Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM DESKRIPSI TANAH

Praktikum Geologi Teknik

DisusunOleh:

1. Abdul L Marasabessy (270110167025) E


2. Kintan Adelia Arum Wicaksana (270110160112) C
3. Lazuardi Rahman (270110160110) B
4. Muhammad Shofi H (270110160109) B
5. Raja Wira M Purba (270110160117) D
6. Rayhan Zou (270110160118) D
7. Suci Aulia Amini (270110160113) C
8. Takdir Toyib Polanunu (270110167024) E

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
memberikan karunia-Nya pada kelompok kami dalam melaksanakan tugas laporan praktikum
deskripsi tanah, Mata Kuliah Praktikum Geologi Teknik iniKami membuat laporan
praktikum ini untuk memenuhi tugas pada .Kegiatan ini telah memberikan kami ilmu dasar
yang suatu saat bisa kami aplikasikan kedalam dunia kerjanantinya.

Tidaklupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, khususny a kepada seluruh dosen Laboratorium
Geologi Teknik dan Asisten Laboratorium (AtiqaRumaisyadanAchmadKahfi).

Kami mohonkritikdan saran apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan


pada hasil laporan praktikum yang kami buat. Semoga laporan praktikum ini dapat berguna
bagi siapapun yang membacanya.

Jatinangor, Oktober 2018

Penulis

1
A. PENDAHULUAN
1. Geologi Daerah Penelitian

Jatinangor merupakan kecamatan yang berada di KabupatenSumedang,


Jawa Barat.Jatinangor termasuk pada zona Bandung padaGeologi Regional
Jawa Barat, yang didominasi oleh aktifitas vulkanik dan endapan dan
aupurba Bandung. PadaPeta RBI, Jatinangor masuk kedalam peta Geologi
Lembar Bandung. Titik terrendah dari daerah ini mencapai 675 mdpl di Desa
Cintamulya dan titik tertingginya sebesar 1.281 mdpl di puncak Gunung
Geulis.

Di daerah Jatinangor, terdapat tiga satuan geomorfologi yang dominan,


yaitu Satuan Geomorfologi PedataranVulkanik (bagianselatan), Satuan
Geomofologi PerbukitanVulkanik Landai (Bagian Utara), Satuan
Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Terjal (bagiantimur).Bisa dilihat dari
Satuan geomorfologinya bahwa wilayah Jatinangor dipenuhi oleh hasil dari
aktifitas vulkanik.

Terdapat tiga kelompok batuan yang mendominasi daerah jatinangor,


satuannya yaitu:

a. Batuan dari hasil produk gunung api muda yang didominasi oleh
batuan vulkaniklastik, tersebar di bagianutaradantengahJatinangor.
b. Batuanmuda lava gunungapidari lava pembentukGunungGeulis.
c. Batuan sedimen hasil dari endapanDanau Bandung, tersebar di
bagianbaratdayaJatinangor.

Pada daerah ini, umur dariendapannya tidak terlalu tua.Kuarter adalah


umur yang paing tua pada endpan di wilayah ini tetapi ada juga endapan
yang
merupakancampuranantaraendapantertierdankuarter.Memilikikemiringan
yang berragam tetapi didominasi oleh kemiringan yang terjal.

2
Berikut adalah gambar Peta Geologi Lembar Bandung berskala
1:100.000.

Gambar 1.1 PetaGeologi Regional Lembar Bandung.

2. GeologiTeknik Daerah Penelitian

Pada umumnya daerah penelitian tersebut berdiri pada batuan breksi


volkanik dan lava dengan pelapukannya yang tersebar di kaki
G.Manglayang. Menurut Sulistijo dkk. (1996), lalu lintas di Jawa Barat
bagian tengah umumnya rawan terhadap longsoran karena pada
umumnya melalui daerah dengan topografi curam, pelapukan dan curah
hujan tinggi.

