Anda di halaman 1dari 100

PENJELASAN GAMBAR SAMPUL

Gambar sampul buku Pekan Keluarga GKP tahun 2015 ini mengacu pada tema “Berjumpa
dengan Allah dalam Kebaikan.”

Gambar dokar atau sado yang sedang berjalan ditarik oleh empat ekor sapi. Menuju arah yang
sama sambil mengangkut hasil bumi, mengingatkan kita pada Firman Tuhan, “Kuk yang Kupasang itu
ringan.” Dan bagi orang yang mau memikul “kuk” yang Tuhan berikan akan merasakan bertapa
kebaikan Tuhan itu nyata yaitu berupa penyertaanNya. Latar belakang hamparan sawah dan
perbukitan yang hijau. Subur dan menandakan adanya geliat kehidupan itu juga merupakan wujud
kebaikan Allah. Manusia berusaha dan Tuhan punya kuasa. Perjumpaan antara dua kekuatan yang
bersinergi akan menghasilkan kebaikan berupa sukacita dan keberhasilan hidup.

Gambar angklung sebagai alat musik tradisional khas Jawa Barat ini melukiskan
keharmonian. Beda suara dari tabung yang dihasilkan berpadu sangat harmoni menjadi suara yang
mengalun indah. Angklung juga dapat menjadi simbol perjumpaan dengan sesama yang beragam latar
belakang dan budayanya. Bahwa perbedaan itu bukan untuk diperdebatkan melainkan dipandang
sebagai sebuah kekayaan anugerah Tuhan, yang harus dijaga supaya tetap berada dalam keharmonian.
Itulah angklung. Kehidupan kitapun demikian.

1
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
KATA PENGANTAR

Delapan puluh satu tahun perjalanan sebagai Gereja Kristen Pasundan sebagai satu sinode
yang mandiri adalah proses yang terus menerus dipahami sebagai upaya menyatakan tanda-tanda
kerajaan Allah. Dalam perjalanan itu, belajar menerjemahkan kehendak Allah dalam konteks
pasundaan yang khas, ditengah persaudaraan Oikumenis dan dalam kehadiran di tengah bangsa
dengan pergumulan-pergumulannya menjadi sebuah proses yang akan terus berjalan.

Kelimpahan kasih setia dan pertolongan Allah yang dialami GerejaNya dalam perjalanan itu
bukan hanya terwujud dengan tetap terpeliharanya Gereja dalam hidup persekutuan yang penuh
dinamika, tetapi juga dan terlebih dalam ruang inti keberadaan Gereja itu sendiri; bagaimana keluarga
keluarga warga jemaat mengenali dan merasakan kasih setia Allah dalam hidup sehari-hari bukan
hanya dalam peristiwa peristiwa besar dan luar biasa. Keluarga adalah tempat generasi penerus yang
akan melanjutkan karya pelayanan Gereja dipersiapkan dengan keteladanan dan penanaman nilai-nilai
kehidupan yang baik dan benar.

Kemampuan untuk mengenali, merasakan dan mensyukuri kasih setia Allah dalam hidup tiap-
tiap anggota keluarga akan mendorong tiap keluarga sebagai inti persekutuan jemaat memiliki
semangat pelayanan yang meluap dengan limpah bagi kehidupan yang lebih luas. Pelayanan yang
dilakukan tidak hanya menjadi wilayah tanggung-jawab pribadi tertentu, tetapi menjadi sebuah
gerakan pelayanan yang diusung bersama sebagai murid-murid Kristus dengan berbagai karunia dan
talenta yang kelak harus kita pertanggung-jawabkan kepadaNya. Gereja tidak lagi menjadi tempat
dimana orang-orang tertentu berada dalam posisi menuntut dilayani, tetapi menjadi tempat dimana
tiap orang yang ada didalamnya dengan tulus saling melayani.

Perjalanan GKP dalam konteks masyarakat majemuk dan hidup sebagai bagian ditengah
keragaman dimana Tuhan menempatkannya, sejak awal telah menanamkan pemahaman bahwa Gereja
hadir bukan hanya untuk menikmati kasih setia dan anugerah Allah bagi dirinya sendiri. Gereja
ditempatkan oleh Allah untuk hidup bersama dengan saudara-saudara disekitarnya dan menyatakan
kebaikan Allah bagi sesama dan bersama-sama dengan seluruh potensi baik yang dapat terus
dikembangkan. Tentu sikap-sikap santun, ramah, sabar, jujur, empati, kesetiaan, ketekunan, kesediaan
untuk belajar, rendah hati, tulus dan nilai-nilai positif lainnya menjadi hal penting bahkan menjadi
prasyarat kebaikan Allah bisa dinyatakan. Dimulai dari persekutuan keluarga, dalam relasi anggota2
jemaat, sehingga dalam kehidupan lebih luas dapat di wujudkan panggilan bersama dalam ketulusan.
Pekan Keluarga yang dilakukan setiap kali seluruh bagian GKP memperingati dan merayakan
hari ulang tahun merupakan moment dimana warga GKP diingatkan kembali untuk membagun
kehidupan persektuan yang utuh mulai dari tiap keluarga, yang bersekutu dan bersama-sama mencari
kehendak Allah melihat dengan jernih kebesaran dan kemuliaan Allah ditengah-tengah kehidupan
yang melampaui kemajemukan yang sering digunakan menjadi sekat pembatas.

Karya Gereja yang nyata tidak senantiasa butuh kegiatan akbar, spektakuler dan sensasional.
Justru karya nyata dalam hidup sehari-harilah yang menjadi dasar yang kokoh bagi terwujudnya
kehidupan damai sejahtera Allah. Kreatifitas pelayanan yang sejak awal perjalanan GKP sudah
dikembangkan : pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial di berbagai tempat
di Jawa Bagian Barat adalah bekal bagi pelayanan Gereja. Aktualisasi dan proses untuk terus mencari
bentuk-bentuk pelayanan yang menjawab tantangan jaman agar menjadi relevan dan dibutuhkan
menjadi sebuah keharusan agar Gereja tetap dimampukan berkarya menyatakan tanda-tanda
kerajaanNya.

Materi yang disusun oleh Team/ Pokja HUT kiranya dapat membantu kita sekalian untuk
mengembangkan pesan-pesan Alkitab yang digali bersama-sama, dan menerjemahkannya kedalam
realitas hidup yang nyata. Sehingga ibadah, pemahaman Alkitab, renungan, yang disampaikan tidak

2
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
berhenti hanya pada pengertian-pengertian akan firman. Tetapi sungguh diperjuangkan menjadi
tindakan tiap pribadi, keluarga, jemaat bahkan GKP secara menyeluruh bersama-sama dengan sesama
ciptaan Allah.

Selamat Ulang Tahun, Selamat melaksanakan pekan keluarga, Selamat menemukan kehendak
Allah dalam praktek kebaikan bersama sesama.

Bandung, November 2015

Majelis Sinode GKP.

3
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
PETUNJUK PELAKSANAAN

Kegiatan Pekan Keluarga dilaksanakan pada 1 - 14 November 2015. Seluruh bahan


peribadahan (kecuali bahan untuk sekolah minggu) selama pekan keluarga dimuat dalam buku ini
dengan harapan dapat digunakan sesuai dengan petunjuk sebagai berikut:
1. Kegiatan Pembukaan Pekan Keluarga
Kebaktian Pembukaan dilaksanakan dalam Kebaktian Minggu, 1 November 2015 dengan
menggunakan Tata Kebaktian yang telah disediakan. Pada kesempatan ini dilaksanakan
pertukaran Pelayan Firman Sinodal
2. Kebaktian Minggu
Kebaktian Minggu pada tanggal 8 November 2015 menggunakan Tata Kebaktian yang
telah disediakan

3. Kebaktian Syukur HUT


Kebaktian syukur HUT ke-81 GKP dilaksanakan dalam jemaat masing- masing. Tata
Kebaktian Syukur telah disediakan dalam buku Pekan Keluarga ini.
4. Pemahaman Alkitab dalam KRT
Kebaktian Rumah Tangga dilaksanakan sesuai kebiasaan masing-masing Jemaat, dengan
menggunakan bahan bacaan Alkitab dan tata kebaktian yang disediakan.
5. Kebaktian Kategorial
Kebaktian Kategorial disiapkan sesuai dengan kategori terkait. Bahan bacaan Alkitab dan Tata
Kebaktian telah disediakan. Mengenai lagu pujian dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Bahan Ajar Sekolah Minggu
Renungan Bahan Ajar Sekolah Minggu, 1 dan 8 November terdapat dalam Buku Panduan
Mengajar Sekolah Minggu ed.1 Juli-Desember
7. Renungan Harian
Renungan Harian disediakan untuk digunakan setiap hari sesuai agenda yang ditentukan,
dilaksanakan dengan menggunakan Tata Kebaktian yang disediakan. Mengenai lagu pujian
dapat disiapkan dan disesuaikan oleh masing-masing Jemaat.

8. Persembahan Syukur
Persembahan Syukur dilaksanakan dalam Kebaktian Minggu, KRT, Kebaktian Kategorial,
Kegiatan Renungan Harian dalam rumah tangga dan dalam Kebaktian Syukur HUT ke-81 GKP.
Persembahan syukur dihimpun untuk mendukung kegiatan kebersamaan Se-Sinodal (dikirim ke
MS GKP)
9. Eks penerima beasiswa GKP
Kepada segenap eks penerima beasiswa GKP diharapkan dapat mendukung program pendanaan
beasiswa GKP. Bantuan dapat dikirimkan melalui Bank Mandiri dengan No. Rek. 130-0078000026
atas nama Majelis Sinode GKP.

4
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
DAFTAR ISI

1. Penjelasan Gambar Sampul ............................................................................. 1


2. Kata Pengantar ................................................................................................. 2
3. Petunjuk Pelaksanaan ..................................................................................... 4
4. Daftar Isi ......................................................................................................... 6
5. Artikel I: ........................................................................................................ 8
6. Artikel II: ...................................................................................................... 18
7. Tata Kebaktian Minggu & Syukur................................................................ 24
8. Tata Kebaktian KRT & Kategorial ............................................................... 42
10.Tata Kebaktian Renungan Harian ................................................................ 51
11.Bahan PA KRT & Katagorial........................................................................ 54
12.Renungan Minggu ......................................................................................... 88
14.Renungan Syukur HUT ................................................................................. 96
15. Renungan Harian ........................................................................................ 102
16.Susunan POKJA HUT ................................................................................. 129
17.Persembahan Pekan Keluarga 2015 ........................................................... 130

5
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
ARTIKEL HUT KE-81 GKP

6
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
ARTIKEL 1

KEBAIKAN MENJADI TITK JUMPA DENGAN SESAMA

Pdt.Supriatno,MTh.

1. Sepenggal Narasi Kitab Suci


Ada anggapan yang menyatakan seolah-olah kebaikan itu hanya mungkin dilakukan apabila
kita telah mencapai tingkat ketersediaan ekonomi yang cukup, posisi sosial yang baik dan lebih
dahulu melakukan bagi lingkungan sedniri lebih dahulu. Ternyata, kita suci berkisah lain. Kitab
suci kita mempunyai gambaran yang menggugurkan anggapan yang menjadi pola pikir (mindset)
yang beredar. Mari kita tengok bagaimana orang -orang kecil tapi tindakan kebaikannya agung..

Pertama, janda. Janda menunjuk status perempuan yang ditinggal suami karena kematian
atau sebab lain. Status ini menyandang kerentanan. Rentan dari segi tekanan sosial, sekarang saja
dapat terasa jika menyebut kata “janda” masih ada saja orang yang memaknai dengan nada
merendahkan, “ hati2, lho, dia janda!”. Atau “ dia, khan, janda”. Seolah-olah status kejandaan
pada seseorang menjadikan orang itu mempunyai perbuatan moral yang tercela, sehingga seorang
janda bisa menyeret orang lain melakukan yang ‘tidak-tidak’, alias tercela. Selain itu, janda juga
rentan dari tekanan ekonomi. Seorang janda adalah seorang yang telah kehilangan tiang utama
penopang nafkah ekonomi. Suami secara umum masih menyandang tugas dan kewajiban
memenuhi kebutuhan nafkah ekonomi keluarga. Manakala suami meninggal atau pergi maka
peran itu bergeser pada istrinya. Seorang janda akhirnya menjadi tumpuan utama yang
menggantikan peran suami mencari nafkah. Di pundaknya, beban ekonomi keluarga ditumpukan.

Kedua, Anak kecil. Anak kecil di mata masyarakat Israel tidak masuk sosok yang
diperhitungkan secara sosial. Ada doa seorang Yahudi ortodoks yang isinya mensyukuri menjadi
orang dewasa laki-laki sebaliknya merendahkan perempuan atau anak kecil. Dari sisi kondisi
psikologis anak-anak masih mengutamakan kepentinganya sendiri. Dalam dunia anak, mereka
sering konflik dengan teman sebayanya karena berebut klaim kepemilikan mainan, misalnya.
Orientasi pada diri sendiri sangat kuat. Dirinya menjadi pusat kepemilikan segala sesuatu. Atau,
seorang anak kecil yang merasa cemburu pada adik yang masih bayi karena dianggap mengambil
perhatian dan kasih ibunya.

Menarik, justru kesaksian Alkitab mengambil sosok-sosok yang rentan itu sebagai orang kecil
dengan keagungan kebaikannya. Janda yang disebut janda Sarpat mempunyai hanya sepotong
kecil roti dan minyak, sebuah jumlah minim sekali jangankan untuk orang lain bahkan buat drinya
sendiri juga ( 1Raja 17:7-24). Namun, perhatian dan empatinya yang kuat atas seorang nabi yang
sedang sangat membutuhkan makanan, mengalahkan dirinya sendiri. Dia menjadikan orang lain
sebagai prioritas ketimbang dirinya sendiri. Sungguh berbeda dengan ungkapan-ungkapan dan
praktek yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Malah ada yang tega, milik dan hak orang lain
justru diambil dan dirampas demi kepentingan sendiri.

Begitupun dengan anak kecil yang tampil dalam kisah penggandaan roti yang dapat
dikonsumsi ribuan orang (Mark 6:38). Tidak cukup di situ, rotinya pun bersisa dua belas bakul.
Anak kecil dan ransum yang dimilikinya, 5 potong roti dan 2 ekor ikan, memecahkan kebuntuan
ide dan kebingungan para murid terdekat Tuhan Yesus. Menyediakan ransum bagi ribuan orang
bukan perkara mudah pada jaman dahulu, bahkan sampai sekarang juga. Acara-acara pesta
gerejawi menjadi bahan cibiran manakala logistik makanan tidak sebanding dengan tamu yang
hadir. Para tamu yang kekurangan jatah konsumsi selalu menjadikan panitia panik dan berujung
malu kala tidak bisa mengatasi kekurangan distribusi konsumsi. Anak kecil itu bisa saja

7
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
menyimpan roti dan ikannya, dan diam-diam menyantapnya demi perutnya yang juga lapar. Tapi,
menydari di luar dirinya ada kebutuhan segera yang harus direspon. Kemudian, karena di matanya
orang lain menjadi prioritas yang harus dijawab maka tampillah kebaikannya menjadi alat yang
digunakan Tuhan Yesus menggandakan bagi kecukupan perut ribuan manusia yang lapar.

Jelaslah, lewat penggalan kisah dari kitab suci kita diyakinkan, kita sebenarnya bisa
menggulirkan kebaikan untuk orang lain tidak perlu harus menunggu dulu menjadi orang besar,
dengan kekayaan melimpah dan posisi sosial yang aman dan terjamin. Potensi sekecil apapun
yang diserahkan untuk kebaikan ternyata kemudian menjadi tindakan kebaikan yang fenomenal
atau mengagumkan. Janda dari Sarpat dan anak kecil secara faktual miskin tetapi hatinya kaya.
Sebaliknya, tantangan masa kini justru realitas sebaliknya. Bisa saja ada orang yang sebenarnya
posisi sosial ekonominya telah mapan, aman dan terjamin, tapi masih merasa miskin dan kurang
cukup. Secara faktual kaya, tetapi dari sisi kualitas cinta kasih dapat digolongkan miskin.
Konsekwensinya, dari hidupnya tidak mengalir kebaikan yang bisa melegakan hati yang tengah
sesak karena himpitan sulitnya kehidupan.

2. Pelaku Kebaikan Tanpa Nama (no name)

Alkitab tidak selalu menuturkan pelaku-pelaku kebaikan dengan identitas lengkap. Salah satu
yang kerap kita ketahui yaitu para pelakunya tanpa nama, atau no name (NN). Padahal kita
ketahui bersama nama itu tidak semata-mata label yang nempel pada diri seseorang agar
memudahkan sapaan dalam komunikasi. Nama tidak sesederhana itu. Nama itu mewakili
keberadaan sosok manusia tertentu. Karena faktor nama, seseorang bisa dan berani melakukan
aktivitas yang berat, berbahaya dan sulit. Lihat saja, karena ingin namanya dicatat dalam MURI
(Museum Rekor Indonesia), seseorang mau memanjat puncak gunung yang tinggi dan berbahaya.
Demikian juga, nama itu memberi motivasi pada seseorang untuk berbuat hal-hal bermanfaat
bagi diri sendiri atau orang lain.

Mengapa nama-nama pelaku kebaikan tidak disebutkan namanya? Taruhlah contoh dengan
janda dari Sarpat dan anak kecil dalam kisah Injil. Faktor disengaja diabaikankah? Yang jelas,
dengan cara demikian bisa menjadi pijakan kita melakukan pembelajaran. Dalam arti, pola itu
mengajak kita mengenali lebih berfokus pada tindakan atau aksinya daripada mencatat dan
menghapal namanya. Saya yakin, penulis Alkitab tahu benar bahwa nama itu sangat penting dan
berarti bagi seseorang. Jangankan buat manusia, semua benda pun di dunia ini dilabeli nama.
Dari sini, kita belajar aksi kebaikan jauh lebih penting daripada mempopulerkan sebuah nama.

Jika itu poin penting kita. Maka, jangan takut nama kita tidak diketahui orang lain sementara
itu kebaikan kita dikecap oleh orang lain. Philosophi garam merupakan penegasan hal tersebut.
Lebih baik kita dirasakan karyanya walaupun identitas kita tidak dikerek tinggi-tinggi. Yang
memprihatinkan kerap terjadi dan kita temukan adalah adanya orang yang namanya ingin
diketahui orang banyak padahal karyanya nol belaka. Lihatlah dalam kepanitiaan sebuah
kegiatan. Betapa banyak nama dicantumkan, sayangnya betapa sedikit yang sungguh-sungguh
bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas kepanitiaan. Atau, betapa tersinggungnya seseorang
yang punya jabatan dan pengaruh, ketika namanya lupa disebutkan oleh seseorang yang
menyampaikan kata sambutan dalam sebuah acara.

Di sinilah, warga GKP secara individu, atau GKP secara lembaga, diajak menghayati nilai
bahwa misi kita adalah berbuat baik lebih utama daripada mencari penghormatan nama. Aksinya
yang utama bukan sekedar cari popularitas nama diri atau lembaga. Tentu kita hapal benar
penggalan nasihat bijak yang berasal dari Injil, yakni hendaknya yang kita lakukan dengan tangan
kanan tidak perlu diketahui tangan kiri. Artinya, kemuliaan sebuah tindakan jangan dilunturkan

8
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
oleh motif ingin meraih popularitas nama diri semata-mata. Lebih luhur berlomba-lomba berbuat
kebaikan bukan berlomba-lomba mencari nama yang tidak memberi makna bagi sesama.

3. Kebaikan Mematahkan Prasangka


Prasangka adalah dugaan buruk atas diri seseorang. Prasangka lahir karena hasil indoktrinasi
atau penaburan informasi keliru yang dibuat terus-menerus dan tidak boleh dibantah. Warga GKP
bisa mempunyai prasangka terhadap warga gereja lain yang ada di luar GKP, apabila warga GKP
terus dicekoki informasi buruk tentang kebiasaan dan praktek gerejawi gereja non-GKP. Taruhlah
sebagai contoh, dalam kelas katekisasi sang pengajarnya terus menebarkan bahan ajar bahwa
Gereja Pantekosta adalah gereja yang cara ibadahnya mengganggu lingkungan. Maka, ketika
murid katekisasi itu bertemu dengan temannya yang beranggotakan di gereja Pantekosta segera
asosiasi yang muncul adalah bahwa sang temannya mempunyai ibadah yang mengganggu. Itulah
prasangka. Prasangka yaitu persepsi yang tertanam kuat pada diri seseorang dalam memandang
orang lain, dan umumnya persepsi buruk.

Konon, di masyarakat kita menurut ahli sosial ada 3 prasangka: prasangka etnis, prasangka
agama dan prasangka ideologis. Prasangka etnis merupakan persepsi negatif atas etnis tertentu.
Pada era orde baru, prasangka terhadap orang Tionghoa sangat kuat. Misalnya: prasangka bahwa
orang Tionghoa kurang nasionalis, atau orang Tionghoa yang menguasai ekonomi Indonesia
sekaligus yang menghancurkan kondisi perekonomian Indonesia. Prasangka selalu bersifat buruk
walaupun berbeda dengan fakta yang sebenarnya. Kita tahu banyak orang Tionghoa yang
memperlihatkan rasa nasionalisme yang tinggi dan kiprahnya di dunia ekonomi malah
memberikan andil besar bagi kemajuan ekonomi Indonesia. Jikalau ada segelintir orang Tionghoa
yang membenarkan prasangka itu, bukankah warga indonesia dari etnis yang lain pun
memperlihatkan wajah yang serupa pula.

Prasangka lain yang kronis atau akut di Indonesia adalah prasangka agama. Sesungguhnya
secara normatif setiap agama mengandung dan mengajarkan hal yang baik. Nilai-nilai universal
seperti: kejujuran, cinta kasih, kebaikan, toleran, hormat-mengormati, dll semuanya merupakan
nilai-nilai yang dikandung dan diajarkan oleh agama apapun. Sehingga melahirkan komentar
bahwa seharusnya di dunia ini tidak boleh ada relasi sosial atau relasi antar individu yang rusak
karena faktor agama. Alasannya jelas, terang benderang, yaitu tadi tidak ada satu pun agama
merestui konflik, kekerasan apalagi harus menghilangkan nyawa orang di luar komunitas atau
kelompok agamanya. Secara ideal komentar itu ada benarnya, Agama sesungguhnya membentuk
dan mengajar penganutnya berbuat hal-hal yang bersifat mengharmoniskan kehidupan bersama.

Pertanyaannya kini, mengapa kita masih menemui relasi disharmoni antar umat beragama
bahkan di lingkungan komunitas yang agamanya sama? Kita tahu ketidak-rukunan di antara
pemeluk yang agamanya sama tidak kalah menyedihkan dibanding antar umat berbeda agama. Di
kalangan umat muslim kini terus diperjuangkan dengan sekuat tenaga, pikiran dan daya agar
kalangan Syiah dan Ahmadiyah mendapat tempat yang diapresiasi secara terhormat dan layak
sebagai bagian keragaman yang tidak bisa ditolak. Kita, umat kristen mengklaim agama yang
mengusung kasih sebagai dasar etika dan moral seluruh perilaku. Tapi, sejarah berkisah
bagaimana orang-orang kristen dengan teologi tertentu yang dinilai berbeda diasingkan dan
dihukum berat oleh otoritas gereja. Sampai kini pun, tidak mudah sebuah keluarga menata
keharmonisan internalnya jika ada anggota keluarganya bergabung dengan gereja yang berbeda
dengan gereja yang mayoritas dipilih keluarga itu. Konkritnya, jika keluarga itu mayoritas
bergabung ke GKP lalu ada salah satu atau salah dua yang berpindah ke gereja kharismatik,
segera muncul suasana relasi yang mengganggu keharmonisan.

9
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Dengan kata lain, salah satu sumber yang bisa memicu prasangka adalah keperbedaan.
Keperbedaan memantik kegelisahan dan ketakutan. Kita memang sering mengintrodusir bahwa
keperbedaan itu mempunyai nilai kekayaan. Keperbedaan itu menjadikan dunia indah. Saya
setuju sekali. Bahkan saya setuju seratus prosen. Kita semua tidak bisa menanggung betapa
membosankan dan tidak menariknya kehidupan jika yang ada di dunia ini hanya satu warna. Jika
hanya ada satu warna biru di dunia, wah... tidak tertanggungkan tidak menariknya kehidupan.
Mata biru, rambut biru, daun berwarna biru, tembok biru, baju biru, dsb. Apa kata dunia? Itu jika
biru satu-satunya warna yang ada, apalagi jika warna hitam. Semua gelap dan kelam. Tak
terbayangkan dan mustahil. Barangkali iliustrasi tadi begitu naif. Namun yang hendak
disampaikan betapa beruntung dan indahnya hidup penuh warna.

Sayangnya, meski keperbedaan merupakan karunia yang memperkaya dan memperindah


kehidupan, keperbedaan ternyata menyimpan dimensi lain. Keperbedaan dianggap ancaman
potensial maupun nyata. Keperbedaan mengusik kemapanan situasi yang ada. Saya masih
menyimpan memori kejadian yang dialami oleh komunitas GKP di sebuah daerah tertentu.
Komunitas itu suatu waktu, mulai pimpinan Jemaat, pendeta Jemaat dan Warga jemaat
memprotes berdirinya sebuah bangunan gereja yang berlokasi dekat kampung komunitas tersebut
berada. Suhu kemarahan mereka meninggi. Protes keras mencuat. Mereka meminta agar gedung
gereja dan seluruh aktivitas gereja itu yang notabene bukan GKP agar ditutup.

Itu sebuah fenomena nyata, ketika datang yang berbeda maka lahirlah perasaan takut dan
terancam. Padahal, kita sering menggaungkan bahkan bernada jeritan aspirasi bahwa beribadah
merupakan hak asasi manusia yang tidak boleh dihalang-halangi oleh siapapun dan dalam
keadaan apapun. Kita menolak jadi korban, tetapi ternyata pada kesempatan lain justru baagian
GKP terperangkap pada posisi pelaku yang sikapnya menghambat hak asasi umat gereja lain
karena takut dengan hadirnya yang berbeda, dalam hal ini keberadaan gereja yang berbeda.
Senafas dengan itu, mengapa gereja mengalami penolakan di sebuah lokasi tertentu. Setelah
ditelusuri dan dikaji rupanya karena sebelumnya di daerah itu warga masyarakatnya homogen
secara keagamaan atau agama yang dianut hanya satu agama. Walhasil, mereka kaget dengan
kehadiran yang berbeda, seiring dengan itu tidak siap mengalami peralihan dari masyarakat yang
homogen (sama) ke masyarakat yang heterogen (majemuk/beragam). Takut jika pihak yang
datang menawarkan sesuatu yang baru yang jauh lebih menarik daripada yang mereka miliki.
Sehingga dalam jangka panjang dianggap bisa mengakibatkan perpindahan agama atau
perpindahan warga gereja.

