PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi
di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan
oleh kondisi lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum
alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.
Hepatitis adalah inflamasi hati. Inflamasi ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri atau
substansi toxic. (luckmann dan sorense. 1987; 1353U).
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145).
Hepatits dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang berkaitan dengan
metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan dalam metabolisme tubuh, seperti
:
1. Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.
2. Menguraikan karbohidrat, lemak dan protein.
3. Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.
4. Mengaktifkan berbagai enzim.
5. Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning), kolesterol,
hormon, dan obat-obatan.
6. Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.
7. Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan mineral.
Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang yang
mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan perjalanan penyakit.
Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh sendiri, menjadi kronis, dan yang paling
berbahaya adalah berkembang menjadi gagal hati.
2
Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian
jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai berikut:
Hepatitis bisa berupa hepatitis virus (infeksi virus) atau hepatitis non-virus
(hepatitis alkoholik dan hepatitis autoimun).
3
1. Hepatitis virus : Jenis hepatitis ini disebabkan oleh virus yang masuk ke dalam tubuh.
Infeksi dapat terjadi melalui penggunaan jarum yang terkontaminasi virus (seperti
melalui suntikan narkoba, tato, tindik tubuh, suntikan obat, atau jarum transfusi),
tinggal bersama atau melakukan hubungan seks dengan seseorang yang terinfeksi
hepatitis, atau menjadi petugas kesehatan yang bekerja dengan pasien hepatitis juga
bisa berakibat pada infeksi hepatitis. Ada juga risiko infeksi virus hepatitis jika Anda
mengonsumsi sumber air atau makanan yang tidak aman.
2. Hepatitis non-virus (hepatitis alkoholik dan hepatitis autoimun):Alkohol dapat
melemahkan kerja hati sehingga membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi hepatitis.
Bahkan, konsumsi alkohol bisa menyebabkan banyak penyakit hati seperti perlemakan
hati alkoholik (terlalu banyak penumpukan lemak di hati) atau sirosis (kerusakan hati).
Hepatitis autoimun terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang hati. Ini normalnya
tidak terjadi, tetapi bisa menyebabkan penurunan fungsi hati dan menyebabkan
kerusakan hati. Ada dua jenis hepatitis autoimun, dengan hepatitis autoimun tipe 1
lebih umum dibandingkan hepatitis autoimun tipe 2. Penderita hepatitis autoimun juga
bisa memiliki gangguan autoimun lainnya, seperti penyakit Celiac, rheumatoid arthritis
atau kolitis ulseratif. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding
pria.
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel
perenchym hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage
hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary)
dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus,
sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai
urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampi dengan timbulnya sakit dengan
gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih
gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik
4
dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu dengan hepatitis kronik
akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau
kanker hati.
Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus
ini akan melewati masa inkubasi. Tidak semua kasus hepatitis menimbulkan gejala, atau
jikapun ada, gejalanya cukup samar pada tahapan awal dalam sekitar 80% kasus. Dua puluh
persen kasus lainnya bisa menunjukkan gejala dengan tingkat bervariasi. Gejala bisa
bersifat ringan tetapi juga parah bagi sebagian orang, meliputi:
Demam.Kelelahan,Kehilangan nafsu makan.,Mual atau muntah, Nyeri lambung,Nyeri
sendi atau otot,Buang air kecil atau besar yang tidak lazim,Warna kulit dan bagian putih
mata menguning (jaundice, tanda dari penyakit hati).
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi
klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing – masing
stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin
menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada
sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi
klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi
normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda
Tahap pertama dari kerusakan hati adalah fibrosis, dimana terjadi pengerasan
jaringan hati (kerusakan jaringan). Setelah sekian lama, fibrosis akan berubah menjadi
sirosis yang parah pada hati. Bisa diperlukan waktu hingga 20 sampai 30 tahun bagi
5
fibrosis untuk berkembang menjadi sirosis. Jaringan yang rusak menghalangi aliran darah
ke hati.
Komplikasi hepatitis B virus yang paling sering di jumpai adalah perjalanan
penyakitnya yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaan ini dikenal dgn hepatitis kronis
akan tetapi keadaan ini akan sembuh kembali sekitar 5% dari pasien hepatitis kronis akan
mengalami kekambuhan setelah serangan awal, kekambuhan biasanya dihubungkan dgn
minum alcohol atau aktifitas fisik yang berlebihan.