Menurut Hirnawan (2004), pengembangan fisik wilayah


memerlukan kajian keteknikan geologi, antara lain : (1) Kemiringan
lereng, (2) Stabilitas wilayah & karakter batuan, (3) Sifat fisik material :
lempung, pasir, breksi, dan batuan beku. Tanah ekspansif dan sifat
lempung seperti swelling clay, shrinkage, expansive soil, (4) Tingkat
kesulitan fondasi, (5) Ancaman bencana geologi dan kelemahan geologi
(6) Ketersediaan air (7) Ketersediaan bahan bangunan dan (8) Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) sampah & limbah, dan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).

Perilaku keteknikan tanah di daerah Kiarapayung, Jatinangor, pada


umumnya merupakan hasil lapukan breksi vulkanik dan sebagian lava,
perlu diketahui untuk menghindari atau mengatasi berbagai kelemahan
geologi yang dapat merembet ke masalah lingkungan lainnya, serta akan
berdampak terhadap kerusakan bangunan ataupun fondasi bangunan,

3
kerusakan jalan dan ketidakstabilan lereng. Tanah dan batuan merupakan
bagian dari kriteria geologi teknik untuk pengembangan wilayah.

Tanah halus hasil lapukan breksi mapun lava mempunyai sifat-


karakteristik yang khas sesuai dengan komposisi mineral penyusunnya,
antara lain sifat mengembang/swelling jika ada air dan menyusut jika
terkena udara atau terlapukkan secara fisik. Sifat slaking berupa mudah
remuknya lempung, pecah berkeping-keping atau urai (Brotodihardjo,
1990). Sifat swelling adalah sifat tanah yang menyebabkan tanah mudah
menyusut dan mengembang yang besar sesuai perubahan kadar air tanah
karena terjadinya perubahan volume apabila kandungan air dalam tanah
berubah (Mudjihardjo dkk, 1997).

Upaya pencegahan akibat dampak yang ditimbulkan oleh pengaruh


sifat ekspansif tanah, dapat dilakukan melalui monitoring dan
manajemen lingkungan, antara lain dengan perkuatan lereng dan
rekayasa tanah dengan mengurangi potensi mengembang agar
peningkatan volume tanah pada saabasah (jenuh air) maupun
penyusutan pada saat kering tidak terlampau besar

3. Geomorfologi Daerah Penelitian

Secara geomorfologi daerah penelitian ini merupakan bagian dari


kaki gunung Manglayang yang merupakan perbukitan bergelombang yang
memanjang relatif Utara Selatan, dengan aliran sungai Cibeusi bagian Barat,
Sungai Cileles dengan anak Sungai Cikeuyeup berada di bagian tengah, dan
Sungai Cikeruh dibagian Timur. Secara statigrafi, lingkungan Jatinangor
disusun oleh material vulkanik yang berumur Pleistosen Tengah hingga
Pleistosen Akhir yang merupakan hasil erupsi Gunung Tangkuban Perahu
(Qot, Qmt, Qyt) dan hasil erupsi Gunung Tampomas (Qts, Qys).

Berdasarkan kajian geomorfologi di daerah Jatinangor dan


sekitarnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai kelurusan
perbukitan dan lembahan di bagian selatan kaki G. Manglayang umumnya
menunjukkan karakteristik patahan aktif berarah umum baratlaut–tenggara
yang diperkirakan rentan kejadian gempabumi mengingat terdapatnya
beberapa titik pusat gempabumi yang telah terekam sebelumnya. Aneka
karakteristik ini akan membatasi lahan-lahan yang dapat dibangun karena
harus memperhitungkan nilai-nilai daya dukung dinamis sebagai upaya
mitigasi bencana gempa bumi di masa depan. Meskipun berbagai kelurusan

4
ini masih memerlukan pembuktian lebih lanjut untuk tingkat keaktifannya,
namun keberadaan kelurusan ini dapat menjadi indikasi adanya struktur
geologi yang berpotensi aktif

B. METODE PENELITIAN

Objek penelitian

1. Tanah
Meliputi sifat material tanah, mengamati dan mendeskripsikannya
berdasarkan karakteristik fisik, dan membagi satuan geologi teknik
berdasarkan zona pelapukan horizon tanah dan penamaan berdasarkan
klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System).