4. Kebaikan Menjadi Titik Jumpa


Kekristenan atau agama kristen yang datang ke tatar Pasundan memperlihatkan wajah yang
berbeda dengan agama yang telah ada. Sekaligus budaya yang melekat pada para zendeling atau
pembawa kabar baik jelas berbeda mencolok dengan penduduk yang menghuni tatar Pasundan.
Sudah dapat diduga, penolakan menjadi bagian dari sikap yang diperlihatkan orang Sunda atas
kekristenan. Lembaga zending dan zendeling mengalami bentuk penolakan halus dan keras.
Orang Sunda yang berperingai halus dan berbahasa santun menempatkan kekristenan sebagai out-
group (kelompok luar) belaka, sehingga tidak mengherankan lembaga zending mengalami
kegagalan, kekecewaan dan putus-asa dalam pekerjaannya sampai-sampai hampir meninggalkan
tatar Pasundan nan subur ini. Ada dua hal yang mengurungkan niat mereka meninggalkan tatar
Pasundan. Pertama, respon orang-orang Tionghoa yang menumbuhkan harapan baru.
Keterbukaan orang-orang Tionghoa menerima kekristenan melahirkan semangat baru untuk tetap
meneruskan misi mereka. Kedua, pelayanan bidang kesehatan dan pendidikan mendapat tempat di
hati penduduk tatar Pasundan. Wajah kekristenan yang asing digantikan dengan wajah ramah

10
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
melalui pelayanan kesehatan dan pendidikan. Kedua bidang pelayanan ini menjembatani
kekristenan dan penduduk tatar Paundan. Dengan demikian, pelayanan yang berbasis kebaikan
cinta kasih yang menyentuh kebutuhan mendasar kehidupan manusia menjadi titik jumpa antara
lembaga zending dan tenaganya di satu pihak dengan penduduk tatar Sunda di pihak lain.

Jelas, salah satu yang merekatkan relasi Gereja atau umat kristen dengan masyarakat,
katakanlah begitu, adalah perwujudan kebaikan dalam bidang pelayanan yang memenuhi
kebutuhan dasar kehidupan manusia. Dalam konteks historis atau sejarah, di antaranya meliputi
pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Dalam kehidupan Jemaat tidak hanya di bidang
itu saja, tapi juga pelayanan karitas yang terlembaga. Beberapa hari lalu, penulis bersama seorang
teman mewawancarai Anggota Majelis Jemaat dan tokoh-tokoh Jemaat GKP Kampung Sawah.
Dari kesaksian mereka, selain nilai kultural yang menjadi tali pengikat antara GKP Kampung
Sawah dan lingkungan sekitar, yang lain adalah pelayanan bagi lansia yang tidak mampu. Jemaat
ini memberi ruang akomodasi dan kebutuhan lain bagi para lansia tanpa pungutan biaya. Para
lansia yang ditampung ini bukan hanya dari warga jemaat saja tetapi juga dari kalangan umat
agama lain. Pelayanan yang bernafaskan kebaikan kasih kristiani ini mematahkan prasangka
pihak lain yang berbeda agama. Walaupun pelayanan ini sekarang sudah tidak ada lagi, namun
terbukti menjadi media yang efektif untuk membangun relasi yang harmonis.

5. Kebaikan di tengah problematik kontemporer


Ramlan ( bukan nama sebenarnya ) , 7 tahun . berkulit putih , matanya bening. Bocah ini
sudah beberapa hari terakhir saya kenal. Setiap ditanya kelas berapa, jawabannya selalu
berubah. Dia bisa menjawab kelas 1, pada kali lain dia menjawab kelas 4. Ketika saya tanya anak
siapa, dengan sigap ia menjawab anak Ibu K (nama seorang pendeta GKP). Saya tahu bocah itu
muslim seperti juga orang tua sebenarnya. Tentu dia tidak sungguh-sungguh dilahirkan dari
rahim Ibu K. Lho, lalu kenapa dia mengaku anaknya Ibu K? Sebab, belakangan ini sang bocah
mendapat sentuhan kebaikan dan cinta kasih Ibu K dan Ibu lainnya. Di balik mata beningnya,
dalam perjalanan hidupnya, Ramlan harus mengalami hal yang pahit dalam hidupnya,
dan karena itulah yang mengantar dia mengenal dan mendapat kebaikan dari Ibu K. Tidak hanya
itu, karena faktor Ramlan, ada orang dan pihak lain yang kemudian melihat ada kebaikan Tuhan
melalui pelayanan lembaga di mana Ibu K menjadi konselor.

Problematik kehidupan sekarang makin beragam dan kompleks. Salah satu fenomena atau
gejala yang kita lihat, dengar dan temui adalah kekerasan. Lebih khusus lagi apa yang populer
disebut Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Sebuah bentuk kekerasan dengan pelaku dan
korbannya masih mempunyai hubungan kekeluargaan. Bisa suami melakukan kekerasan terhadap
istri (atau walau jarang istri terhadap suami), orang tua terhadap anak (walau jarang, anak
terhadap orang tua). Sebuah bentuk tindakan yang tidak menghargai manusia sebagai makhluk
mulia ciptaan Tuhan. mayoritas korban kekerasan adalah perempuan dan anak. Melalui
pelayanan ini, GKP dengan lembaga Pasundan Durebang mencoba menerjemahkan kebaikan
yang menjadi titik jumpa dengan umat lain berbeda agama. Pelayanan ini merontokkan prasangka
berlatar agama. Mereka yang datang tidak melihat Gereja atau kekristenan selaku sosok berbeda
yang mengancam. Sebaliknya, di tengah kehidupan yang keras mereka menemukan oase yang
melegakan batin mereka. Di lembaga ini mereka menemukan telaga kebaikan tulus tanpa motif-
motif mencari nama atau popularitas. Dalam sepi ing pamrih para konselor mencelikkan mata dan
batin para klien dengan kebaikan Allah yang Maha Mengayomi mereka.

Penutup

11
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Contoh pelayanan kebaikan bersifat kelembagaan di atas, saya yakin juga dipraktekkan warga
GKP secara sendiri-sendiri maupun kolektif, sehingga kebaikan itu menjadi jendela melihat
betapa baiknya Allah. Ada banyak kebaikan yang telah diterjemahkan bukan untuk mengejar
nama, melainkan dengan kesadaran Allah telah berbuat baik terlebih dahulu kepada kita, maka
kita pun rindu membagikan kebaikan bagi sesama kita. Bagi yang belum atau ragu-ragu
melakukannya, “mari, jika bukan sekarang kapan lagi?”

12
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
ARTIKEL II

SUDAHKAH MEREKA BERJUMPA DENGAN TUHAN?

Missiliana Riasnugrahani, M.Si, Psikolog1

Lima puluh tahun yang lalu John Hopkins, seorang guru besar sosiologi menugaskan
mahasiswanya untuk melakukan suatu proyek yang tidak lazim. Ia meminta mereka untuk
mewawancarai 200 anak laki-laki dari daerah Baltimore, di Maryland, Amerika. Mahasiswa diminta
untuk mencari tahu bagaimana kehidupan mereka, kemudian membuat karya tulis yang
memprediksikan masa depan anak-anak itu. Berdasarkan ilmu yang mereka pelajari, para mahasiswa
menduga bahwa 90 persen dari anak-anak daerah kumuh itu nantinya akan pernah masuk penjara.

Dua puluh tahun kemudian, seorang guru besar lainnya, yang membersihkan berkas-berkas
lama, menemukan prediksi itu. Ia meminta mahasiswa-mahasiswanya untuk membuktikan hal itu.
Mahasiswa-mahasiswa itu bisa menemukan kembali 180 dari 200 anak yang dahulu pernah
diwawancarai itu. Ternyata hanya empat orang dari mereka yang pernah dipenjara.

Untuk mengetahui apa yang pernah terjadi, para mahasiswa itu mewawancarai sebanyak
mungkin orang-orang itu. Dan, ada satu keunikan yang sama yang mereka temukan dari jawaban-
jawaban anak-anak itu :

"Begini, dahulu ada seorang guru..."

"Saya pernah mempunyai seorang guru..."

"Nyonya O'Rourke ini mengajar saya di sekolah menengah..."

Lebih dari 100 orang yang diwawancarai itu menyebutkan nama seorang guru sekolah
menengah yaitu Nyonya O'Rourke, yang telah membantu dan menerangi pikiran mereka atau telah
mempengaruhi setiap laki-laki itu melalui berbagai cara.

Setelah melalui pencarian yang lama, para mahasiswa itu menemukan Nyonya O'Rourke,
yang sekarang sudah pensiun dan tinggal di panti jompo. Mereka memberi tahu dia tentang hasil yang
luar biasa dari penelitian mereka. Tetapi, Nyonya O'Rourke tidak bisa memberi tahu mereka tentang
apa yang telah dilakukannya sehingga menghasilkan pengaruh yang besar dalam kehidupan laki-laki
di daerah itu. Ia hanya tersenyum dan mengingat beberapa anak laki-laki. "Yang bisa saya katakan
adalah," katanya, "saya mengasihi mereka semua."

Dugaan penelitian lima puluh tahun yang lalu bahwa 90 persen dari anak-anak daerah kumuh
itu nantinya akan pernah masuk penjara, ternyata tidak terbukti, karena kehadiran sosok khusus
seorang guru dalam kehidupan mereka yang memiliki karakter yang kuat yaitu kasih, kesabaran dan
kemurahan hati. Kasih, kesabaran dan kemurahan hati Ny. O'Rourke mampu menyentuh hati siswa

1 Adalah anggota jemaat GKP Cimahi. Dosen tetap di Universitas Kristen Maranatha,
sejak 2001 dan Kepala Prodi Magister Psikologi di Universitas yang sama. Saat beliau
merupakan salah seorang anggota pengurus YBPK GKPB.

13
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
didikannya, sehingga banyak siswa yang diubahkan dan memiliki karakter yang baik, serupa dengan
Ny. O'Rourke.

Bagaimana Ny. O'Rourke dapat memiliki karakter seperti itu?Mengapa banyak orang dapat
merasakan kasih dan kebaikannya, bahkan mungkin melihat perwujudan Tuhan dalam dirinya?
Mungkin salah satu alasannya adalah adanya didikan orangtua dalam membentuk karakter yang baik.
Dalam ilmu psikologi dijelaskan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah memfasilitasi dan
memberikan pengalaman dalam pembentukan identitas diri dan kepribadian (Anderson&Sabatelli,
2003), dan bahwa kedewasaan bertumbuh dalam interaksi individu dengan lingkungan, dalam proses
belajar antara individu dan lingkungan, termasuk lingkungan keluarga (Sijabat, B.S., 2014). Oleh
karena itu keluarga dapat dianggap berperan dan berharga dalam membentuk karakter dan kebiasaan
seseorang. Lalu bagaimana dengan ilustrasi Ny. O'Rourke diatas? Mengapa seakan-akan keluarga dari
lebih 100 mahasiswa tersebut tidak berdampak apapun, dan malah sebaliknya pendidikan dari Nyonya
O'Rourke memiliki dampak yang luar biasa bagi masing-masing pribadi mahasiswa?

Ilmu psikologi juga menjelaskan bahwa, dalam setiap diri individu selalu ada figur signifikan,
yaitu figur penting yang menjadi model dan arahan bagi individu. Figur ini dapat berwujud orangtua,
ataupun orang lain yang dianggap berpengaruh dan menyentuh hatinya. Orang yang kita kagumi akan
mempengaruhi hidup kita, karena karakter orang yang dikagumi, biasanya akan kita adopsi menjadi
karakter diri kita. Oleh karena itu, saat Ny. O'Rourke berhasil menyentuh hati para siswanya dengan
kasih, kesabaran dan kemurahan hatinya, kehidupan banyak siswanya berubah menjadi lebih baik
sehingga hanya empat orang dari 180 siswa yang pernah masuk penjara.

Karakter adalah pola perilaku yang relatif menetap yang menjadi ciri khas dari individu dan
dapat terobservasi dalam berbagai kondisi/situasi. Sebagai orang Kristen, maka karakter yang harus
kita miliki adalah karakter Kristen. Karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas
rohani yang dimiliki seorang Kristen, yang bersumber dari Allah yang sempurna. KarakterNya yang
kekal dan tanpa kompromi adalah standar yang tak dapat berubah yang kemudian memberikan arti
terdalam dari kasih, kemurahan hati, kesetiaan, dan kesabaran. (Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill
Perkins, 2013, dalam Gunawan, 2013).

Karakter merupakan salah satu hal penting yang ditekankan oleh Yesus. Pengajaran Yesus
sangat menekankan karakter dari setiap muridNya, sehingga Yesus selalu mengambil waktu khusus
untuk mengajarkannya (Gunawan,2013), karena karakter tidak pernah terbentuk secara instan, tetapi
melalui suatu proses yang lama. Karakter yang kokoh hanya dapat terbentuk melalui pengalaman,
disiplin dan pembentukan yang terus menerus. Bahkan karakter seringkali terbentuk melalui ujian,
kesengsaraan bahkan kesenangan.

Keluarga maupun lingkungan sekitar dapat menjadi “sekolah karakter” bagi individu. Melalui
orang-orang yang ada di sekitar kita, kita dapat diubahkan, dibentuk, bahkan diamplas, sehingga
menjadi pribadi yang lebih baik. Lalu bagaimana cara membentuk karakter yang kokoh? Thorndike
salah satu ilmuwan dalam bidang psikologi, menjelaskan bahwa terdapat tiga hal penting yang harus
diperhatikan saat memberikan proses pembelajaran untuk mengubah perilaku pada individu. Pertama,
saat akan belajar, individu harus dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun psikis. Individu yang
sehat, memiliki keinginan dan tertarik untuk belajar akan lebih mudah menerima pembelajaran.

14
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Kedua, perilaku akan semakin mudah menetap apabila semakin sering diulang atau dilatihkan. Ketiga,
individu cenderung akan mengulang perilakunya jika mendapatkan efek yang baik dari perilaku
tersebut. Hadiah atau pujian, dapat membuat individu ingin melakukan kembali perilaku tersebut
(Tracey&Morrow, 2012).

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka saat akan membentuk karakter individu maka kita
harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai penanaman nilai-nilai tersebut. Kita tidak
bisa menanamkan perilaku yang baik, bila individu dalam keadaan lelah, marah ataupun sedih.
Penanaman nilai juga akan lebih berhasil jika perilaku yang akan diajarkan bertahap dari yang
sederhana hingga yang kompleks dan masih dalam batas kemampuan individu. Setelah itu perilaku
harus sering diulang dan dilatih, serta diberikan penghargaan baik berupa hadiah maupun pujian.

Cara yang sama dapat kita terapkan untuk diri kita sendiri. Pertama, untuk menjadi pribadi
yang lebih baik, maka kita harus siap untuk berubah dan diubahkan. Kedua, berlatihlah terus menerus,
dimulai dari hal-hal sederhana sampai hal-hal yang kompleks. Ketiga, keberhasilan kita menjalankan
perilaku yang baik, pasti akan mendatangkan hal baik dari lingkungan yang akan memperkuat
keinginan kita untuk mengulang perbuatan tersebut. Ingatlah bahwa karakter tidak pernah terbentuk
dengan cepat, tetapi melalui suatu proses yang lama. Jika kita berusaha sungguh-sungguh untuk
memiliki karakter Allah, kita akan lebih berusaha mengembangkan karakter dan nilai-nilai kita.
Karakter kita akan menjadi karakter yang saleh sehingga orang lain senang melihatnya, dan
memuliakan Allah (Matius 5:16). Sama seperti karakter Ny. O'Rourke yang penuh kasih, sabar dan
murah hati, sehingga lebih dari seratus siswa yang melihatnya menjadi diubahkan dan memiliki hidup
yang baik dan memuliakan Tuhan.

Saat karakter Kristen telah kita miliki, maka mungkin saja kita menjadi pribadi yang dapat
menyentuh hati orang lain melalui perilaku kita, seperti disampaikan oleh Bunda Teresa :

“Tebarkan cinta ke mana pun Anda pergi. Jangan pernah biarkan seseorang datang
kepada Anda, lalu pergi begitu saja tanpa merasa bahagia dan lebih baik. Jadilah
ekspresi kehidupan dari kebaikan hati Tuhan: Kebaikan hati di wajah Anda, kebaikan
hati di mata Anda, kebaikan hati dalam senyuman Anda, dan kebaikan hati dalam salam
hangat Anda.”

Maka bukanlah suatu hal yang mustahil saat orang lain bertemu kita, ia akan bergumam dalam
hatinya…”Saya telah berjumpa dengan ‘Tuhan’….”

Sumber :

Anderson&Sabatelli. 2003. Family Interaction: a Multigenerational Developmental Perspective.


Pearson Education. Inc.

Gunawan, S.T. 2013. Membangun Dan Mengembangkan Karakter Kristen yang Kuat.
m.artikel.sabda.org/node/1244

haleluyagroup1.blogspot.com/2010/08/kasih-mengubah-kehidupan.html?m=1

Sidjabat, B.S. 2014. Pendewasaan Manusia Dewasa: pedoman Pembinaan Warga Jemaat Dewasa dan
Lanjut Usia. Kalam Hidup.

Tracey&Morrow. 2012. Lenses on Reading: An Introduction to Theories and Models. Guilford Press

15
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
TATA KEBAKTIAN HUT KE-81GKP

16
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Minggu, 1 November

TATA KEBAKTIAN MINGGU

PEMBUKAAN PEKAN KELUARGA

GEREJA KRISTEN PASUNDAN

1. PERSIAPAN
 Doa Konsistori
 Seorang anggota Majelis Jemaat menyampaikan Ucapan Selamat datang dilanjutkan dengan
mengundang jemaat BERDIRI dan menyanyikan Pujian dari : KK. No. 54: 1-2

SIM ABDI NGATURKEUN PUJI

Sim abdi ngaturkeun puji, sembah nuhun kamulyan,


Abdi kenging kabagjaan, tina asihing Gusti

Refrein : Mugia dituyun, paparin kawantun,


Tumut ka panyaur Ama, lampah sing bijaksana.
Sim abdi nyaggakeun hormat, Ama tetep ngamanah,
Najan abdi sering mengpar, ingkar tina timbalan.

Refrain : ….

2. VOTUM DAN SALAM


PF : Kebaktian minggu dalam rangka Pertukaran Pelayan Firman Sinodal dan
Pembukaan Pekan Keluarga Gereja Kristen Pasundan saat ini , terjadi dalam
pertolongan Allah Bapa , Putra dan Roh Kudus.
J : Amin.
PF : Kasih karunia dan damai sejahtera Allah menyertai saudara-saudara yang datang
dalam nama Tuhan.
J : dan menyertai saudara juga.

3. NAS PEMBIMBING : 3 Yohanes 1: 11


PF : Nas Pembimbing dalam Pembukaan Pekan Keluarga GKP tahun 2015 saat
ini,disampaikan melalui Kesaksian Firman Tuhan dalam 3 Yohanes 1: 11 yang
demikian bunyinya : “ Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat,
melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi
barang siapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah”. Amin.
J : Menyanyikan : KJ.No. 427: 1

“ Ku Suka Menuturkan”
‘Ku suka menuturkan cerita mulia,
cerita Tuhan Yesus dan cinta kasihNya.
‘Ku suka menuturkan cerita yang benar
, penawar hati rindu, pelipur terbesar.
Refrain : ‘Ku suka menuturkan, ‘ku suka memasyhurkan,
cerita Tuhan Yesus dan cinta kasihNya.

17
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
4. LITANI SYUKUR (duduk)
PF : Sebagai GerejaMu, patut kami naikkan syukur ya Allah. Karena kasih dan
kebaikanMu yang selalu nyata dalam perjalanan pelayanan kami. Engkau senantiasa
hadir untuk menyertai dan memberi kami kekuatan dalam mewujudkan kasihMu.
Terima kasih, ya, Tuhan.
J : Menyanyikan : PKJ. No. 299
Bersyukur puji Tuhan
Bersyukur puji Tuhan: Ia sungguh baik!
Bersyukur puji Tuhan: Haleluya!
PF : Tatkala kami mendengar janjiMu, yang meneguhkan. Ada bahana syukur mengalun
dari hati kami. Ada tembang syahdu ingin terus kami naikkan kepadaMu. Ada lutut
bertelut di bawah salibMu untuk menaikkan madah bakti, bagi keagungan dan
kemuliaanMu, ya Tuhan.
J : Menyanyikan : PKJ. No. 299
Bersyukur puji Tuhan
Bersyukur puji Tuhan: Ia sungguh baik!
Bersyukur puji Tuhan: Haleluya!
PF : Kini, sebagai GerejaMu, kami akan memasuki usia kemandirian
yang ke 81 tahun. Di dalamnya kami telah melewati pahit manis kehidupan pelayanan.
Di dalamnya kami telah merasakan pasang surut pertumbuhan, bahkan terkadang kami
harus berjalan dengan tertatih tatih dalam ketidakberdayaan untuk melanjutkan karya
pelayanan yang telah Engkau mulai itu. Namun Engkau tak pernah berhenti untuk
memanggil kami dalam mewujudkan damai sejahtera. Engkau pun berjanji; “… Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28: 20).

J : Menyanyikan : PKJ. No. 299


Bersyukur puji Tuhan
Bersyukur puji Tuhan: Ia sungguh baik!
Bersyukur puji Tuhan: Haleluya!
PF : Dalam sukacita menyongsong 81 tahun usia gerejaMu, bersama dengan keluarga,
kami akan terus menghayati dan memaknai panggilanMu. Kami akan membawa
keluarga untuk terus berkarya dalam menyebarkan kasihMu kepada dunia. Kiranya
Pekan Keluarga Gereja Kristen Pasundan yang kami awali pada hari ini
berbuah indah dalam pelayanan gerejaMu di masa mendatang. Terangi kami Tuhan
dengan cinta kasihMu, agar banyak orang dapat merasakan kebaikanMu melalui
pelayanan Gereja Kristen
Pasundan. Amin.
PF+J: Menyanyikan : PKJ. No. 299
Bersyukur puji Tuhan
Bersyukur puji Tuhan: Ia sungguh baik!
Bersyukur puji Tuhan: Haleluya!
5. PERENDAHAN DIRI
PF : Ya, Tuhan, dalam kami menyongsong usia yang ke 81 tahun ini, kami rendahkan diri
dan hati bawah kakiMu. Karena kami menyadari bahwa pelayanan yang selama ini

18
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Engkau percayakan, belum sepenuhnya kami jawab dengan baik. Egosime dan
kedirian, seringkali masih menjadi kenyataan yang kami perlihatkan. Ampun
kami, Tuhan.
J : Menyanyikan : KJ. No. 29: 1
Di muka Tuhan Yesus
Di muka Tuhan Yesus betapa hina diriku. Kubawa
dosa-dosaku di muka Tuhan Yesus.

PF : Sebagai TubuhMu, kadang bukan kekompakkan dan kebersamaan yang kami hadirkan.
Sebagai TubuhMu, seringkali kami masih mencari hormat dan pujian dari sesama.
Kami belum sepenuhnya menjadi gereja bagi sesama. Kami belum sepenuhnya patuh
kepada suaraMu. Ketaatan dan kesetiaan kami mudah rapuh, ketika pergumulan
demi pergumulan dalam pelayanan menjadi bagian yang harus kami hadapi. Bahkan
tidak jarang bahtera yang tengah kami kemudikan menjadi goyah karena ombak dan
gelombang yang menerjang. Kasihani kami, ya, Tuhan.
J : Menyanyikan : KJ. No. 29: 2
Di muka Tuhan Yesus
Di muka Tuhan Yesus tersungkur kar’na dosaku, kubuka
kerinduanku di muka Tuhan Yesus.

PF : Dalam tangis akan keterbatasan diri untuk terus memikul tanggung jawab pelayanan
yang Engkau percayakan, kami datang memohon ampunan. Kami datang memohon
belaskasihan. Kami datang memohon, baharui dan lengkapilah kami agar dapat menjadi
CitraMu yang nyata. Dengarkanlah doa dan penyesalan kami, ya Tuhan. Amin.

PF+J : Menyanyikan : KJ. No. 29: 3


Di Muka Tuhan Yesus
Di muka Tuhan Yesus ‘ku insaf akan salahku; bertobat
kini hatiku di muka Tuhan Yesus.

6. ANUGERAH PENGAMPUNAN DOSA


PF : Saudara-saudara yang Tuhan kasihi. Dengarkanlah Firman Tuhan yang menyatakan
Anugerah Pengampunan dosa kepada kita, sebagaimana disampaikan Rasul Petrus
dalam 1 Petrus 1 ; 18-19; “ Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan
barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang mahal,yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat. Amin.
J : Dengan BERDIRI Menyanyikan : NKB. No. 17 : 1,3

Agunglah Kasih Allahku

Agunglah kasih Allahku, tiada yang setaranya;


Neraka dapat direngkuh, kartikapun tergapailah.
Kar’na kasihNya agunglah, Sang Putra menjelma,
Dia mencari yang sesat dan diampuniNya.

Refrein : O, Kasih Allah agunglah! Tiada bandingnya!

19
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Kekal, teguh dan mulia! Dijunjung umat-Nya!

Andaikan laut tintanya dan langit jadi kertasnya,


andaikan ranting kalam dan insan pun pujangganya,
takkan genap mengungkapkan hal kasih mulia
dan langit pun takkan lengkap memuat kisahnya.

Refrein : …..

7. PUJIAN JEMAAT/ VG :
8. PEMBERITAAN FIRMAN
- Doa Epiklese
- Pembacaan Alkitab : Yosua 2: 1-24
- Khotbah
- Saat Teduh
(dapat diiring oleh Organ atau Pujian Jemaat : VG, Paduan Suara)
9. PUJIAN/ VG: PADUAN SUARA JEMAAT
10 PENGAKUAM IMAN RASULI (berdiri)
MJ : Marilah kita mengikrarkan pengakuan kepercayaan kita dengan gereja dari segala
abad dan tempat. Mari kita ikrarkan Pengakuan Iman Rasuli bersama-sama…….
11 PERSEMBAHAN (duduk)
- Nas Persembahan : Mazmur 96: 8
- Jemaat Menyanyikan : NKB. No. 133: 1-3
Syukur PadaMu, Ya Allah
Syukur padaMu, ya Allah, atas s’gala rahmatMu;
Syukur atas kecukupan dari kasihMu penuh.
Syukur atas pekerjaan, walau tubuh pun lemban;
Syukur atas kasih sayang dari sanak dan teman.
Syukur atas bunga mawar, harum, indah tak terp’ri.
Syukur atas awan hitam dan mentari berseri.
Syukur atas suka duka yang kaub’ri tiap saat;
Dan Firman-Mulah pelita agar kami tak sesat.
Syukur atas keluarga penuh kasih yang mesra;
Syukur atas perhimpunan yang memb’ri sejahtera.
Syukur atas kekuatan kala duka dan kesah;
Syukur atas pengharapan kini dan selamanya!

- Doa Persembahan (berdiri)


12 WARTA JEMAAT (duduk)
13 DOA SYAFAAT DAN DOA BAPA KAMI
14 PENGUTUSAN
PF : Saudara-saudara, masukilah Pekan Keluarga Gereja Kristen Pasundan tahun
2015 ini dengan kasih dan kebaikan. Mari kita terus belajar pada Yesus, yang selalu
menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya kepada setiap insan. Sebab Allah memanggil

20
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
saudara-saudara menjadi rekan kerja-Nya untuk menabur benih kasih dan kebaikan
sebagaimana yang telah Dia teladankan.

J : dengan BERDIRI
Menyambut dengan nyanyian : KK. No. 39: 1, 2
1. Sim abdi hayang pisan, cara Yesus Gusti,
Nu langkung karunyaan, sarta sareh budi,

Refrein : Abdi tacan sarua, reh lampah sok salah


Gusti mugi nulungan, maparin berekat

2. Sim abdi hayang pisan, cara Yesus Gusti,


Nu ageng kaasihan, jeung mutuh ku suci,
Refrein :

15 BERKAT

PF : Kini pergilah, lakukan apa Tuhan telah perintahkan kepada saudara-saudara dan
terimalah berkat Tuhan : Kasih Karunia dan Damai Sejahtera Allah di dalam
Kristus Yesus yang telah, sedang dan akan terus berkarya melalui tuntunan
Kuasa Roh
Kudus, kiranya menyertai saudara sekalian dari sekarang sampai selama-
lamanya. Haleluya. Amin.

J : Menyanyikan
Haleluya, Haleluya, Haleluya, Haleluya, Haleluya. A - -min, A-
min, A - - - min!

16 NYANYIAN PENGANTAR SAAT TEDUH


( BERSALAMAN DI PINTU UTAMA DAN PULANG)

KASIH ALLAHKU, SUNGGUH T’LAH TERBUKTI

Kasih Allahku sungguh t’lah terbukti,


Ketika Dia serahkan anakNya
Kasih Allah mau berkorban, bagi kau dan aku
Tak ada kasih seperti kasihMu.

Refrein : Bersyukur, bersyukur, bersyukurlah,


Bersyukur kar’na kasih setiaMu.
Ku sembah, ku sembah, ku sembah,
Dan ku sembah,
Selama hidupku Ku sembah kau Tuhan.

21
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Minggu, 08 November

TATA KEBAKTIAN MINGGU

Persiapan
(Ruangan kebaktian di hias dengan kain-kain batik atau tenun khas Indonesia, dengan dominasi
Batik khas Jawa Barat ). Lilin Putih besar, sebagai symbol kehadiran Roh Allah, diletakan di meja
depan.
Sementara Majelis Jemaat mempersiapkan pelayanan jemaat mengambil saat teduh diiringi suara
musik lembut.
Seorang anggota Majejelis Jemaat menyampaikan kata pembuka dan mengajak jemaat berdiri serta
menyanyikan :
KJ. 337: 1, 2, 3 Betapa Kita Tidak Bersyukur

Votum & Salam


Liturgos (L) : Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan
Jemaat (J) : Yang telah menyatakan kebaikannya kepada kita,
L : Serta yang telah menyatakan pemeliharaanNya bagi semua
umatNya
Salam sejatera bagi saudara yang mengalami kebaikan Tuhan datang untuk
memuliakan namaNya.
J : Salam sejahtera bagi saudara juga!

Nas Pembimbing : Mazmur 84:12


Nyanyian Jemaat PKJ. 17: 1,2 Mari Kita Puji

Doa Syukur (Duduk)


L : Ketika kami melihat ke belakang, kami terkagum oleh kebaikan yang telah Engkau
nyatakan dalam hidup kami ya Allah. Terimalah syukur kami:
J : Untuk kehangatan, nasehat dan penguatan yang kami terima melalui keluarga
kami sebagai wujud kebaikan Tuhan.

L : Untuk penerimaan, bantuan dan pengingatan yang kami terima dari persekutuan kami,
teman-teman dan sahabat kami sebagai wujud kebaikan Tuhan.

Semua :Untuk kebaikan Tuhan bagi Gereja Kristen Pasundan selama 81 tahun hadir dan
berkarya di Jawa bagian barat. Amin.

Hukum Allah

L : Sebagai orang yang telah menerima dan mengalami kebaian Tuhan, marilah kita
memberi telinga dan hati kita kepada kehendakNya dalam 1 Yohanes 4: 19-21

Nyanyian Jemaat PKJ. 103:1,3 Carilah Dahulu Kerajaan Allah

Pengakuan Dosa

L : Ketika kita menahan kebaikan kepada orang-orang di sekitar kita, ketika kita menunda
bantuan yang sebenarnya dapat kita berikan, ketika kita merencanakan hal yang jahat kepada

22
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
sesama kita, padahal dia tulus kepada kita, ketika kita memulai pertengkaran tanpa sebab
dengan orang disekitar kita, saat itulah kita sedang menyangkali kebaikan Tuhan dalam hidup
kita. Saat itulah kita menjadi orang yang sesat dan keji di hadapan Tuhan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan
mengakui semua itu serta memohon hikmat dan kekuatan dari Dia agar kita dapat
memperbaikinya di waktu yang akan datang.
J : Mengambil saat teduh untuk pengakuan DOSA secara pribadi.

L : Menaikan doa permohonan pengampunan dosa.

Nyanyian Jemaat KK 35: 1-3 Cape Taya Kakuatan

Berita Anugerah Pengampunan

L : Dengarlah firman Tuhan yang berkenan menyatakan anaugerah pengampunan bagi


kita dalam Yesaya 1: 16-18.

Nyanyian Jemaat PKJ. 212 Ya Allah, KasihMu Besar (Dinyanyikan 2X)

Pembacaan Mazmur: Mazmur 103: 1-5 (Berdiri)

Jemaat menyanyikan KJ. 48 Kemuliaan Bagi Bapa

Pemberitaan Firman Tuhan (Duduk)

 Doa Memohon Pertolongan Roh Kudus


 Pembacaan Alkitab: Amsal 3: 27-35
 Khotbah

Paduan Suara/VG

Pengakuan Iman (Berdiri)

PF : Bersama dengan gereja dari abad dan tempat marilah kita mengucapkan pengakuan
kepercayaan kita sesuai dengan Pengakuan Iman Rasuli, demikian: Aku percaya……

Persembahan Syukur (Duduk)

 Nas Pengantar
 Nyanyian Pengiring persembahan
KK 14: 1,2 Nun Panuyun Nu Di Manggung

 Doa Persembahan (Berdiri)

Warta Jemaat (Duduk)

Doa Syafaat

Nyanyian Penutup: PKJ. 200 Ku DiubahNya (Berdiri) ( Dinyanyikan 2 X)

23
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Pengutusan dan Berkat

PF : Saudara, Allah telah menyatakan kebaikannya kepada kita, maka kita pun dipanggil untuk
terus menyatakan kebaikan bagi orang-irang disekitar kita.
J : Kiranya Roh Nya menguatkan dan memampukan kami!
PF : Saudara dipanggil untuk menjadi berkat bagi ses dan orang-orang yang akrab
dengan Allah.
J : Dengan pertolongan Allah, kami sedia melakukannya.
PF : Untuk itu terimalah berkatNya:
“Kasih karunia, damai sejahtera, kekuatan dan hikmat dari Allah Bapa, di dalam
AnakNya Yesus Kristus dan pemeliharaan Roh Kudus kiranya beserta Saudara
sekalian dari sekarang sampai selama-lamanya. Haleluya. Amin ”
J : Haleluya...haleluya..haleluya.. haleluya..haleluya.....amin..amin..amin

24
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Sabtu, 14 November

TATA KEBAKTIAN SYUKUR HUT KE 81 GKP

BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KEBAIKAN

1. Persiapan oleh PI
- Penjelasan Tata Kebaktian yang digunakan
- Pembagian petugas ibadah
- Doa bersama untuk ibadah

2. Pengantar
P1: Segala puji dan syukur kita persembahkan ke hadirat Allah Maha Kudus, yang
terus berkarya dalam sejarah kehidupan manusia. Hari ini, dengan kasih dan
kemurahan-Nya, kita sebagai Gereja Kristen Pasundan diperkenankan memasuki usia
81 tahun.

Kita menyadari dan mengakui bahwa perjalanan panjang yang telah kita lalui adalah
semata-mata karena kasih dan kemurahan Tuhan. Karena itu mari kita menghadap
Tuhan dengan hati bersyukur. Kita berdiri dan menyanyi dari KJ 13 : 1, 4.....
Sambil kita saling bersalaman mengucapkan selamat ulang tahun satu dengan yang lain.
J: (Saling bersalaman satu dengan yang lain, sambil mengucapkan “Selamat Ulang Tahun
Gereja Kristen Pasundan”)

P1: Untuk mensyukuri Hari Ulang Tahun Gereja Kristen Pasundan yang ke-81 ini, mari
dengan sukacita kita beribadah kepada Allah, merayakan kebaikan-Nya. Kita memohon
kekuatan dari pada-Nya untuk melangkah lebih lanjut, menuju masa depan yang Ia
siapkan untuk kita.
J: Menyanyi PKJ 27: 1, 2 dan 6

VOTUM DAN SALAM

PF: Pertolongan kita dalam kebaktian memperingati HUT ke 81 GKP ini adalah dalam Nama Tuhan
yang menjadikan langit dan bumi, yang di dalam Tuhan kita Yesus Kristus memelihara
kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya, dan yang tidak meninggalkan perbuatan tangan-Nya
melalui tuntunan Roh Kudus.

J : Amin.
PF : Allah beserta saudara-saudara sekalian.
J : dan beserta saudara juga.

NATS PEMBIMBING

PF : Membacakan nas pembimbing...

J : Menyanyi KJ 460: 1,2 dan 3

DOA SYUKUR: (Duduk)

25
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
PF : Ya Tuhan ya Allah kami, Allah yang maha pengasih, kami bersyukur pada Mu atas pimpinnan
dan penyertaan Tuhan selama 81 tahun untuk GKP. Terima kasih untuk kasih setia Tuhan yang
memampukan kami sebagai GKP untuk melayani melaksanakan tugas panggilan Gereja di
dunia ini. Terima kasih untuk kekuatan yang Tuhan berikan dalam kami menghadapi berbagai
tantangan dalam pelayanan. Kami bersyukur atas keluarga-keluarga yang menjadi basis hidup
beriman anak-anak, remaja, pemuda dan semua kategorial yang terlibat mengembangkan
pelayanan di GKP. Terima kasih untuk banyak hal yang Tuhan telah nyatakan dalam kehidupan
kami. Semua sangat berharga dan memotivasi kami untuk melangkah ke depan. Terpujilah
nama Tuhan, Amin.
HUKUM ALLAH

P2 : Dibacakan dari Keluaran 20: 2-17 atau Matius 22 : 37-40 atau


Roma 13:8-10 atau yang lain.

PENGAKUAN DOSA

P2 : Jemaat yang dikasihi Tuhan, dalam perjalanan GKP selama 81 tahun dan
sepanjang pekan Keluarga telah kita jalani dengan berbagai karya dan aktifitas
pelayanan. Ada juga janji-janji yang telah kita ucapkan untuk menata
kehidupan kita, serta menyerahkan diri untuk pelayanan dalam Gereja
Tuhan. Namun ada kelemahan yang membuat kita tidak mampu untuk
melakukan semuanya..kita telah berdosa...kita telah melawan
Tuhan...karena itu marilah dengan rendah hati mengakui segala dosa kita
dihadapan-Nya.

.......................Saat Teduh..................

J : Menyanyi, PKJ. 43:1

Tuhan Kami Berlumuran Dosa

P2 : Ya Tuhan......dihadapan-Mu kami mengaku, bahwa kami tidak setia kepada-Mu.......kami


terus melakukan apa yang tidak berkenan kepada- Mu dalam segala hal.......kami seringkali
menyakiti hati anggota keluarga, tetangga dan orang lain yang kami jumpai dalam hidup
ini......untuk semuanya kami mohon kepada-Mu....Ampunlah kami ya Tuhan.

J : Menyanyi, KK 25: 1-2 Hate Teu Weleh Heran

BERITA ANUGERAH

PF : Sebagai Hamba Yesus Kristus, saya memberitakan bahwa : Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini... (Yohanes 3:16).

J : Menyanyi
Hanya Yesus Jawabanku

Kala kucari damai, Hanya kudapat dalam Yesus

26
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Kala kucari ketenangan, Hanya kutemui di dalam Yesus
Tak satupun dapat menghiburku,
Tak seorangpun dapat menolongku,
Hanya Yesus jawaban hidupku

Bersama Dia hatiku damai, Walau dalam lembah kekelaman


Bersama Dia hatiku tenang, walau hidup penuh tantangan
Tak satupun dapat menghiburku, tak seorangpun dapat menolongku,
Hanya Yesus jawaban hidupku.

PUJI – PUJIAN (Berdiri)

P3 : Marilah secara berbalas kita bermazmur dari Mazmur 65.


P+J : (Menyanyi)
Indah RencanaMu Tuhan

Indah rencana-Mu Tuhan di dalam hidupku

Walau ku tak tahu, dan ku tak mengerti semua jalanku

Dulu ku tak tahu Tuhan, berat kurasakan

Hati menderita, dan ku tak berdaya menghadapi semua

Tapi kumengerti s’karang, Kau tolong padaku

Kini kumelihat dan kumerasakan, indah rencana-Mu (2X)

PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN (Duduk)


- Doa Memohon Pertolongan Roh Kudus
- Pembacaan Alkitab, setelah selesai jemaat menyambut dengan nyanyian “Haleluya”
- Renungan/Khotbah

PENGAKUAN IMAN (Berdiri)


P4 : Marilah kita menyatakan Pengakuan Iman Rasuli melalui pujian
KJ 280: 1-3 Aku Percaya

PERSEMBAHAN SYUKUR (Duduk)


MJ : Membacakan ayat Alkitab sebagai pengantar persembahan dari Mazmur 50: 14 dan
23a....
J : MenyanyiKK 14: 1- dst Nun Panuyun

Doa persembahan dan Syafaat


Nyanyian Penutup: (Berdiri )
KJ 183 Mari Sebarkan Injil

PENGUTUSAN DAN BERKAT


PF: Pergilah dengan damai dan sejahtera, arahkanlah hatimu kepada Tuhan, dan wartakan InjilNya
melalui perbuatan baik kepada sesama. Sekarang terimalah berkat-Nya : Anugerah Tuhan kita
Yesus Kristus, kasih Allah Bapa, dalam persekutuan Roh Kudus, menyertai Bapak, Ibu,
Saudara dan anak-anak sekalian kini dan selamanya, Haleluya Amin.

27
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
J : Haleluya...haleluya..haleluya.. haleluya..haleluya .....amin..amin..amin

Bersama-sama menyanyikan:
Mugi Berkahan Gareja Kristen Pasundan (Sambil bersalaman)

28
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
TATA KEBAKTIAN KATAGORIAL HUT KE-81
GKP

29
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
TATA KEBAKTIAN RUMAH TANGGA (I & II)

PANGGILAN BERIBADAH

P : Hatiku siap, ya Allah


J : Aku mau bernyanyi, aku mau bermazmur
P : Bangunlah hai jiwaku, bangunlah hai gambus dan kecapi
J : Aku mau membangunkan fajar
P : Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya TUHAN
J : dan aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa
P : Sebab kasih-Mu besar menatasi langit
J : dan setia-Mu sampai ke awan-awan

NYANYIAN PEMBUKA: KJ 10 Pujilah Tuhan Sang Raja

DOA SYUKUR

NYANYIAN SYUKUR: KK Di Lebet Gusti

PELAYANAN FIRMAN
 Doa
 Pembacaan Alkitab
 Renudang dan Diskusi

DOA SYAFAAT

PERSEMBAHAN
 Ayat pengantar persembahan dan II Kor. 9:6-8
 Persembahan diedarkan dengan diiringi nyanyian
KJ 439 Bila Topan Kras Melanda Hidupmu
 Doa Persembahan

NYANYIAN PENUTUP: NKB 184 Engkau Milikku Abadi

BERKAT

30
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
TATA KEBAKTIAN KAUM PRIA

 Persiapan Pelayan
 Salam Pembuka dan Warta Komisi
 Saat Teduh

1. Votum dan Salam – (Berdiri)

P : Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN yang menjadikan langit


dan bumi
U : Muliakanlah TUHAN, biarlah segala yang bernafas memuji nama-Mu
P : Damai sejahtera Allah melingkupi semua orang yang hidup dalam
kasih dan kesetiaan
U : Syukur kepada TUHAN, kini dan selamanya

2. Nyanyian Pembuka: …
3. Doa Syukur – (Duduk)
P : …(menaikkan doa syukur)
4. Nyanyian Jemaat :…
5. Renungan/PA
6. Nyanyian Respons: …
7. Doa Syafaat (diakhiri Doa Bapa Kami)
8. Persembahan Syukur

P : Mari kita memberi persembahan syukur dengan mengingat Firman


Tuhan dari …. (memilih sendiri ayat pengantar persembahan)
9. Doa Persembahan – (Berdiri)
P: … (membawakan doa persembahan)

10. Nyanyian Penutup: …


11. Berkat

PF : “Kamu inilah saksi-saksi-Ku”, demikian Firman Tuhan, “dan hamba- Ku yang


telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap
Dia.” (Yes. 43:10a). Lakukanlah Firman Tuhan dengan setia dan rendah hati.

U : Ini aku, utuslah aku membawa terang dan kasih di tengah keluarga, gereja,
dan masyarakat

PF : Kini arahkan hatimu kepada Tuhan dan terimalah berkat-Nya:


“Kasih dan karunia tercurah dari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, untuk
menguatkan dan meneguhkan saudara-saudara sekarang dan selama-
lamanya.”Amin

31
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
U : Amin… Amin… Amin (dinyanyikan)

32
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
TATA KEBAKTIAN KAUM PEREMPUAN

Persiapan
 Komisi, Pelayan Liturgi dan Pelayan Firman berdoa persiapan
 Peserta kebaktian menyiapan diri memasuki kebaktian dalam saat teduh

1. Nyanyian Pembuka: PKJ 120:1-3 Allah Bapa, Kami Puji Engkau

2. Doa Syukur (duduk)


PL : Ya Allah yang Rahmani dan Rahimi, kami datang
pada-Mu dengan penuh ucapan syukur. Karena kasih dan
kesetiaan Tuhan nyata kami rasakan.
Para perempuan : Terima kasih Tuhan.
PL : Ya Allah Tuhan kami, puji syukur kami panjatkan
kepada-Mu karena tahun ini kami dapat kembali merayakan sukacita
kemandirian Gereja-Mu, Gereja Kristen Pasundan. Secara khusus pada tahun ini
Gereja- Mu dapat memasuki 81th usia kemandiriannya.
Para perempuan : Terima kasih Tuhan.
PL : Ajarlah kami agar kami senantiasa mengingat dan
menghitung akan setiap berkat yang sudah Tuhan
limpahkan bagi kami.
Para perempuan : Terima kasih Tuhan.
PL : Ajarlah kami agar kami para perempuan gerejawi dapat
mewujudkan rasa syukur kami dengan terus tampil menjadi
pribadi yang giat melayani Tuhan, mengasihi Tuhan dan sesama kami.
Semua : Terpujilah nama Tuhan. Amin.

3. Tembang Bersama: KJ 64:1-2 Bila Kulihat Bintang Gemerlapan

4. Pengakuan Diri dan Anugerah Pengampunan

PL : Ya Allah sumber kasih dan rahmat, dengan penuh kerendahan


hati kami datang kepada-Mu. Tuhan mengenal kami. Tuhan mengetahui isi
hati kami.Kami menyadari, jika Tuhan selalu mengajar kami tentang semua
yang benar dan yang baik. Karena semua yang benar dan baik berasal dari
pada-Mu saja. Walaupun kami mengetahui semua yang Tuhan perkenan,
yang nampak dari hati kami adalah sikap yang jahat. Hidup
kami senantiasa diliputi oleh amarah..,kebencian.., permusuhan.., iri
hati..,kesombongan..,ketidakpedulian.., pementingan diri sendiri.., perselisihan..,
putus asa.., dan khawatir, ya Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus,
ampunilah
kami.., kasihanilah kami.. Amin.
Semua : Menyanyikan PKJ 40:1-2 Kasihanilah Aku yang Lemah
PL : Sesungguhnya, Tuhan itu mengasihi kita. Firman Tuhan dalam
Wahyu 3:19, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu
relakanlah hatimu dan bertobatlah”.

5. Sabda Tuhan Pedoman Hidup

33
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
 Nyanyian Persiapan : KJ 57:1-2 Yesus Lihat Umat-Mu
 Doa
 Pembacaan Alkitab
 Renungan dilanjutkan dengan PA
 Doa kesanggupan melakukan Firman Tuhan

6. Respons atas Sabda Tuhan : menyanyi: KJ 281:1-3


Segala Benua dan Langit Penuh

7. Persembahan Syukur
 PL : Mazmur 4:6 dan Mazmur 5:13
 Nyanyian menyambut persembahan:
KJ 365b : 1,2,4 Tuhan Ambil Hidupku
 PL menaikkan Doa penyerahan persembahan

8. Doa Syafaat
Doa disampaikan oleh Pelayan Firman, diakhiri dengan Doa Bapa Kami

9. Tembang Penutup (berdiri) Menyanyikan KJ 400: 3-4


Kudaki Jalan Mulia

10. Berkat
Pelayan Firman : Saudari semua, Allah adalah sumber kebenaran dan
kebaikan. Allah hanya ingin kita semua tampil menjadi
pribadi yang Tuhan perkenan. Hari ini Tuhan sudah mengajar
kita dengan Firman-Nya. Lakukanlah Firman-Nya dengan
segenap hati, dan terimalah berkat-Nya,

“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, Pengasihan Allah


Bapa di Sorga dan persekutuan dengan Roh Kudus menyertai
Saudari semua.” Amin.
Kaum Perempuan: 1 . . 5 6 5 │1 . . . │3.. 2 1 2 │3 . .
A - - - - min, a - - - - - -min

5│5 . 6 5 . │4 . 3 . 2 . 1 │
a - - - -min a min amin

Saat Teduh

34
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
TATA KEBAKTIAN UNTUK PEMUDA

1. Nyanyian Pembukaan (Berdiri)


PKJ 216: 1 – 2 “Berlimpah Sukacita Di Hatiku”

Berlimpah sukacita di hatiku,


di hatiku, di hatiku.
Berlimpah sukacita di hatiku,
tetap di hatiku!
Reff. Aku bersyukur bersukacita,
kasih Tuhan diam di dalamku.
Aku bersyukur bersukacita,
kasih Tuhan diam di dalamku.
Damai sejaht’ra melampaui akal di hatiku,
di hatiku, di hatiku.
Damai sejaht’ra melampaui akal di hatiku,
tetap di hatiku!
2. Panggilan Beribadah

L : Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kuasa atas segala kebaikan dan
kemurahanNya yang dilimpahkan kepada kita. Cinta kasihNya senantiasa
merangkul dan mengumpulkan kita dalam persekutuan saat ini, mari kita
memuji segala kebaikanNya.
S : Kami mau memuji Tuhan karena cinta kasihNya yang selalu melingkupi kami. Kami
mau bersyukur dan bersukacita atas berkatNya setiap hari. Kini kami datang untuk
memuji dan menyembahMu.
3. Nyanyian “Yesus Memanggil Mari Seg’ra”

Yesus memanggil mari seg’ra, ikutlah jalan s’lamat baka


Jangan sesat dengar sabdaNya, hai marilah seg’ra

Reff : Sungguh nanti kita kan senang, bebas dosa hatipun tent’ram
Bersama Yesus dalam terang di rumah yang kekal

4. Pengakuan Dosa (Duduk)


L : Mari kita sadari, bahwa dalam kehidupan ini kita masih sering lalai melakukan
kehendak Tuhan. Tak jarang perkataa, perbuatan dan pikiran kita menyakiti hati sesame
kita dan Tuhan. Kini dengan penuh kerendahan hati, kita datang kepadaNya dengan
mengakui segala dosa dan kesalahan kita, yang diawali dengan saat teduh.
Diakhiri dengan doa pengakuan dosa yang dipimpin oleh Liturgos.

5. Nyanyian PKJ 42: 1 – 2 Kumohon Pengampunan

Kumohon pengampunan, Tuhan,


atas segala dosa
yang banyak kulakukan, Tuhan,
nyata di hadapanMu.

Teguhkanlah imanku, Tuhan,

35
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
bimbing tiap langkahku;
jangan biarkan aku, Tuhan,
sesat dari jalanMu.

6. Berita Anugerah Pengampunan Dan Petunjuk Hidup Baru

L : Dengarkanlah berita anugerah pengampunan yang diambil dari Mazmur


116: 5 – 7.
Sebagai orang- orang yang telah diampuni dosanya, dengarkanlah petunjuk hidup baru
diambil dari Roma 14: 19.

7. Nyanyian PKJ 219 : 1 – 2 Di Saat Ini Kuangkat Tembang

Di saat ini kuangkat tembang,


kuangkat tembang bagi Yesus.
Di saat ini kuucap syukur,
kuucap syukur padaNya.
Kukasihi Engkau, kukasihi Engkau,
kukasihi Engkau, Yesus, Tuhanku.

Di saat ini ‘ku datang, Tuhan,


ku datang bersujud padaMu.
Di saat ini Engkau kusembah,
Engkau kusembah ya Tuhan.
Kukasihi Engkau, kukasihi Engkau,
kukasihi Engkau, Yesus, Tuhanku.
8. Pemberitaan Firman Tuhan
- Doa
- Renungan
9. Doa Syafaat

10. Persembahan
- Nas persembahan terambil dari Roma 12: 1
- Persembahan diedarkan sambil diiringi nyanyian:
Sungguh Ku Bangga Bapa
Sungguh 'ku bangga Bapa punya Allah seperti Engkau
Sungguh 'ku bangga Yesus atas s'gala pengorbanan-Mu
Tak ingin aku hidup lepas dari kasih-Mu
Kasih-Mu menyelamatkan dan b'riku pengharapan...
Reff : Kini kupersembahkan apa yang aku miliki
Memang tiada berarti bila dibanding dengan kasih-Mu
Namun 'ku ingin memb'ri dengan sukacita di hati Kar'na 'ku
tahu ini menyenangkan hati-Mu.
- Doa persembahan
11. Berkat (Berdiri)
PF : Arahkanlah hati dan pikiran kita untuk menerima berkatNya.
Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus
menyertai kamu sekalian. Amin.

36
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
S : Menyanyi “Bapa T’rima Kasih”
Bapa t’rima kasih. Bapa t’rima kasih. Bapa di dalam Surga, ku bert’rima
kasih. Amin.

