Anda di halaman 1dari 51

MODUL 1.

SISTEM KARDIOVASKULER

GAGAL JANTUNG (CHF)

Pendahuluan Gagal jantung atau heart failure merupakan kondisi jantung tidak
dapat mendistribusikan darah ke seluruh tubuh sehingga suplai
oksigen dan nutrient terhambat (Ridwan,54). Risiko CHF akan
meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan
fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini dapat menjadi
kronis apabila disertai dengan penyakit – penyakit seperti
hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati (kelainan
fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat berubah
menjadi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada kasus
miokard infark (penyakit serangan jantung akibat aliran darah ke
otot jantung).

Tujuan Setelah Mempelajari modul ini peserta di harapkan mampu


pembelajaran Mengetahui gambaran umum dari penyakit gagal jantung serta
umum asuhan keperawatan penyakit gagal jantung (CHF).
.

Tujuan Setelah mengikuti pembelajaran KMB 1 mengenai


pembelajaran masalah gagal jantung (CHF) diharapkan peserta didik
khusus mampu:

Untuk mengetahui pengertian dari penyakit gagal jantung.


1. Untuk mengetahui tanda dan gejala / manifesti dari
penyakit gagal jantung.
2. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dan
pathway dari penyakit gagal jantung.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium /
penunjang dari penyakit gagal jantung.
4. Untuk mengetahui pengobatan dari penyakit gagal
jantung.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk penyakit
gagal jantung.

Strategi 1. Kuliah KMB 1 gagal jantung (CHF)


pembelajaran 2. Akses informasi KMB 1 gagal jantung (CHF)
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book
(mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book

Waktu 19 Jam

Fasilitator Tim

Evaluasi 1. Kogniktif : Tes tulis


pembelajaran 2. Afektif : Melalui pengamalan proses dan
pengisisan logbook

Referensi Knight, John F.,Dr. Jantung Kuat Bernapas Lega.Bandung:


Indonesia Publishing House.
Ridwan, Muhamad. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent
Killer Jantung Koroner. Semarang: Pustaka
Widyamara.
Padila. Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijaya. Andra Yesi Mareza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
1. Yogjakarta. Nuha Medika.
Brunner dan Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://www.spesialis.info/?tanda-dan-gejala-penyakit-gagal-
jantung,301. 2015. “Tanda Dan Gejala Penyakit Gagal
Jantung”. 3 September.
http://www.alodokter.com/gagal-jantung. 2015. “Gagal Jantung”.
3 September.
http://www.alodokter.com/gagal-jantung/gejala. 2015. “Gejala
Gagal Jantung”. 3 September.
http://www.ncbi.nml.nih.gov/pubmed/22611136. 2015. “
Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung”. 3 September

GAGAL JANTUNG (CHF)

a. Defenisi
Gagal jantung ada yang disebut sebagai kegagalan jantung kongestif
(congestive heart failure (CHF). Istilah gagal jantung kongestif paling sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung untuk
mempertahankan peredaran darah sesuai kebutuhan tubuh. Gagal jantung
kongestif atau congestive heart failure ( CHF ) adalah kondisi dimana fungsi
jantung sebagai pompa untuk mangantarkan darah yang kaya oksigen
ketubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. Gagal
jantung atau heart failure merupakan kondisi jantung tidak dapat
mendistribusikan darah ke seluruh tubuh sehingga suplai oksigen dan nutrient
terhambat (Ridwan, 54).
Gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian mana dari jantung
itu yang mengalami gangguan pemompaan darah. Gagal jantung kiri adalah
gangguan fungsi jantung sisi kiri untuk memompakan darah dalam jumlah
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Saputra,110). Gagal
jantung kanan adalah gangguan fungsi jantung sisi kanan untuk
memompakan darah dalam jumlah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik (Saputra, 117). Kegagalan jantung kongestif adalah suatu
kegagalan pemompaan (dimana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan
metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan
jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah
yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada
berbagai organ (Padila, 79).
Gagal jantung lebih menekankan pada kinerja jantung yang tidak
optimal dalam memompa darah. Ketika seseorang mengalami gagal jantung
biasanya akan ditanggapi oleh tubuh sebagai respon untuk mempertahankan
kondisi tubuh agar tidak memburuk.

Terjadinya gagal jantung biasanya dipicu oleh masalah kesehatan,


seperti:
1. Penyakit jantung koroner
2. Gangguan ritme jantung
3. Kardiomiopati atau gangguan otot jantung
4. Kerusakan pada katup jantung
5. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
6. Hipertiroidisme atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif
7. Anemia atau kekurangan sel darah merah
8. Miokarditis atau radang otot jantung.
9. Cacat jantung sejak lahir
10. Diabetes
Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini dapat menjadi
kronis apabila disertai dengan penyakit – penyakit seperti hipertensi, penyakit
katup jantung, kardiomiopati (kelainan fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF
juga dapat berubah menjadi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada
kasus miokard infark (penyakit serangan jantung akibat aliran darah ke otot
jantung).
Dampak dari gagal jantung secara cepat berpengaruh terhadap
kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan kematian sel akibat
kekurangan oksigen yand dibawa dalam darah itu sendiri. Kurangnya suplai
oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia), menyebabkan seseorang kehilangan
kesadaran dan berhenti bernapas dengan tiba-tiba yang berujung pada
kematian.
Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan hal yang
darurat yang sangat sering dijumpai oleh petugas kesehatan dimana pun
berada. Keluhan dan gejala sangat bervariasi sehingga sering sulit dibedakan
dengan akibat penyakit lain di luar jantung. Kondisi pada penyakit gagal
jantung bukanlah berarti bahwa jantung berhenti bekerja (cardiac arrest),
melainkan jantung tidak lagi mampu memompa darah sebagaimana tugasnya
sehari-hari bagi tubuh seseorang.

b. Tanda dan Gejala / Manifestasi


Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan
berdasarkan bagian mana dari jantung itu yang mengalami gangguan
pemompaan darah.
1. Gagal jantung sebelah kiri
Menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru
(edema pulmoner), yang menyebabkan sesak napas yang hebat.
Pada awalnya sesak napas hanya dirasakan saat seseorang
melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit
maka sesak napas juga akan timbul pada saat penderita tidak
melakukan aktivitas. Sedangkan tanda lainnya adalah cepat letih
(fatigue), gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat (tachycardia),
batuk-batuk serta irama detak jantung tidak teratur (arrhythmia).
2. Gagal jantung sebelah kanan
Mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian
kanan jantung, sehingga hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki,
pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly).
3. Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
a. Pusing
b. Kelelahan
c. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
d. Ekstremitas dingin
4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi
aldosterone dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler.