Menurut American College of Gastroenterology, sekitar 20% penderita hepatitis C
kronis akan mengalami sirosis. Begitu sirosis terjadi, sekitar 50% pasien akan mengalami
komplikasi yang mengancam nyawa dalam 5 sampai 10 tahun berikutnya. Selain itu, ada
kemungkinan bahwa kanker hati dapat terjadi. Hepatitis C meningkatkan risiko kanker
hati..
Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang berujung kepada
gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala penderita hepatitis fulminan mencakup
bicara kacau dan penurunan kesadaran hingga koma. Selain hepatitis fulminan,Penderita
hepatitis B dan C juga dapat mengalami hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis
yang terjadi pada seseorang selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan
berkembang biak di dalam sel-sel hati dan tidak dapat dimusnahkan oleh sistem imun.
Virus yang berkembang biak secara kronis dalam hati penderita akan menyebabkan
peradangan kronis dan dapat menyebabkan sirosis, kanker hati, atau gagal hati.
Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan
sehat. Misalnya dengan:
1. Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.
2. Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram,
sayuran, serta buah-buahan.
3. Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
4. Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
5. Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom,
atau tidak berganti-ganti pasangan.
6. Kurangi konsumsi alkohol.
6
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah
secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga saat ini masih
dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa negara, vaksin hepatitis C sudah tersedia
dan bisa digunakan.
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi
hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal. Pengobatan yang
dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat, hidrasi, dan asupan makanan
yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, faktor
pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati, yang membahayakan (gelisah,
perubahan kepribadian, letargi, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV,
studi laboratorium yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan
penyakit adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
1. Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan
hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan).
2. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi :
diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM
ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran).
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya hepatitis
B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi pada usia 1
dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga dosis IM (paha
anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1 bulan, dan booster
diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10
tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang
menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus
divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi Hepatitis B ini.
4. Pengobatan hepatitis C kronis juga bertujuan untuk memusnahkan virus dari dalam
tubuh. Pengobatan terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-obatan antivirus
seperti ribavirin, simeprevir, lamivudine, dan entecavir, serta suntikan interferon.
7
Pasien hepatitis kronis diharuskan untuk berhenti minum alkohol dan merokok
untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah.
5. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat infeksi hepatitis B.
Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat ini belum diteliti lebih lanjut.
Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan, terutama
golongan kortikosteroid seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien
penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine, mycophenolate,
tacrolimus, dan cyclosporin.
8
– Urine gelap
– Diare feses warna tanah liat
Makanan dan cairan
– Anoreksia
– Berat badan menurun
– Mual muntah
– Peningkatan oedema
Neurosensori
– Peka terhadap rangsangan
– Cenderung tidur
– Letargi
– Asteriksis
Nyeri/kenyamanan
– Kram abdomen
– Nyeri tekan pada kuadran kanan
– Mialgia
– Atralgia
– Sakit kepala
– Gatal( rutitus )
Keamanan
– Demam
– Urtikaria
9
tujuan. Anjurkan pasien untuk
Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe.
berat badan. Anjurkan pasien untuk
Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan tubuh.
vitamin C.
Tidak ada tanda-tanda
Kaji informasi tentang
malnutrisi.
kebutuhan nutrisi
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti.
Tujuan : Manajemen Nyeri :
2. Nyeri Kronis Kontrol Nyeri Lakukan pengkajian
Kriteria hasil : nyeri kompherensif,
Mampu karakteristik, durasi,
megidentifikasi nyeri frekuensi, kualitas,
Nyeri dapat teratasi intensitas atau beratnya
nyeri dan factor pencetus
Observasi adanyari
petunjuk non verbal
mengenai
ketidaknyamanan.
Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan ketat.
