Asas Ketidakpastian Heisenberg Dan Persamaan Schrodinger PDF
Asas Ketidakpastian Heisenberg Dan Persamaan Schrodinger PDF
a. Ketidakpastian Heisenberg
gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih – alih sebagai suatu kuantitas yang
terlokalisasi menimbulakan batas dasar pada ketetapan pengukuran sifat partikel yang dapat
Untuk menjelaskan faktor apa yang terlibat, marilah kita meninjau group
Partikel yang bersesuaian dengan grup gelombang ini dapat diperoleh dalam selang
grup tersebut pada waktu tertentu. Tentu saja kerapatan peluang | | 2 maksimum pada
tengah – tengah grup, sehingga patikel tersebut mempunyai peluang terbesar untuk
Lebih sempit grup gelombang itu, lebih teliti kedudukan partikel itu dapat
=?
(a)
7
(b)
Gambar 2.4. (a) Group gelombang de Broglie terbatas. Posisi partikel dapat
ditentukan secara tepat tetapi panjang gelombangnya (karena momentum partikel)
tidak dapat ditetapkan. (b) lebar group gelombang. Kini panjang dapat ditentukan
secara tepat tetapi bukan posisi partikel. partikel) tidak dapat ditetapkan.
Namun, panjang gelombang pada paket yang sempit tidak terdefinisikan dengan baik ; tidak
h
berarti bahwa karena , maka momentum mv bukan merupakan kuantitas yang dapat
mv
diukur secara tepat. Jika melakukan sederetan pengukuran momentum, akan diperoleh
Sebaliknya, grup gelombang yang lebar seperti pada gambar 2.4b memiliki panjang
gelombang yang terdefinisikan dengan baik. Momentum yang bersesuaian dengan panjang
pengukuran momentum akan menghasil-kan kisaran yang sempit. Akan tetapi di manakah
kedudukan partikel tersebut? Lebar grup gelombang tersebut menjadi terlalu besar untuk
Jadi kita sampai pada prinsip ketidakpastian : Tidak mungkin kita mengetahui
keduanya yaitu kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat yang
bersamaan. Prinsip ini dikemukakan oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927, dan
Persoalan berikutnya adalah mencari suatu besaran yang mampu menampung dan
mempresentasikan sifat – sifat partikel sekaligus sifat – sifat gelombang. Dengan demikian
kuantitas tersebut harus bersifat sebagai gelombang tetapi tidak menyebar melainkan
terkurung di dalam ruang. Hal ini dipenuhi oleh paket gelombang yang merupakan kumpulan
gelombang dan terkurung dalam ruang tertentu. Analisis yang formal mendukung kesimpulan
tersebut dan membuat kita mampu untuk menyatakannya secara kuantitatif. Contoh yang
paling sederhana dari pembentukan grup gelombang, perhatikan kombinasi dari dua
1 x, t A cos 1 t k1 x
(2.3)
2 x, t A cos 2 t k 2 x
x, t 1 x, t 2 x, t
2 k k2
AR cos 1 t 1 x (2.4)
2 2
Dengan amplitudo AR
Dengan amplitudo AR
1, k1
+
2, k2
+
3, k3 k
+
+
4, k4
x
Gambar 2.7. Kemungkinan posisi partikel di daerah x
(2.6)
Sebagai contoh, jika distribusi gelombang dengan vektor gelombang k, g(k), diberikan
seperti gambar.