37
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
TATA KEBAKTIAN HARIAN
PEKAN KELUARGA

Persiapan

Ajakan Berbakti
Lit : Kebaktian kita saat ini, dalam rangka Pekan Keluarga HUT ke – 81 Gereja Kristen
Pasundan, berlangsung dalam naungan cinta kasih Allah yang menjadikan langit dan bumi, Kristus
yang membawa kabar sukacita dan pendamaian serta persekutuan Roh Kudus yang menolong
dan menyertai hidup kita.
J : Amin

Nyanyian Jemaat

Doa Syukur
Lit : Puji Tuhan Senantiasa, karena kasih setia-Nya. Puji dan muliakan Allah sekalian umat, sebab
selalu ada berkat yang Allah nyatakan bagi kehidupan persekutuan kita.
J : Berkat yang tidak terhitung banyaknya; bagaikan pasir di laut dan bintang di langit, atau
hamparan padi yang menguning di padang, kita senantiasa rasakan dalam gerak kebersamaan
kehidupan kita sebagai warga Gereja Kristes Pasundan.
Lit : Karena itu, datanglah kepada Tuhan, nyatakan syukur, agungkan Dia, muliakan Dia dalam
setiap tarikan nafas kita, dalam setiap gerak hidup kita, dalam setiap langkah kaki kita, dalam
lagu dan tari, serta puji dan doa.
S : Mari, kita mengangkat hati kita kepada-Nya, dengan ucapan syukur kita. Amin

Nyanyian Syukur

Pujian Mazmur (bersahutan)

Nyanyian Persiapan Pemberitaan Firman Tuhan

Pemberitaan Firman Tuhan


* Doa epiklese
* Pembacaan Alkitab
* Khotbah
* Diskusi

Persembahan

Nyanyian Persembahan

Doa Persembahan & Doa Syafaat

Nyanyian Penutup

Pengutusan & Berkat

PF : Saudara-saudara yang terkasih, pulanglah ke dalam kehidupan keseharianmu dan lakukanlah


apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupmu, yaitu untuk senantiasa menyatakan kebaikan
Allah, melalui kebaikan yang kita lakukan pada sesama. Dan baharuilah hidupmu dari hari
ke hari, layanilah Tuhan dan sesama, serta naikanlah syukur senantiasa kepada-Nya, di
dalam segala perkara dan keadaan.

38
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Dan kini terimalah berkat dari Tuhan: “Kasih karunia dari Allah Bapa,
yang tercurah di dalam keselamatan dalam diri Yesus Kristus, dan dalam damai
sejahtera yang dibangun oleh Roh Kudus, melimpah atas saudara sekalian,
sekarang ini dan selamanya”. Amin.

J : Amin, Amin, Amin

39
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN KEBAKTIAN
KRT & KATAGORIAL
HUT KE-81GKP

Menyongsong lebaran
bersama karang taruna muda mandiri di GKP Bogor

40
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Rabu, 4 November
RENUNGAN KRT I

UMAT ALLAH YANG BERIBADAH, YANG BERKEADILAN


(Amos 5:21-24 )

Saudara-saudara terkasih di dalam Kristus, memasuki Pekan Keluarga GKP tahun 2015,
dalam KRT ini mari kita perhatikan sebuah gambar. Dari judulnya kita menangkap ada kesan bahwa
keadilan adalah hal yang merata dalam arti sama rata. Dari gambar ini diperlihatkan bahwa keadilan
bukan melulu sama rata namun keadilan adalah akses bagi semua orang memperoleh kebutuhannya.
Di dalam gambar ini, semua berhak melihat pertandingan di lapangan dengan tingkat yang berbeda,
ada yang dibantu dengan pijakan yg tinggi, sedang dan rendah. Tujuannya bukan pada apa yang
dipijak, tetapi tujuannya adalah semua mendapat kesempatan menonton pertandingan.

Saudara-saudara di dalam Tuhan, betapa sering kita mengartikan keadilan dengan keliru. Tidak heran
sering terlontar dalam ucapan atau tertanam dalam pikiran, kita menyatakan: Tuhan tidak adil.
Mengapa orang lain lebih kuat dari saya? Mengapa orang lain lebih berhasil? dan lain sebagainya.

Mari kita renungkan firman Tuhan dalam kitab Amos. Amos membawa suara Allah kepada
umat agar berhenti dari sikap yang munafik. Stop berpura-pura. Mulailah tulus dan bersungguh-
sungguh dalam beribadah kepada Allah serta adil di tengah kehidupan bermasyarakat. Sudah terlalu
lama bangsa Israel terlena dalam ibadah yang tidak berkenan kepada Allah. Bangsa Israel berpikir
mereka telah menyenangkan hati Allah dengan berbagai macam ibadah mereka, ternyata bukan itu

ibadah yang berkenan di hadapan Allah. Allah menghendaki ibadah yang disertai kesadaran akan nilai
kemanusiaan, kesungguhan untuk mengupayakan pembebasan bagi yang terbelenggu dan hidup
penuh dengan kebenaran dalam segala hal.

Ibadah bukan kosmetik. Bukan upaya memoles sesuatu agar terkesan cantik menawan. Ibadah
adalah roh kehidupan yang mendorong umat Allah melayani sesamanya, berkorban bagi yang
dikasihinya, berkarya yang terbaik dan terpuji serta penuh syukur atas segala pemberian Tuhan
dengan cara hidup yang bertanggung jawab.

Kata “Ibadah” berasal dari bahasa Arab, yakni ebdu atau abdu yang berarti abdi atau hamba.
Kata ini sejajar dengan bahasa Ibrani abodah (ebed yang berarti hamba. Ibadha berarti perbuatan
untuk menyatakan bakti kepada Tuhan. Ibadah terkait seerat-eratnya dengan suatu kegiatan manusia
kepada Allah, yakni dengan pelayanan kepada Tuhan. Christoph Barth (1917-1986) tidak
membedakan pemakaian kata-kata kebaktian, ibadah, dan pengabdian, untuk menyatakan sikap hidup
hamba Allah dan untuk menghayati hidup beragama. Untuk pengertian ini kita dihantar pada makna
Gereja (berasal dari ekklesia), yakni dipanggil untuk diutus keluar. Gereja dengan segala ibadahnya

41
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
bukan untuk diri sendiri tetapi untuk melayani Tuhan melalui pengutusan ke tengah dunia. Berikutnya
yang kiranya menolong kita untuk makin menghayati makna ibadah adalah kata MISA, yang
digunakan oleh Saudara-saudara kita Gereja Roma Katolik. Roman Mass (Missale Romanum). Misa
berasal dari bahasa Latin: missa, artinya menyuruh pergi, mengutus, membiarkan pergi. Kata misa
diambil dari tradisi kuno yang digunakan dalam liturgi penutup ekaristi, yakni: Ite missa est! Kalimat
tersebut diucapkan oleh Imam untuk mengakhiri perayaan ibadah, artinya: pergilah, (sebab) ini adalah
pengutusan, atau pergilah (kamu) diutus. Maksud pernyataan tersebut adalah untuk menyatakan
dismissi, artinya bubar, dengan misi atau pengutusan. Kata misa atau pengutusan – ingat misionaris,
yakni orang yang diutus – ini mengingatkan akan kata gereja. Dengan demikian, perayaan ibadah atau
kebaktian bukan tujuan, melainkan sebuah pengutusan.

Rasul Paulus dalam Roma 12:1 menuliskan tentang “ibadah sejati” dalam kaitan dengan
persembahan hidup. Ibadah kepada Allah tidak terlepas dari gerak karya hidup sehari-hari bersama
sesama. Kini mari kita berbagi pendapat, berbagi pengalaman atau bertanya-jawab akan hal-hal
berikut ini:

Pertanyaan Refleksi:

1. Melalui Amos, Allah menyatakan bahwa ibadah bangsa Israel tidak berkenan kepada-Nya.
Bagaimana Saudara memahami cara ibadah bangsa Israel? Bagaimana dengan cara ibadah kita,
apakah kita mengulang kesalahan bangsa Israel atau kita berupaya beribadah yang berkenan pada
Allah?

2. Ibadah dan hidup yang adil serta penuh kebenaran sangat kuat dalam pemberitaan Amos.
Keadilan dan kebenaran seperti apakah yang semestinya menjadi peran Gereja di tengah
kehidupan ini?

*Sumber: http://rasidrachman-liturgika.blogspot.com/2008/02/liturgi-liturgi-di-zaman-modern.html

42
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Rabu, 11 November
RENUNGAN KRT II

MENJANGKAU DENGAN KASIH

Yudas 1:17-23

Saudara-saudara terkasih, beberapa saat ini ada istilah yang kerap digunakan untuk menunjuk
pihak yang berbeda dengan kata: “haters”. Siapapun yang menggunakan kata ini mestilah memahami
bahwa kata tersebut berakar dari kata hate yang berarti benci. Jadi seolah-olah orang yang berbeda
adalah orang yang dibenci atau orang yang membenci. Pada era terbuka saat ini, media sosial, media
cetak, media televisi, media radio dan lainnya amat mudah menyebarkan istilah “haters” yang
sekaligus menyebarkan virus kebencian.

Saudara-saudara, teori yin dan yang khas Tiongkok menyimpulkan dua sisi kehidupan dalam
segala aspek, termasuk soal kebencian. Tentu di dalam hidup ini amat dimaklumi adanya kebencian.
Namun demikian kebencian bukanlah nilai yang indah untuk disebarluaskan. Kebencian adalah awal
perpecahan, karenanya kita dipanggil untuk menjadi pendamai. Pembawa Damai. Peace Maker bukan
trouble maker.

Betapa mudah kebencian disebar dan mempengaruhi banyak orang. Dalam bacaan kita
diperlihatkan bahwa menjelang akhir zaman kebencian kian menjadi dan mewujud dalam tindakan
kekerasan. Inilah yang diperhadapkan pada kita orang percaya. Allah adalah kasih (I Yoh. 4:8, 16)
dan kitalah anak-anak-Nya jika kita memberlakukan kasih pada sesama. Di tengah dunia yang kian
dikuasai oleh kebencian, kita diperintahkan untuk menabur kasih dan berbuat kebaikan yang
mendatangkan damai sejahtera.

Saudara-saudara, hidup di dalam kasih dan kebaikan menuntut kita untuk berjuang lebih kuat
sebab Allah hendak memakai kita untuk menjadi sarana bagi orang lain untuk diselamatkan. Kita
dipanggil untuk mengubah mereka yang dipenuhi rasa benci menjadi penuh cinta. Perubahan yang
radikal dan amat lebar perbedaannya, yang tentu menuntut besar pengorbanan juga.

Mari kita sejenak membayangkan hidup yang dipenuhi dengan kebencian. Lalu, mari kita
sejenak membayangkan hidup yang dipenuhi dengan cinta kasih. Bagaimana ekspresi wajah kita?
Saat membayangkan kebencian, wajah kita cenderung mengernyitkan dahi dan cemberut. Berbeda
dengan saat kita membayangkan cinta kasih, wajah berseri dan disertai senyum gembira.

Saudara-saudara, ini baru wajah. Tentunya hidup kita akan amat berubah dengan
memberlakukan cinta kasih dan juga kita mampu mengubah suasana sekitar kita yang turut
merasakannya juga.
Ibu Teresa mengatakan dalam catatannya, dunia ini tidak kelaparan akan makanan, namun dunia ini
kelaparan akan sentuhan cinta kasih.

Di usia yang ke-81 tahun kiranya GKP dipenuhi cinta kasih untuk menjangkau mereka yang
belum tersentuh cinta kasih Allah, kiranya GKP mampu untuk lebih berkarya yang mengubah benci
menjadi penuh cinta kasih dan GKP diberkati Allah untuk menjadi alat keselamatan bagi banyak
orang untuk berjumpa dengan Sang Cinta, yakni Kristus Yesus.

43
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
BAHAN AJAR SEKOLAH MINGGU I

Minggu, 1 November

Kisah 6:1-7

AKU SAYANG GEREJAKU

Renungan Bahan Ajar Sekolah Minggu (Kelas Kecil, Tanggung, Besar)


Diambil dari: Bahan Mengajar Sekolah Minggu ed.1 Juli-Desember

BAHAN AJAR SEKOLAH MINGGU II

Minggu, 8 November
Kisah 10:1-36

PETRUS DAN KORNELIUS

Renungan Bahan Ajar Sekolah Minggu (Kelas Kecil, Tanggung, Besar)


Diambil dari: Bahan Mengajar Sekolah Minggu ed.1 Juli-Desember

44
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN REMAJA I

KEBAIKAN MELALUI PERHATIAN


(LUKAS 19 : 1 – 10)

Tidak sedikit orang beranggapan bahwa kebaikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan bagi orang
dengan memberi sesuatu barang yang berdampak dapat meyenangkan hati seseorang. Misalnya
kebaikan karena memberi uang; memberi makanan; memberi barang; dan lain sebagainya. Namun
pernahkah kita berpikir bahwa sebetulnya kebaikan pun dapat dilakukan tanpa memberi sesuatu
barang sekalipun. Misalnya : memberi perhatian. Mari kita uji kebenaran ini! Tidak sedikit anak
remaja yang rela meninggalkan rumah, ikut geng motor, terjerumus dalam narkoba, karena merasa
tidak mendapat perhatian dari orang tuanya. Tidak sedikit remaja yang diputus pacarnya karena
merasa tidak diperhatikan. Tidak sedikit remaja marah terhadap temannya, karena
sms/BBM/WA/Line/FB-nya tidak dibalas. Berikutnya, tidak sedikit rusaknya hubungan rumah
tangga, suami-istri karena salah satu pihak merasa tidak mendapat perhatian. Dari contoh-contoh di
atas kita dapat melihat betapa perhatian menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah relasi.

Melalui bacaan ini dikatakan bahwa Yesus masuk dan melintasi Yerikho. Di Yerikho terdapat seorang
pemungut cukai yang bernama Zakheus. Pemungut cukai (Yunani = publicani) adalah sebuah profesi
petugas pajak. Orang yang berprofesi sebagai pemungut cukai adalah orang yang ditugasi
mengumpulkan pajak dari masyarakat yang diserahkan kepada pemerintah, khususnya pemerintah
Romawi. Profesi ini dipandang buruk oleh masyarakat Yahudi kala itu, karena dianggap : a)
memberatkan rakyat; b) menarik pajak untuk pemerintah Romawi yang dianggap musuh rakyat; c)
cara yang digunakan seringkali sangat kejam dan tidak adil/ memeras.
Zakheus yang berprofesi sebagai pemungut cukai, sangat ingin bertemu dengan Yesus yang sudah
tersohor. Karena badannya pendek, ia mendahului orang banyak untuk menaiki Pohon Ara untuk
melihat Yesus. Yesuspun melihat dia dan berkata bahwa Dia akan mengunjungi Zakheus dan
menumpang di rumah Zakheus. Perkataan Yesus sangat menyenangkan Zakheus (ay. 6), namun
menyisakan sungut-sungut bagi banyak orang (ay. 7), karena Yesus menumpang di rumah orang
berdosa. Zakheus dipandang berdosa karena ia adalah orang Yahudi (ay. 9) yang bekerja sebagai
pemungut cukai sehingga dianggap sebagai pengkhianat karena menjadi antek Romawi. Namun
Yesus tetap menumpang ke rumah Zakheus dan berkata bahwa terjadi keselamatan di rumah Zakheus.

Melalui rangkaian cerita Zakheus, dapat dilihat bahwa kebaikan Zakheus yang bersedia memberikan
setengah dari miliknya untuk dibagikan kepada orang miskin; dan mengembalikan empat kali lipat
dari orang yang ia peras (ay. 8) bukan karena ia takut kepada Yesus, namun justru bersukacita karena
Yesus. Kesukacitaannya merupakan wujud syukurnya karena Zakheus merasa diperhatikan oleh
Yesus dimulai ketika ia berada di pohon ara, dan dengan cara dikunjungi. Ketika banyak orang
berusaha untuk menjauhi dan bahkan menista Zakheus, Yesus justru memberikan perhatian nyata
kepada Zakheus dengan cara mengunjungi dan menumpang di rumah Zakheus. Yesus membawa

45
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
sebuah kebaikan yang walau tidak diucapkan namun sangat dirasakan, seperti yang dirasakan Zakheus
yaitu melalui perhatian Yesus terhadapnya.

Di tengah kehidupan zaman yang kompleks di mana orang membutuhkan perhatian, namun ironi,
justru orang lebih cenderung untuk tidak memperhatikan sesamanya. Mari kita lihat. Ketika orang
sibuk dengan dunianya masing-masing menggunakan telepon seluler, yang mengakibatkan
‘individualisme’ menggeser atau bahkan meniadakan ‘perhatian’ seseorang terhadap yang lain.
Padahal ‘perhatian’ merupakan salah satu cara orang bisa merasakan kebaikan dari orang lain. Betapa
indah bila ada seseorang yang sedih dan diperhatikan oleh orang lain dengan sebuah pertanyaan
“kenapa kamu bersedih, adakah yang bisa saya bantu?”. Kebaikan tidak melulu harus memberi
sesuatu barang yang dapat menyenangkan, namun memberikan perhatian terhadap sesama adalah
salah satu cara orang bisa memberi kebaikan.

Pertanyaan Refleksi :

1. Bagaimana cara remaja dapat melakukan kebaikan melalui perhatian?


2. Kepada siapa saja perhatian itu dilakukan dan apa saja yang menjadi kendalanya?

46
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN REMAJA II

KEBAIKAN MELALUI PERJUMPAAN


(YOHANES 4 : 5 – 26)

Pernahkah kita merasakan rindu atau kangen terhadap orang yang kita sayangi dan cintai? Biasanya
orang yang merindukan seseorang, penuh dengan kegelisahan; pikirannya tidak karuan; pekerjaan
semrawut; belajar tidak fokus. Bagi orang yang demikian, berjumpa adalah obat yang paling mujarab.
Karena melalui perjumpaan tersebut, segala rasa yang penuh dengan kegelisahan akan segera terobati.
Perjumpaan tersebut membawa kebaikan bagi orang tersebut, sehingga hidupnya kembali lebih
bersemangat dan bergairah.

Bacaan saat ini juga berkisah tentang perjumpaan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria. Siapa
perempuan Samaria ini? Dalam bacaan tidak dikatakan secara spesifik. Yang jelas bahwa dia adalah
seorang perempuan Samaria yang hendak mengambil air dari sumur Yakub. Bagi orang Yahudi
seperti Yesus, tidak diperbolehkan bergaul dengan orang Samaria (ay. 9). Hal ini tidak lepas dari
sejarah bangsa Israel Utara ketika dikalahkan oleh bangsa Asyur dan terjadilah kawin campur antara
bangsa Israel Utara dengan bangsa Asyur. Melalui kawin campur tersebut terjadilah sinkritisme
(percampuran keagamaan Yahudi dan Asyur) sehingga Israel Utara dianggap tidak menjaga kesucian
Israel sebagai umat pilihan Allah. Dan dalam peribadahan, orang Samaria ini mendirikan tempat
ibadah sendiri yang bertempat di Gunung Gerizim (ay. 20).

Yesus tahu betul bahwa Ia tidak boleh bergaul dengan orang Samaria, terlebih seorang perempuan.
Namun Yesus tetap melakukannya (bdk. ay. 4). Dan dalam perjumpaan dengan perempuan Samaria
ini, Yesus bercakap tentang kebutuhan dasar manusia, yaitu air (ay. 13 – 15). Air yang dimaksud
Yesus tentunya adalah diri-Nya sendiri di mana setiap orang yang ‘meminumNya’ tidak akan haus
lagi. Selanjutnya Yesus berbicara tentang kehidupan pribadi perempuan Samaria (ay. 16 – 19). Yesus
menyinggung suami perempuan tersebut. Ternyata perempuan tersebut tidak memiliki suami, karena
ia sudah bercerai sebanyak lima kali, dan laki-laki yang ada dengannya saat ini pun bukanlah
suaminya. Menariknya, perempuan ini tidak merasa ‘terlecehkan’ ketika berdialog tentang hal yang
bersifat privasi.

Percakapan pun dilanjutkan tentang kiblat peribadahan (ay. 20 – 24). Perempuan ini beribadah di
gunung Gerizim, sedangkan bangsa Yahudi beribadah di Yerusalem, Bait Allah. Yesus menegaskan
bahwa akan tiba waktunya peribadahan dapat dilakukan di mana saja asal menyembah Bapa dalam
Roh dan kebenaran. Dialog teologis yang ‘sengit’ ini diakhiri dengan pengakuan akan Mesias yang
dilanjutkan oleh Yesus yang memperkenalkan diri sebagai Mesias.

Bila bacaan dilanjutkan, kebaikan terjadi atas diri perempuan tersebut. Perjumpaannya dengan Yesus
membawanya pada kebaikan. Kebaikan bagi dirinya sendiri sehingga dia percaya kepada Yesus, juga

47
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
kebaikan bagi banyak orang (ay. 39). Perjumpaannya dengan Yesus memuaskan hatinya. Kebaikan
itulah yang diberikan oleh Yesus melalui perjumpaan.

Sedianya para remaja dapat menghargai arti perjumpaan. Perjumpaan dapat membawa pada
kehidupan yang nyata. Melalui perjumpaan terjalin komunikasi verbal dan non verbal yang dapat
menghapus kesalahpahaman. Melalui perjumpaan terjalin saling pengertian. Remaja diharapkan dapat
menghargai perjumpaan. Terlebih di tengah-tengah dunia modern, di mana gadget sudah menjadi
“pendamping hidup” para remaja. Perjumpaan membawa mereka pada dunia nyata yang dapat
membawa mereka pada kebaikan. Terlebih para remaja dapat merasakan perjumpaan personal dengan
Yesus yang selalu membawa mereka pada kebaikan bersama.

Pertanyaan Refleksi :

1. Berikan contoh nyata perjumpaan yang membawa kebaikan dalam lingkungan remaja?
2. Bagaimana para remaja dapat mengupayakan perjumpaan yang membawa kebaikan?

48
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN PEMUDA I

KEBAIKAN DALAM KESEDERHANAAN

(LUKAS 21: 1 – 4)

Ada sebuah video2 menarik yang menceritakan tentang 2 orang perempuan. Yang satu berpenampilan
menarik dan yang satu berpenampilan biasa – biasa saja. Ketika mereka sama – sama sedang
memasuki sebuah lift, mereka sama – sama menekan nomor lantai tujuan mereka. Kemudian
perempuan yang berpenampilan menarik itu melihat ada seorang pria yang sedang terburu – buru
untuk masuk ke dalam lift, mungkin karena perempuan yang berpenampilan menarik ini takut
terlambat masuk ke kantornya, akhirnya dia segera menekan tombol tutup pintu liftnya. Tetapi
perempuan yang berpenampilan biasa – biasa saja justru menekan tombol pintu terbuka agar pria itu
bisa masuk ke dalam lift. Akhirnya pintu tetap terbuka, dan pria itu mendapatkan kesempatan untuk
masuk ke dalam lift. Tapi apa yang terjadi? Pria itu mengucapkan terima kasih kepada perempuan
yang berpenampilan menarik itu. Dia terkejut dan malu karena sebenarnya bukan dia yang melakukan
itu untuk pria ini, sedangkan perempuan yang berpenampilan biasa saja hanya diam dan tersenyum.
Video ini hendak mengajarkan sebuah makna bahwa penampilan menarik tidak menjamin hatinya
juga menarik, tidak menjamin kepribadiannya juga menarik, terkadang penampilan bisa menipu apa
yang dilihat oleh mata.

Penampilan perempuan janda miskin ini mungkin bagi banyak orang saat itu dipandang kurang
menarik, dipandang sebelah mata, tetapi bagi Yesus tidak demikian. Memang, cerita – cerita dalam
Injil Lukas seringkali menggambarkan tentang peninggian kepada orang – orang miskin, orang yang
diabaikan, yang dipandang sebelah mata dan perendahan kepada orang orang – orang yang berkuasa.
Lukas menggambarkan bahwa melalui kemiskinan, melalui kesederhaan yang dialami mereka, justru
mereka dapat menjadi orang yang lebih berserah sepenuhnya kepada Tuhan.

Apa yang dilakukan janda miskin ini menunjukkan bahwa dalam kemiskinannya, dalam
kesederhanaanya, masih dapat kita temukan sebuah kebaikan yang berdampak besar. Kebaikan kecil
namun memiliki makna yang besar. Bagi mereka yang kaya, atau berlebih mungkin memberi 2 keping
perak bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi mereka melakukannya setelah mendapatkan
kenyaman hidup terlebih dulu. Setelah kebutuhan sandang, pangan, papan mereka terpenuhi barulah
kemudian mereka mempersembahkan sesuatu bagi Allah. Tidak dengan yang dilakukan janda miskin
ini, justru memberikan apa yang menjadi miliknya lebih dulu kepada Tuhan, ia menunjukkan kepada
kita semua bahwa kemiskinan dan kesederhanaannya tidak menghalangi dia untuk melakukan
kebaikan bagi Tuhan dan sesamanya.

2
Video ini bisa dilihat dalam https://www.youtube.com/watch?v=zuFbKkm2Tlk dengan
judul video “Iklan menyentuh! Wajah cantik belum tentu hatiya cantik.”

49
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Di sekitar kita banyak orang yang demikian. Status, kekayaan, pendidikan ataupun masa lalu
seseorang menjadi tolok ukur kita untuk melihat mana orang yang dapat melakukan kebaikan dan
tidak. Tanpa sadar kita mulai membangun batasan dan tembok pemisah diantara orang banyak ini,
bahkan juga bagi teman – teman terdekat kita. Padahal, kebaikan seseorang tidak diukur dari itu
semua. Mungkin kita memandang mereka yang tinggal di pinggir jalan, mereka yang dipenjara karena
kesalahan mereka, mereka yang telah melakukan dosa dan pelanggaran sudah tidak mungkin lagi
melakukan kebaikan, tetapi siapa yang tahu bahwa dari mereka kita bisa belajar tentang arti kebaikan.
Melakukan kebaikan bukan diukur dari status, kekayaan, ataupun pendidikan kita. Melakukan
kebaikan bisa dilakukan semua orang, yang terpenting ialah adanya ketulusan dan keikhlasan di
dalam melakukannya. Melakukan kebaikan bukan untuk dikenal atau dipuji oleh orang lain tetapi
karena kita mau berbagi atas apa yang kita punya bagi orang lain. Janganlah kita menahan – nahan
diri untuk melakukan kebaikan di dalam hidup kita.

Pertanyaan Refleksi:

1. Bagikan pengalaman Anda ketika melakukan kebaikan tetapi orang lain yang menerima
pujian! Apa yang Anda rasakan pada saat itu?
2. Apa yang bisa kita lakukan untuk tetap melakukan kebaikan di setiap waktu?

50
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN PEMUDA II

SELALU ADA KEBAIKAN DALAM SEGALA HAL


(YEREMIA 29:11)

Dalam menjalani kehidupan ini, kita senantiasa dihadapkan pada dua keadaan yaitu kemujuran dan
kemalangan. Saat kita mendapatkan kemujuran, kita menjadi orang yang lupa diri, terlena dengan rasa
bahagia. Di saat kita mendapatkan kemalangan kita juga menjadi orang yang lupa diri, terhanyut
dalam kesedihan. Apa yang kita alami bukan untuk menjadikan kita lupa kepada segalanya, bahkan
lupa kepada Tuhan. Apa yang kita alami justru hendak menunjukkan kepada kita bahwa ada kuasa
diluar kemampuan kita, yakni kuasa Tuhan. Apa yang kita alami hendak mengajarkan kepada kita
untuk semakin bertumbuh menjadi lebih baik.

Banyak orang berkata “pasti ada hikmah di balik kejadian ini”, namun pada kenyataannya ketika
mereka dihadapkan dengan kemalangan, mereka sulit memahami dan memaknai kalimat itu. Ketika
teman atau kerabat kita mengalami kemalangan kita dapat dengan mudah mengatakan kalimat
tersebut, tapi bagaiman ketika kita yang mengalami kemalangan itu? Mungkin dalam perasaan
tertekan dan kesedihan kita akan berkata “engkau tidak tahu apa yang kurasakan, engkau tidak
mengerti yang aku rasakan”. Tetapi hal sebaliknya bisa saja terjadi, ketika mendapat kemalangan kita
bisa dengan tegar berkata pada diri sendiri “pasti ada hikmah di balik kejadian ini”, tetapi kita
cenderung tidak cukup sabar dan terburu – buru ingin melihat kebaikan apa yang ada dalam peristiwa
ini. Hingga akhirnya kita gagal melihat kebaikan yang tersirat dalam kemalangan tersebut.

Renungan kita mengajak kita melihat pengalaman – pengalaman kita selama ini. Kita lihat kembali
kebaikan – kebaikan yang hadir dalam pengalaman tersebut, baik pengalaman kemujuran terlebih
pengalaman kemalangan. Apa yang membuat kita bisa terus menapaki kehidupan ini tak lain adalah
karena kuasa dan pertolongan Tuhan. Kita diajak untuk semakin dekat dan berserah kepadaNya.
Belajar untuk merendahkan diri di hadapanNya. Belajar untuk percaya kepada rencanaNya. Belajar
untuk terus berkomunikasi kepada Tuhan sehingga kita dapat memetik hikmah dari berbagai
pengalaman yang ada.

Jangan jadikan kemujuran membuat kita lalai belajar dari Tuhan, terlebih kemalangan membuat kita
menjadi semakin jauh dari Tuhan. Biarlah segala pengalaman yang kita alami menjadi pembelajaran
berharga untuk menjalani hari – hari kita kedepan. Ada sebuah cerita, demikian…

Ada seseorang yang sedang duduk menikmati senja dalam sebuah perahu. Lalu Yesus hadir
dan berkata “lepaskan tambatan perahumu dan biarkan Aku membawamu ke seberang. Bukan
rencanaKu, agar kamu tetap berlabuh disini.” Dengan takut dan gelisah dia berkata “Tuhan,
bukankah lebih baik aku tetap disini. Aku tidak akan melihat topan,badai, dan angin ribu.
Dan, aku dapat kembali ke darat kapan pun aku mau.” Lalu dengan lembut Yesus berkata
“Memang disini kamu tidak akan mengalami topan, badai, dan angin ribut. Tetapi, kamu juga

51
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
tidak akan pernah melihat Aku mengatasi semua itu. Kamu tidak akan melihat bahwa Aku
berkuasa atas semuanya itu”.

Dalam pergumulan berat, akhirnya dia melepaskan tambatan perahunya. Di tali tambatan itu dia
melihat ada rasa khawatir akan keuangan, pekerjaan, pasangan hidup dan banyak lainnya. Lalu dia
berkata dalam hatinya “tahukah Ia apa yang aku inginkan? Mengertikan Ia mengenai apa yang aku
rindukan?”. Kemudian Yesus memeluknya dan berkata “memang semua tidak akan sesuai dengan
yang kamu ingin dan rindukan. Mungkin kamu akan mendapatkan yang sebaliknya, tetapi maukan
kamu percaya bahwa rancanganKu adalah rancangan damai sejahtera, masa depanmu bersamaKu
akan menjadi masa depan yang penuh harapan.” Orang itu berbalik memeluk Yesus dan menangis
bersama, dia lepaskan semua rasa khawatir dan dia serahkan semuaNya kepada Tuhan sambil berkata
“Jadilah Nahkoda dalam perahuku dan mari kita berlayar”.3

Pertanyaan Refleksi:

1. Bagikan pengalaman Anda ketika Anda belajar berserah kepada Tuhan?


2. Apa kesulitan yang Anda hadapi dan bagaimana Anda menghadapinya?

3
Disadur dari Chandra Suwondo, 50 Renungan Populer Sepanjang Masa 1, Metanonia, 2005.

52
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN KAUM PEREMPUAN I

NAOMI PEREMPUAN YANG MENGINSPIRASI DALAM KELUARGA


(RUT 1:1-18)

Ada sebuah anekdot lawas yang berkisah tentang mertua dan menantu.
A : Saya mau bertanya, apakah Saudari tahu, siapakah perempuan dalam Alkitab Perjanjian
Lama yang paling bahagia?
B : Siapa ya? Apakah Miryam ? Atau Ester ? Atau mungkin Rahel ya?
A : Semua jawaban Saudari, salah! Jawaban yang betul adalah Hawa
B : Lho, koq Hawa? Apa alasannya?
A : Karena Hawa tidak mempunyai mertua!

Saya ingin katakan sekali lagi bahwa percakapan di atas hanya sebuah anekdot saja. Bisa jadi anekdot
di atas muncul karena dalam kehidupan beberapa berkeluarga memperlihatkan kurang harmonisnya
hubungan antara mertua perempuan dan menantu perempuan. Semua orang pasti sangat
mendambakan bila hubungan antara mertua perempuan dan menantu perempuan selalu berlangsung
dengan harmonis. Dalam sebuah studi/ penelitian menunjukkan ada sekitar 60 persen yang
menyampaikan bahwa hubungan antara mertua perempuan dan menantu perempuan kurang terjalin
secara harmonis. Hubungan mereka selalu berada dalam situasi yang menegangkan. Apabila kondisi
seperti itu dibiarkan secara terus-menerus, tentu akan berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan.
Bahkan bisa memicu perpecahan dalam sebuah keluarga, ketika hal ini terjadi maka yang merasakan
dampaknya adalah anak-anak.

Kisah tentang mertua perempuan dan menantu perempuan memang kisah yang unik. Kisah tersebut
diawali oleh karena ada dua perempuan yang mencintai satu laki-laki yang sama. Laki-laki itu adalah
anak dari mertua dan suami dari menantu. Bagi mertua perempuan anak laki-lakinya adalah sosok
yang sangat berarti. Karena dia yang mengandung, melahirkan dan membesarkannya. Dialah yang
paling tahu tentang kondisi anaknya itu. Ketika tiba-tiba harus berpisah karena sebuah pernikahan,
bisa jadi ibu mertua beranggapan bahwa anaknya mengalami perubahan. Ibu mertua beranggapan
bahwa anak laki-laki sudah tidak perduli lagi kepadanya. Anak laki-lakinya dianggap lebih
menyayangi istrinya dibanding dirinya. Padahal belum tentu demikian. Sementara itu menantu juga
merasa seolah-olah mertuanya terlalu ikut campur dalam masalah keluarganya. Apa lagi, jika ternyata
perempuan yang menjadi menantunya itu ternyata bukan pilihannya. Mertua perempuan mengeluh,
menantu perempuan juga mengeluh. Lalu keduanya terlibat cekcok atau perang dingin. Wah urusan
menjadi semakin gawat!

Kisah Naomi dan Rut, adalah kisah hubungan yang mesra dan indah antara mertua perempuan dan
menantu perempuan. Padahal kalau kita lihat mereka memiliki latar belakang yang sangat berbeda.
Naomi adalah orang Israel sementara Rut orang Moab. Keyakinan mereka juga berbeda. Naomi

53
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
adalah penyembah Allah, dan Rut tidak mengenal Allah Israel. Mereka dipertemukan Allah ketika
terjadi kelaparan di Israel, Naomi dan suaminya Elimelekh harus mengungsi ke Moab. Di sana Naomi
mendapatkan dua orang menantu perempuan. Salah satunya adalah Rut. Elimelekh meninggal di
Moab. Setelah 10 tahun pernikahan anak Naomi dengan Rut, maka anak maomi atau suami Rut juga
meninggal. Karena di Israel sudah ada makanan, maka Naomi pun pulang kembali ke tanah
leluhurnya. Naomi sangat menyayangi Rut. Maka ia meminta Rut agar menikah dan mencari suami
lagi. Naomi juga meminta Rut untuk pulang ke Moab ke rumah ibunya. Empat kali Naomi menyuruh
Rut untuk pulang ke Moab. Tetapi Rut menolak dengan keras, bahkan ia menangis dengan keras.
Hati Rut sudah terpaut kepada Naomi dan Allah Israel. Bagi Rut Naomi sudah seperti ibunya sendiri.
Sehingga ia dengan penuh kerelaan merawat, menjaga dan mendampingi ibu mertuanya. Rut tidak
memikirkan dirinya sendiri. Kisah Naomi dan Rut adalah gambaran tentang hubungan mertua dan
menantu yang sangat ideal.

Hubungan antara dua orang perempuan yang terjalin dengan harmonis antara Naomi dan Rut dapat
menjadi teladan bagi segenap perempuan Gereja Kristen Pasundan dewasa ini. Ketika situasi
kehidupan dewasa ini kerap menggiring kita pada sikap pementingan diri sendiri. Sikap basa-basi dan
sikap masa bodoh terhadap keadaan sekitar menjadi hal yang biasa terjadi. Kebanyakan orang hanya
mengejar, bagaimana aku bahagia, senang dan puas. Orang lain mau begini atau begitu itu bukan
urusan saya. Adalah pantas jika perempuan kristiani justru tampil menginspirasi perempuan lainnya
dan semua orang dengan tak jemu-jemu berbuat kebaikan dalam kehidupan ini. Firman Tuhan dalam
Ibrani 13:1 menulis: “Peliharalah kasih persaudaraan.”

Pertanyaan Refleksi:
1. Bagaimana pandangan Anda apabila di lingkungan keluarga, gereja atau masyarakat tempat
tinggal Anda ada keluarga, khususnya menantu dan mertua perempuan, yang kurang
harmonis dalam berelasi?
2. Sebagai perempuan gerejawi langkah-langkah apa yang akan Anda lakukan dalam
mengupayakan hidup berdampingan dengan baik, secara khusus dengan mertua perempuan
Anda, dan juga dengan semua orang?

54
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN KAUM PEREMPUAN II

HIDUP BERMAKNA LEWAT KEBAIKAN


(KISAH PARA RASUL 9 : 36 – 41)

“Hidup adalah pilihan” ungkapan itu sering kita dengar bukan? Tapi ingat, jangan sampai salah
dalam memilih. Biarlah pilihan kita adalah pilihan yang baik yang Tuhan inginkan. Pilihan yang dapat
membawa sukacita dan damai sejahtera pada orang di sekitar kita. Seperti pilihan seorang
perempuan yang sangat menggugah orang di seluruh dunia. Agnes Gonxha adalah nama baptisnya.
Ia lahir di Skopje, Albania pada tanggal 26 Agustus 1910. Ia bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya
meninggal ketika usianya 8 tahun. Walaupun keluarganya mengalami kesulitan finansial, kasih
sayang ibunya sangat memengaruhi karakter panggilannya. Agnes Gonxha adalah nama kecil Ibu
Theresa, yang menjawab panggilan Kristus melalui pelayanannya kepada kaum termiskin dari antara
yang miskin di India. Karena pelayanannya, Ibu Theresa mendapat penghargaan Nobel Perdamaian
pada tahun 1979, dan hadiah uang yang diterimanya sebesar $6.000, disumbangkan kepada
masyarakat miskin di Kalkuta, India.

Di dalam Perjanjian Baru juga terdapat seorang perempuan yang sangat luar biasa. Namanya Tabita
atau Dorkas (bahasa Yunani). Tabita seorang murid Kristus. Ia mengasihi Kristus. Karena kasihnya
pada Kristus Tabita gemar berbuat baik, misalnya menolong orang miskin, terutama para janda. Ia
adalah seorang dermawan, suka memberi sedekah. Ia gemar menolong orang yang ada di sekitarnya.
Bahkan ia juga menolong para pelayan Tuhan / para rasul Kristus yang sedang melayani di wilayah
Yope, tempat tinggalnya. Bentuk pertolongannya kepada para janda adalah dengan cara menjahitkan
pakaian mereka. Semua itu dilakukannya dengan penuh ketulusan tanpa pamrih. Tapi, karena sakit
umur Tabita terlalu singkat di mata para janda dan sahabat-sahabatnya. Mereka harus kehilangan
Tabita yang mereka sayangi. Para sahabat Tabita merasa sedih. Apa yang sudah dilakukan Tabita
mungkin sederhana. Tetapi perbuatan Tabita sangat berarti bagi mereka. Ketika Rasul Petrus berada
di kota Lida dekat kota Yope, dua orang diutus untuk meminta Rasul Petrus datang dan berbuat
sesuatu kepada Tabita. Rasul Petrus mendoakan Tabita dan menyuruh Tabita bangkit. Maka hiduplah
Tabita. Tabita adalah perempuan baik hati yang kehadirannya selalu dinanti oleh orang-orang di
sekitarnya.

Sebagai perempuan gerejawi, kita semua juga terpanggil untuk melakukan berbagai kebaikan kepada
semua orang sesuai kemampuan kita masing-masing. Agar melalui perbuatan kita itu, orang lain dapat
merasakan arti kehadiran Tuhan. Firman Tuhan, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena
apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9).

Pertanyaan Refleksi:
1. Menurut Anda, mengapa kita sebagai perempuan Kristen perlu berbuat baik?

55
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
2. Sebutkan minimal 5 (lima) bentuk perbuatan baik yang sudah Saudari lakukan pada hari ini?
3. Bagaimana perasaan Saudari ketika dapat berbuat baik kepada orang lain?

56
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN KAUM PRIA I

MENJADI SUAMI TERBAIK


(I PETRUS 3:7 & KOLOSE 3:19)

Seorang ibu mengetuk pintu rumah seorang penatua senior pada malam hari. Ketika pintu rumah
dibuka, tuan rumah begitu terkejut karena kondisi fisik ibu tersebut memprihatinkan. Mukanya biru
lebam dan beberapa tetes darah mengering di kerah bajunya. Rupa-rupanya ibu ini telah mengalami
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya. Penatua ini pun memanggil isterinya untuk
membantu mengobati sang Ibu.

Sambil menunggu isterinya mengobati ibu muda tersebut ingatan penatua kembali ke peristiwa 5
tahun yang lalu. Sepasang muda mudi datang ke gereja untuk meminta pelayanan pemberkatan. Mata
kedua anak muda tersebut penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Hingga akhirnya gereja
memberkatinya. Dua tahun kemudian kedua pasangan ini dikaruniai anak dan kemudian
membaptiskan anaknya. Sepasang muda-mudi itu adalah permepuan yang datang ke rumahnya.
Namun, entah mengapa kini ibu itu harus mengalami kondisi yang berbeda dengan kondisi awal
pernikahan mereka. Kebahagiaan berubah menjadi petaka. Apa yang salah? Tak terasa air mata
penatua ini meleleh di pelupuk matanya.

Definisi KDRT menurut UU No. 23/2004 pasal 1 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Masih menurut UU No. 23/2004 pasal 2 adalah bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan
dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan fisik,
b. kekerasan psikis, c. kekerasan seksual, d. penelantaran rumah tangga.

Data Catatan Akhir tahun 2014 Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (KOMNAS
PEREMPUAN) menunjukkan peningkatan jumlah kasus terhadap perempuan sebanyak 20.000 kasus
dibandingkan kasus tahun 2013, yakni terdapat 293.220 kasus kekerasan terhadap perempuan
sepanjang tahun 2014.4

Tidak sedikit para isteri yang menahan beban, atas perlakuan dan sikap suaminya. Banyak isteri
bertahan dalam keadaan demikian karena melindungi keutuhan keluarga, alasan anak-anak dan nama
baik keluarga. Tetapi di malam hari mereka menangis dalam rasa sakit dan kesendirian.

Seorang mengatakan bahwa pria sejati tidak pernah secara sengaja menyakiti bahkan melukai seorang
perempuan terlebih isterinya. Dan ini sesuai dengan teks dalam 1 Petrus 3:7 yang mengatakan:

4Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/04/27/Laporan-KDRT-Meningkat%2c-
Penanganan-Belum-Optimal)

57
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih
lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya
doamu jangan terhalang. Dari ayat ini beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang suami: (1)
Bersikap bijaksana terhadap isterinya. Bijaksana berarti dapat memperlakukan isterinya sebagai mitra
sekerja dalam menjalani kehidupan. Kitab Kejadian mengatakan bahwa isteri merupakan “penolong
yang sepadan” bagi suaminya (Kej. 2:18). Perempuan diambil dari tulang rusuk laki-laki, yang
menjadi tanda bahwa keduanya memiliki ikatan dan kesatuan yang tidak terpisahkan. Karena itu sikap
bijaksana berarti mengasihi dan menyayangi isterinya, seperti suami mengasihi dirinya sendiri. Dalam
era emansipasi, baik suami maupun isteri bersama-sama memberikan rasa aman dan nyaman satu
sama lain. (2) Menghormati isteri, berarti menghargai dan menyadari bahwa isteri adalah mitra kerja
dalam berumah tangga. Isteri bukanlah pembantu suami, yang hanya boleh sibuk mengurusi suami
dan anak-anak saja. Seperti halnya seorang suami, isteri pun perlu waktu untuk dirinya, hobinya,
pelayanan di gereja atau social. Menghormati berarti ada proses komunikasi hati ke hati untuk
melakukan tugas masing-masing tanpa rasa takut dan terbeban. (3) Mengasihi isteri agar doa para
suami tidak sia-sia. Doa berkaitan dengan hati. Yang Tuhan lihat bukan banyaknya kata-kata tetapi
ketulusan hati (Mat 6:5-6). Jangan sampai seorang suami berdoa dalam kemunafikan: Memohon
Tuhan mengampuni, menyertai dan memberkatinya, sementara sikap dan perlakuan kepada isterinya
buruk. Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan itu mati (Yak. 2:17). Bahkan Kolose 3:19
mengatakan “hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia”.

Pertanyaan Refleksi:
1. Menurut Anda, apakah yang membuat seorang suami melakukan kekerasan (bersikap kasar)
terhadap isterinya?
2. Apa yang bisa kita lakukan jika mendengar atau melihat saudara atau teman kita melakukan
kekerasan terhadap isterinya?

58
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN KAUM PRIA II

AYAHKU IDOLAKU!
(II SAMUEL 18:33-19:3 & EFESUS 6:4)

Paul Rudd pemeran utama film Ant-Man (2015) produksi Marvel Studio menceritakan bahwa
anaknya tidak terlalu antusias ketika diberitahu bahwa dirinya akan memerankan tokoh ant-man.
Anaknya yang berusia 10 tahun mengatakan bahwa “Oke aku akan melihat Ayah berakting di film itu
dan melihat bagaimana semuanya akan berakhir dengan bodoh”. Sang anak berharap bahwa ayahnya
bisa memerankan tokoh superhero yang dianggap lebih hebat seperti The Avenger, Superman atau
pahlawan super lainnya. Tentu apa yang dikatakan Paul Rudd setengah berkelakar karena siapa yang
tidak bangga memiliki ayah yang menjadi superhero walaupun dalam film. Sebagai ayah tentu kita
pun ingin anak-anak kita bangga dengan kita. Tapi apakah kita harus menjadi pahlawan superhero
dulu? Tentu saja tidak.

Absalom, anak kedua Daud dari isterinya yang bernama Maakha. Pada awalnya merasa bangga
dengan ayahnya Daud. Siapa sih yang tidak kenal Daud? Daud adalah idola bangsa Israel, pahlawan
bagi bangsa Israel, bahkan hingga kini namanya selalu dikenang. Namun, dengan beranjaknya usia
Absalom, ia mulai melihat bahwa ayahnya tidak sehebat yang ia bayangkan. Daud ternyata kurang
memperhatikan anak-anaknya. Kekecewaan Absalom dimulai dengan peristiwa pemerkosaan Tamar,
adik kandung Absalom oleh Amnon, saudara tirinya (2 Sam.13:1-22). Selama 2 tahun, Absalom
menunggu tindakan apa yang akan dilakukan ayahnya, Daud, kepada Amnon, sang pemerkosa dan
menyatakan empati kepada Tamar. Tetapi tidak ada tindakan konkrit yang dilakukan Daud. Sehingga
Absalom mengambil caranya sendiri dengan menghabisi nyawa Amnon. Setelah membunuh Amnon,
Absalom melarikan diri ke rumah kakeknya Talmai bin Mihur, raja negeri Gesur (2 Sam.13:37). Lagi-
lagi, Absalom kecewa karena Daud seolah membiarkan dirinya di pelarian, ia menunggu apakah
ayahnya akan menghukum atau memaafkannya. Ketika pada akhirnya Absalom pulang ke rumah
ayahnya atas permintaaan Yoab, toh sang ayah sepertinya membiarkannya begitu saja. Hal itulah yang
membuat Absalom membuat persepakatan gelap untuk menggulingkan kekuasaan ayahnya (2 Sam.
15:1-12). Sang anak kini menjadi musuh ayahnya sendiri. Bagi bangsa Israel, Daud adalah pahlawan,
sang idola tetapi tidak untuk anaknya.

Kisah perseteruan ayah-anak ini berakhir dengan kematian Absalom (2 Sam. 18:1-18). Dan ketika
kabar kematian anaknya disampaikan, Daud begitu bersedih luar biasa. Bahkan mengungkapkan
penyesalam yang amat sangat (2 Sam. 18:33). Namun, semuanya sudah terlambat. Absalom, sang
anak telah meninggal dengan tragis dalam rasa kecewa dan benci terhadap ayahnya tanpa sempat
melakukan rekonsiliasi.

Hubungan ayah – anak merupakan sesuatu yang unik. Beberapa ayah nampaknya memiliki hubungan
yang mesra dan akrab dengan anak-anaknya. Namun, tidak sedikit yang memiliki hubungan yang

59
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
buruk. Efesus mencatat tentang bagaimana sikap seorang ayah kepada anaknya: “Dan kamu, bapa-
bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam
ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef. 6:4). Dari ayat tersebut, seorang ayah hendaknya: (1). Tidak
menyakiti hati anak-anaknya, (2) Mendidik anak-anaknya (3) Mengarahkan anak-anaknya sesuai
dengan Firman Tuhan. Seorang ayah adalah panutan bagi anak-anaknya (hal yang sama juga bagi
seorang Ibu). Sehingga tepatlah jika dikatakan ayah adalah teladan bagi anak-anaknya. Ayah adalah
idola anak-anaknya.
Pertanyaan Refleksi
1. Menurut saudara, apa yang menjadi penyebab kegagalan seorang ayah menjadi idola anak-
anaknya?
2. Apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang ayah agar memiliki hubungan yang baik dengan
anak-anak kita, bahkan menjadi idola bagi mereka?

60
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN KAUM LANSIA I

2 RAJA-RAJA 2 :13-14
TONGKAT ESTAFET

Tidak ada kepemimpinan dan pelayanan yang abadi,dari masa ke masa atau dari generasi ke generasi
akan terjadi peralihan kepemimpinan dan pelayanan. Seperti garis merah yang terus berlanjut kepada
generasi berikutnya. Tongkat estafet harus dilanjutkan.

Demikian pula yang terjadi dengan Elia dan Elisa.Pengalihan tongkat Estafet dimulai dari peristiwa
dialog antara Elisa dengan Elia. Berkatalah Elia kepada Elisa :”Mintalah apa yang hendak kulakukan
kepadamu,sebelum aku terangkat dari padamu”. Jawab Elisa:”Biarlah kiranya aku mendapat dua
bagian dari rohmu” (2 Raj 2:9).

Dialog tersebut merupakan moment yang indah dan peristiwa yang menunjukkan betapa Elia berjiwa
besar dan siap menyerahkan tongkat etafet kepada Elisa. Tongkat Estafet dari senior kepada yunior.
Moment inipun dimanfaatkan Elisa dengan baik. Elia tidak marah, katanya” yang kau minta itu adalah
sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti
yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi”.

Ungkapan ini menunjukkan bahwa tongkat estafet bukan kehendak kita tetapi merupakan bagian dari
rencana Allah. “Jika engkau melihat berarti terjadi tongkat estafet, jika tidak melihat ya, berarti tidak
terjadi peralihat tongkat estafet”. Sejarah mencatat bahwa pada akhirnya peralihan dan tongkat estafet
itu terjadi dari Elia ke Elisa. Elisa mendapatkan dua kali urapan dari Elia dan mampu melakukan
mujizat-mijizat yang dilakukan oleh pendahulunya.

Dalam perjanjian baru juga terjadi tongkat estafet antara Yesus sebagai guru terhadap para muridNya.
Ia berkata “Sesungguhnya barang siapa yang percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-
pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan–pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku
pergi kepada Bapa”( Yoh 14:12). Tongkat Estafet antara Elia dengan Elisa bersifat pribadi. Person to
Person. Sedangkan Yesus dengan para murid, bersifat kolektif. Person to kolektif.

Demikian pula dalam konteks kita sebagai kaum lansia. Kita harus menyiapkan dan bangga jika
kepemimpinan dan pelayanan kita dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Jangan sampai mabuk
kekuasaan sebagiaman ungkapan “Sudah duduk lupa berdiri”, ingin terus berkuasa. Jangan juga
merasa iri, sudah waktunya harus beralih;bahkan bisa jadi generasi berikutnya akan lebih hebat dan
baik dari kita. Doakan dan dukung mereka. Keberhasilan kita justru terletak pada sejauh mana kita
mampu membangkitkan generasi baru yang lebih baik dan hebat dari pada kita.

Doa : Pakailah aku untuk membangkitkan generasi penerus yang lebih hebat dan baik dari padaku, ya
Tuhan.

61
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Pertanyaan Refleksi:

1. ”Tongkat Estafet” apa yg sudah kita siapkan untuk generasi berikutnya?.

62
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN KAUM LANSIA II

I KORINTUS 4:16-20
“YANG TUA DAN MUDA BISA MELAYANI BERSAMA-SAMA”

Kita akan senang dan bangga jika mendengar ungkapan seperti ini “Wah kompak nih ye”. Maksud
saya, generasi yang tua dan generasi yang muda bisa berjalan seiring sejalan dalam pelayanan dan
kepemimpinan yang ada. Senior dan junior solid, kompak. Angkatan tua dan muda bisa menjalin kerja
sama, topang menopang dalam karya dan karsa.

Situasi seperti ini, ditunjukkan antara Paulus dengan Timotius. Hamba Tuhan yang lansia dan senior,
dapat bekarja sama dengan yuniornya yang lebih muda, bahkan sangat muda.

Mengapa hal ini bisa terjadi dan memungkinkan. Ada beberapa catatatan yang bisa kita pelajari
bersama:

1. Paulus bersifat tegas dan membimbing. Kedua sifat ini dilandasi karena kasihnya kepada
Timotius, yang dianggap seperti anaknya sendiri. ”Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan
kamu,tetapi untuk menegor kamu sebagai anakku yang kukasihi ( I Kor 4:14).
2. Paulus memiliki kompetensi, sebagai pendidik bagi anak-anaknya. “Sebab sekalipun kamu
mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena
akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu ( I
Kor 4:15).
3. Paulus memiliki keteladanan yang dapat diteladani Timotius.”Sebab itu aku menasihatkan kamu,
turutilah teladanku”(I Kor 4:16).
4. Paulus memberikan dukungan dan rekomendasi kepada Timotius. “Ia akan memperingatkan
kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus, seprti yang kuajarkan dimana-mana dalam
setiap jemaat “(I Kor 4:17 b). Dalam hal ini, Paulus bertindak sebagai promotornya Timotius.

Bagaimana dengan kita? Milikilah rasa kebersamaan terhadap rekan sekerja dan pelayanan kita,
termasuk yang lebih muda sekalipun. Jangan merasa kita lebih hebat. Delegasikan tugas pelayanan
dengan baik. Dalam suasana dialogis yang saling memahami dan tanamkan paradigma berpikir bahwa
keberhasilan kita adalah justru ketika kita dapat bekerja sama dengan yang lebih muda dengan kita,
sehingga kita memiliki penerus.

Pertanyaan Refleksi:

1. Apa yang sering membuat gap/ jurang antara yang tua dengan yang muda?
Bagaimana menjembatani

63
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN MINGGU
PEKAN KELUARGA
HUT KE-81 GKP

64
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
PEMBUKAAN PEKAN KELUARGA

Minggu, 1 November 2015

SIAPAPUN DAPAT DIPAKAI TUHAN MENYATAKAN KEBAIKAN


YOSUA 2 : 1-24

Pendahuluan
Dengan kecakapan dan keterampilan tertentu, seorang seniman dapat menyulap benda yang
tadinya tak berharga menjadi mahakarya yang indah dan bernilai seni tinggi. Pablo Picasso dapat
mengubah kanvas kosong menjadi lukisan yang sangat indah, bahkan terkenal di dunia. Dengan
keahlian memahat, Michael Angelo, dapat membentuk patung elok nan rupawan dari batu yang
bentuknya tak beraturan. Sebagai penganggum seni, kita dapat terkagum-kagum menyaksikan
mahakarya cemerlang tersebut.

Jika Tuhan sanggup mengubah kanvas kosong dan batu yang bentuknya tak beraturan tadi
menjadi sebuah mahakarya indah, melalui tangan sang seniman. Begitu juga dengan jalan hidup
seseorang, dapat Tuhan ubah dengan cara-Nya sendiri. Sekalipun jalan hidup orang tersebut telah
melahirkan penilaian dan pandangan yang sangat buruk dalam masyarakat, maka jika Tuhan mau
ubahkan, tidak ada yang tidak mungkin. Yang buruk pun bisa menjadi baik. Yang tak berarti pun bisa
menjadi berarti dan mendatangkan berkat bagi orang lain.

Penjelasan Bahan
Saat kita membuka dan membaca Kitab Yosua. Kita akan menjumpai dan menemukan
mahakarya indah Tuhan, yang berbuah nyata dalam hidup seseorang. Sebut saja, tatkala Yosua
mengirimkan dua orang pengintai yang kemudian pengintai itu bersembunyi di rumah Rahab.
Siapakah Rahab? Dalam kitab Yosua, lima kali nama Rahab disebut. Saat pertama kali nama Rahab
diperkenalkan, turut pula disebutkan profesi dan predikat Rahab, bahwa ia di kenal sebagai seorang :
“Perempuan Sundal”. (Yosua 2:1). Bahkan sampai akhir kisah mengenai Rahab, predikat ini pun
masih melekat (Yosua 6: 23). Tentunya predikat atau profesi dari Rahab ini bukanlah suatu hal yang
baik, dan dengan jelas diterangkan mengenai pekerjaan dari seorang perempuan sundal. Perempuan
sundal disamakan dengan pelacur (Yakobus 2: 25).

Namun demikian dari pembacaan mengenai Rahab ada satu hal yang sangat luar biasa. Bukan
karena ia menyembunyikan dua orang pengintai seperti yang selama ini sudah diketahui dari khotbah
atau cerita Sekolah Minggu. Akan tetapi, saat ia memiliki kesempatan untuk selamat, bisa saja ia ikut
lari bersama dengan dua orang pengintai yang dikirim Yosua, dan menyelamatkan diri ke perkemahan
orang Israel. Atau ia menjaminkan dirinya saja agar tidak dibunuh saat bangsa Israel menyerbu kota
Yerikho. Akan tetapi Rahab berkata :

65
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
“Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah
terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku
suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-
saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu
akan menyelamatkan nyawa kami dari maut." (Yosua 2:12-13)

Rahab memikirkan keselamatan keluarga dan saudara-saudaranya! Dan tentu ada akibatnya,
ia harus repot untuk mengumpulkan mereka di dalam rumahnya agar selamat.
“sesungguhnya, apabila kami memasuki negeri ini, haruslah tali dari benang kirmizi ini kau ikatkan
pada jendela tempat engkau menurunkan kami, dan ayahmu serta ibumu, saudara-saudaramu serta
seluruh kaum keluargamu kau kumpulkan di rumahmu”. (Yosua 2:18)

Bukan hal yang mudah bagi seseorang dengan cap perempuan sundal untuk meyakinkan
keluarganya agar beroleh keselamatan saat penyerbuan itu terjadi. Tetapi Rahab mau repot, Rahab
mau lelah dan susah, dan mungkin ia mau berkorban demi anggota keluarga, yang bisa saja selama ini
menghina atau memandang rendah dirinya. Rahab tidak hanya asal bicara bahwa ia peduli dengan
keselamatan keluarganya, ia melakukan apa yang diminta para pengintai.
“Demikianlah Rahab, perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama
dengan dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah orang Israel
sampai sekarang, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai
Yerikho”. (Yosua 6:25)

Rahab bukan orang terkenal, bukan ratu, bukan orang yang bergelimang harta, tetapi ia
memiliki hati yang mulia. Ia memikirkan keselamatan keluarganya, ia tidak egois dan mau selamat
sendiri. Rahab seorang yang dipandang rendah dapat dipakai Tuhan untuk membawa keselamatan. Ia
yang rendah ditinggikan. Seorang raja sekalipun ikut musnah di negeri tersebut, kecuali Rahab dan
anggota keluarga yang bersama dengan dia.

Penerapan Bahan
Ketika Tuhan hendak menunjukkan Mahakarya-Nya yang indah. Tuhan tidak menjadikan latar
belakang kehidupan seseorang sebagai alasan, bagi hadir atau tidak hadirnya karya itu. Bagi Tuhan
tidak ada yang mustahil. Rendah di mata manusia belum tentu rendah juga di mata Tuhan. Hina di
hadapan manusia belum tentu akan hina juga di mata Allah. Allah dapat menjadikan yang rendah dan
hina di mata manusia untuk kemudian menjadi berkat bagi orang lain. Karena itu untuk menjadi
berkat dalam menyatakan kebaikan dan damai sejahtera bagi sesama, tidak perlu kita harus menunggu
dulu menjadi fungsionaris gereja. Kita patut belajar dari seorang perempuan bernama Rahab.

1. Keramahan Rahab. Sambutan dan penerimaan Rahab terhadap dua orang pengintai yang dikirim
oleh Yosua. Menjadi gambaran bahwa Allah dapat berbuat yang baik, Allah dapat menunjukkan
kasih dan keselamatan melalui kehadiran orang lain.

2. I Korintus 1:27:”Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang
yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.”

66
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Hina dan rendahnya seseorang di mata masyarakat, tidak dijadikan alasan oleh Allah untuk
menghadirkan kebaikan dan damai sejahetara. Justru sebaliknya, melalui kehadiran Rahab, kita
dapat berjumpa dengan Allah dalam kebaikan yang Rahab wujudnyatakan di tengah
kehidupannya. Menjumpai Allah, melalui Rahab, kita dapat merasakan kebaikan, kasih dan
empati dari Allah yang sangat konkret.

3. Berjumpa dengan Allah dalam kebaikan, menuntut harga yang mahal. Demi keselamatan dua
orang pengintai yang ia sembunyikan, Rahab rela bertaruh nyawa terhadap tentara Yerikho yang
sedang mencari para pengintai itu. Demi sukacita dan keselamatan kaum keluarganya, saat Israel
menyerang kota Yerikho, Rahab harus lelah, Rahab harus repot dan bekerja keras
mengumpulkan kaum keluarganya di rumahnya. Supaya saat pertempuran antara pasukan Israel
dan tentara Yerikho terjadi, mereka luput dan selamat.

4. Allah memperhitungan segala keramahan dan kebaikan hati Rahab. Untuk kemudian menjadikan
Rahab sebagai saluran berkat bagi sesama. Allah menjadikan Rahab sebagai alat yang berharga
di mata-Nya. Hal ini mengingatkan kita, bahwa Tuhan berhak memakai siapa pun dalam hidup
ini untuk menjadi berkat, terlepas dari cap, profesi atau predikat yang disandang orang tersebut.
5. Tidak ada usaha dan kerja keras yang akhirnya sia-sia. Karena perbuatan baiknya terhadap dua
orang pengintai yang dikirim Yosua, Rahab dibenarkan Allah karena perbuatan baik dan
pertolongan yang diberikannya kepada mereka itu (Yakobus 2: 25). Bahkan bukan hanya itu,
Penulis Surat Ibrani memberikan penegasan yang sangat tegas; “Karena iman maka Rahab,
perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka,
….”(Ibrani 11:31). Di mata penulis Surat Ibrani, Rahab menjadi teladan iman bagi orang
percaya.

Gereja Kristen Pasundan yang kini tengah menyongsong usia yang ke 81 tahun telah dipelihara
oleh Allah dalam rupa-rupa kebaikan. Sudahkah kita juga menghadirkan kebaikan, sukacita dan
damai sejahtera sebagaimana yang kita alami dan rasakan hingga kini? Adalah baik jika kemudian
kita ber-refleksi tentang kehadiran diri dalam konteks kehidupan bersama dengan orang lain, melalui
pertanyaan yang disampaikan oleh Rasul Paulus, dalam Roma 10: 14-15 (dapat dibacakan saat
penyampaian khotbah).

Refleksi surat Paulus ini ingin mengajak agar kita tidak menjadi orang Kristen yang pasif.
Melainkan kita diajak untuk selalu aktif dan dinamis dalam memainkan peran, khususnya peran
perjumpaan dengan Allah dalam wujud setiap kebaikan secara nyata dan konkret kepada sesama.
Selamat memasuki Pekan Keluarga Gereja Kristen Pasundan dan selamat berjuang untuk terus
menghadirkan kebaikan kepada sesama, sebab itulah yang menjadi panggilan iman kita.

67
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Minggu, 08 November 2015

TUHAN AKRAB DENGAN ORANG


YANG SUKA MELAKUKAN KEBAIKAN
Amsal 3: 27- 35

Pendahuluan
Pernahkah Saudara menyesali kebaikan yang tidak Saudara lakukan? Saya pernah
mengalaminya. Suatu sore di bulan Mei 2005 di dalam kereta ekonomi dari Haurgeulis menuju
Cirebon saya dikejutkan oleh seorang anak laki-laki yang berumur sekitar 10 tahun. Ia berdiri di
samping tempat duduk saya dan memasang wajah memelas. Dia mengatakan belum makan sejak pagi
dan meminta sejumlah uang kepada saya. Saya pikir anak ini pastilah bagian dari sindikat pengemis
yang menggunakan anak-anak sebagai ujung tombak aksinya. Saya katakan pada anak itu bahwa saya
tidak punya uang. Rupanya anak itu tidak cepat patah semangat, “kalau gak ada uang, roti juga boleh”
demikian ujarnya. Karena sudah keburu kesal saya katakan roti juga tidak ada. Kemudian anak itu
pergi dengan kepala tertunduk. Ketika hendak mengambil karcis pada saat pemeriksaan saya merogoh
ke dalam tas dan menyentuh sebungkus roti dan sekotak susu yang sempat saya beli di Stasiun
Haurgeulis sebelum berangkat. Tiba-tiba hati saya terenyuh dan teringat kepada anak laki-laki tadi.
Jangan-jangan dia memang belum makan, jangan-jangan dia bukan bagian dari sindikat pengemis itu.
Demikian pikir saya. Kemudian saya niatkan untuk memberikan roti dan susu jika dia datang lagi ke
bangku saya. Tapi, sampai saya turun di Cirebon anak itu tidak pernah kembali lagi ke gerbong yang
saya tempati. Begitu pun ketika saya mencari2 di Stasiun tidak saya temukan anak itu. Saya sangat
menyesali tindakan saya hari itu, terlebih ketika membaca nasehat dalam Amsal 3: 27-35 yang
menjadi teks kita hari ini.

Penjelasan Bahan
Banyak penafsir membagi pasal 13:13-35 menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah madah
mengenai hikmat ( ay.13-24) dan bagian kedua adalah kumpulan ucapan pendek mengenai orang lain
(ay. 25-35). Tetapi tidak ada yang berdiri sendiri. Nasihat untuk sikap sosial di bagian kedua
mengikuti janji kedamaian dan keamanan dalam ayat 23 & 24. Nasihat itu menempatkan kelakuan
manusiawi dalam konteks perintah ilahi untuk mengasihi sesama (lih. Im 19:18) dan demikian
menyingkapkan hakikat nyata dari “hidup” yang ditawarkan hikmat kepada mereka yang
menggapainya (ay.16, 18). Pada ayat 16-18 hikmat dibandingkan dengan pohon kehidupan di tengah
Taman Eden dalam Kej. 2:9. Sedangkan pada ayat 17 dituliskan hikmat juga memberikan kedamaian/
sejahtera. Kata Ibrani syalom berarti lebih daripada kedamaian, melainkan juga berkat, kesejahteraan,
kemakmuran, singkatnya hidup yang penuh dan sukses.5 Daftar perintah mengenai perlakuan terhadap
orang lain dalam ayat 27-31 mencerminkan hikmat universal dari Timur Dekat kuno, tetapi
ditempatkan di bawah bimbingan Yahwe oleh ayat 32-35.

Bagian ini (ayat 27-35) merupakan serangkaian nasehat untuk hidup sebagai orang yang
bergaul akrab dengan Allah. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini6 nasehat-nasehat ini menjadi
lebih mudah dipahami. Demikian kutipannya:
“Jika kau mempunyai kemampuan untuk berbuat baik kepada orang yang memerlukan kebaikanmu,
janganlah menolak untuk melakukan hal itu”. “Janganlah menyuruh sesamamu menunggu sampai

5 Lawrence E. Boadt, CSP “AMSAL” dalam Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM (Ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian
Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002.hlm. 471.
6 Alkitab Dalam Bahasa Masa Kini, Jakarta: LAI, 2010.hlm.886.

68
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
besok, kalau pada saat itu juga engkau dapat menolongnya” “Janganlah merencanakan sesuatu yang
merugikan sesamamu yang tinggal dekat dan mempercayaimu.”“Janganlah bertengkar tanpa sebab
dengan seseorang yang tak pernah berbuat jahat kepadamu”“Janganlah iri terhadap orang yang
menggunakan kekersan dan jangan meniru tingkah laku mereka”“Sebab, Tuhan membenci orang
yang berbuat jahat, tetapi Ia akrab dengan orang yang lurus hidupnya. Tuhan mengutuk rumah
orang jahat, tetapi memberkati rumah orang yang taat kepadaNya. Tuhan membenci orang yang
tinggi hati, tetapi memberkati orang yang rendah hati. Orang bijaksana akan bertambah harum
namanya, sedangkan orang bodoh semakin tercela.

Penerapan Bahan
Ketika kesempatan untuk melakukan kebaikan datang kepada kita, seringkali berbagai
pertimbangan membuat kita menahan diri untuk berbuat baik. Kita takut merugi, takut kekurangan,
karena, kita tidak menyukai orang itu dan bermacam alasan lainnya. Penulis Amsal menasehatkan
bahwa Tuhan senang, bahkan bergaul akrab, dengan orang yang tidak menahan kebaikan kepada
orang lain, terlebih jika kuasa untuk melakuan kebaikan itu ada padanya. Tuhan juga senang kepada
orang yang tidak menunda melakukan kebaikan itu ketika memiliki waktu dan kesempatan untuk
melakukannya. Tuhan juga suka kepada orang yang hidup dalam ketulusan dengan orang-orang
disekitarnya dan tidak merancang kejahatan mereka. Tuhan juga suka kepada orang yang tidak
bertengkar dengan tanpa sebab dengan sesamanya. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana tidak
menahan kebaikan dari orang yang berhak mendapatkannya: Membayar lunas utang kita tanpa
kecurangan, penipuan, atau penundaan. Membayar upah orang-orang yang telah bekerja untuk
mendapatkannya. Menafkahi keluarga kita dan orang-orang lain yang bergantung kepada kita, sebab
mereka layak mendapatkannya. Menunaikan kewajiban kita terhadap gereja dan negara. Berderma
kepada kaum miskin dan orang-orang yang berkekurangan. Jika orang lain mengalami kekurangan
dalam kehidupan mereka, dan kita memiliki sarana untuk membantu mereka, kita harus menganggap
mereka layak untuk menerima kebaikan kita dan tidak menahan-nahannya.

Bagi orang yang demikian, kasih dan berkat Tuhan akan berlimpah baginya. Penulis Amsal
menyatakannya sebagai berikut:
“Tuhan akrab dengan orang yang lurus hidupnya”“Tuhan memberkati rumah orang yang taat
kepadaNya”“Tuhan memberkati orang yang rendah hati, orang bijaksana kaan bertambah
harum namnya”.
(Alkitab Dalam Bahasa Masa)

69
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Sabtu, 14 November

(RENUNGAN SYUKUR HUT KE-81 GKP)

BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KEBAIKAN

Lukas 24 : 28-43

Pengantar

Tahukah kita negara-negara raksasa ekonomi dunia saat ini? Diantaranya ada “Negara
Matahari Terbit” itulah julukan untuk negara Jepang. “Negara Tirai Bambu” itulah julukan untuk
negara Cina. Apa buktinya? Kendaraan yang kita pakai entah roda dua atau roda empat, rata-rata
buatan Jepang. Dan tidak sulit rasanya menilai bagaimana Cina juga menguasai ekonomi dunia, coba
perhatikan rata-rata berbagai jenis mainan dan produk elektronik yang terkenal murah dinegeri ini
justru buatan Cina. Tahukah kita apa yang membuat dua negara itu hebat?

Pada masa lalu, bukankah Jepang adalah negara yang kalah saat perang dunia kedua?
Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantakan oleh bom atom yang dijatuhkan Amerika, bom yang sangat
dasyat daya ledaknya. Dua kota itu rata dengan tanah, ribuan nyawa melayang dalam sekejap, hanya
dalam beberapa detik saja. Mengerikan! Belum lagi mereka yang masih hidup dan terpapar radiasi
nuklir, harus hidup dengan susah payah. Tidak hanya itu, bayi yang belum lahirpun terpapar radiasi
dan harus menelan penderitaan kelak sepanjang hidupnya yang baru dimulai.

Sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat tragis sepanjang sejarah bangsa Jepang. Geliat
semangat kehidupan yang sebelumnya menggebu-gebu, mulai melemah. Kekuatan seakan sirna.
Kepercayaan diripun lenyap. Matahari seakan tenggelam dan entah kapan dia akan terbit dan bersinar
lagi.

Sebagai sebuah negara yang kalah perang, ini adalah kenyataan pahit yang tidak mudah untuk
dipulihkan. Butuh beberapa generasi atau beberapa dekade kedepan untuk memperbaikinya. Sadar
dengan keterpurukan yang ada, lahirlah gerakan ”Restorasi Meiji”. Sebuah gerakan revolusi mental
besar-besaran yang dilakukan secara nasional. Apa ide yang dilakukan melalui restorasi meiji itu?
Perjumpaan! Perjumpaan antara pendidik yaitu para guru sekolah dengan masyarakat. Guru diyakini
dapat menjadi ujung tombak pemulihan mental dan keaadaan negeri Jepang saat itu. Maka semua
guru dinegeri itu mulai beraksi, mereka menjumpai dan membantu setiap orang satu persatu seperti
sebuah tangan yang terulur dan mengajak untuk bangkit, berdiri dan berjalan kembali bersama-sama.
Akhirnya dari perjumpaan satu persatu itulah hanya dalam hitungan beberapa tahun saja, semangat
kehidupan, kekuatan dan kepercayaan diri sebagai sebuah negara yang kalah perang, sedikit demi
sedikit mulai pulih dan memancarkan kehebatannya dibidang ekonomi, dibarengi dengan sebuah
kesadaran tentang betapa buruknya sebuah perang dan betapa berharganya sebuah kehidupan.
Sekarang melalui restorasi meiji itu sang matahari mulai terbit dan bersinar lagi bahkan bersinar
semakin terang dan menghantarkan Jepang untuk menguasai ekonomi dunia.

Cina adalah negara yang cukup luas dan menjadi salah satu negara berpenduduk terbanyak di
dunia. Banyaknya penduduk Cina dibarengi dengan kurang siapnya mental menyebabkan mereka
berada dalam kerawanan serius soal masalah sosial. Kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan
kekerasan tumbuh subur seperti jamur dimusim penghujan. Seakan tirai bambu itu mulai menutup,
menghalangi pandangan dan terangnya sinar, mengisyaratkan mereka akan memasuki fase kegelapan.

Sadar akan kelemahan soal besarnya penduduk miskin yang menjadi akar masalah dinegeri
tirai bambu ini, yang bila dibiarkan bisa jadi akan melemahkan sendi-sendi kehidupan negeri yang
sempat berjaya dengan menguasai banyak wilayah dimuka bumi ini, maka secara nasional lahirlah

70
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
gerakan “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga”. Dilakukanlah proses perjumpaan antara industri dengan
rumah tangga. Pemerintah Cina memimpin pemberdayaan ekonomi rumah tangga, para pemilik
pabrik harus melibatkan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya untuk terlibat dalam proses produksi
dirumah-rumah mereka. Sebuah siasat jitu, produksi berbiaya murah, sekaligus dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat Cina. Melalui gerakan perjumpaan ini, telah melahirkan industri rumah tangga
besar-besaran di negeri Cina sampai sekarang. Kini,” tirai bambu” itu telah dibuka kembali, rasa
optimis rakyat Cina untuk merubah citra kemiskinan dan berjaya dibidang ekonomi telah menyeruak
bahkan merambah ke luar dan berubah menjadi sebuah semangat ekspansi ekonomi dunia.

Penjelasan Bahan

Emaus adalah sebuah desa 11 km dari Yerusalem (Luk 24:13). Yesus berinisiatif menjumpai
mereka untuk menjelaskan kebenaran Firman Tuhan , Yesus yang telah bangkit menampakkan diri
kepada Kleopas(Bnd.Yoh 19:25) (dipersingkat dari nama Kleopatros) dan seorang murid yang lain
sementara mereka sedang dalam perjalanan ke desa itu, supaya mereka yakin dengan iman
percayanya. Karena Yesus tahu bahwa iman mereka masih tergantung pada apa yang mereka lihat,
bukan pada apa yang Yesus katakan dan ajarkan selama ini. Dan Yesuspun tahu kondisi mereka saat
ini yaitu tentang kesedihan bahkan kekeccewaan yang mereka alami. Setelah Yesus tiada, seakan
tidak ada lagi sosok yang diharapkan sebagai pembebas bagi bangsa Israel dalam waktu dekat. Yesus
melihat keraguan para murid, seperti yang dikatakanNya dalam ay.25 “...Hai kamu orang bodoh,
betapa lambannya hatimu sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para
nabi!” Ungkapan kata “orang bodoh”bukan dimaksudkan untuk merendahkan mereka, tapi Yesus
menyindir kelambanan hati mereka yang tidak cepat menerima penjelasanNya.

Kekeliruan mereka memahami kemesiasan Yesus, bahwa Yesus adalah harapan pembebasan
secara politis (24:21) kini pupus sudah. Pendapat ini dikoreksi oleh penjelasan Yesus atas Kitab Suci
Perjanjian Lama, yang menunjukkan bahwa kematianNya adalah keharusan illahi untuk masuk dalam
kemuliaanNya(24:26-27). Selama perjalanan itu Yesus menjelaskan kembali apa yang tertulis tentang
Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi (ay.27). Hal ini
menunjukkan sebuah upaya keras yang dilakukan Yesus untuk meyakinkan mereka.

Hingga sampai mendekati desa tujuan, para murid belum menyadari jati diri kawan
seperjalanan mereka dan Yesuspun tidak mengungkapkan jati dirNya saat itu. Lalu karena hari
menjelang malam, maka mereka mendesak Yesus untuk tinggal bersama malam itu. Atas undangan
tersebut, Yesuspun meresponnya, lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama dengan mereka.

Ketika tiba saatnya makan bersama, Ia duduk dengan mereka dan Ia mengambil roti,
mengucap berkat serta memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Barulah mereka
mengenal Dia, tapi terlambat untuk disadari dan Yesus tiba-tiba lenyap. Perjumpaan ini telah benar-
benar memupus keraguan dan membuat para murid semakin yakin dengan imannya, semakin tenang
serta penuh percaya diri. Yesus telah menunjukkan kepedulian sebagai wujud tanggung jawab
sosialNya pada yang lemah imannya dan mengulurkan tanganNya untuk menolong mereka. Ia telah
menuntun para murid untuk berubah.

Jadi sebuah perubahan hanya bisa dilakukan melalui sebuah perjumpaan. Perjumpaan dapat
menjadi sebuah peristiwa yang mengubah hidup sebuah komunitas atau seorang, dari ragu menjadi
percaya, dari takut menjadi suka cita, dari putus asa menjadi bersemangat dan penuh pengharapan.
Itulah pengalaman perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang dialami oleh kedua murid saat mereka
menuju ke Emaus.

Penerapan Bahan

71
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Allah menjadikan segala sesuatu dengan tujuan dan memiliki rencana bagi kehidupan setiap
orang. Namun begitu ada sesuatu yang sangat penting yang Allah inginkan untuk kita semua miliki,
yaitu: Perjumpaan! Hubungan pribadi yang dalam dengan Allah. Allah mengenal kita yang sangat
memerlukan pertolonganNya karena masih ditemui dan dialami manusia soal maraknya ketimpangan
sosial ekonomi, hukum dan keadilan.

Dibidang sosial ekonomi, angka kemiskinan di Indonesia cukup tinggi apalagi ditambah
dengan krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini. (Info Biz: Badan Pusat Statistik pada Maret 2015
terdapat 28,59 juta jiwa rakyat miskin Indonesia atau sekitar 11,5 %). Kondisi ini bila dibiarkan dapat
melemahkan bangsa Indonesia beberapa dekade mendatang. Tidak mustahil beberapa tahun
mendatang akibat tingginya ketimpangan sosial, akan marak kejahatan, kriminalitas, kekerasan dan
masalah sosial lainnya.

Dibidang hukum dan keadilan, memang telah dilakukan reformasi dibidang ini. Sejak era
reformasi, Indonesia telah menjalankan berbagai upaya reformasi hukum dan kelembagaan yang
bertujuan untuk menciptakan lembaga penegakan hukum yang mampu menghasilkan pemerintahan
yang bersih. Adanya penyelenggaraan kemandirian yudisial melalui yang disebut dengan ”peradilan
satu atap” merupakan perubahan besar. Namun usaha yang berkesinambungan tetaplah diperlukan
untuk menjamin bahwa perubahan kelembagaan tersebut dapat membawa keadilan lebih dekat kepada
masyarakat. Tingginya apatisme masyarakat terhadap sistem hukum formal menyebabkan mereka
lebih memilih sistem keadilan informal, yang seringkali bersifat diskriminatif serta tidak sejalan
HAM.

Pada kenyataannya, inisiatif untuk mereformasi lembaga penegakan hukum lebih banyak
berfokus pada lembaga negara formal. Tetapi, keadilan bukanlah semata-mata berada dalam ranah
negara. Pemimpin desa dan adat yang merupakan aktor penyelesaian sengketa alternatif utama di
Indonesia. Mereka memainkan peranan aktif terhadap lebih banyak kasus sengketa. Namun kebutuhan
untuk memperoleh keadilan bagi kelompok yang terpinggirkan, khususnya minoritas etnis dan agama
serta perempuan, seringkali tidak diperhatikan dalam sistem penyelesaian sengketa di tingkat desa.
Pada ranah-ranah yang belum terjawab inilah tentunya membutuhkan dukungan dan perhatian lebih
khususnya dari gereja.

Pemerintah tidak dapat berdiri dan berjuang sendirian, karena itu amatlah penting untuk
mengatasinya secara serempak oleh semua elemen masyarakat Indonesia termasuk gereja di dalamnya
sebagai salah satu lembaga sosial keagamaan. Sehingga dalam waktu yang lebih panjang melalui
reformasi lembaga penegakan hukum dengan skala yang lebih luas maupun melalui pelaksanaan
segera program-program yang memungkinkan komunitas rentan, untuk dapat menegakkan hak-hak
dan mempertahankan mata pencaharian mereka. Penyediaan layanan hukum bagi masyarakat miskin,
rentan, dan marjinal, berguna untuk membangun bangsa melalui proses perubahan yang sistematis
dari bawah. Gereja sebagai wakil Allah di dunia harus segera melakukan perjumpaan dengan mereka.
Hadir dan memberi advokasi bagi mereka perlu dilakukan oleh gereja, sebelum semuanya menjadi
semakin rumit dan sulit untuk diatasi.

Terkait dengan isu-isu tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan Strategi Nasional
Akses terhadap Keadilan (Stranas). Strategi ini mencoba menguji betapa persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan negara hukum (rule of law) memiliki keterkaitan dengan kemiskinan. Stranas
meyoroti sebuah pendekatan yang memperkuat masyarakat miskin untuk menyadari hak-hak dasar
mereka, baik melalui mekanisme formal maupun informal, sebagai sebuah cara untuk mengentaskan
kemiskinan. Stranas juga menekankan bahwa reformasi penegakan hukum membutuhkan tidak hanya

72
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
(http://go.worldbank.org/7USE6EYTS0.) solusi teknis hukum semata, namun juga pendekatan sosio
politik.

Bagaimana dengan kita sebagai Gereja Kristen Pasundan diusia ke-81 tahun yang mengambil
tema “Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan”? Strategi apa yang akan kita kembangkan dibumi
pertiwi ini ke depan untuk mengimplementasikan nilai-nilai kebaikan Allah itu bagi kemajuan
bangsa? Tri Wawasan GKP yang sejak lama telah dirumuskan oleh para pendahulu gereja ini, salah
satunya adalah tentang Wawasan Kebangsaan, harus segera ditingkatkan gaung dan aksinya.

Sanggupkah sekarang kita menjadi pusat krisis yang mengulurkan tangan untuk menolong
mereka satu persatu supaya bisa bangkit dan berjalan bersama serta mengajak mereka untuk
mengalami perjumpaan dengan Allah? Dengan kata lain artinya nilai-nilai kebaikan Allah dapat juga
tercurah melalui Gereja Kristen Pasundan asalkan kita sadar akan tanggung jawab sebagai warga
kerajaan Allah yaitu menjadi garam dan terang dunia yang sekaligus sebagai warga negara Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian tidak mustahil negara Indonesia ke depan menjadi
salah satu negara yang diperhitungkan dikancah ekonomi dunia, seperti Jepang dan Cina. Mari kita
merapatkan barisan menjadi inisiator perjumpaan Allah dengan masyarakat disekitar kita dengan
menumbuhkan nilai-nilai kasih, kepedulian dan persahabatan terhadap sesama.

Selamat ulang tahun! Tuhan memberkati Gereja Kristen Pasundan. Amin

73
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
RENUNGAN HARIAN
PEKAN KELUARGA HUT KE-81 GKP

74
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Senin, 02 November

EZRA 1 : 1 – 11
CARA TUHAN BEKERJA

Seorang ayah memberikan nasehat bijak kepada anaknya, sebelum si anak pergi ke rantau. Ayah
berkata : “Jagalah dirimu baik-baik, berusahalah untuk hidup rukun dengan tetangga dan kenallah
mereka sebanyak yang kamu bisa. Sebab jika suatu saat nanti ada apa-apa dengan dirimu, bukan
kami yang jauh yang akan memberikan pertolongan dan bantuan lebih dahulu, melainkan tetangga
dan orang-orang yang kau kenal itu”. Secara tidak langsung nasehat yang disampaikan si ayah ini,
hendak membuka cakrawala pandang si anak, agar si anak tidak terkungkung dalam pemahaman,
bahwa kasih dan pertolongan itu terbatas pada lingkup yang kecil (keluarga) saja. Karena itu, nasehat
sang ayah menjadi sebuah pesan yang menguatkan bahwa pasti ada orang lain selain keluarga yang
dapat diutus atau dipakai Tuhan untuk memberikan perhatian dan pertolongan saat kita
membutuhkannya. Pesan sederhana sang ayah hendak mengajak kita untuk membuka “kaca mata
kuda” yang mungkin selama ini selalu kita gunakan. Sebagaimana kuda yang mengenakan kaca mata,
maka kuda itu hanya tahu bahwa jalannya lurus. Kuda tidak tahu di samping kanan dan kirinya ada
apa. Demikianlah dengan pemahaman kita tentang cara Tuhan bekerja. Jangan dibatasi oleh
pandangan yang sempit. Pandangan yang parsial atau terbatas, bahwa kebaikan Tuhan hanya datang
dari orang-orang yang menjadi aktifis gereja saja. Pertolongan Tuhan hanya datang dari saudara
seiman saja. Pertolongan Tuhan hanya datang dari kaum keluarga saja. Karena itu, mari kita belajar
dari peristiwa kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel.

Kembalinya bangsa Israel ke Yerusalem setelah mengalami pembuangan selama 70 tahun di Babel,
merupakan sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi dalam hidup manusia. Bagaimana mungkin umat
Tuhan yang sudah hidup 70 tahun di pembuangan sebagai tawanan bisa dilepaskan begitu saja?
Bagaimana mungkin seorang seperti Raja Koresh bisa begitu bermurah hati dan baik? Dia bukan
hanya melepaskan mereka kembali ke negeri mereka melainkan juga mengembalikan berbagai barang
dan peralatan Bait Suci sehingga Israel bisa membangun pondasi keagamaannya lagi? Ini merupakan
hal yang mustahil menurut akal pikiran manusia. Akan tetapi, peristiwa ini bukan hal yang mustahil
bagi Allah. Allah sungguh menggenapi janji-Nya, dan penggenapan janji itu Allah wujudkan melalui
seorang pemimpin yang tidak mengenal dan tidak menyembah Allah Israel, melalui Raja Koresh.
Allah menjadikan Raja Koresh, sang Pemimpin dari Persia itu untuk menjadi saluran berkat bagi
umat-Nya. Tuhan tidak membatasi diri hanya pada orang-orang tertentu dalam menghadirkan dan
menyatakan kebaikan.

Melalui peristiwa kembalinya umat Tuhan dari pembuangan ini, kita melihat bahwa cara Tuhan
bekerja memang di luar akal kita. Cara Tuhan bekerja sungguh luar biasa. Kapan pun, dimana pun dan
siapapun dapat dipilih dan dipakai Tuhan untuk menyatakan karya kebaikannya. Karena itu, satu hal

75
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
yang pasti, Tuhan kita adalah Tuhan yang sanggup dan Tuhan yang mau bekerja. Dia akan terus
melakukan dan memperlihatkan kebaikan dan kasih yang nyata kepada umat pilihannya.

Sebagai warga Gereja Kristen Pasundan kita telah mengalami kebaikan Allah melalui tokoh-tokoh
gereja di masa lampau. Telah 81 tahun, Tuhan memelihara Gereja Kristen Pasundan. Sudahkah kita
menjadi saluran kebaikan kasih Allah kepada sesama? Pertanyaan ini patut kita renungkan. Sebab
Allah mau agar kebaikan yang kita alami dan rasakan sebagai warga Gereja Kristen Pasundan tidak
terhenti pada diri sendiri.

Pertanyaan Refleksi :
1. Mengapa Tuhan mau memakai orang lain dalam menyatakan kebaikan kepada umat-Nya?
2. Bagaimana sikap kita, jika kebaikan Tuhan itu dinyatakan melalui orang yang tidak seiman
dengan kita?

76
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Selasa, 03 November

MATIUS 7 : 7 – 11
MINTALAH, CARILAH, KETOKLAH!

Mengapa sebagian orang ada yang merasa tidak sanggup menjalani hidup sehingga ada yang bersikap
nekat mengakhiri hidupnya? Ada yang beralasan karena selama ini mereka merasa tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Merasa kesulitan secara ekonomi. Artinya, mereka tidak cukup
siap menghadapi hidup. Sekarang, kita yang mengarungi kehidupan jangan mengambil langkah yang
serupa, tetapi pandanglah kesulitan pemenuhan kebutuhan dasar hidup itu sebagai ujian yang bisa kita
hadapi seperti yang telah diperingatkan Tuhan.

Tuhan sangat menghargai setiap usaha dan kerja keras kita, Tuhan akan mengaruniakan keberhasilan
kepada mereka yang pantas, kepada mereka yang mau berjumpa untuk berelasi denganNya dan
bekerja keras, karena keberhasilan tidak akan datang kepada seorang pemalas.

Saat ini Firman Tuhan memberikan pemahaman bagaimana kita harus berusaha untuk mendapat
sesuatu dengan cara yang benar, yaitu: Usaha yang pertama adalah Meminta. Meminta di sini berarti
berdoa kepada Allah, seperti sebuah ungkapan bijaksana, yaitu: “Kerjakan apa yang telah kamu
doakan, dan doakan apa yang kamu kerjakan maka Allah akan mengerjakan apa yang kamu anggap
mustahil untuk kamu kerjakan.” Semuanya harus diawali dengan DOA. Usaha yang kedua adalah
Carilah. Carilah artinya kita harus mencari, kita harus berusaha, setelah kita berdoa, karena
berdoapun jika tidak ada usaha sama dengan sia-sia. Usaha yang ketiga adalah Mengetuk. Mengetuk
hampir sama dengan mencari. Ora et labora atau berdoa dan bekerja.

Tuhan memberi kita keberhasilan sesuai dengan usaha kita. Tuhan memberi kita waktu yang sama.
Semua orang memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Yang membedakan adalah bagaimana sikap setiap
orang itu terhadap waktu. Orang sukses mampu memanfaatkan waktu sedangkan orang yang tidak
sukses mengabaikan waktu yang diberikan itu. Jadi untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup,
tugas kita adalah berdoa sebagai upaya kita berelasi dengan Tuhan. Kemudian berusaha
mempergunakan waktu secara sungguh-sungguh serta alamilah perjumpaan dengan Tuhan setiap hari,
maka kita akan menjadi orang yang selalu siap dalam menghadapi segala tantangan hidup.

Pertanyaan Refleksi :
1. Bagaimana sikap kita seharusnya dalam menantikan jawaban Tuhan atas permohonan doa kita?

77
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Kamis, 05 November

AMSAL 13 : 12 – 14 & YES 46 : 3 – 4


JANGAN TAKUT!
ENGKAU TIDAK SENDIRIAN. ADA TUHAN BERSAMAMU

Salah satu ketakutan seseorang adalah ketika ia merasa tidak lagi disayang, merasa terbuang dan
hidup dalam kesendirian. Bagi kita sebagai orang beriman, jangan takut dan tidak perlu takut.
Engkau tidak sendiri. Ada Tuhan bersamamu. "Sejak masa tuamu. Aku tetap Dia dan sampai masa
putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu
terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu".

Ungkapan "Aku menggendongmu", merupakan ungkapan isi hati Tuhan yang sangat menyayangi
kita. Ekspresi kasih Tuhan yang amat da1am yang langsung menyentuh sanubari kita. Walaupun
atau andaikan orang lain tidak mengasihimu, tetapi Aku sangat mengasihirnu. Ibarat ibu yang yang
dengan penuh kasih menggendong dan dalam pelukan yang hangat dan mesra, Ia mengasihi kita.
PerhatianNya tidak hanya dinyatakan dalam kata-kata saja, tetapi juga dengan perbuatan yang
konkret. Sungguh suatu sukacita dan penghiburan yang Iuar biasa bahwa Tuhan sayang saudara.
Tuhan mengasihi kita.

Ketika Ia berkata bahwa Dia menggendong kita, Tuhan pasti tahu akan kelemahan dan keterbatasan
kita. Tuhan tahu isi hati saudara. Dia tidak kenal lelah dalam menopang dan memelihara kita. Dia
berkuasa dan sanggup memberi jalan keluar bagi kita menangani persoalan yang ada. Tidak ada yang
mustahil bagi Tuhan. Karena itu jangan mengeluh jangan cengeng, karena Dia akan mengulurkan
tanganNya untuk memberi pertolongan pada kita. Tuhan selalu mendukung dan menopang hidup
anak-anaknya yang mau percaya dan mengandalkan Dia dalam melalui lembah kekelaman,
kegelapan dan air mata.

Ingatkah anda dengan cerita yang terkenal "Footprints"? Ketika ia melihat jejak langkah di pasir
hanya sepasang, padahal tadinya ada dua pasang. Ia protes dan bertanya pada Tuhan. "Tuhan
mengapa Engkau meninggalkanku? Tuhan berbisik. "AnakKu yang kukasihi, Aku mencintai kamu
dan tidak akan meninggalkanmu, mesti pada masa sulit dan penuh bahaya sekalipun. Ketika kamu
melihat hanya ada satu pasang jejak kaki, itu adalah ketika Aku menggendong kamu anakKu".

“Ya Tuhan, peluklah dan gendonglah aku dalam kasih sayangMu.” Apapun yang kita hadapi hari
ini, tidak ada yang kebetulan. Yang ada hanyalah maksud Tuhan yang belum kita pahami. Amin.

Pertanyaan RefIeksi :
1. Kenapa kita mesti merasa takut dalam menjalani hidup ini. Padahal sudah cukup lama Kita
menjadi orang Kristen?
2. Sampai sejauh mana sebenarnya iman kita kepada Tuhan Yesus?

78
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Jumat, 06 November
KEJADIAN 31 : 1 – 21
BAGAIMANA BERLAKU BAIK KEPADA ORANG LICIK?

Yakub rela bekerja selama tujuh tahun lamanya untuk mendapatkan anak Laban yaitu Rahel. Namun
sayangnya, pada akhirnya Laban menipu Yakub. Yang diberikan oleh Laban ialah Lea, kakak Rahel.
Kemudian Yakub mesti bekerja selama tujuh tahun lamanya lagi, untuk mendapatkan Rahel. Laban
tidak hanya telah mengorbankan tenaga Yakub yang bekerja selama 14 tahun, namun juga telah
mengorbankan perasaan anak sulungnya, Lea. Lea mesti melewatkan hari-harinya dengan keinginan
yang tak pernah didapatinya, yaitu perasaan cinta Yakub. Yakub memang di awal tidak mempunyai
perasaan suka kepada Lea. Hingga akhirnya sampai menikah pun, perasaan sayang hanya diberikan
Yakub kepada Rahel. Maka, tidak heran jika anak yang paling disayang oleh Yakub ialah anak dari
Rahel. Pada akhirnya, di balik kisah romantis Yakub yang memperjuangkan Rahel, ternyata terdapat
kisah memilukan yang harus ditanggung oleh Lea.

Perbuatan licik7 Laban tidak berhenti sampai Yakub mendapatkan Rahel. Di ayat ke tujuh dalam
perikop ini, Yakub menyatakan demikian: “Tetapi ayahmu telah berlaku licik kepadaku dan telah
sepuluh kali mengubah upahku”. Selain itu, Laban pun telah berbuat licik kepada anak-anaknya
sendiri. Ayat 14-15 menyatakan demikian: “Lalu Rahel dan Lea menjawab Yakub, katanya:
“Bukankah tidak ada lagi bagian atau warisan kami dalam rumah ayah kami? Bukankah kami ini
dianggapnya sebagai orang asing, karena ia telah menjual kami? Juga bagian kami telah
dihabiskannya sama sekali”.

Allah tidak membiarkan Yakub dan keluarganya terus menerus diliciki atau dijahati oleh Laban. Ayat
3 menyatakan demikian: “Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: Pulanglah ke negeri nenek
moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.” Kelicikan Laban yang
berlangsung lama dan telah mengorbankan banyak pihak yang tersakiti, tidak membuat Allah berdiam
diri. Ia memerintahkan Yakub untuk pergi meninggalkan Laban. Itulah kehendak Allah bagi
kehidupan Yakub dan keluarganya.
Dalam kehidupan ini, mungkin pernah mempunyai pengalaman diliciki. Entah itu oleh orang lain
bahkan bisa oleh keluarga terdekat kita sekalipun. Seperti halnya kisah ini, yang berlangsung di antara
keluarga dekat.

Dari kisah Yakub dan Laban dapat disimpulkan bahwa perbuatan licik adalah perbuatan yang sangat
merugikan orang lain. Namun Allah tidak akan pernah membiarkan orang yang berbuat licik kepada
sesama saudaranya. Allah akan berpihak kepada mereka yang menjadi korban dari perbuatan si
“licik”. Ia akan selalu berada dan membela mereka yang menjadi korban kelicikan.

Perintah Allah agar Yakub meninggalkan Laban ialah supaya Yakub dapat hidup dengan nyaman,
tanpa harus selalu mempunyai perasaan jengkel kepada pamannya. Ketika Laban mengejar Yakub,

7
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata licik adalah banyak akal yang buruk dan pandai menipu.

79
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada Laban: Apakah kesalahanku,
apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu? Aku dimakan panas hari waktu siang dan
kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur (Kej. 31: 36 & 40).

Selain perintah Allah agar Yakub meninggalkan Laban ialah baik bagi Yakub, perintah ini juga baik
bagi kehidupan Laban. Allah menghendaki mengakhiri perbuatan licik Laban. Karena ketika Yakub
sudah pergi, tidak ada yang menjadi korban kelicikannya lagi. Laban pun dapat berhenti dari
perbuatan dosanya. Akhirnya, kehendak Allah menjadi baik bagi kedua belah pihak. Kebaikan dalam
kehidupan keluarga tentu mesti dinyatakan. Namun apabila terdapat salah satu anggota keluarga
bersikap tidak baik, maka ini akan menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan mendalam.
Kebingungan yang terjadi ialah ketika diharuskan untuk menyatakan kebaikan kepada saudara yang
berlaku licik. Apakah salah jika merasa kesal? Sehingga perbuatan apa pun bagi saudara yang licik itu
pun terasa tidak rela. Kebesaran hati dan kesabaran hati menjadi perjuangan yang besar untuk selalu
mengikuti kehendak Tuhan. Apa yang harus dilakukan? Bagaimana berlaku baik kepada orang licik?

Kebaikan yang berhikmat diperlukan dalam kehidupan berkeluarga. Tampak sekilas baik bahwa jika
Yakub terus berada di samping pamannya. Tampak sekilas bijak bahwa jika isteri-isteri dan anak-
anaknya terus berada di samping ayah atau kakeknya. Namun Allah menyuruh Yakub dan
keluarganya untuk pergi meninggalkan Laban. Cara Allah memang misterius. Namun cara Allah
adalah yang paling terbaik.
Lantas, apa yang mesti dilakukan ketika situasi hampir mirip dengan Yakub? Pertama, hendaknya
ceritakanlah kepada Allah apa yang kita alami. Libatkan Allah dalam setiap peristiwa pengalaman
kehidupan. Kedua, hendaknya jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Artinya jangan
membalas kelicikan dengan kelicikan. Ayat 40 menyatakan demikian: “tetapi kesengsaraanku dan
jerih payahku telah diperhatikan Allah”. Kita tidak berhak membalas, biarlah itu menjadi perhatian
Allah atau bagian Allah. Ketiga, pertimbangkanlah sejauh mana tetap bisa bertahan atau berada dekat
dengan orang licik itu. Keempat, jikalau berniat untuk pergi jauh meninggalkan orang licik tersebut
(sekalipun saudara sendiri), gumulilah secara sungguh-sungguh bersama dengan Allah. Mintalah
petunjuk kepadaNya!

Pertanyaan Refleksi :
1) Apa yang Saudara pahami dengan perilaku licik?
2) Bagaimana cara menyatakan kebaikan kepada orang licik?

80
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Sabtu, 7 November

MAZMUR 145 : 8 – 10
KEBAIKAN TUHAN

Ada dua orang yang mengadakan perjalanan bersama. Mereka membawa seekor keledai untuk
mengangkut barang-barang mereka. Sebuah obor terpasang untuk menerangi jalan di waktu malam,
dan ada seekor ayam, yang merupakan teman keledai itu. Ayam itu duduk di kepala keledai sepanjang
perjalanan. Salah seorang di antaranya sangat saleh, sedangkan seorang yang lainnya tidak percaya
pada Tuhan. Sepanjang jalan mereka sering berbincang-bincang tentang Tuhan. "Tuhan itu sangat
baik," kata orang yang pertama. "Kita akan lihat, jika pendapatmu itu bisa bertahan dalam
perjalanan ini," kata orang yang kedua.

Menjelang petang, mereka tiba di sebuah desa kecil dan mereka mencari tempat bermalam. Meskipun
mereka sudah mencari kesana kemari, tapi tidak seorang pun menerima mereka. Dengan berat hati
mereka meneruskan perjalanan sampai keluar desa itu, dan mereka memutuskan tidur di sana. "Saya
pikir kamu tadi bilang bahwa Tuhan itu baik," kata orang kedua dengan sinis. "Tuhan telah
memutuskan bahwa di sinilah tempat bermalam kita yang terbaik," jawab temannya. Mereka
memasang tempat tidur mereka di bawah sebuah pohon yang besar, di samping jalan menuju ke desa
tadi, lalu mengikat keledai mereka lima meter dari tempat tidur mereka. Ketika mereka mau
menyalakan obor, tiba-tiba terdengar suara gaduh. Seekor singa menerkam keledai mereka hingga
mati dan menyeretnya untuk dimakan. Dengan segera kedua orang itu memanjat pohon agar selamat.

"Kamu masih bilang bahwa Tuhan itu baik?" kata orang yang kedua dengan marah. Namun orang
pertama itu berkata "Jika singa itu tidak menerkam keledai kita, ia tentunya menyerang kita. Tuhan
memang baik,". Beberapa saat kemudian terdengar jeritan ayam mereka. Dari atas pohon, mereka bisa
melihat bahwa seekor kucing liar telah menerkam ayam mereka dan menyeretnya kesana kemari.
Sebelum orang kedua sempat berkata sesuatu, orang yang pertama mengatakan, "Jeritan ayam itu
sekali lagi menyelamatkan kita. Tuhan itu baik." Beberapa menit kemudian hembusan angin kencang
memadamkan obor mereka, yang merupakan satu-satunya penghangat badan mereka di malam yang
kelam itu. Sekali lagi orang yang kedua mengejek temannya. "Tampaknya kebaikan Tuhan terus
bekerja sepanjang malam ini," katanya. Kali ini, orang yang pertama diam saja.

Pagi hari berikutnya kedua orang itu kembali menuju desa itu untuk mencari makanan. Mereka segera
mendapati bahwa segerombolan besar perampok telah menyerang desa itu semalam dan merampok
seluruh isi desa itu. Mengetahui hal ini orang yang pertama berkata, "Akhirnya menjadi jelas bahwa
Tuhan itu memang sangat baik. Seandainya kita bermalam di desa ini, maka kita pasti sudah
dirampok bersama seluruh isi desa ini. Seandainya angin tidak memadamkan obor kita, maka para

81
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
perampok itu, yang pasti melewati jalan di dekat tempat kita tidur, akan melihat kita dan merampok
barang-barang kita. Jelas, Tuhan itu baik." (http://jerusalembaru.blogspot.com/2010/08/tuhan-itu-
baik.html)

Pernyataan inti dari pemazmur dalam Mazmur 145 : 8 – 11, ialah bahwa Tuhan itu pengasih dan
penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya. Dia baik kepada semua orang. Sungguh besar dan
mulia pengakuan iman pemazmur. Kerahiman dan kebaikan Tuhan yang luar biasa itu adalah
kebaikan dan kerahiman yang tak terpahami. Hal itu terbukti dari pengalaman hidup kita sehari-hari.
Setiap hari kita diperhadapkan dengan penderitaan yang luar biasa karena kelaliman, ketidakadilan,
kekerasan, penindasan, perang, kelaparan dlsb. Lalu kita dapat bertanya, apakah Tuhan itu masih
pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya? Kita dapat mempertanyakan
kebenaran ini. Akan tetapi, hanya orang yang mau ‘mengurung’ Allah dalam pikirannya sendiri yang
akan menolak kebenaran bahwa Allah adalah pengasih panjang sabar dan berlimpah kasih setiaNya.
Kita hanya bisa mengakui Allah dan bermadah memuji kebaikan dan kerahimanNya apabila kita juga
mengakui bahwa Dia adalah Allah yang tak terpahami. Tuhan itu Allah bukan manusia. Jalan
kepadaNya hanyalah melalui jalan iman dan hanya melalui jalan ini kita akan diberi anugerah untuk
menyanyikan puji-pujian bagiNya. Madah lahir dari kekaguman, bukan pemikiran. Layaknya
pemazmur yang terkagum-kagum melihat kebaikan Tuhan sehingga ia berkata “Tuhan itu pengasih
dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya.” Sebaiknyalah kita pun dapat menyatakan
hal yang sama. Tuhan itu baik bagi kita.

Pertanyaan Refleksi :
1. Ketika kita mengalami kesusahan dan penderitaan, apakah kita masih dapat berkata “Tuhan itu
baik”?
2. Bagikan pengalaman anda ketika mengalami hal tersebut.

