Gambar 1. Energi potensial E (R) molekul diatomik sebagai fungsi jarak antar
inti R. Do adalah energi disosiasi dari tingkat dasar dan sering disebut
energi disosiasi spektroskopi. De adalah energi disosiasi
kesetimbangan yang diukur dari energi potensial minimum.
Dua tipe energi disosiasi Do dan De untuk H2+ dan H2 diberikan pada
Table 1. Harga energi disosiasi dalam eV, cm-1 dan kJmol-1 sebab setiap satuan
ini merupakan keuntungan tertentu :
Ee (1 𝑉) (1,6021892 𝑥 10 −19 𝐶)
leV = hc = (6,626176 𝑥 10 −34 𝐽𝑠 ) (2,99792458 𝑥 10 8 𝑚𝑠 −1 ) (100𝑐𝑚 𝑚 −1 )
= 8065,478 cm-1
Tabel 1. Energi Disosiasi H2+ (g) dan H2 (g) serta Potensial lonisasi H2(g) dan H(g)
eV cm-1 kJmol-1
H2+
Do 2,65079 21.380 255.760
1
/2 hω 0 0,142 1.147 13.701
De 2,793 22.527 269.481
H2
Do 4,47797 36.117 432.055a
1
/2 hω 0 0,2703 2.180 26.080
De 4,7483 38.297 461.486
IP (H2) 15,4259 124.417 1488.361
IP (H) 13,598396 109.677,6 1312.035
a
Energi disosiasi spektroskopi H2 ini sesuai dengan ΔHoo = 432,074 kJmol-1 dari tabel
4
Jadi level titik nol H2+ dan H2 terpisah dengan 15,4259 eV, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2.
Gambar 2. Energi potensial tingkat dasar untuk H2 dan H2+ beserta level vibrasi
titik nol. Energi diukur berkenaan dengan dua proton dan dua elektron
pada jarak tak terbatas.
Kurva energi potensial H2 dan H2+ pada jarak tak terbatas antar inti
dipisahkan oleh potensial ionisasi atom hidrogen pada tingkat dasar. Potensial
ionisasi ini telah dihitung :
5
Karena sulit untuk mengukur Do(H2+), hubungan ini telah digunakan untuk
memperoleh harga yang paling akurat dari besaran ini.
= 21.377 cm-1
2. Pendekatan Born-Oppenheimer
Operator hamilton Ĥ sangat rumit untuk meloekul, bahkan untuk molekul yang
paling sederhana H2+ . Born dan Oppenheimer menunjukkan suatu pendekatan
yang dengan cara yang sama untuk penyelesaian persamaan Schrӧdinger.
Mereka menunjukkan bahwa walaupun elektron bergerak jauh lebih cepat dari
inti yang fungsi dari gelombang elektroniknya ψelek dapat dihitung dengan inti
pada posisi tertentu. Sebagai contoh, untuk ion molekul hidrogen, inti A dan B
terletak pada jarak antar inti R dan fungsi gelombang elektroniknya ψ elek dan
6
energi nilai eigennya E(R) dihitung untuk jarak antar inti. Perhitungan ini dapat
diulang untuk suatu seri jarak antar inti untuk memperoleh energi potensial
E(R) sebagai fungsi R.
ħ² 𝑒² 1 1 1
Ĥelek = 2𝑚 ∇²elek - (
4𝜋𝐸˳ 𝑟𝐴
+ 𝑟𝐵 − 𝑅 ) …………………………………………………. (9)
ħ² 𝑒² 1 1
Ĥelek = - 2𝑚 ∇2elek - 4𝜋𝐸ₒ(𝑟𝐴 +𝑟𝐵 ) ………………………………………………….. (10)
sehingga:
𝑒²
E(R)= Eel(R) + 4𝜋𝐸ₒ𝑅 …………………………………………………………… (12)
Pendekaatan orbital molekul untuk H2+ kita mulai dengan ide bahwa dua
proton terpisah jauh, masing-masing mempunyai elektron pada orbital 1s.
