Anda di halaman 1dari 10

Anabolisme Lemak

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalm kehidupan Terdapat 2 fasepadaproses
metabolismeyaituanabolimsedankatabolisme.Anabolisme yang disebut juga biosentesis
merupakan suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama
lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan.Lipid
adalahsenyawaorganikberminyakatauberlemak yang tidaklarutdalam air, yang
dapatdiekstrak dariseldanjaringanolehpelarut non polar, sepertiklorofomatau ester. Asam
lemak merupakan senyawa potensial dari sejumlah besar kelas lipid di alam. Sementara dalam
sistem biologi umumnya asam lemak kebanyakan terdapat menyatu dalam kompleks lipid. Asam
lemak yang meyatu terdapat berupa ester, gliserol, sterol dan berbagai senyawa lainnya. Rantai
hidrokrbon dari asam lemak dapat juga berikatan dengan phospogliserol melalui ikatan ether
dan vinyl ether (Weete, 1980).
Anabolisme asam lemak merupakan pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan
produksi asam lemak dan gliserol sebagai rangka sehingga asam teresterifikasi. Asam lemak
dibentuk oleh kondensasi berganda unut asetat dari asetil CoA. Sebagian besar reaksi sintesis
asam lemak terjadi hanya dikloroplas daun serta diproplastid biji dan akar. Asam lemak yang
disentesis dikedua organel ini terutama adalah asam palmitat dan asam oleat. Astil CoA yang
digunakan untuk membentuk lemak di kloroplas sering dihasilkan oleh piruvat dehidrogenase
dengan menggunakan piruvat yang dibentuk pada glikolisis di sitosol. Sumber lain asetil CoA
pada kloroplas beberapa tubuhan adalah asetat bebas dari mitokomdria. Asetat ini diserap oleh
plastid dan diubah menjadi astil CoA, untuk digunakan membentuk asam lemak dan lipid
lainnya (Salisbury dan Ross, 1995).
Terkait dengan pemanfaatan asam lemak ia dimanfaatkan oleh hati di dalam
mitokondria jaringan lemak atau di hati, asam lemak dan gliserolbergabung membentuk lemak
netral (TG) kemudian disimpan sebagaicadangan energi. Dipecah menjadi asetil-koenzim-A
(Asetil Co-A) yang kemudian masuk kedalam siklus Kreb’s diubah menjadi sumber energi
(glukoneogenesis). Selainitu, asetil Co-A juga dapat digunakan untuk pembentukan kolesterol.Di
berbagai jaringan tepatnya di dalam mitokondria dan mikrosoma, asetil Co-Adiubah menjadi
trigliserida untuk disimpan sebagai lemak jaringan atau dapat juga diubah menjadi protein
(asam amino).
Baca juga paper Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kulit, Kuku, dan Rambut Sebagai Indikator
Penuaan pada Manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dibuatnya makalah tentang anabolisme lemak ini adalah:
1. Apa pengertian dari lemak atau lipid dan anabolisme lemak?
2. Apa yang dimaksud metabolisme asam lemak?
3. Apa saja proses yang ada pada metabolisme lemak?
1.3 Tujuan
Tujuan daripemuatan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui lemak dan proses anabolisme
2. Untuk mengetahui metabolisme lemak
3. Untuk mengetahui proses-proses yang ada pada metabolisme lemak.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lipid

Lipid merupakan salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia dan yang

sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Untuk memberikan definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab

senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga

berbeda-beda. Walaupun demikian para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat
fisika seperti lemak, dimasukkan kedalam satu kelompok yang disebut lipid.

Lipid terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak. Pada umumnya lipid merupakan konduktor panas yang

jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan panas dari tubuh. Makin banyak

jumlah lemak, makin baik fungsinya mempertahankan panas dalam tubuh. Pada proses oksidasi 1 gram lemak menghasilkan

energi sebesar 9 kkal, sedangkan 1 gram karbohidrat maupun protein hanya menghasilkan 4 kkal. Selain itu lemak mempunyai
fungsi melindungi organ-organ tubuh tertentu dari kerusakan akibat benturan atau goncangan.