82
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Senin, 09 November

EFESUS 4 : 31 – 32
MENGHADIRKAN KEBAIKAN ALLAH MELALUI KERAMAHAN

Dalam kehidupan kesehariaan kita, baik di tengah-tengah keluarga, di tempat kerja, di lingkungan
tempat tinggal kita, bahkan di tempat pelayanan kita, sikap ramah sepertinya sudah mulai memudar
atau luntur. Keramahan yang tulus, bukan keramahan yang terpaksa atau keramahan yang muncul
karena tuntutan pekerjaan maupun tuntutan profesi. Keramahan yang keluar dari ke dalaman hati, dari
kecintaan dan kasih pada sesama. Keramahan yang dalam bahasa sunda disebut dengan istilah “amis
budi. Kata “Amis budi” ini, berarti sikap ramah yang ditunjukkan tanpa paksaan, tanpa tuntutan,
tanpa maksud tertentu. “Amis budi”, keramahan yang muncul dari hati, keramhan yang tidak dibuat-
buat, keramahan yang ditunjukkan dengan bahasa santun dan murah senyum, yang meliputi bahasa
yang baik, perkataan yang sopan dan juga tindakan atau sikap kita yang penuh kasih atau kebaikan.
Di sini jelas, kerahaman dalam konsep “amis budi”, itu bukan hanya kata, atau sebatas senyuman dan
sapaan kita pada sesama, tetapi titik beratnya adalah tindakan kita, sikap kita pada sesama. Bagaimana
kita memperlakukan sesama, apakah kita perlakukan dengan baik, dengan penuh keramahan, kasih
mesra dan pengampunan, atau sebalik nya. Bukankah, hidup itu akan jauh lebih indah, jika setiap
orang percaya mampu dan mau hidup di dalam keramahan dalam konsep “Amis budi”, yang juga
seharusnya menjadi ciri hidup orang percaya di manapun berada.

Keindahan hidup orang percaya yang penuh dengan keramahan tersebut, menjadi kerinduan Rasul
Paulus kepada jemaat Efesus. Didorong kecintaan dan kasih Rasul Paulus kepada jemaat Efesus,
walaupun saat itu, Paulus sedang berada di dalam Penjara. Rasul Paulus tetap mengirimkan suratnya
kepada jemaat di Efesus, yang memang sedang mengalami pergumulan hidup yang tidak mudah.
Keadaan sebagian masyarakat Efesus pada saat itu masih melakukan penyembahan terhadap Dewa
Yunani, yang mereka sebut dewi Artemis atau dewi kesuburan. Selain itu juga, sebagian dari mereka
masih melakukan penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan yang menekan dan
membahayakan iman umat itu, tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya kepada jemaat di
Efesus, untuk memberikan nasehat dan mengingatkan mereka sebagai manusia yang baru, agar hidup
mereka dapat senantiasa hidup di dalam Kristus dalam berbagai kondisi dan situasi apapun, serta tidak
kembali lagi pada pola hidup lama yaitu tunduk kepada kekuatan lain di luar Kristus. Dan khususnya
di bagian yang kita baca, kita melihat bahwa Efesus 4:31-32, berisi tentang maksud dari manusia baru
itu. Bagaimana seharusnya manusia baru itu hidup di dalam Tuhan dan menyaksikan Tuhan dalam
kehidupan keseharian setiap manusia baru.

Hidup di dalam Tuhan dalam arti menjadi Kristen atau menjadi pengikut Kristus, tentu bukan hanya
sebatas status saja, sebutan, atau sebatas nama saja, tetapi lebih dari itu. Menjadi Kristen berarti ada
suatu peralihan dari situasi lama kepada situasi baru, atau lebih tepat nya, ada perubahan sikap, yang
menunjukkan kebaruan status kita sebagai manusia baru yang sudah dimenangkan oleh Tuhan. Pusat
dan fokus hidup kita, dari diri sendiri menjadi kepada Kristus. Itu artinya, segala sesuatu yang tidak

83
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
sesuai dengan Kristus, tanpa terkecuali, semuanya harus dibuang dan tidak lagi menjadi bagian dari
hidup orang percaya.

Rasul Paulus mengatakan dalam ayat 31: “segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan
fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan”. Kenapa itu harus
ditinggalkan, karena hal-hal yang disebutkan oleh Rasul Paulus adalah sesuatu yang memang tidak
memperlihatkan sikap sebagai manusia baru, tidak memperlihatkan wajah Kristus di dalamnya. Bagi
Rasul Paulus wajah Kristus itu adalah: ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan
saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni setiap kita (bdk Ef 4 :
32). Inilah gambar manusia baru, yang sudah menanggalkan manusia lama. Dan salah satu yang
menjadi penekanan dan pembahasan kita di sini adalah keramahan.

Harus diakui, keramahan yang tulus dalam kata dan tindakan atau “amis budi” pada jaman ini,
semakin sulit untuk bisa kita temukan. Keramahan dari seorang yang lebih muda, kepada seseorang
yang lebih tua. Keramahan dari seseorang yang punya kekayaan, jabatan, dan segalanya pada
seseorang yang memiliki berbagai keterbatasan. Keramahan seorang pelayan, keramahan seorang
pemimpin, keramahan gereja, keramahan seorang anak dan lain nya. Padahal, Tuhan kita adalah
Tuhan yang penuh dengan keramahan. Dan Tuhan yang penuh dengan keramahan itu, berkenan
menjumpai setiap kita. Karena itu, perjumpaan kita dengan Tuhan, haruslah berdampak baik dalam
hidup kita, sehingga diri kita menjadi pribadi yang lebih baik, yang punya semangat dan kemauan
untuk berbuat baik, melalui sikap ramah terhadap sesama, siapa pun mereka. Keramahan tersebut,
menjadi pesan Rasul Paulus, keramahan yang menjadi ciri dari sikap hidup manusia baru, dan ciri
hidup orang percaya dalam kekinian dan di masa nanti. Semoga kita, sebagai orang percaya selalu
menghadirkan keramahan Tuhan.

Pertanyaan Refleksi :
1. Bagaimana tetap bersikap ramah kepada orang yang tidak senang dengan kita?
2. Sudahkah gereja dalam artian kita sebagai orang percaya menghadirkan keramahan Allah dalam
setiap pelayanan yang dilakukan? Kalau sudah, berapa banyak keramahan yang sudah gereja/
kita tunjukan?

84
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Selasa, 10 November
ESTER 4 : 15 – 5 : 5
TETAP BERBUAT BAIK WALAU TIDAK MUDAH

Baik atau tidak apa yang kita lakukan, apapun itu, ada konsekuensi atau resikonya. Karena itu, bukan
persolan ada atau tidak ada resiko, tetapi siap atau tidak siap menghadapi resiko. Pepatah sunda
mengatakan: “Ulah taluk pedah jauh, tong hoream pedah anggang, jauh kudu dijugjug, anggang
kudu diteang”. Secara sederhana bermakna: jangan kalah karena jauh, jangan malas atau diam karena
seolah itu begitu jauh, jauh atau susah harus ditemui, harus dilewati, artinya apapun alasannya
halangannya, ya harus dihadapi dan dilalui. Ada semangat yang hendak di gaungkan dari pepatah ini,
yaitu: jangan menyerah, jangan hanya pasrah dan diam, ketika ada masalah, ketika ada tantangan,
apapun halangan dan resikonya, harus dihadapi. Jika semangat seperti ini menjadi semangat gereja
dalam melakukan kepedulian pada sesama, maka gereja akan benar-benar bisa menjadi sahabat bagi
sesama dengan melakukan kebaikan pada sesama.

Namun kenyataan yang terjadi, ternyata berkata lain, seringkali untuk berbuat baik, kita orang percaya
atau gereja punya banyak sekali alasan untuk menolak melakukan kebaikan. Takut tidak diterima,
takut ditolak, takut disangka kristenisasi, takut dikira ada maksud lain atau maksud tersembunyi. Lalu
kita sembunyi dibalik prasangka, praduga, dan ketakutan akan resiko, dan akhirnya kita/gereja tidak
berbuat apa-apa, memilih diam dan tidak peduli. Dengan kata lain “gereja taluk pedah jauh, hoream
pedah anggang”, menyerah karena situasi tidak mudah, pasrah karena situasi sulit. Itu artinya,
menjadi gereja bagi sesama, menjadi sahabat bagi sesama hanya sebatas slogan, dan tidak terbukti
melalui sebuah aksi nyata. Tentu ini memperlihatkan sikap gereja/ kita, yang abai terhadap sesama,
hanya karena kita takut untuk mencoba dan memulai untuk melakukan kebaikan.
Perasaan takut dan khawatir untuk melakukan kebaikan, pernah menjadi bagian dari hidup Ester juga.
Namun setelah Mordekai mengingatkan kondisi dan situasi yang sedang dan akan dialami oleh
saudara sebangsanya, yang sedang berada dalam situasi yang berbahaya, bahkan kematian menjadi
ancamannya, dan setelah Mordekai juga mengingatkan akan siapa dan dari mana Ester berasal serta
dari siapa Ester dapat posisi yang terhormat sebagai seorang ratu, maka ketakutan Ester pun sirna, dan
berubah menjadi keberanian seorang Ester untuk melakukan kebaikan dan membela saudara
sebangsanya.

Kisah Ester ini, terjadi pada masa orang Yahudi tinggal di Persia, khususnya di kota Susan, pada
waktu Raja Ahasyweros (memerintah tahun 485-465 SM). Orang Yahudi yang tinggal di situ adalah
keturunan dari orang Yahudi yang dibuang ke Babilonia beberapa tahun sebelumnya. Waktu orang
Yahudi itu mendapat kesempatan untuk kembali ke tanah asal mereka, beberapa dari mereka memilih
untuk tetap tinggal di Babilonia. Sesudah itu, Babilonia menjadi bagian dari kerajaan Persia. Yang
menarik adalah, walaupun orang Yahudi tinggal di negeri asing, tetapi mereka tetap menjaga
keyahudiannya, termasuk agama mereka.

Pada masa itu, muncullah rencana untuk memusnahkan bangsa Yahudi dari seorang yang bernama
Haman, seorang pejabat tinggi yang baru saja dinaikkan pangkatnya. Haman mengeluarkan perintah
agar semua orang berlutut dan sujud kepadanya setiap kali ia lewat. Perintah tersebut memberatkan
orang Yahudi, yang karena agamanya hanya bersedia sujud kepada Tuhan. Salah seorang Yahudi

85
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
yang terkenal berani berbuat demikian adalah Mordekhai, saudara sepupu Ester. Haman sangat murka
menyaksikan pembangkangan ini. Ia menyusun muslihat untuk memusnahkan orang Yahudi. Namun
Tuhan menyelamatkan orang Yahudi melalui Ester, seorang perempuan Yahudi, yang dipilih oleh
Raja Ahasyweros menjadi istrinya dan ratu baru. Setelah Mordekai mengingatkan Ester, maka
bangkitlah semangat Ester, segera ia meminta kerjasama semua pihak, seluruh orang Yahudi diminta
untuk berpuasa tiga hari tiga malam, memohon pertolongan dan doa dari Tuhan. Dan Ester pun
menghadap Raja untuk memohon perkenanan Raja. Masing-masing melakukan peran nya dengan
baik, mereka kerjasama membangun kesatuan untuk mencari solusi bersama.

Yang paling menarik adalah keberanian Ester untuk menghadap raja. Sebab itu artinya apa yang
dilakukan Ester jelas ber lawanan dengan undang-undang yang berlaku saat itu, dan hukum-an nya
jelas hanya satu, yaitu kematian. Sebab pada masa itu, Raja mempunyai kuasa total. Apa yang dia
ucapkan, itu menjadi titah, atau perintah yang harus ditaati. Tidak ada seorang pun yang dapat
menghadap raja kecuali raja sendiri memanggil. Kalau ada orang yang masuk tanpa izin, orang itu
dihukum mati. Namun ada satu kekecualian: kalau ada orang yang menghadap raja dan raja
mengulurkan tongkat emas, lambang kekuasaan, baru orang itu dapat maju dan menghadap raja. Dan
ketika Ester menghadap raja, maka Alkitab menceritakan bahwa raja berkenan menemui Ester dan
melakukan apa yang dimohon kan oleh Ester, sehingga pada akhirnya bangsa Yahudi pun selamat dari
kematian.

Dari bacaan ini, kita mendapatkan pelajaran yang berharga, bahwa kebaikan yang Allah nyatakan
kepada Ester, tidak dilupakannya, sehingga ia mau melakukan kebaikkan dan peduli akan nasib orang
sebangsanya. Ester tidak melupakan masa lalu nya dan tidak melupakan apa yang harus ia lakukan
kepada sesamanya, ketika sesama nya menderita. Ester sadar resikonya sangat berat, tetapi Ester tetap
melakukan dan menolong bangsanya. Sikap Ester itu, punya kesamaan dengan Sikap Mother Teresa,
ia pernah mengatakan: “Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih. Tapi
bagaimanapun berbaik hatilah. Bila engkau jujur, mungkin saja orang lain akan menipumu, tapi
bagamanapun berbuatlah jujur. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini mungkin saja besok sudah
dilupakan orang, tapi bagaimanapun berbuat baiklah. Bagaimanapun berikan yang terbaik dari dirimu.
Pada akhirnya engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu, ini bukan
urusan antara engkau dan mereka”.

Bagaimana dengan kita? Bukan kah, dalam hidup ini, setiap kita tahu, bahwa persoalan berbuat baik,
menolong sesama dan peduli kepada sesama, sering kali harus melewati jalan yang tidak mudah dan
tidak enak. Apalagi ketika itu sangat beresiko, keselamatan diri sendiri menjadi taruhannya. Ketika
diperhadapakan dengan resiko seperti itu, apakah kita menjadi lemah dan mundur, lalu memilih
untuk mencari jalan aman? Atau kita tetap maju, memilih untuk selalu melakukan dan menyebarkan
kebaikan pada sesama. Itu berarti, sebenarnya dalam hidup ini, tidak boleh ada satupun yang bisa
membuat kita berhenti untuk tetap berbuat baik, pada siapapun tanpa terkecuali. Karena itu, mari kita
tetap lakukan kebaikan, dengan cara yang baik dan cerdas, supaya hasilnya juga adalah sesuatu yang

86
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
baik dan membawa kebaikan bagi banyak orang. Allah yang baik sudah melakukan kebaikan pada
kita, maka perjumpaan dengan Allah yang baik itu, harus juga menjadi perjumpaan yang penuh
kebaikan, dari kita pada sesama.

Pertanyaan Diskusi :
1. Apa yang akan kita lakukan ketika perbuatan baik kita pada seseorang mendapatkan respon yang
tidak menyenangkan, misalnya tidak diterimanya kebaikan yang kita lakukan?
2. Apa penghalang terbesar untuk kita bisa melakukan kebaikan pada sesama, terutama yang tidak
seiman dengan kita?

87
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Kamis, 12 November

2 SAMUEL 12 : 1 – 25
PEDULI-LAH, NASIHATI-LAH, BER-ETIKA-LAH !

Natan diutus oleh Tuhan untuk menegur kesalahan Daud. Melalui ilustrasi kisah si orang kaya dan si
orang miskin, Natan mulai memasuki pembicaraan tegurannya. Ketika Daud mendengar perbuatan
licik si orang kaya dengan sendirinya ia sangat marah kepada orang kaya dalam ilustrasi Natan
tersebut. Dengan segera Natan menyadarkan Daud, bahwa sikap licik si orang kaya itu tak lain ialah
sikapnya sendiri, yang telah merebut Batsyeba dari tangan Uria. Natan berkata demikian kepada
Daud: “Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel; Akulah yang mengurapi
engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. Telah
Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah
memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah
lagi kepadamu. Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya?
Uria, orang het itu, kau biarkan ditewaskan dengan pedang: isterinya kau ambil menjadi isterimu,
dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang Bani Amon”.

Ilustrasi Natan membuat Daud tanpa sadar mengutuk perbuatannya sendiri. Setelah Natan
mengatakan: Engkaulah orang itu, Daud terdasar akan perilaku dosanya yang begitu kejam kepada
Uria. Akhirnya Daud pun menerima teguran Allah melalui nabi Natan kepada dirinya. Dalam kisah
ini, hal yang dapat disoroti, selain kesadaran, penyesalan dan pertobatan Daud di hadapan Allah,
adalah hal tentang pemberian nasihat. Sebagai Nabi yang mempunyai kewenangan untuk menegur
dan menasihati sang Raja, Nabi Natan bersikap bijaksana. Nabi Natan menghormati kedudukan Daud
sebagai seorang raja. Jika Daud sudah dipilih dan diurapi oleh Allah sebagai seorang raja, tentu ada
hal yang baik, yang berada pada diri Daud. Daud dalam menjalani tugas sebagai seorang raja tentunya
ia akan mengasihi keadilan. Melalui ilustrasi yang pertama-tama diutarakan Nabi Natan, ia mencoba
untuk menggugah sifat sang Raja Daud. Hingga akhirnya, Daud mengetahui akan kesalahannya dan ia
dapat menerima nasihat Natan.

Melalui pemberian ilustrasi tersebut, nabi Natan menggunakan teknik atau strategi cara pemberian
nasihat. Alhasil, si orang yang dinasihati tidak merasa digurui, melainkan sadar akan kesalahannya
sendiri. Di ayat 7, terdapat kalimat, “Engkaulah orang itu!”, nampak mungkin bagi beberapa
kebudayaan kurang etis terdengar, namun dapat dibayangkan bahwa jika Daud bisa sampai menerima
perkataan nabi Natan, maka cara penyampaian kalimat ini adalah hal yang sudah memerhatikan etika.
Dapat dipastikan bahwa dari awal nabi Natan sudah mementingkan soal tata cara penyampaian
nasihat yang etis. Maka, bayangan pembaca ketika melihat kalimat inilah, mestilah dibayangkan
merupakan kalimat yang sudah memerhatikan kesantunan atau kesopanan.

88
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Menurut berita online kompasiana,8 ketika mendengar kata “kritik” telinga sebagian orang langsung
berdiri, apalagi bila yang terkena kritik bertipe muka badak, berdarah panas dan bertelinga tipis, yang
bisa membuatnya seperti badak ngamuk kemudian bikin dunia terbalik. Kritik atau pemberian nasihat
adalah pada dasarnya timbul dari rasa sayang dan peduli untuk memperbaiki sesuatu. Namun pada
kenyataannya, tidak seorang pun mau dinasihati. Bagi beberapa orang, pemberian nasihat dianggap
sebagai sesuatu yang sangat penting. Namun bagi beberapa orang lainnya, pemberian nasihat
dianggap hanya akan merepotkan saja dan bisa mengakibatkan risiko rusaknya hubungan
persaudaran. Maka, terdapat beberapa orang yang acuh tak acuh akan perbuatan sesamanya. Salah
satu kalimat yang mungkin pernah didengar, “Sudah biarkan saja, takutnya dia malah musuhin kita,
nanti malah kita yang kena akibatnya.” Kalimat ini nampak seolah bijak namun sesungguhnya
mengandung sikap ketidakpedulian.

Melalui kisah nabi Natan, diingatkan supaya umat peduli akan pelanggaran yang telah dilakukan oleh
sesamanya. Dan bagi yang sudah peduli dengan memberikan banyak nasihat pun diingatkan
bagaimana beretika ketika memberikan pertolongannya. Yang membuat rusaknya persaudaran,
setelah seseorang dinasihati, adalah cara yang tidak etis atau cara yang kasar atau dengan cara yang
tidak enak dan nyaman, yang didengar oleh si penerima nasihat. Di salah satu website9, terdapat
sebuah artikel mengenai cara beretika memberikan nasihat, yaitu demikian:
1. Hendaknya ikhlas di dalam memberikan nasihat, tidak mengharap apapun di balik nasihatnya itu.
Dan nasihatnya itu bukan untuk mendapat perhatian orang ataupun menjatuhkan orang yang
diberi nasihat.
2. Hendaknya nasihat itu dengan cara yang baik dan tutur kata yang lembut dan mudah, hingga
nasihat itu bisa berpengaruh kepada orang yang dinasihati dan mau untuk menerimanya.
3. Hendaknya orang yang dinasihati itu di saat sendirian, karena yang demikian itu lebih mudah
diterima. karena siapa saja yang menasihati saudaranya di tengah-tengah orang banyak maka ia
berarti telah mencemarkan saudaranya tersebut.
4. Hendaknya pemberi nasihat itu mengerti betul dengan apa yang ia nasihatkan, dan hendaknya ia
berhati-hati dalam menukil 10pembicaraan agar tidak dipungkiri. Maksudnya di sini kita awalnya
berniat untuk menasihati tetapi ternyata orang tersebut tidak melakukan pelanggaran, lalu secara
terburu-buru dan menggebu-gebu kita menasihati maka alhasil hanya sakit hati yang diterima
oleh saudara kita tersebut karena merasa tertuduh dan terfitnah.
5. Hendaknya orang yang memberi nasihat memperhatikan kondisi orang yang akan dinasihatinya.
Jadi tidak menasihati di saat ia sedang kalut atau di saat ia sedang bersama rekan-rekannya.
Maka si pemberi nasihat mengetahui perasaan, kedudukan, pekerjaan dan pergumulan yang
dihadapi oleh saudaranya yang akan dinasihati itu.

8
website: m.kompasiana.com/pebrianov/memahai-arti-kritik-untuk-bekal-menulis , diakses Senin, 7 September
2015
9
website: edybawas.blogspot.co.id/2009/02/tips-etika-memberi-nasehat, diakses Senin, 7 September 2015
10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata menukil adalah mengucapkan kembali apa yang pernah
diucapkan orang lain

89
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
6. Hendaknya si pemberi nasihat menjadi teladan bagi orang yang akan dinasihati, supaya jangan
tergolong orang yang bisa menyuruh orang lain berbuat kebaikan sedangkan ia lupa terhadap diri
sendiri.

Mari kita belajar supaya dapat bersikap dengan etis ketika menjalani peran sebagai si pemberi nasihat.
Dan baiklah setiap orang menyadari bahwa dirinya ialah sebagai si pemberi nasihat, bukan sebagai
orang yang tidak peduli terhadap sesamanya. Hindarilah sikap ketidakpedulian, pementingan diri
sendiri (mempertimbangkan banyak risiko) atau apatis (masa bodoh). Nyatakanlah sikap sebagai
persekutuan. Persekutuan di dalam Tuhan mengandung arti berekanan, berkawanan, menggabungkan
diri, membantu dan menolong sebagai keluarga anak-anak Tuhan.

Pertanyaan Refleksi :
1. Apa pandangan Saudara mengenai orang yang tidak mau menanggung risiko untuk memberikan
nasihat kepada sesamanya?
2. Bagikanlah pengalaman ketika nasihat Saudara dapat diterima oleh orang lain?

90
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
Jumat, 13 November

2 KORINTUS 8 : 1 – 5
KUALITAS KEBAIKAN: MEMBERI DALAM KEKURANGAN

Manusia pada umumnya lebih senang diberi daripada memberi. Isteri diberi hadiah ulang tahun
pernikahan oleh suaminya. Suami diberi perhatian oleh isterinya. Anak-anak diberi kado karena naik
kelas dari orangtuanya. Sungguh senang rasanya jika kita mendapat sesuatu pemberian dari orang
lain. Namun, ketika dituntut untuk memberi, tidak jarang ada penolakan dengan berbagai alasan.

Dalam kehidupan bergereja pun tidak sedikit jemaat yang sulit untuk memberi. Alasan yang
dikemukan adalah bahwa kondisi jemaat sedang sulit, entah itu sedang membangun gedung gereja,
membangun gedung sekolah minggu, sedang mempersiapkan perayaan natal, dan sebagainya.
Mungkin alasan tersebut wajar, karena memberi di atas kekurangan atau keterbatasan adalah hal yang
tidak mudah.

Bagi Rasul Paulus memberi itu bukan soal kelebihan atau kekeurangan, melainkan memberi
menunjukkan kualitas hati. Ia merasa perlu mengingatkan jemaat Korintus selaku jemaat “besar”
untuk belajar dari jemaat Makedonia tentang arti memberi (ay. 1). Jemaat Makedonia yang terdiri
dari Jemaat Filipi, Berea dan Tesalonika merupakan jemaat miskin. Namun dalam kekurangan dan
keterbatasan yang dialami jemaat-jemaat Makedonia itu tidak menjadi alasan mereka menutup hati
dalam memberi dan mendukung jemaat di Yerusalem, yang juga membutuhkan dukungan.
Kemiskinan bagi Makedonia bukan alasan untuk tidak memberi.

Karena itulah Paulus begitu terharu dan dengan tegas mengatakan “Aku bersaksi bahwa mereka telah
memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka”(ay.3). Jemaat-
jemaat di Makedonia memberi bukan karena dipaksa atau terpaksa, bukan pula karena diminta,
melainkan “dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak … supaya… mengambil bagian
dalam pelayanan kepada orang-orang kudus” (ay.4).

Mungkin kita semua bingung bagaimana jemaat yang miskin seperti Makedonia, tetapi tidak menjadi
alasan untuk tidak memberi bantuan. Bagaimana bisa membantu jika mereka saja berkekurangan?
Tetapi inilah yang menjadi kualitas persekutuan jemaat di Makedonia: memberi di atas kekurangan.
Nampaknya Rasul Paulus coba memahami bahwa sesungguhnya yang dilakukan jemaat Makedonia
bukan mencari “puji-pujian” atau prestasi melainkan murni bentuk persembahan mereka kepada
Allah. “Mereka memberikan … pertama-tama kepada Allah… kemudian… kepada kami” (ay.5).

Teladan Jemaat Makedonia telah “menyentil” Jemaat Korintus tentang arti memberi dan arti
kehidupan persekutuan. Teladan jemaat Makedonia juga menjadi teladan kita sebagai bagian dari
persekutuan GKP. Mari kita juga mampu memberi dengan ketulusan bukan karena kita berlebihan

91
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
tapi justru pada saat kita berkekurangan. Itulah kualitas dalam memberi. Tuhan Yesus dalam Matius
5:7 katakan “berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”.

Pertanyaan Refleksi :
1. Mengapa orang lebih senang diberi daripada memberi?
2. Bagaimana caranya mengubah mindset (cara pandang) seseorang agar mampu memberi
bahkan di atas keterbatasan yang dimilikinya?

92
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
SUSUNAN POKJA HUT GKP KE-81

KETUA
Pdt.Albert Naibaho
(albertnaibaho@gmail.com)

SEKRETARIS
Pdt.Budi Triadi Kaidun
(budikaidun@yahoo.com)

ANGGOTA

Pdt. Lely F. Yohanes Pdt. Adholfina


(lefrio@gmail.com) (dolfiena@yahoo.com)

Pdt. Andris S. Pdt. Obertina


(dewakail@yahoo.com) (modestajo@gmail.com)

Vik. Julia Sri Tanjung Pdt. Deru U. Noron


(juliatanjung@gmail.com) (d.noron@yahoo.co.id)

Pdt. Fierdhaus Nyman Pdt. Retno N.


(fiernyman@gmail.com) (no_only@yahoo.com)

Pdt. Stefanus Pdt. Yosephine Dewi


(stefanus.parinussa@gmail.com) (yosephine.dewi@yahoo.com)

93
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
LAPORAN KEUANGAN
PEKAN KELUARGA HUT KE-80 GKP
TAHUN 2014

94
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
95
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
96
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
97
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
98
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
99
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan
100
Berjumpa dengan Allah dalam Kebaikan

Anda mungkin juga menyukai