Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN BIOETANOL DARI TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT (TKKS) DENGAN


METODE HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI

Yuni Astuti Ningsih*, Kartini Rahmi Lubis, Rosdiana Moeksin


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah perkebunan yang belum banyak dimanfaatkan
secara luas. Salah satu pemanfaatan TKKS yang belum mendapat perhatian khusus adalah pengolahannya
menjadi bioetanol. TKKS memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi. Metode untuk
mendegradasi lignin dari TKKS yaitu menggunakan larutan NaOH (4%) dan dilanjutkan dengan
hidrolisis asam menggunakan larutan H2SO4 (2-5%) . Fermentasi dilakukan dengan menggunakan
saccharomyses cerevisiae. Kadar bioetanol tertinggi yang dihasilkan sebesar 9,698%.

Kata kunci : Bioetanol, Hidrolisis Asam, Fermentasi, Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

Abstract

Oil palm empty fruit bunches (TKKS) is waste oil that has not been widely utilized. One of TKKS
utilization that has not received special attention is the processing to bioethanol. TKKS have a fairly high
content of lignocelluloses. The method of degrade lignin from TKKS using NaOH solution (4%) followed
by acid hydrolysis using a solution of H2SO4 (2-5%). It was fermented with saccharomyses cerevisiae.
Bioethanol produced the highest levels of 9.698%.

Keywords: acid hydrolysis, bioethanol, fermentation, palm empty fruit bunches (TKKS)

1. PENDAHULUAN bioetanol dari bahan non-pangan agar


Semakin menipisnya persediaan minyak kepentingannya tidak bertolak belakang dengan
dunia menyebabkan kelangkaan bahan bakar kebutuhan pangan. Selain bahan berpati, bahan
berupa bensin dan minyak tanah. Hal ini lain yang juga tepat untuk pembuatan bioetanol
berimbas pada semakin melambungnya harga adalah bahan berselulosa. Contoh bahan
kedua bahan bakar tersebut. Pemerintah pun berselulosa adalah jerami, tongkol jagung,
telah melakukan berbagai macam upaya salah rumput – rumputan, ampas tebu dan tandan
satunya dengan menggalakkan penggunaan kosong kelapa sawit.
bahan bakar nabati berupa bioetanol dari Penelitian ini menggunakan biomassa
singkong untuk mengatasi kelangkaan bensin.. lignoselulosa yaitu Tandan Kosong Kelapa Sawit
Saat ini, banyak dikembangkan bahan bakar (TKKS) karena tidak berkompetensi dengan
nabati berupa bioetanol yang berasal dari pangan maupun pakan, tersedia melimpah,
singkong. Namun seiring berjalannya waktu murah dan terbarukan. TKKS tersedia cukup
ternyata solusi tersebut menimbulkan masalah. melimpah dan selama ini kurang dimanfaatkan
Bioetanol mengundang pro dan kontra secara optimal. Selain jumlah yang melimpah
karena bioetanol tersebut berbahan baku bahan juga karena kandungan selulosa tandan kelapa
pangan (singkong) dikhawatirkan akan terjadi sawit yang cukup tinggi yaitu sebesar 45 %
persaingan antara kebutuhan bahan bakar dan (Aryafatta, 2008). TKKS cocok dikembangkan
bahan pangan. Maka dari itu perlu sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
dikembangkan bahan bakar alternatif sumber Sehingga ketika diolah menjadi bioetanol dapat

