĥ untuk molekul :

Ĥ = Ĥinti + Ĥelek ……………………………………………………………….. (6)


dimana Ĥinti mengandung term energi kinetik untuk gerakan Ĥinti dan Ĥelek
mengandung term energi kinetik dan potensial untuk gerakan elektron. Dalam
pendekatan Born-Oppenheimer, fungsi gelombang molekul ditulis sebagai
produk fungsi gelombang 𝛹inti (R) untuk gerakan inti dan fungsi gelombang
𝛹elek (r,R) untuk geraka elektron pada konfigurasi inti tertentu, R.

Ψ = 𝛹(inti) (R) 𝛹 elek (r,R) ……………………………………………………… (7)

Disini r menyatakan jarak inti-elektron dan elektron-elektron. Energi elektronik


molekul E(R) merupakan fungsi hanya untuk jarak antar-inti R.

Ĥelek Ψelek (r,R) = E(R) Ψelek (r,R) …………………………………………………………. (8)

Untuk ion molekul hidrogen

ħ² 𝑒² 1 1 1
Ĥelek = 2𝑚 ∇²elek - (
4𝜋𝐸˳ 𝑟𝐴
+ 𝑟𝐵 − 𝑅 ) …………………………………………………. (9)

dimana koordinatnya didefinisikan dalam Gambar 3.


7

Gambar 3. Koordinat dalam H2+. Dua proton diberi label A dan B

Term pertama adalah operator energi kinetik elektron. Term lainnya


menyatakan gaya tarik elektrostatik antara elektron dan inti serta gaya tolak
elektrostatik antar inti ( perhatikan bahwa kita menggunakan m untuk
menyatakan massa elektron). Karena jarak antar inti R konstan dalam
perhitungan E(R), maka term gaya tolak inti e2/4𝜋 ∈oR tidak mempengaruhi
fungsi gelombang. Karena itu lebih lazim mengurangi term gaya tolak inti dan
Hamilton elektroniknya, yaitu :

ħ² 𝑒² 1 1
Ĥelek = - 2𝑚 ∇2elek - 4𝜋𝐸ₒ(𝑟𝐴 +𝑟𝐵 ) ………………………………………………….. (10)

dan persamaan Schrӧdinger elektroniknya adalah :

Ĥelekᴪ(r,R)=Eel(R) ᴪ(r,R) …………………………………………………… (11)

sehingga:

𝑒²
E(R)= Eel(R) + 4𝜋𝐸ₒ𝑅 …………………………………………………………… (12)

merupakan energi total ion molekul hidrogen dengan mengabaikan energi


translasi, vibrasi, dan rotasi dari molekul secara keseluruhan, disini digunakan
persamaan Schrӧdinger dengan bentuk persamaan 11, dan jika persamaan 11
telah diselesaikan untuk variasi jarak inti maka fungsi gelombang untuk gerakan
inti dapat dihitung dari persamaan Schrӧdinger hanya untuk gerakan inti. Fungsi
8

gelombang untuk gerakan inti mengandung informasi mengenai gerakan vibrasi


dan rotasi.

3. Ion Molekul Hidrogen

Persamaan elektronik Schrӧdinger untuk molekul yang paling sederhana


yang diberikan oleh persamaan diatas, dapat diselesaikan dengan tepat.
Perhitungan secara detail tidak diberikan disini, tetapi hanya hasilnya saja. Pada
setiap jarak antar inti dihasilkn suatu seri harga Eel(R) dan karenanya juga E(R).
untuk elektronik pada tingkat dasar, H2+ terdisosiasi menjadi proton dan atom
hidrogen pada tingkat dasar pada R = ∞. Jadi, Eel(∞) = -1/2H, seperti
ditunjukkan dalam gambar 4. Pada R = 0, Eel(0) = -1/2(2)2 = -2H, sebab ini
merupakan energi dari He+ pada tingkat dasar. Keadaan minimum pada kurva
E(R) (energi elektronik termasuk gaya tolak antar inti) adalah 0, 106 nm. Hal ini
sesuai dengan harga sebenarnya (lihat Tabel 2, Energi disosiasi De diukur dari
kedaan minimum kurva energi potensial yaitu 2, 793 eV (269, 483 kJ mol-1).

Walaupun persamaan elektronik Schrӧdinger dapat diselesaikan secara


tepat untuk H2+, tetapi bertambahnya elektron atau inti memerlukan introduksi
dari pendekatan. Karena itu adalah menarik untuk melihat metoda orbital
molekul sederhana berlaku untuk H2+.

Pendekaatan orbital molekul untuk H2+ kita mulai dengan ide bahwa dua
proton terpisah jauh, masing-masing mempunyai elektron pada orbital 1s.

Karena itu kita mengasumsikan bahwa pendekatan pertama, fungsi gelombang


elektronik untuk H2+ adalah :

ᴪ = C11sA + C21sB …………………………………………………………… (13)


9

dimana 1sA dan 1sB menyatakan fungsi gelombang 1s ternomalisasi berkenaan


dengan proton A dan B dan konstanta c1 dan c2 dievaluasi dengan metoda
variasi. Fungsi gelombang seperti itu dinyatakan sebagai fungsi LCAO (linear
combination of atomic orbitals).

Gambar 4. Energi elektronik tingkat dasar H2+. Energi diplot berkenaan dengan dua proton
dan satu elektron, pada jarak tak terhingga.

Variasi energi E adalah :

⨜ᴪ∗Ĥᴪ𝑑𝜏 ⨜[C₁1sA + C₂1sB]Ĥ[C₁1sA +C₂1sB ] dτ


E= =
⨜ᴪ∗ᴪ𝑑𝜏 ⨜[𝐶₁1𝑠𝐴+𝐶₂1𝑠𝐵]²𝑑𝜏

c 21 H AA + 2 c1 c2 H AB + c 22 H BB
=
c 21 S AA + 2 c1 c2 S AB + c 22 S BB

c 21 H AA + 2 c1 c2 H BB + c 22 H BB
= …………………………………… (14)
c 21 + 2 c1 c2 S + c 22

dimana telah digunakan simbol-simbol berikut :

HAA = ʃ 1sA Ĥ 1sA dτ = ʃ 1sB Ĥ 1sB dτ = HBB ………………………………….. (15)


10

HAB = ʃ 1sA Ĥ 1sB dτ = ʃ 1sB Ĥ 1sAdτ ………………………………………… (16)

SAA = ʃ 1sA 1sA dτ = ʃ 1sB 1sBdτ = SBB = 1 …………………………………... (17)

SAB = ʃ 1sA 1sB dτ = ʃ 1sB 1sA dτ = SBA = S …………………………………… (18)

Integral yang dinyatakan oleh S, dinyatakan sebagai integral overlap. Menurut


metode variasi, harga terbaik c1 dan c2 dalam persamaan di atas yang
memberikan harga E terendah. Persamaan 14 dikalikan dan diturunkan terhadap
c1 dan c2 sehingga :

𝜕𝐸 2𝑐1 (𝐻𝐴𝐴 − 𝐸) + 2𝑐2 (𝐻𝐴𝐵 − 𝑆𝐸)


= =0 ……………………………. (19)
𝜕𝐶₁ 𝑐12 + 2𝑐1 𝑐2 𝑆 + 𝑐22

𝜕𝐸 2𝑐1 (𝐻𝐴𝐵 − 𝑆𝐸) + 2𝑐2 (𝐻𝐵𝐵 − 𝐸)


= = 0 …………………………….. (20)
𝜕𝐶₂ 𝑐12 + 2𝑐1 𝑐2 𝑆 + 𝑐22

karena turunan ini sama dengan nol pada energi minimum. Harga c1 dan c2
diperoleh dengan menyelesaikan dua persamaan berikut :

c1(HAA – E) + c2(HAB – SE) = 0 ……………………………………….. ……(21)

c1(HAB – SE) + c2(HBB – E) = 0 …………………………………………….. (22)

Penyelesaiannya tidaklah mudah untuk c1 dan c2 dari persamaan bila determinan


koefisien c1 dan c2 sama dengan nol.

HAA – E HAB – SE

HAB – SE HBB – E =0 …………………………………………… (23)

Persamaan ini dinyatakan sebagai determinan sekular sehingga menggunakan


penyelesaian Eɡ dan Eu.

