Anda di halaman 1dari 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

MODEL
HIDROLOGI

Sobriyah

UNS Press

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MODEL HIDROLOGI
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret

Cetakan Peertama
April 2012

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari penerbit,


sebagian atau seluruh isi dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint,
microfilm dan sebagainya.

ISBN:

Hak cipta @ 2012 pada UNS Press


Diterbitkan oleh: UNS Press Surakarta
Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36 A
Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................ vii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1. Umum ...................................................................... 1
1.2. Klasifikasi Model Hidrologi ..................................... 3
1.3. Konsep Dasar Hidrologi ........................................... 4

BAB II. PENYIAPAN DATA ............................................................ 7


2.1. Klasifikasi Data ........................................................ 7
2.2. Data Meteorologi .................................................... 7
2.2.1. Data Hujan .................................................. 8
2.2.1.1. Pengukuran Hujan ....................... 8
2.2.1.2. Uji Data Hujan.............................. 9
2.2.1.3. Durasi Hujan ................................ 11
2.2.1.4. Pola Distribusi Hujan ................... 13
2.2.1.5. Hujan Daerah ............................... 15
2.2.2. Data Evaporasi ............................................ 18
2.3. Data Fisik Daerah Aliran Sungai ............................... 19
2.3.1. Permukaan Lahan ....................................... 19
2.3.2. Sistem Pengatusan...................................... 20
2.3.3. Sistem Penampungan ................................. 21
2.4. Data Aliran Sungai ................................................... 23
2.4.1. Pembacaan Tinggi Muka Air Manual .......... 24
2.4.2. Pembacaan Tinggi Muka Air Otomatis ....... 25
2.4.3. Pembuatan Liku Kalibrasi (rating curve) ..... 26

BAB III. PROSES HIDROLOGI ........................................................ 29


3.1. Proses di Permukaan Tanah .................................... 29
3.1.1. Intersepsi .................................................... 29
3.1.2. Infiltrasi ....................................................... 31
3.1.3. Evapotranspirasi ......................................... 32
3.1.4. Limpasan Permukaan.................................. 37
3.1.4.1. Aliran Limpasan Metode Izzard ... 37
3.1.4.2. Aliran Limpasan Viessman ........... 40
3.1.4.3. Aliran Limpasan Ponce ................ 42

vii

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.1.4.4. Aliran Limpasan Metode


Rasional ...................................... 43
3.1.4.5. Metode Time – Area ................... 47
3.2. Proses di Sungai ..................................................... 50
3.2.1. Penelusuran Banjir Metode Muskingum .... 51
3.2.2. Penelusuran Banjir Metode O’Donnel ........ 54
3.2.3. Penelusuran Banjir Metode Muskingum-
Cunge ......................................................... 55
3.2.4. Penelusuran Banjir Metode gabungan
O’Donnel dan Muskingum-Cunge ............... 57
3.3. Proses di Waduk ...................................................... 61

BAB IV. PENGEMBANGAN METODE RASIONAL ........................... 63


4.1. Pengaruh Durasi Hujan dan Waktu Konsentrasi
Terhadap Debit Puncak Metode Rasional ............... 63
4.2. Kajian Metode Time Area ........................................ 67
4.3. Metode Rasional dengan Sistem Grid ..................... 72

BAB V. MODEL HUJAN-ALIRAN UNTUK DAS BESAR BERBASIS


RUMUS RASIONAL .......................................................... 79
5.1. Perkembangan Model Hujan-Aliran ........................ 79
5.2. Penentuan Daerah Penelitian .................................. 83
5.3. Pengumpulan Data .................................................. 84
5.4. Pembagian Sub DAS Bengawan Solo ....................... 85
5.5. Pembagian Grid Pada Sub DAS ................................ 86
5.6. Penyusunan Model Hujan-Aliran ............................. 87
5.7. Pemilihan Stasiun Hujan .......................................... 90
5.8. Pemilihan Pasangan Data Hujan dan Aliran ............ 94
5.9. Kalibrasi Model ........................................................ 98
5.10.Hasil Running Model Hujan-Aliran........................... 100
5.11.Pembahasan ............................................................ 105
5.12.Prosedur Perhitungan Debit Banjir DAS Besar ........ 109

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 112

viii

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah


melimpahkan segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulisan buku
Model Hidrologi ini dapat diselesaikan.