g (k)
1/
-a/2 +a/2
k
Gambar 2.8. Distribusi g (k)
f(k)
Dari uraian contoh dan gambar transformasi Fourier di atas, diperoleh hubungan antara x
dan k (atau p). Hubungan antara x dan k bergantung pada bentuk paket gelombang dan
bergantung pada k, x didefinisikan. Perkalian (x) (k) akan minimum jika paket gelombang
berbentuk fungsi Gaussian, dalam hal ini ternyata transformasi Fouriernya juga merupakan fungsi
Gaussian juga. Jika x dan k diambil deviasi standar dari fungsi (x) dan g(k), maka harga
minimum x k = ½. Karena pada umumnya paket gelombang tidak memiliki bentuk Gaussian
(bentuk lonceng), maka lebih realistis jika hubungan antara x dan k dinyatakan sebagai berikut :
x k ≥ ½ (2.7)
berhubugan dengan hasil – hasil partikel dalam suatu ketidakpastian p dalam momentum partikel
menurut Persamaan
Karena
Dan
h
x p (prinsip ketidakpastian) (2.8)
4
Persamaan ini menyatakan bahwa hasil kali ketidakpastian kedudukan benda x pada suatu saat dan
ketidakpastian komponen momentum dalam arah x yaitu p pada saat yang sama lebih besar atau
sama dengan h / 4π. Kita tidak mungkin menentukan secara serentak kedudukan dan momentum suatu
benda. Jika diatur supaya x kecil yang bersesuaian dengan paket gelombang yang sempit, maka p
akan menjadi besar. Sebaliknya, p direduksi dengan suatu cara tertentu, maka paket gelombangnya
Ketidakpastian ini bukan ditimbulkan oleh alat yang kurang baik tetapi ditimbulkan oleh
sifat ketidakpastian alamiah dari kuantitas yang terkait. Setiap ketidakpastian instrumental atau
statistik hanya akan menambah besar hasil kali x p. Karena kita tidak mengetahui secara tepat apa
partikel itu atau bagaimana momentumnya, kita tidak dapat menyatakan apapun dengan pasti –
bagaimana kedudukan partikel itu kelak dan seberapa cepat partikel tadi bergerak. Jadi, “ kita tidak
dapat mengetahui masa depan karena kita tidak mengetahui masa kin. ”
Kuantitas h/2π sering muncul dalam fisika modern, karena ternyata kuantitas itu merupakan
satuan dasar dari momentum sudut. Kuantitas ini sering disingkat dengan “ ħ (baca ; h bar)” :
x p (2.9)
2
Tetapan Planck berharga sangat kecil – hanya 6,63 x 10-34 J s – sehingga pembatasan
yang ditimbulkan oleh prinsip ketidakpastian hanya penting dalam dunia atomik. Dalam skala ini,
prinsip ini sangat menolong untuk mengerti banyak gejala. Perlu diingat bahwa batas bawah ħ /2
Bentuk lain dari prinsip ketidakpastian kadang – kadang berguna. Mungkin kita ingin
mengukur energi E yang dipancarkan pada suatu waktu selama selang waktu t dalam suatu proses
atomik. Jika energi berbentuk gelombang elektromagnetik, batas waktu yang tersedia membatasi
ketepatan kita menentukan frekuensi dari gelombang itu. Marilah kita anggap paket gelombang itu
sebagai satu gelombang. Karena frekuensi gelombang yang sedang dipelajari sama dengan bilangan
yang kita hitung dibagi dengan selang waktu, ketidakpastian frekuensi dalam pengukuran kita
adalah :
Perhitungan yang lebih teliti berdasarkan sifat paket gelombang mengubah hasil tersebut
menjadi :
E t (2.10)
2
Contoh 2.2. :
1. Atom hidrogen berjari – jari 5,3 x 10-11 m. Gunakan prinsip ketidakpastian untuk
memperkirakan energi elektron yang dapat dimilikinya dalam atom itu.
Penyelesaian :
Di sini kita dapatkan untuk x = 5,3 x 10-11 m,
Elektron yang momentumnya sebesar itu berperilaku sebagai partikel klasik, dan energi
kinetiknya adalah :
Yang sama dengan 3,4 eV, sebenarnya energi kinetik elektron pada tingkat energi
terendah dalam atom hidrogen adalah 13,6 eV.
b. Persamaan Schrodinger
Dalam kejadian itu, fungsi gelombang adalah kompleks, dengan bagian real
maupun imajiner, kerapatan peluang ||2 diberikan oleh hasil kali * dari dan Konjugate
Kompleks *. Konjugate kompleks dari sembarang fungsi diperoleh dengan mengganti i (=
1 ) dengan – 1 di manapun konjugate kompleks tadi tampil dalam fungsi. Setiap fungsi
kompleks dapat ditulis dalam bentuk
= A + iB
* = A – iB
Dengan demikian
Karena i2 = -1. Jadi * akan selalu berupa kuantitas real positif.