H AA + H AB
Eɡ = …………………………………………………………… (24)
1 + S

H AA − H AB
Eu = ……………………………………………………………. (25)
1 − S

Integral HAA disebut integral Coulomb sebab perbedaan antara HAA dan energi
atom hidrogen tunggal hanyalah interaksi Coulomb dari elektron yang terpusat
11

pada inti A dan B. Karena interaksi ini adalah gaya tarik, kontribusinya terhadap
HAA adalah negatif. Integral HAB dinyatakan sebagai integral resonansi. Bila
persamaan 24 atau 25 disubstitusi kembali ke persamaan 21 akan diperoleh :

c1 = c2 atau c1 = - c2 …………………………………………………….. (26)

Dengan mensubstitusi persamaan tersebut kedalam persamaan 13 dan dengan


menormalisasikannya diperoleh :

1
𝛹𝘨 = [1sA + 1sB] ………………………………………………….. (27)
2 1+𝑆 1/2

1
𝛹𝑢 = [1sA + 1sB] ………….………………………………….. (28)
2 1−𝑆 1/2

Disebabkan oleh simetri dari H2+ (D∞h) sehingga tidak mengejutkan bahwa
orbital dua proton beratnya sama.

Jadi molekul mempunyai sifat simetri, fungsi gelombang dapat atau tidak
dapat berubah tanda jika diinversikan melalui pusat simetri. Jika Ψ(x,y,z) = Ψ(-x,-y,-
z), fungsi gelombangnya mempunyai paritas genap dan diberi tanda dengan
subskrip ɡ untuk „ɡerade’ (Bahasa Jerman berarti genap). Jika Ψ(x,y,z) = -Ψ(-x,-y,-z)
fungsi gelombangnya mempunyai kesamaan ganjil dan diberi tanda subskrip u
untuk ‘unɡerade’ (Jerman berarti ganjil). Ini merupakan asal mula dari Ψɡ dan
Ψu.
12

Gambar 5. Ion molekul hidrogen (a). densitas probabilitas Ψɡ2 untuk fungsi gelombang genap
sepanjang garis yang melalui dua inti. (b) Densitas probabilitas Ψu2 untuk fungsi
gelombang ganjil. Dalam dua bagian, garis putus-putus merupakan setengah
densitas elektron untuk dua atom hidrogen yang terpisah. Densitas probabilitas di
luar inti di sebelah kiri dan kanan pada dasarnya diharapkan untuk pemisahan
atom hidrogen.

Densitas probabilitas elektron sepanjang garis dari dua inti diberikan


untuk Ψɡ dan Ψu dalam Gambar 5, dibandingkan dengan densitas probabilitas
yang diharapkan untuk dua atom hidrogen yang terpisah pada tingkat 1s.
Kuadrat fungsi gelombang :

1
Ψɡ2 = 2(1+𝑆) [(1sA)2 + 2(1sA)(1sB) + (1sB)2] ……………………………… (29)

1
Ψu2 = 2(1−𝑆) [(1sA)2 - 2(1sA)(1sB) + (1sB)2] ……………………………. (30)

menunjukkan bahwa densitas elektron naik antara inti dengan Ψɡ2 dan turun
dengan Ψu2. Kenyataannya, Ψu densitas elektron adalah nol pada bidang yang
13

memotong garis antara proton yaitu simpul yang berada dipertengahan diantara
proton.

Hal ini merupakan penambahan densitas elektron antara proton dengan


Ψɡ2 yang bertanggung jawab untuk ikatan. Karena orbital ini simetri
disekeliling aksis antar inti, maka dinyatakan sebagai orbital sigma dan karena
genap (ɡerade) dan disusun oleh dua orbital 1s maka dinyatakan 𝜍ɡ 1s.

Untuk fungsi gelombang molekul Ψu dengan segera terdisosiasi sehingga


orbital molekular ini dinyatakan sebagai orbital anti bonding. Orbital anti
bonding ini simetris di sekitar aksis antar inti dan dinyatakan sebagai orbital 𝜍u
1s. energi untuk Ψu jelaslah lebih tinggi dari Ψɡ, sehingga HAB harus negatif.

Harga Eɡ dihitung dari persamaan 24 dengan melakukan integrasi untuk


harga E(R) yang berbeda dan betul-betul menunjukkan harga minimum,
sehingga ini merupakan teori orbital molekular yang sangat sederhana yang
dapat menghitung ikatan dalam H2+. Bagaimanapun, diperoleh hasil Re = 0,123
nm (aktual = 0,106 nm) dan De = 1,77 eV (aktual = 2,793 eV). Perhitungannya
dapat dikembangkan dengan penambahan lebih lanjut term untuk fungsi
gelombang dan dengan menggunakan metode variasi untuk mengevaluasi lebih
lanjt parameter yang dapat disesuaikan.

Untuk membahas tingkat eksitasi berikut ini, perlu perlu diperhatikan


cara dalam mana orbital atom selain daripada 1s dapat digabungkan satu sama
lain. Cara dalam mana atom bergabung jika atom-atom dibawa bersama-sama,
diilustrasikan secara skematis pada Gambar 6.

Selagi atom berdekatan satu sama lain (R→0) terbentuk kesatuan atom.
Dalam kasus H2+, kesatuan atom mempunyai inti dengan muatan +2 dan
elektron tunggal sehingga ini adalah He+. Selagi (R→0) dua puncak Ψɡ
bergabung untuk membentuk tingkat 1s dari He+. Karena kita dapat
memvisualisasi transisi kontinyu dari H (1s) dalam atom terpisah terbatas
14

sampai He+ (1s) dalam batas kesatuan atom, dua tingkat ini dikatakan
terkorelasi. Selagi (R→0) dua puncak Ψu bergabung membentuk tingkat 2p dari
He+. Alasan bahwa H(1s) dalam batas pemisah atom yang berkorelasi dengan
H+(2p) adalah bahwa Ψu mempunyai bidang simpul antara dua inti. Oleh
karena itu fungsi gelombang untuk kesatuan atom harus mempunyai bidang
simpul yang melalui inti. Hal ini bersesuaian dengan orbital 2p dari H e+ yang
aksisnya terorientasi kea rah ikatan H-H.

Untuk kedua fungsi gelombang Ψɡ dan Ψu, momentum sudut di sekitar


aksis z adalah nol. Secara umum untuk elektron dalam molekul diatomik,
momentum sudut aksialnya adalah:

Lz = ±𝜆ħ ………………………………………………………………… (31)

dimana λ bersesuaian dengan harga absolute m₁ untuk suatu atom. Adalah lazim
menggunakan bilangan kuantum momentum sudut aksial untuk
mengklasifikasikan tingkat elektron dari molekul diatomik, seperti s, p, d, f, …
yang digunakan untuk mengklasifikasikan orbital atom dengan l = 0, 1, 2, 3, …

Dalam kasus ini, simbul huruf Yunani digunakan sebagai berikut :

λ 0 1 2 3

Orbital σ π δ ϕ
15

Gambar 6. Kombinasi orbital pada pemisahan atom yang membentuk orbital molekul
diatomik dan kesatuan atom yang bersesuaian. Garis putus-putus mengelilingi
daerah dimana densitas elektron adalah signifikan. Kurva solid dan garis
menyatakan permukaan simpul.

Orbital molekular diberi label dengan menggunakan bilangan kuantum


ini. Dalam pendekatan kesatuan atom, simbul orbital atom yang bersesuaian
diberi pertama kali kemudian λ untuk orbital H2+, Ψɡ→1s𝜍ɡ dan Ψu→2p𝜍u dari
sudut pandang kesatuan atom. Dalam pendekatan pemisahan atom, harga λ
diberikan pertama kali kemudian orbital atom yang bersesuaian, jadi Ψɡ→𝜍ɡ 1s
dan Ψu→𝜍u 1s. dalam membahas molekul, orbital setiap spesies diberi nomor
sederhana untuk kenaikan energi, jadi Ψɡ→1𝜍ɡ dan Ψu→1𝜍u. Simbol untuk
orbital dengan energi yang lebih tinggi ditunjukkan dalam Gambar 6. Keadaan
dasar untuk H2+ adalah satu-satunya dimana densitas elektron dalam daerah
antar inti cukup besar untuk menghasilkan molekul yang sangat stabil.

Diagram korelasi untuk H2+ ditunjukkan dalam Gambar 7. Perhatikan


bahwa orbital 2𝜍ɡ dapat dibentuk dari baik level 2s maupun 2pdari H + H+.
16

Gambar 7. Diagram korelasi untuk level energi H2+ . Skala energinya adalah skematik.
Perhatikan bahwa garis untuk orbital ikatan miring ke kanan atas dan garis untuk
orbital anti ikatan miring ke kanan bawah.
17

Gambar 8 menunjukkan kurva energi potensial untuk keadaan dasar H2+


dan satu seri tingkat tereksitasi. Energi ini dapat dihitung dengan derajat akurasi
yang diinginkan.

Gambar 8. Tingkat dasar dan tereksitasi H2+. Energi diukur relatif untuk melengkapi proton
dan satu elektron yang terpisah.

4. Deskripsi Orbital Molekul dari Molekul Hidrogen

Dalam memulai dari H2+ ke H2 kita menggunakan pendekatan yang sama


dengan memulai dari atom hidrogen atom ke atom helium. Yaitu, kita
mengasumsikan bahwa setiap elektron dapat ditentukan untuk suatu orbital
sehingga fungsi gelombang elektroniknya untuk molekul adalah produk dari
dua fungsi gelombang untuk dua elektron.