Materi yang terkandung dalam buku ini merupakan rangkuman


dari beberapa buku referensi dan jurnal seperti yang diberikan dalam
daftar pustaka, pengalaman penelitian, pengalaman penulis dalam
memberikan kuliah yang terkait dengan masalah model hidrologi dan
hidrologi. Masih sedikit buku yang menjelaskan tentang model hidrologi.
Oleh karena itu penulis memberanikan diri untuk menulisnya dengan
tujuan agar dapat digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,
mahasiswa Magister Teknik Sipil bidang Keairan maupun peneliti di
bidang Hidrologi.

Bab I dari buku ini menguraikan pendahuluan yang menjelaskan


tentang tujuan pembuatan model hidrologi, klasifikasi model hidrologi
dan konsep dasar penyusunan model. Bab II menyuguhkan tentang
penyiapan data yang diawali dengan penjelasan klasifikasi data.
Selanjutnya menguraikan penyiapan data meteorologi, khusus untuk
data hujan dan evaporasi yang banyak digunakan dalam penyusunan
model hidrologi. Penyiapan data lainnya yaitu data fisik daerah aliran
sungai (DAS) dan data aliran sungai. Bab III menguraikan proses hidrologi
yang berisi proses air di permukaan tanah, proses di sungai dan proses di
waduk. Bab IV menguraikan pengembangan model Rasional yang berisi
tinjauan keterbatasan pemakaian model Rasional dan metode time area.
Keterbatasan kedua model tersebut menumbuhkan ide untuk
mengembangkan model Rasional dengan sistem grid. Bab V dalam buku
ini menguraikan tentang model hujan aliran untuk DAS besar yang
berbasis pada rumus Rasional yang merupakan pengalaman penelitian
penulis saat menyusun disertasi.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnyanya kepada pimpinan Universitas Sebelas Maret (UNS),
pimpinan Fakultas Teknik, pimpinan Jurusan Teknik Sipil dan teman-
teman dosen di Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan dorongan
kepada penulis untuk menyelesaikan buku ini. Terimakasih juga kami

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

haturkan kepada para dosen di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT


UGM, khususnya kepada Prof. Dr. Ir.Sudjarwadi, M.Eng dan Prof. Dr. Ir.
Sri Harto BR, Dip.H. atas segala bimbingannya sewaktu penulis menjadi
mahasiswa S1, S2 dan S3 di UGM.

Akhir kata penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
sempurna karena manusia tidak luput dari khilaf. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang akan digunakan
sebagai masukan bagi penyempurnaan buku ini. Semoga buku ini
bermanfaat.

Surakarta, Februari 2012


Penulis,

Sobriyah

vi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Model Hidrologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. UMUM
Indonesia merupakan negara beriklim tropika humida (humid
tropic) yang pada musim hujan mempunyai curah hujan tinggi. Sebagai
akibatnya di beberapa tempat terjadi banjir yang banyak menimbulkan
kerugian baik nyawa maupun harta benda. Untuk mengurangi kerugian
tersebut dilakukan pengendalian banjir dengan berbagai cara antara lain
pembuatan waduk, tanggul-tanggul banjir dan sebagian aliran dialihkan
melalui saluran buatan.

Kegiatan pengendalian banjir tersebut memerlukan informasi


tentang karakter banjir yang terjadi. Informasi yang diperlukan
menyangkut besarnya debit banjir, lama waktu sampai ke puncak, dan
volume aliran banjirnya. Informasi ini akan diperoleh dengan mudah jika
di lokasi banjir terdapat pengamatan tinggi muka air banjir pada periode
yang cukup panjang dan mempunyai data pengukuran debit pada saat-
saat tertentu. Namun sayangnya pengamatan tinggi muka air banjir
otomatis belum tentu ada di lokasi banjir yang akan dikendalikan.

Keterbatasan data pengamatan tinggi muka air banjir otomatis


dan pengukuran debit sesaat tersebut mendorong pengembangan
model tanggapan Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap hujan. Dalam
penyusunan model tersebut, titik berat analisis dipusatkan pada proses
pengalihragaman (transformation) hujan menjadi aliran melalui sistem
DAS. Komponen-komponen yang berpengaruh dalam proses perlu
diamati dan ditelaah dengan baik berdasar konsep model hidrologi
yaitu daur hidrologi (hydrologic cycle ) dan neraca air (water balance).

Proses hujan menjadi aliran yang sebenarnya terjadi di alam


sedemikian rumit, sehingga sulit untuk disimulasikan (ditirukan) seluruh
kejadiannya ke dalam sebuah model. Pada awalnya model hidrologi
dibuat secara sederhana, mudah diterapkan dan cocok untuk
perencanaan konstruksi sederhana. Model biasanya berbentuk rumus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Hidrologi digilib.uns.ac.id

praktis yang menghubungkan secara langsung hujan dengan debit aliran.


Selanjutnya model dikembangkan menjadi model-model yang cukup
rumit seiring dengan kemajuan teknologi komputer. Keluaran (output)
model dapat berupa debit puncak atau hidrograf aliran yang dapat
memberikan informasi besarnya aliran dari waktu ke waktu. Struktur
model yang diciptakan sangat tergantung dari tujuan model tersebut
dibuat.

Model hidrologi yang menganalisis pengalihragaman hujan


menjadi aliran dipengaruhi oleh banyak sekali faktor diantaranya
meteorologi, hidrologi, geologi dan tata guna lahan. Oleh karena itu
dalam penganalisisan Daerah Aliran Sungai perlu diperhatikan 4 hal yang
terkait (Fleming, 1975) :
1. Fase lahan (land phase) mempertimbangkan air di atas permukaan
tanah, baik sebagai aliran yang masuk ke dalam tanah maupun aliran
limpasan. Dalam hal ini tidak dipandang limpasan permukaan
(surface runoff) sebagai aliran di dalam saluran.
2. Fase sungai (river phase) mempertimbangkan semua aspek aliran
dalam saluran (sungai), termasuk di dalamnya proses penggerusan,
sedimentasi, variasi aliran melalui sistem sungai, variabilitas kualitas
air dan semua proses yang terjadi dan bervariasi sesuai dengan sifat
aliran.
3. Fase tampungan (reservoir phase) termasuk tampungan alami
maupun buatan, dan proses-proses yang menyangkut masukan,
keluaran, sedimentasi di tampungan (reservoir), kualitas air, dan
proses biologi.
4. Fase bawah permukaan (subsurface phase) menyangkut semua
proses yang berkaitan dengan aliran dan tampungan air di bawah
permukaan tanah, hubungan antara masukan dan keluaran,
kontaminasi, isian buatan maupun alami (artificial and natural
recharge).
Apabila diperhatikan saran Fleming itu sangat kompleks sehingga sulit
dimasukkan dalam sebuah model, oleh karena itu perlu dilakukan
penyederhanaan.

Perkembangan model hidrologi sedemikian pesat sehingga dalam


memilih model untuk analisis hidrologi harus dilihat (Sri Harto dan
Sudjarwadi, 1988) :
1. darimana dan dengan kondisi seperti apa model tersebut
dikembangkan,
2. untuk tujuan apa model tersebut dikembangkan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Model Hidrologi

BAB II
PENYIAPAN DATA

2.1 Klasifikasi Data

Pemakaian model hidrologi dalam praktek sangat bervariasi


diantaranya untuk irigasi, drainasi, pengendalian banjir dan lain
sebagainya. Kebutuhan data untuk setiap model bervariasi tergantung
parameter yang terkait dalam proses. Dalam praktek sering dicampur
adukkan antara variabel dan parameter. Menurut Clarke (1973)
parameter adalah besaran yang menandai suatu sistem hidrologi yang
memiliki nilai tetap dan tidak tergantung dari waktu, sedangkan variabel
adalah besaran yang menandai suatu sistem yang dapat diukur dan
memiliki nilai berbeda pada waktu yang berbeda.

Data yang dibutuhkan dalam model hidrologi dapat


diklasifikasikan sebagai data berikut (Flemming, 1975):
1. Data meteorologi merupakan data yang mencakup transformasi
massa dan tenaga dari dan ke permukaan tanah. Dalam hidrologi
berupa data hujan, evaporasi, sedimen dan berbagai bahan
pencemar baik alami maupun buatan
2. Data proses mencakup besaran proses yang berpengaruh terhadap
gerakan dan distribusi air di permukaan diantaranya intersepsi,
infiltrasi, dan tampungan cekungan
3. Data fisik adalah semua data yang digunakan untuk mendiskripsikan
sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).

2.2 Data Meteorologi


Pengumpulan data meteorologi harus memperhatikan variabilitas
ruang dan waktu. Untuk mendapatkan data yang baik seyogyanya
tersedia jaringan pengukuran yang baik dan pengamat yang kompeten.
Untuk meyakinkan kualitas data tersedia dapat dilakukan validitas data
yang dapat dilakukan dengan berbagai cara.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Hidrologi digilib.uns.ac.id

Data meteorologi yang banyak dibutuhkan dalam model hidrologi


adalah data hujan dan evaporasi. Kedua data tersebut dapat diperoleh
dari pengukuran langsung di lapangan. Namun demikian, jika data
evaporasi tidak diperoleh dapat diprediksi dengan menggunakan rumus.

2.2.1 Data Hujan


Hujan adalah uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam
rangkaian proses siklus hidrologi. Data hujan dapat diperoleh dari
setasiun pengamatan hujan yang dimiliki oleh instansi yang
membutuhkan data hujan. Instansi tersebut diantaranya Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pengairan, Dinas Pertanian, dan
Instansi Pengelola Bandara.

Jumlah hujan selalu dinyatakan dengan kedalaman hujan yang


diukur dalam mm atau cm dengan kurun waktu tertentu seperti jam,
hari, bulan dan tahun. Kedalaman hujan per satu satuan waktu dapat
dinyatakan dalam mm/jam yang dinyatakan sebagai intensitas hujan.
Hujan kecil mempunyai intensitas hujan < 3mm/jam, hujan sedang 3–10
mm dan hujan deras >10 mm (Ponce, 1989). Kedalaman hujan dapat
diukur dengan menggunakan alat yang bekerja secara manual atau
otomatis.

2.2.1.1. Pengukuran Hujan


Hujan yang diukur secara manual hanya dapat memberi informasi
kedalaman hujan total dalam sehari yang disebut hujan harian. Alatnya
disebut alat pengukur hujan biasa yang terdiri dari corong dan botol
penampung yang berfungsi sebagai bejana ukur, ditunjukkan pada
Gambar 2.1.

corong
tinggi

bejana ukur

Gambar 2.1. Alat ukur hujan manual

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Model Hidrologi

BAB III
PROSES HIDROLOGI

3.1. Proses di Permukaan Tanah


Proses di permukaan tanah adalah seluruh proses yang ada di
daerah tangkapan hujan yang memberi kontribusi air pada saluran/
sungai. Daerah tangkapan didefinisikan sebagai permukaan tanah yang
di dalamnya terdapat sistem drainase, sehingga model menjadi rumit.
Namun demikian, untuk penyederhanaan model sistem drainase dapat
diabaikan. Beberapa proses yang ada di permukaan dijelaskan pada
uraian berikut.

3.1.1. Intersepsi

Intersepsi adalah proses tertahannya air hujan di daun, ranting,


dahan pepohonan dan serasah yang terhampar di permukaan tanah.
Kanopi tanaman adalah permukaan tanaman yang dapat menahan
sebagian hujan. Kerapatan kanopi adalah proyeksi horizontal permukaan
tanaman per unit luas lahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut
(Fleming, 1975).
A
Dc = v (3.1)
Al
dengan:
Dc = kerapatan kanopi tanaman,
Av = proyeksi horisontal luas permukaan tanaman,
Ai = luas permukaan lahan yang terdapat Av.

Masukan ke simpanan intersepsi adalah hujan dan keluarannya


adalah kelebihan hujan setelah memenuhi kapasitas intersepsi dan
memenuhi kebutuhan evapotranspirasi. Proses tersebut dapat
dijelaskan pada Gambar 3.1 dan Rumus 3.2.

29

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Hidrologi digilib.uns.ac.id

P= Presipitasi

PxDc
P(1-Dc) Ein=evapotranspirasi
Dc=kerapatan kanopi

hujan sisa ∆Si


Si (mak)= Storage capacity

Tin= throughfall

Gambar 3.1 Proses intersepsi

DS i = (PxD c ) - Ein (3.2)


dengan:
DSi = perubahan tampungan intersepsi per satuan luas kanopi,
P = hujan per satuan luas DAS,
Dc = kerapatan kanopi,
Ein = evaporasi dan transpirasi dari tampungan intersepsi per
satuan luas.

Apabila evapotranapirasi lebih besar dari hujan maka tampungan


intersepsi akan berkurang dan sebaliknya apabila evapotranspirasi lebih
kecil dari hujan maka tampungan intersepsi akan bertambah.
Pertambahan tampungan ini akan terus berlangsung sampai kapasitas
intersepsi terpenuhi. Selanjutnya apabila hujan terus berlangsung dan
kapasitas intersepsi sudah terpenuhi maka kelebihan air akan mengalir
ke tanah lewat dahan tanaman (throughfall). Kelebihan air ini dapat
dihitung dengan Rumus 3.3 sebagai berikut.

Tin = (Sin(t -1) + DSi ) - Smax (3.3)


bila negatif =0

dengan:
Tin = kelebihan air intersepsi (throughfall),
Sin = intersepsi pada waktu (t-1),
DSi = penambahan intersepsi pada waktu t,
Smax = kapasitas maksimum intersepsi.

3.1.2 Infiltrasi

30

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Model Hidrologi

BAB IV
PENGEMBANGAN MODEL RASIONAL

Model hujan-aliran sederhana yang sampai saat ini masih


digunakan yaitu model Rasional. Model ini berorientasi pada banjir
dengan keluaran berupa debit puncak. Penerapan model ini terbatas
pada DAS kecil (Iman Subarkah, 1978 dan Ponce, 1989) yang mempunyai
waktu konsentrasi sama atau lebih kecil dari durasi hujannya
(Wanielista, 1990). Jika metode tersebut digunakan untuk
memperkirakan debit banjir DAS yang mempunyai waktu konsentrasi
lebih besar dari durasi hujannya akan diperoleh hasil yang tidak tepat
(Sobriyah dan Sudjarwadi, 1998). Pengembangan model Rasional untuk
DAS sedang (Viessman,1977, Ponce,1989, Wanieliesta,1990) yaitu
metode time-area dilakukan dengan membagi DAS menjadi subDAS-
subDAS dengan garis isochrone yang melintang sungai. Waktu
konsentrasi sub DAS sama dengan interval waktu hujannya. Metode ini
tidak dapat diterapkan jika waktu konsentrasi arah melebar DAS lebih
besar dari interval waktu hujannya, yang pada umumnya terjadi pada
DAS besar.

Permasalahan menarik yang kemudian muncul yaitu bagaimana


memperkirakan debit banjir atau hidrograf banjir DAS besar yang
berbasis pada model Rasional. Model hujan-aliran ini dirancang untuk
DAS besar tetap berorientasi pada banjir, penerapannya mudah dan
sederhana namun mempunyai nilai kebenaran yang cukup. Keluaran
yang diharapkan berupa hidrograf banjir.

4.1. Pengaruh Durasi Hujan dan Waktu Konsentrasi terhadap Debit


Puncak Metode Rasional

63

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Hidrologi digilib.uns.ac.id

Untuk mengetahui pengaruh perbandingan antara durasi hujan


dan waktu konsentrasi terhadap debit puncak dilakukan tes hitungan
pada tiga buah DAS hipotetik berbentuk segi empat yaitu DAS 1, DAS 2
dan DAS 3. Pada ketiga DAS tersebut mempunyai luas, koefisien aliran
(C), durasi dan intensitas hujan yang sama. Kecepatan aliran di lahan dan
sungainya berbeda karena perbedaan kondisi topografinya.

1,6km
Data :
Lebar DAS 1, 2 dan 3 = 1,6 km
Panjang DAS 1, 2 dan 3 = 1,86 km
Koef. aliran (C) DAS 1, 2 dan 3 = 0,5
1,86km Durasi hujan (dh) DAS 1, 2 dan 3 = 1 jam
Intensitas hujan (i) DAS 1, 2 dan 3
= 20 mm/jam

Kecepatan aliran di lahan DAS 1 = 0,3 m/dt


DAS 2 = 0,15 m/dt
DAS 3 = 0,678 m/dt
Kecepatan aliran di sungai DAS 1 = 2,0 m/dt
DAS 2 = 1,0 m/dt
DAS 3 = 3,0 m/dt

Daerah Aliran Sungai 1.


Kecepatan aliran di lahan = vL = 0,3 m/dt
Kecepatan aliran di sungai = v = 2,0 m/dt
0,8.1000 1,86.1000
+
0,3 2
tc = = 1 jam tc = d h
3600

Qp = 0,278 . C i A
i 20 mm Qp = 0,278 . 0,5 . 20 . 1,6 . 1,86
Qp = 8,27328 m3/dt
0 1 jam Volume = 1 . 8,27328 . 3600
= 29.783,808 m3
Qp
0 1 2 jam

64

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Model Hidrologi

BAB V
MODEL HUJAN-ALIRAN UNTUK DAS BESAR
BERBASIS RUMUS RASIONAL

5.1. Perkembangan Model Hujan-Aliran

Dalam praktek analisis hidrologi perkembangan model hidrologi


demikian pesat, karena didorong oleh hal-hal sebagai berikut (Flemming,
1975) :
1. ketidakpuasan terhadap pemakaian cara-cara lama, yang
didasarkan pada cara-cara empirik atau model-model yang
didasarkan hanya pada faktor geografis,
2. perkembangan perangkat lunak komputer,
3. perkembangan perangkat matematik untuk analisis data dan
penyusunan model,
4. ketersediaan dana untuk penelitian dan pengembangan cara-
cara baru,
5. kompleksnya sistem yang dianalisis,
6. timbulnya kesalahan dalam peramalan dan prakiraan.

Ruh-Ming Li (1974) mengembangkan model matematik yang


mensimulasikan proses fisik di lapangan untuk mengkaji respon DAS
kecil terhadap hujan. Model ini merupakan model distributed.
Penelusuran lahan dan sungai pada model ini menggunakan pendekatan
gelombang kinematik tidak linier. Penerapan model pada DAS Carrizal di
Venezuela memberikan hasil yang baik.

Crawford dan Linsley (Viessman dkk., 1977) mengembangkan


Stanford Watershed Model IV (SWM IV) untuk mensimulasikan
transformasi hujan menjadi aliran pada suatu DAS. Model ini telah
dikenal cukup luas. Struktur model SWM IV cukup lengkap dengan
berbagai fungsi penting menyangkut proses evapotranspirasi, intersepsi,
infiltrasi, tanah lapis atas, aliran limpasan, aliran antara, lapisan tanah
bawah, zona air tanah dan penelusuran aliran. Komponen penelusuran
model ini dibagi menjadi dua yaitu penelusuran aliran limpasan dan
penelusuran aliran di sungai. Hujan yang jatuh dalam suatu DAS akan

79

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Hidrologi digilib.uns.ac.id

didistribusikan menjadi aliran limpasan (over land flow), aliran antara


(inter flow), dan aliran dasar (groundwater flow). Jumlah total debit
aliran yang keluar dari DAS yang bersangkutan merupakan kombinasi
ketiga jenis aliran itu. Data masukan yang dibutuhkan ialah data hujan
jam-jaman atau hujan harian yang didistribusikan dalam hujan jam-
jaman, evaporasi harian, dan parameter DAS. Lengkapnya analisis siklus
hidrologi yang dilakukan, model ini memerlukan data yang lengkap. Hal
tersebut menyebabkan model tersebut tidak bisa diterapkan pada DAS
yang ketersediaan datanya kurang lengkap.

Sri Harto (1985) mengembangkan model perhitungan hidrograf


satuan sintetik Gama I yang telah memasukkan pengaruh parameter
DAS yaitu, faktor sumber, faktor lebar DAS, faktor simetri, frekuensi
sumber, luas DAS, panjang sungai, jumlah pertemuan sungai dan
kelandaian sungai rata-rata. Model hidrograf satuan sintetik Gama I
belum memberikan nilai ordinat hidrograf satuan dari waktu ke waktu
atau tidak dinyatakan sebagai fungsi kontinu dan orientasi utamanya
adalah nilai debit puncak. Namun demikian, dalam membangun model
ini Sri Harto menggunakan data hujan dan DAS-DAS kecil di Jawa,
sehingga lebih sesuai digunakan di Jawa daripada model hidrograf
satuan yang lain.

Darmadi (1990) mengembangkan hidrograf satuan sintetik yang


sudah memberikan nilai ordinat hidrograf satuan dari waktu ke waktu.
Jadi sudah merupakan fungsi kontinu. Nilai tetapan yang ada di dalam
fungsi kontinu tersebut ditetapkan berdasarkan parameter fisik DAS.
Model ini diterapkan untuk DAS kecil.