Page 30 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012


menghasilkan rendemen yang cukup besar Jika tidak dipretreatment terlebih
sehingga harga jual bioetanol yang dihasilkan dahulu, lignoselulosa sulit untuk dihidrolisis
dapat lebih murah. karena lignin sangat kuat melindungi selulosa
sehingga sangat sulit melakukan hidrolisis
Bioetanol sebelum memecah pelindung lignin. Gula yang
Bioetanol merupakan salah satu biofuel diperoleh tanpa pretreatment kurang dari 20%,
yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang sedangkan dengan pretreatment dapat meningkat
lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang menjadi 90% dari hasil teoritis (Isroi, 2008).
terbarukan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan
biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber Hidrolisis
karbohidrat menggunakan bantuan Hidrolisis merupakan proses pemecahan
mikroorganisme. Bioetanol bersifat multi-guna polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa,
karena dicampur dengan bensin pada komposisi yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi
berapapun memberikan dampak yang positif. monomer gula penyusunnya.
Bahan baku yang dapat dibuat bioetanol Hidrolisis selulosa menjadi glukosa
diantaranya: dapat dilakukan menggunakan cara kimiawi dan
1. Bahan yang mengandung glukosa hayati. Hidrolisis dengan cara kimiawi
Bahan ini ada pada tetes tebu / molasse, nira menggunakan asam kuat, sedangkan dengan cara
aren, nira kelapa, nira tebu, sari buah-buahan dan hayati menggunakan enzim murni atau mikro
lain-lain. organisme penghasil enzim selulase. Kendala
2. Bahan yang mengandung pati / karbohidrat yang dihadapi yaitu rendahnya laju hidrolisis
Bahan ini terdapat pada umbi-umbian seperti karena adanya kandungan lignin dalam bahan
sagu, singkong, ketela, gaplek, ubi jalar, talas, lignoselulosa. Oleh karena itu dilakukan proses
ganyong, jagung dan lain-lain. delignifikasi sebelum dihidrolisis.
3. Bahan yang mengandung selulosa Beberapa asam yang umum digunakan
Selulosa terdapat dalam serat seperti serat kayu, untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam
serat tandan kosong kelapa sawit, serat pisang, sulfat (H2SO4), asam perklorat dan HCl. Asam
serat nanas, ampas tebu dan lain-lain (UKM, sulfat merupakan asam yang paling banyak
2009). diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam.
Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi
Tandan Kosong Kelapa Sawit hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer
Tandan kosong kelapa sawit merupakan (Isroi, 2008).
limbah utama dari industri pengolahan kelapa
sawit. Tandan kelapa sawit merupakan bagian Fermentasi Alkohol
dari pohon kelapa sawit yang berfungsi sebagai Fermentasi alkohol adalah proses
tempat untuk buah kelapa sawit. Setiap tandan penguraian karbohidrat menjadi etanol dan CO2
mengandung 62 – 70% buah dan sisanya adalah yang dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis
tandan kosong yang belum termanfaatkan secara mikroba yang disebut khamir dan keadaan
optimal (Naibaho, 1998). anaerob (Proscott dan Dunn, 1959).
Padahal tandan kosong kelapa sawit Reaksinya adalah :
berpotensi untuk dikembangkan menjadi barang
yang lebih berguna, salah satunya menjadi bahan C H O → 2C H OH + 2CO
6 12 6 2 5 2
baku bioetanol. Hal ini karena tandan kosong
kelapa sawit banyak mengandung selulosa yang Secara ringkas seluruh rangkaian reaksi yang
dapat dihirolisis menjadi glukosa terjadi adalah hidrolisis pati atau polisakarida
kemudidifermentasi menjadi bioetanol. menjadi maltose (disakarida) kemudian hidrolisis
Kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu menjadi glukosa dan selanjutnya diubah menjadi
sebesar 45% menjadikan kelapa sawit sebagai alkohol dan gas karbondioksida oleh
prioritas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku Saccharomyyces cereviceae (Winarno & Fardiaz,
pembuatan bioetanol (Aryafatta, 2008). 1992).
Pretreatment Lignoselulosa Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi
Tujuan dari pretreatment adalah untuk antara lain :
membuka struktur lignoselulosa agar selulosa  Jenis mikroorganisme
menjadi lebih mudah diakses oleh enzim yang
 Lama fermentasi
memecah polymer polisakarida menjadi
 Derajat keasaman
monomer gula.
 Kadar gula