Bahkan, sebelum kita meninjau perhitungan awal dari , kita dapat membangun
persyaratan yang harus dipenuhinya. Karena ||2 berbanding lurus dengan kerapatan
peluang P untuk mendapatkan benda yang diperikan (digambarkan) oleh , integral ||2 ke
seluruh ruang harus berhingga – benda harus didapatkan pada suatu tempat. Jika
dV 0
2
Partikel itu tidak ada, dan integralnya jelas tidak bisa dan tetap berarti sesuatu; ||2 tidak
bisa negatif atau kompleks karena cara didefinisikannya, sehingga satu-satunya
kemungkinan yang tertinggal ialah suatu kuantitas yang berhingga supaya memang
memberikan benda real.
Biasanya untuk memudahkan, kita ambil ||2 sama dengan kerapatan (densitas)
peluang P untuk mendapatkan partikel yang digambarkan oleh , ketimbang hanya
berbanding lurus dengan P. jika ||2 sama dengan P, maka benar bahwa
dV 1
2
(3.1)
Karena
P dV 1
Ialah suati pernyataan matematis bahwa partikel itu ada di suatu tempat untuk setiap saat.
Jumlah semua peluang yang mungkin harus tertentu.
Harus berhingga, kontinu dan berharga tunggal. Hanya fungsi gelombang dengan sifat-sifat
tersebut dapat memberikan hasil yang berarti fisis jika dipakai dalam perhitungan, jadi hanya
fungsi gelombang yang ”berperilaku baik” yang diizinkan sebagai representasi matematis
dari benda nyata.
Jika kita sudah mempunyai fungsi gelombang yang ternormalisasi dan dapat
diterima, peluang (kemungkinan) partikel dapat ditemukan pada suatu daerah tertentu ialah
integral kerapatan peluang ||2 dalam daerah itu terhadap volume. Untuk partikel yang
geraknya terbatas pada arah – x, maka peluang untuk mendapatkan partikel antara x1 dan
x2 ialah
x2
Peluang | |2 dx (3.2)
x1
2 y 1 2 y
(3.3)
x2 v2 t 2
Yang menentukan gelombang dengan kuantitas variabel y yang menjalar dalam arah x
dengan kelajuan v. Dalam kasus gelombang pada tali terbentang, y menyatakan pergeseran
tali dari sumbu x ; dalam kasus gelombang bunyi, y menyatakan perbedaan tekanan, dalam
kasus gelombang cahaya, y menyatakan besarnya medan listrik atau elektronon.
Persamaan gelombang seperti di atas diturunkan dalam buku mekanika untuk gelombang
mekanis dan dalam buku kelistrikan dan kemagnetan gelombang elektromagnetik.
Contoh 3.1.