2.2 Jenis-jenis Lipid

Lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu:

- Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh

- Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida

- Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid

- Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid dan malam

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau

tumbuhan. Baca juga artikel dengan topik Nukleus, ribosom, Retikulum Endoplasma, Badan Golgi, Vakuola, dan Peroksisom.

2.3 Anabolisme
Anabolisme yang disebut juga biosentesis merupakan suatu peristiwa perubahan
senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa
sintesis atau penyusunan.
Anabolisme asam lemak merupakan pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan
produksi asam lemak dan gliserol sebagai rangka sehingga asam teresterifikasi. Asam lemak
dibentuk oleh kondensasi berganda unut asetat dari asetil CoA.
2.4 Biosintesis asam lemak
Biosintesis asam lemak adalah suatu proses metabolisme penting dalam jasad hidup. Hal
tersebut benar jika diingat bahwa jaringan hewan mempunyai kemampuan terbatas untuk
menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat. Dalam hal ini sebagian dari polisakarida
dirombak melalui proses glikolisis menjadi asetil koenzim-A , yang merupakan prazat untuk
biosintesis asam lemak dan triagliserol. Senyawa lipida ini mempunyai kandungan energi yang
lebih tinggi daripada karbohidrat, dan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang besar di
dalam jaringan lemak. Biosintesis asam lemak ini berlangsung di sitoplasma, membutuhkan
asam sitrat sebagai kofaktornya, dan membutuhkan CO2 sebagai factor pembantu dalam
mekanisme pemanjangan rantai asam lemak.
Secara keseluruhan, biosintesis asam lemak terbagi menjadi tiga tahap utama: pertama,
pembentukan malonil koenzim-A dari asetil koenzim-A; kedua, pemanjangan rantai asam lemak
sampai terbentuknya asam palmitat secara kontinu dengan tiap kali penambahan malonil
koenzim-A dan pelepasan CO2; dan ketiga,pemanjangan rantai asam palmitat secara bertahap
bergantung pada adaan dan komposisi faktor penunjang reaksi di dalam sel. Tahap pertama dan
kedua adalah mekanisme de novo biosintesis asam lemak dalam hewan dan tumbuhan,
sedangkan tahap ketiga bukan mekanisme de novo karena berlangsungnya reaksi ditentukan
oleh faktor luar.

2.5 Reaksi keseluruhan biosintesis asam lemak


Asam palmitat merupakan salah satu senyawa asam lemak yang paling banyak diketahui
proses metabolismenya, secara keseluruhan biosintesis asam lemak terbagi menjadi tiga tahap
utama: pertama pembentukan malonil Koenzim-A dari asetil Koenzim-A. Kedua pemanjangan
rantai asam lemak sampai terbentuknya asam palmitat secara kontinue dengan tiap kali
penambahan malonil Koenzim-A dan pelepasan CO2. Dan ketiga pemanjangan rantai asam
palmitat secara bertahap tergantung pada keadaan dan komposisi faktor penunjang reaksi
didalam sel. Tahap pertama dan kedua adalah mekanisme de novo biosintesis asam lemak dalam
hewan dan tumbuhan, sedangkan tahap ketiga bukan mekanisme de novo, karena
berlangsungnya reaksi ditentukan oleh faktor luar, bukan secara keturunan.
1.Tahap penggiatan asetil-CoA. Pembentukan malonil-CoA

CO2 ATP ADP + Pi


Asetil-Sco A BIOTIN HOOC-CH2-CO-SCoA
Asetil CoA Karboksilase Malonil CoA
2.Tahap pemanjangan rantai secara kontinue (proses de novo)
ACP-SH CoA-SH
7 malonil-CoA 7mlonil-S-ACP
ACP-SH CoA-SH
Asetil-CoA asetil-S-ACP palmitoil-S-ACP
Komplek enzim CoA-SH
Sintetase asam lemak ACP-SH
Palmitoil-ScoA

3. Pemanjangan rantai secara tahap demi tahap


Asetil-ScoA ASETIL-SCoA
Palmitoil-ScoA stearoil-ScoA dan seterusnya

Satu-satunya molekul asetil Koenzim-A yang bereaksi pada tahap pertama berperan
sebagai molekul primer atau molekul pemula. Kedua atom karbon pada molekul ini menjadi
atom karbon ujung dari asam palmitat yang terbentuk.
Hal lain yang menarik pada mekanisme biosintesis asam lemak ini adalah terlibatnya
suatu molekul protein pembawa, yang disebut protein pengangkut gugus asil (acyl carrier
protein,ACP) yang berperan dalam proses mekanisme reaksi penambahan malonil Koenzim-A
kerantai asam lemak, tahap demi tahap, hingga terbentuk asam palmitat. Molekul protein ACP
yang diisolasi Echerichia coli mempunyai berat molekul 10 000, tahan terhadap suhu tinggi.
Molekul ini terdiri dari 77 buah asam amino, mengandung gugus prostetik 4’ –fosfopantetein
yang terikat secara kovalen pada gugus hidroksildari asam amino serin dalam molekul protein
ACP dan gugus SH pada ujung molekulnya. Peran ACP dalam biosintesis asam lemak sama
dengan peran CoA (Koenzim-A). Dalam hal ini ACP membentuk senyawa kompleks dengan
keenam enzim yang berperan dalam keseluruhan mekanisme biosintesis asam lemak. Keenam
enzim tersebut bergabung membentuk enzim kompleks sintetase asam lemak dan merangkum
satu molekul ACP yang terletak didalam kompleks.

2.6Pembentukan asetil-S-ACP sebagai pemula reaksi


Reaksi antara asetil koenzim A dengan gugus sulfhidril(-SH) dari molekul ACP
merupakan reaksi pemula dalam mekanisme biosintesis asam lemak. Sebelumnya kedua gugus –
SH dimuati terlebih dahulu oleh gugus asil. Ini terjadi dalam dua tahap enzimatik terkatalisis.
Pada reaksi pertama, gugus asetil pada asetil-S-KoA dipindahkan ke gugus sistein –SH pada
sintase dengan katalis ACP-asil transferase. Reaksi selanjutnya adalah pemindahan gugus asetil
dari ACP ke gugus –SH dari enzim beta-ketoasil-ACP-sintase, menghasilkan asetil S-beta-
ketoasil-ACP-sintetase.persamaan reaksi antara ACP-asiltransferase adalah sebagai berikut:

Asetil-S-CoA + ACP-SH Asetil-S-ACP + CoA-SH reaksi selanjutnya adalah


pemindahan gugus asetil dari ACP ke gugus SH dari enzim beta-ketoasil-ACP-
sintase,menghasilkan asetil S-beta-ketoasil-ACP-sintase, disingkat asetil-S-sintase.
Asetil-S-ACP + sintase-SH ACP-SH + asetil-S-Sintase
Dengan telah terikatnya gugus asetil pada enzim pertama dari enam enzim kompleks sintetase
asam lemak tersebut dapat lah dimulai mekanisme pemanjangan rantai asam lemak dengan
penambahan dua atom karbon pada malonil KoA, secara berturut sampai terbentuknya asam
palmitat.
2.7 Reaksi kondensasi pembentukan asetoasetil –S-ACP
Reaksi kondensasi didahului dengan reaksi pembentukan malonil –S-ACP dari malonil –
S-CoA, yaitu pemindahan gugus malonil dari ACP ke CoA. Reaksi ini dikatalis oleh enzim ACP-
malonil-transferase,
Malonil-S-CoA + ACP-SH malonil –S-ACP + CoA-SH
(maloni koenzim-A) (Koenzim-A)
Reaksi berikutnya adalah kondensasi antara asetil –S-sintesis dengan malonil –S-ACP
menghasilkan asetoasetil-S-ACP (gambar 6.26). Reaksi ini dikatalisis oleh enzim beta-ketoasil-
ACP-sintase dan laju reaksinya didorong oleh terlepasnya CO2 dari malonil –S-ACP, yaitu
reaksi eksergonik dekarboksilasi gugus malonil, yang memberikan dorongan termodinamik ke
arah reaksi pembentukan asetoasetil-S-ACP.
Gambar biosintesis asam lemak: Reaksi kondensasi pembentukan asetoasetil-S-ACP.
2.8 Tahap reaksi reduksi asetoasetil –S-ACP
Dengan dua reaksi reduksi yang berikutnya, selesailah seluruh tahap reaksi
pemanjangan rantai asam lemak dengan dua atom karbon (Gambar 6.27). pada reaksi reduksi
yang pertama, asetoasetil –S-ACP (D-β-ketoasetil-ACP) direduksi dengan NADPH dan
enzim beta-ketoasil-ACP-reduktasemenghasilkan D-β-hidroksibutiril-S-ACP, yang selanjutnya
mengalami dehidratasi dengan enzim enoil-ACP-hidratasemenghasilkan krotonil-ACP. Reaksi
reduksi yang kedua adalah hidrogenasi krotonil-ACP dengan enzim enoil-ACP-
reduktase, menghasilkan krotonil-ACP. Reaksi reduksi yang kedua adalah hidrogenasi krotonil-
ACP dengan enzim enoil-ACP-reduktase, menghasilkan butiril-ACP, seperti juga reaksi reduksi
yang pertama, reaksi ini menggunakan N ADPH-NADP+ (bukan NADH-NAD+ seperti yang
dipakai pada proses oksidasi asam lemak) sebagai sistem koenzimnya.
Dengan terbentuknya butiran –ACP, selesailah satu dari tujuh daur yang dilakukan oleh
enzim konpleks sintetase untuk menghasilkan palmitoil-CoA. Untuk memulai daur yang
berikutnya, gugus butiril dipindahkan dari ACP ke enzim β-ketoasil-ACP-sintase dan ACP
mengambil satu gugus malonil dari molekul malonil-CoA yang lainnya. Selanjutnya daur
diulangi dengan reaksi kondensasi antara malonil –ACP dengan butiril –S-β-ketoasil-ACP
sintase menghasilkan β-ketoheksanoil-S-ACP dan CO2. Demikianlah setelah tujuh kali
mekanisme daur berlangsung dengan enzim kompleks sintetase asam lemak, terbentuklah
palmitoil-ACP sebagai hasil akhir. Selanjutnya gugus palmitoil ini dapat mengalami beberapa
kemungkinan , tergantung kondisi dalam sel dan jenis jasadnya. Kemungkinan itu ialah:
pertama, gugus palmitoil dilepaskan dari enzim sintetase kompleks, dengan bantuan enzim
tioesterase, menghasilkan asam palmitat bebas; kedua, gugus palmitoil dipindahkan dari ACP
ke CoA; ketiga, gugus palmitoil digabungkan langsung ke dalam asam fosfatidat dalam proses
biosintesis fosfolipid dan triasil gliserol. Gambar 6.28 menunjukkan mekanisme asam palmitat
dari asetil-CoA.
Suatu hal yang menarik adalah bahwa pada sebagian besar jasad hidup, proses
pemanjangan rantai asam lemak berhenti sampai terbentuknya palmitat (asam lemak dengan
jumlah atom karbon 16, C16:0) dan tidak diteruskan ke stearat (C18:0). Ada dua penjelasan
untuk hal tersebut: pertama, mekanisme pemanjangan rantai yang khas ini disebabkan oelh
kemampuan enzim β-ketoasil-ACP-sintase untuk mengikat gugus asil sampai dengan jumlah
atom karbon 16 saja tpi tidak dapat mengikat gugus asil yang beratom karbon lebih besar dari
16; kedua, palmitoil –CoA berperan sebagai zat penghambat balikan enzim kompleks sintetase,
sehingga segera setelah terbentunya palmitoil-CoA kerja enzim yang berperan dalam daur
biosintesis asam lemak tersebut terhenti.