Parameter Deskripsi
1. Kekuatan

5
2. Warna
Parameter Istilah

Nilai Terang, Gelap

Warna Tambahan Kemerah mudaan, Kemerahan, Kekuning-


kuningan,
Kejingaa-jinggaan, Kebiru-biruan, Kecoklat-
coklatan, Kehijau-hijauan, Keabu-abuan

Warna Utama Merah muda, Merah, Kuning, Jingga, Coklat,


Hijau,
Biru, Ungu, Putih, Abu-abu, Hitam

3. Ukuran Partikel

6
7
4. Plastisitas
Kondisi Test di Lapangan Rentang Batas Cair
Non-Plastis Tanah jika digulung-gulung -
sepanjang 40 mm, tebal 6 mm
tidak bisa terbentuk
Agak Plastis Tanah dapat digulung 0 – 35%
sepanjang 40 mm dgn tebal 6
mm dan dapat menahan
beratnya sendiri, tetapi bila
tebalnya 4 mm, tanah menjadi
tidak dapat menahan beratnya
sendiri
Semi Plastis Tanah dapat dibentuk menjadi 35% - 50%
gulungan sepanjang 40 mm,
setebal 4 mm dan dapat
menahan beratnya sendiri, tapi
bila tebalnya 2 mm tidak dapat
menahan beratnya sendiri
Sangat Plastis Tanah dapat dibentuk menjadi 50% - 90%
gulungan sepanjang 40 mm,
setebal 2 mm serta dapat
menahan beratnya sendiri

5. Kandungan Air
Kondisi Deskripsi
Kering Warna lebih muda daripada kondisi pada saat
keadaan lembap. Pasir menjadi lepas (Loose),
tanah lanau menjadi getas (brittle) dan bila
pecah menjadi abu. Tanah lempung cenderung
akan retak-retak dan tidak dapat dipecahkan
oleh jari tangan.
Agak Lembab Terletak pada gradasi antara keadaan kering
dan keadaan lembab.
Lembab Alur kelembapan, cenderung memperlihatkan
rentang perubahan warna. Tidak pada kondisi
basah atau kondisi kering
Sangat Lembab Gradasi antara kondisi lembab dan kondisi
basah
Basah Lapisan tipis air terlihat pada butirannya.
Gejala rembesan.

8
6. Tingkat Pelapukan
Material vulkanis serta hasil-hasil pelapukan yang mungkin terjasi dari batuan
beku, metamorfosa dan tanah-tanah sedimen yang tersementasi.
Tingkat Deskripsi
I Segar (Fresh). Tidak terlihat
tanda-tanda pelapukan
material batuan, mungkin
sedikit terjadi perubahan
warna pada bidang
diskontinuitas utama
II Agak Lapuk (Slightly
Weathered). Terjadi
perubahan warna yang
menunjukkan pelapukan
material batuan dan bidang
diskontinuitas. Seluruh
material batuan mungkin
berubah warna karena
pelapukan.
III Lapuk Sedang (Moderately
Weathered). Kurang dari
50% material batuan beralih
ke tanah. Batuan segar atau
sudah berubah warna tetap
ada sebagai bagian tak
menerus
atau batuan inti.

9
IV Sangat Lapuk (Highly
Weathered). Lebih dari 50%
material batuan beralih ke
tanah. Batuan segar atau
sudah berubah warna tetap
ada sebagai bagian tak
menerus atau
batuan inti.
V Lapuk Sempurna
(Completely Weathered).
Seluruh material batuan telah
beralih
menjadi tanah.
VI Top Soil. Seluruh material
batuan telah beralih menjadi
tanah. Struktur massa dan
material fabric telah hancur.
Terjadi perubahan besar
dalam volume tetapi tanah
belum mengalami
transportasi berarti.