Gambar 4. Energi elektronik tingkat dasar H2+. Energi diplot berkenaan dengan dua proton
dan satu elektron, pada jarak tak terhingga.
c 21 H AA + 2 c1 c2 H AB + c 22 H BB
=
c 21 S AA + 2 c1 c2 S AB + c 22 S BB
c 21 H AA + 2 c1 c2 H BB + c 22 H BB
= …………………………………… (14)
c 21 + 2 c1 c2 S + c 22
karena turunan ini sama dengan nol pada energi minimum. Harga c1 dan c2
diperoleh dengan menyelesaikan dua persamaan berikut :
HAA – E HAB – SE
H AA + H AB
Eɡ = …………………………………………………………… (24)
1 + S
H AA − H AB
Eu = ……………………………………………………………. (25)
1 − S
Integral HAA disebut integral Coulomb sebab perbedaan antara HAA dan energi
atom hidrogen tunggal hanyalah interaksi Coulomb dari elektron yang terpusat
11
pada inti A dan B. Karena interaksi ini adalah gaya tarik, kontribusinya terhadap
HAA adalah negatif. Integral HAB dinyatakan sebagai integral resonansi. Bila
persamaan 24 atau 25 disubstitusi kembali ke persamaan 21 akan diperoleh :
1
𝛹𝘨 = [1sA + 1sB] ………………………………………………….. (27)
2 1+𝑆 1/2
1
𝛹𝑢 = [1sA + 1sB] ………….………………………………….. (28)
2 1−𝑆 1/2
Disebabkan oleh simetri dari H2+ (D∞h) sehingga tidak mengejutkan bahwa
orbital dua proton beratnya sama.
Jadi molekul mempunyai sifat simetri, fungsi gelombang dapat atau tidak
dapat berubah tanda jika diinversikan melalui pusat simetri. Jika Ψ(x,y,z) = Ψ(-x,-y,-
z), fungsi gelombangnya mempunyai paritas genap dan diberi tanda dengan
subskrip ɡ untuk „ɡerade’ (Bahasa Jerman berarti genap). Jika Ψ(x,y,z) = -Ψ(-x,-y,-z)
fungsi gelombangnya mempunyai kesamaan ganjil dan diberi tanda subskrip u
untuk ‘unɡerade’ (Jerman berarti ganjil). Ini merupakan asal mula dari Ψɡ dan
Ψu.
12
Gambar 5. Ion molekul hidrogen (a). densitas probabilitas Ψɡ2 untuk fungsi gelombang genap
sepanjang garis yang melalui dua inti. (b) Densitas probabilitas Ψu2 untuk fungsi
gelombang ganjil. Dalam dua bagian, garis putus-putus merupakan setengah
densitas elektron untuk dua atom hidrogen yang terpisah. Densitas probabilitas di
luar inti di sebelah kiri dan kanan pada dasarnya diharapkan untuk pemisahan
atom hidrogen.
1
Ψɡ2 = 2(1+𝑆) [(1sA)2 + 2(1sA)(1sB) + (1sB)2] ……………………………… (29)
1
Ψu2 = 2(1−𝑆) [(1sA)2 - 2(1sA)(1sB) + (1sB)2] ……………………………. (30)
menunjukkan bahwa densitas elektron naik antara inti dengan Ψɡ2 dan turun
dengan Ψu2. Kenyataannya, Ψu densitas elektron adalah nol pada bidang yang
13
memotong garis antara proton yaitu simpul yang berada dipertengahan diantara
proton.
Selagi atom berdekatan satu sama lain (R→0) terbentuk kesatuan atom.
Dalam kasus H2+, kesatuan atom mempunyai inti dengan muatan +2 dan
elektron tunggal sehingga ini adalah He+. Selagi (R→0) dua puncak Ψɡ
bergabung untuk membentuk tingkat 1s dari He+. Karena kita dapat
memvisualisasi transisi kontinyu dari H (1s) dalam atom terpisah terbatas
14
sampai He+ (1s) dalam batas kesatuan atom, dua tingkat ini dikatakan
terkorelasi. Selagi (R→0) dua puncak Ψu bergabung membentuk tingkat 2p dari
He+. Alasan bahwa H(1s) dalam batas pemisah atom yang berkorelasi dengan
H+(2p) adalah bahwa Ψu mempunyai bidang simpul antara dua inti. Oleh
karena itu fungsi gelombang untuk kesatuan atom harus mempunyai bidang
simpul yang melalui inti. Hal ini bersesuaian dengan orbital 2p dari H e+ yang
aksisnya terorientasi kea rah ikatan H-H.
