Anda di halaman 1dari 4

Update data menunjukkan bahwa wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

telah melanda ke 200 negara-negara di dunia, termasuk Indonesia yang juga tidak luput dari
penyebaran virus covid-19 ini. Untuk kasus di Indonesia berawal pada tanggal 2 Maret 2020
Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus Covid-19 yang pertama, yaitu dua kasus
warga Depok, selanjutnya Badan kesehatan dunia WHO menetapkan wabah Corona sebagai
pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Perkembangan saat ini menunjukkan berdasarkan
update terbaru jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) yang dirilis pada hari ini pun
masih memperlihatkan peningkatan. Angka kematian pasien Covid-19 juga terus
bertambah. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang
diperbaharui pukul 15.40 WIB, Senin (6/4) total jumlah kasus positif corona di Indonesia
mencapai 2.491 pasien dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Akan tetapi malah
sebaliknya menurut prediksi malah akan terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan apabila tidak dilakukan langkah-langkah yang luar biasa di dalam melakukan
penanggulangan covid-19 ini.
Sebagai bagian dari langkah-langkah didalam melakukan penanggulangan virus
Covid-19 pada 20 Maret 2020, Presiden menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun
2020 tentang Refocussing Kegiatan, Kemudian pada 31 Maret 2020 Presiden Joko Widodo
menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan mengambil kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengatasinya, serta menerbitkan Perppu yang
melegitimasi rencana kebijakan pemerintah mengatasi krisis keuangan akibat Covid-19.
Kebijakan ini menganulir wacana darurat sipil yang dikemukakan Presiden sehari
sebelumnya.

Ketiga langkah-langkah pemerintah tersebut diterbitkan serta dikeluarkannya kebijakan


pada tanggal 31 Maret 2020 dan dituangkan kedalam bentuk peraturan perundang-undangan
sebagai berikut:
 Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Wrus Disease 2019 (Covid-19);
 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Wrus Disease 2019 (Covid-
19); dan
 Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dan/atau dalam rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
1
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Tentang pedoman pembatasan
sosial berskala besar (PSBB).

Akan tetapi persoalannya adalah Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyusul
pandemi virus Corona (Covid-19) ini belum tentu berjalan efektif. Pasalnya Pengaturan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam PP 21/2020 belum dilakukan scara
menyeluruh, karena hanya mencakup kretaria Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) dan tatacara penetapan status PSBB oleh Menteri Kesehatan. Setelah
mencermati beberapa pasal yang terdapat di PP 21/2020, terlihat tidak adanya
mekanisme aturan yang mengatur terkait pengganti (kompensasi) dari dampak covid -19
terhadap warga masyarakat baik itu berupa kompensasi kebutuhan pokok/dasar maupun
BLT. Dan Dalam berbagai regulasi yang dirilis pemerintah, baik Peraturan Pemerintah
(PP), Keputusan Presiden (Kepres), dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perppu) maupun permenkes, tidak memuat sanksi maupun kompensasi. Sanksi
seharusnya mestinya diberikan bagi mereka yang melanggar. Begitu juga dengan
kompensasi, diberikan kepada mereka yang terdampak langsung dari kebijakan ini.
Jangan sampai kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hanya bisa jadi
sekadar imbauan belaka karena cenderung masih belum tegas. Karena seharusnya
Sanksi dan kompensasi harus ditegaskan secara beriringan. Sebab, aturan yang baik
mestilah diiringi dengan sanksi dan penghargaan. Yang melanggar diberi hukuman,
yang menaati diberi penghargaan.
Kompensasi adalah turunan dari ketaatan warga masyarakat atas kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan adanya Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB),
ada banyak warga masyarakat yang ekonominya terganggu. Mereka tidak bisa bekerja
sebagaimana biasanya. Sebagian dari mereka itu justru bekerja harian untuk menutupi
kebutuhan harian mereka. Kelompok masyarakat seperti inilah yang perlu diberi
kompensasi oleh pemerintah.
Selanjutnya beberapa pasal yang kontra produktif, butuh penjelasan berkaitan dengan pasal
4 ayat a. peliburan dan tempat kerja. Liburan sekolah, liburan kampus. Beda dengan yang
dimaksud belajar dari rumah atau Work From Home bekerja dari rumah. Berikutnya pasal
yang mengatur tentang kriteria pengajuan Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagaimana
pada pasal ayat 1 disebutkan PSBB harus memenuhi kreteria yaitu jumlah kasus/jumlah
kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar secara signifikan dan cepat kebeberapa
wilayah. Pertanyaanya adalah kenapa mesti menunggu harus ada korban kematian dulu baru

2
boleh mengajukan PSBB padahal negara harus melindungi setiap warga negara nya
sebagaimana amanah UUD 1945.
Virus Covid-19 ini merupakan katagori yang sangat serius serta luar biasa didalam
penyebarannya. Sehingga kita terus mendorong serta memberikan dukungan kepada
pemerintah untuk terus melakukan langkah-langkah kongkrit didalam melakukan
penanggulangan virus Covid-19. Hal itu tentunya dengan cara-cara yang tepat serta luar
biasa. Akan tetapi kita melihat dari beberapa kebijakan serta aturan yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah dirasa masih belum efektif. Bahkan masih dianggap belum progresif serta
responsif di dalam hal memutus mata rantai sera penanggulangan Covid-19. Hal itu terbukti
dengan aturan-aturan yang telah dikeluarkan dirasa masih belum mampu menjawab
persoalan Covid-19 terutama aturan permenkes no 9 tahun 2020 tentang pedoman
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sangat rumit serta syarat dengan proses yang
sangat birokratis.
Sebagai saran untuk dipertimbangkan Presiden hendaknya segera membuat revisi PP
21/2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maupun Permenkes Nomo 9
Tahun 2020 tentang pedoman pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan
menambahkan materi muatan terkait dengan pemberian sanksi serta konpensasi secara
detail didalamnya serta tatacara penetapan dan mencabutan kedaruratan Kesehatan
Masyarakat serta kreteria dan pelaksana karantina rumah, karanti nawilayah dan karantina
rumah sakit.
Selanjutnya dengan adanya pengaturan tentang Pembasatan Sosial Berskala Besar (PSBB)
berkaitan dengan Karantina Wilayah, secara otomatis hendaknya diberlakukan pula
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan. dimana Apabila
telah terjadi darurat kesehatan kemudian pemerintah mengambil kebijakan untuk Karantina
Wilayah maka pemerinta hwajib memenuhi hak dasar masyarakat sebagaimana diatur Pasal
55 ayat (1) dan (2) UU Kekarantinaan Kesehatan yang menyatakan:
“Selama dalam Karantina Wilayah, kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan
ternak yang berada di wilayah karantina menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat.
Tanggungjawab Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan Karantina Wilayah sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan Pemerintah Daerah dan pihak yang
terkait”
Sebagai penutup Seharusnya Pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini
hendaknya konsen terhadap pembuatan Peraturan Pemerintah tentang Peraturan
Pelaksanana dari Undang-Undang No 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
3
yang bertujuan untuk menjabarkan secara detail dan rinci Undang-undang tersebut untuk
dapat dilaksanakan secara utuh serta efektif. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2020
tentang PSBB ini walaupun kedudukannya sama akan tetapi PP No 21 Tentang PSBB ini
tidak dan belum menjelaskan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang kekarantinaan kesehatan. Jangan sampai dengan kebijakan pemerintah tentang
pembatasan sosial berskala besar yang di tuangkan kedalam Peraturan Pemerintah Nomor
21 tahun 2020 ini pemerintah terkesan melempar tanggungjawabnya kepada pemerintah
daerah serta dianggap abai serta enggan bertanggungjawab lahir dan batin didalam
menanggulangi pandemi virus Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai