Anda di halaman 1dari 53

10.

1 Pendahuluan
Sejarah mengenai pemikiran dan kebudayaan adalah seperti yang ditunjuk oleh Hegel
dengan sangat jelas, merupakan suatu perubahan pola pemikiran-pemikiran
pembebasan yang hebat yang akhirnya berubah menjadi jaket pengikat yang
menyesakkan dan akibatnya merangsang kehancuran mereka sendiri melalui
konsepsi-konsepsi yang membebaskan dimana pada waktu yang bersamaan juga
mengikatnya langkah pertama untuk memahami manusia adalah memahami model
atau model-model yang mendominasi dan menembus pikiran dan tindakan mereka.
Seperti usaha-usaha lama yang mencoba untuk membuat manusia menyadari akan
kategori-kategori yang membagi bagaiman mereka berpikir aktivitas ini merupakan
sesuatu yang sulit dan kadang kala menyakitkan serta kemungkinan besar akan
memberikan hasil-hasil yang sangat meresahkan tugas kedua adalah menganalisis
model itu sendiri yang dalam hal ini membuat analisis memberikan komitmennya
untuk memantau memodifikasi atau menolaknya atau sampai pada alternatif terakhir
untuk memberikan model yang lebih memadai sebagai gantinya. Keunggulan dari
seperangkat prosedur-prosedur akuntansi adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk
dilakukan. Untungnya Wells dalam sebuah artikel yang berpengaruh ditahun 1976;
membela penelitian apriori sebagai suatu langkah yang dibutuhkan dalam revolusi
pemikiran akuntansi.
Wells melanjutkan dengan menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi
di dalam akuntansi sepertinya mengikuti suatu pola yang diuraikan oleh Kuhn sebagai
sebuah revolusi yang berhasil, sehingga disiplin ilmu akuntansi muncul dari suatu
kondisi krisis. Secara singkat, tesiss Khun adalah suatu ilmu akan didominasi oleh
suatu revolusi di mana paradigma yang berkuasa akan digantikan oleh paradigma baru
yang dominan. Hal yang utama dari pola revolusioner Khun ini adalah definisi dari
kata “paradigma.” Jika diasumsikan bahwa untuk sementara waktu definisi seperti ini
memiliki kemungkinan untuk terjadi, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
paradigma-paradigma di dalam akuntansi. Langkah ini telah diambil pada tahun 1977
oleh American Accounting Association-AAA. (Asosiasi Akkuntansi Amerika), dengan
diterbitkannya Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance SOATATA
(Pernyataan Teori Akuntansi dan Penerimaan Teori). Pernyataan ini
mempertimbangkan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam pemikiran
akuntansi dari sudut pandang “filosofi ilmu pengetahuan,” yaitu, dilihat dari segi

1
pemikiran oleh Khun mengenai bagaimana kemajuan terjadi di dalam ilmu
pengetahuan. SOATATA mengidentifikasikan tiga pendekatan teoritis yang dominan:
1. Pendekatan “Klasik,” (laba sebenarnya/induktif), digunakan oleh baik
“deduksionis normative” maupun “penulis yang positif dan induktif.
2. Pendekatan “kegunaan keputusan,” digunakan oleh mereka yang menekan
modal-modal pengambi keputusan dan berfokkus pada pengambil keputusan
(akuntansi keperilakuan dan penelitian tingkat pasar).
3. Pendekatan “informasi/ekonomi,” dengan sebuah pembedaan yang dibuat
antara “kasus induvidu tunggal” dan “kasus multi-individu.”

Salah satu argumentasi yang dimuat di dalam pernyataan AAA, dan merupakan suatu
hal yang sangat relevan pada studi ini, adalah bahwa meningkatnya jenis-jenis teori
dan pendekatan akuntansi menunjukkan adanya beberapa paradigma yang saling
bersaing tersebut:
Sebagai contoh, satu paradigma, yang dapat diberi nama sebagai “pendekatan
antropologis,” menguraikan praktik profesional dari para akuntan sebagai wilayah
empiris dari akuntansi. Seiring dengan paradigm ini, teori akuntansi diformulasikan
sebagai suatu rasionalisasi, dan dengan menarik kesimpulan dari praktik-praktik
akuntansi yang masih ada. Paradigma yang lainnya sebagian besar tergantung pada
perilaku bursa efek untuk memberikan wilayah empiris dimana teori akuntansi
disusun dan diterapkan. Masih ada pula pandangan umum dari akuntansi yang
menguraikan proses-proses keputusan dari induvidu dan/atau teori-teori keputusan
yang masih ada sebagai wilayah empiris dari teori akuntansi kategorisasi tiga pihak
(tripartite) ini dapat lebih diperluas untuk memasukkan baik pendekatan laba ideal
maupun pendekatan informasi/ekonomi, yang masing-masing mengusulkan suatu
wilayah empiris yang unik dari akuntansi. Pertama, jika penerapan dari konsep Khun
pada interprestasi oleh Wells diterima maka akuntnsi telah memenuhi persyaratan
sebagai suatu ilmu pengetahuan, jika kedua jika usulan SOATATA diterima, akuntansi
adalah suatu ilmu pengetahuan dengan beragam paradigm (multiparadigma). Ada
dua permasalahan yang akan timbul dari penerimaan kedua usulan dari Wells maupun
SOATATA. Pertama, untuk mengatasi kerancuan antara teori dan paradigma, suatu
definisi yang memadai dari sebuah “paradigma.” Harus:
1. Mengategorikan teori hanyalah sebagai komponen dari paradigmaSS
2. Membedakan antara paradigma-paradigma yang saling bersaing dua
keterbatasan dari usulan Wells dan SOATATA.

2
Kedua, akuntansi, seperti kebanyakan ilmu pengetahuan lainnya, tidak memiliki
sebuah paradigm tunggal yang komprensif; akibatnya, paradigma-paradigma
akuntansi yang saling bersaing harus diidentifikasi dengan tepat dan dibatasi untuk
mencapai suatu konsepsi yang benar akan kondisi dari akuntansi.

10.2 KONSEP PARADIGMA


10.2.1 Perubahan-perubahan revolusioner, teori-teori dan paradigma ekuilibrum
tersela
Bagaimanakah suatu disiplin ilmu dapat berubah? Pertanyaan itu telah lama menjadi
sebuah perdebatan Darwinisme dengan pikirannya mengenai perubahan yang
bertambah dan kumulatif sangat jauh dari memadai untuk menjelaskan perubahan-
perubahan yang terjadi pada disiplin dan pertumbuhan ilmu pengetahuan. Sebagai
gantinya, pakar ilmu alam seperti Niles Eldredge dan Stephen Gould menawarkan
suatu pemikiran mengenai revolusi yang berbeda yang dikenal sebagai ekuitlibrum
terselas suatu alternatif di antara periode-periode waktu yang lama dengan
infrastuktur yang stabil dan tambahan adaptasi dan periode-periode pergolakan
revolusioner yang singkat pada dasarnya garis keturunan memiliki bentuk dasar yang
statis (ekuilibrum) di sebagian besar sejarah mereka dan spesies-spesies baru muncul
secara mendadak melalui penyelaan (puntuation) perubahan yang cepat secara
revolusioner dan tiba-tiba (pada titik di mana-seperti didalam model Darwin-
pemilihan alam menentukan nasib dari varisi-variasi baru).” Seperti yang ditunjukkan
dalam tampilan 10.1 model ekuilibrum tersela berbeda dari lawan-lawan
tradisionalnya. Karena setiap teori ekuilibrum tersela menawarkan tiga komponen
utama; struktur yang dalam (deep structure) periode ekuilibrum, dan periode-periode
revolusioner. Yang akan dibahas dalam bab ini adalah penerapan dari paradigma
ekuilibrum tersela pada bidang-bidang ilmiah pada umumnya dan akuntansi pada
khususny.
Persamaan sifat:
Selama periode ekuilibrum, sistem akan menjaga dan melaksanakan pilihan dari
struktur dalam mereka. Sistem akan membuat penyesuaian-penyesuain yang
melindungi struktur dalam dari gangguan internal dan eksternal, dan bergerak secara
perlahan mengikuti jalur yang telah ditentukan dalam struktur dalam. Pencarian

3
pilihan-pilihan struktur dalam yang stabil dapat menghasilkan suatu perilaku yang
bergolak dilihat di permukaan.

Perorangan: Leviinson
Periode-periode penyusun struktur: tugas utamanya adalah menyusun suatu struktur
Kehidupan: di mana seseorang harus membuat beberapa pilihan utama,
menyusu sebuah struktur disekelilingnya, dan mengajar sasaran dan nilai yang
ia cari dalam struktur tersebut. Untuk mengatakan bahwa suatu periode berada
dalam keadaan stabil dalam artian ini adalah tidak benar … untuk mengatakan
bahwa ia dalam keadaan tenang … tugas dalam … menyusun sebuah struktur
sering sekali sangat menegangkan … dan mungkin dapat dilibatkan banyak
jenis perubahan. Masing-masing periode yang stabil ini siklus hidupnya.
(1978: 49) [periode sepertitu] biasanya berlangsung selama 5 hingga 7 tahun,
dengn maksimal 10 tahun (1986: 7).
Kelompok: Gersick (1988)
Masa kehidupan kelompok-kelompok proyek terbentang dalam dua fase utama, yang
dipisahkan oleh suatu periode transisi yang berada di tengah-tengah antara
awal dari kelompok tersebut dan ekspektasi tenggat waktunya. Di dalam setiap
fase, kelompok akan melakukan pendekatan terhadap pekerjaan mereka
melalui kerangka kerja asumsi, pemikiran, dan pola perilaku yang stabil.
Karena masing-masing kerangka kerja berbeda, maka aktivitas dan efek
khusus yang diberikan akan berbeda-beda pula dari kelompok yang satu ke
kelompok yang lain. Selama suatu fase, kelompok akan mengakumulasikan
lebih banyak atau lebiih sedikit pekerjaan, pembelajaran, dan pengalaman di
dalam batasan dari kerangka kerja mereka, namun (meskipun telah dibatasi),
mereka tidak akan mengubah pendekatan fundamental melaksankan tugas
yang sedang mereka hadapi.
Organisasi: Thusman & Romanelli (1985)
Periode-periode konvergan: jangka waktu yang relatif lama dari perubahan
penambahan secara perlahan dan adaptasi yang meliputi struktur, sistem,
pengendalian, dan sumber daya ke arah peningkatan kesamaan penjajaran
(Coalignment), [yang] mungkin atau tidak mungkin dapat dikaitkan dengan
kinerja yang efektif. (:173) [Hal ini] ditandai dengan lamanya waktu, orientasi
strategis, [dan] turbulensi … (: 179) selama periode-periode [ini] … inersi

4
mengalami peningkatan dan kewaspadaan kompetitif mengalami penurunan:
struktur sering kali mendorong strategi. (: 215)
Bidang-bidang ilmiah: Khhun (1970)
Ilmu pengetahuan normal diarahkan pada artikulasi fenomena dan teori yang telah
dikosong oleh paradigma. (: 24) Tiga golongan masalah-penentuan fakta-fakta
yang signifikan, pencocokan fakta dengan teori, dan artikulasi teori-
menghabiskan … literature ilmu pengetahuan normal, baik empiris maupun
teoretis … pekerjaan di bawah paradigma tersebut tidak dapat dilakukan
dengan cara yang lain, dan untuk meninggalkannya berarti akan
memberhentikan ilmu pengetahuan yang ia definisikan. (: 34)
Spesies biologis: Gould (1980)
Transformasi filetis (phyletic) [adalah] penyesuaian kecil didalam populasi [yang]
berurutan dan adaptif. (: 15) [Ia merupakan suatu cara evolusi di mana] tidak
menghasilkan suatu peningkatan dalam keanekaragaman, namun hanyalah
merupakan sebuah transportasi daari satu hal ke hal yang lain. Karena
kepenuhan (yang melalui pembinasaan, dan bukannya evolusi suatu hal baru)
adalah suatu hal yang umum terjadi, suatu biota yang [Hanya mengalami hal
ini, dan] tidak memiliki mekanisme untuk meningkatan keanekaragaman akan
segera lenyap. (: 180)
Teori Agung: Prigogine & Stengers (1984); Haken (1981)
Dalam wilayah-wilayah yang stabil, hukum deterministik akan mendominasi. (: 169)
semua inisiatif inividu ditakdirkan akan menjadi signifikan. … (: 206)
Dalam kondisi – kondisi eksternsl tertentu, tiap –tiap bagian dari sistem
memilikii … kosnfirgurasi yang stabil … atau osilasi … [jika] terdapat
gangguan kecil yang mengganggu sisstem tersebut … tiap – tiap dari sistem
akan kembali tenang ke keaadaan mereka sebelum nya setalah gangguan
tersebut dihilangkan, atau mereka akan mengubah sedikit prilaku mereka
ketika gangguan terssebut terus terjadi. [ :17 ]

10.2.2 Teori umum Khun tentang revolusi ilmiah


Suatu teori tentang revolusi ilmiah akan berfokus pada kemajuan daari ilmu
pengetahuaan dan motivasi dari kemajuan tersebut. Pekerjaan, Thomas Kun berfokus
pada kemajuaan dari ilmu pengetahuan dalam suatu disiplin ilmu tertentu dari ilmu
pengetahuaan umum. Tesis mengenai revolusi ilmiah ini bersandar pada konsep dari

5
paradigma. Namun setelah muncul beberapa kritikan tentang penggunaan yang
berbeda dan tidak konsisten dari istilah ini., Khun, menyempurnakannya di edisi
kedua buku nya :
Di kebanyakan buku ini istilah “Paradigma” digunakan daalam dua artiaan
yang berbeda. Di satu sisi, ia memiliki arti keseluruhan kumpulan keyakinan,
nilai, dan teknik yang di bagi bersama oleh para anggota dari suatu komunitas
tertentu. Sedangkan di sisi yang lain ia merupakan sejenis elemen dari
kumpulan tersebut, solusi teka – teki yang konkret di mana, jika dipergunakan
sebagai model atau contoh, dapat menggantikan aturan – aturan ekslisit
sebagai sebuah dasasr untuk solusi bagi teka – teki yang masih tersisa dalam
ilmu pengetahuan umum.
Paradigma – paradigma ini tidak tetap dominan untuk selamanya. Terdapat beberapa
anomali yang di ketahui. Anomali tersebut merupakan suatu hal yang tidak dapat
diperbaiki. Satu periode ketidakamanan dan krisis muncul dengan adanya perselisihan
antara mereka yang melihat anomali tersebut sebagai suatu kontra – contoh dan
mereka yang tidak melihata nya seperti itu :
Ilmu pengetahuan umum berulang kali salah jalan. Dan ketika hal itu terjadi –
yaitu ketika profesi tidak dapat lagi menghindari anomali – anomali yang
menggugurkan tradisi praktik ilmiah yang ada – maka di mulai lah
penyelidikan besar – besaran yang akhirnya mengarahkan profesi pada
seperangkat komitmen – komitmen baru, suatu dasar yang baru bagi praktik
ilmu pengetahuan.
Persamaan sifat :
Struktur dalam adalah suatu jaringan keranga kerja, “ pilihan –pilihan” yang
interdependen dari suatu konfigurasi dasar yang menyusun unit – unit suatu sistem,
dan aktifitas –aktifitas yang mempertahankan baik konfigurasi maupun pertukaran
sumber daya yang dimiliki oleh sistem dengan lingkungannya. Struktur dalam pada
sistem – sistem yang diciptakan manusia sebagian besar implisit.
Perorangan : Levinson [1986: 6]
Struktur kehidupan : Pola atau rancangan yang mendasar dari kehidupan seseorang
pada suatu
Saat tertentu …Struktur kehidupan [ adalah jawaban atas pertanyaan ] : “
Seperti apakah kehidupan saya yang sekarang? Apakah bagian yang paling
penting dari kehidupan saya, dan bagaimanakah meraka saling berhubungan?”

6
komponen-komponen utama dari suatu struktur kehidupan adalah hubungan
orang tersebut dengan bermacam-macam orang lain di dunia luar.
Kelompok: Gersick (lihat 19988: 17, 21)
Kerangka kerja: seperangkat hal tertentu mengenai situasi kelompok dan bagaimana
ia akan berperilaku yang akan membentuk suatu landasan yang stabil di mana
kelompok akan beroperasi. Kerangka kerja sebagian dapat bersifat eksplisit
namun terutama bersifat implisit. Mereka merupakan suatu jaringan strategi-
strategi pelaksanaan, pola-pola interaksi, asumsi-asumsi dan pendekatan-
pendekatanyang terintegrasi ke arah konteks pihak dan luar tugas-tugas
kelompok.
Organisasi: Thusman & Romanelli (1985: 176)
Orientasi strategis: menjawab pertanyaan: hal apakah yang dikonvergensikan?
Meskipun [hal tersebut] mungkin atau pula tidak bersifat eksplisit, hal tersebut
dapat dijabarkan dalam [lima segi]: (1) kepercayaan dan nilai-nilai utama
mengenai perusahaan, karyawan, dan lingkungannya; (2) produk-produk,
pasar, teknologi, dan pemilihan waktu yang kompetitif; (3) distribusi
kekuasaan; (4)struktur organisasi; dan (5) hakikat, jenis, dan seberapa besar
pengaruh dari sistem-sistem pengendalian.
Bidang-bidang ilmiah: Khuhn (1970)
Paradigma: pencapaian-pencapain ilmiah yang telah diakui secara universal yang
secara waktu memberikan suatu model permasalahan dan solusinya kepada
suatu komunitas praktisi. (:viii) [Paradigma mengindikasikan] apa arti data,
instrumen-instrumen apa yang digunakannya untuk mendapakannya, dan
konsep-konsep apa sajakah [yang] relevan terhadap interpretasinya. (: 122)
[Akan tetapi, para ilmuan] lebih baik dari pada orang awam dalam menandai
dasar-dasar yang telah baku dari bidang-bidang yang mereka jalani …
Abstraksi semacam itu terutama ditunjukkan oleh kemampuan mereka untuk
melakukan penelitian yang berhasil. (: 47)
Spesiaes biologis: Goould (1989); wake, Roth & Wale (1983: 218-219)
Program-program Genetik: stasis adalah … suatu fitur aktif dari organisme dan
populasi … yang sebagian besar didasarkan atas epistasis kompleks dalam-
dalam program genetik, urutan-urutan perkembangan yang ulet dan terbatas.
(: 124) [ Sistem kebutuhan membutuhkan proses-proses internal yang sangat
spesifik.] … kondisi yang mengatur setiap proses internal diberikan oleh

7
proses-proses yang sebelumnya terjadi didalam sistem, [yang membentuk
suatu jaringan] interaksi sirkuler: [aktivitas dari setiap elemen yang
memengaruhi keseluruhan elemen]. Setiap … perubahan dari sistem harus
tetap berada didalam … batasan-bataswan dari proses dari produksi sirkuler
dan pemeliharaan elemen-elemen atau sistem akan menyusut dengan
sendirinya. Tidak ada elemen yang dapat berinteraksi dengan lingkunggan
secara independen … dan tidak ada perubahan (revolusi) independen dari satu
elemen yang dapat terjadi … hal yang sama berlaku pada “aktivitas” dari gen:
mereka tidak pernah “mengekspresian” diri mereka secara langsung dan
llinier. Akibatnya organisme telah berevolusi sebagai sistem yang tahan
terhadap perubahan, bahkan perubahan genetic sekallipun.
Teori Agung: Haken (1981: 17)
Parameter-parameter urutan : Cara-cara kolektif … yang menentukan urutan dari
sistem secara keseluruhan … Parameter-parameter urutan … mungkin bersifat
material, seperti misalnya mplitudo dari gelombang secara fisik, [atau]
immaterial, seperti sebuah ide atau symbol … sekali … ditetapkan, mereka
menggambarkan aksi dari suau subsistem … pada tingkat mikroskopis.
Krisis ini terus berlanjut dengan munculnya perangkat-perangkat dan ide-ide alternatif
dan identifikasi yang jelas dari kumpulan pemikiran. Apa yang sebenarnya terjadi
selama periode krisis tidak diketahui dengan jelas. H. Gilman McCann mengusulkan
tingkat karakteristik teoretis dan pekerjaan kuantatif berikut ini yang dikaitkan dengan
periode-periode awal dan akhir dari suatu ilmu pengtahuan normal:
1. Tingat dari pekerjaan teoretis akan naik seiring dengan perkembangan
revolusi. Kenaikkan ini terdiri atas (a) peningkatan tingkat pekerjaan teoritis
di antara para pengikut dari paradigma yang ditentukan dan (b) suatu tingkat
pekerjaan teoretis dari para pengikut paradigma baru yang pada awalnya
tinggi, kemudian selanjutnya diikuti oleh suatu penurunan setelah keberhasilan
dari paradigma baru tersebut telah dapat dipastikan.
2. Pergeseran kepada paradigma baru akan lebih dahuli terjadi pada makalah-
makalah teoritis dibandingkan dengan yang lain.
3. Tingkat pekerjaan kuantatif akan meningkat seiring dengan pekerbangan
revolusi. Peningkatan ini terdiri atas (a) peningkatan, kemungkinan
selanjutnya diikuti oleh penurunan, pada tingkat pekerjaan di antara para
pengikut dari paradigma yang ditentukan dan (b) suatu tingkat pekerjaan

8
kkuantitatif yang tinggi pada awalnya di antara para pendukung dari
paradigma baru, kemuadian kemungkinan diikuti oleh suatu penurunan setelah
paradigma tersebut berhasil dan masalah-masalah baru muncul dipermukaan.
4. Pergeseran kepada paradigma baru akan lebih dahulu terjadi di antara
makalah-makalah kuantatif dari pada yang lainnya.
5. Peningkatan tingkat pekerjaan kuantitatif akan paling nyata terlihat di antara
makalah-makalah teoritis.
6. Akan terjadi peningkatan jumlah penulis seiring dengan perkembangan
revolusi.
7. Akan terjadi peningkatan produktivitas dari pada penulis seiring dengan
kemajuaan revolusi.
8. Pergeseran kepada paradigma baru akan lebihdahulu terjadi di antara makalah-
makalah dari penulis-penullis yang lebih muda dibanding makalah-makalah
dari penulis yang lebih tua.
9. Para pendukung dari paradigma baru akan lebih mudah dari pada para
pembela paradigma yang lama.
10. Akan terdapat makalah netral.
11. Proporsi dari penghargaan kepada para penulis yang mendukung paradigma
baru akan meningkat selama revolusi terjadi.
Semua hukum dan dalil akan menjadi subjek dari kesaksian empiris. Akan tetapi,
penolakan akhir dari satu paradigma demi paradigma yang lain tidak sepenuhnya
bergantumg kepada bukti empiris belaka. Factor-faktor nonlogis termasuk pandangan-
pandangan metafisik, posisi filosofi, etnosentrisme, nasionalisme, karakteristik sosial
dari komunitas ilmiah, mungkinn memiliki pengaruh dan keputusan yang diambil.
Dominasi dari paradigma baru ini didukung oleh pengakuan yang diberikan kepada
para pendukungnya. Pengakuan ilmiah, dan bukannya uang atau kekuasaan, yang
menjadi faktor pemberi motivasi bagi para peneliti dalam paradigma dan komunitas
ilmiah tertuntu. Pada dasarnya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial untuk
informasi. Seperti yang dinyatakan oleh Hagstrom: “Manuskrip-manuskrip yang
ditujukan ke jurnal-jurnal ilmiah sering kali disebut “kontribusi” dan pada
kenyataanya, mereka memang merupakan hadiah.
Pada umumnya, penerimaan suatu hadiah oleh seorang individu atau suatu
komunitas memiliki artian semacam pengakuan atas status dari donor dan
adanya satu jenis hak timbal-balik dalam ilmu pengetahuan. Penerimaan
manuskrip-manuskrip hasil kontribusi oleh jurnal-jurnal ilmiah akan
menetapkan status donor sebagai seorang ilmuan-dan memang, status sebagai

9
seorang ilmuan-dan memang, status sebagai seorang ilmuan hanya dapat
dicapai dengan banyak memberikan hadiah-dan hal ini akan memastikan
gengsinya di mata komunitas ilmiah.
Meskipun sulit untuk menentang pemikiran bahwa pengakuan adalah motivasi utama
bagi para peneliti dalam disiplin ilmu apa pun, akan tetapi menarik untuk
mengungkapkan argumentasi bahwa kekuatan penggeraknya adalah kepuasan yang
diperoleh dari mendapat hasil pekerjaan yang dilakkukan dengan baik. Merton
mengungkapkan kasus inni sebagai berikut:
Pengakuan mengenai orisinialitas menjadi kesaksian yang telah divalidasikan secara
sosial bahwa seseorang telah berhasil menjalani persyaratan yang paling sulit dari
peran seorang ilmuan. Citra diri dari seorang ilmuan juga akan sangat bergantung
pada penilaiaan dari rekan ilmuan sejawatnya mengenai sampai sejauh mana ia telah
menjalani aspek yang sulit dan sangat pentingdari perannya tersebut.
Namun bagaimanapun, terdapat suatu permata kejujuran psikologis dalam
kecurigaan yang melingkupi dorongan untuk mendapat pengakuan dalam ilmu
pengetahuan. Semua imbalan intrinstik-ketenaran, uang, jabatan-secara moral
memiliki arti ganda dan memiliki kemungkinan merusak nilai-nilai
kebudayaan yang dijunjung tinggi: karena selama imbalan diberikan, mereka
dapat menggantikan motif awalnya: perhatian akan pengakuan dapat
menggantikan perhatian akan keinginan untuk memajukan ilmu pengetahuan.
Dengan pengakuan sebagai suatu sasaran ataaupun sebagai tandaa pekerjaan yang
telah dilakukan dengan baik, para peneliti dalam pradigma yang dominan, dan
pradigma lain yang masih berjuang (“penentang”), mengomunikasikan informasi yang
mereka miliki baik melalui saluran-saluran komunikasi resmi untuk pengakuan
institusional maupun melalui komunikasi tidak langsung untuk pengakuan dasar.

10.2.3 Pandangan dari Ritzer mengenai banyaknya pradigma yang diterpkan pada
akuntansi
Hal utama dari teori umum mengenai revolusi ilmiah adalah definisi yang tepat dari
konsep suatu paradigma. Penggunaan istilah ini oleh Khun memiliki arti yang berbeda
dan tidak konsisten. Defenisi sempit yang diberikan oleh epilog dari edisi kedua
bukunya masi di anggap kabur. Defenisi tersebut tidak berhasil mengurangi kritik-
kritik keras yang diarahkan kepada perubahan pandangan dan Khun bahwa pradigma
mengalami knaikan dan penurunan sebagai akibat dari factor-faktor politis menjadi

10
pandangan yang melihat bahwa satu pradigma lebih unggul dari pradigma yang
lainkarena alasan-alasan yang benar, termasuk “akurasi, ruang lingkup, kesederhanan,
keberhasialan dan sejenisnya.” Seperti misalnya, George Ritzer yang menentang
dengan mendukung pandangan pertama dan berpendapat bahwa munculnya
paradigma pada dasarnya adalah merupakan sebuah fenomena politis. Ia menyatakan:
Satu paradigm lebih unggul dari yang lain karena para pendukungnya
memiliki lebih banyak kekuasaan daripada mereka yang mendukung
paradigma-paradigma lawan dan bukannya karena paradigma mereka “lebih
baik” daripada para pesaingnya. Sebagai contoh, paradigm yang para
pendukungnya mengendaliakan jurnal-jurnal yang paling berpengaruh di satu
bidang ilmu dan karenanya menentukan apa yang akan diterbitkan, akan
memiliki kemungkinan besar mendapatkan keunggulan awal daripada
paradigma yang pendukungnya kurang memiliki akses ke keluaran-keluaran
bergensi bagi hasil pekerjaannya. Demikian pula, posisi kepemimpinan di
bidang yang bersangkutan kemungkinan besar diberikan ke para pendukung
dari paradigma yang dominan dan memberikan sebuah landasan untuk
menyatakan posisi mereka dengan sebuah letimasi yang cukup signifikan. Para
pendukung dari para paradigma yang berusaha unntuk mendapatkan hegomoni
di dalam suatu bidang sudah jelas akan berada dalam keadaan merugikan,
karena mereka tidak memiliki kekuasaan yang dicontohkan di atas. Namun
bagaimanapun, mereka dapat, dengan melakukan perang politis sendiri,
menggulingkan suatu paradigma yang dominan dan meraih posisi tersebut.
Hanya sedikit yang setuju dengan argumentasi dari Ritzer tentang pandangan yang
pertama dan juga berpendapat bahwa alasan yang dikemukakan dalam pandangan
kedua adalah bergantung pada paradigma. Dengan berpandangan bahwa paradigma
adalah bergantung kepada politik, Ritzer menawarkan definisi dari suatu paradigma
berikut ini:
Suatu paradigma adalah sebuah gambaran fundamental dari subjek
permasalahan yang terdapat di dalam suatu ilmu pengetahuan. Ia berfungsi
untuk mendefinisikan apa yang seharusnya ditanyakan, dan aturan-aturan apa
sajakah yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
Paradigma adalah unit terluas dari consensus di dalam suatu ilmu pengetahuan
dan berfungsi untuk membedakan satu komunitas ilmiah (atau subkomunitas)
dari komunitas yang lain. Ia menggolongkan, mendefinisikan, dan mengaitkan

11
eksemplar (contoh), teori, metode, dan instrumen-instrumen yang terdapat di
dalamnya.
Komponen-komponen dasar suatu paradigma yang muncul dari definisi Ritzer:
1. Suatu contoh, atau suatu bagian pekerjaan yang menjadi sebuah modal bagi
mereka yang bekerja di dalam paradigma.
2. Suatu gambaran dari subjek permasalahan;
3. Teori; dan
4. Metode dan instrument.
Bab ini menggunakan definisi dari Ritzer untuk menganalisis komunitas-komunitas
atau subkomunitas-subkomunitas ilmiah dalam akuntansi dengan asumsi bahwa:
1. Akuntansi tidak memiliki suatu paradigma tunggal yang komprehensif dan
merupakan suatu ilmu pengetahuan multiparadigma; dan
2. Masing-masing paradigma akuntansi ini berusaha untuk mendapatkan
penerimaan, bahkan dominasi atas disiplin ilmu yang bersangkutan.
Meskipun dinyatakan dalam istilah paradigm yang saling bersaing, pernyataan berikut
ini dapat digunakan untuk menentang paradigma yang saling bersaing:
Meskipun nilai dari peramalan suatu teori bagi para pengguna akan
memengaruhi penggunaannya, ia bukanlah satu-satunya hal yang menentukan
keberhasilan. Karena biaya dari kesalahan dan implementasi akan beragam,
beberapa teori mengenai fenomena dapat muncul secara bersama untuk tujuan-
tujuan peramalan. Namun, hanya satu yang akan diterima secara umum oleh
para teoritikus. Dalam menerima satu teori di atas teori yang lain, para
teoritikus akan dipengaruhi oleh daya tarik intuitif dari penjelasan teori
tersebut mengenai fenomena yang berlangsung dan rentang fenomena yang
dapat ia jelaskan dan ramalkan, sekaligus dan kegunaan dari peramalan
tersebut bagi para pengguna.
Usulan-usulan di bawah ini dibuat oleh terbitan dari American Accounting
Association pada tahun 1977, yang berjudul Statement of Accounting Theory dan
Theory Acceptance, paradigma-paradigma berikkut ini diusulkan oleh terbitan
tersebut:
1. Paradigma antropologis/induktif;
2. Paradigma laba sebenarnya (true-income)/deduktif;
3. Paradigma kegunaan keputusan (decision-usefulness)/model keputusan;
4. Paradigma kegunaan keputusan/pengambil-keputusan (decision-
maker)/perilaku para agregat (aggregate-market-behavior);
5. Paradigma kegunaan-keputusan/pengambil-keputusan/pengguna-individu;
6. Paradigm informasi/ekonomi.

12
Paradigma 1-5 akan dibahas pada bagian-bagian berikutnya dengan sebuah fokus
utama pada empat komponen dari contoh, gambaran, teori, dan metode.

