Anda di halaman 1dari 6

Literatur Riview

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PERUBAHAN


TINGKAT NYERI KLIEN POST OPERASI

Disusun Unteun Memenuhi Salah Satu Tugas Metodologi Penelitian


Dosen: Dhestirati Endang Anggraeni S.Kep. Ners, M,Kep

Andang Cahyadi
NPM. 1710105286

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES SEBELAS APRIL SUMEDANG
2018
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap perubahan
Tingkat Nyeri Klien post Operasi : Literatur Riview
Andang Cahyadi AMK
Mahasiswa S1 keperawatan
Program Studi S1 keperawatan Universitas 11 April

Abstrak – Latar Belakang : Nyeri adalah pengangalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Banyak cara non farmakologi yang dilakukan untuk
penanganan pengurangan intensitas nyeri. Mobilisasi dini merupakan salah satu metode non
farmakologi untuk pengurangan intensitas nyeri post operasi.
Tujuan : Untuk mengidentifikasi pengaruh mobilisasi dini sebagai salah satu metode dalam
pengurangan intensitas nyeri post operasi.
Metode : Riview ini disusun dari penelitian-penelitian yang dipublikasikan secara online
menggunakan bahasa Indonesia . Database yang digunakan adalah scribd dengan kata kunci
‘mobilisasi dini, nyeri dll ‘ yang dimodifikasi untuk setiap database tanpa mengurangi kata.
Hasil : Dari penelusuran yang dilakukan, didapatkan ada 4 penelitian terkait dengan penggunaan
mobilisasi dini untuk mengurangi intensitas nyeri. Dari riview terhadap penelitian tersebut
didapatkan bahwa semua partisipan dapat menggunakan teknik mobilisasi dini untuk mengurangi
intensitas nyeri. Dengan demikian mobilisasi dini valid dan reliabel dalam mengurangi intensitas
nyeri.
Kesimpulan : dari riview ini dapat menambah informasi mengenai penggunaan mobilisasi dini
sebagai salah satu teknik yang valid dan reliabel untuk mengurangi intensitas nyeri yang dirasakn
oleh pasien. Penulis juga merekomendasikan mobilisasi dini di tatanan praktk untuk menambah
kualitas asuhan yang diberikan.

Kata Kunci : Mobilisasi Dini, nyeri post operasi

1. LATAR BELAKANG
Nyeri merupakan suatu pengalama sensorik yang multi dimensional. Fenomena ini dapat
berbeda dalam intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), dan
penyebaran (superfisial atau dalam, terlokaisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi,
nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk
penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflek menghindar dan perubahan output otonom
(Meiala,2004).
Nyeri merupaka pengalaman subjektif, sama halnya saat seseorang mencium bau harum atau
busuk, mengecap manis atau asin, yang kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan
dirasakan manusia sejak lahir. Walaupun demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera,
karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang
berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan (Meiala,2004).
Tindakan medis yang sering menimbulkan nyeri adalah pembedahan. Nyeri merupakan
pemasalahan umun yang dialami pasca pembedahan. Pasien pasca operasi seringkali dihadapkan
pada adanya proses peradangan akut dan nyeri yang mengakibatkan keterbatasan gerak. Nyeri
bukanlah akibat sisa pembedahan yang tidak dapat dihindari tetapi ini merupakan komplikasi
bermakna pada sebagian besar pasien pasca pembedahan.
Menurut Kristiantari(2009) masalah keperawatan yang terjadi pada pasien pasca pembedahan
meliputi impairment, fungctional limitation, disability,. Impairment meliputi nyeri akut pada bagian
lokasi operasi, takut dan keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), fungctiolan limitation meliputi
ketidak mampuan berdiri, berjalan, serta mobilisasi dan disability meliputi aktifitas yang terganggu
karena keterbatasan gerak akibat nyeri dan prosedur medis.
Latihan mobilisasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan
nyeri dan penyembuhan luka lebih cepat. Terapi latihan dan mobilisasi merupakan modalitas yang
tepat untuk memulihkan fungsi tubuh bukan saja pada bagin yang megalami cedera tetapi juga pada
keseluruhan anggota tubuh. Terapi latihan dapat berupa passive dan active exercise, terapi latihan
juga dapat berupa transfer, posisioning, dan mobilisasi untuk meningkatkan kemampuan aktivitas
mandiri (Smeltzer, et al 2010).
Menurut potter dan perry (2010) mobilisasi dini sangat penting sebagai tindakan pengembalian
secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan
bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat danpeningkatan intensitas nyeri.
Mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurani rasa nyeri dengan cara
menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah operasi, mengurangi aktivitas
mediator kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri serta menimbulkan
trasmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Melalui mekanisme tersebut, mobilisasi dini efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri pasca operasi (Nugroho, 2010). Melihat efek positif dari mobilisasi
dini tersebut, maka dibuat riview ini untuk mengidentifikasi penggunaan metode mobilisasi dini
sebagai salah satu teknik dalam mengurani intensitas nyeri post operasi.

2. METODE
Definisi nyeri
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan actual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Untuk
tujuan dari riview ini, dingunakan pengertian dari International Association for study of pain
(IASP).
Definisi Mobilisasi Dini
Mobilisasi didi adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin ditempat tidur dengan melatih
bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar.
Tipe Penelitian
Tipe penelitian dalam riview ini adalah penelitian original yang membahas mengenai metode
mobilisasi dini
Tipe Partisipan/klien
Melibatkan partisipan pasien dengan keluahan nyeri post operasi di berbagai seting pelayanan
kesehatan.
Tipe outcome
Outcome penelitian ini yaitu partisipan mengatakan intensitas nyerinya setelah dilakukan
mobilisasi dini.
Pencarian Literature
Riview ini di susun dari penelitian-penelitian yang telah dipublikasikan secara online menggunakan
bahasa Indonesia dengan kata kunci mobilisasi dini, nyeri post operasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Dari penelusuran yang dilakukan, didapatkan ada 4 jurnal terkait dengan mobilisasi dini untuk
menurunkan intensitas nyeri. Penelitian tersebut yaitu penelitian yang dilakukan oleh Moch Fatkan,
Ah Yusuf, Weisana Herisanti (2018); Sri Karyati, Muhammad Hanafi, Dwi Astuti (2018); Rr. Caecilia
Pristahayuningtyas, Murtaqib, Siswoyo (2016); Ani wulandari, Lutfi Nurdian Asnindari (2018).
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Moch Fatkan, Ah Yusuf, Weisana Herisanti (2018)
dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi spiritual
terhadap tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian quasy experimental: pre-post control group design. Teknik sampling yang digunakan
adalah consecutive sampling yang melibatkan 18 orang kelompok control dan 18 kelompok
intervensi. Analisis data yang digunakan adalah independent t-test dengan tingkat signifikasi α 0,05.
Hasil dari penelitian ini menunjukan mean penurubab nnyeri pada kelompok intervensi 2,67 dan
keolompok control sebesar 1,61. Analisi data menggunakan independent-t test didapatkan hasil
p=0,000 yang menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan
setelah mobilisasi dini dan relaksasi spiritual.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sri Karyati, Muhammad Hanafi, Dwi Astuti (2018) dengan
tujuan untuk mengenalisis efektifitas mobilisasi dini terhadap penurunan sekala nyeri post operasi
section caesaria. Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperimen dengan desain
penelitian non equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien operasi SC di
RSUD Kudus dan diambil sampel 20 orang dengan teknik accidental sampling. Uji analisa data
dengan uji independent samples T test. Didapatkan hasil pada hari I secara bermakna skala nyeri
kelompok 24 lebih tinggi daripada kelompok 48 (p= 0,040), namun pada hari ke II dan III terjadi
kebalikannya, yaitu secara bermakna skala nyeri kelompok 24 jam lebih rendah daripada kelompok
48. Mobilisasi dini 24 jam pada hari ke II dan III lebih efektif dibandingkan dengan mobilisasi 48
jam.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rr. Caecilia Pristahayuningtyas, Murtaqib, Siswoyo (2016)
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien
post operasi apendiktomi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental; one
group pretest-postest. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling yang
melibatkan 8 orang tanpa kelompok control. Analisa data yang digunakan adalah dependent t-test
dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05). Analisin data menggunakan dependent t-test
didapatkan hasil p=0,000 yang menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi
apendiktomi.
Penelitian yang mendukukung metode mobilisasi dini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Ani Wulandari, Lutfi Nurdian Asnindari (2018) dengan tujuan untuk menganalisa pengaruh
mobilisasi dini terhadap nyeri pasien post operasi TURP pasa pasien BPH. Desain penelitian quasi
experiment dengantipe pretest posttwst control design. Sampel diambl dengan teknik pusposive
sampling sebanyak 30 pasien post operasi TURP . hasil penelitian dianalisi dengan uji mann-
whitney. Kesimpula dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh
mobiolisasi dini terhadap nyeri post operasi TURP pada pasien BPH sebelum dan setelah dilakukan
mobilisasi dini.

Pembahasan
Nyeri merupakan pegalaman sensori dan emosional pribadi yang tidak menyenangkan yang
diekspresikan secara berbeda pada masing-masing individu. Nyeri bersifat subjektif, dan individu
mempersepsikannya berdasarkan pengalamannya. Nyeri terjadi akibat dari kerusakan jaringan
yang actual ataupun potensial. Nyeri menjadi alasan yang paling umum bagi seseorang mencari
perawatan kesehatan karena dirasakan mengganggu dan menyulitkan mereka. Perawat perlu
mencara pendekatan yang paling efektif dalam upaya pengontrolan nyeri (potter, 2016). Didalam
litertur riview ini dilakuka telaah terhadap mobilisasi dini sebagai salah satu metode yang
digunakan untuk mengurani intensitas nyeri.
Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh Moch Fatkan, et al (2018) mengatakan bahwa, pada
kelompok intervensi penurunan skor skala nyeri lebih berpengaruh pada fungsi motoric karena
latihan kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi spiritual mampu menrangsang fungsi motoric
melalui latihan mobilisasi dini dan relaksasi spiritual yang dapat menghasilkan peningkatan
pergerakan/mobilisasi pada pasien. Hal ini terjadi karena modulasi (modulation) dimana saat otak
mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan neuro modulator seperti opioid (endoprins and
enkephalins), serotonin, norepineprin dan gama aminobutyric acid- menghalangi/menghambat
transmisi nyeri dan membantu menimbulkan keadaan analgesic dan berefek menghilangkan nyeri
(Dewanto, 2003).
Sri karyati, et al (2018) mengungkapkan dalam penelitiannya dimana mobilisasi dini segera
setelah dilakukan tindakan pembedahan terbukti lebih efektif menurunkan nyeri pasca operasi
dibandingkan pada kelompok yang melakukan penundaan mobilisasi. Latihan gerak dimulai
semenjak pasien belum merasakan nyeri sepenuhnya akibat masih adanya pengaruh sisa anestesi
dapat memberikan perasaan lebih nyaman dan lebih percaya diri. Namun demikian, perasaan takut
pasien untuk melakukan mobilisasi dini merupakan hambatan yang sering ditemui. Kondisi ini
dapat diminimalisir dengan memberikan penjelasan secara lugas dan rinci tentang tindakaan
mobilisasi dini dan manfaatnya.
Sejalan dengan penelitian Moch Fatkan, et al (2018), Sri Karyeti juga mengungkapkan
mobilisasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri dan
menyembuhkan luka lebih cepat.
Penggunaan mobilisasi untuk menurunkan insitas nyeri juga dilakuan penelitiannya oleh Rr.
Caecilia Yudistika Pristahayuningtyas, et al (2016) dalam penelitiannya ia mengungkapkan
mobilisasi dini merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri non farmakologis dengan cara
distraksi. Menurutnya salah satu distraksi adalah dengan cara mengajak klien yang mengalami nyeri
untuk bergerak dan melakukan aktifitas, sehingga dengan demikian focus perhatian klien buka
pada nyeri, namun pada aktivitas atau gerakan yang akan dilakukan. Distraksi dapat berkisar dari
pencegahan yang monoton hingga melakukn aktivitas fisik ataupun mental. Latihan mobilisasi
dapat memusatkan perhatian klien pada gerakan yang dilakukan. Hal tersebut memicu pelepasan
norepinephrine dan serotonin. Pelepasan senyawa tersebut menstimulasi atau memodulasi system
control desenden. Didalam system kontrol desenden terdapat dua hal, yang pertama terjadi
pelepasan substansi P oleh neuron delta-A dan delta-C. hal kedua yakni mekanoreseptor dan
neuron beta-A melepaskan neuro transmiter penghambat opiate endogen seperti endokrin. Hal
tersebut menjadi lebih dominan untuk menutup mekanisme pertahanan dengan menghampat
substansi P menurunkan transmisi saraf menuju saraf pusat sehingga menurunkan persepsi nyeri.
Hampir sejalan dengan penelitian lainnya Ani Wulandari, Lutfi Nurdian Asnindari juga
sependapat latihan ambulasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu
penurunan nyeri dan penyembuhan luka lebih cepat. Terapi latihan dan mobilisasi merupakan
modalitas yang tepat untuk memulihkan fungsi tubuh bukan saja pada bagian yang mengalami
cedera tetapi juga pada keseluruhan anggota tubuh. Terapi latihan dapat berupa passive dan active
exercise.

4. KESIMPULAN
Terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi. Dimana
dalam riview yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa mobilisasi dini dapat diberikan untuk
menurunkan skala nyeri pada klien post operasi. Mobilisasi dapat berupa passive dan active
exercise. Hambatan dari pasien yang berupa ketakutan melakukan mobilisasi dini karena alasan
takut tambah sakit, takut jebol jahitan nya dan lain sebagainya dapat dimimalisir dengan
memberikan penjelasan secara lugas dan rinci tentang tindakaan mobilisasi dini dan manfaatnya.
Dengan banyaknya penelitian tentang pengguanan metode mobilisasi dini, maka perawat
hendaknya menjadikan mobilisasi dini sebagai salah satu alternative untuk mengurangi intensitas
nyeri selain dengan terap farmakologi.

5. DAFTAR PUSTAKA
M Fatkan, Ah. Yusuf, Weisana Herisanti. (2018). Pengaruh kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi
spiritual terhadap tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi
Sri Karyati, Muhammad Hanafi, Dwi Astuti. (2018). Efektifitas mobilisasi dini twehadap penurunan
skala nyeri post opeasi section caesaria di RSUD kudus. URECOL. The 7 University Research
Colloqium 2018 . 866-872
Rr. Caecilia Yudistika Pristahayuningtyas, Murtaqib, Siswoyo. (2016). Pengaruh mobilisasi dini
terhadap tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi di Rumahsakit Baladhika Husada
kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.4 (No.1)
Mochammad Badrudin. (2017). Patofisiologi nyeri (pain). Volume 13 Nomor 1
Ani wulandari, Lutfi Nurdian Asnindari. (2018). Pengaruh mobilisasi dini terhadap nyeri post
operasi TURP pada Pasien BPH di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Anda mungkin juga menyukai