2.9 Biosintesis lawan oksidasi asam lemak
Disamping ciri umum yang berlawanan antara proses bisintesis asam lemak degan proses
oksidasi asam lemak, tahap reaksi enzim kedua proses tersebut berbeda dalam beberapa hal
yang penting :
a. Biosisntesis asam lemak terjadi dalam sitoplasma, sedangkan oksidasi asam lemak di
dalam mitokondria.
b. Biosisntesis asam lemak mengunakan ACP sebagai system pembawnya, sedangkan oksidasi
mengunakan CoA.
c. Biosintesis mengunakan malonil-CoA (beratom karbon tiga) sebagai pamanjang rantai,
sedangkan oksidasi melepaskan Asetil KoA (beratom dua karbon) pada setiap kali daur
proses perombakannya.
d. Biosisntesis mengunakan NADPH/NADP+ sebagai system koenzim dalam reaksi
hidrogenasi, sedangka oksidasi memakai system NAD+ / NADH dan FAD/FADH2. Sebagian
besar NADPH yang diperlukan dalam proses biosintesis asam lemak ini didapatkan dari proses
oksidasi jalur metabolism fosfoglukonat.
2.10 Biosintesis setelah asam palmitat
Asam palmitat sebagai hasil akhir yang normal dalam proses biosintesis dengan enzim
kompleks sintesase asam lemak, merupakan senyawa sumber untuk biosintesis asam lemak jenuh
dan tak jenuh yang berantai lebih panjang. Pamanjangan rantai asam palmitat menjadi asam
lemak jenuh berantai lebih panjang, terutama sam stearat, berlangsung dengan adanya dua
system enzim yang berbedayang masing – masing trdapat dalam mitokondrion dan reticulum
endoplasma.
Di dalam mitokondrion pamanjangan rantai asam palmtat berlangsung melallui reaksi
ondensasi palitoil CoA denngan asetil CoA menghasilkan ß – keto-steraoil-CoA yang kemudian
diawahidratasikan menjadi stearoil CoA tak jenuh dan direduksi dengan NADPH menghasilkan
streaoil – CoA.
Didalam mikrosom, pemanjangan rantai asam palmitat berlangsung dengan
mengunakan malonil CoA dan mekanisme reaksi berjalan seperti reaksi biosintesis asam
palmitat.
2.11 Pembentukan asam lemak tak jenuh
Pada umumnya, didalam jaringan hewan asam palmitat dan asam stearat sipakasi
sebagai senyawa sumber biosintesis asam lemak tak jenuh, terutama asam palmitoleat dan asam
oleat. Ikatan rangkap yang terjadi selalu dalam posisi Δ9 dan berbentuk cis. Reaksi
pengawajenuhan ini dikatalisis oleh enzim mono-oksigenase yang terdapat di dalam reticulum
endoplasma jaringan sel hati dan sel lemak, dan dibantu oleh adanya system rantai pengankutan
electron dalam mikrosom, yaitu pengagnkutan electron dari NADPH ke sitokrom B5 ( dalam
jaringan sel hewan) atau ke Fe – S- protein (dalam bebrapa tumbuhan dan jasad)
Dalam hal ini dua electron yang diangkut dari NADPH melalui sitokrom B5 atau Fe –S –
protein ke enzim mono – oksigenase diakai untuk menarik molekul O2 dari udara menghasilkan
komplek enzim – O2 yang aktif. Kompleks enzim O2 ini mengkatalisis pengawajenuhan asam
lemak (asam palmitat, C l6:0, atau stearat, C18:0) menjadi asam lemak tak jenuh dengan ikatan
rangkap pada posisi Δ9 yaitu asam palmitoleat (9-C16:1) atau asam oleat (9-C18:1).
Didalam bakteri Escherichia coli proses pengawajenuhan pembentukan asam
palmitoleat melalui mekanisme yang berlainan sekali, yaitu dimulai dari ß- hidroksidekanoil-
ACP yang merupakan senyawa antara dalam proses biosintesis asam palmitat degan kompleks
enim sintase asam lemak. Mekanisme reaksinya dijelaska pada gambar
Hewan dan tumbuhan tinggi banyak mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap banyak ( asam plienoat). Dalam jaringan hewan, asam lemak ini terbemtuk dari empat
macam asam lemak tak jenuh; palmitoleat (9-C16:1), oleat (9-C18:1), linoleat (9,12-C18:2) dan
linolenat (9,12,15- C18:3). Linoleat dan linolenat adalah dua asam lemak yang tidak dapat
disintesis oleh hewan mamalia dan harus didapatkan dari tumbuhan. Oleh karena itu diebut
asam lemak essensial.
Beberapa asam lemak tak jenuh berantai panjang yang terbentuk dari asam palmitat dari
jaringan sel hewan adalah asam cis-vasenat (11 C18:1), asam nervonat (15C24:1) dan asam
likosatrienoat ( 5,8 ,11 C20:3)
Asam nervonat merupakan senyawa sumber untuk biosintesis lipid otak, serebrosida.
Semua asam ini trbentuk dari asam palmitat melalui mekanisme pemanjangan rantai dan proses
pengawajenuhan seperti yang telah dibahas.