Gunakan stategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri, dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap yeri
Manajemen alam perasaan
Evaluasi alam perasaan
Bantu pasien untuk
secara sadar
memonitoring alam
perasaanya (misalnya,, 1-
10 skala)
Dukung apsien, dimana
ia dapat menoleransi,
untuk terlibat dalam
interaksi social dan
10
aktivitas dengan orang
lain
Tujuan: Perawatan luka insisi:
3. Resiko infeksi Status imun Membersihkan, memantau,
Kriteria hasil: dan memfasilitasi proses
Status imun; pengendalian penyembuhan luka yang
resiko. ditutup dengan jahitan, klip,
Mengindikasikan status atau staples.
gastrointestinal, Perlindungan infeksi:
pernafasan, genitourinaria, Mencegah dan mendeteksi
dan imun dalam batas dini infeksi pada pasien yang
normal. beresiko.
Melporkan tanda dan Perawatan luka:
gejala infeksi serta Mencegah terjadinya
mengikuti prosedur komplikasi pada luka dan
skrining dan pemantauan. memfasilitasi proses
penyembuhan luka.
Tujuan: Airway Management :
4. pola nafas Respiratory Buka Jalan Nafas,Gunakan
tidak efektif status:ventilation Teknik Chin Lift Atau Jaw
Respiratory status:airway Thrust Bila Perlu.
patency Posisikan Pasien Untuk
kriteria hasil: Memaksimalkan Ventilasi
mendokumentasikan Lakukan Fisioterapi Dada
batuk efektif dan suara Jika Perlu.
nafas yang bersih,tidak Keluarkan Secret Dengan
ada sianosis dan dyspneu Batuk Atau Suction..
(mampu mengeluarkan Auskultasi Suara Nafas,Catat
sputum, mampu bernafas Adanya Suara Tambahan
dengan mudah,tidak ada Monitor Respirasi Dan Status
pursed lips) O2
menunjukkan jalan nafas Terapi oksigen :
yang paten(klien tidak Bersihkan mulut,hidung dan
merasa tercekik,irama secret trakea
nafas,frekuensinpernafasa Atur peralatan oksigenasi
n dalam rentang
Monitor aliran oksigen
normal,tidak ada suara
Pertahankan posisi pasien
nafas abnormal)
Observasi adanya tanda tanda
tanda tanda vitas dalam
hipoventilasi
rentang normal (tekanan
darah,nadi,pernapasan) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sigh monitoring :
Monitor TD, nadi, suhu dan
RR
11
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi
RR,sebelum selama dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekunsi dan irama
pernafasan
Tujuan:
5. Risiko Tinggi Tissue integrity:skin and Pressure Management
Kerusakan mucous membranes
Integritas Kulit Kritria hasil : Anjurkan asien untuk
menggunakan pakain yang
integritas kulit kulit longgar
membaik bisa di Hindari kerutan pada tempat
pertahankan(sensasi,elastis tidur
itas,temperatur,hidrasi dan Jaga kebersihan kulit agar
pigmentasi) tetap bersih dan kering
tidak ada luka/lesi pada Mobilisasi pasien setiap 2
kulit jam sekali
perkusi jaringan baik Monitor kulit akan adanya
menunjukkan pemahaman kemerahan
dalam proses perbaikan Oleskan lotion atau
kulit dan mencegah minyak/baby oil pada daerah
terjadinya cedera berulang yang tertekan
mampu melindungi kulit Monitor aktivitas dan
dan mempertahankan mobilisasi pasien
kelembaban kulit dan
Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi di hati.
Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh
kondisi lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum
alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu. Hepatitis
menimbulkan gejala Demam.Kelelahan,Kehilangan nafsu makan.,Mual atau muntah, Nyeri
lambung,Nyeri sendi atau otot,Buang air kecil atau besar yang tidak lazim,Warna kulit dan
bagian putih mata menguning (jaundice, tanda dari penyakit hati).
Beberapa diagnosis keperawatan yang dapat muncul pada hepatitis yaitu :
– Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
– Nyeri Kronis
– Resiko infeksi
– Pola nafas tidak efektif
– Risiko Tinggi Kerusakan integritas kulit
3.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca, kuhusnya mahasiswa kesehatan,agar dapat menyerap
manfaat yang sebesar-besarnya dari makalah ini,sehingga tujuan dari makalah ini tercapai
dengan baik. Penyusun juga mengharapkan kritik atau saran dari pembaca sehingga dapat
mewujudkan makalah ini lebih baik kedepan nya.
13
14