10.3 PARADIGMA ANTROPOLOGIS/INDUKTIF


10.3.1 Contoh
Beberapa studi memenuhi syarat sebagai contoh dari paradigma
antropologis/induktif-yaitu, pekerjaan yang dilakukan oleh Gilman, Hatfield, Ijiri ,
Littleton, dan Paton. Para penulis dari studi-studi ini berbagai perhatian yang sama
untuk pendekatan deskriptif-induktif terhadap penyusunan dari sebuah teori akuntansi
dan suatu kepercayaan pada nilai dari praktik-praktik akuntansi yang masih ada.
Sebagai contoh, Ijiri memiliki pendapat bahwa perhatian utama dari akuntansi adalah
berfungsihnya hubungan-hubungan akuntabilitas diantara pihak-pihak yang
berkepentingan. Pengukuran objekttifnya adalah kinerja ekonomi dari perusahaan.
Berdasarkan atas diskusi yang berkaitan dengan metologi penelitian dan peranan
logika dalam penyusunan teori dan formulasi kebijakan dalam akuntansi, Ijiri
menyajikan akuntabilitas sebagai teori deskriptif dari akuntansi:
Apa yang kita tekankan di sini adalah bahwa praktik akuntansi yang berlaku
sekarang dapat diinterpretasikan dengan secara lebih baik jikan kita
memandanng akuntabilitas sebagai sasaran dasar. Kami juga menyarankan
bahwa kecuali jika akuntansi dipandang dalam artian seperti ini. Sebagaian
besar dari praktik yang berlaku sekarang akan tampak terlihat seperti
inkonsisten dan tidak rasional.
Sebagai pembelaan dari pada dikmanya dan menyanggah krtik-krtik dari para
penganjur akuntansi biaya saat ini dan nilai saat ini, Ijiri juga menyajikan suatu model
aksiomiatik dari praktik akuntansi yang sedang berjalan yang mengevaluasi seberapa
pentingnya biaya historis jika dilihat dari segi akuntabilitas dan pengambilan
keputusan.
Littleton mengambil perinsip akuntansinya dari pengamatan praktik akuntansi
yang mengevaluasi signifikansi biaya historis dalam akuntabilitas dan pengambilan
keputusan.
Para pengajar pembukuan dan kemudian akuntansi dan audit menemukan
bahwa perlu ditambahkan penjelasan dan jistifikasi pada aturan-aturan dan

13
uraian dari prosedur yang telah terakkulasi. Hal ini dilakukan agar studi yang
dilakukan hendaknya lebih dari pada sekadar penghapalan aturan-aturan.
Karenya, tepat jika dikatakan bahwa baik metode-metode praktik maupun
penjelasan dari teori secara induktif diperoleh dari pengalaman.
Teori yang baik diciptakan melalui praktik dan selain itu, diprsiapkan pula
oleh praktik. Akhirnya, di mana ditemukan adanya bukti integrasi ide-ide
akkuntansi, maka ia akan memperkuat keyakinan bahwa akuntansi memiliki
kemumgkinan untuk dibangun di dalam sebuah sistem yang terdiri atas
penjelasan dan justifikasi yang terkoordinasi mengenai apakah arti dari
akuntansi dan ia dapat menjadi apa nantinya.
Dua studi lain Gordon dan oleh Watts dan Zimmerman memenuhi prasyarat sebagai
contoh dari paradigma antropologis/induktif. Kedua studi tersebut meyatakan bahwa
manajemen akan memilih aturan akuntansi yang cenderung meratakan laba dan tigkat
pertumbuhannya. Gordon menyatakan teori perataan laba sebagai berikut:
Dallil 1: Kriteria yang digunakan oleh manajemen perusahaan dalam
melakukan pemilihan di antara prinsip-prinsip akuntansi adalah maksimalisasi
dari kegunaanya atau kesejahteraannya…
Dalil 2: kemampuan dari manajemen akan meningkat seiring dengan
meningkatnya:
1. Keamanan jabatannya,
2. Tingkat dan tingkat pertumbuhan dan penghasilan manajemen, dan
3. Tingkat dan tingkat pertumbuhan ukuran perusahaan…
Dalil 3: pencapaian sasaran manajemen yang dinyatakan dalam Dalil 2
sebagian akan bergantung pada tingat kepuasan para pemegang saham
terhadap kinerja perusahaan; yaitu dengan semua hal yang lain diasumsikan
sama, semakin senang para pemegang saham, maka akan semakin besar
keamanan jabatan, dan penghasilan seterusnya dari pihak manajemen…
Dalil 4: kepuasan pemegang saham atas suatu perusahaan meningkat seiring
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata laba perusahaan (atau tingkat
pengambilan rata-rata atas modalnya) dan stabilitas labanya. Dalil ini dapat
diverivikasi dengan segara sperti Dalil 2.
Teorema: jika keempat dalil di atas diterima atau ternyata ditemukan terbukti
benar, hal selanjutnya yang akan mengikuti adalah bahwa manajemen berada
dalam batasan kekuasaannya yaitu ruang gerak yang diperbolehkan oleh

14
aturan-aturan akuntansi,
1. Meratakan laba yang dilaporkan, dan
2. Meratakan tingkat pertumbuhan laba.
Dengan “meratakan tingkat pertumbuhan laba,” kita bermaksud seperti ini:
jika tingkat pertumbuhan tinggi, maka praktik-praktik akuntansi yang dapat
menguranginya akan diterapkan, dan begitu pula sebaliknya.
Beberapa tes-tes empiris di dalam literatur peralatan laba tidak memberikan
konfirmasi bagi model dari Gordon. Begitu pula asumsi yang dilontarkan Gordon
bahwa kepuasan pemegang saham sepenuhnya merupakan fungsi positif dari laba dan
bahwa peningkatan harga saham akan selalu diikuti oleh peningkatan laba akuntansi,
telah mendapat pertentaga yang serius. Untuk menghindari jebakan-jebakan yang
mungkin ada di dalam model Gordon, Watts Zimmerman mencoba untuk memberika
suatu teori positif dari akuntansi dengan mengeksplorasi factor-faktor yang
memengaruhi sikap manajemen terhadap standar-standar akuntansi. Di awalnya,
Watts Zimmerman berasumsi bahwa kegunaan dari maajemen merupakan suatu
fungsi positif dari ekspetasi kompetensi periode-periode masa yang akan datang dan
satu fungsi negatif dari penyebaran kompensasi di masa yang akan datang. Analisis
yang mereka lakukan menunjukkan bahwa pilihan standar akuntansi dapat
memengaruhi arus kas suatu perusaan melalui perpajakan, regulasi, biaya-biaya
politis, biaya pembuatan informasi, dan rencana-rencana kompensasi manajemen:
Empat faktor yang permata meningkatkan kekayaan manejerial dengan
meningkatkan arus kas, dan, akibatnya, harga saham. Faktor terakhir dapat
meningkatkan kekayaan manejerial dengan mengubah syarat-syarat dari
kompensasi insentif.

10.3.2 Gambaran subjek permasalahan


Bagi mereka yang meneraokan paradigma antropologis/induktif, subjek permasalahan
yang mendasar adalah:
1. Praktik-praktik akuntansi yang sudah ada, dan
2. Sikap manajemen terhadap praktik-praktik tersebut.
para pendukung dari pandangan ini menyatakan secara umum bahwa teknil-tekniknya
dapat diperoleh dan dijustifikasikan berdasarkan atas penggunaan mereka yang telah
diuji atau bahwa manajemen memainkan suatu peranan utama dalam menentukan
teknik-teknik yang akan diimplementasikan. Konsekuensinya tujuan penelitian

15
akuntansi yang dikaitkan dengan paradigm antropologis/induktif adalah untuk
memahami, menjelaskan, dan meramalkan praktik-praktik akuntansi yang sudah ada
sebagai contoh, Ijiri memandang misi dari pendekatan paradigmatic ini sebagai
berikut:
jenis pemikiran induktif untuk mendapatkan sasaran yang implisit di dalam
perilaku suatu sistem yang sudah ada tidak dimaksudkan untuk menjadi pro-
kekuasaan untuk mempromosikan pemeliharaan pihak status quo. Tujuan dari
pelaksanaan seperti itu adalah untuk menyoroti di mana perubahan-perubahan
paling dibutuhkan dan di mana mereka layak untuk dilakukan. Perubahan yang
disarankan sebagai suatu hasil dari studi semacam itu memiliki kemungkinan
yang lebih tinggi untuk dapat diimplementasikan secara nyata.32

10.3.3 Teori
Empat teori dapat dipertimbangkan sebagai bagiab dari paradigma
antropologis/induktif:
1.ekonomi informasi;33
2.model analitis/keagenan;34
3.perataan laba/hipotesis manajemen penghasilan;35 dan
4.teori positif dari akuntansi.36

10.3.4 Metode
Mereka yang menerapkan paradigma antropologis/induktif cenderung akan
menerapkan salah satu dari tiga teknik di bawah ini:
1.teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian perataan laba;37
2.teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian manajemen penghasilan;38 dan
3.teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian teori positif;39

10.4 PARADIGMA LABA SEBENARNYA/DEDUKTIF


10.4.1 Contoh
Studi-studi yang memenuhi persyaratan sebagai contoh dari paradigma laba
sebenarnya/deduktif adalah hasil karya dari Alexander, Canning, Edward dan Bell,
MacNeal, Moonitz, Paton, Sprouse dan Moonitz dan Sweeney. 40 Para penulis tersebut
berbagai suatu perhatian pada suatu pendekatan normatif-deduktif terhadap

16
penyusunan sebuah teori akuntansi dan, dengan pengecualian bagi Alexander, suatu
keyakinan bahwa, idealnya, laba yang diukur dengan menggunakan satu dasar
penilaian tunggal akan mampu memenuhi kebutuhan dari semua pengguna. Para
peneliti ini juga sepenuhnya menyetujui pendapat bahwa informasi harga saat ini
adalah lebih berguna daripada informasi biaya historis yang konvensional bagi para
pengguna dalam membuat pengambilan keputusan ekonomi. Paton, misalnya,
menolak pandangan dari teori kepemilikan (propriety theory) atas akun-akun dengan
menyatakan ulang teori akuntansi dengan suatu cara yang konsisten terhadap kondisi
dan kebutuhan dari perusahaan bisnis sebagai suatu entitas atau kepribadian yang
berbeda. Menurut Paton, akuntansi memainkan sebuah peranan yang signifikan dan
relevan dalam perusahaan dan dalam masyarakat:
Jika kecenderungan dari proses ekonomi seperti yang ditunjukkan oleh harga-
harga pasar akan dicerminkan secara rasional dalam keputusan-keputusan dari
para manajer bisnis, mesin untuk mencatat dan menerjemahkan secara efisien
data-data statistik semacam itu harus tersedia; dan skema akuntansi yang baik
mencerminkan suatu bagian yang penting dari mekanisme seperti itu..
Untuk menempatkan masalah ini dalam syarat-syarat yang sangat umum,
akuntansi yang sampai sejauh ini memberikan kontribusinya pada keefektifan
dari pengendalian atas sistem harga seperti pada aktivitas ekonomi yang
memberikan kontribusi pada efisiensi produktif secara umum dan memiliki arti
sosial yang jelas, suatu nilai bagi komunitas industri secara keseluruhan.41

Teori Paton mengenai sistem akuntansi terdiri atas suatu pembahasan logis dan
justifikasi dari struktur akuntansi dilihat dari segi kelompok-kelompok fundamental
dari akun-akun; kepemilikan dan kewajiban; akun harta dan entitas; jenis-jenis
transaksi; pengeluaran, pendapatan, dan akun-akun tambahan; klasifikasi akun;
analisis periodik; serta konsep debit dan kredit. Paton menyatakan:
Pandangan liberal yang menyatakan bahwa, secara ideal, seluruh perubahan
dari nilai secara bonafide ke arah mana pun, dari sebab apa pun juga,
hendaknya tercermin di dalam akun-akun dan telah diterapkan tanpa
argumentasi. Untuk menunjukkan bahwa seluruh kemungkinan jenis-jenis
situasi dan transaksi dapat ditangani dengan cara yang rasional sesuai dengan
prinsip yang berlaku adalah alasan utama dari sikap seperti ini.42

17
10.4.2 Gambaran subjek permasalahan
Bagi mereka yang menerapakan paradigma laba sebenarnya/deduktif, subjek
permasalahan yang mendasar adalah:
1.penyusunan suatu teori akuntansi berdasarkan pada pemikiran yang logis dan
normatif dan ketegasan konseptual; dan
2.suatu konsep laba yang ideal berdasarkan pada metode lain di samping metode
biaya historis.
MacNeal menyatakan suatu konsep laba ideal sebagai berikut:
Terdapat satu definisi yang tepat dari laba dalam artian akuntansi. “Laba”
adalah suatu peningkatan kekayaan bersih. “Kerugian” adalah penurunan
dari kekayaan bersih. Definisi ini merupakan definisi seorang ekonom. Ia
singkat, jelas, dan dapat ditunjukkan secara matematis.43
Alexander, yang juga mengemukakan mengenai suatu konsep laba ideal,
menyatakan:
Kita juga harus menemukan apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang
ideal, di mana laba akuntansi hanya memiliki perbedaan sampai sejauh
tingkatan bahwa ideal adalah suatu hal secara praktik tidak akan dapat
terpenuhi, atau apakah laba ekonomi adalah suatu hal yang pantas bahkan
jika tidak dapat diukur dengan pasti.44

10.4.3 Teori
Teori-teori yang muncul dari paradigma laba sebenarnya/deduktif menyajikan
alternatif-alternatif bagi sistem akuntansi biaya historis. Secara umum, ada lima teori
atau kelompok pemikiran yang dapat diidentifikasikan:
1.akuntansi tingkat harga yang telah disesuaikan (atau daya beli saat ini);45
2.akuntansi biaya penggantian;46
3.akuntansi nilai pembatasan;47
4.akuntansi kontemporer (nilai bersih yang dapat direalisasikan) secara kontinu;48
5.akuntansi nilai sekarang.49
Masing-masing teori di atas menyajikan metode-metode alternatif dari penilaian
aktiva dan penentuan laba yang diduga dapat mengatasi kelemahan-kelemahan dari
sistem akuntansi biaya historis.

10.4.4 Metode

18
Bagi mereka yang menerima paradigma laba sebenarnya/deduktif umumnya
menerapkan pemikiran analitis untuk membenarkan penyusunan dari suatu teori
akuntansi atau untuk mengungkapkan mengenai keunggulan-keunggulan dari model
penilaian aktiva/penentuan laba tertentu selain dari akuntansi biaya historis. Para
pendukung dari paradigma ini umumnya melanjutkan dari tujuan dan postulat-postulat
mengenai lingkungan hingga ke metode-metode yang spesifik.

10.5 PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN/MODEL


KEPUTUSAN
10.5.1 Contoh
Chambers adalah salah seorang yang pertama kali mengemukakan mengenai
paradigma kegunaan keputusan/model keputusan ini:
Oleh sebab itu, merupakan suatu akibat yang wajar dari asumsi adanya
manajemen yang rasional bahwa akan terdapat suatu sistem yang
memberikan informasi; di mana sistem semacam itu diminta baik sebagai
dasar untuk keputusan maupun sebagai dasar untuk meninjau konsekuensi-
konsekuensi dari keputusan. ... Sebuah sistem yang akan memberikan
informasi secara formal akan memenuhi kedua dalil di atas.
Hal yang pertama merupakan suatu persyaratan dari seluruh wacana
logis. Sistem secara logika hendaknya konsisten; tidak diperbolehkan adanya
aturan atau proses yang bertentangan dengan aturan atau proses mana pun
juga. ... Dalil yang kedua muncul dari penggunaan laporan-laporan akuntansi
sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan dengan konsekuensi
praktis. Informasi yang diberikan oleh sistem semacam itu hendaknya
relevan dengan keputusan yang diharapkan akan difasilitasi oleh
pembuatannya.50
Chambers tidak mengejar pandangan mengenai paradigma kegunaan keputusan/model
keputusan (decision-model) ini. Ia lebih memilih untuk mendasarkan suatu teori
akuntansi berdasarkan atas kegunaan dari “setara kas lancar,” daripada pada model-
model keputusan dari kelompok-kelompok pengguna tertentu. Demikian pula, May
menawarkan suatu daftar kegunaan dari akun-akun keuangan tanpa secara eksplisit
menerapkan pendekatan model keputusan di dalam formulasi dari suatu teori
akuntansi.51 Menurut May, akun keuangan digunakan sebagai:

19
1.laporan mengenai keputusan;
2.suatu bagi kebijakan fisikal;
3.suatu kriteria mengenai legalitas dan deviden;
4.suatu pedoman untuk menyadarkan aktivitas deviden;
5.suatu basis bagi pemberian kredit;
6.informasi bagi calon-calon investor prospektif;
7.suatu pedoman untuk mengenai nilai dari investasi yang telah dihasilkan;
8.bantuan bagi supervisi pemerintah;
9.suatu basis untuk regulasi tingkat harga;
10.suatu basis untuk perpajakan.