Asam linoleat dan linolenat, yang merupakan asam lemak essensial dalam tubuh hewan,
berperan sebagai senawa sumber untuk biosintesis asam polienoat pentng lannya, seperti asam
arakidonat (5,8,11,14 C 20:4) dan asam dokosahiksanoat (4,7,10,13,16,19,C22 : 6) yang
mengandung 6 buah ikatan rangkap. Asam arakidonat merupakan prazat untuk biosintesis
senyawa prostaglandin.
Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa dalam sebagian besar jasad hidup
proses pengawajenuhan asam lemak berlangsung pada suhu lingkungan yang rendah. Hal ini
merupakan mechanism penyesuaian diri jasad tersebut untuk mempertahankan keterarilan
kandungan lipidnya terhadap suhu yang rendah, dimana asam lemak tak jenuh mempunyai titik
leleh yang lebih rendah daripada asam lemak jenuh. Telah diketahui bahwa kegiatan enzim
desaturase asam lemak naik pada suhu yang rendah.
1. Malonil-KoA dibentuk dari Asetil-KoA
Malonil-KoA adalah prekursor langsung unit dua karbon rantai asam lemak. Merupakan
turunan dari malonat dan pertama kali dibentuk dari asetil-KoA di dalam sitosol. Asetil KoA
yang digunakan dalam metabolisme hampir semuanya dibentuk di dalam mitokondria dari
oksidasi piruvat, dari oksidasi asam lemak , dan dari degradasi kerangka karbon asam aminol.
Gugus asetil dari Asetil Koa ini mampu melintasi membran mitokodria melalui suatu system
ulak-alik gugus asetil. Sistem ulak alik gugus asetil tersebut, digunakan untuk mentransfer gugus
asetil dari mitokondria ke sitosol untuk sintesis lemak.Sistem tersebut menyebabkan asetil
KoA pertama-tama bereaksi dengan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dengan katalis sitrat
sintase.
Asetil-KoA + oksaloasetat + H2O → sitrat + KoA + H+
Sitrat yang terbentuk kemudian keluar dari matriks mitokondria menuju sitosol melalui system
transport trikarboksilat yang selanjutnya bereaksi dengan KoA sitosol dan ATP untuk kemudian
menghasilkan asetil KoA sitosol. Reaksi ini dikatalisis oleh sitrat liase yang disebut juga enzim
pemecah sitrat.
Sitrat + ATP + KoA → Asetil-KoA + ADP + Pi + Oksaloasetat
Selanjutnya asetil-KoA di sitosol ini akan mengalami karboksilasi menghasilkan malonil-
KoA, yang menjadi precursor 14 atom karbon dari ke 16 atom karbon asam palmitat. Reaksi ini
dikatalis oleh asetil KoA karboksilase yaitu sejenis enzim yang mengandung biotin sebagai
gugus prostetiknya. Gugus biotinil ini berfungsi sebagai gugus pembawa CO2pada asetil KoA.
Pada biosintesis asam lemak, terlibat suatu molekul protein pembawa yang disebut
protein pengangkut gugus asil (acyl carrier protein, ACP). ACP adalah protein yang relative
kecil, tahan panas, dengan berat molekul 9000. Gugus prostetiknya adalah 4’-fosfopantetein
yang juga membentk bagian dari struktur koenzim A. Fosfopantetein terikat secara kovalen
melalui gugus fosfatnya pada gugus hidroksil residu serin pada molekul ACP.
Gambar: Acyl Carrier Protein (ACP)
Peran ACP pada biosintesis lemak sama dengan peran koenzim A ada oksidasi asam
lemak. Senyawa antara asil mengalami esterifikasi pada ACP selama reaksi pembentukan rantai
asam lemak. Gugus prostetik 4’fosfopantetein ACP, bersama-sama dengan residu serin yang
terlekat berperan membawa gugus asil yang terikat secara kovalen ari satu tempat aktif enzim
menuju tempat aktif berikutnya dalam urutan yang sesuai. Dalam hal ini ACP membentuk
senyawa kompleks dengan keenam enzim yang berperan dalam keseluruhan
mekanisme biosintesis asam lemak. Keenam enzim tesebut bergabung membentuk enzim
kompleks sintetase asam lemak.
Asam lemak sintase memiliki dua macam gugus sulfihidril esensial.Satu diberikan oleh
satu ugus prostetik 4’fosfopantetein ACP, dan yang lain diberikan oleh residu sistein spesifik
dari 3-ketoasil-ACP sintase.Keduanya berperan alam proses biosintesis asam lemak.
2.12 Tahap-tahap penambahan unit 2-karbon membutuhkan empat tahap
1. Tahap kondensasi
Pada tahap pertama, gugus asil yang berikatan secara kovalen dengan gugus –SH
mengalami reaksi kondensasi untuk membentuk suatu gugus asetoasil yang terikat pada gugus
fosfopantetein-SH, dalam waktu bersamaan dibebaskan molekul CO2. Reaksi ini dikatalisis oleh
3-ketoasil-ACP sintase.