Ψmo = Ψi(1) Ψj(2) ……………………………………………………. (32)


18

dimana i dan j menandakan perbedaan orbital, 1 dan 2 menandakan kedua


elektron. Sesuai dengan prinsip Pauli, dua elektron dengan spin berlawanan
dapat ditentukan untuk orbital ruang tertentu (spatial orbital), sehingga sebagai
pendekatan pertama kali akan mengasumsikan bahwa pada tingkat dasar
molekul hidrogen, dua elektronnya ditempatkan dalam orbital 1σg yang
membentuk H2+ . Jadikonfigurasi elektron H2 akan digambarkan sebagai (1σg)2 ,
seperti kita menggambarkan konfigurasi elektron untuk He yaitu (1s)2. Elektron
dengan spin berlawanan dengan menunjuk satu untuk spin orbital 1σgα dan yang
lain spin orbital 1𝜍ɡ𝛽. Dengan menggunakan persamaan 27 dan 32 mengarah
pada :

ΨMO[(lσg)2] = lσg(1)lσg(2)𝛼 1 𝛽(2)

[1𝑠𝐴 (1) + 1𝑠𝐵 (1)] (2) + 1𝑠𝐵


[1𝑠𝐴 (2)] 𝛼 1 𝛽(2)
= 2 ( 1 + 𝑆𝐴𝐵 )
……………(33)

Orbital molekul ini masih tidak memuaskan dari sudut pandang prinsip Pauli
sebab tidak anti simetri berkenaan dengan pertukaran elektron. Seperti dalam
kasus He, defisiensi ini dapat diperbaiki dengan mengganti 𝛼 1 𝛽(2) dengan
besaran [𝛼 1 𝛽 2 − 𝛼 2 𝛽(1)]√2. Bagaimanapun tidak akan diikuti hal ini
sebab fungsi spin yang digunakan tidak mempengaruhi harga E(R) yang
diperoleh dari persamaan Schrӧdinger dengan menggunakan ΨMO.

Gambar 9. Koordinat dalam molekul hidrogen. Dua proton dinyatakan sebagai A dan B

Dengan menggunakan pendekatan Born-Oppenheimer, Hamiltonian


elektronik molekul hidrogen adalah :
19

ћ2 𝑒² 1 1 1 1 1
Ĥel = ─ 2𝑚 (∇12 + ∇22 ) + −𝑟 −𝑟 −𝑟 −𝑟 − 𝑟₁₂ …… (34)
4𝜋𝐸˳ 𝐴1 𝐴2 𝐵1 𝐵2

dimana koordinatnya didefinisikan dalam Gambar 9. Seperti dalam kasus H₂+,


energi elektronik Eel dapat dihitung dari persamaan 11 dan energi termasuk gaya
tolak antar inti dihitung dengan menggunakan persamaan 12.

Jika E(R) dihitung sebagai fungsi R menggunakan ψMO [(1𝜍ɡ)2], maka


dijumpai bahwa Re = 0,084 nm (eksperimental = 0,074 nm) dan De = 2,65 eV
(eks = 4,75 eV). Kesalahan besar pada perhitungan energi sebagian disebabkan
oleh pendekatan yang meliputi pendekatan LCAO dan penggunaan orbital satu
elektron. Fungsi gelombang ini mempunyai defisiensi (kekurangan) serius
lainnya dalam mana hal itu menggambarkan situasi dimana H2 tampaknya
terdisosiasi menjadi dua atom netral atau menjadi H- dan H+, bagaimanapun
tingkat dasar selalu terdisosiasi menjadi dua atom netral. Oleh karena itu kita
harus melihat pendekatan yang lain.

5. Deskripsi Ikatan Valensi Molekul Hidrogen

Metoda ini merupakan basis untuk perlakuan mekanika kuantum pertama.


Dalam tahun 1927 Heitler dan London mengembangkan pendekatan yang
menggunakan fungsi dua elektron untuk menyatakan ikatan pasangan elektron.
Konstruksi fungsi gelombang ikatan valensi untuk H2 dimulai dengan observasi
bahwa untuk R→∞ fungsi gelombangnya harus mendekati bentuk 1sA(1)
1sB(2), karena molekul terdisosiasi menjadi dua atom 1s H yang terpisah.
Kuadrat fungsi gelombang ψ merupakan fungsi densitas probabilitas sistem dan
sama dengan produk dua densitas probabilitas [1sA(1) 2] dan [1sB(2)2]. Jadi
probabilitas untuk menemukan elektron (1) pada volume tertentu dan elektron
(2) pada volume spesifik lainnya adalah sama dengan produk dua probabilitas.
20

Selagi dua atom dibawa bersama-sama lebih dekat, sistemnya dapat


secara kontinyu digambarkan oleh fungsi gelombang ini, kecuali elektronnya
tidak dapat dibedakan. Tidak dapat dibedakannya elektron ini diperhitungkan
dengan menggunakannya sebagai fungsi gelombang, jumlah dua fungsi
gelombang ;

ψVB = 1sA(1)1sB(2) + 1sA(2)1sB(1) …………………………………………….. (35)

dimana VB = valence bond.

Fungsi gelombang ini merupakan basis perlakukan Heitler-London (1927) yang


memberikan harga teoritis yang masuk akal untuk pertama kali bagi energi
disiosiasi H2. Bentuk ini tidak memuaskan untuk fungsi gelombang H2 sebab
tidak melibatkan spin. Tahap-tahap dalam konstruksi fungsi ikatan valensi (VB)
anti simetri untuk H2 sangat mirip dengan pembahasan tingkat eksitasi pertama
atom He. Hal ini mengarah pada fungsi gelombang anti simetri berikut:

Singlet:

1
ψ1 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) + 1sA(2)1sB(1) ] [ α(1)β(2) ─ α (2) β(1) ] ………….. (36)

Triplet:

1
ψ2 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) – 1sA(2)1sB(1) ]α(1)α(2) …………………………… (37)
1
ψ3 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) – 1sA(2)1sB(1) ]β(1)β(2) ………………………… (38)

1
ψ4 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) – 1sA(2)1sB(1) ][ α(1)β(2)+α(2)β(1) ] ………………. (39)

Karena bagian ruang ψ1 merupakan jumlah dua kontribusi, maka densitas


elektronnya bertambah besar di antara inti, dibandingkan dengan dihitung untuk
ψ2, ψ3, atau ψ4. Perhitungan perkiraan energi dengan operator Hamilton untuk
H2 diperoleh Re = 0,087 nm (eksp: 0,074 nm) dan De = 3,14 ev (eksp: 4,75 eV).
Jadi ψ1 menghasilkan harga De menjadi lebih akurat tetapi harga Re kurang
akurat dibanding dengan fungsi gelomang molekul sederhana (persamaan 33).
21

ψ1 tidak dapat difaktorkan menjadi orbital satu elektron seperti yang bisa untuk
ψMO[(𝜍g)2], bahkan jika hal ini memberikan fungsi gelombang yang lebih benar
dalam batas R→ ∞.

6. Kalkulasi Akurat pada Molekul Hidrogen

Tahap berikut adalah memperhatikan ψVB dan ψMO untuk mengidentifikasi


kelemahannya dan menambahkan term dengan koefisien variabel untuk
mengoreksi kekurangannya. Jika kita mengalikan bagian ruang sebelah luar dari
ψMO kita memperoleh:

1
ψMO = 2 (1+𝑆 [1sA(1)1sA(2) + 1sB(1)1sB(2) + 1SA(1)1SB(2) + 1sA(2)1sB(1)] ... (40)
𝐴𝐵 )

Term pertama menggambarkan tingkat HA-HB+ dan term kedua menggambarkan


tingkat HA+HB-. kita telah mengidentifikasikan sebagai permasalahan
sebelumnya, sebab ψMO menggambarkan tingkat keadaan R = ∞ yaitu 50% H+
dan H- dan 50% H + H. permasalahan ini dapat direduksi dengan
memperkenalkan koefisien variabel c1 dan c2 dalam :

ψ = c1(R) ψkovalen + c2ψionik ………………………………………………….. (41)

dimana

ψkovalen = 1sA(1)1sB(2) + 1sA(2)1sB(1) ………………………………………… (42)

ψionik = 1sA(1)1sA(2) + 1sB(1)1sB(2) ………………………………………….. (43)


Dengan menggunakan metoda variasi, harga c1 dan c2 dapat ditentukan pada
setiap harga R.

Ikatan valensi fungsi gelombang sederhana mempunyai kelemahan yaitu


harganya yang kecil ketika elektron dekat dengan satu sama lain. Jadi ini dapat
diperbaiki dengan menambahkan term ionik. Ini juga mengarah pada persamaan
22

41. karena persamaan 41 menghasilkan Re = 0,0749 nm (eks = 0,074139 nm)


dan De = 4,00 eV (eks = 4,7483 eV), pencatuman satu parameter variasi
mengarah pada perbaikan yang layak.

Dari sudut pandang orbital molekular, persamaan 41 dapat ditulis dalam


bentuk ekuivalen :

ψ = c3(R) ψMO[(1𝜍g)2] + c4(R) ψMO[(1𝜍u)2] …………………………………… (44)

Konfigurasi campuran ini, dalam kasus ini (1𝜍g)2 dan (1𝜍u)2 adalah suatu contoh
interaksi konfigurasi. Dengan menggunakan komputer, lebih banyak
konfigurasi dapat dimasukkan. Dengan menggunakan 100 term fungsi
gelombang Kolos dan Wolniewicz memperoleh Do = 36.117,8 cm-1. Harga
teoritis jarak antar inti H2 adalah 0,074140 nm dibandingkan dengan harga
eksperimental pengukuran spektroskopi 0,074139 nm.

Molekul Hidrogen mempunyai jumlah tak terbatas tingkat elektron


tereksitas. Kurva energi potensial beberapa diantaranya ditunjukkan dalam
Gambar 10. Energi dari beberapa tingkat tereksitasi dinyatakan oleh formula
Rydberg, sehingga dinyatakan sebagai tingkat Rydberg. Karena H2+ mempunyai
tingkat dasar yang stabil maka akan mempunyai orbit elektron pada jarak
tertentu. Pada tingkat Rydberg, orbit elektron mengitari muatan positif ini.

Ikatan antar dua atom Hidrogen merupakan perkecualian dalam hal mana
sumber utama energi tolakan disebabkan gaya tolak elektrostatik proton. Untuk
ikatan kovalen tidak melibatkan atom Hidrogen, setiap inti dilindungi oleh
elektron bagian dalam.
23

Gambar 10. Kurva energi potensial untuk tingkat dasar dan tereksitasi dari H2.

Gaya tolak muncul bila bagian tengah elektron dalam hal ini, mulai terjadi
interpenetrasi. Jika ditambahkan elektron ketiga pada ikatan maka menghasilkan
H2-, harus ditambahkan orbital anti bonding, seperti disyaratkan oleh prinsip
ekslusi Pauli. Karena orbital anti bonding mempunyai energi yang jauh lebih
tinggi, ini mengarah pada energi tinggi untuk H2- dan ketidakstabilan untuk H2
+ e-.

7. Konfigurasi Elektron Molekul Diatomik Homonuklir

Pendekatan orbital molekular mempunyai keuntungan bahwa molekul


dapat digambarkan dalam term deretan orbital, masing-masing megandung dua
elektron dengan spin berlawanan. Setiap elektron digambarkan oleh satu fungsi
gelombang elektron. Orbital ini dinamai setelah tingkat molekul H2+. Seperti
24

kita lihat pada sub bab 3, orbital ini diklasifikasikan menurut bilangan kuantum
λ untuk rotasi fungsi gelombang disekitar aksis antar inti.

Diagram korelasi untuk molekul diatomik homonuklir secara umum lebih


rumit daripada untuk H2+ dan H2 (Gambar 8), sebab level energi dengan lebih
dari satu elektron bergantung pada bilangan kuantum momentum sudut l dan
juga bilangan kuantum utama n, sebagai contoh tingkat 2s dan 2p mempunyai
energi yang berbeda. Diagram korelasi untuk molekul diatomik homonuklir
diberikan pada Gambar 11 Garis antara level dalam kesatuan atom dan dalam
pemisahan atom digambarkan sedemikian rupa sehingga momentum sudut (l
dan λ) dan paritas (g dan u) tetap tidak berubah. Orbital dihubungkan sesuai
dengan kenaikan energi.

Struktur elektronik molekul diatomik homonuklir berturut-turut diperoleh


dengan diagram korelasi dengan menggunakan prinsip Aufbau, yaitu elektron
ditambahkan pada orbital berpasangan, sesuai kenaikan energi.

Tabel 2. Tingkat Dasar Molekul Diatomik Homonuklir dan Ion

De
Molecule Number of Configuration Bond Re/nm eV kJ mol-1
Elektrons Order
H 2+ 1 (1𝜍g) 1/2 0.106 0 2.793 269.483
2
H2 2 (1𝜍g) 1 0.074 12 4.7483 458.135
+ 2
He2 3 (1𝜍g) (1𝜍u) 1/2 0.108 0 2.5 238
He2 4 (1𝜍g)2(1𝜍u)2 0 ___ ___ ___
2
Li2 6 [He2] (2𝜍g) 1 0.267 3 1.14 110.0
2 2
Be2 8 [He2] (2𝜍g) (2𝜍u) 0 ___ ___ ___
B2 10 [Be2](1πu)2 1 0.158 9 ̴ 3.0 ̴ 290
4
C2 12 [Be2](1πu) 2 0.124 2 6.36 613.8
+ 4
N2 13 [Be2](1πu) (3𝜍g) 2 1/2 0.111 6 8.86 854.8
4 2
N2 14 [Be2](1πu) (3𝜍g) 3 0.109 4 9.902 955.42
O 2+ 15 [N2] (1πg) 2 1/2 0.112 27 6.77 653.1
2
O2 16 [N2] (1πg) 2 0.120 74 5.213 502.9
4
F2 18 [N2] (1πg) 1 0.143 5 1.34 118.8
4 2
Ne2 20 [N2] (1πg) (3𝜍u) 0 ___ ___ ___
25

Gambar 11. Diagram Korelasi untuk Molekul Diatomik Homonuklir. Skala Energi adalah
Skematis, tetapi Garis Putus-putus Menunjukkan Urutan yang Benar untuk
Pengisian dari Molekul yang Dimaksud.

Perhatikan bahwa urutan energi orbital bervariasi terhadap R. Dua


elektron dapat ditempatkan pada level 𝜍 dan empat elektron pada level π atau δ
(karena Lz = +λħ membuat degenerasi orbital dua kali lipat). Konfigurasi
elektron tingkat dasar dari molekul diatomik homonuklir deret pertama tabel
periodik dimuat pada Tabel 2. Dalam molekul dengan banyak elektron, elektron
bagian dalam cenderung terkonsentrasi disekitar inti dan mengambil bagian
26

yang kecil dalam pembentukan ikatan. Kenyataannya bahwa konfigurasi yang


tercantum dalam tabel tidaklah berarti bahwa molekul terseut stabil. Orbital
yang cenderung menambah densitas elektron antar atom dinyatakan sebagai
orbital ikatan. Orbital ikatan adalah 1𝜍g, 2𝜍g, 1πu, 3𝜍g, … Orbital dengan
bidang simpul antar inti adalah orbital anti ikatan. Jadi 1𝜍u, 2𝜍u, 1πg, dan 3𝜍u
adalah orbital anti ikatan. Perhatikan bahwa orbital molekul diatomik
homonuklir adalah berpasangan, satu ikatan dan satu anti ikatan. Kekuatan
ikatan dari elektron dalam orbital ikatan biasanya agak kurang dibandingkan
dengan kekuatan anti ikatan elektron dalam orbital anti ikatan.

Adalah bermanfaat mendefinisikan orde ikatan yang secara kasar


sebanding dengan kekuatan ikatan. Orde ikatan sama dengan jumlah pasangan
elektron ikatan dikurangi dengan jumlah pasangan elektron anti ikatan. Orde
ikatan 1, 2, dan 3 bersesuaian dengan apa yang biasanya kita sebut sebagai
ikatan tunggal, double, dan triple.

He2+ [elek; konfigurasi: 3; (1𝜍g)2(1𝜍u)]

Elektron ketiga pada ion molekular ini adalah orbital anti ikatan. Tetapi
terdapat ikatan netto ( bersih, net bonding) sebab terdapat dua elektron pada
orbital ikatan. Ion ini teramati pada bunga api listrik.

He2 [elek; konfigurasi: 4; (1𝜍g)2(1𝜍u)2]

Menurut teori orbital molekul sederhana, satu pasang elektron akan


menempati orbital 1𝜍g dan satu pasang akan menempati 1𝜍u. Karena baik orbital
ikatan maupun orbital anti ikatan telah terisi, maka tidak ada penurunan energi
seperti dibandingkan dengan dua atom Helium terisolasi, dan molekul stabil He 2
tidak terbentuk.

Li2. [elek; konfigurasi: 6; (He2)(2𝜍g)2]


27

Pasangan elektron tambahan diluar He2 menuju orbital 2𝜍g. Jadi terdapat
ikatan tunggal antara dua inti. Uap logam lithium terutama sekali adalah
monoatom sebab ikatan Li2 adalah sangat lemah.