10
7. Struktur / Perlapisan

11
C. HASIL PENELITIAN

Koordinat : Tinggi Waktu : 8:39


Lereng :
204 cm
X : 107.76916667
Y : 6.90944444 Lokasi : Bumi Kiara Payung
Cuaca : Cerah
Sudut Berawan
lereng :
10o

Sketsa

Tampak Depan Tebal Tampak penampang 2D Zona pelapukan

55 cm MWZ (Moderatly
Weathered Zone)

100 cm PWZ (Partly


Weathered Zone)

PWZ (Partly
90 cm
Weathered Zone)

12
No
Zona Pelapukan Deksripsi Foto
layer

Berwarna cokelat tua kehitaman,


berukuran partikel sand (VF), Non-
CWZ
Plastis, memiliki tingkat kekersan
1 (Completely
Firm, Skala perlapisan agak tebal 55
Weathered Zone)
cm, memiliki nama USCS SW (Well-
graded Sands).

Berwana kuning keoranyean, terdapat


fragmen tuff, berukuran partikel silt
PWZ (Partly
2 (lanau), semi plastis, memiliki tingkat
Weathered Zone)
kekerasan firm, skala perlapisan tebal
100 cm, memiliki nama USCS ML.

13
Berwarna cokelat kemerahan (reddish
brown), berukuran partikel silt (lanau),
PWZ (Partly
3 semi plastis, meiliki tingkat kekeran
Weathered Zone)
firm, memiliki skala perlapisan tebal
90 cm, memiliki nama USCS ML.

1. Tanah pada lapisan pertama memiliki ketebalan 55 cm dengan warna coklat


tua kehitaman. Tanah pada lapisan ini memiliki ukuran partikel pasir sangat
halus (very fine sand) atau kurang lebih 0,06 – 0,2 mm. Tanah yang berbutir pasir
tergolong kedalam tanah granular atau granular soil dan tergolong non-kohesif
(faktor lain penentuannya yaitu juga dilihat dari plastisitas tanahnya). Tanah
granular sendiri memiliki sifat lain yaitu kompresibilitas rendah dan
permeabilitas yang tinggi (Clayton et al., 1995). Plastisitas dari tanah ini
tergolong non-plastis karena karena saat dilakukan uji plastisitas di lapangan
dengan cara memilin tanah, tanah tersebut cenderung tidak dapat terpilin dan
butiran tanahnya sangat mudah terlepas. Kekuatannya sendiri yaitu firm atau
cukup kuat karena agak keras saat tanah dibentuk bola untuk kemudian ditekan
dengan ibu jari dan kepadatannya antara loose sampai agak padat (medium
dense), serta tersementasi buruk (Clayton et al., 1995). Nama tanah ini adalah
SW atau silt well-graded, sedangkan golongan dalam USCS-nya adalah
moderately weathered atau jika diartikan yaitu tanah yang cukup lapuk.
2. Tanah pada lapisan kedua memiliki tebal 100 cm dengan warna
kuning kejinggaan. Dalam lapisan tanah ini masih dapat terlihat fragmen-
fragmen tuff sehingga pelapukannya belum terlalu tinggi atau dalam
USCS dapat diklasifikasikan menjadi partly weathered soil. Tanah ini
memiliki ukuran butir silt sehingga dapat diklasifikasikan menjadi tanah
kohesif. Plastisitas dari tanah ini yaitu semi-plastis karena masih bisa