Suatu model yang memperkirakan hidrograf aliran dengan


menggunakan penginderaan jauh telah dikembangkan oleh Asher dan
Humborg (1992). Model ini didasarkan pada tiga sumber informasi, yaitu
(1) pengukuran aliran pada DAS kecil, (2) prakiraan hubungan hujan dan
aliran pada DAS itu dan (3) data penginderaan jauh. Data penginderaan
jauh digunakan untuk mengidentifikasi penutup tanah permukaan.
Anggapan yang digunakan pada model ini adalah DAS terdiri atas
sejumlah besar pixel (satellite picture elements). Setiap pixel meliputi
areal seluas 900 m2. Model distributed ini menghitung aliran yang
dihasilkan dari pixel-pixel pada suatu waktu dan pada suatu kedalaman
hujan dengan cara simulasi aliran. Perkiraan hidrograf aliran untuk DAS
Henno di Afrika Barat dengan luas 1,14 km2 cukup baik bila dibandingkan
dengan hasil pengukuran.

80

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Hidrologi digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Hydrologic Modelling System HEC-HMS, US Army Corps of


Engineers, Davis, USA.
Ade Sapji, 1996, Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana Untuk Sungai
Bagian Hilir, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fak. Teknik
UGM, Yogya.
Asher J.B. and Humberg G., 1992, A Partial Contributing Area Model for
Linking Rainfall Simulation Data With Hydrographs of a Small
Arid Watershed, Water resour. Res., 28, No. 8, 2041-2047.
Bambang Triatmodjo, 2009, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Darmadi, 1990, Analisis Hidrograaf Satuan Berdasarkan Parameter Fisik
Daerah Aliran Sungai, Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana, IPB,
Bogor.
Fleming G., 1975, Computer Simulation Techniques in Hydrology,
Elseveir, New York.
Hromadka T.V. and Whitley R.J., 1996, Rasional Method Equation and
HEC TD-15, Jour. Irr. and Drain. Eng., Vol. 122, No. 1, hal. 15.
Iman Subarkah, 1978, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea
Dharma, Bandung.
Joko Sujono, 1990, Prakiraan Hujan Rata-rata Daerah Aliran Sungai
dengan Reciprocal Distance Method, Laporan Penelitian Fak.
Teknik UGM, Yogyakarta
Linsley R.K., Kohler and Paulhus, 1975, Hydrology for Engineers, Mc.
Graw-Hill, New York.
Monenco, 1986, Hydrology, Lower Solo River Development Project,
Directorate General of Water Resources Development,
Ministry of Public works.
Nijssen, B., Lettenmaier, D.P., Liang, X., Wetzel, S.W., and Wood, E.F.,
1997, Streamflow Simulation for Continental-scale River
Basins, Water Resources Research, Vol.33, No.4, 711-724
Nippon Koei Co.,Ltd, 1999, Review of Hydrologi, Lower Solo River
Improvement Project Flood Forecasting and Warning System
for Bengawan Solo River Basin, Directorate General of Water
Resources Development, Ministry of Public works.

