General anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Pemilihan teknik anestesi berdasarkan pada faktor-
faktor seperti usia (bayi, anak, dewasa muda, geriatri), status fisik, jenis operasi, ketrampilan ahli
bedah, ketrampilan ahli anestesi, dan pendidikan. Tujuan penulisan ini untuk menjelaskan dasar
pemilihan teknik anestesi pada kasus laparatomi eksplorasi et causa kehamilan ektopik
terganggu. Pada kasus yang dibahas ini, pasien datang dengan keluhan keluar darah sejak 2
HSMRS berupa flek-flek. Pasien mengaku tidak ada jaringan yang keluar. Pasien merasa hamil 5
minggu. Pernah melakukan PP test sendiri dengan hasil positif. Dari hasil USG didapatkan
gambaran tampak cairan bebas antara lien dan ginjal (Morisson pouch), terdapat gumpalan-
gumpalan darah dalam cavum Douglas, GS tidak didapatkan pada uterus. Didapatkan diagnosis
Kehamilan Ektopik Terganggu dengan status operatif : ASA II. Dilakukan laparatomi eksplorasi
dengan menggunakan general anestetion semi closed intubation.
HISTORY
Pasien G3P1A1 datang ke RS kiriman puskesmas Selomerto dengan keterangan keluar darah
sejak 2 HSMRS (Sabtu, tanggal 17 Juli 2010 malam) berupa flek-flek. Pasien mengaku tidak ada
jaringan yang keluar. Pasien merasa hamil 5 minggu. Pernah melakukan PP test sendiri dengan
hasil positif pada tanggal 17 Juli 2010. Keluhan disertai mules, dan mual. Pasien tidak
mengeluhkan pusing dan muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan Umum Baik dengan kesadaran Composmentis.
TB/BB : 148cm / 51,5 kg. Vital Sign: Suhu : 36.7º C; Nadi : 92x/menit, teratur, kuat angkat;
Pernafasan : 20x/menit, tipe thoracoabdominal; Tekanan darah:100/80 mmHg. Pemeriksaan
Dalam didapatkan v/u tenang, dinding vagina licin, serviks tak mencucu, OUE menutup, darah
(+), jaringan (-), promontorium kanan dan kiri lemas. Hasil laboratorium saat kedatangan dalam
batas normal.
DIAGNOSIS
TERAPI
Dilakukan Laparatomi Eksplorasi menggunakan general anestetion semi closed intubation.
Jalannya Anestesi:
Keadaan Pre-operasi
Pasien puasa selama 6 jam sebelum operasi. Keadan umum dan vital sign baik pasien baik,
kooperatif. Sebelumnya pasien telah dijelaskan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan
pada dirinya dan telah menandatangani Inform Consent.
Jenis Anestesi
General Anestesi dengan teknik semi closed intubation, respirasi terkontrol dengan endotrakeal
Tube No. 7
Premedikasi yang diberikan berupa Cendantron 4 mg, ketorolac 30 mg, methyl prednisolon 125
mg diberikan secara intravena dalam waktu 5 menit sebelum induksi anestesi.
· Induksi anestesi
Induksi anestesi pada pasien ini dengan menggunakan Ketamin IV 100 mg dan Pelumpuh otot
succinyl choline 60 mg dan atraclium 20 mg. Pasien diberi 02 murni selama 1 menit sebelum
dilakukan intubasi. Setelah terjadi relaksasi, dilakukan pemasangan pipa endotrakeal (No. 7)
· Maintenance
Status anestesi dipertahankan dengan pemberian kombinasi 02 3 liter / menit, N20 3 liter / menit,
dan Halotan 1 vol%. Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan denyut nadi
diukur setiap menit menggunakan. Tekanan darah sistole berkisar antara 100-138 mmHg,
sedangkan tekanan darah diastole berkisar antara 58-90 mmHg, dan denyut nadi berkisar antara
115-141 kali / menit. Diberikan antagonis pelumpuh otot non depolarisasi, prostigmin 0,5 mg
dan sulfas atrofin 0, 5 mg. Saat operasi berlangsung diberikan transfusi darah II kolf dan infus
RL II kolf.
Operasi selesai dalam waktu 1 jam, 600cc. Sesaat sebelum operasi selesai, N2O dimatikan
sedangkan pemberian O2 masih dipertahankan. Ekstubasi dilakukan setelah operasi selesai,
sebelumnya rongga mulut dan trakea pasien dibersihkan dengan menggunakan suction untuk
menghilangkan lendir yang dapat menghalangi jalan napas.
DISKUSI
General anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Anestesi dapat dinilai dengan tiga
komponen dasar, disebut trias anestesi yang meliputi komponen hipnotik, analgesia, dan
relaksasi otot.
Pemilihan teknik anestesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia (bayi, anak, dewasa
muda, geriatri), status fisik, jenis operasi, ketrampilan ahli bedah, ketrampilan ahli anestesi, dan
pendidikan.
Pada kasus ini digunakan ketorolax 30 mg, cendantron 4 mg, Sulfas Atropin 0,25 mg. Ketorolax
merupakan analgetik kuat. Cendantron berisi ondansetron HCL yang merupakan suatu antagonis
5-HT3 yang sangat selektif menekan mual dan muntah. Methyl prednisolon diberikan untuk
menekan sistem imun. Hal ini dikarenakan pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat
sebelumnya
KESIMPULAN
Pemilihan teknik anestesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia (bayi, anak, dewasa muda,
geriatri), status fisik, jenis operasi, ketrampilan ahli bedah, ketrampilan ahli anestesi, dan
pendidikan.
REFERENSI
1. Iskandar Susman. 1989. Premedikasi. Anestesiologi. FKUI. Jakarta. 59-62
3. Satoto D, Roesli M. 1989. Obat Anestestetika Intravena. Anestesiologi. FKUI. Jakarta. 65-
71