Tabel Manifestasi Klinis Gagal Jantung


GEJALA TANDA

Tipikal Spesifik
 Sesak nafas  Peningkatan JVP
 Ortopneu  Refluks hepatojugular
 Paroxysmal nocturnal  Suara jantung
dyspnoe bergeser ke lateral
 Toleransi aktifitas yang  Bising jantung
berkurang
 Cepat lelah
 Bengkak di
pergelangan kaki

Kurang tipikal Kurang tipikal


 Batuk di malam / dini  Edema perifer
hari  Krepitasi pulmonal
 Mengi  Suara pekak di basal
 Berat badan paru pada perkusi
bertambah >  Takikkardia
2kg/minggu  Nadi ireguler
 Berat badan turun  Nafas cepat
(gagal jantung stadium  Heaptomegali
lanjut)  Asites
 Perasaan kembung /  Kaheksia
begah
 Nafsu makan menurun
 Perasaan bingung
(terutama pasien usia
lanjut)
 Depresi
 Berdebar
 Pingsan

c. Pathway ( Patofis )
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan
satu sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan satu respon
hemodinamik, ginjal, syaraf, dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan
patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik
yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian(filling pressure)
dari jantung atau preload. Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa
mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah,
volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer dan hipertropi otot
jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivitas dari mekanisme kompensasi
tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi
system saraf adrenergik.
Penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa
(pump function) dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada
beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal
jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik.
Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis
tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan.
Pada awal gagal jantung akibat CO yang rendah,di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron,
serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang
adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah
jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan
volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme
kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara
waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangkan peningkatan preload
akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Apabila keadaan ini tidak segera
teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi dilatasi
jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung
yang tidak terkompensasi. Dilatasi ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik
(penurunan fraksi ejeksi) dan retensi cairan meningkatkan volume ventrikel
(dilatasi). Jika persediaan energi terbatas (misal pada penyakit koroner)
selanjutnya bisa menyebabkan gangguan kontraktilitas. Selain itu kekakuan
ventrikel akan menyebabkan terjadinya disfungsi ventrikel. Pada gagal
jantung kongestif terjadi stagnasi aliran darah, embolisasi sistemik dari
trombus mural, dan distritmia ventrikel refrakter. Disamping itu keadaan
penyakit jantung koroner sebagai salah satu etiologi CHF akan menurunkan
aliran darah ke miokard yang akan menyebabkan iskemik miokard dengan
komplikasi gangguan irama dan sistem konduksi kelistrikan jantung.
Kematian jantung mendadak bisa terjadi akibat penurunan fungsi mekanis
jantung, seperti penurunan aktivitas listrik, ataupun keadaan seperti emboli
sistemik (emboli pulmo, jantung) dan keadaan yang telah disebutkan diatas.
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV dimana curah jantung adalah
fungsi frekuensi jantung x volume sekucup.
Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem saraf simpatis
akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung,
bila mekanisme kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekucup jantunglah yang harus menyesuaikan diri
untuk mempertahankan curah jantung. Tapi pada gagal jantung dengan
masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume
sekucup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
d. Pemeriksaan Laboratorium / Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk gagal
jantung kongestif. Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium
tergantung dari penyakit dasar dan komplikasi yang terjadi. Seperti
adanya peninggian enzim creatine kinase (CK) pada infark miokard,
atau kultur darah positif pada endokarditis. Walaupun demikian,
hampir semua penderita ditemukan adanya peningkatan jumlah sel-
sel darah merah, dan penurunan P02 dan asidosis pada analisis gas
darah akibat kekurangan oksigen.
2. Pemeriksaan EKG
Gambaran EKG pada penderita gagal jantung kongestif juga
tergantung pada penyakit dasar. Akan tetapi pada gagal jantung
kongestif akut, karena selalu terjadi iskemik dan gangguan fungsi
konduksi ventrikel, maka hampir semua EKG dapat ditemukan
gambaran takikardia, left bundlebranch-block dan perubahan segmen
ST dan gelombang T. Meskipun memberikan informasi yang berkaitan
dengan penyebab, EKG tidak dapat menunjukkan gambaran yang
spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya
diagnosis yang salah. Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan
gagal jantung dapat ditemukan kelainan EKG seperti dibawah ini:
a. Leftbundle branch block, kelainan ST atau T menunjukkan
disfungsi ventrikel kiri kronis.
b. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan
segmen ST, menunjukkan penyakit jantung iskemik.
c. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi.
Selain melihat adanya hipertrofi, pemeriksaan EKG juga
digunakan untuk memantau adanya perubahan kalium setelah
pemakaian diuretik.
3. Pemeriksaan Radiologi (Foto Toraks)
Pada foto toraks, sering ditemukan pembesaran jantung dan
tanda-tanda bendungan paru. Apabila telah terjadi edema paru, dapat
ditemukan gambaran kabut di daerah perihiler, penebalan interlobar
fissure . Sedangkan kasus yang berat dapat ditemukan efusi pleural.
4. Gated Pool Imaging
Untuk mendapatkan jenis bayangan diperlukan penyuntikan per
intravena technetium - 99 m. Setelah 3 sampai 5 menit pasien
dibaringkan terlentang dan komputer menelusuri sisi kiri dari jantung,
seluruh siklus cardiac bisa direkam. Kegunaan dari prosedur ini
adalah untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri dan terutama untuk
mengkalkulasi fraksi daya dorong.
5. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri. Dimensi ventrikel kiri
pada akhir diastolik dan sistolik dapat direkam dengan ekokardiografi
mode-M standar.
Diameter akhir diastolik ventrikel kiri berkolerasi baik dengan
ukuran total ventrikel kiri dan pemendekkan traksional, yang
dinyatakan dengan dimensi akhir diastolik, dimensi akhir sistolik atau
dimensi akhir diastolik dapat digunakan untuk memperkirakan fraksi
ejeksi. Disini juga dapat dinilai fungsi diastolik yang sering abnormal
pada hipertensi dan hipertrofi ventrikel. Beratnya penyakit jantung
katup dapat dievaluasi dengan ultrasonografi doppler.
Ultrasonografi doppler gelombang kontinu dapat digunakan untuk
menghitung derajat stenosis dengan mengukur kecepatan aliran
darah. Aneurisma ventrikel kiri, trombus dalam ventrikel, efusi
perikardial, dan berbagai bentuk penyakit jantung kongenital juga
dapat dideteksi.
6. Kateterisasi Arteri Pulmonal
Perkembangan dari titik balon membawa arah dari kateter arteri
paru-paru (biasanya disebut Swan-Ganz chateter sebagai pengakuan
dari dokter yang menemukannya) menunjukan kemampuan yang
berguna dalam menegakkan diagnosa dan pengobatan gagal jantung.
Spesifikasi penggunaannya termasuk pengkajian fungsi ventrikel
kanan dan ventrikel kiri dan evaluasi efek dari obat-obatan, termasuk
modalitas pengobatan lain, seperti peningkatan atau pembatasan
cairan intravena.
Tabel 2 Lumen-lumen kateter arteri paru
Tipe Lumen Lokasi Tujuan
Proksimal Atrium Pemberian cairan intravena
kanan Pembacaan CVP