112

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Model Hidrologi

O’Donnel T., 1985, A Direct Three-parameter Muskingum Procedure


Incorporating Lateral Inflow, Hydrological Sciences Journal,
Vol.30, No.4, hal. 479-496.
Ponce V.M., 1989, Engineering Hydrology Principles and Practices,
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Raudkivi, A.J., 1979, Hydrology, Pergamon Press, New York.
Ruh-Ming Li, 1974, Mathenatical Modeling of Response from Small
Watershed, Dissertation, Colorado State University, Fort Collins,
Colorado.
Sobriyah dan Purwanti SP, 1998, Pengaruh Perbandingan antara Durasi
Hujan dan Waktu Konsentrasi terhadap Debit Puncak Hasil
Hitungan Model Berbasis Rumus Rasional, PIT HATHI 10 – 12
Desember, Bandung.
Sobriyah dan Sudjarwadi, 1998, Unjuk Hasil Model Hujan Aliran Berbasis
Rasional dan Sistem Grid, PIT dan Konggres HATHI, 10 – 12
Desembar, Bandung.
Sobriyah, 1999, Penelusuran Aliran Sungai Metode Muskingum – Cunge
nonlinear, PIT HATHI XVI, 25-26 Oktober, Bengkulu,
Sobriyah, 2000, Teknik Simulasi Debit Banjir DAS Kecil Menggunakan
Program Hitungan Berbasis Rumus Rasional, Kursus Singkat
Sistem Sumber Daya Air Dalam Rangka Otonomi Daerah,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM.
Sobriyah, 2000, Optimasi Sistem Pendataan untuk Simulasi Banjir
Kaitannya dengan Tataguna Lahan, PIT HATHI XVII, 18 – 19
Oktober , Pontianak.
Sobriyah dan Sudjarwadi, 2000, Penggabungan Metode O’Donnel dan
Muskingun-Cunge untuk Penelusuran Banjir pada Jaringan
Sungai, Media Teknik, Fakultas Teknik UGM, No.4 Th XXII, Edisi
November.
Sobriyah dan Sudjarwadi, 2001, Kalibrasi Model Hujan-Aliran EPPL, Studi
Kasus DAS Wuryantoro, Forum Teknik Sipil, Universitas Gadjah
Mada, Vol. X/1 Januari.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001, Input Data
Hujan dengan Sistem Grid Menggunakan Cara Pengisian Data
dan Tanpa Pengisian Data Hilang pada Sistem Poligon Thiesen,
PIT XVII HATHI 23-24 Oktober, Malang.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001,Pendekatan
Pemilihan Stasiun Hujan untuk Dasar Perhitungan Debit Banjir
Kasus DAS Bengawan Solo, Forum Teknik, Jurnal Teknologi,

113

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Hidrologi digilib.uns.ac.id

Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001,Penetapan


Waktu Antar Hujan, Durasi dan Distribusi Hujan Jam-jaman
untuk DAS Bengawan Solo, Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol.
9 No. 3, Edisi XXI/Oktober.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001,
Transformasi Karakteristika Hidrograf Grid 5x5 km2 dari Grid
0,1x0,1 km2Berdasarkan Model Rasional, PIT XVIII HATHI, 24-25
Oktober 2002, Pekanbaru-Riau.
Sobriyah, 2003, Pengembangan Perkiraan Banjir Daerah Aliran Sungai
Besar dari Sintesa Beberapa Persamaan Terpilih, Disertasi,
UGM, Yogyakarta.
Sofyan Dt., Moh Arief I dan Rustam Effendy, 1995, Pengaruh Perubahan
Karakteristik Basin Terhadap Hidrograph Banjir, Seminar
Fenomena Perubahan Watak Banjir, Jurusan Teknik Sipil, FT
UGM, Yogyakarta.
Sri Harto, 1985, Pengkajian Sifat Dasar Hidrograf-Satuan Sungai-sungai di
Pulau Jawa Untuk Perkiraan Banjir, Disertasi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sri Harto dan Sudjarwadi, 1988, Model Hidrologi, Pusat Antar Universitas
Ilmu Teknik UGM, Yogyakarta.
Sudjarwadi, Sri Harto, dan Darmanto, 1982, Debit Air Tersedia Daerah
Kupang Sambong, Laporan Penelitian, Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Swamee P.K., Ojha CS.P., and Abbas A, 1995, Mean Annual Flood
Estimation, Jour. Water. Res. Plan. and Man., Vol. 121, No. 6,
hal. 403.
Tri Budi Utama, 1995, Penyusunan Model Hidrologi Untuk Konservasi
Kuantitatif Sumberdaya Air Secara Rekayasa, Tesis, Jurusan
Teknik Sipil Program Pasca Sarjana, UGM, Yogyakarta.
Viessman W., Knapp J.W., and Harbaugh T.E., 1977, Introduction to
Hidrology, Harper & Row Publishers, New York.
Wang,G.T., Singh,V.P. dan Yu,F.X., 1992, A Rainfall-runoff Model for
Small Watersheds, Jour. Hydrol. Vol. 138, hal.97-117.
Wanielista, M.P., 1990, Hydrology and Water Quantity Control, John
Wiley and Sons, New York.
Ye,W., Bates,B.C., Viney,N.R., Sivapalan,M., and Jakeman,A.J., 1997,
Performance of Conceptual Rainfall-runoff Models in Low-
Yielding Ephemeral Catchments, Jour. Water Res. Research,
Vol.33, No.1, hal 153-166.

114

commit to user

Anda mungkin juga menyukai