Bahkan, perkataan yang dilontarkan oleh Beaver, Kennelly dan Voss, dan Sterling
dapat dianggap sebagai contoh sejati dari paradigma kegunaan keputusan/model
keputusan ini.52 Beaver, Kennelly dan Voss mengkaji asal dari kriteria kemampuan
peramalan, hubungannya terhadap fasilitasi dari pengambilan keputusan, dan
kesulitan-kesulitan potensil, yang dikaitkan dengan implementasinya. Menurut
kriteria kemampuan peramalan ini, metode-metode alternatif dari pengukuran
akuntansi dievaluasi dengan dengan dilihat dari segi kemampuan yang mereka miliki
untuk meramalkan peristiwa-peristiwa ekonomi:
Ukuran yang memiliki kekuatan peramalan terbesar dalam kaitannya dengan
suatu peristiwa tertentu akan dianggap sebagai metode “terbaik” untuk tujuan
tersebut.53
Kriteria kemampuan peramalan ini disajikan sebagai suatu kriteria tujuan, dalam arti
bahwa data akuntansi seharusnya dievalusi berdasarkan atas tujuan atau kegunaannya,
yang merupakan suatu hal yang berlaku umum di dalam akuntansi dalam fasilitasi
pengambilan keputusan. Kriteria kemampuan peramalan diasumsikan sebagai sesuatu
yang relevan, bahkan ketika diterapkan bersama-sama dengan model keputusan
berspesifikasi rendah;
Karena peramalan merupakan suatu bagian yang inheren dalam proses
pengambilan keputusan, pengetahuan mengenai kemampuan peramalan dari
ukuran-ukuran alternatif adalah suatu persyarat untuk menggunakan kriteria
pengambilan keputusan. Dalam waktu yang bersamaan, ia memungkinkan
ditariknya kesimpulan sementara sehubungan dengan pengukuran-
pengukuran alternatif, yang msih menunggu konfirmasi lebih lanjut ketika

20
nanti model-model pengambil keputusan akhirnya dapat dinyatakan.
Penggunaan kemampuan peramalan sebagai suatu kriteria tujuan adalah lebih
dari hanya sekedar konsistensi terhadap orientasi pengambilan keputusan dari
akuntansi. Ia dapat memberikan isi dari penelitian yang akan membawa
akuntansi lebih dekat ke arah sasarannya dalam melakukan evaluasi dilihat
dari segi orientasi pengambilan keputusan.54

Sterling mengembangkan kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi beragam


ukuran kekayaan dan laba. Melihat pertentangan sudut pandang yang terjadi mengenai
tujuan dari laporan-laporan akuntansi, Sterling memilih kegunaan sebagai kritaria
yang menolak metode pengukuran, dengan menekankan kepentingan yang ia miliki di
atas persyaratan-persyaratan lain seperti objektivitas dan verifiabilitas (dapat diuji).55
Dengan berutang pada beranekaragamnya para pengambil keputusan serta
ketidakmungkinan ekonomi dan fisik yang inheren dalam memberikan seluruh
informasi yang diinginkan oleh pengguna, Sterling memilih kegunaan sebagai kriteria
yang relevan dalam model-model pengambilan keputusan:
Basis pemilihan yang saya sukai adalah memberikan informasi bagi model-
model pengambilan keputusan yang rasional. Kata sifat “rasional” artinya
didefinisikan sebagai model-model pengambil keputusa yang kemungkinan
besar akan memungkinkan para pengambil keputusan untuk mencapai
sasaran mereka...56

Kesimpulannya, suatu sistem akuntansi hendaknya dirancang untuk


memberikan informasi yang relevan terhadap model-model pengambil
keputusan yang rasional. Sistem akuntansi tidak dapat memberikan semua
informasi yang diinginkan oleh semua pengambil keputusan dan, oleh
karenanya, kita harus memutuskan untuk mengeluarkan beberapa jenis
informasi dan memasukan jenis-jenis informasi yang lainnya.
Membatasi model-model pengambilan keputusan ke model-model yang rasional
memungkinkan adanya pengecualian sekumpulan data berdasarkan atas tingkah laku
dari para pengambil keputusan. Ia memungkinkan kita untuk berkonsentrasi pada hal-
hal yang telah terbukti efektif dalam mencapai sasaran para pengambil keputusan.57

10.5.2 Gambaran subjek permasalahan

21
Bagi meraka yang menerapkan model kegunaan keputusan/model keputusan, subjek
permasalahan yang mendasar adalah kegunaan dari informasi akuntansi bagi model
keputusan. Informasi yang relevan bagi suatu model keputusan atau kriteria akan
ditentukan dan selanjutnya diimplementasikan dengan memilih alternatif akuntansi
terbaik. Kegunaan dari suatu model keputusan disamakan dengan relevansi terhadap
suatu model keputusan. Sebagai contoh, Sterling menyatakan:
Jika suatu properti dinyatakan oleh sebuah model keputusan, maka ukuran
dari properti tersebut adalah relevan (terhadap model keputusan tersebut).
Jika harta tersebut tidak dinyatakan oleh suatu model keputusan, maka
ukuran dari harta menjadi tidak relevan (terhadap model keputusan
tersebut).58

10.5.3 Teori
Dua jenis teori dapat dimasukkan ke dalam paradigma kegunaan keputusan/model
keputusan. Jenis teori yang pertama berkaitan dengan perbedaan jenis-jenis model
keputusan yang dikaitkan dengan pengambilan keputusan bisnis (EOQ, PERT,
prmprograman linear, penganggaran modal, sewa versus beli, buat versus beli, dan
seterusnya). Persyaratan informasi dari kebanyakan model keputusan ini dinyatakan
dengan cukup baik. Jenis teori yang kedua berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
ekonomi yang berbeda yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha (kebangkrutan,
pengambilalihan, penggabungan usaha, peringkat obligasi, dan seterusnya). Teori-
teori untuk menghubungkan informasi akuntansi dengan peristiwa-peristiwa di atas
masih sangat jarang. Pengembangan teori-teori seperti ini adalah tujuan utama dari
mereka yang bekerja di dalam paradigma kegunaan keputusan/model keputusan.

10.5.4 Metode
Mereka yang menerima paradigma kegunaan keputusan/model keputusan cenderung
untuk bergantung pada teknik-teknik empiris untuk menentukan kemampuan
peramalan dari item-item informasi yang telah dipilih. Pendekatan umumnya adalah
menggunakan analisis diskriminan untuk mengklasifikasikannya menjadi satu dari
beberapa pengelompokan apriori, tergantung pada masing-masing karakteristik
keunagn individu.

22
10.6 PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN/PENGAMBIL
KEPUTUSAN/PERILAKU PASAR AGREGAT
10.6.1 Contoh
Contoh dari paradigma kegunaan keputusan/perilaku pengambil keputusan adalah
hasil karya Gonedes dan dari Gonedes dan Dopuch.59 Dalam makalah pendahulunya
ini, Gonedes memperluas perhatian akan kegunaan keputusan dari respon pengguna
individu hingga respons pasar agregat. Dengan menyatakan bahwa respons pasar
(seperti misalnya. Respon antisipasi harga) terhadap angka-angka akuntansi
hendaknya menentukan evaluasi atas muatan informasional dari angka-angka tersebut
dan atas prosedur yang dipergunakan untuk menghasilkannya, Gonedes
mengembangkan paradigma pasar agregat yang diartikan bahwa angka-angka
prosedur akuntansi memiliki muatan informasional yang ditentukan oleh respons-
respons pasar. Dalam menghadapi sanggahan-sanggahan (1) bahwa prosedur yang
digunakan untuk menghasilkan angka dapat mempengaruhi ketidakefisienan pasar
dan (2) bahwa penerimaan dapat dikondisikan bahwa untuk memberikan respons
terhadap angka-angka akuntansi dengan cara tertentu, Gonedes membantah bahwa
jika kedua kasus tersebut memang benar-benar terjadi, peluang bagi mereka yang
memiliki pengetahuan ini untuk memperoleh suatu keuntungan yang abnormal akan
menjadi basis hilangnya paradigma pasar di dalam konteks sebuah pasar modal yang
efisien.
Di dalam makalah yang mendapatkan panghargaan ini, Gonedes dan Dopuch
menyajikan suatu kerangka kerja teoritis untuk menilai dampak dan seberapa
menariknya prosedur-prosedur akuntansi alternatif. Pendekatan mereka bergantung
pada penggunaan harga (tingkat pengembalian) dari saham-saham kepemilikan
perusahaan. Gonedes dan Dopuch menyimpulkan bahwa analisis wilayah harga
(price-domain) cukup memadai untuk menilai dampak-dampak dari prosedur
akuntansi alternatif. Kesimpulan ini terutama didasarkan atas satu kasus kegagalan
pasar di mana informasi yang memiliki sifat baik secara umum tidak dapat ditutupi
dari bukan pembeli (masalah penumpang tanpa membayar); dalam kasus seperti di
atas, harga dari saham perusahaan tidak dapat digunakan untuk menilai seberapa
menarik prosedur atau regulasi akuntansi alternatif.
Di antara kemungkinan-kemungkinan kegagalan pasar adalah permasalahan
pemilihan yang buruk.60 Permasalahan yang lainnya adalah dampak dari informasi

23
pada kelengkapan pasar dan perjanjian pembagian risiko yang efisien. 61 Gonedes dan
Dopuch juga mencatat bahwa beberapa kritik dari hasil pekerjaan yang didasarkan
atas efisiensi pasar modal, memperlakukan komentar mengenai penilaian dampak
sama seperti jika mereka merupakan komentar mengenai penilaian atas sifatnya yang
disukai.
Sebuah hasil karya kontemporer dari Beaver dapat juga dilihat sebagai suatu
contoh dari paradigma kegunaan keputusan/pengambil keptusan/perilaku pasar
agregat.62 Beaver mengemukakan permasalahan mengenai pentingnya hubungan
antara data akuntansi dan perilaku keamanan. Ia berpendapat merupakan hal yang
sulit untuk dibayangkan bahwa pemilihan sistem informasional yang optimal bagi
para investor dilakukan tanpa memiliki pemahaman mengenai bagaimana data
akuntansi terangkum di dalam harga, karena harga ini menentukan kekayaan dan
kekayaan mempengaruhi keputusan investasi muljenisriode dari masing-masing
individu.

10.6.2 Gambaran subjek permasalahan


Bagi mereka yang menerapkan paradigma kegunaan keputusan/pengambil
keputusan/perilaku pasar agregat, subjek permsalahan mendasar adalah respons pasar
agregat terhadap variabel-variabel akuntansi. Para penulis ini setuju bahwa, secara
umum, kegunaan keputusan dari variabel-variabel akuntansi dapat diperoleh dari
perilaku pasar agregat, atau, seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, bahwa
hanya dampak-dampak dari prosedur atau spekulasi akuntansi alternatif yang dapat
dinilai dari prilaku pasar agregat. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem
informasi akuntansi ditentukan oleh perilaku pasar agregat:

10.6.3 Teori
Hubungan antara perilaku pasar agregat dan variabel akuntansi didasarkan pada teori
mengenai efisiensi pasar modal. Menurut teori ini, pasar untuk surat berharga akan
dianggap tidak efisien di mana (1) harga pasar “sepenuhnya mencerminkan” seluruh
informasi yang tersedia untuk publik dan, sebagai implikasinya, (2) harga pasar
adalah tidak bias dan dapat dengan segera merespons informasi baru. Teori ini
memiliki artian bahwa secara rata-rata, pengembalian yang abnormal (kelebihan
pengembalian dari ekuilibrium pengembalian yang diharapkan) yang diperoleh karena

24
menerapkan seperangkat informasi yang ada dan bersama-sama dengan skema
perdagangan mana pun adalah nol.63 Perubahan perangkat informasi ini akan secara
otomatis menghasilkan ekuilibrium baru. Bahkan teori ini mengonfirmasikan
paradigma perilaku pasar yang meliputi:
1.model pasar efisien;64
2.Hipotesis pasar efisien;65
3.model penetapan harga aktiva modal;66
4.teori penetapan harga arbitrase;67 dan
5.teori ekuilibrium mengenai penetapan harga opsi.68

10.6.4 Metode
Mereka yang menerima paradigma pasar bergantung pada metode-metode berikut ini:
1.model pasar;69
2.model estimasi beta;70
3.metodelogi studi peristiwa;
4.model penelitian dari Ohlson;71
5.model evaluasi neraca tingkat harga;72
6.model muatan informasi dari laba; dan 73
7.model mengenai hubungan antara laba dan pengembalian.74

10.7 PARADIGMA KEGUNAAN KEPUTUSAN/PENGAMBIL


KEPUTUSAN/PENGGUNA INDIVIDU
10.7.1 Contoh
Hasil karya dari William Bruns dapat dianggap sebagai contoh pertama dari
paradigma pengambil keputusan/pengguna individu.75 Bruns mengusulkan hipotesis
yang menghubungkan penggunaan informasi akuntansi dan relevansi dari informasi
akuntansi terhadap konsepsi pengambil keputusan tentang akuntansi, dan informasi
lain yang tersedia terhadap dampak informasi akuntansi pada berbagai keputusan.
Hipotesis-hipotesis ini juga dikembangkan dalam suatu model yang mengidentifikasi
dan menghubungkan faktor-faktor yang mungkin menentukan kapan keputusan akan
dipengaruhi oleh sistem dan informasi akuntansi. Penelitian akuntansi keprilakuan
adalah studi mengenai bagaimana fungsi-fungsi dan laporan akuntansi mempengaruhi
perilaku dari para akuntan dan nonakuntan.

25
10.7.2 Gambaran subjek permasalahan
Bagi mereka yang menerapkan paradigma kegunaan keputusan/pengambil
keputusan/pengguna individu, subjek permasalah yang mendasar adalah respons dari
pengguna individu terhadap variabel-variabel akuntansi. Para penyokong paradigma
ini berpendapat bahwa, secara umum, kegunaan keputusan dari variabel akuntansi
dapat didapatkan dari perilaku manusia. Dengan kata lain, akuntansi dipandang
sebagai suatu proses prilaku. Tujuan penelitian akuntansi keprilakuan adalah untuk
memahami,menjelasakan,meramalkan perilaku manusia dalam konteks akuntansi.
Paradigma ini menjadi perhatian dari para pengguna internal akuntansi, prosedur dan
penyokong informasi, serta masyarakat umum dan perwakilannya.

10.7.3 Teori
Kebanyakan penelitian yang berkaitan dengan paradigma kegunaan
keputusan/pengambil keputusan/pengguna individu telah dilaksanakan tanpa
keuntungan dari farmasi yang eksplisit dari suatu teori. Umumnya, sebagai alternatif
dari mengembangkan teori-teori akuntansi keprilakuan yang tepat adalah meminjam
dari disiplin ilmu yang lain. Sebagian besar teori-teori yang dipinjam menjelaskan dan
meramalkan perilaku manusia dalam konteks akuntansi dengan cukup memadai.
Teori-teori yang dipinjam ini meliputi:
1.relativisme kognitif dalam akuntansi;76
2.relativisme kultural dalam akuntansi;77
3.dampak keprilakuan dari informasi akuntansi;78
4.relativisme linguistik dalam akuntansi;79
5.hipotesis fungsional dan fiksasi data;80
6.hipotesis induksi informasi;81
7.hipotesis orgaisasional dan kelonggaran penganggaran;82
8.pendekatan kontinjensi terhadap perancangan sistem akuntans;83
9.penganggaran partisipasi dan kinerja;84
10.model-model pemprosesan informasi manusia,85 yang mencakup:
a.model lensa;86
b.model pertimbangan probabilistik;87
c.model prilaku prakeputusan;88dan

26
d.pendekaatan gaya kognitif.89

10.7.4 Motode
Mereka yang menerima paradigma ini cendrung untuk menggunakan seluruh metode
yang di dukung oleh para behaviorists--teknik-teknik observasi, wawancara, dan
kuesioner, serta percobaan adalah metode yang disukai. Hal ini juga merupakan titik
awal yang baik untuk validasi lebih lanjut.

10.8 PARADIGMA INFORMASI/EKONOMI


10.8.1 Contoh
Contoh dari paradigma informasi/ekonomi adalah perkataan yang diucapkan oleh
Crandall, Feltham, serta Feltham dan Demski.90 Dalam makalah pendahulu nya,
Feltham mengusulkan suatu kerangka kerja untuk menentukan nilai dari sebuah
perubahan dalam keputusan informasi (pengambil keputusan). Kerangka kerja ini
bergantung pada masing-masing komponen yang di butuhkan untuk menghitung
pengembalian (atau manfaat) yang diharapkan dari suatu sistem informasi tertentu.
Komponen-komponen tersebut adalah:
1.seperangkat tindakan-tindakan yang mungkin dilakakukan pada tiap-tiap periode
dalam satu rentang waktu;
2.fungsi pengembalian atas peristiwa-peristiwa yang terjad selama periode
berlangsug;
3.hubungan probabilistik antara peristiwa-peristiwa masa lalu dan masa mendatang;
4.peristiwa dan sinyal-sinyal dari sistem informasi, termasuk sinyal-sinyal dari
masa lalu dan masa datang;
5.seperangkat aturan-aturan keputusan sebagai fungsi dari sinyal-sinyal.

Kerangka kerja menyatakan bahwa nilai perubahan dari satu sistem informasi ke
sistem informasi yang lain adalah setara dengan perbedaan diantara pengembalian
yang diharapkan dari kedua alternatif sistem tersebut.
Crandall menilai kegunaan dari paradigma informasi/ekonomi terhadap
perkembangan masa datang dari teori akuntansi dan menawarkan
pendekatan”ekonomi informasi terapan” sebagai suatu mainstream teori akuntansi
yang baru. Sederhana nya, pendekalatn ini terdiri atas pengakuan secara eksplisit
setiap komponen dari model informasi/ekonomi dan memperluas ruang lingkup dari

27
rancangan akuntansi untuk mencakup seluruh komponen-komponen ini. Crandall
mendefinisikan komponen-komponen tersebut sebagai “filter,” “model,” “saluran,”
“penguraian kode,” dan “aturan keputusan.” implikasi dari perkembangan teori
akuntansi di masa mendatang dinyatakan sebagai berikut:
Hal yang ideal bagi perkembangan teori akuntansi adalah pengembangan
teori konstruktif dari ekonomi informasi, dimana, dibeberapa area yang
signifikan dari model, seseorang dapat mengembangkan algoritma yang
menunjukan rancangan dari sistem”terbaik” secara teoritis, menurut
sekumpulan asumsi-asumsi tertentu...91
[Tujuannya adalah] untuk memungkinkan penyusunan dan evaluasi atas
sistem-sistem informasi dengan maksud memaksimalkan dari setiap
pengguna, namun tergantung pada pembatasan mengenai biaya dari sistem,
aturan-aturan keputusan yang tersedia, kondisi teknologi, dan kelayakan
untuk mendapatkan informasi dari dunia nyata.92
Contoh yang ketiga, “The Use of Models in Information Evaluation” dari Feltham dan
Demski, menyajikan dan membahas sebuah model mengenai pilihan informasi yang
melihat evaluasi informasi dari segi biaya-manfaat dan sebagai suatu proses
berurutan. Keseluruhan proses ini dapat dirangkum sebagai berikut:
...spesifikasi dari suatu sistem informasi tertentu akan menghasilkan
seperangkat sinyal-sinyal yang ditunjukkan kepada pengambil keputusan;
pengambil keputusan kemudian dapat menggunakan informasi yang
dihasilkan dalam memilih tindakan yang akan iya lakukan; dan tindakan ini
dapat menentukan, secara sebagian, peristiwa x dari periode yang akan
datang. Evalusai informasi harus meramalkan hubungan antara masing-
masing elemen diatas; proses pembuatan sinyal,Φ(y/ɳ ); a((y/ɳ ); peramalan
pengambilan keputusan dan proses pemilihan tindakan dan hubungan antara
tindakan yang dipilih dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi,
Φ(x/y,ɳ/a);w(x). Sebagai tambahan lagi, pegambil keputusan harus
meramalkan pengembalian kotor yang akan iya peroleh dari peristiwa-
peristiwa di periode yang akan datang, sekaligus biaya pengoperasian sistem
informasi tersebut w’(y,ɳ).93

10.8.2 Gambaran subjek permasalahan


Bagi mereka yang mengadaptasi paradigma informasi/ekonomi, subjek permasalahan

28
yang mendasar:
1.informasi adalah suatu komoditas ekonomi,dan
2.perolehan informasi adalah serupa dengan masalah mengenai pilihan ekonomi.

Nilai dari informasi pilihan dari segi kriteria biaya-manfaat dalam struktur formal dari
teori keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dijelaskan dengan baik sebagai berikut:
...masalah yang diperdebatkan sehubungan dengan akuntansi akrual
bergantung pada dasar-dasar pemikiran bahwa (1)laba yang dilaporkan
menurut akuntansi akrual memberikan lebih banyak informasi daripada yang
akan diberikan oleh sistem akuntasi berorientasi arus kas yang kurang begitu
ambisius,(2)akuntansi akrual adalah cara yang paling efisien untuk
menyampaikan tambahan informasi ini, dan juga sebagai akibat yang wajar,
(3) “nilai” dari tambahan sistem informasi seperti itu melebihi “biaya”-nya.94
Informasi akuntansi dievaluasi menurut kemampuan nya dalam meningkatkan mutu
dari pilihan yang optimal di dalam masalah pemilihan mendasar yang harus
dipecahkan ileh seseorang individu atau sejumlah individu yang heterogen. Seseorang
individu harus mengambil pilihan diantara beberapa tindakan yang memiliki
kemungkinan hasil yang berbeda beda. Dengan mengasumsikan prilaku pemilihan
secara rasional yang konsisten yang diatur oleh hipotesis ekspetasi kegunaan, tindakan
dengan ekspetasi pengembalian(atau kegunaan) yang paling tinggi akan dipilih oleh
individu tersebut. Informasi dalam konteks ini diperlukan untuk merevisi
kemungkinan kemungkinan dari hasil awal. Sehingga, individu yang bersangkutan
kemungkinan akan menghadapi dua tahap proses:
1.tahapan pertama, di mana sistem informasi akan memberikan sinyal-sinyal yang
berbeda; dan
2.tahapan kedua, di mana pengamatan dari suatu sinyal akan mengakibatkan revisi
kemungkinan dan pilihan dari tindakan terbaik yang sesuai.
Sistem informasi yang memberikan ekspektsi kegunaan yang paling tinggi akan lebih
diinginkan. Informasi yang dibutuhkan oleh suatu analisis revisi kemungkinan yang
sistematis (versi-Bayesian) selanjutnya akan memfasilitasi analisis informasi atas
dasar aturan maksimalisasi ekspektasi kegunaan yang subjektif.

10.8.3 Teori
Paradigma informasi/ekonomi mengambil pemahaman dari ‘teori kelompok,” yang

29
dikembangkan oleh Marschak dan Radner,95 pada teori keputusan statistik, dan pada
teori pemilihan ekonomi. Hasilnya adalah suatu teori evaluasi informasi normatif
untuk analisis sistematis dari alternatif-alternatif informasi. Hal yang penting bagi
paradigma informasi/ekonomi adalah asumsi ekonomi tradisional dari perilaku
pemilihan yang rasional dan konsisten.

10.8.4 Metode
Mereka yang menerima paradigma informasi/ekonomi umumnya menerapkan
pemikiran analitis berdasarkan atas teori keputusan statistikal dan teori pemilihan
ekonomi. Pendekatan ini terdiri atas pengisolasian hubungan dan dampak-dampak
umum dari alternatif-alternatif skenario dan menerapkan analisis revisi bayesian dan
kriteria biaya-keuntungan untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan mengenai
kebijakan akuntansi. Asumsi utama dari pendekatan ini adalah rasionalitas.

10.9 ILMU AKUNTANSI


Keadaan penelitian akuntansi telah mengalami peningkatan secara drastis di tahun-
tahun belakangan ini. Lihatlah uraian situasi dibawah ini yangdi buat pada tanggal 20
Desember 1923, dan disampaikan kepada American Association of University
Instruction in Accounting (Asosiasi Pengajar Akuntansi Universitas Amerika) oleh
Henry Rand Hatfield:
Saya yakin bahwa seluruh kolega kita melihat akuntansi sebagai seorang
pengacau, Saul diantara rasul, seorang yang hina di mana kehadirannya saja
mampu mengurangi kesucian dari dinding-dinding akademik. Memang benar
bahwa kita sendiri berbicara mengenai ilmu pengetahuan dari akun-akun,
atau seni akuntansi, bahkan filosofi dari akun. Namun sayangnya, akuntansi
hanyalah suatu ilmu pengetahuan palsu yang tidak diakui oleh J.McKeen
Cattel; produk-produknya tidak ada ditampilkan baik di pertemuan ilmiah,
maupun di akademi nasional; kita tidak menemukannya dibahas baik oleh
seorang realis, idealis, ataupun fenomenalis. Para humanis memandang
rendah kita sebagai orang-orang yang secara iseng bergelut dakam angka-
angka dolar dan sen yang kotor dan bukannya bermain dengan hal-hal yang
tak terhingga dan mencari intisari dari berbagai hal yang sulit untuk
ditemukan; para ilmuwan dan teknologis menganggap hina kita dengan

30
menganggap kita hanya bisa mencatat dan bukannya melaksanakan suatu
pekerjaan.96
Tidak perlu dikatakan lagi, situasi ini telah berubah mengikuti sebuah agenda
penelitian yang dinamis, seperti yang dibuktikan oleh transformasi akuntansi menjadi
sebuah “ilmu normal” yang lengkap dengan paradigma-paradigma yang saling
bersaing utnuk berusaha meraih dominasi. Penelitian akuntansi didasarkan pada
seperangkat asumsi mengenai ilmu sosial dan masyarakat yang diakui bersama, dan
telah mencetuskan suatu perdebatan yang sehat mengenai bagaimana memperkaya
dan memperluas pemahaman kita mengenai akuntansi didalam prakteknya. Penelitian
akuntansi utama melihat adanya kesejajaran antara ilmu pengetahuan sosial dan fisik
serta akuntansi, yang dalam prosesnya membenarkan suatu perkiraan hipotesis-
deduktif dari penjelasan yang ilmiah dan keperluan untuk mengkonfirmasi hipotesis.97
Pertanyaan pertama mengenai apakah akuntansi adalah sebuah ilmu belum dapat
dijawab secara memadai. Suatu definisi yang baik dari ilmu pengetahuan, seperti yang
dinyatakan oleh Buzzell, adalah:
Isi dari pengetahuan yang terklarisifikasi dan sistematis yang disusun di
sekitar satu atau lebih teori-teori utama dan sejumlah prinsip-prinsip
umum...biasanya diekspresikan dalam istilah-istilah kuantitatif...pengetahuan
yang memungkinkan peramalan dan, dalam keadaan tertentu,
pengendaliandari peristiwa-peristiwa masa datang.98

Akuntansi memenuhi kriteria di atas. Akuntansi memiliki subjek permasalahan yang


jelas dan mencakup keseragaman dan keteraturan yang kondusif bagi hubungan
empiris, generalisasi otoritatif, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum dan teori-teori.
Akuntansi sudah pasti dapat dianggap sebagai suatu ilmu, satu metode ilmiah akan
sama-sama dapat berlaku pada akuntansi dan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.
Seperti yang telah diamati oleh Carl Hempel:
Tesis mengenai kesatuan metodologisndari ilmu pengetahuan menyatakan
pertama-tama, bahwa, tanpa melihat banyaknya perbedaan dalam teknik-
teknik mereka melakukan penelitian, seluruh cabang ilmu-ilmu empiris pada
dasarnya menguji dan mendukung pernyataan dengan cara yang sama, yaitu
dengan mendapatkan darinya implikasi-implikasi yang dapat diperiksa secara
antarsubjek dan dengan melakukan percobaan yang tepat dan tes yang
observasional atas implikasi tersebut. Hal ini, menurut pendapat tesis

31
kesatuan metode, juga berlaku pada disiplin ilmu psikolog, sosial, serta
sejarah. Sebagai respons atas adanya tuntutan bahwa para pakar bidang-
bidang ini, yang berlawanann dengan ilmu-ilmu sosial, sering kali harus
bergantung pada empati dalam menetapkan tuntutannya, para penulis empiris
logis menekankan bahwa identifikasi imanjinatif oleh seseorang sering
terbukti dapat menjadi bantuan pemahaman pribadi (heuristis) yang berguna
bagi para peneliti yang mencoba untuk menerka suatu hipotesis mengenai
kepercayaan, harapan, rasa takut, dan sasaran dari orang tersebut. Namun
apakah hipotesis yang mereka dapatkan adalah benar secara faktual harus
ditentukan dengan mengacu kepada bukti yang objektif: pengalaman empatis
dari investor adalah tidak relevan secara logis.99

Oleh karena itu, terdapat suatu penerimaan umum akan suatu metodologi untuk
menjustifikasi pengetahuan oleh seluruh ilmu pengetahuan. Metodologi tersebut
bersandar pada penentuan apakah suatu nilai sebenarnya dapat, secara prinsip,
dikaitkan dengan suatu hipotesis-yaitu, apakah ia dapat disanggah, dikonfirmasikan,
diklarisifikasikan (dipersalahkan), atau diverifikasikan. Konfirmasi adalah sampai
sejauh mana sebuah hipotesis mampu untuk ditunjukkan bahwa ia adalah benar secara
empiris. Falsifikasi adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu untuk
ditunjukkan bahwa ia adalah tidak benar secara empiris. Konfirmasi atas hipotesis
tidak harus berarti bahwa mereka dapat difalsifikasi atau sebaliknya. Bahkan pada
kenyataannya, hipotesis yang secara alamiah didasarkan pada teori dapat sepenuhnya
dikonfirmasi, disanggah, atau dikonfirmasi dan disanggah. Hipotesis yang dapat
sepenuhnya dikonfirmasi berasal dari beberapa fenomena. Sebagai contoh, hipotesis
“Terdapat beberapa CPA dalam kantor akuntan publik yang memandang akuntansi
inflasi sebagai suatu hal yang tidak berguna” adalah hipotesis yang dapat sepenuhnya
dikonfirmasikan. Hipotesis yang dapat sepenuhnya disanggah datang dari hukum-
hukum universal, yaitu pernyataan yang mengambil bentuk persyaratan-persyaratan
universal yang digeneralisir.Sebuah contoh dari hipotesis semacam itu adalah “Semua
akuntansi adalah CPA”. Jika hipotesis tersebut dinyatakan sebagai “Terdapat akuntan
yang merupakan CPA”, maka ia menjadi suatu pertanyaan eksistensial, yang
sepenuhnya dapat dikonfirmasikan. Oleh sebab itu, sepertinya hukum-hukum
universal pada dasarnya adalah pernyataan-pernyataan eksistensial negatif yang dapat
sepennuhnya disanggah atau disalahkan.

32
Baik hipotesis yang dapat dikonfirmasikan maupun disanggah berasal dari
pernyataan-pernyataan tunggal, yaitu pernyataan-pernyataan yang hanya mangacu
pada fenomena spesifik yang terkait oleh ruang daan waktu. Sebagi contoh, hipotesis
bahwa “seluruh individu bersifat toleran terhadap ambiguitas” dapat dikonfirmasi
maupun disanggah. Mereka adalah hipotesis yang muncul dari hukum-hukum statistik
atau kecenderungan, yaitu, pernyataan-pernyataan yang menyebutkan hubungan
statistik yang “disebutkan secara longgar” antara suatu fenomena dan sejumlah besar
variabel. Kebanyakan hipotesis akuntansi berada di dalam kategori ini, yang membuat
mereka tidak dapat sepenuhnya dikonfirmasi maupun dipalsukan. Model pasar, model
peramalan akuntansi bagi peristiwa-peristiwa ekonomi, teori positif dari akuntansi,
model pemrosesan informasi manusia, dan kebanyakan penelitian akuntansi empiris
memenuhi gambaran ini. Jika data yang ada bertentangan dengan hipotetsis yang
diperoleh dari teori-teori atau model-model ini, para pembelanya dapat selalu
mengajukan alasan yang berbeda-beda, termasuk kontaminsi data, atau sejumlah
sampel yang kecil atau bisa. Retorika dari penelitian memainkan suaatu peran penting
di dalam menantang hasil apa pun yang diberikan oleh daata. Apakah ini dapat
menjadi suatu peringatan, jika melihat banyaknya hukum-hukum statisti yang terdapat
di daalam penelitian akuntansi? Bunge mengemukakan baha hal tersebut merupakan
suatu kesalahan.
Beberapa determinis klasik yang fanatik mengklaim bahwa pernyataan-
pernyataan stokastik tidak layak mendapat sebutan sebagai hukum dan harus
di anggap, paling tinggi, sebagai suatu alat kontemporer. Pandangan yang
anakronistik ini tidak lagi berlaku di bidang-bidang fisika, kimia dan
beberapa cabang tertentu dari ilmu biologi (geneteik misalnya), terutama
sejak ilmu-ilmu pengetahuan ini menemukan bahwa seluruh hukum-hukum
utama di daalam wilayahnya adalah hukum-hukum stokastik yang dapat
ditarik kesimpulan (paling tidak secara prinsip) dari hukum-hukum yang
berkenaan dengan sistem tunggal secara bersamaan dengan hipotesis-
hipotesis statistik pasti mengenal, misalnya, kompensasi dari devisa secara
acak. Namun prasangka terhadap hukum-hukum stokastik masih
menimbulkan beberapa kerugiaan di bidang psikologi dan sosiologi, di mana
dimungkinkan untuk menyerang pendekatan stokastik tanpa
mengompensasikaan kerugiannya oleh suatu studi ilmiah dari individu-
individu.100

33
Penyanggahan atau konfirmasi dilakukan melalui kesaksian yang berulang-ulang dan
bukti-bukti baru.

10.10 DEKONSTRUKSI
Beragam naskah akuntansi mengenai paradigma-paradigma akuntansi yang spesifik,
dan/atau teori-teori yang mengklaim bahwa mereka seharusnya diberikan
keistimewaan di atas bentuk-bentuk yang lain dari pengetahuan dan wacana ilmiah.
Naskah tersebut dipergunakan untuk memastikan hagemoni dari paradigma dan
kepentingan-kepentingan khusus, sekaligus pengakhiran penghasilan pengetahuan.
Sebuah fase filosofis yang diberi nama dekonstruksi, dan diperkenalkan oleh
Derrida101 dimaksudkan untuk menumbangkan usaha-usaha ini. Karena penghasilan
pengetahuan didassarkan dan dirasakan dalam bahasa, dekonstruksi menggunakan
sistem pendaasaran dari penulis itu sendiri untuk menunjukkan bagaimana naskah itu
telah melanggar sistem. Seperti yang dinyatakan oleh Norris:

Derrida menolak untuk memberikan filosofi jenis status istimewa yang slalu ia
klaim sebagai pembuat alasan pemikiran yang berkuasa. Derrida menantang
klaim tas kekuasaan ini di bidang yang telah ia pilih sendiri. Ia membantah
bahwa para filsuf telah dapat memaksakan beragam sistem pemikiran mereka
hanya dengan mengabaikan, atau menekan, dampak-dampak yang
mengganggu dari bahasa. Sasarannya selalu adalah mengeluarkan dampak-
dampak ini dengan bacaan-bacaan kritis yang memperkuat, dan dengan
ahlinya memperkaya, elemen-elemen dari metafora dan alat-alat figuratif lain
yang sedang bekerja daalam naskah-naskah filosofi102

Yang dimaksud oleh dekonstruksi adalah penafsiran dari naskah untuk


menggambarkan penyusunan arti yang terdapat di dalam naskah dan menumbangkan
wewenang hegemonis dari suatu naskah untuk mengidentifikasi “kebenaran” yang
berasal dari luar naaskah. Seperti yang dinyatakan oleh Arrington dan Francis:

Pembacaan-pembacaan dekonstruksi dari naskah menunjukkan bagaimana


tidak tertur dan tidak stabilnya arti yang dimiliki dan memperlihatkan tabir
hukum dan suasana lingustik yang kita terapkan atas naskah.103

34
Bahkan pada kenyataannya, Arrington dan Francis adalah orang yang pertama kalinya
menggnakan dekonstruksi untuk menunjukkan bahwa teori positif dan tradisi empiris
tidak berhak untuk mendapat jenis keistimawaan epistemis dan wewenang yang
mereka miliki atas cukup banyak peneliti-peneliti akuntansi. Pilihan mereka tentang
contoh yang baik dari teori positif utntuk mendekonstruksi “Organization Theory and
104
Methodology” (teori dan metodology organisasi) daro jansen. Dekonstruksi dalam
penelitian akuntansi meminta dilakukannya lebih banyak usaaha untuk menunjukkan
asumsi-asumsi yang tersembunyi dari naskah-naskah akuntansi. Ia mengasumsikan
bahwa seluruh wacana akuntansi, bahkan semua naratif berssejarah, padaa dasarnya
bersifat retorik. Dekonstruksionis akuntansi akan mengkritik naskah akuntansi
melalui beragam teknik, termasuk di antaranya demitologis, dekanonisasi, defallisasi,
atau perpustakaan ketenaran.

10.11 AKUNTANSI AKADEMIK: SUATU KELAS UNIVERSAL


YANG CACAT
Satu elemen di dalam susunan konfliktual baru adalah suatu kelas baru akuntan
akademik. Ploretariat sebagai suatu kelas universal, dapat paling baik dijelaskan oleh
teori Mark dan Engels mengenai “kelas universal dari proletariat,” menyangkal kritik
dan keraagu-raguan bahwa proletariat dapat mengembangkan kesadaran yang
diperlukan untuk menjalankan fungsinya sebagai suatu kelas universal.105 Gouldner
bergabung dengan kelompok yang mengkritik, dengan pendapat bahwa kelaas
terendah tidak akan pernah dapat memiliki kekuasaan dan bahwa di seluruh dunia
selama abad ke-20, satu kelas intelektual baru telah mulai muncul, yang tampak
seperti kelas universal yang didefenisikan oleh Hegel106 tetapi tidak merupakan suatu
kelas universal. Kelas baru tersebut oleh karenanya manjadi kelas universal yang
cacat.
Ia mengemukakan dua usulan utama: pertama, munculnya “kelas baru” yang
terdiri atas intelektual humanistik dan kecerdasan teknis, di mana universaalismenya
adalah sangat cacat; dan kedua, bertumbuhnya dominasi dari kelas tersebut seperti
seorang borjulis kultural dan memiliki monopoli atas modal kultural dan
profesionalisme dari mana memperoleh kekuatannya.
Kelas yang baru ini meliputi kecerdassan teknis dan manusia. Kelas ini

35
membentu satu “komunitas penceramah” yang berbagi “budaya berdiskusi kritiis”
(culture of critical discourse-CCD). Budaya berdiskusi kritis ini adalah sebuah konsep
yang didapatkan dari sederetan program lingustik yang berbeda-beda dan
diidentifikasi daalam sosiolinguistik.107 Defenisinya serupa. “Budaya yang berdiskusi
kritis ini adalah seperangkat aturan yang telah mengalami evolusi sepanjang
sejarahnya, suatu tata bahasa dalam berdiskusi, yang (1) diharapkan akan
membenarkan pernyataan-pernyataannya, (2) di mana cara-cara pembenarannya tidak
diawali dengan melibatkan pihak yang berwajib, dan (3) cenderung untuk
mendapatkan persetujuan secara sukarela dari mereka yang dibahas dengan
sepenuhnya atas dasar argumentasi yang dibahas.” Hal ini merupakan suatu budaya
berdiskusi secara kritis dimana tidak ada satu hal pun yang boleh para pembicara,
berdaasarkan prinsip, ditolak untuk dibahas secara permanen atau membuat masalah;
tentu, mereka bahkan bersedia untuk berbicara mengenai nilai dari pembicaraan itu
sendiri dan kemungkinan kerugiannya untuk berdiam diri atau untuk
mempraktikannya.
Tata bahasa ini adalah ‘struktur dalam’ dari ideologi umum yang diakui bersama
oleh kelas yang baru tersebut. Ideologi yang dibagi bersaamaan tentang intelektual
dan kecerdasan karenanya adalah sebuah ideologi tentang pendiskusian. Terpisaah
dari bahasa-bahasa teknis yang mendasar (atau sosiolek) yang diucapkan oleh profesi
spesialis, intelektual dan kecerdasan umumnya memiliki komitmen kepada suatu
kebudayaan berceramah kritis. CCD adalah infrastruktur yang laten namun dapat
diombilisir dari “bahasa teknis” modern.108 CCD adalah infrastruktur yang laten
namun daapat diombilisir dari intelektual-intelektual modern sekaligus budaya
linguistik mereka.
Kelas baru ini memiliki cacat karena ia dianggap bersifat elit dan mencari
kepentingan sendiri dan menggunakan pengetahuan khusus yang ia miliki untuk
memajukan kepentingan dan kekuasaannya sendiri. Ia tidak mencerminkan
kepentingan yang universal. Kelas baru ini dominan karena akses monopolistiknya
terhadap modal kultural. Maminjam dari teori Pierre Bourdieu mengenai reproduksi
kultural,109 Gouldner mengusulkan bahwa kelas baru ini menggunakan reproduksi
kultural untuk mempertahankan kepentingan dan kekuasaaanya seperti suatu
reproduksi ekonomi yang digunakan untuk melayani kepentingan dari para pemegang
modal ekonomi. Oleh sebab itu, para anggota dari kelas yang baru ini akan
mengembangkan proses “akumulasi modal kultural” untuk lebih memajukan

36
kepentingan tertentu mereka dan kepentingan dari merekan yang berbagi budaya
berdiskusi kritis.
Kelas yang baru ini bergantung pada pencapaian-pencapaian dalam
mengkapitalisasikan modal dan mengawasi pasokan tenaga kerja terampil secara
khusus. “Budaya dipancarkan melalui pendidikan dan sosialisasi. Umumnya, telah
diketahui bersama bahwa mereka yang mendapat pendidikan yang lebih formal
memiliki penghasilan seumur hidup lebih tinggi dari mereka yang kurang mampu
untuk mendapatkannya. Laba yang meningkat ini mencermincakn nilai modal dari
peningkatan pendidikan.110 Hal ini memberikan mereka suatu posisi yang istimewa di
pasar tenaga kerja dan kemungkinan untuk meraih posisi kelas yang dominan. Tren ini
telah dimulai dengan kelas baru yang mengembangkan suatu tingkat status kesadaran
yang tinggi untuk melindungi keistimewaan mereka (misalnya, kebebasan akademik
untuk melakukan penerbitan, untuk meninjau, untuk merekrut, dan lain-lain).

Apakah ketersediaan penelitian akuntansi oleh para akuntan akademik dianggap


sebagai respons atas tuntutan akan pengetahuan yang bebas nilai111 atau untuk
menuntut pasar akan alasan-alasan,112 akuntan akademik juga dimotivasi oleh
kepentingan pribadi dan kebutuhan yang semakin mendesak untuk mengeluarkan
penerbitan.113 Mereka telah memperoleh suatu kekuasaan yang dikaitkan dengan
monopili mereka atas modal akuntansi kultural. Temuan-temuan pnelitian telah
memberikan mereka kekuatan konsultasi dan pembuatan kebijakan untuk memajukan
kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan universal. Bagi suatu budaya
berdiskusi kritis, mereka telah mengembangkan repertoire linguistik mereka, yang
membedakan mereka dari komunitas diskusi akuntamsi yang lain.114,115,116 Sebagai
suatu kelas baru, para akuntan akademik juga bergantung pada prestasi sebagai
kriteria keanggotaan, termasuk gelar Ph.D.dan terbitan di jurnal-jurnal yang “tepat”.

Menurut Gouldner, “profesionalisme adalah salah satu ideologi umum dari kelas
baru. [p]rofesionalisme adalah klaim Kelas baru yang teak perlu diutarakan tentang
keunggulan teknis dan moral mereka diatas kelas yang lama... Profesionalisme
menghilangkan wewenang secara diam-diam dari kelas yang lama.” 117 Melaui peran
profesionalisnya yang baru, akuntan akademik mengklaim wilayah penelitian kultural
meeka sendiri, dan dalam prosenya menerima kompensasi yang lebih tinggi dari
sistem pasar karena menerima peran profesional tersebut. 118 “Para intelektual

37
yangbersedia untuk berprilaku sebagai profesional diperekenankan untuk membentuk
suatu strata yang relatif berdiri sendiri dengan perhatian khusus. Mereka
dapatmenggunakan mekanisme lisensi dan asosiasi-asosiasi profesional untuk
membuat monopili-monopolo di dalam pasar mereka.”119 fragmentasi dari American
accounting assosiation dengan bagian “kultural” kisah menjadi bukti fenomena ini.120
Fragmentasi yang sama mengarahkan para peneliti akuntanasi lebih ke arah
kebijakan (tindakan) politik dengan segera, daripada ke arah formulasi “teoritis” dari
masalah-masalah dengan tingkat signifikansi umum. Hubungan dekat dengan
pembuat kebijakan yang baru ini, apakah itu FASB, SEC, AAA, atau instusi yang
lainnya, menjadikannya seorang intelektual “birokratis” yang menjalankan fungsi-
fungsi penasihat dan teknis di dalam suatu birokrasi daripada para intelektual yang
memilih untuk tetap tidak terkait dengan birokrasi.121,122
Intelektual birikratis menyempit menjadi seorang “ideologi” karena ia
mengalihkan atau meninggalkan pencarian suatu pemahaman yang universal dan
komprehensif dari kenyataan sosial, kultural dan fisik, serta lebih memilih arbitrase
yang penting dengan segera dari kebijakan-kebijakan atau rangkaian tindakan yang
bertentangan.123 peran tersebut merupakan suatu hal yang disayangkan jika kita
menganut asumsi yang berlaku bahwa suatu “kekhususan” dari aktivitas intelektual
yang menghubungkan atau membatasi penyelidikan akademik pada kepentingan-
kepentingan atau kebutuhan sosial yang spesifik, akan berujung pada kejatuhan dari
“suci” dan baik ke alam “ideologi” yang tidak terhormat.124,125
Sebagai tambahan dengan peran pengajar yang terlibat di dalam proses
penciptaan ilmu pengetahuan formal dan bukannya hanya sekedar transmisi, 126,127,128,129
para intelektual bergerak ke arah peranan “rasionalisasi.” Seperti yang disarankan
oleh Shils, di semua masyarakat modern (baik liberal maupun totaliter) “tren dari abad
ini” adalah meningkatkan tekanan ke arah homogenitas internal dikarenakan oleh
adanya “penggabungan para intelektual dalam organisasi masyarakat.” 130 Para
intelektual berfungsi untuk menguraikan “hukum” yang mendasari dari organisasi
nasional dan sosial relevan terhadap perkembangan dan penerapan rutin dari
pengetahuan ilmiah kepada produksi ekonomi dan organisasi sosialnya.131,132,133
Permintaan ini sebagian besar datang dari negara untuk membantu dalam melakukan
reorientasi populasi massa dan dalam mengembangkan kebijakan untuk memperbaiki
dan mencegah berbagai gangguan.134 Sebagai hasilnya, para intelektual umumnya
bekerja di bawah perlindungan dari kelas yang berkuasa atau dari instuisi yang

38
dikendalikan oleh mereka.135 Para intelektual akuntansi cocok dengan skenario-
skenario yang digambarkan karena mereka berusaha untuk memberikan alasan-alasan
yang tepat dan menciptakan sebuah kelas universal yang baru namun memiliki
kecacatan.

10.12 KESIMPULAN
Akuntansi dapat didekati dari sudut pandang “filosofi” ilmu pengetahuan. Hasil
output penelitian dalam akuntansi tidak dianggap sebagai nilai yang meragukan atau
secara teoritis tidak sempurna. Lebih dari itu, temuan-temuan dari penelitian
akuntansi memberikan indikasi bahwa peristiwa-peristiwa akuntansi mengikuti pola
revolusi yang berhasil dan diteorikan oleh Kuhn. Dalam bab ini kita telah menerapkan
sebuah definisi dari suatu “paradigma” yang relevan terhadap akuntansi. Komponen-
komponen yang penting dari paradigma seperti itu adalah contoh, gambaran dari
subjek permasalahan, teori, dan metode. Definisi yang kita ungkapkan telah
membantu kita untuk mengidentifikasi dan membatasi paradigma-paradigma yang
saling bersaing di bidang akuntansi:
1. Paradigma antropologis/induktif;
2. Paradigma laba sebenarnya/deduktif;
3. Paradigma kegunaan keputusan/model keputusan;
4. Paradigma kegunaan keputusan/pengambil keputusan/perilaku pasar agregat;
5. Paradigma kegunaan keputusan/pengambil keputusan/pengguna individu;
6. Paradigma informasi/ekonomi.

Masing-masing paradigma di atas adalah objek dari investigasi dan penelitian oleh
komunitas ilmuwan yang telah mapan; suatu paradigma menciptakan suatu sudut
pandang yang koheren dan menyatu-sejenis Weltanschauung-yang menentukan cara
bagaimana para anggotanya melihat penelitian, praktik, dan bahkan pendidikan
akuntansi. Dalam kepentingan kontinuitas dan kemajuan di dalam disiplin akuntansi,
paradigma-paradigma ini hendaknya tidak dianggap sebagai suatu pengetahuan yang
benar secara absolut dan final. Sebagai gantinya, mereka hendaknya menjadi subjek
dari verifikasi dan pegujian secara konstan untuk mencari kemungkinan bebagai
anomali.
Kebanyakan ilmuwan dan filsuf memiliki pandangan bahwa pengetahuan ilmiah

39
tidak akan dapat dibuktikan. Popper berpendapat bahwa meskipun suatu teori tidak
dapat dibuktikan sebagai sepenuhnya “benar” ia dapat dibuktikan sebagai sepenuhnya
“salah.”136 Dikenal secara umum sebagai pemikiran akan falsifikasi, atau teori
penyanggahan, teori Popper menyatakan bahwa untuk dapat dinyatakan sebagai
sesuatu yang ilmiah, suatu teori harus disalahkan. Jenis falsifikasi yang paling
mendekati pandangan Kuhn disebut sebagai falsifikasi yang canggih, yang dirangkum
oleh Lakatos sebagai “tidak ada percobaan, laporan percobaan, pernyataan
observasional, atau hipotesis yang diklasifikasikan pada tingkat rendah dan
dibenarkan satupun dapat mengarah kepada falsifikasi. Tidak ada falsifikasi sebelum
lahirnya sebuah teori yang lebih baik.” 137 “Teori yang lebih baik” adalah teori yang
“menewarkan informai yang baru dan berlebih, jika dibandingkan dengan teori-teori
sebelumnya,” di mana beberapa informasi yang berlebih tersebut dapat
dibenarkan.”138 Perbedaan anatara falsifikasi naif dan falsifikasi yang canggih dari
Popper adalah bahwa yang terakhir membutuhkan adanya suatu teori yang lebih baik.
Lakatos mengatakan bahwa seseorang falsifikasionis canggih akan:
...membuat pernyataan-pernyataan tunggal tidak dapat difalsifikasi melalui
sebuah ketetapan, yang dapat dibedakan oleh kenyataan bahwa terdapat pada
suatu waktu sebuah “teknik yang relevan” sehingga “setiap orang yang telah
mempelajarinya” akan dapat menentukan apakah pernyataan tersebut “dapat
diterima.”
... Keputusan ini selanjutnya diikuti oleh keputusan jenis kedua yang
behubungan dengan pemisahan seperangkat pernyataan-pernyataan dasar
yang diterima dari pernyataan yang lain... Falsifikasionis yang metodologis
menyadari bahwa dalam “teknik-teknik eksprimental” dari para ilmuan,
terlibat teori-teori yang dapat berbuat kesalahan, di mana “berdasarkan oleh
hal itu” ia dapat menginterprestasikan fakta-fakta yang ada. Meskipun
demikian, falsifikasionis metodologis tetap “menerapkan” teori-teori ini-ia
menganggap di dalam konteks yang berjalan mereka bukanlah sebah teori
yang sedang diuji melainkan pengetahuan latar belakang yang tidak
bermasalah yang kita terima (secara tentatif) sebagai tidak bermasalah selagi
kita menguji teori tersebut.
...selanjutnya, teori-teori yang bermasalah kini dapat digolongkan
sebagai “ilmiah”: meskipun mereka tidak dapat difalsifikasi, mereka dapat
dibuat “dapat difalsifikasi” oleh suatu keputusan tambahan (jenis ketiga)

40
yang dapat dibuat oleh para ilmuwan dengan menyebutkan aturan-aturan
penolakan tertentu yang dapat secara statistik menginterprestastasikan bukti-
bukti sebagai “tidak konsisten” dengan teori probabilistiknya.139

Hal ini dapat menjadi sikap yang dapat diterapkan dalam menghadapi paradigma-
paradigma yang saling bersaing dalam akutansi.

CATATAN
1. Berlin, L., “Does Political Theory Still Exist?” dalam P. Laslett dan W.G.
Runaiman (editor), Philosophy Politics and Society, Seri 2 (Oxford: Basil
Blackwell, 1962), h. 19.
2. “Accounting Research 1960-1970: A Critical Evalution,” Monograph No.7, N.
Dopuch dan L. Revsine (editor) (Urbana, IL: Center for International Education
and Research in Accounting, University of Illinois, 1973); Godenes, N.J., dan
Dopuch, N., “Capital Market Equilibrium, Information Production, and Selecting
Accounting Techniques: Theoritical Framework and Review of Empirical Work,”
dalam Studies in Financial Accounting Objectives: 1974, suplemen dari Vol. 12,
Journal of Accounting Research (1974), h. 48-129; A.R. Abdel-Khalik dan T.F.
Keller (editor), The Impact of Accounting Research in Financial Accounting and
Disclosure of Accouting Practice, (Durham, NC:Duke University Press, 1978).
3. Kuhn, Thomas S., “The Structure of Scientific Revolution,” International
Encyclopedia of United Science, Second Enlarged Edition (Chicago: University
of Chicago Press, 1970), h. 10-15; Nelson, Carl L., “A Priori Reseaech in
Accounting,” dalam N. Dopuch dan L. Revsine (editor), Accounting Research
1960-1970: A Critical Evaluation, Monograph No. 7 (Urbana, IL: Center For
International Education and Research in Accounting, University of Illinois, 1973),
h. 3-18; Gonedes, N.J., dan Dopuch, N., “Capital Market Equilibrium,
Information Production, and Selecting Accounting Thecniques: Theorical
Framework and Review of Empirical Work,” op.cit., h. 32.
4. Wells, M.C., “A Revolution in Accounting Thought,” The Accounting Review
(Juli 1976), h. 471-82.
5. American Accounting Association, Committee on Concepts and Standard for
External Financial Report, Statement on Accounting Theory Accceptance

41
(Sarasota, FL:American Accounting Association, 1997).
6. Ibid., h. 47.
7. Eldredge, N., dan Gould, S., “Punctuated Equilibrium: An Alternative to Phyletic
Gradualism,” dalam T.J.Schoff (editor), Models in Paleobiology (San Fransisco:
Freeman, Cooper & Co., 1972), h. 82-115.
8. Gersick, Connie, J.G., “Revolutionary Change Theories: A Multilevel Exploration
of the Punctuated Equilibrium Paradigm,” Academy of Management Review (16,
1991), h. 10-36.
9. Kuhn, T.S., The Structure of Scientific Revolution (Chicago: University of
Chicago Press, 1962 [edisi pertama], 1970 [edisi kedua]).
10. Ibid., edisi 2., h. 175.
11. Ibid., edisi 1., h. 6.
12. McCann, H.Gilman, Chemistry Transformed: The Paradigmatic Shift from
Phlogiston to Oxygen (Norwood, NJ: Ablex Publishing Corporation, 1978), h. 21.
13. Ibid., h. 13.
14. Hangstrom, W.O., The Scientific Community (New York: Basic Books, 1965), h.
17.
15. Ibid., h. 13.
16. Merton, R.K., “Priorities in Scientific Discovery: A Chapter in the Sociology of
Science,” American Sociological Review (22, 1957), h. 640.
17. Merton, R.K., “Behavior Patterns of Scientists,” American Scientists (57, 1969),
h. 17-18.
18. Kuhn, Thomas S., “Reflections on my Critics,” dalam I.Lakatos dan A. Musgrave
(editor), Criticism and the Growth og Knowledge (Cambridge University Press,
1970), h. 231-78.
19. Ritzer, George, “Sociology: A Multi-Paradigm Science,” American Sociologist
(Agustus 1975), h. 15-17.
20. Ibid., h. 15.
21. Ibid., h. 157.
22. Watts, Ross L., dan Zimmerman, J.L., Positive Accounting Theory (Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1986), h. 12.
23. American Accounting Association, Committee on Concepts and Standards for
External Financial Report, Statement of Accounting Theory and Theory
Acceplance (Sarasota; FL: American Accounting Association, 1977).

42
24. Hatfield, Henry Rand, Accounting (New York: D. Appleton & Company, 1927):
Gilman, S., Accounting Concepts of Profit (New York : The Ronald Press, 1939):
Paton, W.A., dan Littleton, A.C., “An Introdution to Corporate Accounting
Standards,” Monograph No. 3 (Sarasota, FL: Ameroican Accounting Association,
1953); Ijiri, Yuji, “Theory of Accounting Measurement,” Studies in Accounting
Research. No. 10 (Sarasota, FL: American Accounting Association, 1975).
25. Ijiri,Yuri, “Theory of Accounting Measurement,” op. Cit., h. 37.
26. Littleton, A.C., “Structure of Accounting Theory,” Monograph No. 5 (Sarasota,
FL: American Accounting Association, 1953), h. 185.
27. Ibid., h. 31.
28. Gordon, M.J., “Postulates, Principles, and Research in Accounting,” The
Accounting review (April 1964), h. 251-63; Watts, R.L., “Towards a Positive
Theory of the Determination of Accounting Standards,” The Accounting Review
(Januari 1968), h. 112-34.
29. Gordon, M.J, “Postulates, Principles, and Research in Accounting,” op.cit., h.
261-2
30. Watts, R.L., dan Zimmerman, J.L., “Toward a Positive Theory of the
Determination of Accounting Standards,” op. cit., h. 14.
31. Ibid., h. 14.
32. Ijiri, Yuri, “Theory of Accounting Measurement,” op. cit., h. 28.
33. Feltham, Gerald, A., dan Demski, Joel S., “The Use of Models in Information
Evaluation,” The Accounting Review (Juli 1969), h. 457-66.
34. Baiman, Stanley, “Agency Research in Managerial Accounting: A Survey,”
Journal of Accounting Literature (Musim Semi 1982), h. 159.
35. Beidleman, C.R., “Income Smoothing: The Role of Management,” The
Accounting Review (Oktober, 1973), h. 653.
36. Watts, R.L., dan Zimmerman, J.L., Positivr Accounting Theory, op.cit.
37. Belkaoui, A ., dan Picur, R.D., “The Smoothing of income Numbers: Some
Empirical Evidence on Systematic diffetences between Core and Periphery
Industry Sectors,” The Journal of Business Finance and Accounting (Musim
Dingin 1984), h. 527-46.
38. Dechow, P.H., Sloan, R.G., dan Sweeney, A.P., “Detecting Earnings
Management,” The Accounting Review (April 1995), h. 193-226.
39. Watts, R.L., dan Zimmerman, J.L., Positive Accounting Theory, op. cit.

43
40. Paton, W.A., Accounting Theory (New York: Ronald Press, 1992); Canning, J.B.,
The Economics Accountancy (New York: Ronald Press, 1929); Sweeney, Henry
W., Stabilizied Accounting (New York: Harper & Row, 1936); MacNeal,
Kenneth, Truth in Accounting (Philadelphia: University of Pennsylvania Press,
19939); Alexander, Sidney S., “Income Measurement in a Dynamic economy,”
Five Monographs on Business Income (New York: The Study Group on Business
Income, The American Institude of Certified Public Accountants, 1950). Lihat
pula : Edwards, E.O., dan Bell, P.W., The Theory and Measurement of Business
Income (Berkeley: University of California Press, 1961); Moonits, Maurice,
Accounting Research Study No. 1 ,The Basic Postulates of Accounting (New
York: Amarican Institute of Certified Public Accountants, 1961); Alexander,
Sidney S., “Income Measurement in a Dynamic Economy,” (rev.) David
Solomons, dalam W.T.Baxter dan Sidney Davidson (editor), Studies in
Accounting Theory (Homewood, IL: Richard D. Irwin, 1962); Sprouse, R.T., dan
Moonitz, Maurice, Accounting Research Study No.3, A Tentative Set of Board
Accounting Principles for Business Enterprises (New York: American Institute of
Certified Public Accountants, 1962).
41. Paton, W.A., Accounting Theory, op.cit., h. 295.
42. Ibid., h. 8-9.
43. MacNeal, Kenneth, Truth in Accounting, op.cit., h. 295.
44. Alexander, Sidney S., “Income Measurement in a Dynamic Economy,” op.cit., h.
159.
45. Jones, Ralph Coughenour, The Effect of Price-Level Change (Sarasota, FL:
American Accounting Association, 1956); Mason, Perry, Price-Level Change and
Financial Statement (Sarasota, FL: American Accounting Association, 1971).
46. Edwards, E.O., dan Bell, P.W., The Theory and Measurement of Business Income,
Matthews, Russel L, “Price-Level Accounting and Useless Information,” Journal
of Accounting Research (Musim Semi, 1965), h. 135-55; Gunther, R.S.,
Accounting for Price-Level Change: Theory and Procedures (New York :
Pergamon, 1966); Revsine, L., Replacement-Cost Accounting (Englewood Cliffs,
NJ: Prebtice-Hall, 1973).
47. Baxter, W.T., “Accounting Values: Sale Price Versus Replacement Cost,” Journal
of Accounting Research (Musim Gugur 1967), h. 208-14; Wright, F.K., “A Theory
of Financial Accounting,” Journal of Business Finance (Musim Gugur 1970), h.

44
51-69; Stamp, Edward, “Income and Value Determination and Changing Price
Levels: An Essay Toward a Theory,” The Accountants Magazine (Juni 1971), h.
277-92; Whittington, Geoffrey, “Aset Valuation, Income Measurement, and
Accounting Income,” Accounting Business and Research (Musim Semi 1974), h.
96-101.
48. Chambers, R.J., Accounting, Evaluation and Economic Behavior (Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1966); Sterling, Robert R., “On Theory Construction
and Verivication,” The Accounting Review (Januari, 1971), h. 12-29.
49. Solomons, David, “Economic and Accounting Concepts of Income,” The
Accounting Review (Juli 1961), h. 374-83; Lemke, Kenneth W., “Asset Valuation
and Income Theory,” The Accounting Review (Januari 1966), h. 33-41.
50. Chambers, R.J., “Blueprint for a Theory of Accounting,” Accounting Research
(Januari 1955), h. 21-2.
51. May, G.O., Financial Accountig (New York:Macmilllan, 1943), h. 19.
52. Beaver, W.H., Kennelly, J.W., dan Voss, W.M., “Predictive Ability as a Criterion
for the Evaluation of Accounting of Accounting Data,” The Accounting Review
(Oktober 1968), h. 675-83; Sterling, Robert R., “Decision-Oriented Financial
Accounting,” Accounting and Business Research (Musim Panas 1972), h. 198-
208.
53. Beaver, W.H., Kennelly, J.W., dan Voss, W.M., “Predictive Ability as a Criterion
for a the Evaluation of Accounting Data,” op.cit. h. 675.
54. Ibid., h,680.
55. Sterling, Robert R., “Decision-Oriented Financial Accounting,” op.cit., h. 198.
56. Ibid., h,199.
57. Ibid., h,201.
58. Ibid., h,199.
59. Gonedes, N.J., “Efficient Capital Markets and External Accounting,” The
Accounting Review (Januari 1972); Gonedes, N.J., dan Dopuch, N., “Capital-
Market Equilibrium, Information Production and Selecting Accounting
Techniques: Theoretical Framework and Review of Empirical Work,” Studies in
Financial Accounting Objectives, 1974, Suplemen untuk Journal of Accounting
Research (12,1974), h.48-125.
60. Spence,M., “Job-Market Signaling,” Quaeterly Journal of Ecnomic ( Agustus
1973), h. 356-75.

45
61. Rodner, Roy, “Competitive Equilibrium Under Uncertainty,” Econometrica
(Januari 1968), h. 60-85.
62. Beaver, W.H., “The Habivior of Security Processing and ITS Implications for
Accounting Research (Methods),” dalam Report of the Committee on Research
Methodology ini Accounting, suplemen untuk The Accounting Review (47, 1972),
h. 407-37.
63. Fama, E.F., “The Habivior of Stock Market Prices,” Journal of business (Januari
1965), h. 34-105.
64. Beaver, W.H., “Markey Effeciency,” The Accounting Review (Januari 1981),h. 28.
65. Fama, E.F., “Effeciency Capital Markets: A Review of Their and Empirical
Work,” Journal of Finance (Mei 1970), h. 383-417.
66. Sharpe, W.F., “Capital-Asset Pricing—A Theory of Market Equilibrium under
Condition of Risk,” Journal of Finance (September 1964), h. 425-42.
67. Ross, A.S., “The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing,” Journal of Ecnomic
Theory (Desember 1976), h. 341-60.
68. Black, F., dan Scholes, M., “The Pricing of Options and Corporate Liabilities,”
Journal air Political Economy (Mei/Juni 1973), h. 637-54.
69. Sharpe, W.F., “A Simplified Model of Portofolio Approach,” Management
Science (Januari 1963), h. 277-93.
70. Chen, S.N., dan Lee, C.F., “Bayesian and Mixed Estimation of Time-Varying
Beats,” Journal of Ecnomics and Business (Desember 1982), h. 291-301.
71. Ohlson, J., “Earnings, Book Values, and Dividends ini Security Valuation,”
Working Paper, Columbia University,1991.
72. Barth, M., “Relative Measurements Errors Among Alternative Pension Asset and
Liability Measures,” The Accounting Review (Juli 1991), h. 433-63.
73. Collins, D.W., dan Kothari, S.E., “An Analysis of Intertemporal and Cross-
Sectional Determinants of Earning Response Coefficients,” Journal of
Accounting and Ecnomics (11, 1989), h. 143-81.
74. Easton, P.D., dan Harris, T.S., “Earnings as an Explanatory Variable for Returns,”
Journal of Accounting Research (Musim Semi 1991), h. 19-36.
75. Bruns, Williams J., jr., “Accounting Information and Decision Making: Some
Behavioral Hypotheses,” The Accounting Review (Juli 1968), h. 479-80.
76. Gibbins, Michael, “Propositions about the Psychology of Professional Judgment
ini Public Accounting,” Journal of Accounting Research (Musim Semi 1984), h.

46
103-25.
77. Riahi-Belkaoui, Ahmed, The Cultural Shaping of Accounting (Westport, CT:
Greenwood Press, 1995).
78. Dykman, T.R., Gibbons,M.,Swieringa, R.J., “Experiamental and Survey Research
ini Financial Accounting: A Review and Evolution,” dalam A.R Abdel Khalik dan
Tidak.E Keller (editor), The impact of Accounting Research in Financial
Accounting and Discosures on Accounting Patrice (Durham, N.C Duke
University Press, 1978), h. 49-89.
79. Riahi-Belkaoui, Ahmed, The Linguistic Shaping of Accounting (Westport, CT:
Greenwood Press,1996).
80. Riahi-Belkaoui, Ahmed, “Actual Accounting, Modified Cash Basis of Accounting
and the Loan Decision And Experiment ini Function,” Managerial Finance (18,
5, 1992), h. 3-13.
81. Prakash, P., dan Rappaport, A., “information Inductance and its Significance for
Accounting,” Accounting, Organization, and Society (Desember 1982), h. 233.
82. Riahi-Belkaoui, Ahmed, organization and Budgetary Slack (Westport, CT:
Greenwood Press, 1994).
83. Otleye,D.T., “The Contingency Theory of Management Accounting: Achievement
and Prognosis,” Accounting, Organizations, and Society (Desember 1989), h.
413-28.
84. Riahi-Belkaoui, Ahmed, “The Effects of Coal Setting and Task Uncertainty on
Task Outcomes,” Management Accounting Research (Juni 1990), h. 41-60.
85. Riahi-Belkaoui, Ahmed, Human Information Processing (Westport, CT:
Greenwood Press,1989).
86. Brunswick, E., The Conceptual Framework of Psychology (Chicago, IL:
University of Chicago Press, 1952).
87. Edwards, W., “Conservarism in Human Information Processing,” dalam B.
Kleinmutz (editor), Formal Respresentation of Human Judgment (New York:
Wiley, 1968).
88. Payne, J.N., Braunstein, M.L., dan Caroll, J.S., “Exploring Predecisional
Behavior: An Alternative Approach to Decision Research,” Organizational
Behavior and Human Performance (Februari 1978), h. 14-44.
89. Huysman, J.H.B., “ The Effectiveness of Cognitive Style Constraint on
Implementing Operations Research Proposals,” Management Science (September

47
1970), h. 94-5.
90. Feltham, Gerald A., “The Value of Information,” The Accounting Review
(Oktober 1968), h. 684-96; Crandall, Robert H., “information Economics and Its
Implications for the further Development of Accounting Theory,” The Accounting
Review (Juli 1969), h. 457-66; Feltham, Gerald A., dan Semakin, Joel S., “The
Use of Models in Information Evaluation, “The Accounting Review (Juli 1969),
h. 456-66.
91. Crandall, Robert H., “Information Economics and Its Implications for the further
Development of Accounting Theory,” op. Cut., h. 464.
92. Ibid., h. 458.
93. Feltham, Gerald A., dan Demski, Joel S., “The Use of Models in Information
Evaluation,” op. cit., h. 626.
94. Beaver, William, dan Demski, Joel S., “The Nature of income Measurements,”
The Accounting Review (Januari 1979), h. 43.
95. Marshal, Jacob, dan Radner, Roy, Economic Theory of Teams (New Haven, CT:
Yale University Press, 1972).
96. Hatfield, H.R., “A Historical Defense of Bookkeeping,” Journal of Accounting
(April 1924), h. 241-53.
97. Riahi-Belkaoui, Ahmed, Inquiry and Accounting: Alternative Methods and
Research prespective (Westport, CT: Qourum Books, 1987).
98. Buzzell, Robert D., “Is Marketing a Science?” Harvard Business Review
(Januari-Februari 1963), h. 37.
99. Hempel, C.G., “Logical Positivism and the Social Science,” dalam P. Achinstein
dan S.E Barker (editor) l, Legacy of Logical Positivism (Baltimore, MD: Jhons
Hopkins University of Chicago Press, 1969), h. 151.
100. Bunge, Marie, Scientific Research I: The Search for system (New York:
Spring 1967),h. 336.
101. Derrida, J., Writing and Difference (penerjemah A. Bisa) (Chicago,IL:
University of Chicago Press, 1978).
102. Norris, C., Descontruction: Theory and Partice (New York: Mathuen, 1982),
hm 18-19.
103. Arrington, C. Edward, dan Francis, Jerc R., “Letting the Cat Out of the Bag:
Descontruction, Privilage and Accounting Research,” Accounting, Organization
and Society (Januari 1989), h. 7.

48
104. Jensen, Michael, “Organization Theory and Methodology,” The Accounting
Review (April 1983), h. 319-39.
105. Engels, F., dan Marx, K., “The Holy Family', dalam R. Naum dan F. Engels
(editor), Collected works, Vol.4 (New York: Internasional Publishers, 1975),h 86.
106. Hegel, G.W.F., Hegel's Philisophy of the Right, penerjemah T.M Knox
(Oxford: Claredon Press, 1942), h. 131-4.
107. Bernstein, B., “Social Class, Language, and Socialization,” dalam F.A
Sebeok (editor), Current Trends on Linguistics (The Hague: Monton, 1974).
108. Gouldner,A., “The New Class Project,I,” Theory and Society (6, 1978), h.
176-7.
109. Bourdieu, P., Reproduction ini Education, Society and Culture (Baverley
Hills, CA: Sage, 1977).
110.Gouldner,A.W., The future of the intellectuals and the Rise of the New Class
(New York: Continuum Publishing, 1979), h. 26.
111.Peasnell, K.V., dan Williams, D.J., “Ersatz Academics and Scholar-Saints: The
Supply of Financial Accounting Research,” Abacus (September 1986), h. 121-35.
112.Watts, R.L., dan Zimmerman, J.L., “The Demand for and Supply of Accounting
Theories: The Market for Excuses,” The Accounting y (April 1979).
113.Orleans, H., The Effects of Federal Programs on Higher Educationa
(Washington, D : The Brookings Institution, 1962).
114.Haried, A.A., “The Semantic Demensions of Financial Statements,” Journal of
Accounting Research (Musim Gugur 1980), h. 632-74.
115.Belkaoui, A., “Linguistic Rrlativinty on Accounting,” Accounting, Organizations
and Society (Oktober 1978), h. 97-100.
116.Belkaoui, A., “The interprofessional Linguistic Comumunication of Accounting
Concepts: An Experiment ini Sociolinguistics,” Journal of Accounting Research
(Musim Gugur 1980), h. 362-74.
117.Gouldner, A.W., The Future of the Intellectuals and the Rise of the New Class
(New York: Continuum Publishing, 1979), h. 26.
118.Lewis, M.T., Lin, W.T., dan Williams, D.Z., “The Economic Status of Accounting
Educators: An Empirical Study,” dalam B. Schwartz (editor), Advances in
Accounting, Vol. 1 (Greenwich, CT: JAI Press, 1984), h. 127.44.
119.Szelenyi, I., “Gouldner’s Theory of Intellectuals as a Flawed Universal Class,”
Theory and Society (11, 1982), h. 779-98.

49
120. Belkaoui, A., dan Chan, J., “Profesional Value System of Academic
Accountants,” dalam M. Neirmark (editor), Advances in Public Interest
Accounting, Vol. 2 (Greenwich, CT: JAI Press, 1987).
121. Merton, R.K., Social Theory and Social Structure (New York: Free Press,
1968), h. 265.
122. Nettl, J.P., “Power and the Intellectuals,” dalam C.C.O'Brien dan W.D.
Vanech (editor), Power and Consciousness (New York: New York University
Press,1969), h. 53-124.
123. Barros, C.W., “Intellectuals in Contemporary Social Theory: A Radikal
Critique,” Sociological Inquiry (Musim Gugur 1987), h. 415-30.
124. Ashcraft, R., “Political Theory and the Problem of Ideology,” Journal of
Politics (Agustus 1980), h. 687-705.
125. Ashcraft, R., “The Ideological and Sociological Interpretation of Intellectuals
Phenomena,” dalam K.H. Wolff (editor), dari Kael Mannheim (Oxford University
Press,1971), h. 116-31.
126. Shils, E., The Intellectuals and The Powers (Chicago, IL: University of
Chicago Press, 1982), h. 206-9
127. Lipset, S.M., dan Dobson, R.B., “The Intellectual as Critical and Rebel,”
Daedalus (101, Musim Panas 1972), h. 137-98.
128. Berger, P.L., “The Socialist Myth,” Public Interest (44, Musim Panas 1976),
h. 5.
129. Berger, P.L., The Constitution of Society (Chicago, IL: University of Chicago
Press, 1972), h. 191.
130. Machlup, F., The Production and Distribution of Knowledge in the United
States (Princeton, NJ: Princeton University Press, 1962).
131. Prince, D.K., The Scientific Easte di (Boston, MA: Harvard University Press,
1956).
132. Galbraith, J.K., The New Industrial State (New York: Houghton-Mifflin,
1978), h. 292-301.
133. Habermas, J., Toward a Rational Sociy (Bosty, MA: Beacon Press, 1970), h.
62-80.
134. Parsons, T., “The Intellectual: A Society Rule Category,” dalam On
Intellectuals (New York: Doubleday, 1970/, h. 14.
135. Popper, Karl, Conjecture and Refutations (London: Basic Books, 1963).

50
136. Lakatos, Imre, “Falsification and the the Methodology of Scientific
Research,” dalam Imre Lakatos dan Akan Musgrave (editor), Criticism and the
Growth of Knowledge (Cambridge: Cambridge University Press,1970), h. 119.
137. Ibid., h. 120.
138. Ibid., h. 106-9.

REFERENSI
American Accounting Association, Committee on Concepts and Standards Financial,
Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance (Sarasota, FL: American
Accounting Association, 1977).
Arrington, C.E., dan Francis, J.E., “Letting the Cat Out of the Bag: Descontruction,
Privilage, and Accounting Research,” Accounting, Organizations and Society (Januari
1985), h. 1-88.
Belkaoui, Ahmed, Socio-Economic Accounting (Westport, CT: Quorum Books, 1984).
I Belkaoui. Ahmed, Public Policy and The Problems and Particies of Accounting
(Westport, CT: Qourum Books, 1989).
Belkaoui, Ahmed, The Coming Crisis ini Accounting (Westport, CT: Qourum
Books,1989).
Burrell, G., Dan Morgan, G., Sociological Paradigms and Organizations Analysis
(London: Heinemann, 1978).
Chau, wia Fong, “Radical Development in Accounting Thought.” The Accounting
Review (Oktober 1986), h. 601-32.
Chau, Wia Fong, “Interprerive Sociologyamd Management Accounting Research
Review,” Accounting, Auditing and Accountabilility (1, 2, 1988), h. 59-79.
Cooper, D.J., dan Sharer. M.J., “The Value of Corporate Accounting Reports:
Arguments for a Political Economy of Accounting,” Accounting, Organizations and
Society (1984),h. 207-32.
Danos, Paul, “A Revolusioner in Accounting Thought? A Comment,”the Accounting
Review (Juli 1977), h.746-7.
Derrida, J., Writing and Difference (penerjemah A. Bass) (Chicago: The University of
Chicago Press, 1978).
Hakansson, Nils H., “Where We are on Accounting: A Review of Statement on
Accounting Theory and Theory Acceptance,” The Accounting Review (Juli 1978), h.
717-25

51
Hopwood, A.G., “On Trying to Study Accounting ini the contexts on which of
Options,”. Accounting, Organizations and Society (1983),h. 361-74.
Hunt, Herbert G., III, dan Hogler, Raymond L., “Agency Theory as Ideology: A
Comparative Analysis Based on Critical Legal Theory and Radical Accounting,
Accounting l, Organizations and Society (Agustus 1990), h. 437-54.
Kuhn, Thomas S,. “The Structure of Scientific Revolusions,” dalam Internasional
Endyclopedia of Unifed science, oelruasay edisi 2 (Chicago: University of Chicago
Press,1970).
Laughlin, Richard C., “Acconting system in Organizations centexts: A Case for
Critical Theory,” Accounting, Organizations and Society (Oktober 1978), h. 479-507.
Peasnell, K.V., “statment on Accounting Theory and Theory Acceptance: A review
articel,” Accounting and Business research center (Musim Panas 1978), h. 217-25.
Riahi-Belkaoui, Ahmed, Socio-Economic Accounting (Westport, CT: Greenwood
publishing, 1984).
Riahi-Belkaoui Ahmed The Coming Crisis in Accounting. Alternative Methods and
Research prespective Westport CT Greenwood publishing 1987
Riahi-Belkaoui Ahmed The Coming Crisis in Accounting Westport CT Greenwood
publishing 1989
Riahi-Belkaoui Ahmed Behavioral Accounting Westport CT Greenwood publishing
1989
Riahi-Belkaoui Ahmed Human Information Processing Westport CT Greenwood
publishing 1989
Riahi-Belkaoui Ahmed morality in Accounting Westport CT Greenwood publishing
1992
Riahi-Belkaoui Ahmed Accounting: A multiple paradigm science Westport CT
Greenwood publishing 1996
Riahi-Belkaoui Ahmed fairness in Accounting Westport CT Greenwood publishing
1996.
Riahi-Belkaoui Ahmed research prespective in Accounting Westport CT Greenwood
publishing 1997
Rihai-Belkoui Ahmed financial Analysis and the predictabily of important Economics
events Westport CT Greenwood publishing 1999
Riahi-Belkaoui Ahmed Capital structure Determination Evaluation and Accounting
Westport CT Greenwood publishing 1999

52
Riahi-Belkaoui Ahmed Corporate Social aweareness and Financial Outcomes
Westport CT Greenwood publishing 1999

53

Anda mungkin juga menyukai