(x) = Ce - | x | sin x
Penyelesaian :
Sehingga
| | e e
2 x
2
dx 1 C 2
sin x dx C
2 2 2x
sin 2 x dx
0
2 C 2 e 2 x sin 2 x dx
0
Untuk menghitung integral terakhir ini, tuliskan fungsi sinus dalam bentuk
eksponensial dan diperoleh
4 e
1 ( 2i 2)
1 2C 2 e ( 2 i 2 ) 2 e 2 x dx
0
C 2 e ( 2i 2) x e ( 2i ) x
e 2x
2 2i 2 2i 2 0
C 2 4
1
2 4 2 4
C
2 1 2
2
Sehingga
( x)
2 1 2 | x|
e sin x
2
2 (1 2 )
e
2x
sin 2 x dx
2 1
e2
1 2 sin 2 cos 2
2 2
Untuk = ,
P x t
1
0,068
2e 2
A e i ( t x / v ) (3.4)
Jika kita ganti dalam rumus di atas dengan 2 dan v dengan , diperoleh
h 2
E h 2 dan
p p
Diperoleh
A e ( i / ) ( E t p x) (3.6)
Kita mulai dengan mendiferensiasi Persamaan (3.6) dua kali terhadap x yang
menghasilkan
iE
(3.8)
t
Untuk kelajuan yang kecil terhadap kelajuan cahaya, energi total partikel E ialah jumlah dari
energi elektrono p2/2m dan energi potensial V, dengan V pada umumnya merupakan
fungsi kedudukan x dan waktu t :
p2
E V (3.9)
2m
Fungsi V menyatakan pengaruh dari sisa semesta pada partikel. Tentu saja, hanya
sebagian dari semesta yang berinteraksi dengan partikel ; misalnya dalam kasus elektron
dalam atom hidrogen, hanya medan listrik inti yang diperhitung-kan.
Dengan mengalikan kedua suku Persamaan (3.9) dengan fungsi gelombang , akan
menghasilkan :
p2
E V (3.10)
2m
E (3.11)
i t
Dan
2
p
2 2
(3.12)
x2
2 2
i V (3.13)
t 2m x2
2 2 2 2
i V (3.14)
t 2m x
2
y2 z 2
( x, t ) 2 2
i ( x, t ) V ( x, t ) (3.15)
t 2m
Setiap pembatasan yang dapat membatasi gerak partikel dapat mempengaruhi fungsi energi
potensial V. Sekali bentuk V diketahui, Persamaan Schrodinger – nya dapat dipecahkan
untuk mendapatkan fungsi gelombang partikel , sehingga kerapatan peluang ||2 dapat
ditentukan untuk x, y, z, dan t tertentu.
Di sini Persamaan SchrÖdinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel yang
bergerak bebas. Perluasan Persamaan SchrÖdinger untuk kasus khusus partikel bebas
(energi potensial V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah partikel yang mengalami
gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu [ V = V(x, y, z, t )] merupakan
suatu kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada satu cara “a priori” yang
membuktikan perluasan itu benar. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengambil postulat
bahwa Persamaan SchrÖdinger berlaku, pecahkan untuk berbagai situasi fisis dan
bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen. Jika hasilnya sesuai, maka postulat yang
terkait dalam Persamaan SchrÖdinger sah ; jika tidak sesuai, postulatnya harus dibuang dan
pendekatan yang lain harus dijejaki. Dengan kata lain, Persamaan SchrÖdinger tidak bisa
diturunkan dari ”prinsip pertama”, tetapi Persamaan itu merupakan prinsip pertama.
Dalam banyak situasi, energi potensial sebuah partikel tidak bergantung dari waktu
secara eksplisit ; gaya yang beraksi padanya ; jadi V, hanya berubah terhadap kedudukan
partikel. Jika hal itu benar, Persamaan SchrÖdinger dapat disederhanakan dengan
meniadakan kebergantungan terhadap waktu t.
Mula-mula kita perhatikan bahwa fungsi gelombang satu dimensi partikel bebas
dapat ditulis
A e (i / ) ( E t p x ) A e (iE / ) t e (ip / ) x
e (iE / ) t (3.16)
Ini berarti, merupakan hasil kali fungsi bergantung – waktu e–(iE/ħ)t dan fungsi yang
bergantung kedudukan . Kenyataannya, perubahan terhadap waktu dari semua fungsi
partikel yang mengalami aksi dari gaya tunak mempunyai bentuk yang sama seperti partikel
bebas. Dengan mensubstitusikan dari Persamaan (3.16) ke Persamaan SchrÖdinger
yang bergantung – waktu, diperoleh
( iE / ) t 2 ( i E / ) t 2 (i E / ) t
E e e V e (3.17)
2m x2
2 2 m
2 ( E V ) 0 (3.18)
x2
Persamaan (3.18) merupakan bentuk keadaan – tunak Persamaan SchrÖdinger. Dalam tiga
dimensi menjadi
Pada umumnya, Persamaan keadaan – tunak SchrÖdinger dapat dipecahkan hanya untuk
harga E tertentu. Dalam pernyataan itu tidak ditimbulkan oleh kesukaran matematis yang
mungkin ada, tetapi oleh sesuatu yang lebih mendasar (fundamental). ”Memecahkan”
Persamaan SchrÖdinger untuk suatu sistem berarti memperoleh suatu fungsi gelombang
yang tidak saja memenuhi Persamaan dan syarat batas yang ada, tetapi juga harus
memenuhi syarat bisa diterimanya fungsi gelombang – yaitu turunannya harus kontinu,
berhingga, dan berharga tunggal. Bila tidak terdapat fungsi gelombang seperti itu, system
itu tidak mungkin berada dalam keadaan tunak.
Jadi kuantisasi energi muncul dalam mekanika gelombang sebagai unsur wajar dari
teori tadi, dan kuantisasi energi dalam dunia fisis dinyatakan sebagai gejala universal yang
merupakan ciri dari semua sistem yang mantap.
Suatu analogi yang sangat dekat dan sudah dikenal bagaimana kuantisasi energi
timbul dalam memecahkan Persamaan SchrÖdinger ialah dalam tali terpentang yang
panjangnya L yang keduanya ujungnya terikat. Dalam hal ini, sebagai ganti gelombang
tunggal yang menjalar terus-menerus dalam satu arah, gelombang akan menjalar dalam
arah +x dan –x secara serentak dengan syarat bahwa pergeseran y selalu nol pada kedua
ujung tali. Suatu fungsi y (x, t) yang dapat diterima untuk menyatakan pergeseran
(simpangan) dengan turunannya, harus seperti yang berperilaku baik dengan turunannya,
dan lagi harus real karena y menyatakan suatu kuantitas yang dapat diukur langsung. Satu-
satunya pemecahan Persamaan gelombang
2 y 1 2 y
x2 v2 t 2
Yang sesuai dengan berbagai pembatasan itu ialah pemecahan yang panjang
gelombangnya memenuhi
2L
n ; n = 0, 1, 2, 3, …..
n 1
= 2L
=L
= 2/3
Ributhermanto201043118 fisika kuantum untuk Universitas
L
= 1/2
L
Kombinasi Persamaan gelombang dan pembatasan yang merupakan syarat
pemecahannyalah yang mendorong kita untuk menyimpulkan bahwa y (x, t) hanya dapat
ada untuk panjang gelombang tertentu n.
Contoh 3.2. :
x, t 5,0 e i 30 x 50 t
Penyelesaian :
p op x, t i
x
5,0 e i 30 x 50 t
31,65 10 34 x, t
50 x, t 52,75 10 34 x, t
Sekali lagi, seandainya fungsi gelombang sudah diperoleh, kita dapat mengajukan
beberapa pertanyaan lagi. Misalnya, di manakah partikel sering berada atau berapa
momentum rata-rata partikel? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh teorema
Ehrenfest.
Karena kita tidak dapat lagi berbicara dengan suatu kepastian tentang kedudukan
partikel, maka kita tidak dapat pula menjamin kepastian hasil satu kali pengukuran suatu
besaran fisika yang bergantung pada kedudukannya. Namun demikian, jika kita dapat
menghitung probabilitas yang berkaitan dengan setiap koordinat, maka kita dapat
menemukan hasil yang mungkin dari suatu pengukuran satu kali atau rata-rata hasil dari
sejumlah besar pengukuran berkali-kali. Sebagai contoh, andaikanlah kita ingin mencari
rata-rata kedudukan sebuah partikel dengan mengukur koordinat x – nya. Dengan
melakukan sejumlah besar pengukuran berkali-kali, kita dapati bahwa dengan mengukur
nilai x1 sebanyak n1 kali, x2 sebanyak n2, dan seterusnya, maka dengan cara yang lazim, kita
dapat memperoleh nilai rata-ratanya, yaitu
n1 x1 n2 x 2 ......... ni x i
x
n1 n2 .......... ni
Jika kita mempersoalkan sebuah partikel, kita harus mengganti bilangan ni dari
partikel xi dengan peluang Pi bahwa partikel itu bisa didapatkan dalam selang dx di xi.
Besar peluang ini adalah
Pi = | i |2 dx
Dengan i merupakan fungsi gelombang partikel yang diambil pada x = xi. Dengan
substitusi ini dan mengubah jumlah dengan integral, kita lihat bahwa harga rata-rata
kedudukan partikel tunggal ialah
x| |
2
dx
x
(3.20)
| | dx
2
x x| |
2
dx (3.21)
Persamaan (3.21) ini menyatakan harga bahwa x terletak pada pusat massa ( elektronon
begitu) dari ||2 ; jika ||2 diplot terhadap x pada suatu grafik dan bidang yang dibatasi kurva
dan sumbu x digunting, titik setimbangnya ialah x.
Nilai rata-rata yang dihitung menurut Persamaan (3.21) dikenal sebagai harga ekspektasi
(expectation values).
Prosedur yang sama dengan yang telah dilakukan di atas dapat dipakai untuk
memperoleh harga ekspektasi G(x) dari suatu kuantitas [misalnya, energi potensial V(x)]
yang merupakan fungsi dari kedudukan partikel x yang digambarkan oleh fungsi gelombang
. Hasilnya adalah
G x G x | |
2
dx (3.22)
Harga ekspektasi momentum p tidak dapat dihitung dengan cara biasa yang
demikian sederhana, karena sesuai dengan prinsip ketidakpastian, tidak ada fungsi seperti
p(x) yang dapat berlaku. Jika kita menentukan x, sehingga dengan demikian x = 0, kita
tidak dapat menentukan p yang bersesuaian karena x p h/2. Masalah yang sama terjadi
untuk harga ekspektasi energi E.
Pada bagian sebelumnya kita lihat bagaimana harga ekspektasi dapat diperoleh dari
kuantitas yang merupakan fungsi posisi x dari partikel yang dinyatakan oleh fungsi
gelombang . Jadi kita dapat memperoleh harga ekspektasi pada setiap saat t dari harga x,
Persamaan ini sangat langsung, sampai kita menyadari bahwa karena = (x, t),
harus menyatakan p dan E sebagai fungsi dari x dan t supaya kita dapat melakukan
integrasi, tetapi prinsip ketidakpastian mengakibatkan tidak terdapatnya fungsi seperti p(x, t)
dan E(x, t) ; sekali x, dan t ditentukan, hubungan
berarti bahwa kita tidak dapat, pada prinsipnya, menentukan p dan E secara eksak.
Dalam fisika klasik tidak terdapat pembatasan seperti itu, karena dalam dunia
makroskopik prinsip ketidakpastian dapat diabaikan. Jika kita terapkan hukum gerak kedua
pada gerak benda yang mengalami berbagai gaya, kita mengharapkan untuk mendapatkan
p(x, t) dan E(x, t) dari solusinya seperti juga x(t) ; untuk memecahkan persoalan tersebut
dalam mekanika klasik pada pokoknya berarti menentukan tempuhan masa depan gerak
benda tersebut. Dalam fisika kuantum, di pihak lain, semua yang kita dapatkan secara
langsung dari Persamaan SchrÖdinger dari gerak partikel itu ialah fungsi gelombang , dan
tempuhan masa depan gerak partikel itu – seperti juga keadaan awalnya – hanya diketahui
peluangnya, alih-alih sesuatu yang sudah tertentu.
Saran untuk mendapatkan dan dengan cara yang benar ialah dengan
mendiferensiasi fungsi gelombang partikel – bebas = A e – (i/ħ)(Et – px) terhadap x dan t.
Diperoleh
p (3.23)
i x
E i (3.24)
t
Jelaslah kuantitas dinamis p dalam cara tertentu bersesuaian dengan operator diferensial
/ i / x dan kuantitas dinamis E bersesuaian dengan operator diferensial i / t
(Operator memberikan informasi kepada kita operasi apa yang harus dilakukan pada
kuantitas yang ditulis setelahnya. i / t menginstruksikan kepada kita untuk mengambil
turunan yang terdapat setelahnya terhadap t dan hasilnya dikalikan dengan i ).
Kita biasa melambangkan operator dengan huruf tebal tegak, sehingga p merupakan
operator yang bersesuaian dengan momentum p dan E ialah operator yang bersesuaian
dengan energi E. Dari Persamaan (3.23) dan Persamaan (3.24) operator ini ialah
p (Operator momentum) (3.25)
i x
E i (Operator energi) (3.26)
t
Walaupun kita hanya menunjukkan persesuaian yang dinyatakan dalam Persamaan (3.25)
dan Persamaan (3.26) berlaku untuk partikel bebas, hubungan itu ternyata berlaku umum
yang kesahannya dengan kesahan Persamaan SchrÖdinger. Untuk mendukung pernyataan
ini, kita dapat mengganti Persamaan E = T + V untuk energi total partikel dengan
Persamaan operator
E=T+V (3.27)
p2
T
2m
2
p2 1 2 2
T (3.28)
2m 2m i x 2 m x2
2 2
i V (3.29)
t 2 m x2
2 2
i V (3.30)
t 2 m x2
Karena p dan E dapat diganti dengan operator yang bersesuaian dalam Persamaan,
kita dapat memakai operator ini untuk mendapatkan harga ekspektasi dari p dan E. Jadi
harga ekspektasi p ialah
p
* p dx
* dx
i x i
*
x
dx (3.31)
E
* E dx
* i
t
dx i
*
t
dx (4.32)
Jelaslah bahwa kita perlu menyatakan harga ekspektasi yang bersangkutan dengan
operator dalam bentuk
p
* p dx
* dx * 0
p * dx
i
x i
* p dx
i
*
x
dx
tidak mempunyai arti. Dalam kasus kuantitas aljabar seperti x dan V(x) urutan faktor dalam
integran tidak penting, tetapi jika operator diferensial terlibat, urutan yang benar dari faktor
itu harus diteliti.
Setiap kuantitas yang teramati G yang merupakan karakteristik suatu elektron fisis
dapat dinyatakan dengan operator mekanika – kuantum yang cocok G. Untuk memperoleh
operator ini, kita perlu menyatakan G dalam x dan p dan mengganti p dengan / i / x .
Fungsi gelombang dari sistem diketahui, maka harga ekspektasi G(x, p) ialah
G x, p * G dx (3.33)
Hasil ini memperkuat pernyataan yang dibuat sebelumnya bahwa dari dapat
diperoleh semua informasi mengenai elektron yang diperbolehkan oleh prinsip
ketidakpastian.
2 2
H V (3.35)
2 m x2
dan disebut operator Hamiltonian; kuantitas itu merupakan energi total elektron
dinyatakan dalam koordinat dan momentum. Jelaslah Persamaan SchrÖdinger keadaan –
tunak dapat ditulis sebagai berikut.
m e4 1
En 2 2 2 2
n = 1, 2, 3, ……..
32 0 n
Merupakan contoh sekelompok harga – eigen. Kita akan lihat pada Bab berikutnya
mengapa harga tertentu E yang menghasilkan fungsi gelombang dapat diterima untuk
elektron dalam atom elektronon.
Li l (l 1) l = 0, 1, 2, ……(n – 1)
Tentu saja, suatu variabel dinamis G boleh tidak terkuantisasi. Dalam hal ini pengukuran G
pada sejumlah elektron identik tidak menghasilkan hasil yang unik melainkan harga yang
tersebar yang rata-ratanya merupakan harga ekspektasi
G G | |
2
dx