Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu
area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003,
WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena
jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker serviks (mulut rahim)
adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia. Di seluruh dunia, kasus kanker
serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan
Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks baru
dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. Sampai saat ini kanker serviks
masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka
kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi.
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Dahulu infeksi ini
merupakan sebab kematian maternal yang paling penting,

B. Tujuan Penulisan
a. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Cancer Servik, Infeksi traktus, dan
Infeksi Postpartum
b. Untuk memenuhi matakuliah keperawatan maternitas II

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Cancer Servik


Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu fungsi
serviks adalah memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma
dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Selain itu, serviks juga akan menutup saat
kehamilan untuk menjaga janin tetap di rahim, dan akan melebar atau membuka saat
proses persalinan berlangsung. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam
leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina. Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Dari beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah
pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks
atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

B. Etiologi Cancer Servik


Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara
tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa
jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas
maka keadaannya disebut kanker serviks.Berikut beberapa penyebab Kanker servik :
a. HPV ( Human Papiloma Virus )
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan tumbuhnya
kutil di berbagai bagian tubuh. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma
akuminata yaitu kutil yang berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan
ditutup terutama dibagian atas epitel yang hiperkerotolik. Kondiloma akuminata jarang
ditemukan pada serviks dimana lesinya hanya terbatas pada vulva, anus dan vagina bagian
posterior. Kemungkinan peranan terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan
gangguan pada gen yang mengatur pembelahan virus dan mengakibatkan pembelahan sel

2
menjadi tidak terkontrol kearah keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat dalam bentuk
jinak kondiloma (NIS 1 : Neoplasma Intraepitel Serviks) atau bentuk prakanker (NIS 2 dan
3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasive.HPV pada serviks menular melalui hubungan
seksual dan penularan ini semakin berisiko bila memiliki lebih dari satu partner seksual,
hubungan seks pada usia dini, individu dengan kekebalan tubuh lemah (misalnya pada
pasien HIV/AIDS), serta penderita infeksi menular seksual, seperti gonore, klamidia, dan
sifilis.
b. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (` kurang dari 17 tahun) dan
berganti - ganti pasangan seksual
Belum matangnya daerah transformasi pada usia dini bila sering terekspos dapat
menyebabakan kanker servik.. Terjadinya perubahan pada sel leher rahim pada wanita yang
sering berganti – ganti pasangan, penyebabnya adalah sering terendamnya sperma dengan
kadar PH yang berbeda – beda sehingga dapat mengakibatkan perubahan dari dysplasia
menjadi kanker.
d. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun
e. Defisiensi Gizi
Terjadinya peningkatan dysplasia ringan dan sedang yang berhubungan dengan
defisiensi zat gizi seperti beta karoten, vitamin A dan asam folat. Dari beberapa penelitian
melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karoten atau retinol
dapat meningkatkan resiko kanker serviks
f. Golongan ekonomi lemah
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin
dan pendidikan yang rendah.

C. Patofisiologi Cancer Servik


Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat

3
berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan
syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis.

D. Gejala Cancer Servik


Kanker serviks umumnya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Gejala baru
muncul saat kanker memasuki stadium lanjut. Pada kondisi tersebut, gejala yang muncul
bisa berupa:
– Perdarahan melalui vagina di luar masa menstruasi, setelah berhubungan intim,
atau setelah menopause.
– Keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang bercampur darah.
– Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual.
– Nyeri panggul.

Bila kanker semakin menyebar ke jaringan di sekitarnya, beberapa gejala lain yang
dapat muncul meliputi:

– Diare.
– Mual dan muntah.
– Kejang.
– Kehilangan selera makan.
– Penurunan berat badan.
– Perut membengkak.
– Nyeri saat buang air kecil.
– Terdapat darah dalam urine (hematuria).
– Perdarahan pada dubur saat buang air besar.
– Pembengkakan pada kaki.
– Tubuh mudah lelah.

Kanker serviks umumnya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Gejala baru
muncul saat kanker memasuki stadium lanjut. Pada kondisi tersebut, gejala yang muncul
bisa berupa:

4
– Perdarahan melalui vagina di luar masa menstruasi, setelah berhubungan intim,
atau setelah menopause.
– Keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang bercampur darah.
– Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual.
– Nyeri panggul.

Bila kanker semakin menyebar ke jaringan di sekitarnya, beberapa gejala lain yang
dapat muncul meliputi:

– Diare.
– Mual dan muntah.
– Kejang.
– Kehilangan selera makan.
– Penurunan berat badan.
– Perut membengkak.
– Nyeri saat buang air kecil.
– Terdapat darah dalam urine (hematuria).
– Perdarahan pada dubur saat buang air besar.
– Pembengkakan pada kaki.
– Tubuh mudah lelah.
E. Pencegahan Cancer Servik
a. Primer
Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk menghindari diri dari faktor – faktor yang dapat menyebabkan kanker.
Masyarakat yang melakukan pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari penderitaan,
produktivitas berjalan terus, tidak memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan,
rehabilitasi serta perawatan lebih lanjut. Salah satu bagian dari pencegahan primer adalah
memberikan vaksin Human Papilloma Virus (HPV), pemberian vaksin HPV akan
mengeliminasi infeksi HPV.

b. Pencegahan Sekunder

5
Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker serviks. Tujuan
dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan kasus – kasus dini sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Selain itu, bertujuan untuk memperlambat
atau menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan sekunder melalui diagnosis
dini displansia dengan berbagai cara baik klinis maupun laboratorium. Pencegahan
sekunder memiliki kelemahan, antara lain :
– Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN)
– Tetapi lesi prakanker yang baru dideteksi pada pencegahan sekunder sering kali
menimbulkan morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien
– Pencegahan sekunder atau akan mengalami hambatan pada sumber daya
manusia dan alat yang berkembang
c. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan
pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan. Terdapat
dua pengobatan pada pencegahan tersier yaitu :

F. Definisi Infeksi Traktus


Infeksi traktus urinarius adalah infeksi dimana pada urin yang diperiksa ditemukan
mikroorganisme dalam jumlah lebih dari normal. Traktus urinaria atau biasa disebut saluran
perkemihan terdiri dari dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih (vesika
urinaria), dan satu buah uretrha. infeksi traktus urinaria merupakan suatu infeksi atau
gangguan pada saluran kemih yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra,
infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin. (Sukandar, E :2004)
Kandung kemih pada masa nifas tidak begitu sensitif terhadap tekanan cairan
intravesikal .Overdistensi , pengosongan yang tidak sempurna dan urin residual yang
berlebihan sering dijumpai. Pengaruh dari anestesi regional juga mengakibatkan
kelumpuhan sementara dan gangguan fungsi saraf pada kandung kemih. Sisa pengeluaraan
dan bakteri urinuria pada kandung kemih, ditambah dilatasi pelvisrenalis dan ureter
membentuk kondisi optimal untuk terjadinya infeksi atau gangguan saluran kemih.
G. Etiologi Infeksi Traktus

6
Etiologi infeksi traktus sebagian besar didominasi bakteri gram negatif, seperti E. coli (pada
hampir 80% kasus), sedangkan bakteri gram positif lebih jarang menyebabkan ISK.
Berdasarkan Toronto Notes 2008, kelompok bakteri yang dapat menyebabkan ISK adalah
bakteri-bakteri KEEPS, yaitu : K = Klebsiella, E = E. Coli, E = Enterobacter, P =
Pseudomonas, S = S. aureus
Cara terjadinya infeksi:
a. Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri ke traktus urinarius. Kemungkinan lain ialah
bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Peralatan tidak steril, missal sarung tangan, gunting epis, hingga kateter sehingga
terkontaminasi bakteri dan invasi ke traktus urinarius.
c. Infeksi rumah sakit (hospital infection)/lingkungan inpartum. Dalam rumah sakit
banyak sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh
rumah sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda
rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya).