dimana λ bersesuaian dengan harga absolute m₁ untuk suatu atom. Adalah lazim
menggunakan bilangan kuantum momentum sudut aksial untuk
mengklasifikasikan tingkat elektron dari molekul diatomik, seperti s, p, d, f, …
yang digunakan untuk mengklasifikasikan orbital atom dengan l = 0, 1, 2, 3, …
λ 0 1 2 3
Orbital σ π δ ϕ
15
Gambar 6. Kombinasi orbital pada pemisahan atom yang membentuk orbital molekul
diatomik dan kesatuan atom yang bersesuaian. Garis putus-putus mengelilingi
daerah dimana densitas elektron adalah signifikan. Kurva solid dan garis
menyatakan permukaan simpul.
Gambar 7. Diagram korelasi untuk level energi H2+ . Skala energinya adalah skematik.
Perhatikan bahwa garis untuk orbital ikatan miring ke kanan atas dan garis untuk
orbital anti ikatan miring ke kanan bawah.
17
Gambar 8. Tingkat dasar dan tereksitasi H2+. Energi diukur relatif untuk melengkapi proton
dan satu elektron yang terpisah.
Orbital molekul ini masih tidak memuaskan dari sudut pandang prinsip Pauli
sebab tidak anti simetri berkenaan dengan pertukaran elektron. Seperti dalam
kasus He, defisiensi ini dapat diperbaiki dengan mengganti 𝛼 1 𝛽(2) dengan
besaran [𝛼 1 𝛽 2 − 𝛼 2 𝛽(1)]√2. Bagaimanapun tidak akan diikuti hal ini
sebab fungsi spin yang digunakan tidak mempengaruhi harga E(R) yang
diperoleh dari persamaan Schrӧdinger dengan menggunakan ΨMO.
Gambar 9. Koordinat dalam molekul hidrogen. Dua proton dinyatakan sebagai A dan B
ћ2 𝑒² 1 1 1 1 1
Ĥel = ─ 2𝑚 (∇12 + ∇22 ) + −𝑟 −𝑟 −𝑟 −𝑟 − 𝑟₁₂ …… (34)
4𝜋𝐸˳ 𝐴1 𝐴2 𝐵1 𝐵2
Singlet:
1
ψ1 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) + 1sA(2)1sB(1) ] [ α(1)β(2) ─ α (2) β(1) ] ………….. (36)
Triplet:
1
ψ2 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) – 1sA(2)1sB(1) ]α(1)α(2) …………………………… (37)
1
ψ3 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) – 1sA(2)1sB(1) ]β(1)β(2) ………………………… (38)
1
ψ4 = 21/2 [ 1sA(1)1sB(2) – 1sA(2)1sB(1) ][ α(1)β(2)+α(2)β(1) ] ………………. (39)
ψ1 tidak dapat difaktorkan menjadi orbital satu elektron seperti yang bisa untuk
ψMO[(𝜍g)2], bahkan jika hal ini memberikan fungsi gelombang yang lebih benar
dalam batas R→ ∞.
1
ψMO = 2 (1+𝑆 [1sA(1)1sA(2) + 1sB(1)1sB(2) + 1SA(1)1SB(2) + 1sA(2)1sB(1)] ... (40)
𝐴𝐵 )
dimana
Konfigurasi campuran ini, dalam kasus ini (1𝜍g)2 dan (1𝜍u)2 adalah suatu contoh
interaksi konfigurasi. Dengan menggunakan komputer, lebih banyak
konfigurasi dapat dimasukkan. Dengan menggunakan 100 term fungsi
gelombang Kolos dan Wolniewicz memperoleh Do = 36.117,8 cm-1. Harga
teoritis jarak antar inti H2 adalah 0,074140 nm dibandingkan dengan harga
eksperimental pengukuran spektroskopi 0,074139 nm.
Ikatan antar dua atom Hidrogen merupakan perkecualian dalam hal mana
sumber utama energi tolakan disebabkan gaya tolak elektrostatik proton. Untuk
ikatan kovalen tidak melibatkan atom Hidrogen, setiap inti dilindungi oleh
elektron bagian dalam.