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 31


 Suhu  Hasil pretreatment tadi dimasukkan ke
 Konsentrasi ragi dalam Erlenmeyer lalu ditambahkan dengan
larutan H2SO4 encer yang telah disiapkan
sebelumnya.
2. METODOLOGI  Solvent dicampurkan ke dalam setiap
sampel sambil diaduk rata dengan pengaduk
Bahan-bahan yang digunakan selama 1 menit. Beri label pada setiap
 Tandan Kosong Kelapa Sawit sampelnya
 Saccharomyces Cerevisiae (ragi roti)  Kemudian campuran tersebut dimasukkan
 Aquadest ke dalam autoclave pada suhu 121oC selama
 Larutan NaOH (4%) 30 menit sampai berbentuk bubur. Setelah
 Larutan H2SO4 itu campuran didinginkan pada suhu kamar.
(Variasi konsentrasi 2%, 3%, 4%, dan 5%)
c. Proses Fermentasi
Alat-alat yang Digunakan  Alat – alat yang digunakan pada proses
 Neraca analitis fermentasi disterilisasi dalam autoklaf pada
 Gelas Ukur suhu 121oC selama 15 menit agar tidak ada
 Erlenmeyer mikroba lain karena kesterilan akan
 Pengaduk mempengaruhi fermentasi.
 Setelah keluar dari autoklaf, alat – alat
 Indicator universal
tersebut didinginkan.
 Autoklaf
 Timbang sebanyak 2,4 gram ragi roti (Yaest
 Seperangkat Alat Destilasi
Saccaromyces Cerevisiae).
 Piknometer
 Masukkan ragi roti ke dalam bubur TKKS
 Oven
yang sudah dihidrolisis tadi. Lalu diaduk
 Selang lebih kurang 5 menit sampai homogen.
 Alumunium foil  Ukur pH larutan ( pH 4-5)
 Setelah itu menghubungkan erlemeyer 500
Prosedur Penelitian ml yang berisi bubur TKKS tersebut dengan
a. Pretreatment Tandan Kosong Kelapa selang karet dan ujung selang dimasukkan
Sawit (TKKS) kedalam air agar tidak terjadi kontak
 Memotong TKKS lalu dikeringkan di panas langsung dengan udara.
matahari dan oven.
 Selanjutnya larutan difermentasikan selama
 Menggiling / menghaluskan TKKS sampai 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari (sesuai
ukuran tertentu. dengan perlakuan).
 Menimbang 20 gram TKKS, memasukkan  Selanjutnya memisahkan larutan dengan
kedalam erlemeyer 500 ml. bubur TKKS sehingga diperoleh cairan
 Menambahkan 100 ml NaOH 4% dan alkohol + air.
menutup rapat erlenmeyer dengan gabus
kemudian dipanaskan dalam autoclave pada d. Proses Destilasi
suhu 121 oC selama 60 menit. Lalu  Siapkan 1 set peralatan destilasi. Lalu
campuran didinginkan pada suhu kamar rangkai dan nyalakan peralatan destilasi
 Memisahkan fase airnya sehingga tersisa dengan benar.
fase seluligninnya.  Masukkan campuran alkohol-air ke dalam
labu, kemudian pasang labu tersebut pada
b. Proses Hidrolisis alat destilasi yang telah disediakan.
 Menyiapkan larutan untuk menghidrolisis  Atur temperaturnya 78-80oC.
TKKS yaitu solvent sebanyak 120 ml per
 Proses destilasi dilakukan selama 1,5 jam-2
sampelnya. Solvent berupa H2O yang
jam sampai etanol tidak menetes lagi.
ditambahkan dengan larutan H2SO4 dengan
 Destilat (etanol) yang dihasilkan lalu
variasi konsentrasi 2%, 3%, 4%, dan 5%.
ditimbang dan disimpan di dalam botol yang
tertutup rapat.

Page 32 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012


3. HASIL DAN PEMBAHASAN etanol yang paling tinggi adalah sebesar 9,698%
yaitu pada hari kelima dengan volume
penambahan asam sulfat sebesar 2% dengan
densitas etanol sesuai gambar 1 yaitu 16,4144
gr/ml.
Pada dosis asam sulfat yang semakin
pekat, maka akan semakin memicu terbetuknya
inhibitor yang bersifat racun. Glukosa akan
terdegdradasi membentuk hydroxymethylfurfural
dan bereaksi lebih lanjut membentuk asam
fosmiat. Sedangkan akibat dari degdradasi lignin
akan terbentuk senyawa-senyawa fenol
(Palmqvit and Hahn-Hagerdal., 2000). Sehingga
kaadar etanol yang paling tinggi terbentuk pada
saat konsentrasi asam sulfat yang paling encer
karena sedikit mengandung senyawa-senyawa
inhibitor seperi asam formiat dan phenol
monomer.
Dari gambar 2 terlihat semakin lama
Gambar 1 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap waktu fermentasi, maka kadar etanol juga akan
Densitas Pada Berbagai Variasi Konsentrasi mengalami kenaikan. Akan tetapi setelah hari
Asam kelima, kadar etanol pada masing-masing sampel
akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena proses fermentasi telah mencapai
optimum pada waktu 5 hari., kadar etanol akan
mengalami penurunan setelah melewati waktu
optimumnya.