Distal Arteri Mengukur tekanan arteri


pulmonal pulmonal
Mengukur tekanan kapiler
paru-paru (PCWP)
Balon Cabang Kembangkan balon untuk
arteri mendapatkan PCWP
pulmonal
Termistor Arteri Pengukuran CO / cardiac
pulmonal output
Kateter fleksibel dengan multi lumen ( tabel 2) dimasukan
kedalam vena antecubiti melalui insisi. Kateter dimasukan sambil
diputar melalui vena cava superior, ke atrium kanan, ventrikel kanan,
arteri pulmonal dan ke cabang-cabang kecil dari arteri. Gambaran
berbentuk gelombang dapat terlihat pada osiloskop dan pembacaan
mengenai tekanan bisa didapat dari bilik-bilik jantung.
Tekanan paru-paru merupakan refleksi dari tekanan ventrikel
kiri.
e. Pengobatan
Sebagian besar penderita gagal jantung harus minum obat dalam
jangka panjang atau bahkan seumur hidup agar gejalanya bisa terkendali.
Beberapa penderita lain yang memiliki gejala parah bahkan terpaksa harus
dipasangi alat penopang jantung, melakukan operasi, atau bahkan menjalani
transplantasi jantung agar tetap bertahan hidup.
Penanganan gagal jantung bertujuan untuk:
1. Meredakan gejala gagal jantung.
2. Membantu jantung menjadi lebih kuat.
3. Memungkinkan si penderita bisa hidup lebih lama secara normal.
4. Menurunkan risiko serangan jantung dan kematian.
Berikut ini adalah beberapa obat yang dapat digunakan untuk
menangani gagal jantung :
1. Diuretik
Obat ini dapat membantu Anda mengurangi cairan di dalam
tubuh melalui pembuangan air urin. Beberapa contoh obat diuretik
yang sering digunakan adalah furosemide dan bumetanide. Diuretik
dapat meredakan gejala sesak napas dan pembengkakan
pergelangan kaki pada penderita gagal jantung.
2. Obat penghambat beta
Obat ini dapat memperlambat detak jantung dan melindungi
organ tersebut dari zat adrenalin dan noradrenalin di dalam tubuh.
Obat penghambat beta umumnya digunakan pada penderita jantung
akibat ventrikel kiri yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh
tidak berfungsi dengan baik. Contoh obat ini adalah nebivolol,
carvedilol,dan bisoprolol.
3. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin atau ACE inhibitor
Obat ini dapat mengurangi tekanan darah dengan memperlebar
pembuluh darah sehingga lebih memudahkan jantung dalam
memompa darah ke seluruh tubuh. Contoh obat-obatan ACE
inhabitor adalah perindopril, lisinopril, enalapril, captopril, dan
ramipril.
4. Obat penghambat aldosteron
Kinerja obat ini hampir sama seperti diuretik, yakni mengurangi
cairan berlebih di dalam tubuh. Perbedaannya dengan diuretik adalah
obat penghambat aldosteron tidak menyebabkan potasium terbuang
dari tubuh dan mengurangi risiko timbulnya kerusakan pada otot
jantung. Contoh obat ini adalah eplerenone dan spironolactone.
5. Obat penghambat reseptor angiotensin atau ARB
Sama seperti obat penghambat enzim pengubah angiotensin
atau ACE inhabitor, obat ini bekerja dengan cara mengurangi
tekanan darah dan melebarkan pembuluh darah. Contoh obat ini
adalah valsartan, telmisartan, losartan, dan candesartan.
6. Digoxin
Obat ini biasanya diresepkan pada penderita gagal jantung
yang gejalanya tidak kunjung reda oleh diuretik, obat penghambat
beta, ACE inhibitor, dan ARB. Digoxin dapat memperlambat denyut
jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi otot.
7. Ivabradine
Obat ini umumnya dijadikan alternatif pada penderita gagal
jantung yang intoleran terhadap obat penghambat beta dan juga
sebagai tambahan jika pemberian obat penghambat beta tidak cukup
dalam memperlambat detak jantung. Obat ini memperlambat detak
jantung dan hanya cocok digunakan bagi mereka yang ritme
jantungnya normal.
Berikut ini beberapa jenis operasi untuk gagal jantung:
1. Operasi bypass atau angioplasty
Operasi ini dilakukan untuk mengatasi gagal jantung yang
disebabkan oleh penyakit jantung koroner, yaitu kondisi saat
sejumlah pembuluh darah jantung tersumbat. Melalui operasi bypass,
darah dapat mengalir kembali melalui jantung secara lancar sehingga
mencegah serangan jantung, serta menyembuhkan angina. Pada
beberapa kasus, operasi bypass dapat memperbaiki fungsi otot
jantung.
2. Operasi katup jantung
Jika gagal jantung disebabkan oleh kerusakan pada katup
jantung, maka operasi ini dapat dilakukan. Ada dua jenis operasi
katup jantung, yaitu operasi untuk memperbaiki katup dan operasi
untuk mengganti katup.
3. Operasi transplantasi jantung
Operasi ini dilakukan jika penanganan gagal jantung dengan
obat-obatan serta operasi lainnya tidak menemui hasil. Melalui
operasi transplantasi, jantung pasien yang sudah rusak diganti
dengan jantung yang didapat dari donor. Namun prosedur ini tidaklah
mudah, mengingat sulitnya mendapatkan donor jantung serta
kecocokan dengan diri pasien.
Berikut ini adalah beberapa alat yang dapat dipasangkan pada
penderita gagal jantung:
1. Alat pemompa jantung
Alat ini dipasang oleh dokter untuk membantu pasien gagal
jantung parah agar tetap hidup, baik bagi mereka yang sudah tidak
bisa diobati lagi oleh cara apa pun atau bagi mereka yang sedang
menunggu donor jantung. Perangkat mekanik ini dipasang pada
jantung untuk membuat organ tersebut tetap berdetak.
2. Cardic resynchronization therapy (CRT)
CRT dikenal juga sebagai pemicu jantung biventrikular. Alat ini
dapat membantu pasien gagal jantung yang memiliki masalah
dengan sistem kelistrikan di dalam jantung mereka sehingga organ
tersebut menjadi lemah. CRT mengirim impuls listrik ke ventrikel kiri
dan kanan agar mampu memompa secara efisien.
3. Implantable cardioverter-defibrillator (ICD)
Fungsi perangkat ini sama seperti alat pacu jantung. Perangkat
yang dihubungkan ke jantung melalui pembuluh darah ini akan terus
memonitor detak jantung. Jika detak jantung melemah atau bahkan
berhenti, maka ICD akan mengirim sinyal kejut agar jantung kembali
berdetak secara normal.
4. CRT-D
Perangkat ini merupakan gabungan dari Cardic
resynchronization therapy (CRT) dan Implantable cardioverter-
defibrillator (ICD).
Terapi medis untuk pasien gagal jantung adalah:
1. Pemeriksaan oksigen
Pemberian oksigen sangat dibutuhkan ,terutama pada pasien
gagal jantung yang disertai edema paru.pemenuhan oksigen akan
mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.
2. Terapi Nitrat dan Vasodilator.
Penggunaan nitratbaik secara akut maupun kronis,dalam
penatalaksanaan gagal jantung telah banyak mendapat dukungan
dari para pakar kesehatan,dengan menyababkan vasodilator
perifer, jantung di unloaded(penurunan afterload), pada peningkatan
curah jantung lanjut, penurunan pulmonary artery wedge pressure
(pengukuran derajat kongesif dan beratnya gagal ventrikel kiri),
serta penurunan pada konsumsi oksigen miokard.bentuk terapi ini
telah diketahui bermanfaat pada gagal ginjal ringan sampai sedang,
serta pada gagal edema, pulmonal akut yang berhubungan dengan
infark miokard, gagal ventrikel kiri yang sulit sembuh kronis.dan
kegagalan yang berhubungan dengan regurgitasi mitral berat.
3. Diuretik
Selain tirah baring(bed rest),pembatasan garam dan air serta
diuretic baik oral maupun parenteral akan menurunkan preload dan
kerja jantung.diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium.hal ini
menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan
darah.
Jika menderita gagal jantung, penyembuhan tidak bisa bergantung
pada obat-obatan atau operasi semata, tapi juga harus didukung dengan gaya
hidup sehat, seperti:
1. Berolahraga secara teratur
2. Mengonsumsi makanan sehat yang dianjurkan dokter
3. Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman keras
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan agar gejala gagal
jantung tidak memburuk, di antaranya:
1. Rutin memeriksakan diri ke dokter
2. Rutin memonitor gejala yang rasakan
3. Rutin memonitor berat badan
4. Membatasi konsumsi garam
5. Disiplin dalam mengonsumsi obat-obatan dari dokter
6. Membatasi konsumsi cairan
Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang harus dihindari oleh
penderita gagal jantung:
1. Obat anti-aritmia
2. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
3. Dekongestan
4. Suplemen pengganti garam
5. Obat-obatan hormon
6. Obat penghambat saluran kalsium

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG (CHF)

A. Pengkajian
1. Pengakajian Primer
a. Jalan Nafas
1. Sumbatan atau penumpukan
2. Wheezing atau crekles
b. Pernapasan
1. Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat
2. Respiratory Rate lebih dari 24 kali/ menit
3. Ronchi, krekles
4. Ekspansi dada tidak penuh
c. Sirkulasi
1. Nadi lemah
2. Takikardi
3. Tekanan darah meningkat atau menurun
4. Edema
5. Gelisah
6. Akral dingin
7. Kulit pucat, sianosis
2. Pengkajian Sekunder
Riwayat keperawatan yang perlu dikaji
a. Aktivitas
1. Gejala
a. Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
b. Riwayat pola hidup menetap, jadwal olahraga tidak teratur
2. Tanda
a. Takikardi, dispnea, pada istirahat atau kerja
b. Sirkulasi
1. Gejala
a. Masalah tekanan darah

2. Tanda
a. Tekanan darah dapat normal dan naik turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau
berdiri
b. Nadi dapat normal
Penuh atau tidak kuat
Lemah atau kuat kualitasnya
c. Murmur bila ada menunjukan gagal katup atau disjungsi
otot papilar
c. Pernapasan
1. Gejala
a) Dispnea dengan tanpa kerja, dispnea noktural
b) Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
2. Tanda
a. Peningkatan frekuensi pernapasan
b. Pucat atau sianosis
c. Bunyi napas bersih atau krekles, wheezing
d. Riwayat penyakit atau adanya faktor-faktor resiko
1. Penyakit pembuluh darah arteri
2. Serangan jantung sebelumnya
3. Kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/L)
4. Perokok
5. Diet tinggi garam dan lemak