Be2. [elek; konfigurasi: 8; (He2)(2𝜍g)2(2𝜍u)2]

Pasangan elektron tambahan di luar Li2 menuju orbital anti ikatan 2𝜍u.
Jadi seperti dalam kasus He2, tidak ada stabilisasi netto seperti dibandingkan
dengan atom Be terisolasi.

B2. [elek; konfiguasi: 10; (Be2)(1πu)2]

Menurut Gambar 11, pasangan elektron tambahan di luar Be2 menuju


orbital 1πu terbentuk ikatan tunggal dan molekul diatomik stabil. Pengukuran
spektroskopi menunjukan bahwa tingkat dasar adalah triplet, sehingga dua
elektron sebelah luar berbeda orbital 1πu nya. Jika terdapat beberapa orbital
dengan energi yang sama, maka aturan Hund mengharuskan elektron menyebar
sendiri diantara beberapa orbital. Karen terdapat dua elektron tak berpasangan
maka tingkat dasarnya adalah triplet.

C2. [elek; konfigurasi: 12; (Be2)(1πu)4]

Dua elektron tambahan di luar B2 mengisi dua setengan vakan orbital


ikatan 1πu. Jadi C2 mempunyai empat elektron pada orbital ikatan yang tidak
diimbangi oleh elektron yang bersesuaian dengan orbital anti ikatan. Karena C2
mempunyai orde ikatan 2, dibandingkan 1 untuk B2, maka kita dapat berharap
C2 mempunyai ikatan yang lebih kuat dan jarak antar inti yang lebih kecil
diandingkan dengan B2.

Walaupun C2 ada dalam gas temperatus tinggi yang kaya dengan karbon
tetapi juga terdapat spesies lain (C3, C4, ...) dan karbon membentuk jaringan
pada tingkat padatan (diamond dan grafit) daripada terkondensasi menjadi C 2.
Kedua fenomena ini disebabkan oleh kenyataan bahwa energi 1πu dan 3𝜍g
28

begitu dekat dimana molekul C2 dengan mudah meningkat pada konfigurasi


eksitasi [Be2](1πu)3(3𝜍g). Elektron tak berpasangan dalam molekul ini dapat
membentuk ikatan dengan karbon berikutnya dan memperoleh energi yang
cukup untuk mengimbangi energi eksitasi.

N2. [elek; konfigurasi: 14; [Be2](1πu)4(3𝜍g)2].

Pasangan elektron tambahan di luar C2 mengisi orbital ikatan 3𝜍g. Jadi N2


mempunyai tingkat dasar singlet dan ikatan triplet. Disebabkan oleh ikatan yang
kuat ini untuk membentuk molekul diatomik, maka gas nitrat terkondensasi
membentuk kristal molekular. Tingkat eksitasi pertama N2 adalah 6,2 eV di atas
tingkat dasar.

O2. [elek; konfigurasi : 16 : [N2](1𝜋𝑔)2]

Menurut teori orbital molekul sederhana, pasangan elektron tambahan di


luar N2 menuju orbital 1𝜋𝑔. Karena terdapat dua degenerasi orbital 1𝜋𝑔,
maka dua elektron dapat menuju baik orbital yang sama atau yang
berbeda. Jika menuju orbital yang sama akan terbentuk tingkat singlet dan
jika menuju orbital yang berbeda akan terbentuk tingkat triplet. Seperti
dalam kasus atom dimana aturan Hund meramalkan bahwa tingkat triplet
akan mempunyai energi yang lebih rendah, dalam O2 elektron menuju
orbital yang berbeda dan mempunyai spin paralel. Oleh karena itu, tingkat
dasar O2 mempunyai spin satu yang bersifat paramagnetik. Ramalan ini
merupakan satu-satunya keberhasilan awal teori MO.

F2. [elek; konfigurasi : 18 : [N2](1𝜋𝑔)4]

Dua elektron tambahan diluar O2 mengisi orbital 1𝜋𝑔 sehingga tingkat


dasarnya adalah singlet. Karena pasangan elektron dalam dua orbital anti
bonding 1𝜋𝑔 menghapus/mengkansel ikatan disebabkan dua pasangan
29

elektron dalam orbital ikatan, maka ikatannya lebih lemah dari pada O2,
dan jarak antar inti lebih besar.

Ne2. [elek; konfigurasi: 20 : [N2](1π𝑔)4(3𝜍u)2].

Orbital 3𝜍u akan terisi sehingga pengaruh anti ikatan mengkansel


pengaruh ikatan dan tidak ada molekul stabil yang terbentuk.

Gambar 12 menunjukkan bentuk diagram untuk densitas elektron dari


molekul diatomik stabil untuk H2 sampai F2. Densitas elektron ini dihitung
dengan metode Hartree-Fock.

Diagram korelasi dapat dibuat untuk molekul diatomik heteronuklir tetapi


harus diperhatikan kenyataan bahwa level energi dalam dua atom dapat sangat
berbeda. Untuk orbital atom dalam dua atom yang terlibat dalam ikatan, mereka
harus mempunyai kesamaan 𝜍, 𝜋, … sifat-sifat dan energi yang tidak terlalu
berbeda. Elektron dalam molekul diatomik heteronuklir cenderung terlokalisasi
di sekitar satu inti daripada inti lainnya, sehingga molekul cenderung
mempunyai momen dipol. Dalam kasus ekstrim terbentuk molekul lonik.
Perbedaan afinitas atom yang berbeda dalam molekul untuk elektron dibahas
dalam term elektronegativitas.

Fungsi gelombang untuk molekul poliatom bergantung pada semua jarak


ikatan dan sudut ikatan. Untuk menghitung konfigurasi kesetimbangan, perlu
menghitung fungsi gelombang untuk kisaran jarak dan sudut ikatan.
30

Gambar 12. Densitas Elektron untuk Molekul Diatomik Kovalen. Densitas Muatan Diplot
dalam Elektron Perkubik bohr. Kontur Garis yang Berdekatan Berbeda dengan
Faktor 2. Kontur Garis paling dalam untuk Setiap Diagram adalah 1 Elektron
(bohr)-3, kecuali untuk H2, 0,25 elektron (bohr)-3. Kontur Garis paling luar
adalah 6,1x10-5 Elektron (bohr)-3 dalam Semua Kasus. Satu bohr = 5,29x10-11m.

Terdapat dua tipe perhitungan mekanika kuantum, „ab initio‟ dan semi
empiris. Dalam perhitungan „ab initio‟ digunakan Hamiltonian terkoreksi dan
penyelesaiannya dicari tanpa data eksperimental. Dalam perhitungan semi
empiris digunakan pendekatan Hamiltonian dan paramter dapat diatur agar
sesuai dengan pemasukan data eksperimental.
31

8. Elektronegativitas

Terdapat beberapa cara untuk mengetimasi kecenderungan molekul untuk


menari dalam molekul AB diukur dengan stabilitas relatif A+B- dan A-B+.
Perbedaan energi antara struktur tersebut adalah :

E(A+B-)-E(A-B+) = (IPA-EAB) – (IPB- EAA)

= (IPA-EAA) – (IPB – EAB) (45)

dimana IP adalah potensial ionisasi dan EA adalah afinitas elektron. Mulliken


mendifinisikan perbedaan elektronegativitas antara atom A dan B adalah
½[E(A+B-)-E(A-B+)]. Jadi definisi elektronegativitas suatu atom adalah
½(IP+EA). Elektronegativitas suatu atom bergantung pada tingkat valensinya,
sehingga pengguna potensial ionisasi dan afinitas elektron tidaklah sederhana
untuk tingkat dasar dari atom.

Skala elektronegativitas Pauling didasarkan pada observasi energi


berlebih ikatan A – B, rata-rata energi ikatan A – A dan B – B jika ikatan A – B
adalah polar. Pauling mendefinisikan perbedaan elektronegativitas antara A dan
B adalah 0,102 (∆AB/kj mol -1)1/2, dimana :

∆𝐴𝐵 = 𝐸 𝐴 − 𝐵 − 1/2[𝐸 𝐴 − 𝐴 + 𝐸 𝐵 − 𝐵 ]

E adalah energi disosiasi dari ikatan yang dibahas. Elektronegativitas H diset


pada 2,1. Harga skala Mulliken dalam eV dapat dikonversi ke skala Pauling
dengan membagi dengan 3,17. Tidak diperoleh kesesuaian yang pasti, tetapi
skalanya relatif cukup sesuai. Flour adalah atom yang sangat elektronegatif (4,0
skala Pauling) dan Sesium adalah atom yang paling rendah
elektronegativitasnya (0,7 skala Pauling). Elektronegativitas sejumlah unsur
diberikan pada Gambar 13 yang menunjukkan bahwa elektronegativitas
bergantung pada posisi unsur dalam tabel periodik.
32

Gambar 13. Ketergantungan elektronegativitas (skala Pauling) terhadap posisi pada tabel
periodik

Jika kita menuju ke bawah pada kolom halogen dari tabel periodik, atom-atom
turun elektronegativitasnya, disebabkan kenaikan efektif tabir muatan inti oleh
elektron sebelah dalam. Atom logam alkali mempunyai kecenderungan
besarhilangnya elektron sebelah luar dan karena itu elektronegativitasnya
rendah.

Dengan menggunakan elektronegativitas dimungkinkan untuk meramal ikatan


mana yang bersifat ionik dan yang mana kovalen. Dua unsur dengan
elektronegativitasnya yang sangat berbeda seperti holagen dan logam alkali
mebentuk ikatan ionik sebab elektron hampir ditransfersemua ke atonm dengan
elektronegativitas lebih tinggi. Dua unsur yang hampir sama
elektronegativitasnya membentuk ikatan kovalen. Sebagai contoh karbon, yang
menempati posisi intermediet dalam skala elektronegativitas, membentuk ikatan
kovalen dengan unsur-unsur di dekatnya pada tabel periodik. Jika sangat
berbeda elektronegativitas dua unsur, ikatannya adalah polar (yaitu mempunyai
tingkat karakter ionik yang tinggi) seperti dalam kasus natrium klorida. Secara
umum ikatan kimia penggunaan bersama pasangan elektron tidaklah tepat sama
sehingga ikatan mempunyai karakter ionik yang mengakibatkan momen dipol
pada ikatan.
33

9. Ikatan Hidrogen

Sejumlah struktur molekul seperti HF2- dan dimer dari asam format dalam
fase gas merupakan bukti pembentukkan ikatan hidrogen. Konstanta disiosisasi
asam yang sangat tinggi dari asam salisilat, dibandingkan dengan isomer meta
dan para juga bukti ikatan hidrogen (lihat Gambar 14). Ikatan hidrogen
terbentuk jika proton digunakan bersama antara dua atom elektronegatif, seperti
F, O, atau N, jika terpisah dengan jarak yang sesuai. Proton dari ikatan hidrogen
ditarik dari konsentrasi tinggi dari muatan negatif disekitar atom elektronegatif
ini. Fluor membentuk ikatan hidrogen yang sangat kuat, oksigen lebih lemah
dan nitrogen lebih lemah lagi. Sifat yang luar biasa dari air disebabkan oleh
banyaknya pembentukkan ikatan hidrogen yang melibatkan empat pasang
elektron sunyi dari oksigen. Dalam bentuk es terdapat susunan tetrahedral
dengan setiap atom oksigen terikat pada empat atom hidrogen. Ikatan hidrogen
terbentuk sepanjang aksis di setiap pasang elektron sunyi dalam es, dan
keberadaannya dalam air yang bertanggung jawab untuk titik didih air yang
tinggi jika dibandingkan dengan titik didih hidrida unsur lain dari kolom yang
sama pada tabel periodik (H2S, -620C; H2Se, -420C, H2Te, -40C) jika air
diuapkan, ikatan hidrogen ini putus. Tetapi ikatan hidrogen dalam asam format
dan asam asetat masih cukup kuat untuk terjadi dimerisasi dari tipe yang
digambarkan dalam Gambar 19, untuk tetap ada dalam fasa uap. Asam benzoat
dan karbosiklis lainnya membentuk dimer pada pelarut non polar tertentu
seperti benzene dan karbon tetraklorida.

Gambar 14. Contoh Ikatan Hidrogen


34

Ikatan hidrogen antara N dan O adalah yang bertanggung jawab untuk


kestabilan 𝛼 helix yang terbentuk oleh polipeptida. Struktur helix ini dijumpai
pada molekul protein.

10. Ikatan Ionik

Jika atom-atom dengan elektronegatifitas yang hampir sama membentuk


ikatan, orbital molekul terbesar lebih atau kurang merata pada dua atom dan
terbentuk ikatan kovalen. Jika atom-atom mempunyai elektronegatifitas yang
agak berbeda, ikatan elektron tidak dipakai merata tetapi ditarik ke arah atom
yang lebih elektronegatif. Jika elektronegatifitasnya sangat berbeda, elektron
semuanya bergerak ke arah atom yang lebih elektronegatif dan membentuk
ikatan ionik.

Energi interaksi E(R) ikatan ionik dapat dihitung dengan menggunakan


hukum Coulomb. Jika dua ion semakin dekat satu sama lain disebabkan oleh
gaya tarik Coulomb maka posisi kesetimbangan dicapai pada suatu titik
disebabkan oleh gaya tolak. Energi tolakan pada ring-pendek naik sangat cepat
jika awan muatan dua ion mulai overlap. Energi tolakan dapat dinyatakan
sebagai persamaan empiris seperti b exp (-aR). Jadi energi potensial E(R)
molekul diatomik adalah:

𝑞1𝑞2
E(R) = - 4𝜋𝜀𝑜𝑅 + be-aR ……………………………………………… (46)

Dimana energi diukur berkenaan dengan pemisahan ion. Pengaruh selanjutnya


dapat diperhitungkan sebagai contoh, medan listrik ion terpolarisasi, awan
elektroda dari ion lainnya dan pembentukkan energi dari gaya tarik.
Bagaimanapun, energi gaya tolak dan energi polarisasi begitu kecil, mendekati
Re, dimana term gaya tolak Coulomb sendiri memberikan penaksiran yang bagus
untuk energi disiosiasi molekul ionik.
35

Persamaan 46 diterapkan untuk disiosiasi menjadi ion-ion terpisah.


Tingkat dasar sistem terdisosiasi terdiri dari atom-atom daripada ion. Energi
disiosiasi De menjadi atom-atom adalah:

De (MX → M + X) = De (MX → M+ + X-) – I(M) + A(X) ……………. (47)

Dimana De (MX → M+ + X-) adalah energi disiosiasi ion, I(M) adalah potensial
ionisasi atom logam dan A(X) adalah afinitas elektron atom non logam. Karena
potensial ionisasi terendah lebih besar dari afinitas elektron tertinggi, maka D e
(MX → M + X) lebih kecil dari De (MX → M+ + X-). Apa yang terjadi jika M+X-
terdisiosiasi adalah bahwa pada suatu jarak antar inti yang besar, system dapat
menurunkan energinya dengan pergerakan elektron dari X- ke M+.

11. Momen Dipol

Jika muatan positif +q terpisah dari muatan negative –q dengan jarak r,


besarnya momen dipol adalah 𝜇 = qr. Momen dipol 𝜇 adalah besaran vector dari
muatan negatif ke muatan positif yang besarnya |𝜇|

Satuan SI momen dipol adalah Cm.

Momen dipol untuk muatan gugus titik qi adalah:

𝜇= 𝑖 𝑟𝑖𝑞𝑖 ………………………………………………………… (48)

dimana ri adalah vektor dari titik asal ke muatan q i. Untuk distribusi muatan
𝜌(x,y,z), momen dipolnya didefinisikan sebagai:

𝜇 = ∭ r(x,y,z) 𝜌(x,y,z) dxdydz …………………………………..……(49)

Untuk distribusi dengan muatan total nol, momen dipol sama dengan produk
dari muatan absolut baik distribusi positif atau negatif dikalikan jarak vektor r
antara pusat dua distribusi.
36

𝜇 = Q+ r = |Q-| r …………………………………………………… (50)

12. Konstanta Dielektrik

Kapasitan C dari kapasitor plat paralel didefinisikan sebagai rasio muatan


satu plat terhadap perbedaan potensial antar konduktor. Jadi kapasitan
mempunyai satuan Coulomb pervolt; satuan ini dinyatakan sebagai farad F;
yaitu 1F = 1C/V

Gambar 15. Kapasitor Plat Paralel Diisi dengan Dielektrik

Jika bahan isolator, sering dinyatakan sebagai dielektrik, ditempatkan


diantara plat kapasitor, kapasitannya naik sebab muatan netto muncul pada
permukaan dielektrik, seperti ditunjukkan pada Gambar 15. Sebagai akibat
muatan permukaan ini, medan listrik dalam dielektrik ini direduksi di bawah
dari yang telah ada dalam kapasitor dengan muatan sama dengan plat dengan
tidak adanya dielektrik. Karena perbedaan potensial antara plat direduksi oleh
dielektrik dan kapasitannya sama dengan rasio muatan pada satu plat terhadap
perbedaan potensial antar plat, kapasitannya naik.

Konstanta dielektrik 𝓚 dari dielektrik didefinisikan sebagai rasio


kapasitan Cd dari kapasitor yang terisi dielektrik terhadap kapasitan C jika
kapasitor dikosongkan.
37

𝓚 = Cd/C …………………………………………………………. (51)

Jadi konstanta dielektrik untuk keadaan vakum adalah satu satuan. Besarnya
konstanta dielektrik dari suatu substansi bergantung pada temperatur dan jika
digunakan medan listrik bolak-balik bergantung pada frekuensi. Konstanta
dielektrik gas dan cairan tertera dalam Tabel 3. Harga konstanta dielektrik ini
diterapkan pada frekuensi yang cukup rendah dimana kesetimbangan
dipertahankan selama terjadi variasi medan listrik.