23
Gambar 10. Kurva energi potensial untuk tingkat dasar dan tereksitasi dari H2.
Gaya tolak muncul bila bagian tengah elektron dalam hal ini, mulai terjadi
interpenetrasi. Jika ditambahkan elektron ketiga pada ikatan maka menghasilkan
H2-, harus ditambahkan orbital anti bonding, seperti disyaratkan oleh prinsip
ekslusi Pauli. Karena orbital anti bonding mempunyai energi yang jauh lebih
tinggi, ini mengarah pada energi tinggi untuk H2- dan ketidakstabilan untuk H2
+ e-.
kita lihat pada sub bab 3, orbital ini diklasifikasikan menurut bilangan kuantum
λ untuk rotasi fungsi gelombang disekitar aksis antar inti.
De
Molecule Number of Configuration Bond Re/nm eV kJ mol-1
Elektrons Order
H 2+ 1 (1𝜍g) 1/2 0.106 0 2.793 269.483
2
H2 2 (1𝜍g) 1 0.074 12 4.7483 458.135
+ 2
He2 3 (1𝜍g) (1𝜍u) 1/2 0.108 0 2.5 238
He2 4 (1𝜍g)2(1𝜍u)2 0 ___ ___ ___
2
Li2 6 [He2] (2𝜍g) 1 0.267 3 1.14 110.0
2 2
Be2 8 [He2] (2𝜍g) (2𝜍u) 0 ___ ___ ___
B2 10 [Be2](1πu)2 1 0.158 9 ̴ 3.0 ̴ 290
4
C2 12 [Be2](1πu) 2 0.124 2 6.36 613.8
+ 4
N2 13 [Be2](1πu) (3𝜍g) 2 1/2 0.111 6 8.86 854.8
4 2
N2 14 [Be2](1πu) (3𝜍g) 3 0.109 4 9.902 955.42
O 2+ 15 [N2] (1πg) 2 1/2 0.112 27 6.77 653.1
2
O2 16 [N2] (1πg) 2 0.120 74 5.213 502.9
4
F2 18 [N2] (1πg) 1 0.143 5 1.34 118.8
4 2
Ne2 20 [N2] (1πg) (3𝜍u) 0 ___ ___ ___
25
Gambar 11. Diagram Korelasi untuk Molekul Diatomik Homonuklir. Skala Energi adalah
Skematis, tetapi Garis Putus-putus Menunjukkan Urutan yang Benar untuk
Pengisian dari Molekul yang Dimaksud.
Elektron ketiga pada ion molekular ini adalah orbital anti ikatan. Tetapi
terdapat ikatan netto ( bersih, net bonding) sebab terdapat dua elektron pada
orbital ikatan. Ion ini teramati pada bunga api listrik.
Pasangan elektron tambahan diluar He2 menuju orbital 2𝜍g. Jadi terdapat
ikatan tunggal antara dua inti. Uap logam lithium terutama sekali adalah
monoatom sebab ikatan Li2 adalah sangat lemah.
Pasangan elektron tambahan di luar Li2 menuju orbital anti ikatan 2𝜍u.
Jadi seperti dalam kasus He2, tidak ada stabilisasi netto seperti dibandingkan
dengan atom Be terisolasi.
Walaupun C2 ada dalam gas temperatus tinggi yang kaya dengan karbon
tetapi juga terdapat spesies lain (C3, C4, ...) dan karbon membentuk jaringan
pada tingkat padatan (diamond dan grafit) daripada terkondensasi menjadi C 2.
Kedua fenomena ini disebabkan oleh kenyataan bahwa energi 1πu dan 3𝜍g
28
elektron dalam orbital ikatan, maka ikatannya lebih lemah dari pada O2,
dan jarak antar inti lebih besar.
Gambar 12. Densitas Elektron untuk Molekul Diatomik Kovalen. Densitas Muatan Diplot
dalam Elektron Perkubik bohr. Kontur Garis yang Berdekatan Berbeda dengan
Faktor 2. Kontur Garis paling dalam untuk Setiap Diagram adalah 1 Elektron
(bohr)-3, kecuali untuk H2, 0,25 elektron (bohr)-3. Kontur Garis paling luar
adalah 6,1x10-5 Elektron (bohr)-3 dalam Semua Kasus. Satu bohr = 5,29x10-11m.