3. Pengkajian fisik
1. Keadaan umum dan vital sign
Pada pasien dengan gagal jantung ringan sampai sedang, pasien
tampak baik saat istirahat kecuali adanya rasa tidak nyaman saat
berbaring. Pada pasien yang lebih berat, pasien lebih nyaman
saat duduk,sulit bernafas dan bicara tersendat karena sesak
nafas. Vasokonstriksi perifer menyebabkan ekstremitas dingin dan
sianosis pada bibir.
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung
biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau komposmentis
dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perfusi sistem saraf pusat.
b. B1 (breathing)
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti
vaskuler pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea
nokturnal peroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.
Crackles atau ronchi basah halus secara terdengar pada
dasar posterior paru. Hal ini dikenali sebagai kegagalan
pompa, klien harus diinstruksikan untuk batuk dalam guna
membuka alveoli basialis yang mungkin dikompresi dari
bawah diafragma.
c. B2 (Bleeding)
1. Inspeksi
a. Distensi vena jugolaris
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi,
maka akan terjadi dilatasi ruang, peningkatan volume
dan tekanan pada diastolik akhir ventrikel kanan,
tahanan untuk mengisi vantrikel, dan peningkatan
lanjut pada tekanan atrium kanan.
b. Edema
Edema berhubungan dengan kegagalan di ventrikel
kanan, bergantung pada lokasinya. Bila klien berdiri
atau bangun, perhatikan perjalanan kakinya dan
tinggikan kakinya bila kegagalan makin buruk. Bila
klien berbaring di tempat tidur, bagian yang
bergesekan di tempat tidur menjadi area sakrum.
Edema harus diperhatikan ditempat tersebut.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema
ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya
merupakan pitting edema, pertambahan berat badan
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena
leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga
peritoneum), anoreksia dan mual, okturia, serta
kelemahan.
2. Palpasi
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung
menunjukkan denyut yang cepat dan lemah. Denyut
jantung yang cepat atau takikardia, mencerminkan,
respons, terhadap perangsangan saraf simpatis.
Penurunan yang bermakna dari curah sekuncup dan
adanya vasokonstriksi perifer mengurangi tekanan nadi
(perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik)
menghasilkan denyut yang lemah atau thready pulse.
Hipotensi sistoloik ditemukan pada gagal jantung yang
lebih berat.
3. Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali).
4. Auskultasi
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri
dapat dikenali dengan mudah dibagian yang meliputi:
bunyi jantung ke 3 dan ke 4 (S3, S4) serta crakles pada
paru-paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti konstraksi
atrium dan terdengar paling baik dengan bel stetoskop
yang ditempelkan dengan tepat pada apeks jantung. Posisi
lateral kiri yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan
bunyi. Ini terdengar sebelum bunyi jantung pertama (S1)
dan tidak selalu tanda pasti kegagalan kongestif, tetapi
dapat menurunkan komplains (peningkatan kekakuan)
miokard. Ini mungkin indikasi awal premonitori menuju
kegagalan. Bunyi S4 adalah bunyi yang umum terdengar
pada klien dengan infark miokardium akut dan mungkin
tidak mempunyai prognosis bermakna, tetapi mungkin
menunjukkan kegagalan yang baru terjadi. S3 atau gallop
ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri pada
orang dewasa hampir tidak pernah ada pada adanya
penyakit jantung signifikan. S3 terdengar pada awal
diastolik setelah bunyi jantung kedua (S2).
d. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmetis, didapatkan sianosis perifer
apalagi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif
klien: wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat.
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan
asupan cairan, karena itu perawat perlu memantau adanya
oliguria karena merupakan tanda awal dari syok kordiogenik.
Adanya edema ekstremitas menandakan adanya retensi
cairan yang parah.
f. B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu
makan akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam
rongga abdomen, serta penurunan berat badan.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar merupakan
manifestasi dari kegagalan jantung. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal
meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga
abdomen, yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites.
Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan diafragma dan distres pernafasan.
g. B6 (Bone)
Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian
B6 adalah sebagai berikut:
a. Kulit dingin
Gagal depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda
berkurangnya perfusi organ-organ. Oleh karena darah
dialihkan dari organ-organ non vital demi mempertahankan
perfusi ke jantung dan otak, maka manifestasi paling dini
dari gagal kedepan adalah berkurangnya perfusi organ-
organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat
dan dingin diakibatkan oleh vasokontriksi perifer,
penurunan lebih lanjut dari jantung dan meningkatnya
kadar hemoglobin tereduksi mengakibatkan sianosis.
Vasokontruksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk
melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan
keringat yang berlebihan dapat ditemukan.
b. Mudah lelah
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang,
sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat
distres pernapasan dan batuk. Perfusi yang kurang pada
otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan keletihan.
Gejala-gejala ini dapat di ekserbasi oleh
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.
Pemenuhan personal hygiene mengalami perubahan.
c. Tekanan darah normal, tinggi atau rendah, takikardi,
takipnea.
d. Vena jungularis
Dapat terjadi peningkatan tekanan jugularis
e. Pemeriksaan paru
Terdapat pulmonary cracles (rales atau krepitasi) karena
adanya transudasi cairan dari intravaskular kedalam
alveoli. Pada pasien dengan edema paru dapat terdengar
rales pada kedua lapang paru dan pula ditambah adanya
wheezing. Dapat pula terjadi efusi pleura yang disebabkan
peningkatan tekanan kapiler pleura sehingga dapat terjadi
perpindahan cairan ke kavitas pleura.
f. Pemeriksaan jantung
Pada pasien dengan kardiomegali maka iktus cordis akan
bergeser ke garis midklavikular dan dapat teraba lebih dari
2 intercosta. Dengan terdengar suara jantung 3 (S3). Pada
pasien gagal jantung lanjut kebanyakan didapatkan
murmur karena regurgitasi mitral dan trikuspid.
g. Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas
Hepatomegali merupakan tanda yang penting. Ascites
merupakan tanda gagal jantung lanjut.
h. Edema perifer merupakan manifestasi utama dari gagal
jantung, namun tidak spesifik. Edema perifer biasanya
simetris dan terjadi pada pergelangan kaki dan area
pretibial pada pasien yang dapat berjalan, sedangkan pada
pasien yang berbaring edema akan terjadi pada area
sakral dan skrotum.