Gugus asetil dipindahkan dari gugus sistein-SH ke gugugs malonil pada –SH
fosfopantetein, sehingga molekul ini menjadi ujung metil unit 2-karbon dari gugus asetoasetil
yang baru. Akibatnya, gugus asetil menggantikan karboksil bebas pada gugus malonil sebagai
CO2. CO2 yang dibentuk pada reaksi ini sama dengan CO2 yang mula-mula masuk ke dalam
malonil-KoA melalui reaksi asetil-KoA karboksilase.Jadi karbondioksida tidak di ikat secara
permanen dalam ikatan kovalen selama biosintesis asam lemak, tetapi memainkan peranan
katalitik di dalam sintesis asam lemak dan dibebaskan pada setiap pemasukan unit 2-karbon.
Pembebasan CO2 dari gugus malonil dalam waktu sementara menciptakan gugus yang
reaktif pada bagian(sisa) 2-karbon ini, sehingga membuat molekul ini segera bereaksi dengan
gugus asetil.
2. Tahap Reduksi 3- Keto
Molekul asetoasetil-S-ACP lalu mengalami reduksi pada gugus karbonil, dengan
mempergunakan NADPH sebagai pembawa elektron untuk membentuk D-3- Hidroksibutiril-S-
ACP di dalam reaksi yang dikatalisis oleh 3-ketoasil-ACP reduktase.Gugus D-3-hidroksibutiril
bukan merupakan bentuk stereoisomer yang sama seperti senyawa antara L-3-hidroksiasil di
dalam oksidasi asam lemak.