Gambar 2 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap


Kadar Alkohol Pada Berbagai Variasi
Konsentrasi Asam

Gambar 1 merupakan grafik yang Gambar 3 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap


menunjukkan hubungan antara densitas etanol Kadar Glukosa Pada Berbagai Variasi
dengan waktu fermentasi. Sedangkan gambar 2 Konsentrasi Asam
menunjukkan hubungan antara kadar etanol yang Dalam penelitian ini, kadar gula reduksi
dihasilkan dengan variasi waktu fermentasi. atau gula sisa juga diukur. Dari gambar 3.
Gambar 1 berbanding terbalik dengan gambar 2. menunjukkan bahwa kadar glukosa semakin
Semakin rendah atau kecil densitas etanol yang menurun seiring dengan bertambahnya waktu
dihasilkan, maka semakin besar kadar etanol fermentasi. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa
yang dihasilkan. hasil hidrolisis telah difermentasi secara
Jumlah asam sulfat yang ditambahkan sempurna menjadi etanol. Kadar gula cenderung
pada hidrolisis asam bervariasi, yaitu : 2%, 3%, menurun disebabkan gula yang terdapat dalam
4%, dan 5%. Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh media digunakan sebagai sumber karbon bagi sel
waktu fermentasi terhadap kadar etanol pada khamir untuk mensintesis energi melalui proses
berbagai variasi konsentasi asam sulfat. Kadar fermentasi etanol.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 33


Sel khamir optimum menghasilkan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan. 1979.
etanol pada hari kelima dengan penambahan Farmakop Indonesia. Edisi ketiga. Kopri
asam sulfat sebesar 2% yaitu 9,698% kadar Sub Unit Direktorat Jenderal Departemen
etanol. Besarnya kadar etanol yang dihasilkan Kesehatan RI.
berbanding terbalik dengan sisa gula reduksi.
Semakin tinggi kadar etanol maka semakin Fauzi, Yan. Iman Satyawibawa. 2004. Kelapa
sedikit gula reduksi yang tersisa. Karena, selama Sawit edisi revisi. Penebar Swadaya:
proses fermentasi gula diubah menjadi etanol Jakarta.
dengan bantuan ragi.
Akan tetapi, setelah hari kelima Isroi. 2008. Potensi Biomassa Lignoselulosa di
penurunan kadar gula tidak diikuti dengan Indonesia Sebagai Bahan Baku Bioetanol:
peningkatan kadar etanol karena gula digunakan Tandan Kosong Kelapa Sawit. Online di
sel khamir untuk mempertahankan hidup. http://isro.wordpress.com. Diakses 16
Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi Februari 2011.
ragi.
Isroi. 2008. Hidrolisi Asam Tandan Kosong
Kelapa Sawit. Online di
4. KESIMPULAN http://isro.wordpress.com. Diakses 16
Februari 2011.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil
beberapa kesimpulan : Isroi. 2008. Produksi Bioetanol Berbahan Baku
1. Untuk rentang waktu fermentasi sampai 5 Biomassa Berligniselulosa. Online di
hari, semakin sedikit konsentrasi asam yang http://isro.wordpress.com. Diakses 16
digunakan, maka kadar bioetanol yang Februari 2011.
dihasikan semakin tinggi.
2. Kadar bioetanol yang dihasilkan semakin Kumar, P., Barrett, D.M., Delwiche, M.J., and
tinggi sampai 5 hari waktu fermentasi, setelah Stroeve, P. 2009. Methods for
melewati waktu 5 hari kadar bioetanol yang Pretreatment of Lignocellulosic Biomass
dihasilkan semakin menurun. for Efficient Hydrolysis and Biofuel
3. Kondisi penelitian terbaik adalah pada saat Production, Ind. Eng. Chem. Res., 48(8),
penambahan konsentrasi asam sebesar 2% 3713-3729.
dan waktu fermentasi 5 hari, dengan kadar
bioetanol yang dihasilkan 9,698 %. Muljono, Judoamidjojo, Darwis, Aziz, A., dan
Gumbira, E. 2002. Teknologi
Fermentasi. Rajawali pers: Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Prawita, Dewi. 2008. Mengolah Limbah Sawit


Menjadi Bioetanol dan Kompos. Online di
........,2009. Bioetanol Sebagai Energi Alternatif http://blogs.unpad.ac.id. Diakses 13
Yang Kompetitif. Online di Februari 2011.
http://skadrongautama.blogspot.com.
Diakses 10 Februari 2011. Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1984.
Prosedur analisa untuk bahan makanan dan
......., 2008. Reaksi fermentasi. Online di pertanian. Edisi ketiga. Liberty: Yogyakarta.
www.risvank.com/reaksi bioatanol.
Diakses 22 Februari 2011. Sun, Y., dan Cheng, J., 2002. Hydrolysis of
lignocellulosic materials for ethanol
........, 2005. Metode Destilasi Bioetanol. production: a review. Bioresource
Online di http: //community.um.ac. id Technology 83, 1 – 11.
/showthread.php. Diakses 22 Februari
2010. UKM, B. 2009. Bahan Bakar Nabati (Bioetanol).
Khalifah Niaga Lantabura: Yogyakarta.

Page 34 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai