Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua
kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang
menyadari pentingnya kesehatan akan datang memeriksakan kesehatannya di tempat
penyelenggara medis, seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, perawat, bidan dan
petugas medis lainnya. Dalam pelayanan kesehatan,khususnya kesehatan reproduksi
berperan penting sebagai media untuk masyarakat dalam menghasilkan reproduksi sehat,
sehingga menghasikan keturunan yang sehat, untuk menunjang kemajuan suatu bangsa
dengan keturunan yang sehat.
Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu
keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi
yang bebas dari penyakit tetapi juga bebas dari kecacatan secara proses maupun fungsi pada
sistem reproduksi manusia.
Pentingnya system-sistem dalam pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam
mempermudah pasien atau penerima pelayanan kesehatan dalam melakukan proses
penerimaan pelayanan,

B. Tujuan Penulisan
Untuk Memahami pelayanan kesehatan reproduksi
Untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Keperawatan Martenitas II

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sitem Rujukan Pelayanan Kesehatan


a. Sistem Rujukan
1. Upaya kesehatan diselenggarakan secara terpadu, berkesinambungan, dan paripurna
melalui sistem rujukan.
2. Rujukan di bidang upaya kesehatan perorangan dalam bentuk pengiriman pasien,
spesimen, dan pengetahuan tentang penyakit dengan memperhatikan kendali mutu
dan kendali biaya, serta rujukan di bidang upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan
secara bertanggung jawab oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

b. Sistem Rujukan Kesehatan Perorangan


(2009, kemenkes RI) : Pasal 3
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan secara berjenjang
berdasarkan kompetensi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, yang
melibatkan semua fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan masyarakat/swasta.
2. Khusus untuk sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan bagi ibu hamil dan
bersalin diselenggarakan berjenjang dari FKTP ke Puskemas PONED 24 Jam, lalu ke
RS PONEK 24 Jam baik milik pemerintah maupun masyarakat/swasta.
3. RS Swasta melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan dapat pula menjadi
rujukan bagi pelayanan kesehatan lainnya.
4. Semua fasilitas kesehatan rujukan harus terakreditasi sesuai dengan kelasnya.
5. RS Pemerintah dan Swasta wajib menerima pasien rujukan dan /atau kasus gawat
darurat tanpa melihat status dan latar belakang termasuk status keikutsertaan dalam
jaminan kesehatan, serta menanganinya sesuai dengan prosedur dan standar
pelayanan yang berlaku.
6. RS Pemerintah dan Swasta wajib menyediakan tempat tidur Kelas 3 dalam jumlah
yang memadai.

2
7. Pembiayaan untuk kasus rujukan bagi peserta BPJS dibebankan kepada BPJS; bagi
pasien yang tidak tercakup dalam skema jaminan kesehatan dibebankan kepada yang
bersangkutan, dan bagi masyarakat miskin yang tidak termasuk dalam PBI
dibebankan kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
8. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menyediakan Rumah Tunggu atau Rumah
Singgah di Kota Pekanbaru bagi ibu hamil dengan risiko tinggi yang harus ditangani
di RS Rujukan Provinsi, dan bagi pasien PTM yang membutuhkan pengobatan rutin
di RS Rujukan Provinsi; serta bagi pasien yang menunggu jadwal operasi.
9. Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis upaua memfasilitasi
tersedianya pelayanan transportasi rujukan medis dari puskesmas.
10. Dinas berwenang untuk menata, mengarahkan, dan mengawasi sistem rujukan
kesehatan perorangan.

c. Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat51


(2009, kemenkes RI) Pasal 41:
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan secara berjenjang
dari desa/kelurahan, puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Dinas
Kesehatan Provinsi.
2. Dinas dalam penerimaan rujukan pemeriksaan sampel makanan minuman dan
lingkungan yaitu tanah, air, udara, dan spesimen lainnya, secara teknis dilaksanakan
oleh UPT Laboratorium Kesehatan.
3. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta berkewajiban melaksanakan Upaya Kesehatan
Masyarakat dan berkordinasi dengan Dinas.

B. Sistem Pelayanan Kesehatan untuk kesehatan Reproduksi


a. Kesehatan Reproduksi
1. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi.
2. Pelayanan kesehatan reproduksi terdiri dari pelayanan kesehatan sebelum hamil,
masa hamil, masa melahirkan dan masa sesudah melahirkan (nifas).

3
3. Pelayanan kesehatan reproduksi adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
4. Pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan di fasilitas kesehatan perorangan dan
fasilitas kesehatan masyarakat tingkat pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga.
5. Standar pelayanan kesehatan reproduksi berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
6. Setiap orang berhak:
– Menjalani kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat, aman, dan bebas
paksaan dan/atau kekerasan dari siapapun sesuai dengan norma susila yang
berlaku;
– Menentukan kehidupan reproduksi dan bebas dari diskriminasi, paksaan
dan/atau kekerasan, yang sesuai nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan
martabat manusia;
– Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan suami dan
istri; dan
– Memperoleh informasi, edukasi, konseling dan pelayanan kesehatan
reproduksi dari petugas yang kompeten.
7. Kesehatan reproduksi dilaksanakan melalui pendekatan upaya Kesehatan Ibu,
Kesehatan Anak, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, Pencegahan
dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS serta Kesehatan
Reproduksi Lanjut Usia.
8. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menjamin
ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi dan
kesehatan seksual.
9. Setiap sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
reproduksi baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan/atau rehabilitatif
termasuk reproduksi dengan bantuan, harus dilakukan secara aman dan sehat dengan
memperhatikan aspek-aspek yang khas pada fungsi reproduksi perempuan dan laki-
laki.

4
b. Pelayanan Keluarga Berencana
1. Pelayanan kesehatan dalam Keluarga Berencana dimaksudkan untuk pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat
dan cerdas melalui upaya promotif, preventif, pelayanan, dan pemulihan termasuk
perlindungan efek samping, komplikasi, dan kegagalan alat kontrasepsi dengan
memperhatikan hak-hak reproduksi, serta pelayanan infertilitas.
2. Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggungjawab
dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, obat kontrasepsi, penanganan
komplikasi dan kegagalan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang
aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
3. Pelayanan Keluarga Berencana dilaksanakan di fasilitas kesehatan perorangan dan
masyarakat tingkat pertama, kedua dan ketiga.
4. Pelayanan Keluarga Berencana diselenggarakan setelah calon akseptor mendapat
informasi lengkap, sesuai pilihan, dapat diterima, dan diberikan dengan
mempertimbangkan usia, jarak kelahiran, jumlah anak, dan kondisi kesehatannya.
5. Standar pelayanan Keluarga Berencana berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.

C. Pelayanan Kesehatan untuk Gangguan Reproduksi


a. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada WUS (Wanita usia Subur)
Pasien WUS mendapatkan pengetahuan seputar reproduksinya,kebersihan,masalah
kesuburan, siklus haid yang teratur.
1. Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran
haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang
kembali, yang biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu siklus haid
dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak.
2. Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita
Personal Hygiene:
– Mandi 2x sehari
– Ganti pakaian dalam setiap hari

5
– Hindari keadaan lembab di vagina
– Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya (berbahaya
ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena air)
– Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah haid
– Cebok dari arah depan ke belakang
– Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.
Gizi
– Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal,
– Konsumsi buah dan sayuran.
Perilaku seks
– Hindari perilaku seks bebas diluar nikah.

b. Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada PUS (Pasangan Usia Subur)


Pasien WUS mendapatkan pengetahuan seputar masalah/ gangguan Kesehatan Reproduksi
yang seringkali dipermasalahkan oleh PUS dan Upaya Penanggulangannya:
1. Infertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan bayi
hidup dari suami yang mampu menghamilinya.Pasangan Infertil adalah suatu
kesatuan hasil interaksi biologis yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan
kelahiran bayi hidup. Infertilitas Primer adalah jika istri belum berhasil hamil
walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemuungkinan kehamilan
selama 12 bulan berturut-turut. Infertilitas Sekunder adalah jika istri pernah hamil
akan tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan
pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
Persyaratan kehamilan :
– Hubungan seksual yang normal
– Analisis sperma yang normal
– Ovulasi yang normal
– Uterus dan endometrium yang normal
– Tuba fallopi yang normal.
Infertilitas dapat disebabkan oleh :
– Gangguan pada hubungan seksual

6
– Jumlah sperma dan transportasinya yang abnormal
– Gangguan ovulasi dan hormonal yang lain, termasuk gangguan pada tingkat
reseptor hormon reproduksi.
– Kelainan tempat implantasi (endometrium) dan uterus
– Kelainan jalur transportasi (tuba fallopi)
– Gangguan peritoneum
– Gangguan imunologik.
Gangguan hubungan seksual yang dapat menyebabkan infertilitas
– Kesalahan teknik senggama : penetrasi tidak sempurna ke vagina
– Gangguan psikososial : impotensi ejakulasi prekoks, vaginismus
– Ejakulasi abnormal : kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi
retrogard ke dalam vesika urinaria pasca prostatektomi
– Kelainan anatomi : hipospadia, epispadia, penyakit pyeroni.
Gangguan produksi dan transportasi sperma
– Parameter analisis semen normal
– Volume 2-5 cc
– Jumlah sperma > 20 juta/ml
– Motilitas 6-8 jam > 40%
– Bentuk sperma yang abnormal < 20%
– Kandungan kadar fruktosa 120-450 mikrog/ml.
Gangguan ovulasi
– Ovarium memiliki dua peran utama, yaitu : sebagai penghasil gamet, sebagai
organ endokrin karena menghasilkan hormon seks (estrogen dan
progesteron).
– Kegagalan ovulasi dapat berasal primer dari ovarium, misalnya penyakit
ovarium polikistik atau kegagalan yang bersifat sekunder akibat kelainan
pada poros hipotalamus hipofisis dan kelainan pada pusat opionid dan
reseptor steroid di hipotalamus, atau tumor hipofisis serta hipofungsi
hipofisis.
Pemeriksaan pasangan infertil
– .Riwayat penyakit dan pemeriksaan