Tabel 3. Konstanta Dielektrik 𝒦 Gas dan Cairan

Gas Pada 0°C Cairan Pada 20°C


Hidrogen 1,000272 Heksana 1,874
Argon 1,000545 Benzen 2,283
Udara (bebas CO2) 1,000567 Toluena 2,387
Karbon dioksida 1,00098 Klorobenzena 5,94
Hidrogen klorida 1,0046 Amonia 15,5
Amonia 1,0072 Aseton 21,4
Air (uap pada 110°C 1,0126 Metanol 33,1
Air 80

Permitivitas elektrik ϵ dari dielektrik adalah ϵ = 𝒦 ϵ0 , dimana ϵ0 adalah


permitivitas dalam keadaan vakum.

Dalam Gambar 15, muatan bebas pada plat kapasitor dinyatakan oleh q f
dan muatan polarisasi pada permukaan dielektrik dinyatakan oleh q p. Densitas
muatan permukaan dari muatan polarisasi dinyatakan sebagai polarisasi listrik.
Vektor polarisasi P tegak lurus dengan permukaan dan titik dari muatan
permukaan negatif pada dielektrik ke muatan permukaan positif. Besarnya
vector Polarisasi mempunyai satuan Cm-2 atau Cmm-3, yaitu momen dipol
elektrik per satuan volume. Besarnya polarisasi sebanding dengan medan listrik
yang digunakan.
38

Kita ingin memperoleh hubungan antara polarisasi P, konstanta


dielektrik 𝒦, dan medan listrik E. Untuk itu diperkenalkan vector pemindahan
listrik D, yang didefinisikan sebagai :

D ≡ ϵ0 E + P …………………………………………………(52)

Pemindahan listrik mempunyai satuan Cm-2. Vektor pemidahan listrik adalah


bermanfaat sebab vektor ini tidak berubah jika dielektrik diperkenalkan pada
kapasitor dan muatan bebas yang sama tetap berada pada plat kapasitor. Jika
tidak ada dielektrik dalam kapasitor :

D = ϵ0 E0 …………………………………………………….(53)

dimana E0 adalah medan litrik antar plat. Jika dielektrik dimasukkan antar plat,
D tidak berubah sehingga :

D = ϵ0 E0 = ϵ0 E + P ………………………………………………..(54)

Karena polarisasi medium berlawanan muatannya pada plat kapasitor, ini yang
bertanggung jawab untuk penurunan medan listrik oleh faktor yang sama
dengan konstanta dielektrik, jadi E = E0/ 𝒦, dan

P = ϵ0 E (𝒦 ─ 1) …………………………………………………….(55)

Jika medan listrik digunakan pada sampel, diperlukan waktu untuk


pembentukan polarisasi kesetimbangan. Jadi konstanta dielektrik adalah
frekuensi – yang bergantung pada kuantitas. Pertama kali kita akan
memperhatikan medan statis, atau perubahannya yang begitu lambat sehingga
polarisasi mempunyai harga kesetimbangan setiap saat.
39

13. Polarisasi.

Harus diperhatikan adanya tiga kontribusi pada polarisasi, yaitu :


orientasi polarisasi, elektronik polarisasi, dan vibrasi polarisasi. Orientasi
polarisasi disebabkan oleh penjajaran parsial dari dipol permanen. Hal ini
digambarkan dalam Gambar 16. Molekul-molekul yang mempunyai momen
dipol permanen tidak semuanya terorientasi dalam medan listrik disebabkan
pengaruh diorientasi gerakan termal. Tingkat dimana dipol dapat diorientasikan
pada medan yang digunakan, dihitung oleh Debye dengan menggunakan hokum
distribusi Boltzmann. Medan listrik yang mengaktifkan molekul dinyatakan
oleh Ei dan dinyatakan sebagai medan internal. Energi dipol dalam medan E i
adalah ─μ • Ei dimana μ adalah vektor momen dipol permanen dari molekul dan
tanda titik berarti : ─μ • Ei = ─μ Ei cos θ dimana θ adalah sudut antara dua
vektor. Jika energi dipol dalam medan kecil dibandingkan dengan kT, maka
terlihat bahwa dalam gas, kontribusi per molekul merupakan momen rata-rata
dalam arah medan yaitu μ2Ei/3kT, dimana Ei adalah besarnya medan internal.
Selagi temperatur naik, agitasi/pergolakan termal menjadi lebih keras dan
semakin sedikit dipol permanen terorientasi dalam arah medan.

Gambar 16. Representasi Diagramatis Kapasitor yang Mengadung Molekul


Dipolar. Walaupun Semua Tampak Terorientasi Parsial dengan
Medan Listrik tapi Kenyataannya Jauh Berbeda yang Disebabkan
Pengaruh Disorientasi Gerakan termal.
40

Kontribusi kedua berasal dari pemindahan induksi-medan dari rata-rata


posisi elektron relatif terhadap inti molekul. Kontribusi elektronik ini α eEi yang
secara praktis tidak bergantung temperatur dan sebanding dengan kekuatan
medan listrik. Konstanta pembanding αe disebut sebagai rata-rata kemampuan
polarisasi elektronik molekular. Kemampuan polarisasi molekul adalah berbeda
dalam arah yang berbeda dalam molekul. Rata-rata kemampuan polarisasi
merupakan rata-rata semua orientasi molekul yang mungkin yang berkenaan
dengan medan. Digunakannya rata-rata kemampuan polarisasi disebabkan
gerakan termal menjamin bahwa dapat diketemukan semua orientasi yang
mungkin. Kemampuan polarisasi α mempunyai satuan momen dipol dibagi
dengan kekuatan medan listrik, yaitu Cm/Vm-1 = C2m2/J.
Pengurangan/penurunan dimana molekul-molekul yang berbeda menjadi
terpolarisasi oleh distorsi awan electron adalah sangat besar perbedaannya.

Kontribusi ketiga, αvEi adalah dari deformasi kerangka inti molekul oleh
medan listrik. Konstanta pembanding αv disebut rata-rata kemampuan
polarisasi vibrasi molekular. Untuk pendekatan pertama, αv tidak bergantung
temperatur.

Besarnya polarisasi P, yang mencakup semua ketiga kontribusi, sama


dengan momen rata-rata dalam arah medan dikalikan jumlah molekul per satuan
volume.

N μ2
P = + αe + αv Ei …………………………………….. (56)
V 3kT

Terdapat permasalahan dalam mengetahui rata-rata kekuatan medan


listrik internal atau lokal Ei . Jika kinsentrasi molekul polar rendah terlihat
bahwa Ei = E(𝒦 + 2)/3 , dimana Ei adalah medan internal dan E adalah medan
yang digunakan. Dengan mengeliminasi Ei dari persamaan 56, dengan
mengeliminasi P antara persamaan ini dan persamaan 55 dan N/V = N Aρ/M ,
maka
41

𝒦─1 M NA μ2
P = = + αe + αv …………………………….(57)
𝒦+2 ρ 3ϵ0 3kT

Kuantitas P disebut polarisasi molar, dan ρ adalah densitas. Persamaan ini


akurat untuk gas encer dan kira-kira tetap untuk cairan yang agak polar, tetapi
tidak untuk diterapkan pada cairan dengan konstanta dielektrik tinggi sebab
pendekatannya menggunakan Ei = E(𝒦 + 2)/3 . Persamaan 57 mengabaikan
interaksi molekul ring-pendek; telah dikembangkan teori yang lebih rumit oleh
Onsager dan Kirkwood untuk memperhitungkan pengaruh tersebut.

14. Momen Dipol Molekul Gas.

Karena orientasi polarisasi bergantung pada temperatur absolute, maka


dimungkinkan untuk menghitung kemampuan polarisasi αe + αv dan momen
dipol μ molekul gas dari pengukuran konstanta dielektrik 𝒦 pada variasi
temperatur. Dalam tingkat gas, molekul-molekul terpisah begitu jauh sehingga
mereka tidak menginduksi momen dipol satu sama lain.

Untuk memperoleh momen dipol molekul gas, konstanta dielektrik 𝒦


dan densitas gas diukur pada berbagai temperatur, dan ditentukan harga yang
bersesuaian polarisasi molar total P. Menurut persamaan 57, P vs 1/T akan
diperoleh intersep NA (αe + αv)/3ϵ0 dan slope NA μ2/9kϵ0 , yang diilustrasikan
dalam Gambar 17 untuk khlor-senyawa substitusi metana yang diukur oleh R.
Sanger.
42

Gambar 17. Variasi Polarisasi Molar terhadap Temperatur.

Terlihat bahwa harga slope = nol diperoleh untuk molekul simetris CH4 dan
CCl4, yang menunjukkan bahwa molekul ini tidak mempunyai momen dipol
permanen. Disebabkan karakter elektronegatif atom khlor, maka CH3Cl,
CH2Cl2, dan CHCl3 mempunyai momen dipol permanen dengan atom khlor
pada ujung dipol negatif. Momen dipol CH3Cl yang terbesar dari ketiganya.
Momen dipol berbagai senyawa diberikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Momen dipol (μ/10-30 C m) dari Molel-molekul Gas

AgClO4 15,7 C6H5Cl 5,17 SO2 5,37


C6H5NO2 13,21 C6H5OH 5,67 HCl 3,44
(CH3)2CO 9,3 C2H5OH 5,67 HBr 2,64
H2O 6,14 C6H5NH2 5,20 HI 1,00
CH4 0 NH3 4,87 N2O 0,47
CH3Cl 6,17 H2S 3,67 CO 0,40
CH3Br 4,84 H2 0 CS2 0
CH3I 4,50 Cl2 0 C2H4 0
CH2Cl2 5,30 CO2 0 C2H6 0
CHCl3 3,84 C6H5CH3 1,33 C6H6 0
CCl4 0

Ketergantungan konstanta dielektrik senyawa polar tertentu terhadap


frekuensi ditunjukkan dalam Gambar 18. Pada frekuensi rendah, semua
43

berkontribusi term pada sisi sebelah kanan persamaan 57. Selama frekuensi
naik diatas ring frekuensi radio , konstanta dielektrik turun dan orientasi
polarisasi akhirnya diabaikan sebab tidak cukup waktu untuk terjadi orientasi
molekul sebelum medannya dibalik. Dalam daerah dimana konstanta
dielektriknya 𝒦∞, kemampuan polarisasi disusun oleh term vibrasi, α v dan
elektronik αe . Konstanta dielektrik menunjukkan disperse dalam absorpsi garis
yang berdekatan dalam daerah infra merah dan ultra violet.

Maxwell menunjukkan bahwa konstanta dielektrik 𝒦 diukur dengan


kapasitor dan indeks refraksi cahaya n dihubungkan dengan persamaan :

𝒦 = n2 …………………………………………………………………(58)

memberikan harga frekuensi yang sama yang digunakan dalam kedua


pengukuran.

Gambar 18. Variasi Konstanta Dielektrik dengan Frekuensi untuk Senyawa


Polar Tertentu.

Momen dipol solut dalam solven non polar dapat ditentukan dari
konstanta dielektrik dan pengukuran densitas larutan encer. Pengukuran indeks
refraksi digunakan untuk mengevaluasi kemampuan polarisasi elektronik
molecular αe .
44

16. Gaya van der Waals.

Molekul-molekul mempunyai gaya tarik satu sama lain bahkan pada jarak
yang cukup besar dimana awan elektronnya tidak overlap secara signifikan. Jika
molekul mempunyai muatan listrik netto, interaksinya pada jarak tertentu
diberikan oleh hokum Coulomb sehingga energi interaksinya bervariasi
terhadap R-1. Interaksi ion dan dipol energinya bervariasi dengan R -2. Energi
interaksi dua dipol pada sudut tertentu bervariasi dengan R-3. Jika molekul
dipolar berinteraksi dalam gas, mereka cenderung mempunyai orientasi acak
satu sama lain, energi gaya tariknya bervariasi dengan R-6 sesuai persamaan :

2 μ μ
A B 2 1
V (R) = ─ 3kT ( 4πϵ ) …………………………………………… (59)
0 R6

dimana μA dan μB adalah momen dipol permanen dari dua molekul. Persamaan
ini diperoleh dengan mekanika statistik dengan merata-rata energi interaksi
terhadap orientasi relatif dipol. Pada temperatur yang lebih tinggi penjajaran dua
dipol kurang baik disebabkan gerakan termal sehingga gaya tarik rendah.

Molekul dipolar juga cenderung menginduksi momen dipol pada molekul


lainnya. Kemudian terdapat gaya tarik antara dipol dan dipol induksi yang
menghasilkan energi gaya tarik yang bervariasi dengan R-6 :

α A μ 2A + α B μ 2B
Vind (R) = ─ ……………………………………………... (60)
(4πϵ0 )2 R 6

Pengaruh ini akan lebih besar jika kemampuan polarisasi αA dan αB dari dua
molekul adalah besar.

Dua persamaan terdahulu berasal dari elektrostatika klasik. Terdapat


tambahan interaksi gaya tarik ring-panjang dari mekanika kuantum yang terjadi
antara molekul baik mereka tidak atau mempunyai muatan atau momen dipol
permanen. Ini juga disebut gaya dispersi, atau disebut juga gaya London karena
penjelasannya pertama kali diberikan oleh London tahun 1930. Karena elektron-
45

elektron dalam molekul selalu bergerak maka molekul bisa mempunyai momen
dipol saat itu juga, walaupun rata-ratanya nol pada waktu pendek. Dipol sekejap
ini akan menginduksi orientasi pada arah berlawanan pada molekul lainnya dan
berinteraksi dengannya dengan cara dimana waktu rata-ratanya tidak nol. Energi
interaksi gaya dispersi adalah :

3 hυ A υ B αA αB 1
V (R) = ─ 2 ………………………………………. (61)
υ A +υ B (4πϵ0 )4 R 6

dimana υA dan υB kira-kira sama dengan frekuensi dari transisi elektron pertama
dari dua molekul, υA dan υB adalah kemampuan polarisasinya. Energi dispersi
untuk molekul kecil mempunyai orde 2 x 10 -3 eV pada 0,5 nm dan 3 x 10-5 eV
pada 1 nm, tetapi harus diperhatikan bahwa molekul yang lebih polar menarik
satu sama lain lebih kuat daripada molekul yang kurang polar.

Term “gaya van der Waals” merupakan term umum untuk gaya tarik
molekul netral dan termasuk gaya yang muncul dari interaksi dipol-dipol
(persamaan 59), interaksi dipol – induksi dipol (persamaan 60) dan gaya
dispersi (persamaan 61).

17. Energi Potensial antar Molekul.

Selagi dua molekul mendekat satu sama lain pertama kali akan terjadi
saling tarik, kemudian saling tolak. Dalam membahas interaksi molekular
adalah tepat sekali menggunakan plot energi potensial V(R) vs jarak antar inti
R, seperti ditunjukkan dalam Gambar 19. Energi interaksi adalah nol jika
molekul terpisah dengan jarak tak terbatas. Selama mereka mendekat, energi
potensial berharga negatif sebab sistemnya mempunyai energy yang lebih
rendah daripada jika molekul benar-benar bebas. Pada jarak yang sangat dekat,
molekul saling tolak satu sama lain dan V(R) naik dengan cepat.
46

Karena gaya dispersi bervariasi dengan R-6 maka adalah alami untuk
menggunakan fungsi energi potensial dengan term gaya tarik dengan
ketergantungannya ini. Berbagai tipe term gaya tolak telah digunakan, termasuk
term eksponensial Ce-αR dan C/Rn , dimana n adalah bilangan bulat yang besar.
Data pada potensial antar molekul sering dinyatakan dalam term potensial
empiris yang diberi nama oleh J.E.Lennard – Jones.

ς 12 ς 6
V = 4ϵ ─ ……………………………………………. (62)
r r

Sehingga ini disebut “persamaan 6 – 12”, ketergantungan pangkat dua belas


untuk energy tolakan ditentukan secara empiris. Arti penting dari parameter ϵ
dan σ ditunjukkan dalam Gambar 19. Kedalaman energi potensial adalah ϵ.
Jarak antar atom atau molekul dimana V = 0 adalah nilai σ.

Gambar 19. Energi Potensial Dinyatakan Sebagai V/k untuk Interaksi antara Dua
Molekul.

Nilai parameter dalam persamaan Lennard – Jones dapat diperoleh dari


pengukuran koefisien virial kedua, viskositas gas, dan eksperimen hamburan
47

cahaya molekular. Pada temperatur yang cukup rendah, banyak spesies


membentuk molekul dengan ikatan lemah (misal, Ar2), dengan spektra yang
memberikan informasi mengenai ϵ dan σ. Beberapa parameter diberikan dalam
Tabel 5.

Tabel 5. Parameter Potensial Lennard – Jones

(ϵ/k)/K σ/pm
Ar 120 341
Xe 221 410
H2 37 293
O2 118 358
Cl2 256 440
CO2 197 430
CH4 148 382
C6H6 243 860
Catatan: kedalaman energi potensial dinyatakan sebagai
temperatur dengan membagi energi ϵ dengan konstanta
Boltzmann k.

Anda mungkin juga menyukai