SK Direktur RSMB TTG Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien PDF
SK Direktur RSMB TTG Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien PDF
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA
Nomor : 002/SK/RSMB/TB/XII/2015
TENTANG
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA
1
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor nomor 28 Tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional;
MEMUTUSKAN
Tembusan :
1. Ketua komite medik
2. Ketua komite keperawatan
3. Ketua bidang pelayanan
4. Ketua bidang keperawatan
5. Ketua tim akreditasi RSMB
2
LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA
NOMOR: 002/SK/RSMB/TB/XII/2015
TENTANG
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA
3
RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA
JL. Lintas Timur Unit II No. 1147
Banjar Agung Tulang Bawang Telp./Fax. (0726) 750248 Kode Pos 34682
email : mutiarabunda_rs@yahoo.com
1
3. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan
tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu dan
harus segera diganti bila printer berfungsi kembali.
4. Warna gelang:
a. gelang warna biru dipakai oleh pasien laki-laki,
b. gelang warna pink dipakai oleh pasien perempuan,
c. gelang merah sebagai penanda alergi,
d. gelang kuning sebagai penanda risiko jatuh, dan;
e. gelang ungu sebagai penanda Do not Resucitate
5. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai
e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada
semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir identitas
yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak kota huruf yang
disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau satu
huruf.
6. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga identitas
diatas. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama
pasien) dan visual (melihat gelang pasien)
7. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum dilakukan:
a. pemberian obat;
b. tranfusi darah/produk darah;
c. pengambilan sampel darah, urin dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis;
d. sebelum pemberian pengobatan, dan;
e. sebelum pemberian tindakan
8. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien kecuali telah
ditetapkan lain oleh Rumah Sakit, misalnya ruang haemodialisa,
endoskopi
9. Bila dalam satu ruang terdapat pasien dengan nama sama, pada cover luar
folder rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang . harus
diberi tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA”
2
Ketentuan menerima perintah secara lisan dan lisan lewat telepon di Rumah Sakit
Mutiara Bunda:
1. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi
2. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda
tangan (pada kesempatan berikutnya)
3. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA
(look alike sound alike), maka nama obat lasa harus dieja satu persatu
hurufnya.
4. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound alike, look
alike, dan sound alike.
5. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar” . Konfirmasi tertulis
dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada
kesempatan kunjungan berikutnya .
6. Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu
dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan
7. Bila kondisi tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat di IGD atau ICU diperbolehkan tidak melakukan pembacaan
kembali (read back).
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
3
Definisi:
Obat high alert adalah obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang
bermakna bila digunakan secara salah
Ketentuan penyimpanan obat high alert di instalasi Farmasi Rumah Sakit Mutiara
Bunda :
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat.
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat.
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak
tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya.
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double,
doubel pintu. Setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung
jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah
terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani.
6. Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada
unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area
yang dibatasi ketat (restricted).
7. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain
untuk memastikan tak ada salah (double check).
8. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa
infus, tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan
catatan sesuai ketentuan.
4
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan
lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan
yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah
faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.
Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical
Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery.
5
besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi
biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat.
Ketentuan prosedur cuci tangan (hand hygiene) di Rumah Sakit Mutiara Bunda:
1. Rumah sakit menggunakan pedoman hand hygiene terbaru WHO patien
safety yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum.
2. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia pedoman hand hygiene tersebut.
3. Penerapkan program hand hygiene yang efektif bertujuan untuk
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
6
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi
tingkat kesadaran.
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera
laporkan untuk perbaikan.
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah
diagnostik atau terapi.
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard/tempat tidur, posisi
bedside rel dalam keadaan terpasang.
13. Informasikan dan mendidik pasien dan/atau anggota keluarga mengenai
rencana perawatan untuk mencegah jatuh.
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan
yang dibutuhkan.
Direktur
RS. Mutiara Bunda