Terdapat dua tipe perhitungan mekanika kuantum, „ab initio‟ dan semi
empiris. Dalam perhitungan „ab initio‟ digunakan Hamiltonian terkoreksi dan
penyelesaiannya dicari tanpa data eksperimental. Dalam perhitungan semi
empiris digunakan pendekatan Hamiltonian dan paramter dapat diatur agar
sesuai dengan pemasukan data eksperimental.
31
8. Elektronegativitas
∆𝐴𝐵 = 𝐸 𝐴 − 𝐵 − 1/2[𝐸 𝐴 − 𝐴 + 𝐸 𝐵 − 𝐵 ]
Gambar 13. Ketergantungan elektronegativitas (skala Pauling) terhadap posisi pada tabel
periodik
Jika kita menuju ke bawah pada kolom halogen dari tabel periodik, atom-atom
turun elektronegativitasnya, disebabkan kenaikan efektif tabir muatan inti oleh
elektron sebelah dalam. Atom logam alkali mempunyai kecenderungan
besarhilangnya elektron sebelah luar dan karena itu elektronegativitasnya
rendah.
9. Ikatan Hidrogen
Sejumlah struktur molekul seperti HF2- dan dimer dari asam format dalam
fase gas merupakan bukti pembentukkan ikatan hidrogen. Konstanta disiosisasi
asam yang sangat tinggi dari asam salisilat, dibandingkan dengan isomer meta
dan para juga bukti ikatan hidrogen (lihat Gambar 14). Ikatan hidrogen
terbentuk jika proton digunakan bersama antara dua atom elektronegatif, seperti
F, O, atau N, jika terpisah dengan jarak yang sesuai. Proton dari ikatan hidrogen
ditarik dari konsentrasi tinggi dari muatan negatif disekitar atom elektronegatif
ini. Fluor membentuk ikatan hidrogen yang sangat kuat, oksigen lebih lemah
dan nitrogen lebih lemah lagi. Sifat yang luar biasa dari air disebabkan oleh
banyaknya pembentukkan ikatan hidrogen yang melibatkan empat pasang
elektron sunyi dari oksigen. Dalam bentuk es terdapat susunan tetrahedral
dengan setiap atom oksigen terikat pada empat atom hidrogen. Ikatan hidrogen
terbentuk sepanjang aksis di setiap pasang elektron sunyi dalam es, dan
keberadaannya dalam air yang bertanggung jawab untuk titik didih air yang
tinggi jika dibandingkan dengan titik didih hidrida unsur lain dari kolom yang
sama pada tabel periodik (H2S, -620C; H2Se, -420C, H2Te, -40C) jika air
diuapkan, ikatan hidrogen ini putus. Tetapi ikatan hidrogen dalam asam format
dan asam asetat masih cukup kuat untuk terjadi dimerisasi dari tipe yang
digambarkan dalam Gambar 19, untuk tetap ada dalam fasa uap. Asam benzoat
dan karbosiklis lainnya membentuk dimer pada pelarut non polar tertentu
seperti benzene dan karbon tetraklorida.
𝑞1𝑞2
E(R) = - 4𝜋𝜀𝑜𝑅 + be-aR ……………………………………………… (46)
Dimana De (MX → M+ + X-) adalah energi disiosiasi ion, I(M) adalah potensial
ionisasi atom logam dan A(X) adalah afinitas elektron atom non logam. Karena
potensial ionisasi terendah lebih besar dari afinitas elektron tertinggi, maka D e
(MX → M + X) lebih kecil dari De (MX → M+ + X-). Apa yang terjadi jika M+X-
terdisiosiasi adalah bahwa pada suatu jarak antar inti yang besar, system dapat
menurunkan energinya dengan pergerakan elektron dari X- ke M+.
dimana ri adalah vektor dari titik asal ke muatan q i. Untuk distribusi muatan
𝜌(x,y,z), momen dipolnya didefinisikan sebagai:
Untuk distribusi dengan muatan total nol, momen dipol sama dengan produk
dari muatan absolut baik distribusi positif atau negatif dikalikan jarak vektor r
antara pusat dua distribusi.