B. Diagnosa
1. Intoleransi aktivitas berdasarkan kelelahan atau dispneu turunnya
curah jantung
2. Ansietas berdasarkan kesulitan nafas dan kegelisahan akibat
oksigenasi yang tidak adekuat
3. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung
C. Rencana Tindakan Berdasarkan NOC NIC dan NANDA
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
o hasil
1 Intoleransi aktivitas NOC NIC
. berdasarkan kelelahan atau 1. Energy Aktivity Therapy
dispneu akibat turunnya coservation Guidance :
curah jantung definisi: 2. Activity Monitor respon
Ketidakcukupan energi tolerance fisik, emosi, social,
psikologis untuk 3. Self care: ADLs dan spiritual
melanjutkan atau Kriteria hasil : Support :
menyelesaikan aktivitas 1. Ber- 1. Bantu klien
kehidupan sehari-hari yang partisipasi untuk
harus atau yang ingin dalam meng-
dilakukan. aktivitas fisik identifikasi
Batasan karakteristik: tanpa aktivitas
1. Respon tekanan disertai yang
darah abnormal peningkatan mampu
terhadap aktivitas tekanan dilakukan.
2. Respon frekuensi darah, nadi 2. Bantu untuk
jantung abnormal dan RR memilih
terhadap aktivitas 2. Mampu aktivitas
3. Perubahan EKG melakukan konsisten
yang mencerminkan aktivitas yang sesuai
aritmia sehari-hari dengan
4. Perubahan EKG (ADLs) kemampu-
yang mencerminkan secara an, fisik,
iskemia mandiri psikologi
5. Ketidaknyamanan 3. Tanda-tanda dan sosial
setelah beraktivitas vital normal 3. Bantu untuk
6. Dispnea setelah 4. Energi meng-
beraktivitas psikomotor identifikasi
7. Menyatakan merasa 5. Level dan
letih kelemahan mendapat
8. Menyatakan merasa 6. Mampu sumber
lemah berpindah: yang
Faktor yang berhubungan: dengan atau diperlukan
1. Tirah baring atau tanpa untuk
imobilisasi bantuan alat aktivitas
2. Kelemahan umum 7. Status yang
3. Ketidak-seimbangan kardio- diinginkan
antara suplai dan pulmunari 4. Bantu untuk
kebutuhan oksigen adekuat mendapat-
4. Imobilitas 8. Sirkulasi kan alat
5. Gaya hidup stasus baik batuan
monoton 9. Stasus aktivitas
respirasi: seperti kursi
Pertukaran roda, krek
gas dan 5. Bantu untuk
ventilasi meng-
adekuat identifikasi
aktivitas
yang
disukai
6. Bantu klien
untuk
membuat
jadwal
latihan
diwaktu
luang
7. Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
Teaching:
1. Ajarkan
pasien atau
keluarga
untuk
meng-
identifikasi
kekurangan
dalam ber-
aktivitas
2. Ajarkan
pasien
untuk me-
ngembang-
kan
motivasi diri
dan
penguatan
Development
environment :
1. Ciptakan
lingkungan
yang
tenang
Colaboration:
1. Kolaborasi-
kan dengan
tenaga
rehabilitasi
medik
dalam
merencana-
kan
program
terapi yang
tepat
2 Ansietas berdasarkan Anxiety self-control Anxiety redcation (
kesulitan nafas dan 1. Anxienty level penurunan
kegelisahan akibat 2. Coping kecemasan )
oksigenasi yang tidak Kriteria hasil : Guidance :
adekuat 1. Klien 1. Identifikasi
Defenisi: perasaan tidak mampu tingkat
nyaman atau kekhawatiran meng- kecemasan
yang samar disertai respon identifikasi Support:
autonom (sumber sering dan meng- 1. Temani
kali tidak spesifik atau tidak ungkap- pasien
diketahui oleh individu): kan gejala untuk mem-
perasaan takut yang cemas berikan
disebabkan oleh antisipasi 2. Meng- keamanan
terhadap bahaya. Hal ini identifikasi, dan
merupakan isyarat mengung- mengurangi
kewaspdaan yang kapkan dan rasa takut
memeperingatkan individu menunjuk- 2. Dorong
akan adanya bahaya dan kan tehnik keluarga
kemampuan individu untuk untuk untuk
bertindak menghadapi mengontrol menemani
ancaman cemas anak
Batasan karakteristik: 3. Vital sign 3. Lakukan
a. Perilaku dalam batas back atau
1. Penurunan normal neck rub
produktivitas 4. Postur 4. Dengarkan
2. Gerakan yang tubuh, dengan
ireleven ekspresi penuh
3. Gelisah wajah, perhatian
4. Melihat sepintas bahasa 5. Bantu
5. Insomnia tubuh dan pasien
6. Kontak mata tingkat mengenal
yang buruk aktivitas situasi yang
7. Mengekspresi- menunjuk- menimbul-
kan kan kan
kekhawatiran kekurangan kecemasan
karena kecemasan 6. Dorong
perubahan pasien
dalam peristiwa untuk
hidup meng-
8. Agitasi ungkapkan
9. Mengintai perasaan,
10. Tampak kekuatan
waspada persepsi
b. Afektif Teaching:
1. Gelisah , distres 1. Nyatakan
2. Kesedihan yang dengan
mendalam jelas
3. Ketakutan harapn
4. Perasaan tidak terhadap
adekuat pelaku
5. Berfokus pada pasien
diri sendiri 2. Jelaskan
6. Peningkatan semua
kewaspadaan prosedur
7. Iritabilitas dan apa
8. Gugup senang yang
berlebihan dirasakan
9. Rasa nyeri yang selama
meningkat prosedur
ketidak- 3. Pahami
berdayaan perspektif
10. Peningkatan pasien
rasa ketidak- terhadap
nyamanan yang situasi
persisten stess
11. Bingung, 4. Instruksikan
menyesal pasien
12. Ragu atau tidak mengguna-
percaya diri kan teknik
13. Khawatir relaksasi
c. Fisiologis Development
1. Wajah tegang, environment :
tremor tangan 1. Gunakan
2. Peningkatan pendekatan
keringat yang
3. Peningkatan menenang-
ketegangan kan
4. Gemetar, termor Colaboration:
5. Suara bergetar 1. Berikan
d. Simpatik obat untuk
1. Anoreksia mengurangi
2. Eksitasi kecemasan
kardiovaskuler
3. Diare, mulut
kering
4. Wajah merah
5. Jantung
berdebar-debar
6. Peningkatan
tekanan darah
7. Peningkatan
denyut nadi
8. Peningkatan
reflek
9. Peningkatan
frekuensi
pernapasan,
pupil melebar
10. Kesulitan
bernapas
11. Vasokontruksi
superfisial
12. Lemah, kedutan
pada otot
e. Parasimpatik
1. Nyeri abdomen
2. Penurunan
tekanan darah
3. Penurunan
denyut nadi
4. Diare, mual,
vertigo
5. Letih, gangguan
tidur
6. Kesemutan pada
ekstremitas
7. Sering berkemih
8. Dorongan
segera berkemih
f. Kognitif
1. Menyadari gejala
fisiologis
2. Bloking pikiran,
konfusi
3. Penurunan
lapang persepsi
4. Kesulitan
berkonsentrasi
5. Penurunan
kemampuan
untuk belajar
6. Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
7. Ketakutan
terhadap
konsekuensi
yang tidak
spesifik
8. Lupa, gangguan
perhatian
9. Khawatir,
melamun
10. Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor yang berhubungan:
1. Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan , pola
interaksi, fungsi
peran , stasus
peran)
2. Pemajanan toksin
3. Terkait keluarga
4. Herediter
5. Infeksi atau
kontaminan
interpersoanal
6. Penularan penyakit
interpersonal
7. Krisis maturasi,
krisis situasional
8. Stres, ancaman
kematian
9. Penyalahgunaan zat
10. Ancaman pada
(stasus ekonomi,
lingkungan, stasus
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran,
konsep diri)
11. Konflik tidak disadari
mengenai tujuan
penting hidup
12. Kebutuhan yang
tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial atau
penting
13. Kebutuhan yang
tidak dipenuhi

3 Resiko penurunan perfusi NOC NIC


jaringan jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Defenisi: resiko penurunan effectivene 1. Evaluasi
sirkulasi jantung (koroner) 2. Circulation adanya
Batasan karakteristik: stasus nyeri dada
1. Pil kontasepsi 3. Vital sign stasus (insensitas,
2. Pembedahan Kriteria hasil : lokasi,
jantung 1. Tekanan sistole durasi )
3. Tamponade jantung dan diastole 2. Catat
4. Spasme arteri dalam rentang adanya
koroner yang distritmia
5. Kurang diharapkan jantung
pengetahuan 2. CVP dalam 3. Catat
tentang faktor resiko batas normal adanya
yang dapat diubah 3. Nadi perifer kuat tanda dan
(misal: merokok, dan simetris gejala
gaya hidup 4. Tidak ada udem penurunan
menonton, obesitas) perifer dan cardiac
6. Diabetes melitus asites output
7. Peningkatan protein 5. Denyut jantung Guidance:
C-reaktif AGD, ejeksi 1. Monitor
8. Riwayat penyakit fraksi, dalam status
arteri koroner pada batas normal kardio-
keluarga 6. Bunyi jantung vaskuler
9. Hiperlipidemia abnormal tidak 2. Monitor
10. Hipertensi ada stasus
11. Hipervolemia 7. Kelemahan pernafasan
12. Hipoksemia yang ekstrim yang
13. Hipoksia tidak ada menan-
14. Penyalahgunaan zat dakan
gagal
jantung
3. Monitor
abdomen
sebagai
indikator
penurunan
perfusi
4. Monitor
balance
cairan
5. Monitor
adanya
perubahan
tekanan
darah
6. Monitor
adanya
dispneu,
fatigue,
takipneu
dan
ortopneu
Support:
1. Dorong
pasien
untuk
merespon
terhadap
efek
pengobatan
antiaritmia
Teaching :
1. Ajarkan
pasien
untuk
toleransi
aktivitas
Development
enviroment :
1. Atur
periode
latihan dan
istirahat
untuk
meng-
hindari
kelelahan
atau
anjurkan
untuk
menurun-
kan stress
Colaboration :
1. Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
pemberian
obat
Fluid Management
1. Timbang
pembalut
jika
diperlukan
2. Pertahan-
kan catatan
intake dan
output yang
akurat
3. Pasang urin
kateter jika
diperlukan
4. Monitor
stasus
hidrasi (ke-
lembaban
membran
mukosa,
nadi
adekuat, ,
tekanan
darah
ortostatik),
jika
diperlukan
5. Monitor
hasil lab
yang sesuai
dengan
retensi urin
(BUN,Hmt,
osmolalitas
urin)
6. Monitor
stasus
hemo-
dinamik
termasuk
CVP, MAP,
PAP,PCWP
7. Monitor vital
sign sesuai
indikasi
penyakit
8. Monitor
indikasi
retensi atau
kelebihan
cairan
(cracles,
CVP,
edema,
distensi
vena leher,
asites)
9. Monitor
berat badan
pasien
sebelum
dan
sesudah
dianalisis
10. Kaji lokasi
dan luas
edema
11. Monitor
masukan
makanan
atau cairan
dan hitung
intake kalori
harian
12. Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
pemberian
terapi
cairan
sesuai
program
13. Monitor
status
nutrisi,
berikan
cairan
14. Kolaborasi
pemberian
diuretik
sesuai
program
15. Berikan
cairan IV
pada suhu
ruangan
16. Dorong
masukan
oral
17. Berikan
peng-
gantian
nasogastrik
sesuai
output
18. Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien
makan
19. Tawarkan
snack (jus
buah, buah
segar)
20. Batasi
masukan
cairan pada
keadaan
hiponatremi
dilusi
dengan
serum
Na<130
mEq/I
21. Monitor
respon
pasien
terhadap
terapi
elektrolit
22. Kolaborasi
dokter jika
tanda
cairan
berlebih
muncul
buruk
23. Atur ke-
mungkinan
transfusi
24. Persiapan
untuk
transfusi
Fluid monitoring
1. Tentukan
riwayat
jumlah dan
tipe intake
cairan dan
eliminasi
2. Tentukan
ke-
mungkinan
faktor
resiko dari
ketidak-
seimbang-
an cairan
(hipertermi,
terapi
diuretik,
kelainan
renal, gagal
jantung,
diaporesis,
disfungsi
hati)
3. Monitor
berat badan
4. Monitor
serum dan
elektrolit
urin
5. Monitor
serum dan
osmolalitas
urin
6. Monitor
BP<HR,
dan RR
7. Monitor
tekanan
darah
orthostatik
dan
perubahan
irama
jantung
8. Monitor
parameter
hemo-
dinamik
infasif
9. Catat
secara
akurat
intake dan
output
10. Monitor
membran
mukosa
dan torgor
kulit, serta
rasa haus
11. Catat
monitor
warna,
jumlah
12. Monitor
adanya
distensi
leher,
rinchi,
odem
perifer dan
penambah-
an BB
13. Monitor
tanda dan
gejala dari
odema
14. Beri cairan
sesuai
keperluan
15. Kolaborasi
pemberian
obat yang
dapat
meningkat-
kan output
urine
16. Lakukan
hemo-
dialisis bila
perlu dan
catat
respon
pasien
Vital sign
monitoring
1. Monitor TD,
nadi, suhu,
dan RR
2. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
3. Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk atau
berdiri
4. Auskultasi
TD pada
kedua
lengan dan
disbanding-
kan
5. Monitor TD,
nadi,RR
sebelum,
selama,
dan
sesudah
aktivitas
6. Monitor
kualitas dari
nadi
7. Monitor
adanya
pulsus
paradoksus
8. Monitor
adanya
pulsus
alterans
9. Monitor
jumlah dan
irama
jantung
10. Monitor
bunyi
jantung
11. Monitor
frekuensi
dan irama
pernafasan
12. Monitor
suara paru
13. Monitor
pola
pernafasan
abnormal
14. Monitor
suhu,
warna, dan
kelembab-
an kulit
15. Monitor
sianosis
perifer
16. Monitor
adanya
cushing
triad
(tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkat-
an sistolik)

Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

D. Evaluasi
1. Bebas dari nyeri
2. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
3. Menunjukan peningkatan curah jantung
a. Tanda-tanda vital kembali normal
b. Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer
c. Tidak terjadi kelebihan volum cairan
d. Tidak sesak
e. Edema ekstremitas tidak terjadi
4. Menunjukan penurunan kecemasan
5. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya
a. Mematuhi semua aturan medis
b. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri
menetap atau sifatnya berubah
c. Memahami cara mencegah komplikaasi dan menunjukan tanda-
tanda bebas dari komplikasi
d. Menjelaskan proses terjadinya gagal jantung
e. Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi
f. Mematuhi program perawatan diri
g. Menunjukan pemahaman mengenai terapi farmakologi
h. Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup
PENUTUP

a. Kesimpulan
Gagal jantung atau heart failure merupakan kondisi jantung tidak dapat
mendistribusikan darah ke seluruh tubuh sehingga suplai oksigen dan nutrient
terhambat (Ridwan, 54). Gagal jantung ada yang disebut sebagai kegagalan
jantung kongestif (congestive heart failure (CHF)).
Gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian mana dari jantung
itu yang mengalami gangguan pemompaan darah. Gagal jantung kiri adalah
gangguan fungsi jantung sisi kiri untuk memompakan darah dalam jumlah
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Saputra,110). Gagal
jantung kanan adalah gangguan fungsi jantung sisi kanan untuk
memompakan darah dalam jumlah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik (Saputra, 117).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan
(dimana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini
mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah
atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan
jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ
(Padila, 79).
Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan
berdasarkan bagian mana dari jantung itu yang mengalami gangguan
pemompaan darah.
1. Gagal jantung sebelah kiri
Edema pulmoner, sesak napas yang hebat, cepat letih (fatigue),
gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat (tachycardia), batuk-batuk
serta irama detak jantung tidak teratur (arrhythmia).
2. Gagal jantung sebelah kanan
Mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan
jantung, sehingga hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki,
pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly).

3. Gagal Jantung Kongestif


Meningkatkan volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan
arteri vena meningkat akibat penurunan curah jantung manisfestasi
kongestif dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
Diagnosa dari penyakit gagal jantung diantaranya adalah sebagai berikut:
4. Intoleransi aktivitas berdasarkan kelelahan atau dispneu turunnya
curah jantung
5. Ansietas berdasarkan kesulitan nafas dan kegelisahan akibat
oksigenasi yang tidak adekuat
6. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung
Dalam asuhan keperawatan ada 3 pengkajian yaitu pengkajian primer,
pengkajian sekunder, dan pengkajian fisik. Pengkajian primer yang terdiri dari
jalan nafas, pernapasan, dan sirkulasi. Pengkajian sekunder yang terdiri dari
aktivitas, sirkulasi, pernapasan, riwayat penyakit atau adanya faktor-faktor
resiko. Pengkajian fisik yang terdiri dari keadaan umum dan vital sign.
Dari pengkajian dengan masalah penyakit gagal jantung terdapat 3
diagnosa, antara lain:
1. Intoleransi aktivitas berdasarkan kelelahan atau dispneu turunnya
curah jantung
2. Ansietas berdasarkan kesulitan nafas dan kegelisahan akibat
oksigenasi yang tidak adekuat
3. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung

Salah satu diagnosa dengan masalah gagal jantung yaitu resiko


penurunan perfusi jaringan jantung, maka rencana keperawatan selanjutnya
dengan batasan karakteristik yaitu pil kontasepsi, pembedahan jantung,
tamponade jantung, spasme arteri koroner, kurang pengetahuan tentang
faktor resiko yang dapat diubah (misal: merokok, gaya hidup menonton,
obesitas), diabetes mellitus, peningkatan protein C-reaktif, riwayat penyakit
arteri koroner pada keluarga, hiperlipidemia, hipertensi, hipervolemia,
hipoksemia, hipoksia, penyalahgunaan zat. Tujuan dan kriteria hasil dari yaitu:

1. Cardiac Pump effectivene


2. Circulation stasus
3. Vital sign stasus

Kriteria hasil

1. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang yang diharapkan


2. CVP dalam batas normal
3. Nadi perifer kuat dan simetris
4. Tidak ada udem perifer dan asites
5. Denyut jantung AGD, ejeksi fraksi, dalam batas normal
6. Bunyi jantung abnormal tidak ada
7. Kelemahan yang ekstrim tidak ada

Dan dilanjutkan dengan intervensi yaitu:

Cardiac Care

1. Evaluasi adanya nyeri dada (insensitas, lokasi, durasi )


2. Catat adanya distritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

Guidance
1. Monitor status kardiovaskuler
2. Monitor stasus pernafasan yang menandakan gagal jantung
3. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
4. Monitor balance cairan
5. Monitor adanya perubahan tekanan darah
6. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu dan ortopneu

Support

1. Dorong pasien untuk merespon terhadap efek pengobatan antiaritmia

Teaching

1. Ajarkan pasien untuk toleransi aktivitas

Development enviroment

1. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan atau


anjurkan untuk menurun-kan stress

Colaboration

1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

Fluid Management

1. Timbang pembalut jika diperlukan


2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3. Pasang urin kateter jika diperlukan
4. Monitor stasus hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, ,
tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
5. Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi urin (BUN,Hmt,
osmolalitas urin)
6. Monitor stasus hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP,PCWP
7. Monitor vital sign sesuai indikasi penyakit
8. Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan (cracles, CVP, edema,
distensi vena leher, asites)
9. Monitor berat badan pasien sebelum dan sesudah dianalisis
10. Kaji lokasi dan luas edema
11. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian
12. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan sesuai program
13. Monitor status nutrisi, berikan cairan
14. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai program
15. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
16. Dorong masukan oral
17. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
18. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
19. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
20. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi dilusi dengan serum
Na<130 mEq/I
21. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
22. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul buruk
23. Atur kemungkinan transfusi
24. Persiapan untuk transfusi

Fluid monitoring

1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi


2. Tentukan ke-mungkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan
(hipertermi, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati)
3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan elektrolit urin
5. Monitor serum dan osmolalitas urin
6. Monitor BP<HR, dan RR
7. Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
8. Monitor parameter hemodinamik infasif
9. Catat secara akurat intake dan output
10. Monitor membran mukosa dan torgor kulit, serta rasa haus
11. Catat monitor warna, jumlah
12. Monitor adanya distensi leher, rinchi, odem perifer dan penambahan BB
13. Monitor tanda dan gejala dari odema
14. Beri cairan sesuai keperluan
15. Kolaborasi pemberian obat yang dapat meningkatkan output urine
16. Lakukan hemodialisis bila perlu dan catat respon pasien

Vital sign monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan dibandingkan
5. Monitor TD, nadi,RR sebelum, selama, dan sesudah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus
8. Monitor adanya pulsus alterans
9. Monitor jumlah dan irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernafasan abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Setelah dilakukan intervensi maka dilakukan evaluasi, dengan hasil
yang diharapkan pada proses perawatan masalah gagal jantung sebagai
berikut:
6. Bebas dari nyeri
7. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
8. Menunjukan peningkatan curah jantung
f. Tanda-tanda vital kembali normal
g. Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer
h. Tidak terjadi kelebihan volum cairan
i. Tidak sesak
j. Edema ekstremitas tidak terjadi
9. Menunjukan penurunan kecemasan
10. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya
i. Mematuhi semua aturan medis
j. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri
menetap atau sifatnya berubah
k. Memahami cara mencegah komplikaasi dan menunjukan tanda-
tanda bebas dari komplikasi
l. Menjelaskan proses terjadinya gagal jantung
m. Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi
n. Mematuhi program perawatan diri
o. Menunjukan pemahaman mengenai terapi farmakologi
p. Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup

B. Saran
Berdasarkan isi makalah ini mengenai gagal jantung, maka disarankan
kepada pembaca agar selalu menjaga kesehatan jantung yang didukung
dengan gaya hidup sehat.
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap
tentang gagal jantung, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku –
buku yang berhubungan dengan gagal jantung.

Anda mungkin juga menyukai