H. Patofisiologi Infeksi Traktus

Terjadinya infeksi traktus , umumnya bakteri yang menyebebkan terjadinya infeksi


berasal dari tubuh penderita sendiri, ada 3 cara terjadinya infksi yaitu :
a. Melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain kebagian kandung
kemih.
b. Penyebaran melalui saluran getah bening berasal dari usus besar ke buli-buli atau ke
ginjal.
c. Secara asendens yaitu migrasi mikroorganisme melalui saluran kemih yaitu urethra,
buli-buli, ureter, ke ginjal.

Berdasarkan pengalama klinis dan percobaan, cara asendens ini adalah cara yang
terbanyak dalam penyebaran infeksi.
Sebagai faktor predisposisi adalah urethra wanita yang pendek dan mudahnya
terjadi kontaminasi yang berasal dari vagina dan rektum.
Infeksi saluran kemih dalam kehamilan dapat bervariasi mulai dari bakteriuria
asimptomatik hingga yang menimbulkan gejala sebagai sistitis dan pielonefritis akut.

7
I. Gejala Infeksi Traktus
a. Rasa sakit dan nyeri di punggung atas dan samping
b. Demam
c. Menggigil
d. Mual
e. Muntah
f. Air kencing (urin) berdarah
g. Urin keruh
h. Nyeri di bawah pusar
i. Nyeri di daerah rectum

J. Pencegahan Infeksi Traktus


a. Selama kehamilan, Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
– Perbaikan gizi.
– Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.
– Selama persalinan
b. Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
– Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
– Membatasi perlukaan jalan lahir.
– Mencegah perdarahan banyak.
– Menghindari persalinan lama.
– Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.
c. Selama nifas,Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
– Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
– Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
– Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
– Membatasi tamu yang berkunjung.
– Mobilisasi dini.

8
K. Definisi Infeksi Post partum
Infeksi postpartum/ puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang
terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu 38 oC. Infeksi post
partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari
setelah persalinan (Bobak, 2004).

L. Etiologi Infeksi Post partum


Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :

a. Streptococcus haematilicus aerobic ,


Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat- alat yang tidak steril, tangan penolong dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis
dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

M. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam, nyeri di
daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan pada daerah yang terinfeksi, fungsi organ
terganggu. Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:
a. Infeksi lokal

9
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma, gangguan
involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.

N. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, terdapat benjolan-benjolan karena
banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kumankuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita.
Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan
perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kumankuman patogen. Proses
radang dapat terbatas pada lukaluka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun
infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya yang
berada di ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di
kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran
udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat
yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu post
partum.

10
O. Pencegahan Infeksi Post partum
Pencegahan infeksi selama post partum antara lain:
a. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
b. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus steril.
c. Penderita dengan infeksi post partum sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu post-partum yang sehat.
d. Membatasi tamu yang berkunjung.
e. Mobilisasi dini.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Infeksi traktus urinarius adalah infeksi dimana pada urin yang diperiksa ditemukan
mikroorganisme dalam jumlah lebih dari normal. Traktus urinaria atau biasa disebut saluran
perkemihan terdiri dari dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih (vesika
urinaria), dan satu buah uretrha. infeksi traktus urinaria merupakan suatu infeksi atau
gangguan pada saluran kemih yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra,
infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin.
Infeksi postpartum/ puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang
terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu 38oC. Infeksi post
partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari
setelah persalinan

B. Saran
Diharapkan bagi pembaca,dan pihak kesehatan yang terkait,agar dapat menyerap
manfaat yang sebesar-besarnya dari makalah ini,sehingga tujuan dari makalah ini tercapai
dengan baik. Penyusun juga mengharapkan kritik atau saran dari pembaca sehingga dapat
mewujudkan makalah ini lebih baik kedepan nya.

12

Anda mungkin juga menyukai