7
– Analisis sperma
– Uji pasca senggama (UPS)
– Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
– Uji pakis
– Suhu Basal Badan (SBB)
– Sitologi vagina atau endoserviks
– Biopsi Endometrium
– Laparaskopi.
– Pemeriksaan uterus dan tuba fallopi
– Biopsi Endometrium
– Hydrotubasi
– Hidrosalpingogram
– Histeroskopi
– Laparaskopi
– Ultrasonografi dan Endosonografi.
– Pengobatan infertilitas pasangan

c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi untuk Penyakit Menular Seksual (PMS)


1. Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga dikenal
dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada alat kelamin atau mulut.
Melalui luka inilah penularan akan terjadi.
2. Gonore yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari penis atau vagina dan
rasa nyeri ketika buang air kecil. Bakteri penyebab gonore juga dapat menimbulkan
infeksi di bagian tubuh lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina.
3. Human papillomavirus (HPV) Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus
HPV. Virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga kanker serviks pada
perempuan. Penularan HPV terjadi melalui kontak langsung atau melakukan
hubungan seksual dengan penderita.

8
4. Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa
kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan.
5. Chlamydia
Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Pada wanita, chlamydia menyerang leher rahim. Sedangkan pada pria, menyerang
saluran keluar urine di penis. Penularan dapat terjadi dari luka pada area kelamin.
6. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit
trikomoniasis bisa menimbulkan keputihan pada wanita atau malah tidak
menimbulkan gejala, sehingga sering kali seseorang secara tidak sadar menularkan
penyakit ini ke pasangan seksualnya.
7. Hepatitis B dan hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis, dan dapat mengakibatkan
gangguan hati kronis hingga kanker hati. Virus ini ditemukan dalam darah atau cairan
tubuh penderita. Selain melalui hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui
jarum suntik yang dipakai bersama dan transplantasi organ.
8. Tinea cruris Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh jamur , menyerang kulit
di sekitar alat kelamin, paha bagian dalam, dan bokong. Tinea cruris ditandai dengan
ruam merah yang terasa gatal pada kulit yang terinfeksi. Penularannya adalah melalui
kontak langsung dengan penderita atau menyentuh benda yang telah terinfeksi.
9. Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini bersifat tidak aktif atau
bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Penyebarannya terjadi
melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah terinfeksi.
10. Candidiasis disebabkan oleh jamur Candida. Candidiasis ditandai dengan ruam atau
lepuhan yang muncul pada kulit, terutama area lipatan kulit. Sama seperti infeksi
menular seksual lainnya, penularan penyakit ini dapat terjadi melalui hubungan
seksual dengan penderita.
Cara penularan PMS termasuk HIV/AIDS, dapat melalui :
– Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anus, maupun
oral. Cara ini merupakan cara paling utama (lebih dari 90%)

9
– Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis),
pada persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir
(HIV/AIDS)
– Melalui tranfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah
atau produk darah (HIV/AIDS).
Cara pencegahan PMS :
– Melakukan vaksinisasi untuk penyakit PMS yang memiliki vaksin
– Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia
– Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
– Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual
– Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS, misalnya borok pada alat
kelamin, atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.
Arahkan Klien untuk melakukan pemeriksaan Penunjang :
– Tes darah lengkap.
– Tes urine lengkap. .
– VDRL. (Veneral Disease Research Laboratory)
– TPHA. (Treponema pallidum Hemagglutination Assay)
– Kultur lendir / swab organ intim.
– Parasitologi , trikomonas dll.
– Tes TORCH , IgG dan IgM herpes simplek.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi dan proses reproduksi . Pelayanan kesehatan reproduksi terdiri dari pelayanan
kesehatan kesehatan reproduksi diantaranyanWUS, PUS, gangguan reproduksi diantaranya
PMS.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca, untuk mengambil wawasan,
pengertahuan,dan sebagai pedoman untuk masaiswa kesehataan khususnya keperawatan
untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam pelayanan kesehatan gangguan
reproduksi

11

Anda mungkin juga menyukai