3. Tahap dehidrasi
Senyawa D-3-hidroksibutiril-S-ACP didehidrasi oleh 3-hidroksiasil ACP dehidratase
untuk menghasilkan trans-∆2-butenoil-S-ACP.

4. Tahap Penjenuhan
Ikatan ganda pada trans-∆2-butenoil-S-ACP direduksi atau dijenuhkan untuk
membentuk butiril-S-ACP melalui aktivitas enoil-ACP reduktase. NADPH berperan sebagai
pemberi elektron.
Gugus butiril sekarang dipindahkan dari gugus fosfopantetein-SH ke gugus sistein. (gambar)
Gugus asil lemak yang baru sekarang menempati gugus –SH yang semula diikat oleh
gugus asetil. Untuk memulai putaran reaksi selanjutnya, dalam hal untuk memperpanjang rantai
dengan unit 2-karbon lainnya, gugus malonil selanjutnya dipindahkan dari malonil Koa ke
gugus fosfopantetein –SH pada ACP. Gugus butiril lalu meninggalkan gugus SH-sis dan
menggantikan CO2 dari gugus malonil pada gugus ACP-SH. Sekarang gugus asil 6-karbon yang
berikatan secara kovalen dengan gugus fosfopantetein-SH. Gugus 3-ketonya direduksi pada
ketiga tahap selanjutnya pada siklus sintase untuk menghasilkan gugus asil 6-karbon jenuh.
Lalu gugus heksanoil dipindahkan dari fosfopantetein-SH ke gugus sistein-SH. Setelah itu,
dihasilkan palmitoil-S-ACP sebagai produk akhir. Proses pemanjangan ini berhenti pada
karbon 16 dan asam palmitat bebas dilepaskan dari molekul ACP oleh aktivitas enzim hidrolitik.
Biosintesis asam palmitat memerlukan input energi kimia dalam dua bentuk, satu sebagai
energi gugus fosfat ATP dan senyawa pereduksi NADPH. ATP diperlukan untuk membentuk
ikatan tioester pada asetil KoA dan untuk menggabungkan CO2 pada asetil Koa menjadi
malonil KoA, NADPH diperlukan untuk mereduksi ikatan ganda.
NADPH yang diperlukan untuk tahap reduksi di dalam biosintesis asam lemak dihasilkan dari
dua sumber utama. (reaksi)
Kedua reaksi yang menghasilkan NADPH ini terjadi di dalam sitosol.Jika rasio molar
NADPH atau NADP+ tinggi maka ini memberikan lingkungan mereduksi secaraa kuat bagi
berlangsungnya sintesis asam lemak yang bersifat reduktif. Jika rasio molar NADH atau NAD+
di dalam sitosol rendah, NADPH berperan sebagai pemberi utama atom hidrogen pada reaksi
biosintesis yang bersifat reduktif.

BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Kesimpulam yang dapat diambil dari makalah ini adalah
1. Asam lemak merupakan senyawa potensil dari sejumlah besar kelas lipid di alam.Sementara
dalam sistem biologi umumnya asam lemak kebanyakan terdapat menyatu dalamkompleks lipid.
2. Anabolisme asam lemak merupakan pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan
produksi asam lemak dan gliserol sebagai rangka sehingga asam teresterifikasi. Asam
lemak dibentuk oleh kondensasi berganda unit asetat dari asetil CoA. Sebagian besar reaksi
sintetis asam lemak terjadi hanya di kloroplas daun serta di proplastid biji dan akar. Asam
lemak yangdisintesis di kedua organel ini terutama adalah asam palmitat dan asam oleat.
3. Adapun manfaat lipid diantaranya adalah sebagai komponen lemak depot (lemak yang
disimpan) dalam sel tumbuhan/hewan, Sebagai pelindung organ-organ dalam dan sebagai
cadangan energi.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada pembuatan makalah agar lebih detail lagi belajar materi tentang anabolisme lemak supaya
lebih bisa menguasai tentang materi ini.

Anda mungkin juga menyukai