36
Jadi konstanta dielektrik untuk keadaan vakum adalah satu satuan. Besarnya
konstanta dielektrik dari suatu substansi bergantung pada temperatur dan jika
digunakan medan listrik bolak-balik bergantung pada frekuensi. Konstanta
dielektrik gas dan cairan tertera dalam Tabel 3. Harga konstanta dielektrik ini
diterapkan pada frekuensi yang cukup rendah dimana kesetimbangan
dipertahankan selama terjadi variasi medan listrik.
Dalam Gambar 15, muatan bebas pada plat kapasitor dinyatakan oleh q f
dan muatan polarisasi pada permukaan dielektrik dinyatakan oleh q p. Densitas
muatan permukaan dari muatan polarisasi dinyatakan sebagai polarisasi listrik.
Vektor polarisasi P tegak lurus dengan permukaan dan titik dari muatan
permukaan negatif pada dielektrik ke muatan permukaan positif. Besarnya
vector Polarisasi mempunyai satuan Cm-2 atau Cmm-3, yaitu momen dipol
elektrik per satuan volume. Besarnya polarisasi sebanding dengan medan listrik
yang digunakan.
38
D ≡ ϵ0 E + P …………………………………………………(52)
D = ϵ0 E0 …………………………………………………….(53)
dimana E0 adalah medan litrik antar plat. Jika dielektrik dimasukkan antar plat,
D tidak berubah sehingga :
D = ϵ0 E0 = ϵ0 E + P ………………………………………………..(54)
Karena polarisasi medium berlawanan muatannya pada plat kapasitor, ini yang
bertanggung jawab untuk penurunan medan listrik oleh faktor yang sama
dengan konstanta dielektrik, jadi E = E0/ 𝒦, dan
P = ϵ0 E (𝒦 ─ 1) …………………………………………………….(55)
13. Polarisasi.
Kontribusi ketiga, αvEi adalah dari deformasi kerangka inti molekul oleh
medan listrik. Konstanta pembanding αv disebut rata-rata kemampuan
polarisasi vibrasi molekular. Untuk pendekatan pertama, αv tidak bergantung
temperatur.
N μ2
P = + αe + αv Ei …………………………………….. (56)
V 3kT
𝒦─1 M NA μ2
P = = + αe + αv …………………………….(57)
𝒦+2 ρ 3ϵ0 3kT
Terlihat bahwa harga slope = nol diperoleh untuk molekul simetris CH4 dan
CCl4, yang menunjukkan bahwa molekul ini tidak mempunyai momen dipol
permanen. Disebabkan karakter elektronegatif atom khlor, maka CH3Cl,
CH2Cl2, dan CHCl3 mempunyai momen dipol permanen dengan atom khlor
pada ujung dipol negatif. Momen dipol CH3Cl yang terbesar dari ketiganya.
Momen dipol berbagai senyawa diberikan dalam Tabel 4.
berkontribusi term pada sisi sebelah kanan persamaan 57. Selama frekuensi
naik diatas ring frekuensi radio , konstanta dielektrik turun dan orientasi
polarisasi akhirnya diabaikan sebab tidak cukup waktu untuk terjadi orientasi
molekul sebelum medannya dibalik. Dalam daerah dimana konstanta
dielektriknya 𝒦∞, kemampuan polarisasi disusun oleh term vibrasi, α v dan
elektronik αe . Konstanta dielektrik menunjukkan disperse dalam absorpsi garis
yang berdekatan dalam daerah infra merah dan ultra violet.
𝒦 = n2 …………………………………………………………………(58)
Momen dipol solut dalam solven non polar dapat ditentukan dari
konstanta dielektrik dan pengukuran densitas larutan encer. Pengukuran indeks
refraksi digunakan untuk mengevaluasi kemampuan polarisasi elektronik
molecular αe .
44
Molekul-molekul mempunyai gaya tarik satu sama lain bahkan pada jarak
yang cukup besar dimana awan elektronnya tidak overlap secara signifikan. Jika
molekul mempunyai muatan listrik netto, interaksinya pada jarak tertentu
diberikan oleh hokum Coulomb sehingga energi interaksinya bervariasi
terhadap R-1. Interaksi ion dan dipol energinya bervariasi dengan R -2. Energi
interaksi dua dipol pada sudut tertentu bervariasi dengan R-3. Jika molekul
dipolar berinteraksi dalam gas, mereka cenderung mempunyai orientasi acak
satu sama lain, energi gaya tariknya bervariasi dengan R-6 sesuai persamaan :
2 μ μ
A B 2 1
V (R) = ─ 3kT ( 4πϵ ) …………………………………………… (59)
0 R6
dimana μA dan μB adalah momen dipol permanen dari dua molekul. Persamaan
ini diperoleh dengan mekanika statistik dengan merata-rata energi interaksi
terhadap orientasi relatif dipol. Pada temperatur yang lebih tinggi penjajaran dua
dipol kurang baik disebabkan gerakan termal sehingga gaya tarik rendah.
α A μ 2A + α B μ 2B
Vind (R) = ─ ……………………………………………... (60)
(4πϵ0 )2 R 6
Pengaruh ini akan lebih besar jika kemampuan polarisasi αA dan αB dari dua
molekul adalah besar.
elektron dalam molekul selalu bergerak maka molekul bisa mempunyai momen
dipol saat itu juga, walaupun rata-ratanya nol pada waktu pendek. Dipol sekejap
ini akan menginduksi orientasi pada arah berlawanan pada molekul lainnya dan
berinteraksi dengannya dengan cara dimana waktu rata-ratanya tidak nol. Energi
interaksi gaya dispersi adalah :
3 hυ A υ B αA αB 1
V (R) = ─ 2 ………………………………………. (61)
υ A +υ B (4πϵ0 )4 R 6
dimana υA dan υB kira-kira sama dengan frekuensi dari transisi elektron pertama
dari dua molekul, υA dan υB adalah kemampuan polarisasinya. Energi dispersi
untuk molekul kecil mempunyai orde 2 x 10 -3 eV pada 0,5 nm dan 3 x 10-5 eV
pada 1 nm, tetapi harus diperhatikan bahwa molekul yang lebih polar menarik
satu sama lain lebih kuat daripada molekul yang kurang polar.
Term “gaya van der Waals” merupakan term umum untuk gaya tarik
molekul netral dan termasuk gaya yang muncul dari interaksi dipol-dipol
(persamaan 59), interaksi dipol – induksi dipol (persamaan 60) dan gaya
dispersi (persamaan 61).
Selagi dua molekul mendekat satu sama lain pertama kali akan terjadi
saling tarik, kemudian saling tolak. Dalam membahas interaksi molekular
adalah tepat sekali menggunakan plot energi potensial V(R) vs jarak antar inti
R, seperti ditunjukkan dalam Gambar 19. Energi interaksi adalah nol jika
molekul terpisah dengan jarak tak terbatas. Selama mereka mendekat, energi
potensial berharga negatif sebab sistemnya mempunyai energy yang lebih
rendah daripada jika molekul benar-benar bebas. Pada jarak yang sangat dekat,
molekul saling tolak satu sama lain dan V(R) naik dengan cepat.
46
Karena gaya dispersi bervariasi dengan R-6 maka adalah alami untuk
menggunakan fungsi energi potensial dengan term gaya tarik dengan
ketergantungannya ini. Berbagai tipe term gaya tolak telah digunakan, termasuk
term eksponensial Ce-αR dan C/Rn , dimana n adalah bilangan bulat yang besar.
Data pada potensial antar molekul sering dinyatakan dalam term potensial
empiris yang diberi nama oleh J.E.Lennard – Jones.
ς 12 ς 6
V = 4ϵ ─ ……………………………………………. (62)
r r
Gambar 19. Energi Potensial Dinyatakan Sebagai V/k untuk Interaksi antara Dua
Molekul.
(ϵ/k)/K σ/pm
Ar 120 341
Xe 221 410
H2 37 293
O2 118 358
Cl2 256 440
CO2 197 430
CH4 148 382
C6H6 243 860
Catatan: kedalaman energi potensial dinyatakan sebagai
temperatur dengan membagi energi ϵ dengan konstanta
Boltzmann k.