14
dipilin walaupun tidak terlalu bagus pilinannya. Kekuatan tanah ini
tergolong firm karena agak sulit ditekan ibu jari. Konsistensi (consistency;
khusus tanah kohesif) adalah stiff atau keras dan kaku (AASHTO, 1988).
Nama USCS-nya adalah ML (low-graded mud)
3. Tanah pada lapisan ketiga memiliki ketebalan 90cm dengan warna
reddish brown. Tanah pada lapisan ini memiliki ukuran butir yaitu silt
(1/256 – 1/16) sehingga dapat di diklasifikasikan menjadi tanah kohesif
yang mana sifat antar butirnya ini saling berikatan, hal ini ditunjukan
dengan butiran tanah yang saling berikatan walaupun sudah dibasahi.
Plastisitas dari tanah ini yaitu semi plastis karena masih bisa dipilin
walaupun tidak terlalu bagus pilinannya. Kekuatan tanah ini tergolong
firm karena agak sulit ditekan ibu jari. Nama USCS-nya adalah ML (low-
graded mud)

D. LAMPIRAN KEGIATAN

15
E. KESIMPULAN

Singkapan pada daerah penelitian merupakan singkapan yang diisi oleh


tanah yang merupakan hasil pelapukan masih berada di tempat asalnya, disebut
residual soil. Residual soil umumnya terkena dekomposisi (pelapukan akibat
proses kimia, biologi dan fisika) dengan tanpa melalui transportasi atau tetap
berada sekitar batuan dasar. Batuan dasar berubah (melapuk) menjadi tanah
mulai dari segar hingga terlapukkan kuat. Residual soil pada daerah iklim sedang
dan agak-kering biasanya kaku dan stabil serta tidak meluas kearah kedalaman.
Pada daerah iklim lembab dan hangat dengan penyinaran matahari yang lama,
tanah tersebut kemungkinan meluas dan dalam hingga beberapa ratus meter.Pada
penelitian lapisan yang diteliti setebal 245 cm.Pada lapisan pertama moderately
weathered zone(MWZ) setebal 55cm dan pada lapisan kedua dengan ketiga
partly weathered zone(PWZ) dengan tebal 100 cm dan 90 cm. Adanya perbedaan
ketebalan perlapisan disebakan oleh adanya perbedaan karakteristik dan daya
tahan tiap perlapisan terhadap pelapukan. Karena pada dasarnya penentuan batas-
batas perlapisan ditentukan oleh warna yang dilihat ketika melakukan observasi
singkapan dan hal yang paling mempengaruhi warna adalah tingkat pelapukan,
sehingga hal tersebutlah yang mengarahkan pengamat menentukan batasbatast
tiap perlapisannya.

Dari analisis perlapisan singkapan tersebut, ada perlapisan tanah


memiliki ukuran butir lanau dan ada yang memiliki ukuran butir very fine sand
menurut sistem USCS merupakan tanah berbutir halus.Pada tiap lapisan tersebut
juga memiliki nilai plastisitas yang berbeda beda pula. Perbedaan plastisitas pada
tiap perlapisan ini diperkirakan karena adanya perbedaan kandungan air yang
juga dipengaruhi oleh batas cair dan batas plastik suatu perlapisan tanah.
Semakin sedikit kandungan air sebuah tanah maka akan mengurangi nilai
plastisitas sementara jika lebih maka tanah akan seperti lumpur.Perbedaan
kandungan air dapat dipengaruhi oleh cuaca maupun iklim yang ada

16
F. DAFTAR PUSTAKA
 https://www.amuzigi.com/2015/12/geologi-regional-daerah-jawa-
barat.html
 Clayton, C. R. I. Matthews, M. C. Simons, N. E. 1995. Site
Investigation 2nd Edition. England: Wiley-Blackwell
 Sabatini, P.J. et al. 2002. Geotechnical Engineering Circular vol. 5:
Evaluation of Soil and Rock Properties. US: National Technical
Information Service (Springfield, Virginia
 http://www.dot.ca.gov/hq/maint/Pavement/Offices/Pavement_Engin
eering/PDF/USCS.pdf
 https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2475/05.3%20ba
b%203.pdf?sequence=7&isAllowed=y

 http://konstruksimania.com/2017/02/08/sifat-sifat-teknis-tanah/

17

Anda mungkin juga menyukai